Ventilasi Tambang
Ventilasi Tambang
Ventilasi Tambang
PENDAHULUAN
memerlukan oksigen.
Melarutkan dan membawa keluar gas-gas pengotor yang ada di dalam
tambang hingga tercapai keadaan kandungan gas dalam udara tambang
yang memenuhi syarat pernafasan.
1.3.
kualitas udara.
a. Pengendalian gas
b. Pengendalian debu
c. Pengendalian material organik
Pengendalian kuantitas udara segar yang diperlukan oleh pekerja tambang
bawah tanah.
Dalam hal ini akan dibahas perhitungan jumlah aliran udara yang diperlukan
d. Mengeringkan
Dalam membahas pengaturan ventilasi tambang yang bersifat mekanis perlu
difahami masalah yang berhubungan dengan kemungkinan adanya aliran udara
akibat ventilasi alami, yaitu aliran udara sebagai akibat perbedaan temperatur
yang timbul secara alami.
1.4.
SIFAT DAN PERILAKU UDARA
Salah satu aspek pokok lingkungan tambang yang harus diperhatikan,
khusus dalam tambang bawah tanah adalah udara. Udara adalah campuran gas-gas
dan uap yang menyusun atmosfer alamiah pada permukaan bumi. Ditinjau secara
thermodynamika udara diartikan sebagai campuran udara kering dan uap air.
Secara komposisi udara kering pada permukaan laut ( Bolz and Tuve, 1973 )
adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1. komposisi udara kering pada permukaan laut
Gas
Nitrogen ( N2 )
Oksigen ( O2 )
Carbon
Persen volume
78,09
20,95
0,03
Persen berat
75,55
23,13
0,05
dioksida ( CO2 )
Argon ( Ar ), dll
0,93
1,27
Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu dianggap bahwa udara segar
normal terdiri dari :
- Oksigen = 21 % volume
- Nitrogen =79 % volume
Bermacam-macam gas yang sedikit jumlahnya dikelompokkan dengan
nitrogen karena secara kimia dan fisika bersifat inert. Untuk masalah yang
menyangkut karbondioksida menggunakan 0,03 %
aktual.
Telah menguat dalam pikiran bagaimanapun juga udara kering tidak ada
diatmosfer normal. Ini hanya merupakan hipotesis yang diasumsikan dalam
pengendalian kualitas atau digunakan untuk mempermudah perhitungan
psikrometri.
Udara yang jenuh adalah udara yang terdiri dari semua uap air yang
mungkin dalam kondisi temperatur dan tekanan yang ada, sering dijumpai, bahwa
udara yang sangat jenuh ( kabut ) merupakan hal yang umum. Situasi yang
berlawanan yang biasa dijumpai dalam air conditioning di pertambangan adalah
udara yang lembab, atau udara yang normal yang merupakan campuran dari udara
kering dan uap air, bervariasi dari 0,1 % sampai 4 % volume ( biasanya dalam
pertambangan lebih dari 1 % ). Ini merupakan atmosfer normal, sebagai dasar
untuk perhitungan ventilasi dan air conditioning.
Jadi bila disebut udara standard merupakan konsep yang salah, biasanya
yang dimaksud adalah udara normal. (Di lain pihak, istilah standard lingkungan
atau kondisi standard dapat digunakan ).
Berdasarkan sifat kimianya, udara tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
dan mendukung proses pembakaran dan kehidupan. Hal ini penting dalam
pengendalian kualitas.
Sifat-sifat yang lain dapat diklasifikasikan dalam sifat fisika atau
psikrometri. Sifat-sifat fisika yang menyangkut fluida, baik diam maupun
bergerak, dalam pengendalian kuantitas ( ventilasi ) pada dasarnya berkaitan
dengan sifat dinamis. Sedangkan sifat psikrometri berhubungan dengan sifat
thermodinamika udara dan campuran uap air dan merupakan bagian penting
dalam pengendalian temperatur-kelembaban.
1.4.1. Definisi dan simbol yang sering digunakan :
Berat jenis ( S ) : perbandingan antara densitas gas dan udara. Sebagai dasar
untuk udara kering S = 1.
Density ( W ) : Perbandingan antara berat dan volume. Diukur dalam lb/ft 3
( kg/m3 ) .
Derajat kejenuhan ( ) : Perbandingan antara uap air pada suatu kondisi dan
pada keadaan jenuh, dengan suhu tetap Diukur dalam %
Enthalpi ( h ) : Kandungan panas total udara, yaitu jumlah dari enthalpi udara
kering dan uap air per unit berat udara kering. Diukur dalam Btu/lb ( KJ/kg ).
Hukum Termodinamika 1 : Hukum transformasi energi yang berhubungan
dengan kuantitas udara.
Hukum Termodinamika 2 : Hukum transformasi energi yang berhubungan
dengan kualitas udara.
Head atau Pressure Head ( H ) : Tinggi kolom air setara terhadap tekanan
udara. Di ukur dalam inch Water sering disingkat in ( dapat juga mm, tetapi lebih
baik pa atau Kpa )
Head Content, Rate Of Change ( q ) : Kecepatan perubahan kandungan panas
atau enthalpi udara per unit waktu. Mungkin sensible, latent atau total. Diukur
dalam Btu/h ( W ).
Kuantitas ( Q ) : Kecepatan volume aliran per unit waktu. Diukur dalam cfm
( m3/s ).
Kelembaban Relatif ( ) : Perbandingan antara tekanan uap pada kondisi
tertentu dan pada keadaan jenuh dengan temperatur tetap. Diukur dalam %.
Kelembaban Spesifik ( W ) : Berat uap air yang dikandung per unit berat udara
kering. Diukur dalam lb/lb atau grains/lb ( kg/kg ).
Kelembaban Spesifik Sebenarnya ( TSH ) : Massa uap air per satuan massa
udara segar Diukur dalam lb/lb ( kg/kg )
Kecepatan ( V ) : Kecepatan aliran linier udara per unit waktu. Diukur dalam fpm
( m/s ).
Kekentalan Absolut ( ) : Tahanan geser udara untuk bergerak. Diukur dalam lb
mass/ft.s = lb.s/ft2 ( Pa.s ).
Kekentalan Kinematik ( ) : Perbandingan antara kekentalan absolut terhadap
massa density. Diukur dalam ft2/s ( m2/s ).
Massa Density ( ) : Massa udara per unit volume. Hubungannya dengan density
: = w/g. Diukur dalam lb mass/ft3= lb.s2/ft4 ( kg/m3 ).
Power ( Pa ) : Tenaga yang dapat digunakan. Diukur dalam hp ( kW ).
Panas Spesifik ( c ) : Panas yang diperlukan untuk menaikan temperatur unit
berat udara 10 F ( 0C ). Biasanya specifik heat pada tekanan tetap ( C p ) dalam
perhitungan air conditioning. Diukur dalam Btu/lb. 0F ( KJ/kg C).
Panas Sensible : Panas yang mengubah temperatur suatu zat apabila ditambahkan
atau dikurangi. Diukur dalam Btu/lb ( KJ/kg ).
Panas Latent : Panas yang tidak mempengaruhi temperatur, tetapi mengubah fase
suatu zat apabila ditambahkan atau dikurangi. Diukur dalam Btu/lb ( KJ/kg).
Thermodinamika : Ilmu yang memperlajari transformasi energi.
Tekanan atau pressure ( p ) : Gaya oleh udara per unit luas, baik gage maupun
absolut. Tekanan atmosfer ( Pb ) dibaca dengan menggunakan barometer. Diukur
dalam psi atau in Hg ( Pa atau k Pa ).
Tekanan Uap ( Pv ) : Tekanan uap air di udara. Tekanan barometer udara adalah
jumlah tekanan udara kering dan uap air. Diukur dalam in Hg (Pa atau kPa)
Tekanan Uap Jenuh : Adalah tekanan maksimum yang dapat diberikan oleh uap
air di dalam suatu campuran udara dan uap air dan besarnya merupakan fungsi
dari suhu.
Temperatur Titik Embun ( tdp ) : Temperatur pada saat terjadi kondensasi air.
Diukur dalam 0F ( 0C ).
T1
T2
....................................................( 1-2 )
Alternatif lain, pada volume tetap, tekanan absolut gas berbanding langsung
terhadap suhu absolut T :
P1
P2
T1
T2
. ...........................................................( 1-3 )
Hukum Gas Umum ( kombinasi )
Volume atau specific volume gas bervariasi langsung terhadap suhu absolut dan
terbalik terhadap tekanan absolut :
P1V 2
T1
P2V 2
T2
......................................( 1-4 )
Hukum ini juga dapat ditulis :
v = RT .............................( 1-5 )
Keterangan :
R = Konstanta gas dalam ft.lb/lb mass.0R ( J/kg.K )
V = Specific volume gas dalam ft3/lb ( m3/kg )
= Tekanan absolut dalam psf ( kPa )
dalam perhitungan yang berkaitan dengan campuran gas, adalah tekanan persial
dan R adalah konstanta untuk suatu bagian gas.
Hukum Dalton :
Tekanan total P yang diberikan oleh campuran gas sama dengan jumlah tekanan
persial dari masing-masing gas. Untuk udara normal tekanan barometer ( total )
adalah :
b = a + v ........................................... ( 1-6 )
Keterangan :
a
= Tekanan persial udara kering
pv
= Tekanan persial uap air.
Hukum Graham dan Layering Number :
Kecepatan difusi gas ke dalam udara adalah berbanding terbalik terhadap
akar perbandingan densitas gas wg dan udara w, atau akar specific gravity Sg.
Kecepatan difusi
W
Wg
I
Sg
...............................
( 1-7 )
Dengan kata lain, gas yang lebih ringan dari pada udara lebih cepat terdifusi
di bandingkan dengan gas yang lebih berat dari pada udara dan specific gravity
yang lebih kecil lebih cepat menghambur. Difusi dapat dipengaruh oleh turbulensi
dan temperatur.
Dalam udara tabung, terutama jika berhenti atau tidak bergerak dapat terjadi
susunan berlapis gas-gas pengotor. Gas yang berat ( misalnya karbon dioksida )
akan tersusun di dasar dan yang ringan ( misalnya hidrogen ) mendekati atap.
Pancaran arus dan aliran udara ventilasi bagaimanapun juga cenderung
untuk menyebabkan terjadinya difusi gas asing yang dimasukan ke dalam
Vu b
4 I Qg
1,3
........................................( 1-8 )
Vu b
1,8 Qg
1,3
( )
( )
Keterangan :
Vu
= Kecepatan udara pada setengah atas jalan udara, dalam fpm ( m/s )
Qg
Test menunjukan bahwa layering dapat dikendalikan jika kecepatan udara cukup
untuk mempertahankan nilai N1 5 dalam jalur udara mendatar, 5 dalam jalur udara
dengan aliran menurun (5 jika kemiringan tajam). Tanpa memperhatikan kemiringan
jalan udara, pendekatan yang aman dipergunakan nilai N1 = 5.
Dalam lubang bukaan tambang batubara dengan aliran gas moderat, kecepatan
udara tinggi ( 200 fpm atau lebih ) (1 m/s atau lebih ) diperlukan untuk mencegah
layering.
BAB II
PENGENDALIAN KUALITAS UDARA TAMBANG
Pengaruh
Oksigen di udara
17
15
13
9
7
6
kemudian
bereaksi
dengan
butir
darah
(haemoglobin)
menjadi
udara segar dan menghembuskan hasil udara pernafasan. Laju pernafasan per
menit didefinisikan sebagai banyaknya udara yang dihirup dan di hembuskan per
satuan waktu per menit. Laju pernafasan ini akan berlainan bagi setiap kegiatan
manusia yang berbeda, makin keras kerja yang dilakukan, makin besar angka laju
pernafasannya.
Perlu juga dalam hal ini didefinisikan arti nisbah pernafasan ( respiratory
quotient ), yaitu nisbah antara jumlah karbondioksida yang dihembuskan terhadap
jumlah oksigen yang di hirup pada suatu proses pernafasan. Pada manusia yang
bekerja keras, nisbah pernafasan ini sama dengan satu, yang berarti bahwa jumlah
CO2 yang dihembuskan sama dengan jumlah O2 yang dihirup pada pernafasannya.
Tabel 2.2 memberikan gambaran mengenai keperluan oksigen untuk pernafasan
pada tiga jenis kegiatan menusia.
Kegiatan Kerja
Laju
Udara terhirup
Udara
Oksigen
Nisbah
pernafasan
tiap
terhirup/min
terkonsumsi
pernafasan
dalam cfm
( Respiratori
per menit
pernafasan
3
In ( 10 m )
Istirahat
12-18
Kerja Moderat
Kerja Keras
dalam in /min
-4
( 10 m /det )
-5
( 10 m /det )
Quotient )
0,75
23-43
300-800
0,01
( 377-705 )
( 0,82-2,18 )
( 0,74 )
30
90-120
2800-3600
0,07
( 1476-1968 )
( 7,64-9,83 )
( 3,3 )
150
6000
0,10
( 2460 )
( 16,4 )
( 4,7 )
40
0,9
1,0
= (
0,1
(0,210,195)
m3/det )
b. Atas dasar CO2 maksimum, sebesar 0,5 % volume
Perkerja di tambang termasuk kerja keras, sehingga nisbah pernafasan
(RQ) = 1,0, maka jumlah CO2 pada pernafasan akan bertambah sebanyak
1,0 x 0,1 = 0,1cfm. CO2 dalam udara normal = 0,03 %.
Dengan demikian didapatkan persamaan :
(CO2 masuk) + (CO2 dihasilkan) = (CO2 maksimum kealiran udara
pernafasan)
0,0003 Q
( 1,0 x 0,1 )
= 0,005 Q cfm
0,0003 Q
0,1
= 0,005 Q cfm
Q =
0,1
(0,0050,0003)
m3/det )
Dari kedua cara perhitungan tadi, yaitu atas dasar kandungan oksigen
minimum 19,5 % volume dan kandungan karbon dioksida maksimum 0,5 %
dalam udara pernafasan diperoleh angka kebutuhan udara segar bagi pernafasan
seseorang sebesar 6,7 cfm dan 21,3 cfm. Dalam hal ini tentunya angka 21,3 cfm
yang digunakan sebagai angka kebutuhan seseorang untuk pernafasan. Dalam
merancang kebutuhan udara bagi ventilasi tambang digunakan angka lebih kurang
sepuluh kali, yaitu 200 cfm per orang ( = 0,1 m3/det per orang )
2.3. GAS-GAS PENCEMAR
Udara pada kenyataannya merupakan kombinasi atau campuran beberapa
gas. Ada beberapa macam gas pengotor dalam tambang bawah tanah. Gas-gas ini
berasal baik dari proses-proses yang terjadi dalam tambang maupun berasal dari
batuan ataupun bahan galiannya.
Peledakan yang diterapkan dalam tambang untuk pemberaian, demikian
juga mesin-mesin yang digunakan dalam tambang merupakan sumber gas
pengotor. Dalam tambang batubara gas methane ( CH4 ) merupakan gas pengotor
yang selalu ada dalam lapisan batubara.
Gas-gas pengotor yang ada dalam tambang bawah tanah tersebut ada yang
bersifat gas beracun atau gas berbahaya. Gas beracun, yaitu gas yang bereaksi
dengan darah dan dapat menyebabkan kematian. Sedangkan gas berbahaya adalah
gas yang dapat menyebabkan bahaya, baik terhadap kehidupan manusia maupun
terhadap hal-hal lain, misalnya menyebabkan peledakan. Tabel 2-3 menunjukan
sifat bermacam gas yang dapat berada dalam tambang bawah tanah.
Simbol
O2
Specifyc
Grafity
( Udara = 1 )
1,1056
Density
lb/ft3
(kg/m3)
0,083
(1,33)
oksigen
Nitrogen
N2
0,9673
0,073
(1,17)
Karbon
Dioksida
CO2
1,5291
0,115
(1,84)
Methane
CH4
O,5545
0,042
(0,67)
Karbon
Monoksida
CO
0,9672
0,073
(1,17)
Hodrogen
Sulfida
H2S
1,1912
0,89
(1,43)
Sulfur
Dioksida
SO2
2,2636
0,170
(2,72)
Pengaruh
Sumber Utama
Tak berbau,
Tak berwarna,
Tak ada rasa
Tak berbau, tak
berwarna, tak
berasa
Tak berbau, tak
berwarna, rasa
agak asam
Bukan racun
tak berbahaya
Udara normal
Bukan racun
menyesakkan
Udara normal,
lapisan
TLVTWA
(%)
-
TLVSTEL
(%)
-
TLV-C
(%)
Kisar
ledak (%)
1,5
5-15
Sesak nafas
berkeringat
Pernafasan
0,5
lapisan, motor
bakar,
peledakan
Tak berbau, tak
Menyesakkan
Lapisan,
ada warna, tak ada
nafas,
peledakan,
rasa
meledak.
motor bakar
Tak berbau, tak Racun ,dapat Nyala
api 0,005
berwarna, tak ada meledak
peledakan
rasa
motor
bakar
oksidasi
Bau telur busuk, Racun dapat Lapisan,
air 0,001
tak berwarna, rasa meledak
tanah,
asam
peledakan
Iritasi,
tak Racun
Pembakaran
0,0005a
berwarna,
rasa
bujih sulfida,
asam
motor bakar
0,04
12,5-74
0,0015
4-44
Simbol
Nitrogen
Oksigen
Hidrogen
Radon
NO,
NO2,
N2O
H2
Rn
Specyfic
Grafity
(kg/m3)
(Udara = I)
1,5895
0,0695
7,665
Pengaruh
Sumber utama
TLV-
TLV-
TLV-C
Kisar
TWA
STEL
(%)
ledak
(%)
-
(%)
-
0,0005b
(%)
-
4-74
0,119
( 1,91 )
Peledakan,
motor bakar
0,005
( 0,08 )
panas, battery
ada rasa
Tak berbau, tak Radio aktif
Lapisan
0,575
( 9,21 )
Keterangan :
a. Diusulkan perubahan untuk menjadi TLV-TWA = 0,0002 dan TLV-STEL = 0,0005
b. Diusulkan perubahan untuk menjadi TLV-TWA = 0,0003 dan TLV-STEL = 0,0005
I WL
berada dalam lapisan batubara selama tidak ada perubahan tekanan padanya. Pada
konsentrasi 5 15 % dapat meledak.
Terbebasnya gas methane dari suatu lapisan batubara dapat dinyatakan
dalam satuan volume per satuan luas lapisan batubara, tetapi dapat juga
dinyatakan dalam sauan volume per satruan waktu. Terhadap kandungan gas
methane yang masih terperangkap dalam suatu lapisan batubara dapat dilakukan
penyedotan gas methane tersebut dengan pompa untuk dimanfaatkan. Proyek ini
dikenal dengan nama seam methane drainage. Kurva eksplosibility gas methane
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
dihasilkan dari hasil pembakaran, operasi motor bakar, proses peledakan, dan
oksidasi lepisan batubara.
Karbon monoksida merupakan gas beracun yang mematikan karena sifatnya
yang kumulatif, seperti terlihat pada gambar 2.2. misalnya gas CO pada
kandungan 0,04 % dalam udara apabila terhirup selama 1 jam baru memberikan
perasaan tidak enak, namun dalam waktu 1,5 jam dapat menyebabkan rasa pusing,
dan setelah 2,5 jam akan menyebabkan pingsan/tidak sadarkan diri, dan pada
waktu lewat 4,5 jam dapat menyebabkan kematian. Kandungan CO sering juga
dinyatakan dalam ppm ( part per milion ). Gas CO mempunyai berat jenis 0,9672
sehingga selalu terapung dalam udara.
0,01 % untuk selama waktu 15 menit, maka kepekaan manusia akan bau ini sudah
hilang.
Pengaruh fisiologi hidrogen sulfida terhadap manusia dapat dilihat pada
Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Pengaruh Fisiologi Hidrogen Sulfida ( Hartman, 1982 ).
Konsentrasi
0,025 ppm
0,005 - 0,010 %
Gejala
Ambang batas berbau
Gejala ringan, misal iritasi terhadap mata dan pernafasan
0,010 %
0,02 - 0,07 %
0,07 0,10 %
0.10 %
Pengaruh
Dapat diketahui dengan rasa ( asam )
Dapat diketahui dengan bau ( belerang )
Iritasi terhadap mata, hidung, dan tenggorokan
Iritasi yang lebih nyata terhadap mata, tenggorokan,
dan paru-paru, serta dimungkinkan bernafas untuk
beberapa menit
400 500
Pengaruh
Masih dalam batas TLV-TWA
Jumlah terkecil yang segera menyebabkan
Radon adalah gas secara kimia termasuk inert, bersifat radioaktif hasil dari
pada desintegrasi radium. Didapatkan terutama dalam tambang uranium,
walaupun sejumlah jejak ditemukan dalam tambang lain, termasuk tambang
batubara (Rock et al., 1975). Radon difusi dari lapisan batuan kedalam lingkungan
tambang, dimana kerusakan lingkungan berlanjut.
2.4. NILAI AMBANG BATAS UNTUK PERNAFASAN ( THRESHOLD LIMIT
VALUE ) Konsentrasi gas yang tidak boleh dilampaui agar tidak
membahayakan kehidupan manusia.
Istilah threshold limit value ( TLV ) telah digunakan berulang kali dalam
pembahasan sebelumnya, yaitu merupakan petunjuk adanya kandungan racun
yang membahayakan dalam beberapa gas. Seperti diketemukan oleh American
Conference of Govermental Industrial Hygienist (ACGIH) adalah kandungan
dibawah kondisi tertentu tidak akan menimbulkan bahaya kesehatan untuk hampir
semua pekerja yang bekerja dari hari ke hari ( Anon., 1979 ). Ketika
menggunakan TLV, akan mencakup tiga nilai yang akan dibahas dibawah ini dan
telah diringkas dalam Tabel 2.3 bersamaan dengan sifat penting, pengaruh, dan
sumber dari gas-gas tambang.
Threshold Limit Value Time Weight Averange ( TLV-TWA )
Sesuai dengan namanya TLV-TWA adalah konsentrasi rata-rata yang
diperbolehkan dalam waktu terdedah ( exposed ) yang lama, yaitu
normalnya 8 jam kerja per hari atau 40 jam per minggu untuk semua
pekerjaang bekerja dari hari ke hari tanpa menimbulkan pengaruh yang
merugikan.
Thershold Limit Value-Short Term Exposure Limit ( TLV-STEL )
TVL-STEL adalah konsentrasi maksimum untuk diperbolehkan untuk
waktu terdedah singkat, yaitu sampai 15 menit tanpa menderita :
1) Iritasi,
2) Perubahan jaringan yang tidak dapat kembali atau kronis
3) Narkose untuk tingkat yang cenderung menambah kecelakaan,
melemahkan penyelamatan oleh dirinya sendiri, atau mengurangi
efisiensi kerja.
Sebagai tambahan :
peladakan
yang
benar
(permissible
explosive) .
b) Perawatan motor bakar.
c) Pencegahan terhadap adanya api, dll.
2. Pemindahan ( Removal )
a) Penyaliran ( drainage ) gas sebelum penambangan.
b) Penyaliran melaui lubang pengeluaran.
c) Penggunaan ventilasi isap lokal.
d) Menambahkan ( Infusion ) air pada waktu penambangan.
3. Absorpsi ( Absorption )
a) Penggunaan reaksi kimia terhadap gas yang keluar dari mesin.
b) Pelarutan dengan percikan air terhadap gas hasil peledakan.
4. Isolasi ( Isolation )
a) Memberi batas sekat terhadap daerah kerja yang terbakar atau
sudah tidak dikerjakan.
b) Penggunaan waktu-waktu peledakan pada saat antar gilir atau
waktu-waktu tertentu.
5. Pelarutan
a) Pelarutan lokal dengan menggunakan ventilasi bantu.
b) Pelarutan dengan menggunakan aliran udara ventilasi utama.
c) Pelarutan lokal dengan menggunakan percikan air.
Biasanya cara pelarutan akan memberikan hasil yang baik, tetapi sering
beberapa cara tersebut dilakukan bersama-sama.
Jumlah udara segar yang diperlukan untuk pengenceran suatu masukan gas
sampai pada nilai MAC adalah :
Q =
Qg
( MAC ) - B
- Qg
Keterangan :
Qg = masukan gas pengotor ( % )
B = konsentrasi gas dalam udara normal ( % )
2.6. PENGAMBILAN CONTO DAN DETEKTOR GAS
Besarnya bahaya gas dalam tambang hanya dapat dinilai dengan alat
pengambil conto yang sesuai/cocok. Alat pengambil conto yang dapat dibawabawa ( portable ), pengerjaan cepat, dilaksanakan ditempat itu juga, dan dapat
digunakan untuk penilaian pendekatan, disebut detector.
2.6.1. Alat pengambil conto gas
Alat yang digunakan untuk pengambilan conto gas, tetapi tidak dapat
dipakai untuk menganalisis gas, antara lain :
Vacuum bottle
Displacing liquids
2.6.2. Alat untuk menganalisis conto gas
Alat yang dapat digunakan untuk menganalisis conto gas, tetapi tidak dapat
digunakan untuk mengambil conto gas, misalnya orsat apparatus.
2.6.3. Alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi gas
Alat yang digunakan untuk mengambil conto gas, sekaligus untuk menilai
kandungan gas di tambang, antara lain :
Open flame
Safety lamps
Methane detectors
Oxygen dan carbondioxida detectors
Carbon monoxida detectors
Haydrogen sulfida, nitrogen oxida, and sulfur dioxida samplers
Radon survey meter.
2.7. KARAKTERISTIK DEBU, SUMBER DAN CARA PENANGANANNYA.
Debu merupakan kelompok kedua yang mencemari udara setelah gas
pengotor yang menjadi perhatian besar insinyur tambang. Mereka akan
menjumpai debu yang terdapat bersamaan dengan gas. Sebaran partikel padatan
maupun cairan dalam ukuran mikroskop dalam media gas disebut aerosol,
misalnya : asap, kabut, dan debu di udara. Walaupun tidak semua debu tersuspensi
yang membahayakan, penghisapan udara untuk pernafasan harus memperhatikan
adanya aerosol.
2.7.1. Perilaku Dinamika Partikel Debu
Debu yang dihasilkan dalam operasi tambang bawah tanah dapat
menimbulkan masalah kesehatan bagi para pekerjanya. Pertikel debu yang sering
dijumpai di alam biasanya terdiri dari pertikel-partikel yang berukuran lebih besar
dari 40 mikron. Sedangkan pertikel yang dapat dilihat dengan mata adalah sekitar
25 mikron, dan ukuran yang dapat dilihat melalui mikroskop sampai 0,25 mikron.
Lebih kurang 80 % debu hasil dari operasi tambang mempunyai ukuran partikel
sekitar dibawah 1 mikrom.
Untuk penyesuaian dalam pengendalian debu, berikut ini sifat-sifat utama
yang harus diketahui :
Partikel debu yang dapat menimbulkan efek patologis maupun terbakar
umumnya berukuran lebih kecil dari pada 10 mikron ( 10 mikron = 0,0004
in ).
Partikel debu yang lebih kecil dari pada 5 mikron diklasifikasikan sebagai
o
o
o
o
o
o
o
o
Standard impinger
Midget impinger
Konimeter
Filter paper sampler
Molecular filter sampler
Electrostatic precipitator
Thermal precipitator
Radiation survey meter
Debu : 1. Air born dust (melayang) Explosible Coal dust Rock dusting :
mengganggu visibility
mengganggu pernafasan (respirable dust) 10 .
2. Settled dust (mengendap)
Sumber : - Pemberaian
- Blasting
- Cutting
- Transportation
debu
Diketahui :
CO2 = 3 %
O2 = 15,20 %
CO = 0,05 %
CH4 = 4,65 %
H2 = 2 %
N2 = 75 %
Ditanyakan :
a. % N2 Normal
b. % Excess N2
c. % Volume Effective Inert (EI)
d. % Volume Effective Combustible (EC)
Jawab :
N2 = 79 %
O2 = 21 %
N2
K1 = ---O2
79
= ----21
K1 = 3,8
a. % N2 Normal = K x % O2 Sampel
= 3,8 x 15,20 %
= 57,76 %
b. % Excess N2 = % N2 - % N2 Normal
= 75 57,76
= 17,24
c. % Volume Effective Inert (EI) = 17,24 + 1,5 x 3
= 17,24 + 4,5
= 21,74
d. % Volume Effective Combustible (EC) = 4,65 + 1,25 x 2 + 0,4 x 0,05
= 7,17
BAB III
PSIKROMETRI UDARA TAMBANG
Udara segar yang dialirkan ke dalam tambang bawah tanah akan
mengalami beberapa proses seperti penekanan atau pengembangan,
pemanasan atau pendinginan, pelembaban atau pengawalembaban. Maka
volume, tekanan, kandungan energi panas dan kandungan airnya juga
akan mengalami perubahan. Ilmu yang mempelajari proses perubahan
sifat-sifat udara seperti temperatur dan kelembaban disebut psikrometri.
Untuk mempelajari masalah psikrometri, dan dalam upaya mendapatkan
pendinginan
pemanasan
pendinginan dan pengawalembaban
Menurunkan efisiensi
Mampu menimbulkan kecerobohan dan kecelakaan
Menyebabkan sakit dan kematian
Setelah temperatur mencapai tingkat tertentu, seseorang akan
kehilangan efisiensinya, dan bila temperatur menanjak lagi maka akan
terjadi gangguan fisiologi. Tubuh manusia memiliki keterbatasan dalam
menerima panas sebelum sistem metabolismenya berhenti.
Efisiensi kerja seseorang bergantung langsung kepada temperatur
ambient dan akan berkurang/menurun bila temperaturnya berada di luar
rentang 68 72 0F. Hubungan efisiensi kerja dengan temperatur efektif
dapat dilihat pada Gambar 3.3.
C dengan cara
udara
dengan kecepatan 200 fpm maka batas temperaturnya dapat naik hingga
95 0F ( 35 0C ). Sedangkan temperatur normal untuk seseorang dapat
bekerja dengan nyaman adalah 2627 0C.
Perbedaan antara temperatur cembung kering dan cembung basah
menyatakan faktor kenyamanan di dalam udara lembab. Agar seseorang
dapat bekerja dengan nyaman di lingkungan udara dengan kelembaban
relatif 80 % diperlukan perbedaan td - tw sebesar 5 0F ( 2,8 0C ).
Kecepatan aliran utama merupakan faktor utama dalam mengatur
kenyamanan lingkungan kerja. Kecepatan aliran udara sebesar 150 500
fpm (0,82,5 m/det) dapat menperbaiki tingkat kenyamanan ruang kerja
yang panas dan lembab. Dalam menduga temperatur efektif dari suatu
kondisi td - tw serta kecepatan aliran udara tertentu dapat menggunakan
grafik pada Gambar 3.4.
Q = KA
dt
dL
Keterangan :
Q = panas yang dialirkan, Btu/jam
A = luas daerah dinding yang mengeluarkan panas ft2
K = konduktivitas panas, biasanya relatif tetap untuk satu jenis
batuan.
Angkanya berbeda menurut kandungan air dan susunan perlapisan
Btu/ft2 jam 0F
dt = perbedaan temperatur, 0F
Kedalaman
( ft )
11000
10000
8000
3530
Temperatur
(m)
3352
3048
2438
1076
F
152
152-130
130
112
C
66.7
51.7-54.4
54.4
44.4
Australia
Geat Britain
Bralorne, B.C. Canada
Kirkland Lake, Ont
Falkerby Mine, Ont
Lockerby Mine, Ont.
Levack Borehold (Inco),
Ont
Garson Mine, Ont.
Lake Shore Mine, Ont.
Hollinger Mine, Ont.
Creighton Mine, Ont.
Superior, Arizona
San Manuel, Arizona
Butte, Montana
Ambrosia Lake, NM
Brunswick No.12, New
Brunswick, CA
Belle Isle Salt Mine, LA
4000
4100
4000-6000
4000-6000
3000-4000
7000-10000
1219
1250
1219-1829
1219-1829
914-1219
2134-3048
114
112.5
66-81
70-84
67-96
99-128
45.6
50.3
18.9-27.2
21.1-28.9
19.4-35.6
37.2-53.3
2000-5000
6000
4000
2000-10000
4000
4500
5200
4000
3700
610-1524
1829
1219
610-3-48
1219
1372
1585
1219
1128
54-87
73
58
60-138
140
118
145-150
140
73
12.1-25.6
22.8
14.4
15.6-58.9
60.0
47.8
60.8-65.6
60.0
22.8
1400
427
88
31.1
Btu/lb
2555
1781
1673
2519
2069
1475
1781
1439
1691
1601
1668
1979-2159
Q ( kj/kg )
5943
4143
3891
5859
4812
3431
4142
3347
3933
3724
3880
4603-5022
Q ( kal/gram )
1420
990
930
1400
1150
820
990
800
940
890
927
1100-1200
menyediakan data sifat-sifat udara dalam kondisi kering dan jenuh. Sifatsifat udara pada suatu titik keadaan, biasanya udara basah, tidak kering,
dan tidak jenuh, dapat dihitung dengan menggunakan tabel tersebut atau
persamaan-persamaan berikut ini. Bila diketahui data : td tw dan pb
Dari tabel uap baca :
1. Tekanan uap jenuh pada td, Ps
2. Tekanan uap jenuh pada tw, Ps
3. Kelembaban spesifik penjenuhan pada td, Ws
Bila tabel uap tidak tersedia, hitung tekanan uap jenuh dengan
menggunakan persamaan berikut.
-
Ps = 0.18079 exp
td552.64
( 17.27td+395.14
)
in Hg......................................
(3-1)
Ps = 0.6105 exp
td
(17.27
td + 237.3 )
kPa ......................................................
(3-1a)
Untuk menghitung
Ps`
( pbps ) ( tdtw )
28001.3 tw
in .......................................................... (3-2)
pv = ps - 0.000644 pb ( td - tw ) ........................................................(3-2a)
karena harga 1.3 tw dalam persamaan 1-2 sangant kecil, maka dengan tingkat
ketelitian 2-4 % persamaan tersebut dapat disingkat :
..................................... ....(3-3)
2. Kelambaban relatif :
pv
ps
100
...................................................................... (3-4)
3. Kelembaban spesifik
pv
pb pv
W = 0.622 x
(3-5)
x 7000 = grains/lb udara kering
4. Derajat kejenuhan :
=
w
ws
x 100
.........................................................................
(3-6)
5. Volume spesifikasi :
=
R Td
Pa
(1-5)
6. Bobot isi udara ( udara basah ) :
w=
(3-7)
atau kalau tahap 3 sampai 5 tidak dilakukan, maka :
1.325
Td
lb/ft3
w
( Pb-0,378 Pv` )
............................................ (5-7)
1
=
0,287 Td
( Pb-0,378 Pv` )
t
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
hg
1061.5
1062.0
1062.4
1062.8
1063.3
1063.7
1064.2
1064.6
1065.1
1065.5
1065.9
1066.4
1066.8
1067.3
1067.7
1068.1
1068.6
1069.0
1069.5
1069.9
1070.3
1070.8
1071.2
1071.7
1072.1
1072.5
1073.0
1073.4
1073.8
1074.3
1074.7
1075.2
1075.6
Vg
14,080
13,400
12,750
12,140
11,550
11,000
10,480
9979
9507
9060
8636
8234
7851
7489
7144
6817
6505
6210
5929
5662
5408
5166
4936
4717
4509
4311
4122
3943
3771
3608
3453
3305
3180
Sifat campuran udara kering & uap jenuh pada tek. Total 29.
True vol.
Spesifik.
Ft3/lb
Va
11.604
11.630
11.655
11.680
11.706
11.731
11.756
11.782
11.807
11.832
11.857
11.883
11.918
11.933
11.959
11.984
12.009
12.035
12.060
12.085
12.110
12.136
12.161
12.186
12.211
12.237
12.262
12.287
12.313
12.338
12.363
12.389
12.414
Entalpi
Btu/lb
ha
0.24
0.48
0.72
0.06
1.20
1.44
1.68
1.92
2.16
2.40
2.64
2.88
3.12
3.36
3.60
3.84
4.08
4.32
4.56
4.81
5.05
5.29
5.33
5.77
6.01
6.25
6.49
6.73
6.97
7.21
7.45
7.69
7.93
W
5
6
6
6
7
7
7
8
8
9
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
3
0.
130
3
0.
136
6
0.
143
1
0.
150
0
0.
157
1
0.
164
5
0.
172
3
0.
180
3
0.
187
8
0.
195
5
0.
203
4
0.
211
7
0.
220
3
0.
229
0
0.
238
2
0.
247
7
0.
257
5
0.
267
6
0.
278
1
0.
289
0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
10.1
11.1
12.1
13.1
14.1
15.1
16.1
17.1
18.1
1076.0
1076.5
1076.9
1077.4
1077.8
1078.2
1078.7
1079.1
1079.5
1080.0
1080.4
1080.9
1081.3
1081.7
1082.2
1082.6
1083.1
3062
2948
2839
2734
2634
2538
2445
2357
2272
2190
2112
2037
1965
1896
1829
1766
1704
12.439
12.464
12.490
12.515
12.540
12.565
12.591
12.616
12.461
12.667
12.692
12.717
12.742
12.768
12.793
12.818
12.844
8.17
8.41
8.65
8.89
9.13
9.37
9.61
9.85
10.09
10.34
10.58
10.82
11.06
11.30
11.54
11.78
12.02
12.52
12.55
12.58
12.61
12.64
12.67
12.70
1273
12.76
12.79
12.82
12.85
12.88
12.91
12.94
12.97
13.00
12.59
13.00
13.42
13.86
14.30
14.75
15.21
15.68
16.16
16.64
17.13
17.63
18.13
18.66
19.19
19.73
20.28
2
2
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
0.
300
2
0.
311
9
0.
322
3
0.
336
3
0.
349
1
0.
362
4
Temp
eratur
of
t
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
Entalpi
Ps
0
.3
76
1
0
.3
90
3
0
.4
04
9
0
.4
20
0
0
.4
35
6
0
.4
51
8
0
.4
68
4
0
.4
85
6
0
.5
Air jenuh
Btu/lb
Hf
19.1
20.1
21.1
22.1
23.1
24.1
25.1
26.1
27.1
28.1
29.1
30.1
31.1
32.1
33.1
34.1
35.1
36.1
37.1
38.1
39.1
40.1
41.1
42.1
43.1
44.1
45.1
46.1
47.1
48.1
49.1
50.1
51.1
52.1
Uap jenuh
Btu/lb
Hg
1083.5
1083.9
1084.4
1084.8
1085.2
1085.7
1086.1
1086.5
1087.0
1087.4
1087.9
1088.3
1088.7
1089.2
1089.6
1090.0
1090.5
1090.9
1091.3
1091.8
1092.2
1092.6
1093.1
1093.5
1093.5
1094.4
1094.8
1095.2
1095.7
1096.1
1096.6
1097.0
1097.4
1097.8
Vol spesifik
uap jenuh.
Ft3/lb
vg
1645
1589
1534
1482
1431
1383
1336
1292
1249
1207
1167
1129
1092
1022
1056
988.6
956.8
926.1
896.5
868.0
840.5
814.0
788.4
763.8
740.0
717.0
694.9
673.5
652.9
633.0
613.8
595.3
577.4
560.1
Va
12.869.
12.894
12.919
12.945
12.970
12.995
13.020
13.046
13.071
13.096
13.122
13.147
13.172
13.197
13.223
13.248
13.273
13.298
13.324
13.349
13.374
13.399
13.425
13.450
13.475
13.501
13.526
13.551
13.576
13.602
13.627
13.652
13.678
13.703
vs
13.03
13.06
13.10
13.13
13.16
13.19
13.23
13.26
13.29
13.33
13.36
13.40
13.43
13.47
13.50
13.54
13.58
13.61
13.65
13.69
13.72
13.76
13.80
13.84
13.88
13.92
13.96
14.00
14.04
14.09
14.13
14.17
14.22
14.26
ha
12.26
12.50
12.74
12.98
13.22
13.46
13.70
13.94
14.18
14.42
14.66
14.90
15.14
15.38
15.62
15.85
16.10
16.35
16.59
16.83
17.07
17.31
17.55
17.79
18.03
18.27
18.51
18.75
18.99
19.23
19.47
19.71
19.95
20.19
Hs
20.84
21.41
21.99
22.59
23.20
23.82
24.45
25.10
25.76
26.43
27.11
27.82
28.54
29.27
30.03
30.79
31.58
32.38
33.20
34.04
34.09
35..79
36.69
37.61
38.55
39.52
40.51
41.52
42.56
43.63
44.72
45.84
46.98
48.16
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
03
3
0
.5
21
6
0
.5
40
5
0
.5
59
9
0
.5
80
0
0
.6
00
7
0
.6
22
1
0
.6
44
1
0
.6
66
8
0
.6
90
2
0
.7
14
3
0
.7
39
2
0
.7
64
8
0
.7
91
1
0
.8
18
3
0
.8
46
53.1
54.0
55.0
56.0
57.0
58.0
59.0
60.0
61.0
62.0
63.0
64.0
65.0
66.0
67.0
68.0
1098.3
1098.7
1099.1
1099.6
1100.0
1100.4
1100.9
1101.3
1101.7
1102.2
1102.6
1103.0
1103.4
1103.9
1104.3
1104.7
543.3
527.2
511.6
496.5
482.0
467.9
454.3
441.1
428.4
416.1
404.2
392.7
381.5
370.7
360.3
350.2
13.738
13.753
13.778
13.804
13.829
13.854
13.880
13.905
13.930
13.955
13.981
14.006
14.031
14.057
14.082
14.107
20.43
20.67
20.91
21.15
21.39
21.64
21.88
22.12
22.36
22.60
22.84
23.08
23.32
23.56
23.80
24.04
14.31
14.35
14.40
14.45
14.50
14.55
14.60
14.65
14.70
14.75
14.80
14.86
14.91
14.97
15.02
15.08
49.36
50.59
51.86
53.14
54.48
55.85
57.25
58.69
60.16
61.67
63.12
64.81
66.20
68.53
70.03
71.62
3
0
.8
75
1
0
.9
04
7
0
.9
35
2
0
.9
66
7
0
.9
99
0
1
.0
32
3
1
.0
66
5
1
.1
01
7
1
.1
38
0
1
.1
75
2
1
.2
13
6
1
.2
53
0
1
.2
93
5
1
.3
35
1
1
.3
77
9
1
.4
21
9
1
.4
67
1
1
.5
13
6
1
.5
61
3
1
.6
10
3
1
.6
60
7
1
.7
12
4
1
.7
65
5
1
.8
20
0
1
.8
75
9
1
.9
33
4
Temper
atur
of
t
101
102
103
104
105
106
107
Ps
Entalpi
Air jenuh
Btu/lb
Hf
1 69.0
.9
70.0
92 71.0
3
72.0
2 73.0
.0
74.0
52 75.0
Uap
jenuh
Btu/lb
Vol spesifik
uap jenuh.
Ft3/lb
hg
1105.2
1105.6
1106.0
1106.4
1106.9
1107.3
1107.7
Vg
340.4
331.0
321.8
313.0
303.4
296.0
288.0
Va
14.132
14.157
14.183
14.208
14.233
14.259
14.284
ha
24.38
24.52
24.76
25.00
25.24
25.48
25.72
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
76.0
2 77.0
.1
78.0
14 79.0
9
80.0
2 81.0
.1
82.0
78 83.0
6
84.0
2 85.0
.2
86.0
44 87.0
0
88.0
2 89.0
.3
90.0
11 91.0
0
92.0
2 93.0
.3
94.0
79 95.0
8
96.0
2 97.0
.4
98.0
50 99.0
3
100.0
2 101.0
.5
102.0
22 103.0
6
104.0
2 105.0
.5
106.0
96 107.0
8\
108.0
2 109.0
.6
110.0
72 111.0
8
112.0
2 113.0
.7
114.0
50 115.0
7
116.0
2 117.0
.3
118.0
80
6
2
.9
12
5
2
.9
96
3
3
.0
82
3
3
.1
70
3
1108.2
1108.6
1109.0
1109.4
1109.9
1110.3
1110.7
1111.1
1111.6
1112.0
1112.4
1112.8
1113.3
1113.7
1114.1
1114.5
1114.9
1115.4
1115.8
1116.2
1116.6
1117.0
1117.5
1117.9
1118.3
1118.7
1119.2
1119.6
1120.0
1120.4
1120.8
1121.2
1121.7
1122.1
1122.5
1122.9
1123.3
1123.7
1124.1
1124.6
1125.0
1125.5
1125.8
280.2
272.6
265.3
258.2
251.3
2 44.6
238.1
231.8
225.8
219.9
214.1
208.6
203.2
197.9
192.9
188.0
183.2
178.5
174.0
169.6
165.4
161.3
157.3
153.4
149.6
145.9
142.4
138.9
135.5
132.2
129.1
126.0
123.0
120.0
117.2
114.4
111.7
109.1
106.6
104.1
101.7
99.32
97.04
14.309
14.334
14.360
14.385
14.410
14.435
14.461
14.486
14.511
14.537
14.562
14.587
14.612
14.637
14.663
14.688
14.713
14.739
14.764
14.789
14.814
14.839
14.865
14.890
14.915
14.941
14.966
14.991
15.016
15.043
15.067
15.092
15.117
15.143
15.168
15.193
15.218
15.244
15.269
15.294
15.319
15.345
15.470
25.96
26.20
26.45
26.69
26.93
27.17
27.41
27.65
27.89
28.13
28.37
28.61
28.85
29.09
29.33
29.57
29.82
30.06
30.30
30.54
30.78
31.02
31.26
31.50
31.74
31.98
32.22
32.46
32.70
32.94
33.18
33.43
33.67
33.91
34.15
34.39
34. 63
34.87
35.11
35.35
35.59
35.83
36.07
15.59
15.65
15.72
15.80
15.87
15.94
16.02
16.10
16.18
16.26
16.34
16.43
16.51
16.60
16.70
16.79
16.89
16.98
17.08
17.19
17.29
17.40
17.52
17.63
17.75
17.87
17.99
18.12
18.25
18.39
18.53
18.67
18.82
18.97
19.13
19.29
19.45
19.62
19.81
19.99
20.18
20.37
20.58
87.62
89.87
92.19
94.58
97.03
99.55
102.16
104.81
107.55
110.38
113.29
116.28
119.36
122.52
125.79
129.15
132.61
136.17
139.88
143.64
147.54
151.57
155.72
160.00
165.43
168.98
173.69
178.54
183.57
188.75
194.04
199.64
205.34
211.27
217.39
223.70
230.28
236.94
244.06
251.34
258.88
266.71
274.34
389.4
402.0
414.9
428.3
442.1
456.3
471.0
486.1
501.6
517.7
543.3
551.4
569.0
587.2
606.0
625.3
645.3
665.9
687.2
709.2
731.9
755.4
779.6
804.6
830.5
857.2
884.8
913.3
942.8
973.4
1000.0
1038
1071
1106
1143
1180
1219
1259
1301
1344
1389
1436
1485
3
.2
60
6
3
.3
53
0
3
.4
47
7
3
.5
44
6
3
.6
43
9
3
.7
45
5
3
.8
49
6
3
.9
56
1
4
.0
65
1
4
.1
76
8
4
.2
91
0
4
.4
07
8
4
.5
27
4
4
.6
49
8
4
.7
75
0
4
.9
03
0
5
.0
34
0
5
.1
67
9
5
.3
04
9
5
.4
45
0
5
.5
88
1
5
.7
34
5
5
.8
84
2
6
.0
37
1
6
.1
93
4
6
.3
53
2
6
.5
16
4
6
.6
33
2
6
.8
53
6
7
.0
77
7
7
.2
05
6
7
.3
87
2
7
.5
72
7
Source : Gof and Gratch, 1945, p. 95. By permission from American Society of heating, Refregera
& Air-Conditioning Engineers, New York.
a
For temperature of 1 to 32oF, the data are for ice instead of water
CONTOH :
Udara mempunyai data : td = 70 oF ( 21.1 0C )
tw = 50 oF ( 101 0C )
pb = 29,921 in Hg ( 101,04 kPa )
tentukan sifat psikrometri udara pada titik keadaan menggunakan Tabel 3.3
1. Pada tw baca ps ` = 0,3624 in Hg, dan
Pada td baca ps = 0,7392 in Hg
2. Tekanan uap :
Dengan menggunkan persamaan 3-2
( 29,921 -0,3624 ) ( 70-50 )
Pv = 0,3624 - 2800 ( 1.3 ) ( 50 )
= 0,1463 in Hg
Atau dengan menggunakan persamaan 3-3
Pv = 0,3624 0,00036 ( 29,921 0,3624 ) ( 70-50 )
= 0,1496 in Hg
Pada pv baca dari tabel tdp = 27,5 oF atau 2,5 oC ( pv = ps pada tdp )
3. Kelembaban relatif
Gunakan persamaan 3-4
=
0,1463
0,7392
x 100 = 19,8 %
=
7. Bobot isi udara
( 53,3 )( 460+70)
( 29, 775 ) ( 0,491 ) (144)
= 13,42 ft3/lb
w=
1
13,42
w=
1,325
td
( pb -0,378 pv` )
atau
1,325
w = 530
8. Entapi
h = 0,24 td + W ( 1,060 + 0,45 td )
h = ( 0,24 )(70) + ( 0,003006 )( 1,060 + 0,45 x 70 ) = 20,14
Btu/lb
3.4. GRAFIK PSIKROMETRI
Penentuan beberapa sifat psikrometri udara yang dilakukan dengan
menggunakan persamaan, walaupun cukup tepat tetapi sangat menyita
waktu. Dalam permasalahan pendinginan udara, toleransi hitungan cukup
besar sehingga perhitungan sifat-sifat udara dengan menggunakan grafik
psikrometri sering dilakukan.
Dalam grafik psikrometri suatu titik keadaan dapat diletakkan pada
tekanan barometer tertentu sepanjang temperatur kering dan basah
diketahui. Pembuatan grafik psikrometri ditunjukan pada Gambar 3.5,
sedangkan contoh grafik psikrometri untuk kondisi temperatur dan tekanan
normal ditunjukan pada Gambar 3.6.
= 20.00 %
W
= 0,0031 lb/lb ( kg/kg )
hkor
= -0,08 Btu/lb ( -0,19 kj/kg )
h
= 20,31 0,08 = 20,23 Btu/lb ( 47,05 kj/kg )
v
= 13,42 ft3/lb ( 0,8378 m3/kg )
w
= 0,0748 lb/ft3 ( 1,1918 kg/m3 )
Ws
= 0,0158 lb/lb ( kg/kg )
Gambar 3.6. Grafik psikometri untuk kondisi temperatur dan tekanan normal
Gambar 3.7. Grafik psikometri untuk kondisi temperatur dan tekanan normal
(untuk td lebih besar 850F
Gambar 3.9. Grafik psikometri untuk tekanan 12,23 psia ( = 5000 ft)
35 0F dan tw = 30 oF.
Tarik garis mendatar dari titik keadaan ( 1 ) ke kanan dan berpotongan
dengan garis
td = 60 oF menjadi titik keadaan ( 2 ).
Tarik garis dari titik keadaan ( 2 ) ke arah garis t w dan didapat tw = 44
o
F.
Pada ( 1 ) didapat volume spesifik = 12,51 ft3/lb
Gunakan :
Q
G = 60
G = 60 x
50.000
12.51
ft / menit
3
ft / lb
G = 239.800 ft3/lb
h1 = ( 10,91 + 0,15 ) Btu/lb = 11,06 Btu/lb
h2 = ( 17,16 0,04 ) Btu/lb = 17,12 Btu/lb
penambahan panas = q
q = G ( h2 h1 ) = 239,800 ( 17,12 11,06 )
q = 1.453.000 Btu/jam
2. Tentukan perubahan panas bila udara di atas muka air laut didinginkan dari t d =
980F dan tw = 630F ke td = 500F.
Jawab :
Gunakan Gambar 3.6.
Tentukan titik keadaan 1.
Tentukan titik keadaan dengan cara menarik garis mendatar ke arah kiri
berpotongan dengan garis vertikal td = 500F dan diperoleh tw = 430F.
h2 = ( 28,59 0,25 ) Btu/lb = 28,34 Btu/lb
h1 = ( 16,65 0,02 ) Btu/lb = 16,63 Btu/lb
tentukan panas yang dibuang untuk G = 1 lb/jam
q = G ( h2 h1 ) = 1 ( 28,34 16,63 ) = 11,71 Btu/jam
BAB IV
PENGENDALIAN KUANTITAS UDARA TAMBANG
Pada dasarnya tujuan ventilasi adalah menyalurkan udara yang
cukup ke dalam tambang melalui lubang bukaan tambang atau melalui
pipa. Panjang jalur yang harus dilalui oleh udara yang dikirimkan dari
permukaan ke tambang bawah tanah dapat menyebabkan proses ventilasi
menjadi sangat sulit dan mahal. Pemahanan terhadap teori aliran udara
memerlukan pengetahuan tentang mekanika fluida, kerena pada prinsipnya
ventilasi tambang merupakan aplikasi prinsip-prinsip dinamika fluida
udara dalam tambang dan pipa. Meskipun udara adalah gas dan merupakan
meterial yang dapat ditekan ( compressibele fluid ), namun dalam ventilasi
tambang udara dianggap sebagai fluida yang tak dapat ditekan
( imcompressible fluid ) dan hal ini merupakan penyederhanaan dalam
perhitungan.
Arah aliran udara dalam tambang dipengaruhi oleh berbagai
kondisi :
Tempat dengan perbedaan tekanan, yaitu udara akan megalir dari
V1 2
2g
+ Z1 =
H1.............................. ( 4-2 )
Dengan : P/w
= energi statis
P2
w
V 22
2g
+ Z2 +
(4-3 )
Dimana Ht adalah julang ( head ) total dan persamaan Bernoulli dapat ditulis :
Hs1 + Hv1 + Hz1 = Hs2 + Hv2 + Hz2 + H1 ......................... (4-4 )
Dimana Hs = julang statik, Hv = julang kecepatan Hz = elevasi atau julang
potensial dan semua satuannya adalah in water atau dalam Pa.
4.1 BENTUK ALIRAN UDARA TAMBANG
Didalam mekanika fluida dikenal dua bentuk aliran fluida pada zona
transisi yaitu aliran laminar dan aliran turbulen. Kriteria yang digunakan
untuk
DV
DV
Keterangan :
= kerapatan fluida ( lb/cuft )
D = diameter saluran, ft
V = kecepatan aliran, fps ft/detik.
= viskositas absolut, lb.s/ft2 atau pa detik
v = viskositas kinematis, ft2/s
untuk udara pada kondisi normal, besarnya viskositas kinematis v = 1,60 x 10-4
ft2/dt, sehingga persamaannya menjadi :
Nre = 6250 DV .....................................................
( 4-6 )
Kecepatan pada bilangan Reynold = 4000 disebut kecepatan kritis dan besarnya
kecepatan kritis adalah :
Vc =
60 N Re
6250 D
( 60 ) ( 4000 )
6250 D
38,4
D
....................... ( 4-7 )
Apabila kecepatan udara yang mengalir melalui saluran lebih besar
kecepatan keritis maka alirannya adalah turbulen, dalam tambang aliran
udara yang diperlukan adalah aliran turbulen karena diperlukan dalam
proses dispersi dan pemindahan pengotor yang dihasilkan dari proses
penambangan.
4.2. PENGARUH BENTUK ALIRAN PADA DISTRIBUSI KECEPATAN
Aliran udara pada suatu bukaan atau pipa ventilasi, kecepatan
maksimumnya akan terjadi pada pusat bukaan atau pipa tersebut.
...........................................................
( 4-8 )
Kehilangan karena gesekan terjadi apabila suatu aliran melewati pipa atau bukaan
dengan luas konstan, sedangkan kehilangan karena kontraksi adalah kehilangan
yang disebabkan oleh adanya perubahan arah aliran atau perubahan luas
penampang saluran.
Dalam suatu sistem ventilasi perlu untuk menjumlahkan semua
kehilangan energi aliran dalam menentukan jumlah julang yang harus
diberikan untuk mengatasi kehilangan dan menghasilkan aliran yang
diperlukan. Dalam sistem ventilasi tambang dengan kipas tunggal atau
sumber tekanan lainnya dan keluaran tunggal konsumsi energi
kumulatifnya disebut julang tambang ( mine head ). Julang tambang
..............................
( 4-9 )
Julang kecepatan ( Hv ) diambil sebagai julang kecepatan pada
keluaran sistem. Dalam suatu sistem julang kecepatan berubah dengan
berubahnya luas penampang dan merupakan fungsi dari kerapatan udara
dan kecepatan aliran Julang kecepatan merupakan kehilangan dalam suatu
sistem karena adanya energi kinetik udara yang terbuang ke atmosfer
sehingga harus dianggap sebagai kehilangan terhadap sistem dalam
menentukan kehilangan energi total.
Julang tambang total ( mine total head ) merupakan jumlah semua
kehilangan energi dalam sistem ventilasi yang secara numerik merupakan
jumlah dari julang tambang statik dan kecepatan.
Mine Ht = mine Hs + mine Hv
.................................
( 4-10 )
4.4. PERHITUNGAN KEHILANGAN JULANG
4.4.1. Julang kecepatan
Julang kecepatan menyatakan energi kinetik yang harus diberikan
untuk mempertahankan aliran dan merupakan kehilangan pada keluaran
system, persamaan dasar untuk menghitung julang kecepatan adalah :
2
Hv =
V
2g
HV = w
[ ]
V
1098
...........................
( 4-11 )
LV
D2g
Hf = f
................................................................
( 4-12 )
Keterangan : Hf = julang gesekan, ft(m)
L = panjang, ft(m)
D = diameter, ft(m)
V = kecepatan, fps(m/s)
f = koefisien gesek.
Untuk memudahkan dalam perhitungan agar dapat digunakan untuk
berbagai bentuk saluran, persamaan julang gesekan dinyatakan dengan
hydraulic radius ( Rh ), yaitu perbandingan luas A dengan keliling P pipa.
Rh =
A
P
( /4) D
D
D
4
atau
D = 4.
Rh ............... ( 4-13 )
Dimana : A = luas saluran/pipa (ft2)
P = keliling saluran/pipa (ft)
D = diameter saluran/pipa (ft)
Substitusi Rh ke dalam persamaan Darcy-Weisbach menjadi :
L V2
4 Rh 2g
Hf = f
.............................................................
( 4-14 )
Berdasarkan persamaan tersebut, maka Atkinson menurunkan persamaan
kehilangan julang gesekan untuk ventilasi tambang menjadi :
Hf
f
5,2
................................................
L
4 Rh
( 4-15 )
0,075V 2
2g (60)2
L
2
Rh V
K
5,2
KPLV 2
=
5,2. A
KPLQ 2
5,2. A3
...............................
( 4-16 )
2
4
Dengan K = faktor gesekan, lb.min /ft
Faktor gesekan untuk saluran berupa pipa dapat dilihat pada Tabel
4.1. di bawah, sedangkan untuk lubang bukaan dapat dilihat di lampiran.
Kehilangan julang gesekan dapat juga dihitung dengan menggunakan
grafik ( lihat Gambar 4.3 ).
TABEL 4.1 FAKTOR GESEKAN PIPA LAMA DAN BARU
Pipa
Faktor gesekan
( K)1010 lb.min2/ft4
Baru
lama
15
20
20
25
22,5
27,5
Baja,kayu,fiberglass
Jute,kanvas,plastik
Kanvas jenis spiral
( 4-17 )
Dimana :
Hx = shock loss
X = faktor shock loss
Hv = julang kecepatan
Untuk menhitung julang kontraksi ( Hx ), harus diperhitungkan
kesetaraan panjang dari belokan suatu jalur udara.
Hx = Hf
KLV 2
XHv = 5,2 Rh
X
wV2
(1098)2
KLV 2
5,2 Rh
H1 = Hf + Hx =
KP ( L+ ) Q
5,2. A 3
.................................
( 4-
19 )
4.5. AIR HORSEPOWER
Daya yang diperlukan untuk mengatasi kehilangan energi dalam
aliran udara disebut air horsepower ( Pa ), dengan persamaan :
Pa = pQ = 5,2 HQ lbf/menit
Pa =
5,2 HQ
33.000
HQ
6.346
HP
........................................
( 4-20 )
4.6 TEORI PERHITUNGAN JARINGAN VENTILASI
Dari persamaan Atkinson untuk perhitungan julang ( head )
sebelumnya dapat diketahui bahwa K,P,L,Le dan A adalah konstan untuk
suatu jalur udara atau pipa, sehingga diperoleh hubungan :
H1
~
Q2
Hs
~
Q2
Hv
~
Q2
Ht
~
Q2
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa head loss untuk ventilasi
tambang dapat ditulis sebagai :
H
Q2
Q1
Q2
( )
...........................................................
4-21 )
Atau
H2 = H1
Q2
Q1
( )
Contoh : Suatu tambang dengan fan tunggal yang memiliki head statik 2 in dan
head total 3 in dengan kuantitas 400.000 cfm, tentukan dan plotkan kurva
karakteristik.
Penyelesaian :
Mine Q,
cfm( m3/s)
Mine Hs,
in ( Pa )
0
0
0
200000
94,4
0,5
400000
188,8
2,0
600000
238,2
4,5
800000
377,6
8,0
Dan kurva karakteristiknya, lihat Gambar 4.4
0
125
497
1120
1990
Mine Ht,
in ( Pa )
0
0,8
3,0
6,8
12,0
0
200
745
1690
2990
................................................................
( 4-22 )
Dengan R konstanta proporsionalitas dan diangap sebagai tahanan dari jalur udara
besarnya harga R adalah :
R =
23 )
KP( L+)
5,2 A3
........................................................
( 4-
R =
KP(L+)
A3
......................................................
( 4-
23a )
Dengan satuannya in.min2/ft6 ( Ns2/m8 ).
Persamaan 4-22 ( persamaan Atkinson ) dapat dianalogkan hukum
Ohm yang merupakan persamaan dasar yang digunakan dalam analisis
jaringan listrik. Persamaan Atkinson menyatakan bahwa headloss untuk
suatu jalur udara setara dengan tahanan jalur udara dikalikan kuadrat
kuantitas udara yang melaluinya, sedangkan hukum Ohm menyatakan
bahwa perbedaan potensial atau voltase sebanding dengan tahanan media
dikalikan dengan arus listrik yang melalui media tersebut.
Oleh karena itu head loss analog dengan perbedaan potensial,
kuantitas dengan arus listrik dan tahanan jalur udara dengan tahanan
listrik, konsekuensinya teknik-teknik yang digunakan dalam sitkuit
jaringan listrik secara lansung dapat diterapkan pada analisis jaringan
ventilasi.
4.6.2. Hukum Kirchhoff
Dua hukum yang mengatur perilaku jaringan listrik dikembangkan
oleh ahli fisika Jerman yaitu Gustav Robert Kirchhoff ( 1824 1887 ).
Meskipun hukum ini dikembangkan terutama untuk jaringan listrik,
hukum tersebut dapat juga diterapkan untuk analisis jaringan ventilasi.
4.6.2.1. Hukum Kirchhoff I
Gambar 4.5 merupakan segmen dari suatu jaringan ventilasi dimana
empat jalur udara bertemu pada suatu titik atau junction. Menurut Hukum
Kirchhoff, kuantitas udara yang meninggalkan
dengan kuantitas udara yang masuk ke junction.
Q1 + Q2 = Q3 + Q4
...................................................................
( 4-24 )
Hla, Hlb dan Hlc adalah positif karena kuantita Q1 yang mengalir melalui jalur a,b
dan c searah dengan penjumlahan, akan tetapi Hld adalah negatif karena Q2
mengalir berlawanan dengan arah penjumlahan.
[ Q ] nilai absolut Q.
Persamaannya menjadi :
Hl = Ra [Q1][Q1] + Rb [Q1][Q1] + Rc [Q1][Q1] Rd [Q2][Q2] =
0
Hukum Kirchhoff II juga harus dapat memasukkan sumber tekanan (
fan atau ventialsi alam ) yang ada dalam suatu jalur, karena suatu sumber
tekanan membangkitkan suatu kenaikan tekanan maka harus dianggap
sebagai suatu negative-pressure drop. Sehingga sumber tekanan dianggap
bernilai negatif bila aliran udaranya searah dengan penjumlahan dan
bernilai positif bila tekanan tersebut menimbulkan aliran udara berlawanan
arah penjumlahan.
5.6.3. Jaringan Seri
Jaringan seri di definisikan sebagai suatu jaringan yang mempunyai
jalur saling berkait ujung satu dengan ujung lainnya sehingga kuantitas
( lihat Gambar
4.7 ).
( 4-
Gambar 4.8. jalur udara dalam jaringan seri dan jalur ekuivalennya.
4.6.3. Jaringan Paralel
Jaringan dianggap paralel apabila total udara yang mengalir terbagi
dalam masing-masing jalur udara ( lihat Gambar 4.9 ). Dalam ventilasi
tambang pencabangan ini disebut splitting dan cabang-cabangnya disebut
sebagai split. Terdapat dua macam splitting yaitu natural splitting dan
controlled splitting.
Natural splitting terjadi bilamana pencabangan terjadi secara alami
tanpa adanya pengaturan, sedangkan controlled splitting terjadi apabila
kuantitas udara dengan jumlah tertentu harus mengalir pada suatu jalur
udara dengan menggunakan alat pengatur.
H1
H1
H1
+
+
R1
R2
R3
Q=
Dengan Q adalah total kuantitas dan H1 adalah head loss dari jaringan paralel dari
A ke B. Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk tahanan ekuivalen
sebagai berikut :
H 1
Q=
1
1
1
+
+
R 1 R2 R3
H 1
1
R eq
( )
....
( 4-31 )
Contoh : Empat jalur udara disusun secara paralel dengan kuantitas total 100000
cfm. Tahanan dari masing-masing jalur tertera di bawah ini. Carilah head loss
untuk jaringan paralel dan kuantitas udara yang mengalir ke masing-masing jalur.
In.min2/ft6 x 10-10
23,50
1,35
3,12
3,55
Airway
1
2
3
4
Penyelesaian :
Req =
1
1
1
1
1
+
+
+
23,5 1,35 3,12 3,55
10-10
Q2, Q3, dan Q4 lihat Tabel dan untuk checking maka total semuanya
100000 cfm.
Jaringan paralel banyak digunakan dalam ventilasi tambang karena :
a. Udara yang masuk ke masing-masing jalur masih fresh
b. Power cost lebih rendah.
Kuantitas udara yang mengalir melalui setiap jalur udara paralel
dapat ditentukan dengan mengetahui kuantitas total dan tahanan untuk
setiap jalur tanpa harus menghitung head loss masing-masing jalur udara,
karena head loss untuk jaringan paralel adalah sama, sehingga dapat ditulis
:
( 4-33 )
Persamaan 4-33 disebut juga Quantity divider rule.
4.7. ANALISIS JARINGAN SEDERHANA DENGAN NATURAL SPLITTING.
Jaringan dianggap sebagai jaringan sederhana apabila jalur-jalur
yang ada dapat disederhanakan menjadi jalur ekuivalen. Jaringan
sederhana dapat terdiri dari kombinasi jaringan paralel dan seri. Sebagai
contoh jaringan sederhana dapat dilihat Gambar 4.10.
Nilai dari masing-masing jalur udara adalah sebagai berikur :
R1 = 0,50
R6 = 1,30
R2 = 1,20
R7 = 0,95
R3 = 1,0
R8 = 1,50
R4 = 0,75
R9 = 1,35
R5 = 1,25
R10 = 0,40
10-10
terdiri dari 6 ( enam ) cabang dan empat junction dengan fan yang
ditempatkan cabang 1 ( satu ) dan mengeluarkan udara dengan arah seperti
tecantum dalam gambar. Dari gambar tersebut dapat ditulis :
3. Besarnya shock loss untuk cabang selain free split adalah selisih antara
head loss pada cabang tertinggi dengan head loss cabang yang
bersangkutan.
Contoh : terdapat empat jalur udara yang disusun secara paralel dengan
kuantitas total 100000 cfm dan pada masing-masing cabang didinginkan
udara mengalir sebagai berikut :
Airway
Q, cfm
R x 10-10
1
20000
23,50
2
15000
1,35
3
35000
3,12
4
30000
3,55
Ukuran regulator dapat dihitung dari rumus :
X=
HI, in
0,940
0,030
0,382
0,320
Hx (shock loss),in
Free split
0,940 0,030 = 0,910
0,40 0,3820 = 0,559
0,940 0,320 = 0,620
Hx
Hv
Velocity head ( Hv )
Hv = w
W
1098
Nm = Nb Nj + 1 = 13 9 + 1 = 5
0,4 + Hx = 1,2
Hx = 0,8 in
lokasi regulator cabang CD
Mesh 1 :
atas
Mesh 2 :
bawah
Mesh 4 :
bawah
Mesh 3 :
cabang FH
Mesh 5 :
lokasi
regulator
atau IJ
Head statik tambang ( Hs ) = 0,7 + 5,1 + 1,6 = 7,4 in
Untuk perhitungan jaringan yang sangat rumit akan lebih cepat dan
mudah apabila menggunakan program komputer.
BAB V
PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN UDARA
ini perlu dilakukan secara periodik atau dengan cara acak. Tujuan survey
ini mencakup beberapa hal seperti :
Untuk mendapatkan informasi kondisi sistem ventilasi yang ada
dalam upaya memenuhi persyaratan kebutuhan, standar dan
peraturan.
Untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan dalam mengantisipasi
Kecepatan aliran
< 100 fpm ( 0.508 m/det )
100 750 fpm ( > 3.81 m/det )
>750 fpm ( > 3.81 m/det )
Rentang
kecepatan fpm
20-120
( rendah )
150-2000
(sedangtinggi )
2000- 10.000
Kepekaan
fpm
5-10
Ketelitian
Keterangan
70-90%
10-25
80-90%
Tidak
langsung,
perkiraan
Perlu dikalibrasi &
Perawatan
50-100
Velometer
Thermoanemometer,
Thermometer
Hot-wire
Kata thermometer
Pitot tube
( sangat- tinggi )
30-3000
( rendah-tinggi )
Multirange
10-500
(
rendahsedang)
10-300
100-3000
(rendahtinggi )
Multirange
100-1500
( sedang-tinggi )
750-10.000
( tinggi )
5-10
25-50
2-10
3%
dari
pembacaan
skala
80-95%
1-2
10-20
90-95%
10-25
70-90%
10-25
90-98%
Cepat, pembacaan
langsung, mudah,
perlu perawatan
Lambat,
mudah,
perlu listrik ( 6 V ),
aman
Cepat, pembacaan
langsung, mudah,
perlu listrik, perlu
perawatan
Tidak
langsung,
lambat, mudah.
Lambat,
tidak
langsung, teliti
Kecepatan putaran bilah berbanding lurus dengan kecepatan aliran udara. Sistem
kopling digunakan untuk mengatur saat dimulai dan dihentikannya pengukuran
yang disesuaikan dengan waktu yang dibaca dengan stopwatch.
Untuk medapatkan cara pengukuran yang baik dengan vane anemometer
alat harus dipegang normal terhadap arah aliran udara. Aliran turbulent dan Arus
Eddy dapat menyulitkan hasil pengukuran yang tepat. Pengukuran-pengukuran
dari tiap-tiap belokan dari saluran udara tersebut dimulai dari kurang lebih pada
jarak 3x diameter dari saluran. Terjadinya semacam Eddy Current pada belokan
ataupun pada tempat setelah belokan tersebut diasumsikan tidak ada. Walaupun
demikian, eksentrisitas pengukuran hingga 200 dari sumbu arah aliran masih dapat
dianggap baik seperti ditunjukan pada Gambar 5.2.
Rentang kecepatan aliran udara yang cocok untuk diukur oleh vane
anemometer adalah antara 2.000 10.000 fpm ( 10,16 50,8 m/detik ).
Pengukuran kecepatan aliran udara dengan vane anemometer pada lubang bukaan
dengan luas lebih kecil dari 30 ft2 ( 2,79 m2 ) tidak memberikan hasil yang baik
bila dipegang dengan tangan, kecuali dipegang oleh batang pemegang sehingga
jarak antara tubuh pengukur dan alat cukup jauh.
Dalam suatu penampang lubang bukaan pengukuran dengan vane
enmometer dilakukan menurut pola seperti ditunjukkan pada Gambar 5.3, dan
prosedurnya dapat dilihat pada bagian selanjutnya.
Gambar 5.3. Metode pengukuran kecepatan aliran udara di dalam lubang bukaan
a) Pengukuran menerus.
b) Pengukuran tidak menerus pada penampang lubang bulat.
c) Pada penampang persegi panjang.
Prosedur
1. Pada saluran udara yang akan ditentukan kecepatan udaranya ( Titik A1
dan A2 ) dipasang alat penegak ( honey comb ), supaya pemasangan
anemometer tegak lurus.
2. Pasang anemometer pada batang yang telah disediakan.
3. Pastikan bahwa jarum enemometer menujuk angka 0.
4. Tempatkan anemometer pada posisi atas dari saluran udara, tegak lurus
pada sumbu saluran.
5. Biarkan anemometer bergerak kurang lebih 15 detik, untuk mendapatkan
kecepatan yang penuh, kemudian anemometer dipastikan bergerak
bersamaan dengan stop-watch.
6. Setelah tiga menit, hentikan anemometer dan stop-watch bersamaan.
7. Catat pembacaan anemometer, kecepatan aliran udara ( m/menit ) pada
saluran tersebut adalah hasil pembacaan anemometer dibagi waktu
pengukuran.
8. Kerjakan seperti butir 4 di atas pada posisi masing-masing atas tengah,
tengah, tengah bawah dan bawah pada saluran udara tersebut
9. Dicari harga rata-rata pembacaan anemometer.
( 5-1 )
H = HT Hs
..............................................................
( 5-2 )
H = w
V
1098
...........................................................
( 5-3 )
2
V =
H ( 1098 ) 2
w
...............................................................
( 5-4 )
V = 1098
H
w
...............................................................
( 5-5 )
Gambar 5.6 memberikan ilustrasi kesalahan pengukuran Hs & H yang
bisa ditimbulkan akibat adanya eksentrisitas arah pitot tube terhadap arah aliran
udara.
aliran
udara
di
dalam
saluran
bervariasi
sepanjang
penampangnya, hal ini terjadi akibat gesekan antar aliran udara dengan dinding
saluran. Untuk mengukur banyaknya udara yang lewat pada suatu pengukur/menit
dapat dihitung dengan rumus :
Q = VA .............................................................................. ( 5- 6 )
Keterangan :
Q = jumlah udara dalam ( M3/menit )
V = kecepatan udara ( m/menit )
A = luas penampang ( m2 )
kelembaban
udara
dilakukan
dengan
menggunakan
tujuannya untuk mengukur temperatur cembung karing ( dry bulb ) dan cembung
basah ( wet bulb) ( lihat Gambar 5.7 )
Pada prinsipnya temperatur cembung kering adalah ukuran panas sensibel
di atmosfir. Untuk kondisi jenuh, penguapan tidak terjadi dan temperatur cembung
basah dan kering akan sama. Bila kondisi tidak jenuh, air akan menguap dari
permukaan thermometer cembung basah dengan laju tertentu yang sebenarnya
berbanding terbalik dengan tekanan uap dari uap air yang berada di udara.
Penguapan akan mendinginkan ujung thermometer dan temperatur akan turun.
Cara dan prosedur pengukuran dengan sling psychrometer dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Perhatikan bahwa reservoir dari termometer cembung basah telah dibasahi
setengah menit.
Baca secepatnya temperatur pada wet bulb demikian pula pada dry bulb.
Jaga jangan sampai dry bulb itu terpanasi oleh tangan, sinar-sinar lainnya
1
0,287Td
( Pb 0.378 P) ......................................
( 5-7a )
Dimana :
td = temperatur cembung kering absolut ( 0R )
Pb = tekanan udara atmosfir ( in Hg )
P = tekanan uap pada temperatur embun ( in Hg ) yang dibaca
dari grafik psikrometrik.
Tetapi uantuk kepentingan praktis, penentuan bobot isi udara dapat
dilakukan dengan bantuan grafik seperti ditunjukan pada Gambar 5.8.
Gamabar 5.8 Grafik penentuan bobot isi udara dan perbandingan terhadap
bobot isi udara standard
BAB VI
VENTILASI ALAMI ( NATURAL VENTILATION )
Aliran udara yang mengalir melalui lubang bukaan tambang tidak
akan ada kecuali ada tekanan di dalam sirkuit untuk mengatasi kehilangan
tekanan. Aliran terjadi karena induksi oleh suatu perbedaan tekanan, dan
ini hanya dapat dilakukan oleh suatu sumber energi (panas matahari).
Ada dua macam gaya yang dapat digunakan untuk membangkitkan
perbedaan tekanan, yaitu : alami ( natural ) dan mekanis.
Ventilasi alami adalah suatu aliran udara yang diakibatkan oleh perbedaan
temperatur atau bobot isi dari udara pada dua titik yang berhubungan. Udara akan
mengalir dari suatu titik dengan temperatur rendah ( bobot isi tinggi ) ke titik yang
mempunyai temperatur tinggi ( bobot isi rendah ). Suatu aliran udara ventilasi
alami mempunyai sifat yang dapat berubah arah dari waktu ke waktu, tergantung
pada adanya perbedaan temperatur antara dua titik pada suatu saat. Arah aliran
ventilasi dapat searah dengan arah ventilasi mekanis atau berlawanan dan akan
terasa keberadaannya apabila aliran ventilasi mekanis dihentikan, misalnya pada
saat adanya kebakaran tambang.
Suatu contoh yang dapat dilihat mengenai adanya aliran ventilasi alami
adalah pada suatu lubang terowongan ( tunnel ) yang menghadap pada sinar
matahari.
Pada suatu tambang, adanya perbedaan temperatur dapat diakibatkan oleh
temperatur udara terlalu dingin atau panas di luar tambang, atau juga sebagai
akibat adanya peledakan yang juga merupakan sumber panas.
Suatu aliran udara ventilasi dapat terganggu karena adanya tarikan dari
suatu titik panas yang timbul pada saat peledakan dalam kegiatan tambang bawah
tanah.
Bagaimanapun
juga
suatu
tambang
harus
dapat
selalu
Sistem a
Ya
Kemungkinan ke
Sistem b
tidak
Dari kanan ke kiri
Sistem c
Tidak
Dari kanan ke kiri
kanan/ke kiri
( 6-1 )
Hn = ( p2 p3 ) Pa .. ...................................................
( 6-1a )
p2 dan p3 : tekanan absolut pada dasar dua kolom, dalam in.Hg ( Pa ) atau dengan
rumus metode 2 :
Hn
L
5.2
Wd
-Wu
in
Pa ................................................ ( 6-
2a )
Keterangan :
Wd = density udara rata-rata di kolom downcast
Wu = density udara rata-rata di kolom upcast
Rumus metode 3 :
Hn =
( )
wL in water .............................................
( )
wgL Pa
TuTd
5,2 T
( 6-3 )
Hn =
TuTd
T
..................................................
( 6-3a )
Keterangan :
T = temperatur absolut rata-rata = ( Tu + Td ) /2 dalam derajat Renkin
w = density udara pada titik referensi.
Rumus metode 4 :
Hn =
( 6-4 )
p1
5,2
T 2L/ R td T 3 L/ R tu
T1
T4
in water .......................
Hn = p 1
T 2L/ R td T 3 L/ R tu
T1
T4
Pa ................................. ( 6-4a
)
Keterangan :
P1 = tekanan absolut
T1 = temperatur absolut
Rumus metode 5 :
Menggunakan rule of thumb untuk memperkirakan Hn dengan asumsi pada
permukaan air laut head = 0,03 in setiap perbedaan temperatur 100 F dari dua
kolom dengan beda elevasi 100 ft.
Hn = 0,03 in / 10 F /100 ft .................................... ( 6-5 )
Kuantitas udara mengalir yang dihasilkan dari tekanan ventilasi
alami dalam tambang dapat dihitung, dengan mengabaikan julang
kecepatan. Persamaan untuk julang statik atau head loss adalah setara
dengan tekanan alami untuk menghitung kuantitas aliran udara. Bilamana
Hn dalam in water. Maka :
Q=
5,2 H ,, A3
KP( L+ )
..............................................................
6-7 )
Rumus ini hanya dapat digunakan apabila resistensi lubang bukaan konstan pada
seluruh tambang ( yaitu luas daerah dan karakteristiknya sama ).