Laporan Da PDF
Laporan Da PDF
Laporan Da PDF
BAB I
PENDAHULUAN
tersebut perlu di tingkatkan lebih lanjut, sehingga dibutuhkannya arahan rencana yang dapat
mengakomodir potensi sumber daya yang dimiliki Desa Bambang.
1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut dapat dirumuskan tujuan penenlitian
yaitu:
1. Untuk mengetahui potensi dan masalah yang terapat di Desa Bambang yang dapat
mendukung dan menghambat proses dalam mewujudkan Desa Bambang menjad
Desa Mandiri Energi brbasis biogas.
2. Untuk mengetahui beberapa alternatif proyek atau arahan yang dapat dilakukan untuk
memanfaatkan limbah ternak menjadi energi biogas dan untuk menigkatkan
perekonomian masyarakat Desa Bambang.
BAB II
HASIL SURVEI
B. Kondisi Geologi
Jenis tanah yang terdapat di Desa Bambang yaitu, Tanah Litosol, tanah yang
berwarna pucat, memiliki kandungan pasir kuarsa tinggi, sangat peka terhadap erosi.
Dikarenakan tekstur tanah yang beRp asir, hal tersebut cocok sebagai lahan pertanian dengan
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-8
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang
tanaman palawija dan perkebunan, selain cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan,
dengan kondisi tanah yang beRp asir beRp otensi untuk menyediakan lapangan pekerjaan
bagi masyarakat Desa Bambang sebagai penambang pasir. Kondisi tanah di Desa Bambang
terdapat pada Peta 2.3.
C. Kondisi Topografi
Luas seluruh wilayah Desa Bambang 2342,2 Ha. dengan tingkat kelerengan sebesar
2% hingga > 40 %, yang terletak pada ketinggian 450-700 m diatas permukaan air laut.
Berdasarkan kondisi topografi yang dimiliki Desa Bambang, Desa Bambang terhindar dari
bencana banjir karena dengan tingkat kemiringan lahan memudahkan air untuk selalu
mengalir dan tidak menyebabkan genangan. Kondisi kemringian dan ketinggian Desa
Bambang terdapat pada Peta 2.4.
D. Kondisi Hidrologi
Berdasarkan kondisi eksisting, masyarakat Desa Bambang menggunakan air bersih
yang berasal dari jaringan peRp ipaan (HIPPAM). Sumber air jaringan tersebut berasal dari
beberapa mata air yang terdapat di daerah hutan sekitar Desa Bambang. Sumber air tersebut
dialirkan dengan menggunakan sistem gravitasi yakni menggunakan perbedaan ketinggian
agar air dapat mengalir ke rumah warga. Kualitas air di Desa Bambang memenuhi standar
fisik dari keputusan menteri kesehatan mengenai standar air minum. Hampir tidak ada warga
yang menggunakan sumber air non HIPPAM seperti sumur dikarenakan kedalaman untuk
mendapat air tanah tersebut sangat dalam mencapai kedalaman 37-55m. Untuk mendapatkan
sumber air yang berasal dari sungai yaitu Sungai Bambang Utara dan Sungai Bambang
Selatan, masyarakat sangat kesulitan dikarenakan letaknya sangat jauh dengan permukiman.
Sungai yang ada di Desa Bambang merupakan sungai dangkal yang memiliki kedalaman 25
cm yang memiliki aliran air tidak begitu deras dan berwarna coklat keruh, oleh karena kondisi
tersebut masyarakat tidak menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya. Berikut ini merupakan gambar sungai yang ada di Desa Bambang.
E. Kondisi Iklim
Kondisi iklim Desa Bambang umumnya adalah daerah tropis yang terletak pada
ketinggian 700 m diatas permukaan laut. Berdasarkan data BPS curah hujan di Desa
Bambang rata-rata mencapai 1.789 mm, curah hujan tersebut banyak terjadi pada bulan
Desember hingga mencapai 405,04 mm yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun
waktu 2000-2011.
2.1.3 Kependudukan
Desa Bambang merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Wajak
Kabupaten Malang yang terdiri dari 11 RW dan 35 RT. Berikut merupakan penjelasan
tentang kependudukan di Desa Bambang.
A. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data Kecamatan Wajak Dalam Angka 2013, jumlah penduduk Desa
Bambang adalah 3.916 jiwa, dengan rincian 1.959 laki-laki dan 1.957 perempuan. Jumlah
penduduk demikian ini tergabung dalam 1170 KK. Dari jumlah tersebut,sebagian besar adalah
penduduk usia produktif dengan persentase sebesar 63,24%, jumlah penduduk Desa Bambang
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2. 3 Jumlah Penduduk Desa Bambang berdasarkan Usia
Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
Laki-Laki 1.959 50,02%
Perempuan 1.957 49,98%
Jumlah 3.916 100%
Sumber: Kecamatan Dalam Angka (2013)
B. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk Desa Bambang menurut umur yang terbanyak adalah kelompok
umur 5-9 tahun dengan 9,17%. Komposisi penduduk Desa Bambang berdasarkan kelompok
umur terdapat pada Tabel 2.4.
Tabel 2. 4 Jumlah Penduduk Desa Bambang Berdasarkan Kelompok Umur
Jumlah
No Umur %
(jiwa)
1 0-4 238 6,1
2 5-9 365 9,32
3 10-14 343 8,75
4 15-19 326 8,32
5 20-24 356 9,09
6 25-29 319 8,14
7 30-34 286 7,3
8 35-39 306 7.81
9 40-44 305 7,82
10 45-49 320 8,17
11 50-54 299 7,71
12 55-59 223 6,1
13 >59 230 5,87
Total 3916
Sumber: Profil Desa (2013)
Dijadikan dalam bentuk grafik, kondisi jumlah penduduk Desa Bambang berdasarkan
umur terdapat pada Gambar 2.2.
Tabel 2.7 menunjukkan bahwa kepadatan tertinggi terdapat di Dusun Krajan dengan
kepadatan sebesar 4 Jiwa/Ha. Sedangkan kepadatan terendah terdapat di Dusun Pandanrejo
dengan kepadatan sebesar 1 Jiwa/Ha. Kepadatan rata rata di Desa Bambang sebesar 2
Jiwa/Ha.
1% 2%
LAHAN TERBANGUN
LAHAN TIDAK
TERBANGUN
97%
JALAN
Gambar 2. 3 Perbandingan Luas Lahan Terbangun, Lahan Tak Terbangun dan Jalan
Sumber: Hasil Survei (2014)
45% perhutani
55% pribadi
Gambar 2.4 menunjukkan bahwa perbandingan guna lahan terbangun, tak terbangun
dan jalan di Desa Bambang yaitu 97% lahan tak terbangun, 2% lahan terbangun dan 1%
jalan, perbandingan tesebut menunjukkan bahwa kondisi lahan di Desa Bambang didominasi
oleh lahan yang tak terbangun, yang pada kondisi eksisiting di Desa Bambang lahan tak
terbangun dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan, sedangkan untuk
kepemilikan lahan di Desa Bambang, dari luas total Desa Bambang 2342,2 Ha, 45 %
merupakan milik perhutani dan sisanya merupakan milik pribadi. Rincian guna lahan Desa
Bambang sebagai berikut:
1. Lahan Terbangun
Lahan terbangun di Desa Bambang terdiri dari lahan permukiman, lahan sarana
terkecuali untuk sarana RTH dan lapangan olahraga. Penggunaan lahan terbangun di
Desa Bambang terdapat pada Tabel 2.8.
Tabel 2. 8 Penggunaan Lahan Terbangun di Desa Bambang
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Permukiman 52.62
2 Sarana
PPU 0.14
Pendidikan 0.8
Kesehatan 0.19
Peribadatan 0.44
Perdagangan 0.34
Jasa 0.14
Tabel 2.9 menunjukkan bahwa luas lahan tak terbangun di Desa Bambang
didominasi oleh guna lahan pertanian dengan total luas 2265.13 Ha, hal tersebut
dikarenakan mayoritas penduduk Desa Bambang berkerja pada sektor pertanian dan
memiliki kerja sampingan sebagai peternak. Luas seluruh jalan yang terdapat di Desa
Bambang yaitu 20.15 Ha, dan untuk luas sarana yang tak terbangun yaitu 1.72 Ha.
Jadi dari luas seluruh Desa Bambang 2342,2 Ha, 98% diantaranya merupakan lahan
tak terbangun, dan 1% nya merupakan jalan.
B. Kondisi Permukiman
Kondisi permukiman di Desa Bambang dapat diidentifikasi berdasarkan tipe
konstruksi bangunan yaitu kondisi fisik permukiman.
1. Kondisi Fisik Permukiman
Kondisi fisik permukiman dapat diidentifikasi menjadi tiga yaitu rumah
permanen, rumah semi permanen dan rumah non permanen. Kondisi fisik
permukiman di Desa Bambang telah berkembang dikarenakan sebagian besar rumah
telah memiliki konstruksi bangunan permanen dan hanya sebagian kecil rumah di
Desa Bambang yang memiliki konstruksi semi permanen dan non permanen.
Permukiman yang ada di Desa Bambang juga dilengkapi dengan beberapa sarana dan
prasarana yang mendukung aktivitas dan kegiatan warga. Kondisi fisik rumah yang
ada di Desa Bambang terdapat pada Tabel 2.10.
Tabel 2. 10 Tabel Rincian Jumlah Rumah per Konstruksi
Konstruksi
Jumlah
No. Dusun Semi Permanen Non Permanen
Permanen (unit) (unit)
(unit) (unit)
1 Bendo 113 63 16 192
2 Krajan 673 153 38 864
3 Pandanrejo 180 238 33 451
Total 966 454 87 1507
Sumber: Hasil Survei (2014)
adalah rumah-rumah yang ada disepanjang jalan utama Desa Bambang. Berikut
merupakan pola linear mengikuti jalan yang terdapat di Desa Bambang
Pola permukiman terpusat berada didaerah pusat desa yang berdekatan dengan
Kantor Desa tepatnya di Dusun Krajan. Pola permukiman tersebar dan memisah
terdapat di permukiman Sumber Piji yang terletak di tengah hutan sebelah Selatan
Dusun Pandanrejo. Permukiman Sumber Piji yang beRp enghuni 26 KK memiliki
akses yang buruk hal tersebut dikarenakan kondisi jalan menuju lokasi permukiman
tersebut rusak. Selain permukiman Sumber Piji terdapat dua permukiman yang
memiliki pola tersebar dan memisah yaitu permukiman Komplangan di Dusun Bendo
dan permukiman Kramat di Dusun Krajan.
3. Transek Desa
Berbagai macam kegiatan manusia sangat bergantung pada keadaan lingkungan
dan kondisi fisik alam. Hal ini sangat mempengaruhi dan menentukan pola
perekonomian masyarakat. Segala kegiatan pengelolaan lahan akan ditentukan oleh
keadaan dan jenis tanah yang menjadi potensi. Rapatnya hubungan antara kondisi
fisik lingkungan dengan pola perekonomian manusia memerlukan suatu konsep
pemahaman pengenalan mengenai kondisi lingkungan sekitar. Sehingga akan dapat
ditemukan suatu strategi dan rencana pengembangan maupun pengelolaan lahan yang
ada. Dalam hal ini metode yang sangat cocok untuk mengenali dan
menginformasikan kondisi lahan pada suatu kawasan dengan variabel-variabelnya
adalah transek desa.
Secara harfiah pengertian transek adalah suatu gambaran irisan permukaan bumi
secara vertikal yang disajikan pada suatu bidang. Sehingga dari penyajian tersebut
dapat dituliskan mengenai variabel-variabel tertentu pada masing-masing jenis lahan
yang ada. Pada awalnya metode ini dulunya dilakukan para ahli dengan menelusuri
suatu kawasan yang akan ditransek, kemudian mencatat dan menggambarkannnya
secara potongan permukaan lahan dan disajikan pada kertas. Kemudian dari setiap
variabelnya akan diisi dengan kalimat atau kata-kata penjelasan pada masing-masing
tabel dan kolom.
Desa Bambang memiliki kondisi geografis yang memiliki permukaan tidak datar,
artinya dari setiap segmen lahan memiliki kontur yang berbeda-beda. Pada kondisi
eksistingnya Desa Bambang memiliki kontur yang lebih tinggi pada bagian utara dan
timur. Sedangkan pada bagian selatan dan barat cenderung menurun. Setiap lahan
yang ada di Desa Bambang memiliki potensi tersendiri sehingga masyarakat sekitar
menggunakannya sebagai cocok tanam. Namun akibat kondisi dan jenis tanah yang
kurang mendukung menyebabkan proses mata pencaharian masyarakat menjadi
kurang maksimal meskipun sudah diberi air pada setiap tanaman. Gambar transek
Desa Bambang dengan sembilan variable terdapat pada Gambar 2.10.
Berdasarkan hasil diskusi dengan masyarakat sekitar dalam forum PRA mengenai
gambar transek tersebut dapat dituliskan beberapa potensi dan masalah yang ada pada setiap
guna lahan yang menjadi potongan transek.
a. Tambang pasir
Berdasarkan Gambar 6.10 dapat disimpulkan bahwa tambang pasir memiliki
keadaan tanah yang berpasir dengan tekstur lembut dan tutupan lahannya adalah pasir
itu sendiri. Pada kawasan tambang pasir tersebut tidak memiliki jenis tanaman, tidak
memiliki prasarana atau fasilitas umum yang terbangun diatas permukaannya, serta
tidak terdapat sumber air. Tambang tersebut juga memiliki masalah bagi masyarakat
seperti menyebabkan longsor, rusaknya lingkungan, banyak polusi debu yang
berterbangan, dan adanya ilegalitas penggalian pasir pada kawasan tertentu.
b. Jalan pasir
Pada jalan pasir memiliki keadaan tanah yang beRp asir dan tutupan lahannya adalah
pasir itu sendiri, dimana diatas permukaannya tidak ada tanaman apaun yang tumbuh
melainkan hanya rumput kecil yang tumbuh pada bagian tepi jalan. Pada jalan beRp
asir ini tidak terdapat prasarana apapun seperti penerangan maupun fasilitas
pelengkap jalan lainnya. Jalan pasir ini tidak memiliki potensi apapun seperti jalan
yang layak lainnya, hanya sebagai akses warga untuk beraktifitas. Masalahnya adalah
banyak debu yang berterbangan akibat kendaraan yang lewat, adanya hambatan pada
kendaraan yang melintas seperti roda kendaraan masuk kedalam pasir sehingga sulit
untuk melintas, dan tidak ada sarana dan prasarana maupun fasilitas pelengkap jalan
yang layak.
c. Kebun kopi
Kebun kopi mempunyai kondisi tanah yang berpasir pula, dengan tutupan lahan dan
jenis tanamannya adalah tanaman kopi itu sendiri. Pada permukaannya tidak terdapat
jenis prasarana maupun fasilitas umum, serta tidak memiliki sumber air melainkan
irigasi dari distribusi HIPPAM. Potensi pada kebun kopi ini dapat dijadikan mata
pencaharian bagi masyarakat dengan komditas yang bersifat stabil dalam harga, hasil
panen dapat dijual langsung tanpa diolah, sebagian hasil panen dapat digunakan atau
masyarakat Desa Bambang dan pola permukiman yang linier sehingga setiap persil
mendapatkan akses yang mudah. Masalahnya adalah banyaknya bangunan yang semi
permanen maupun non permanen, tidak semua kawasan permukiman memiliki sarana
dan prasarana yang lengkap, dan adanya permukiman yang polanya tersebar sehingga
kesulitan dalam aksesibilitas.
g. Jalan beraspal
Pada jalan beraspal memiliki tutupan lahan berupa aspal dan terdapat berbagai
macam fasilitas dan prasarana yang ada seperti jaringan drainase. Namun
kelemahannya adalah pada jalan aspal tersebut tidak semua permukiman dibangun
jalan aspal, ada juga yang sudah dibangun tetapi berkondisi rusak dan berlubang,
disertai dengan tidak adanya penerangan jalan yang memadai. Potensinya adalah
jalan aspal dibangun pada jalan akses utama desa sehingga mempermudah pergerakan
mobilitas desa. Sedangkan pada jalan bermakadam tidak memiliki fasilitas pelengkap
jalan maupun prasarana seperti penerangan jalan maupun drainase yang memadai.
Kondisi jalan yang bermakadam tersebut sangat bermasalah mengenai tingkat
kemudahaan lintasnya, batu yang dijadikan makadam berbentuk lancip dan tajam,
sehingga menyebabkan roda dan ban kendaraan mencadi rusak dan pecah.
h. Ladang tebu dan jagung
Isi dari variabel ladang tebu dan ladang jagung sama seperti isi dari variabel guna
lahan ladang cabe. Tanaman tebu tersebut memiliki potensi berupa nilai jual tebu
yang sangat stabil, mengingat tebu sangat dibutuhkan dalam industri pembuatan gula.
Hal ini dikarenakan tebu juga mudah sekali tumbuh dan tidak terlalu berkendala saat
kondisi air debitnya berkurang. Masalahnya terdapat pada beberapa kendala proses
tanam tebu yang disebabkan oleh banyaknya hama perusak, sehingga beberapa tebu
ada yang mati meskipun tidak banyak. Sedangkan pada ladang jagung memiliki
potensi harga yang stabil pula. Namun masalahnya terdapat pada waktu tanam yang
bermusim, jika bukan musimnya maka tanaman jagung tidak dapat tumbuh.
Tabel 2.11 menunjukkan bahwa terdapat empat unit sarana PPU di Desa
Bambang dan berlokasi di Dusun Krajan. Pendopo yang bersebelahan dengan
Balai desa biasanya digunakan pada saat kegiatan penyuluhan dan digunakan
sebagai tempat latihan dalam rangka persiapan acara tahunan desa yaitu karnaval,
sedangkan sarana PPU berupa POS IB (isiminasi buatan), sarana tersebut khusus
untuk peternakan, untuk sarana MCK umum yang terdapat di Dusun Pandanrejo
memiliki skala pelayanan hanya untuk warga yang berada disekitarnya yaitu 9
rumah, kondisi sarana tersebut dapat dikatakan tidak layak, karena MCK umum
tersebut dalam keadaan kotor/tidak terawat. Kondisi MCK umum yang terdapat
di Dusun Pandanrejo terdapat pada Gambar 2.12.
b. Sarana pendidikan
Sarana pendidikan merupakan sarana yang penting bagi masayarakat karena
dengan sarana pendidikan yang tersedia dapat membantu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Sarana pendidikan di Desa Bambang
berjumlah 5 unit, dengan rincian pada Tabel 2.12.
Tabel 2. 12 Sarana Pendidikan di Desa Bambang
Lokasi Jenis Jumlah
Nama Sarana Kondisi
Sarana Sarana (unit)
Dusun TK
Krajan TK 1 Dharmawanita
dan
SD 2 Desa
SD 1
Bambang Layak
SMP Negeri 1
SMP dan
1 Satu Atap Desa
SD
Bambang
TPQ 1 Al-iklas
Tabel 2.12 menunjukan bahwa jumlah sarana pedidikan di Desa Bambang yaitu
5 unit, dengan rincian satu sarana pendidikan SMP yang bergabung dengan 1 SD,
sehingga jumlah total SD di Desa Bambang berjumlah tiga unit, 1 TK dan 1 TPQ.
Sarana pendidikan di Desa Bambang hanya tersedia hingga SMP saja, sedangkan
untuk memenuhi kebutuhan akan sarana pendidikan SMA, masyarakat Desa
Bambang harus keluar desa yaitu menuju Desa Bringin, sehingga untuk
memperoleh pelayanan sarana pendidikan SMA membutuhkan biaya transportasi
yang lebih. Skala pelayanan sarana pendidikan yang berada di Desa Bambang,
dalam kondisi eksisting telah mampu melayani seluruh masyarakat kecuali untuk
sarana pendidikan SMA. Salah satu kondisi sarana pendidikan di Desa Bambang
pada Gambar 2.13.
c. Sarana kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Bambang berjumlah 8 unit dengan
rincian pada Tabel 2. 13.
Tabel 2. 13 Sarana Kesehatan di Desa Bambang
Jumlah
Lokasi Jumlah
Jenis Sarana Nama Sarana Tenaga Kondisi
Sarana (unit)
Kesehatan
Dusun Posyandu bugenfil 1
Krajan Posyandu bugenfil 2
Posyandu bugenfil 3
Posyandu 6
Posyandu bugenfil 4
Posyandu bugenfil 5
2 orang Layak
Posyandu bugenfil 6
Pondok ..
Kesehatan Desa 1
(PONKESDES)
Polindes 1 ..
Total 8
Sumber: Survei Primer (2014)
d. Sarana peribadatan
Sarana peribadatan merupakan penunjang kebutuhan masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan rohani. Sarana peribadatan yang terdapat di Desa
Bambang terdiri dari musholla dan masjid. Persebaran sarana peribadatan
terdapat pada Tabel 2.14.
Tabel 2. 14 Persebaran sarana peribadatan di Desa Bambang
Jenis
No Lokasi Sarana Jumlah Kondisi
Musholla Masjid
1 Dusun Bendo 3 1 4
2 Dussun Krajan 4 2 6 Layak
3 Dusun Pandanrejo 6 1 7
Total 17
Sumber: Hasil Survei (2014)
Salah satu objek wisata lokal yang terdapat di Desa Bambang yaitu situs
sejarah Setjo-Setuhu yang terdapat di Dusun Krajan, cakupan pelayanan situs
sejarah tersebut telah mencapai Provinsi. Keberadaan situs sejarah Setjo-
Setuhu di Desa Bambang dapat dikembangkan menjadi wisata sejarah yang
dapat memberikan pemasukan untuk desa, namun dengan kondisi akses yang
h. Sarana keamanan
Sarana keamanan yang dimiliki Desa Bambang berupa pos keamanan yang
berjumlah 12 unit. Persebaran dan jumlah sarana keamanan di Desa Bambang
terdapat Pada Tabel 2.18.
Tabel 2. 18 Sarana Keamanan di Desa Bambang
Lokasi Sarana Jumlah (unit)
Dusun Bendo 1
Dusun Krajan 10
Dusun Pandanrejo 1
Total 12
Sumber: Hasil Survei (2014)
Tabel 2.19 menunjukkan bahwa di Desa Bambang terdapat satu jenis sarana
industri dan tiga jenis sarana pergudangan, berdasarkan kondisi eksisting di
Desa Bambang terdapat sumber penghasilan perekonomian masyarakat yang
berhubungan dengan susu sapi, tanah yang cocok untuk batu bata serta
terdapat hasil sektor berupa pohon sengon, sehingga dengan keberadaan
industri dan pergudangan tersebut dapat menunjang komoditas yang terdapat
di Desa Bambang, kondisi salah satu sarana pergudangan pasir di Desa
Bambang pada Gambar 2.22.
j. Sarana Pemakaman
Sarana pemakaman yang terdapat di Desa Bambang berjumlah 1 Unit dengan
luas 0,3 Ha. Sarana pemakaman tersebut terletak di Dusun Krajan skala
pelayanan sarana tersebut yaitu Desa. Kondisi sarana pemakaman di Desa
Bambang terdapat pada Gambar 2.23.
2. Kondisi Prasarana
a. Jalan
Jaringan jalan yang terdapat di Desa Bambang, Kecamatan Wajak dapat ditinjau
berdasarkan perkerasan, kualitas, fasilitas pelengkap jalan dan hierarki pada
setiap dusun sebagai berikut.
1) Hierarki
Hierarki yang terdapat di Desa Bambang, Kecamatan Wajak, secara
keseluruhan terdapat dua macam hirarki jalan, yaitu jalan dengan hirarki lokal
primer yaitu Jl. Bendo A di Dusun Bendo dan Jl. Krajan 1A di Dusun Krajan.
Sedangkan pada jalan lainnya dapat digolongkan menjadi hirarki lingkungan
primer karena hanya melayani dalam desa saja.
2) Perkerasan
Perkerasan jalan dalam Desa Bambang, Kecamatan Wajak terdiri dari empat
macam, yakni tanah, aspal, paving dan makadam. Berikut merupakan
persentase perkerasaan jalan tiap dusun pada Tabel 2.20.
Tabel 2. 20 Perkerasan Jalan Per Dusun Desa Bambang
Perkerasan Jalan
Dusun
Tanah Makadam Paving Aspal
Bendo 6% 94% - -
Krajan 94% 4% - 2%
Pandanrejo 96 2% 2% -
Sumber: Hasil Survei (2014)
3) Kualitas
Kualitas Jalan dalam Desa Bambang, Kecamatan Wajak rata rata memiliki
kualitas jalan yang buruk yaitu sebesar 98 % karena perkerasan jalan pada
jalan tersebut rata rata merupakan jalan dengan perkerasan tanah dan
makadam sehingga mengurangi kenyamanan bagi pengguna jalan. Sedangkan
untuk kualitas jalan baik terdapat pada jalan dengan perkerasan aspal dan
paving yaitu sebesar 2% yakni di Dusun Bendo yaitu Jl. Bendo B dengan
perkerasan aspal, pada Dusun Krajan di Jl. Krajan A dan Jl. Krajan 1A dengan
perkerasan aspal dan pada Dusun Pandanrejo di Jl. Pandanrejo 5A dengan
perkerasan paving.
4) Fasilitas Pelengkap Jalan
Desa Bambang tidak memiliki fasilitas pelengkap jalan sama sekali. Hal ini
disebabkan karena pelengkap jalan seperti lampu penerangan jalan di Desa
Bambang semuanya merupakan ampu swadaya masyarakat Desa Bambang
sendiri dimana listrik yang digunakan oleh lampu tersebut merupakan aliran
dari listrik rumah warga Desa Bambang.
b. Air Bersih
Hasil survei sektor air bersih di Desa Bambang menunjukkan bahwa rata-rata
sumber air bersih yang digunakan didesa Bambang adalah HIPPAM dengan
kualitas air yang baik pada musim kemarau meski debit air berkurang dan kualitas
air yang kadang kurang baik saat musim hujan dikarenakan air yang kadang
keruh, berwarna karena bercampur dengan pasir. Salah satu tandon air HIPPAM
di Desa Bambang pada Gambar 2.39.
Tabel 2.21 menunjukkan bahwa semua pengguna air bersih memiliki sumber
air HIPPAM, tidak ada pengguna sumur dikarenakan untuk menggunakan sumur
harus memiliki kedalaman minimum 37 m atau menggunakan air artesis.
Pengguna HIPPAM juga menyatakan air bersih kualitasnya pada musim kemarau
dan mengalami perubahan pada musim hujan. Di Dusun Bendo, Krajan dan
Pandanrejo masing-masing memiliki 2, 39 dan 7 responden yang menyatakan
airnya keruh pada musim hujan.
Debit air di Desa Bambang bervariasi dikarenakan air bersih menjadi barang
yang langka dan meski pemenuhannya melalui HIPPAM, air pada HIPPAM tidak
mengalir 24 jam serta seringkali sebuah rumah hanya dialiri air pada pagi hari,
siang atau malam hari saja. Ketika beberapa rumah diambil debit airnya secara
acak pada saat air HIPPAM sedang mengalir, rumah tersebut memiliki debit air
rata-rata adalah 0,04 liter/detik.
c. Drainase
Kondisi saluran drainase yang ada di Desa Bambang beberapa telah dibangun
perkerasan. Banyak saluran drainase yang didalamnya terdapat endapan sampah,
tumbuhan dan tanah. Beberapa ruas jalan yang belum di aspal tidak memiliki
saluran drainase, sehingga limpasan air hujan meresap langsung ke jalan yang
masih berupa tanah. Kondisi tersebut cukup berbahaya untuk pejalan kaki dan
pengguna sepeda motor pada saat musim hujan karena mengakibatkan jalan
menjadi licin. Hierarki jaringan drainase yang ada di Desa Bambang rata-rata
memiliki hierarki conveyor dan maindrain. Hierarki collector tidak terdapat di
Desa Bambang, umumnya hierarki conveyor hanya dialiri air pada saat musim
hujan saja karena drainase yang ada di Desa Bambang hanya untuk menampung
limpasan air hujan pada saat musim hujan. Berikut merupakan data kondisi
saluran drainase yang ada di Desa Bambang pada Tabel 2.22.
Tabel 2. 22 Bentuk Jaringan Drainase di Desa Bambang
Lokasi Hirarki Jaringan Drainase
Keterangan
(Dusun) Collector Conveyor Maindrain
Bendo Bentuk - Setengah lingkaran -
dan persegi
Perkerasan - Semen, perkerasan -
dan tanah
Krajan Bentuk - Persegi dan -
setengah lingkaran
Perkerasan - Semen, batu dan -
tanah
Pandanrejo Bentuk - Persegi dan -
setengah lingkaran
Perkerasan - Tanah -
Sumber: Hasil Survei (2014)
Hierarki conveyor yang ada di Desa Bambang berbentuk setengah lingkaran dan
persegi dengan jenis saluran terbuka. Sebagian besar drainase yang ada di Desa
Bambang masih belum diberi perkerasan semen atau biasa disebut dengan drainase
alami. Tiga dusun yang ada di Desa Bambang yaitu Dusun Bendo, Dusun Krajan,
dan Dusun Pandanrejo dialiri oleh Sungai Bambang Selatan dan Sungai Bambang
Utara. Kondisi saluran drainase di Desa Bambang terdapat pada Gambar 2.41.
Penampang saluran drainase berbentuk segi empat dengan panjang 0,30 meter dan
lebar 0,40 meter, dan penampang saluran drainase berbentuk setengah lingkaran
dengan panjang 0,35 meter dan memiliki diameter 0,45 meter, dapat dilihat pada
Gambar 2.42 dan Gambar 2.43.
d. Sampah
Kondisi sistem pengelolaan persampahan di Desa Bambang dikelola secara
individu oleh masyarakat di masing-masing rumah. Mekanisme pengelolaannya
adalah sampah yang dihasilkan disetiap rumah dikumpulkan di halaman rumah,
kemudian sampah-sampah tersebut dibakar, selain itu sampah juga
ditimbun/dipendam di dalam tanah. Kondisi pengelolaan sampah di Desa
Bambang terdapat pada Tabel 2.23.
Tabel 2. 23 Pengelolaan Sampah di Desa Bambang
Pengelolaan Sampah
Nama Dusun Disalurkan ke
Dibakar Dipendam
TPS
Dusun Bendo 16 - -
Dusun Krajan 45 2 -
Dusun Pandanrejo 26 3 -
Total
Sumber: Hasil Survei (2014)
e. Sanitasi
Berdasarkan hasil survei, kondisi sistem sanitasi di Desa Bambang menggunakan
sistem sanitasi “cubluk” yaitu menggali lubang tanah untuk membuang limbah
yang dihasilkan oleh manusia. Hal tersebut dikarenakan beberapa masyarakat di
Desa Bambang tidak memiliki MCK individu atau komunal, sehingga masyarakat
menggunakan tanah secara tradisional untuk membuang limbah yang dihasilkan.
Terdapat 2 unit MCK umum yang digunakan oleh masyarakat untuk mandi, cuci,
dan kakus di Dusun Bambang Krajan dan Kampung Kramat dengan kondisi MCK
yang layak dan masih terawat dengan dinding terbuat dari beton dan berada
didekat perumahan warga. Kepemilikan MCK dan septictank di Desa Bambang
terdapat pada Tabel 2.24.
Tabel 2. 24 Kepemilikan MCK dan Septictank
MCK
Nama Dusun Septictank
Individu Komunal
Dusun Bendo 16 - -
Dusun Krajan 44 2 7
Dusun Pandanrejo 27 - -
Sumber: Hasil Survei (2014)
f. Listrik
Berdasarkan hasil survei, Desa Bambang sudah dialiri Listrik PLN untuk
memenuhi semua kebutuhannya. Beberapa warga yang tidak sanggup untuk
memenuhi biaya pemasangan listrik dari PLN menggunakan listrik dengan
menghubungkan jaringan listriknya ke tetangga yang sudah menggunakan
Listrik PLN. Sistem pembayaran untuk masyarakat yang listriknya ikut
dengan rumah lain adalah dengan pembayaran bulanan yang dibagi rata
(patungan). Jenis dan tegangan listrik yang di Gunakan oleh Masyarakat Desa
Bambang terdapat pada Tabel 6.25.
Tabel 2. 25 Jenis Energi Listrik dan Tegangan Listrik yang digunakan di Desa Bambang
Tegangan Listrik
Nama Dusun Jenis Energi Listrik
220 VA 450 VA 900 VA
Dusun Bendo PLN: 16 Pengguna - 15 1
Dusun Krajan PLN: 47 Pengguna 8 16 9
Dusun Pandanrejo PLN: 29 Pengguna 4 12 3
Jumlah Total Pengguna 12 43 13
Sumber: Hasil Survei (2014)
Tabel 6.25 menunjukkan bahwa pada Dusun Krajan terdapat 14 rumah yang
aliran listriknya menumpang dengan tetangga sehingga tidak mengetahui daya
tegangan listrik. Pada Dusun Pandanrejo juga terdapat 10 rumah yang
menumpang dengan tetangga sehingga tidak mengetahui daya tegangan
listrik. Salah satu tiang listrik di Desa Bambang terdapat pada Gambar 2.48.
g. Telekomunikasi
Hasil survey di Desa Bambang menunjukkan bahwa sistem telekomunikasi sudah
masuk ke Desa Bambang. Mayoritas masyarakat Desa Bambang menggunakan
jaringan telekomunikasi Handphone. Sedangkan untuk jaringan internet sudah
ada di Desa Bambang namun masih minim pengguna karena sinyal terkadang
hilang dan jaringan lambat. Jenis telekomunikasi yang digunakan oleh
masyarakat Desa Bambang terdapat pada Tabel 2.26.
Tabel 2. 26 Jenis Telekomunikasi yang digunakan di Desa Bambang
Telpon Tidak memiliki alat
Lokasi Hp
rumah komunikasi
Dusun Bendo - 16 -
Dusun Krajan - 42 5
Dusun Pandanrejo - 25 4
Sumber: Hasil Survei (2014)
Tahun
Sebelum Tahun 1971-
No Variabel 1991- Ket
Tahun 1970 1990
Sekarang
peningkatan seiring bertambahnya
penduduk.
SARANA PRASARANA
2 Jaringan Tanah 100% Tanah 70% Tanah 30% Jaringan jalan di Desa Bambang
Jalan Makadam Makadam mengalami perkembangan dengan
30% 50% usaha dari masyarakat untuk
Aspal 20% memperbaiki dan dibantu dana dari
pemerintah untuk perbaikan jalan
sehingga akses menjadi lebih
mudah.
3 Jaringan Belum ada Listrik 40% Listrik 100% Jaringan listrik di Desa Bambang
Listrik mengalami perkembangan karena
masuknya bantuan pemasangan
listrik dari PLN
4 Jaringan Belum ada HT HP Jaringan telekomunikasi di Desa
Telekomuni Telepon Bambang semakin canggih seiring
kasi Rumah berkembangnya teknologi
5 Jaringan Air Sungai Sungai HIPPAM Jaringan air bersih di Desa
Bersih Sumur Sumur 100% Bambang menjadi semakin mudah
HIPPAM dan lancar karena adanya usaha
10% sendiri dari masyarakat dan bantuan
dari HPPAM
6 Saluran Non Non Permanen Saluran drainase di Desa Bambang
Drainase Permanen Permanen 20% dengan bantuan PNPM
100% 100% Non
Permanen
80%
7 Moda Jalan Kaki Sepeda 10% Kendaraan Moda Transportasi di Desa
Transportasi 95% Sepeda Motor Bermotor Bambang semakin canggih seiring
Sepeda 5% 50% (Motor dan berkembangnya teknologi
Jalan Kaki Mobil) 80%
40% Sepeda 10%
Jalan Kaki
10%
8 Sarana Gudang SDN 2 SDN 2 Sarana yang ada di Desa Bambang
Kopi Bambang Bambang semakin berkembang seiring
Warung Musholla SDN 1 berkembangnya ebutuhan
Warung Bambang masyarakat desa dan dibantu oleh
dan SMP 2 biaya dari pemerintah
Wajak
Masjid Al-
Mutaqin
Warung
9 Permukiman Non Non Non Permukiman yang ada di Desa
Permanen Permanen Permanen Bambang telah meningkat menjadi
100% 60% 10% bangunan permanen seiring
Semi Semi bertambahnya pertumbuhan
Permanen Permanen ekonomi
40% 30%
Tahun
Sebelum Tahun 1971-
No Variabel 1991- Ket
Tahun 1970 1990
Sekarang
Permanen
60%
SOSIAL
10 Jumlah ±1500 jiwa 2000-3000 3000-4000 Jumlah penduduk yang ada di Desa
Penduduk jiwa jiwa Bambang tidak memiliki
penambahan yang sangat pesat
karena mobilitas penduduk yang
keluar lebih banyak daripada
mobilitas yang masuk ke desa.
KELEMBAGAAN
11 Jenis PKK PKK PKK Jenis lembaga di Desa Bambang
Lembaga Karang Karang Karang semakin bertambah berdasarkan
Taruna Taruna Taruna kebutuhan masyarakat untuk
Kelompok Kelompok mensejahterakan masyarakat
Tani Tani
LPMD
BPD
Gapoktan
LKDPM
EKONOMI
12 Jenis Mata Petani Petani Petani Jenis mata pencaharian di Desa
Pencaharian Peternak Peternak Peternak Bambang terdiri dari macam-
Buruh Tani Buruh Tani Buruh Tani macam seiring dengan
Tukang Tukang Tukang keterampilan yang dimiliki oleh
Pedagang Pedagang Pedagang masyarakat desa.
Penambang Penambang
Pasir Pasir
TKW
13 Hasil Kopi Kopi Jagung Hasil produksi yang ada di Desa
Produksi Lada Lada Cabe Bambang menjadi berkurang
Jagung Jagung Cengkeh diakibatkan dari penambangan
Ubi Kayu Alpukat Sengon pasir yang illegal sehingga tanah
Alpukat Cabe tidak menjadi subur seperti dulu.
Cabe Cengkeh
Cengkeh Pepaya
Pepaya Tebu
Sumber: Hasil Survei (2014)
3. Diagram Aktivitas
a. Pekerja industri keju
Pekerja industri di pabrik keju yang terdapat di Desa Bambang merupakan salah
satu mata pencaharian masyarakat Desa Bambang. Pabrik keju yang terdapat di
Desa Bambang merupakan milik pemerintah Kabupaten Malang. Produksi keju
tidak dilakukan setiap hari, berdasarkan hasil wawancara produksi keju dilakukan
ternak dan memerah susu sapi yang akan di bawa ke KUD di Kecamatan Wajak,
istri tidak ikut terlibat dalam proses pembuatan keju yang dilakukan oleh suami.
Diagram aktivitas keluarga buruh keju di Desa Bambang terdapat pada Gambar
2.49.
Gambar 2.49 menunjukkan bahwa antara kegiatan suami istri dan anak dalam
waktu 24 jam berbeda, suami berkerja di pabrik, istri berada di rumah dan anak
bersekolah. Berdasarkan Gambar 2.49 diketahui kegiatan anak selama 24 jam
hanya bersekolah, mengerjakan tugas serta bermain, dapat disimpulkan bahwa
masih terdapat waktu luang sehingga dapat dimanfaatkan untuk membantu orang
tua dalam mengelola sapi perah atau memproduksi keju di pabrik.
b. Penambang pasir
Kegiatan yang dilakukan oleh keluarga penambang pasir.
1) Ayah
Ayah memulai kegiatan nya pada pukul 04.00 untuk mandi, sholat dan makan
lalu pada pukul 05.00 ayah pergi ke tempat pertambangan untuk menambang
pasir hingga pukul 12.00 setelah itu ayah istirahat, makan, sholat dan tidur
hingga pukul 15.00 lalu ayah pergi ke ladang untuk membantu ibu bekerja di
ladang sampai pukul 18.00 setelah itu ayah sholat makan dan berkumpul
bersama keluarga, mengaji atau mengobrol dengan tetangga hingga pukul
22.00 setelah itu ayah tidur sampai jam 04.00
2) Ibu
Ibu memulai kegiatan pada pukul 04.00 untuk mandi, solat, masak dan
sarapan hingga pukul 06.00 setelah itu ibu mengantar anak untuk ke sekolah
lalu selesai mengantar anak ke sekolah ibu pergi ke ladang untuk bekerja
hingga pukul 10.00 lalu ibu menjemput anak dan pulang ke rumah untuk
masak dan sholat sampai jam 12.00 setelah itu ibu makan, sholat dan tidur
hingga pukul 15.00 lalu ibu kembali pergi ke ladang untuk bekerja hingga
pukul 18.00 dan setelah itu ibu kembali ke rumah untuk sholat dan
menghangatkan makan malam hingga pukul 19.00 lalu mulai pukul 19.00
sampai pukul 22.00 ibu berkumpul bersama keluarga, makan, nonton tv, ngaji
setelah itu ibu tidur sampai jam 04.00
3) Anak
Anak memulai kegiatan pada pukul 05.00 untuk mandi, sholat, sarapan dan
persiapan untuk pergi ke sekolah, jam 06.00 anak pergi ke sekolah hingga
pukul 10.00 setelah itu anak makan, istirahat, sholat dan tidur dari jam 10.00
hingga pukul 14.00 lalu anak main hingga pukul 17.00 setelah itu anak
istirahat, sholat, makan hingga pukul 19.00 lalu pada pukul 19.00 anak
mengerjakan PR dan menonton tv hingga pukul 20.00 setelah itu anak tidur
c. Peternak
Keluarga peternak tersebut terdiri dari ayah yang bekerja sebagai peternak, ibu
sebagai ibu rumah tangga, dan anak sebagai pelajar. Keluarga yang kami
wawancarai yaitu keluarga peternak sapi yang memproduksi susu sapi dengan
jumlah sapi perah sebanyak enam ekor. Peternak sapi ini memiliki keuntungan
yang cukup besar. Dapat diketahui dari tingkat produksi susu sapi yang dihasilkan
oleh setiap tiga ekor sapi sebanyak 25-30 liter perhari, dengan harga jual susu Rp
4000/liter. Hasil susu sapi ini kemudian dipasarkan ke Koperasi Sumber Abadi
yang ada di Desa Bambang.
1) Ayah
Ayah merupakan kepala dari keluarga begitu juga dalam beternak sapi. Pukul
05.00 ayah bangun untuk bersiap-siap. Setelah menyiapkan diri pada pukul
05.30 ayah memerah sapi, membuang kotoran sapi, dan memberi makan.
Kemudian setelah selesai melakukan kegiatan tersebut, ayah sibuk mencari
rumput di ladang guna memberi asupan makanan untuk ternak sapi yang
dimilikinya. Setelah itu, pada pukul 11.00 ayah beristirahat untuk makan dan
sholat dirumah. Pukul 13.00 ayah kembali mengurus sapinya dengan cara
membersihkan sapinya dan memberikan obat untuk sapi, kemudian pada
pukul 16.00 ayah mandi dan bersiap-siap untuk melakukan sholat ashar dan
magrib sampai pukul 18.00. Pukul 18.00 sampai pukul 23.00 ayah melakukan
kegiatan berkumpul dan santai bersama keluarga kemudian ayah tidur pukul
23.00.
2) Ibu
Peran ibu dalam keluarga ini hanya sebagai ibu rumah tangga atau bisa
dikatakan ibu tidak bekerja. Ibu bangun pada pukul 05.00 untuk bersiap-siap,
ibu mengawali kegiatannya dengan memasak dan mengurus anak. Setelah itu
pada pukul 06.00 ibu membantu ayah untuk memerah ternak sapinya sampai
pukul 11.00 setelah pukul 11.00 ibu beristirahat untuk menyiapkan makan
sekaligus makan siang dan dilanjutkan dengan sholat. Pukul 13.00 ibu
melanjutkan kegiatannya yaitu memerah sapi kembali sampai pukul 16.00
dilanjutkan mencuci dan mandi. Setelah itu pada pukul 18.00 ibu mengurus
anak dan bersantai bersama keluarga. Setelah mengurus anak, pada pukul
23.00 ibu tidur.
3) Anak
Pukul 05.00 anak bangun dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah dan pada
pukul 06.00 anak sudah pergi ke sekolah sampai pukul 12.00. Pukul 12.00
anak pulang kerumah dan beristirahat sampai pukul 15.00. Setelah
beristirahat, anak melakukan kegiatan bermain pada pukul 15.00 sampai
pukul 16.00. Kemudian pada pukul 16.00 anak mandi dan pergi untuk
melakukan kegiatan mengaji di TPQ Desa Bambang sampai pukul 18.00 dan
dilanjutkan dengan belajar mulai dari pukul 18.00 sampai dengan pukul
19.00. Selanjutnya anak mulai bersantai dan menonton tv pada pukul 19.00
dan pada pukul 20.00 anak tidur. Diagram aktivitas dari keluarga peternak
yang menjadi sampel pada Gambar 2.51.
2) Ibu
Kegiatan ibu dimulai dari pukul 04.00 pagi yaitu bangun, mandi, sholat,
memeras susu, kemudian menyetorkan susu sapi ke pengepul susu. Kemudian
dilanjutkan dengan berbelanja dan memasak sampai pukul 08.00. Setelah itu,
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-117
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang
ibu mengisi bibit-bibit untuk jamur tiram karena ibu bekerja sebagai petani
jamur tiram hingga pukul 12.00. Pada pukul 12.00, ibu selesai melakukan
pekerjaannya dilanjutkan dengan istirahat, sholat duhur dan merawat sapi.
Kemudian, dilanjutkan dengan merawat jamur tiramnya. Pada pukul 17.00,
ibu mandi, sholat kemudian beristirahat dan berkumpul untuk menonton tv
bersama keluarga dan tidur pukul 22.00 .
3) Anak
Aktivitas anak dimulai pada pukul 05.00 yaitu bangun tidur, mandi, sholat
dan persiapan berangkat ke sekolah. Pukul 06.00 anak berangkat ke sekolah
dan belajar di sekolah hingga pukul 14.00. Kemudian, anak pulang dan
sampai dirumah dilanjutkan dengan belajar dan mengerjakan tugas hingga
pukul 17.00. Setelah itu, dilanjutkan dengan beristirahat dan berkumpul
bersama keluarga. Diagram aktivitas keluarga pekerja jasa keterampilan di
Desa Bambang terdapat pada Gambar 2.52.
e. Buruh tani
Buruh tani adalah profesi pekerja yang bekerja untuk pemilik ladang, bertugas
untuk mengurus ladang.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA I-118
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang
1) Ayah
Ayah memulai kegiatannya pada pukul 05.00 untuk mandi, sholat, dan
sarapan. Pada pukul 07.00 ayah pergi ke ladang untuk bekerja hingga pukul
11.00. Setelah itu ayah beristirahat untuk makan dan sholat hingga pukul
13.00. Setelah ishoma, ayah mencari rumput untuk pakan sapi hingga pukul
17.00. Selesai mencari rumput ayah beristirahat untuk sholat, makan malam,
dan menonton televisi hingga pukul 21.00. Setelah itu ayah tidur sampai jam
05.00.
2) Ibu
Ibu memulai kegiatan pada pukul 05.00 untuk mandi, sholat, dan sarapan.
Pada pukul 07.00 ibu mencari rumput, memasak, dan membersihkan rumah
sampai pukul 11.00. Setelah itu ibu beristirahat untuk makan dan sholat
hingga pukul 13.00. Setelah ishoma, ibu mencari rumput untuk pakan sapi
hingga pukul 17.00. Selesai mencari rumput ibu beristirahat untuk sholat,
makan malam, dan menonton televisi hingga pukul 21.00. Setelah itu ibu tidur
sampai jam 05.00.
3) Anak
Anak memulai kegiatan pada pukul 05.30 untuk mandi, sholat, dan saran.
Setelah itu anak berangkat ke sekolah pada pukul 07.00 hingga pukul 12.00.
Setelah pulang sekolah anak beristirahat untuk makan siang dan sholat hingga
pukul 13.00. Kemudian anak bermain dari pukul 13.00 hingga pukul 15.00,
setelah itu anak kembali ke rumah untuk beristirahat, mandi, dan persiapan
untuk mengaji hingga pukul 18.00. Anak mengaji dan belajar dari pukul 18.00
sampai pukul 19.00, setelah itu anak menonton televisi hingga pukul 20.00.
Setelah itu anak tidur dari pukul 20.00 hingga bangun pukul 05.30.
Berdasarkan diagram aktivitas dan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
ayah, ibu, dan anak memiliki kegiatan yang berbeda dalam 24 jam setiap harinya.
Ayah dan ibu hampir memiliki kegiatan yang serupa, hanya saja pada saat ayah
bekerja di ladang, ibu melakukan kegiatan rumah tangga seperti memasak dan
membersihkan rumah, serta mencari rumput. Kegiatan anak setiap harinya hanya
sekolah, bermain, belajar, dan mengaji. Dapat disimpulkam bahwa anak masih
memiliki banyak waktu luang yang dapat dimanfaatkan untu membantu pekerjaan
orang tua dalam mencari rumput untuk pakan sapi. Diagram aktivitas keluarga
buruh tani di Desa Bambang terdapat pada Gambar 2.53.
penyuluhan). Modal adalah bahan baku yang digunakan untuk memulai atau
melanjutkan usaha. Hasil adalah segala bentuk penghasilan dari mata pencaharian
yang dapat dirupiahkan. Masalah adalah segala masalah dan kekhawatiran yang
terjadi ketika menjalankan usaha. Hasil kajian mata pencaharian yang terdapat di
Desa Bambang terdapat pada Tabel 2.28
Tabel 2. 28 Kajian Mata Pencaharian Desa Bambang
Mata Tenaga Kerja Memulai Modal/ Bahan
Hasil Masalah
Pencaharian L P Usaha Baku
Petani Tebu 3 4 Pengetahuan Bibit 100 kg = 70-80 ton ke Pupuk Za sulit.
sendiri Rp 60.000, tebu per Ada penyakit
1 hektar lahan hektar. uret, dan cacat
membutuhkan 7 Dijual ke Harga murah
ton bibit pengepul
Petani Jagung 3 4 Turun Bibitnya 6-7 ton Angin (batang
temurun membuat jagung per jagung roboh)
sendiri dan hektar Penyakit uret dan
kadang dapat Dijual ke gasir
dari pemerintah pengepul Harga murah
Petani Cabai 5 10 Penyuluhan Bibitnya 100 kg per Harga tak
dan turun membuat hektar sekali menentu
temurun sendiri panen Harus tepat
dapat panen waktu
2x dalam
seminggu
dijual ke
pengepul
seharga Rp
5500 per Kg
Ternak sapi Proyek 1 sapi butuh 1 Hari rata- Sulit rumput
pemerintah, rumput 25 ribu rata Kebutuhan air
milik sendiri sehari dan menghasilkan sapi sulit
dan bagi idealnya 1 kg 15 liter susu dipenuhi
hasil konsentrat dijual ke Harga susu
untuk 3 liter penadah murah
susunya untuk Kesehatan sapi
disalurkan ke kurang
nestle Butuh
penyuluhan
Kayu Sengon 3-4 Pengetahuan Beli bibit Rp 500 – 700 Angin (batang
orang sendiri seharga 1000 ribu per patah)
hingga 3000 pohon dengan Penyakit nonol/
rupiah, 1 hektar umur pohon tumor kayu
lahan 6-7 tahun Penyakit uret
membutuhkan Ketika masih
3000-5000 bibit kecil terkena
gasir
Tabel 2.28 menunjukkan masalah yang sering dihadapi dalam sektor pertanian
adalah harga yang sangat murah ketika dijual ke tengkulak utamanya waktu panen
dan menyebabkan petani merugi. Disamping itu terdapat pula masalah seperti angin
kencang, penyakit dan serangan hama serta rusaknya lingkungan Desa Bambang
disebabkan pertambangan pasir yang ilegal dan turun-temurun. Permasalahan paling
Penanaman
Perawatan
Pemupukan
Panen
Pembersihan Lahan
Penanaman
Perawatan
Pemupukan
Panen
Pembersihan Lahan
Penanaman
Perawatan
Pemupukan
Panen
Pembersihan Lahan
Pemberian Pakan
Perawatan
Penjualan Sapi
Penanaman
Perawatan
Pemupukan
Panen
Pembelian Alat
x20
x40
Pengangkutan Pasir
Penjemuran
Penjualan
Keterangan:
Laki-Laki: Perempuan:
Berdasarkan kajian mata pencaharian ini, Pekerjaan sektor pertanian cabai paling
banyak menyerap tenaga kerja di sektor pertanian hingga 15 pekerja untuk tiap hektar
lahan waktu panen yakni 10 pekerja wanita dan 5 pekerja pria. Proporsi kerja di
sektor pertanian cenderung setara antara laki-laki dan perempuan kecuali disaat panen
tiba dengan mayoritas di perempuan.
Sektor primer lain yang hampir setara adalah pekerjaan ternak sapi yang memiliki
proporsi wanita dan pria hampir seimbang, kecuali saat pemberian pakan dan
penjualan sapi. Pekerjaan pengrajin tusuk sate juga hampir setara kecuali saat
pembeliaan bahan baku yang membutuhkan lebih banyak tenaga. Untuk pekerjaan
usaha kayu sengon, dan pertambangan pasir didominasi oleh kaum laki-laki
dikarenakan membutuhkan tenaga yang ekstra.
B. Arus Pemasukan dan Pengeluaran
Arus masukan dan pengeluaran bertujuan untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan
dalam melakukan kegiatan ekonomi dan untuk mengetahui hasil dari kegiatan yang
dilakukan. Pengeluaran yang dimaksud yaitu, seluruh biaya produksi yang digunakan
sedangkan maksud, yaitu hasil penjualan yang didapatkan setelah melakukan produksi, yang
selanjutnya total pemasukan dikurangi dengan total pengeluaran dan didapatkan nilai
keuntungan atau kerugian dari kegiatan ekonomi yang dilakukan.
1. Peternakan Sapi Perah (skala kecil)
Sapi perah merupakan salah satu komoditas yang terdapat di Desa Bambang.
Untuk mengetahui berapa besar biaya keluaran dan pemasukan sistem peternakan
sapi perah dengan skala kecil atau rumahan, maka kita mengambil sampel salah satu
keluarga yang memiliki 6 ekor sapi perah. Sapi perah ini membutuhkan pakan berupa
rumput, sentrat dan obat setiap harinya berupa mineral, sehingga peternak
membutuhkan modal dengan rincian sebagai berikut:
Modal = - Pakan ternak (rumput) = 40kg/ekor (sehari)
Tabel 2.36 menunjukkan hasil perhitungan tersebut peternak sapi perah dengan
skala rumahan yang ada di Desa Bambang menghasilkan 10 liter/hari setiap ekornya.
Harga jual setiap harinya sebesar Rp 40.000, tetapi peternak sapi perah tersebut
memperoleh uang hasil penjualannya setiap sepuluh hari sekali, sehingga peternak
sapi perah memperoleh uang hasil penjualan susu sebesar Rp 1.200.000/bulan belum
termasuk pemotongan modal sentrat, obat dan rumput. Setelah dihitung diperoleh
keuntungan hasil penjualan susu setiap ekornya dalam satu bulan sebesar Rp 565.400.
Hasil produksi susu ini di pasarkan ke PT Nestle dan Granfield di Desa Codo. Bagan
arus masukan dan pengeluaran usaha ternak sapi perah terdapat pada Gambar 2.55.
Gambar 2. 48 Bagan Arus Masukan dan Pengeluaran Usaha Ternak Sapi Perah
Sumber: Hasil Survei (2014)
2. Kayu Sengon
Kayu Sengon merupakan salah satu komoditas hasil kebun Desa Bambang yang
dikembangkan mulai sejak tahun 2001, dikarenakan tanah di Desa Bambang cocok
untuk kayu sengon, keberadaannya bertahan hingga saat ini. Penanaman pohon
sengon dilakukan dengan cara tumpang sari, artinya pada satu petak lahan berisikan
pohon sengon yang diselingi tanaman lain seperti kopi, cabe dan tanaman musim
lainnya. Bibit yang digunakan yaitu bibit lokal, harga untuk bibit tergantung pada
ukuran, penanaman dilakukan secara terus-menerus, maksudnya yaitu setelah
melakukan panen lahan dipersiapkan kembali untuk ditanami bibit yang baru atau
sebagian dari yang dipanen mengalami tumbuh tunas kembali. Proses pembibitan
dilakukan selama 3 bulan dengan pemberian pupuk kandang, pemberian pupuk
kandang selama pembibitan dapat dilakukan sendiri tanpa menggunakan tenaga kerja
dan dengan menggunakan pupuk kandang. Penanaman biasanya dilakukan pada awal
tahun untuk menghindari hama. Proses perawatan untuk pohon sengon dilakukan
selama 2 tahun awal, karena pada 2 tahun awal pohon sengon rentan terhadap hama
atau penyakit. Perhitungan untuk arus masukan dan pengeluaran selama proses
penanman pohon sengon terdapat pada Tabel 2.37.
Tabel 2. 37 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran Petani Sengon di Desa Bambang
Total Harga
Proses Uraian Jumlah Per Ha.
(Rp /Ha)
Pengeluaran Bibit (tinggi 100 cm) 1600 bibt Rp 4.800.000
Persiapan lahan (gali 3 orang tenaga kerja Rp 1.800.00
lubang) selama 30 hari
Persiapan bibit di kolibeek 3 orang tenaga kerja Rp 180.000
kecil (jam kerja setengah selama 3 hari
hari)
Pemupukan 1: pupuk urea 320 kg pupuk (7 sak) Rp 560.000
(usia 5 atau 6 bulan)
Pemupukan 2: pupuk urea 260 kg pupuk (6 sak) Rp 480.000
(usia 1 tahun)
Pemupukan 3: pupuk urea 220 kg pupuk (5 sak) Rp 400.000
(usia 2 tahun)
Pemupukan 4: pupuk urea 200 kg pupuk (4 sak) Rp 320.000
(usia 3 tahun)
Upah tenaga kerja 3 orang, 3 hari untuk 4 kali Rp 720.000
pemupukan
Biaya angkut 12 truk Rp 72.000.000
Total pengeluaran Rp 81.260.000
Pemasukan Hasil Produksi Pohon 1000 pohon Rp 600.000.000
Sengon
Keuntungan/kerugian Rp 518. 740.000
Sumber: Hasil Survei (2014)
Keterangan:
1. Harga 1 bibit Rp 3000/bibit
2. Upah tenaga kerja 1 orang Rp 20.000/ hari
3. Pemupukan usia 5-6 bulan (1600 pohon) = satu pohon membutuhkan 0.2 kg
pupuk, dengan harga 1 sak pupuk Rp 80.000 (1 sak 50 kg)
4. Pemupukan usia 1 tahun (1300 pohon) = satu pohon membutuhkan 0.2 kg pupuk,
dengan harga 1 sak pupuk Rp 80.000 (1 sak 50 kg)
5. Pemupukan usia 2 tahun (1100 pohon) = satu pohon membutuhkan 0.2 kg pupuk,
dengan harga 1 sak pupuk Rp 80.000 (1 sak 50 kg)
6. Pemupukan usia 3 tahun (1000 pohon) = satu pohon membutuhkan 0.2 kg pupuk,
dengan harga 1 sak pupuk Rp 80.000 (1 sak 50 kg)
7. Biaya angkut 1 truk 6 juta (1 Ha menghasilkan 12 truk)
8. Hasil panen 1 pohon rata-rata memiliki harga Rp 600.000 (usia 6-7 tahun)
Tabel 2.37 Menunjukkan bahwa, komoditas pohon kayu sengon yang terdapat
di Desa Bambang dengan luas lahan 1 Ha memberikan pemasukan sebesar Rp
600.000.000, dan jika dikurangi dengan total biaya pengeluaran selama penanaman
pohon tersebut (6-7 tahun), masyarakat Desa Bambang mendapatkan keuntungan
sebesar Rp 519. 220.000. Keuntungan yang didapatkan dapat dikatakan sangat besar,
namun keuntungan tersebut didapatkan setelah 6-7 tahun menunggu untuk pohon
kayu sengon mulai di panen, dapat dikatakan usaha budidaya pohon kayu sengon
merupakan usaha masyarakat dalam jangka panjang yang termasuk investasi. Proses
pendistribusian hasil panen dilakukan dengan cara langsung membawa ke pabrik
yang terdapat di Jombang atau Lumajang, yang setiap sekali panen dalam 1 Ha lahan
menghasilkan 12 truk. Bagan arus masukan dan pengeluaran komoditas Kayu Sengon
terdapat pada Gambar 2.56.
3. Penambangan pasir
Tabel 2.38 menunjukkan hasil perhitungan pertambangan pasir yang ada di Desa
Bambang. Harga jual pasir satu truk sejumlah Rp 300.000 apabila ditotal dari
perkiraan seluruh truk yang mengambil pasir di Desa Bambang maka pendapatan
yang diperoleh berjumlah sekitar Rp 100.000.000 dalam setahun, dalam proses
menambang pasir diperlukan berbagai macam peralatan dari mulai peralatan
tradisional hingga modern, biaya yang diperlukan untuk membeli dan merawat
peralatan tersebut sejumlah Rp 24.750.000, untuk total upah pekerja selama setahun
dengan asumsi pekerja 50 orang sejumlah Rp 13.000.000, setelah dilakukan
4. Tebu
Tanaman tebu merupakan salah satu komoditas yang diunggulkan oleh
masyarakat Desa Bambang. Masyarakat di Desa Bambang banyak yang menanam
tanaman tebu di ladangnya, hal tersebut dikarenakan kondisi tanah di Desa Bambang
yang kering sangat cocok untuk dijadikan lokasi budidaya tebu. Masa panen tebu
adalah 9 bulan usia tebu saat tebu mengandung kadar gula tertinggi. Dalam bercocok
tanam tebu dibutuhkan 20.000 bibit per hektar. Dalam masa tanamnya terdapat 2 kali
pemupukan yaitu pada saat usia tebu 7 hari dan saat usia 30 hari. Untuk
mempersiapkan lahan dibutuhkan 5 orang dalam waktu 1 bulan dengan upah Rp
20.000/hari. Biaya pemasukan dan pengeluaran usaha tani tebu di Desa Bambang
terdapat pada Table 2.39.
Tabel 2. 39 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran Tebu di Desa Bambang
Total Harga (Rp
Proses Uraian Jumlah Per Ha.
/Ha)
Pengeluaran Bibit 20.000 bibit Rp 11.000.000
Persiapan lahan (gali 5 orang tenaga kerja Rp 3.000.000
lubang) selama 30 hari
pemupukan: pupuk urea 120 kg Rp 192.000
(usia 7 hari)
5. Cabe Rawit
Cabe rawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang ada di Desa
Bambang. Penanaman cabe rawit menggunakan bibit yang dibuat sendiri oleh
masyarakat. Untuk 1 hektar lahan mempunyai sekitar 20.000 tanaman cabe. 1
tanaman cabe diperkirakan memakan biaya dari Rp 1000 hingga Rp 1250 per batang
pohon mulai dari perawatan, pekerja hingga pemupukan. Hasil dari cabe rawit secara
normal di dalam 1 hektar lahan adalah 100 kg per panen atau sekitar 2 kwintal dalam
1 minggu, dapat dipanen hingga 18 minggu. Harga Jual tiap kilogram cabe rawit saat
survey adalah 5500. Perhitungan untuk arus masukan dan pengeluaran selama proses
penanaman cabe rawit terdapat pada Tabel 2.40.
Tabel 2. 40 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran Cabe Rawit
Proses Uraian Jumlah Total Harga (Rp /Ha)
Pengeluaran Bibit cabe rawit 20.000 bibit Rp 20.000.000
Pemasukan Hasil sekali Rp 1.100.000
panen 200kg ,
dengan harga jual
Rp 5500,00
Tabel 2.40 Menunjukkan dari hasil Arus Pemasukan dan Pengeluaran dari
komoditas cabai ini, diketahui dari hasil pengurangan dari total pemasukan dan total
pengeluaran petani cabai sedang merugi hingga 200.000. Disamping itu petani cabai
juga tidak mendapat penghasilan selama 3,5 bulan (100 hari). Bagan arus masukan
dan pengeluaran komoditas Cabe Rawit terdapat pada Gambar 2.59.
6. Cabe Besar
Cabe besar menjadi salah satu bagian dari komoditas yang ada di Desa Bambang,
meskipun hanya beberapa masyarakat yang menanam cabe besar sebagai hasil
pertanian. Dalam 1 Ha lahan pertanian cabe besar memiliki sekitar 20.000 tanaman
cabe. 1 tanaman cabe diperkirakan memakan biaya dari Rp 2000 per batang pohon
mulai dari perawatan, pekerja hingga pemupukan. 1 hektare lahan sekali panen bisa
menghasilkan 500- 800 kg, dan sekali tanam, tanaman lombok besar dapat dipanen
hingga 10 x panen. Perhitungan untuk arus masukan dan pengeluaran selama proses
penanaman Cabe besar terdapat pada Tabel 2.41.
Tabel 2.41 menunjukkan hasil arus pemasukan dan pengeluaran komoditas cabe
besar dapat diketahui dari hasil pengurangan total pemasukan dan total pengeluaran
petani cabai besar mendapatkan untung sebesar Rp 35.000.000.- untuk 10x panen,
sehingga untuk 1x panen petani mendapatkan penghasilan Rp 3.500.000,- selama 3,5
bulan (100 hari) masa panen. Bagan arus masukan dan pengeluaran komoditas Cabe
Besar terdapat pada Gambar 2.60.
7. Kacang Panjang
Komoditas kacang panjang di Desa Bambang merupakan salah satu bagian
komiditi yang tidak menjadi prioritas pertanian di Desa Bambang. Perhitungan untuk
arus masukan dan pengeluaran selama proses penanaman kacang panjang terdapat
pada Tabel 2.42
Tabel 2. 42 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran Kacang Panjang
Total Harga
Proses Uraian Jumlah
(Rp /Ha)
Pengeluaran Biaya pembibitan = 8 x Rp 45.000 Rp 360.000
- 8 kantong bibit kacang (1
kantong Rp 45.000)
Biaya Pemupukan = Rp 120.000/18 x10 Rp 66.666,67
- Harga pupuk 50 kg adalah
Rp 120.000 (50 kg dapat
digunakan untuk 18 x
panen)
- 10 kali panen
Biaya pekerja = Rp 15.000 x 5 x 30 Rp 2.250.000
(5 orang tenaga kerja, 1 hari
pekerja dibayar Rp 15.000
per setengah hari, Masa
kerja buruh adalah 20 hari)
Keterangan
1. Untuk 1 hektar lahan membutuhkan 8 kantong bibit kacang panjangg
2. Satu kantong bibit memiliki harga 45.000
3. Satu kantong bibit sekali panen menghasilkan 100 kg kacang panjang
4. Masa tanam kacang panjang adalah 60 hari
5. Harga pupuk 50 kg adalah 120.000 dan dapat digunakan untuk 18 kali panen
6. 10 x panen
8. Kacang Tanah
Komoditas kacang tanah di Desa Bambang merupakan salah satu bagian komiditi
yang tidak menjadi prioritas pertanian di Desa Bambang. Petani kacang tanah
menanam kacang bersamaan dengan penanaman komoditas jagung. Perhitungan
untuk arus masukan dan pengeluaran selama proses penanaman kacang tanah terdapat
pada Tabel 2.43.
9. Jagung
Jagung merupakan salah satu hasil komoditas di Desa Bambang. Petani menanam
jagung biasanya pada musim hujan agar bisa tumbuh dengan subur, karena apabila
lewat dari musim hujan maka jagung tidak akan tumbuh dengan subur dan petani
akan mengalami kerugian. Menanam jagung memerlukan perawatan yang tidak
mudah karena petani harus mengendalikannya dari hama agar jagung tidak
rusak/mati. Bibit untuk menanam jagung dapat didapatkan melalui bantuan dari
pemerintah atau milik sendiri. Agar jagung tetap tumbuh subur diperlukan pupuk
kotoran ayam sebanyak 70 sack untuk 1 hektar. Panen hasil jagung diperlukan waktu
selama ±100 hari/3,5 bulan, hasil yang didapatkan dari waktu panen biasanya
sebanyak 6 ton dan dijual ke tengkulak dengan harga jual jagung Rp 3.000/kg atau
dapat dikonsumsi sendiri. Biaya masukan dan keluaran petani jagung di Desa
Bambang terdapat pada Tabel 2.44
Tabel 2. 44 Perhitungan Biaya Masukan dan Pengeluaran Jagung
Biaya bibit Biaya Upah tenaga Untung/panen
Jagung yang dijual
jagung/ha pupuk/ha kerja/hari 3,5 bulan
Rp 720.000 Rp 4 orang x Rp Rp = 3.000/kg x 6 ton = Rp 16.755.000
455.000 17.500/hari = Rp Rp 18.000.000
70.000
Sumber: Hasil Survei (2014)
10. Kopi
Kopi merupakan salah satu hasil komoditas di Desa Bambang. Banyak dari petani
menanam kopi di lahan milik sendiri. Biasanya petani menggunakan bibit kopi taman
sari yang dijual dengan harga Rp 2000/kg. Bibit kopi juga bisa didapatkan melaui
bantuan dari pemerintah atau milik sendiri. Untuk menanam kopi diperlukan pupuk
kandang dengan harga 1 sack/30 kg Rp 6.000. Menanam kopi dapat dilakukan dengan
sendiri atau dengan bantuan buruh tani. Biasanya buruh tani yang diperlukan untuk
luas 1 hektar sebanyak 10 orang dengan upah Rp 20.000/orang/setengah hari. Panen
hasil kopi diperlukan waktu selama 1 tahun, hasil yang didapatkan dari waktu panen
biasanya sebanyak 30blek/600kg dan dijual ke tengkulak dengan harga jual kopi
basah Rp 75.000/blek/20 kg dan kopi kering Rp 125.000/blek/20kg.
Menurut petani kopi apabila kopi basah diolah menjadi kopi kering maka akan
mengalami penyusutan. Contoh : sebanyak 4kg kopi basah menjadi kopi kering maka
penyusutannya sebesar 1,5 kg. Sehingga kopi basah yang dihasilkan petani sebanyak
600kg akan menyusut apabila diolah menjadi kopi kering. Dapat dihitung :
1,5/4 x 100% = 26,66%
600 x 26,66 / 100 = 159,96
Berdasarkan hasil Arus Pemasukan dan Pengeluaran komoditas kopi ini dapat
diketahui bahwa kopi yang dijual basah lebih menguntungkan daripada kopi yang
dijual kering yaitu dengan selisih untung Rp 500.000. Bagan arus masukan dan
pengeluaran komoditas Kopi terdapat pada Gambar 2. 64.
C. Usaha Tani
Pembahasan usaha tani yang ada di Desa Bambang meliputi beberapa hal yaitu:
1. Corak dan Sifat kegiatan usaha tani
Corak dan Sifat kegiatan usaha tani memiliki tujuan yang berbeda karena dipengaruhi
oleh lingkungan alam dan kemampuan petani. Tujuan usaha tani dapat berupa untuk
memenuhi kebutuhan individu maupun keluarga (Subsistence farm) atau guna
mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya (Commercial farm).
Penggolongan kegiatan usaha tani ditujukan untuk menggambarkan suatu keadaan
tertentu. Perbedaan antara usaha tani komersial dan susbsistence di ukur dengan
tindakan ekonomi seorang petani dalam menggunakan unsur-unsur produksi. Salah
satu unsur produksi misalnya tenaga kerja.
2. Organisasi usaha tani
Kayu sengon dilihat dari organisasi usaha dapat dikatakan termasuk kolektif
dikarenakan usahanya melibatkan banyak orang untuk pembibitan, mereka
membutuhkan buruh untuk melakukan pembibitan dan untuk melakukan penanaman,
perawatan, ketika panen untuk mengangkut hasil kayu tersebut menyewa truck dan
membawa kayu tersebut ke pabrik. Tebu dilihat dari organisasinya dapat dikatakan
termasuk kolektif dikarenakan usahanya melibatkan banyak tenaga kerja yaitu untuk
penanaman, pemupukan, pengelolaan dan ketika panen untuk mengangkut hasil
panen tersebut ke pabrik.
3. Tipe usaha tani
Tipe usaha tani yang ada di Desa Bambang adalah tipe perseorangan (individual
farm). Tipe ini tenaga kerja yang dibutuhkan didapatkan dari berbagai sumber, tetapi
sebagian besar dikelola oleh petani sendiri dan dibantu oleh keluarganya. Desa
Bambang merupakan desa penghasil kayu sengon, tebu dan tambang pasir. Cara
penanaman pertanian yang ada di Desa Bambang adalah tumpang sari, dimana
penggunaan lahan yang digunakan lebih dari satu komoditas secara bersamaan,
seperti penanaman kayu sengon dan pepaya.
D. Kalender Musim
Tabel 2. 47 Kalender Musim Desa Bambang
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEPT OK NOV DES
NO KOMODITAS T POTENSI MASALAH
1 SAPI Perawatan dan setiap hari dilakukan pemerahan susu sebanyak 2 kali sehari Menghasilkan Sulit untuk
susu yang mencari pakan
dapat ternak (rumput),
dikonsumsi kesehatan
atau dijual, ternak kurang
kotoran sapi baik, sapi betina
yang dapat susah untuk
dikonversikan hamil
menjadi energi
biogas
2 SENGON Perawatan (penyiraman, pemberantasan hama) dan pemupukan Penanaman, Pupuk kompos Waktu panen
Perawatan berasal dari antara 5-7 tahun
(penyiraman, desa sendiri
pemupukan,
pemberantasan
hama)
3 TEBU Perawatan (penyiraman, pemupukan, pemberantasan panen Penanaman, - Pupuk Distribusi
hama) Perawatan kompos pupuk (kimia)
(penyiraman, berasal dari kurang dan
pemupukan, desa sendiri harga pupuk
pemberantasan mahal, tanaman
hama) diserang hama
(embuk)
4 JAGUNG Panen Penanaman, Panen Penanaman, Pupuk kompos Hasil tidak
Perawatan Perawatan berasal dari maksimal,
(penyiraman, (penyiraman, desa sendiri musim panen
pemupukan, pemupukan, harga anjlok,
pemberantasan pemberantasan musim hujan
hama), hama) tanaman rusak.
pengolahan
tanah
Musim merupakan salah satu hal yang memiliki pengaruh dalam suatu kegiatan,
terdapat 2 musim di Indonesia sendiri yaitu musim kemarau dan musim hujan. Kedua
musim ini tentu mempengaruhi kegiatan maupun aktivitas manusia seperti pertanian,
peternakan dan perkebunan. Dalam sektor pertanian musim sangat mempengaruhi waktu
penanaman maupun waktu panen hasil pertanian serta kualitas hasil panen. Dengan
adanya pergantian musim setiap tahunnya kita dapat mengetahui kecenderungan atau pola
kegiatan masyarakat khususnya dalam hal pertanian,perkebunan, dan peternakan dalam
jangka waktu satu tahun dengan menggunakan alat yakni kalender musim. Kalender
musim merupakan salah satu alat PRA yang digunakan untuk mengetahui keadaan alam
(musim) serta kegiatan sektor-sektor seperti pertanian, perkebunan dan peternakan dalam
kurun waktu satu tahun. Berikut merupakan hasil PRA di Desa Bambang dengan
menggunakan kalender musim.
1. Pertanian
a. Jagung
Jenis tanaman selain tebu dalam sektor pertanian di Desa Bambang adalah
jagung. Dalam kurun waktu satu tahun petani jagung di Desa Bambang dapat
memanen jagung sebanyak 2 kali dalam setahun yaitu pada Bulan Januari dan
Februari lalu pada Bulan Mei hingga Agustus. Proses penanaman dilakukan 2
kali dalam setahun yaitu pada Bulan Maret dan April serta November dan
Desember, selama proses penanaman juga dilakukan proses perawatan seperti
penyiraman dan pemberian pupuk, kendala yang dialami petani jagung di
Desa Bambang adalah kualitas hasil produksi yang kurang maksimal
dikarenakan kondisi tanah yang minim kandungan mineral, lalu karena
kualitas yang kurang baik menyebabkan harga jual di pasar tidak dapat
bersaing, selain itu kendala yang dihadapi adalah pohon jagung yang sering
roboh pada musim hujan. Kondisi ladang jagung di Desa Bambang terdapat
pada Gambar 2.65.
b. Cabe
Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang terdapat di Desa Bambang,
dalam kurun waktu satu tahun petani cabe hanya memanen sebanyak satu kali
yakni pada awal musim kemarau yaitu pada Bulan Mei hingga Agustus, lalu
dilakukan penanaman pada Bulan November dan Desember setelah itu
dilakukan perawatan tanaman cabe hingga tiba waktu nya musim panen.
Kendala yang dihadapi petani cabe adalah harga jual produksi yang fluktuatif,
namun untuk masalah pupuk, petani di Desa Bambang dapat memproduksi
pupuk kompos yang berasal dari kotoran ternak. Kondisi ladang Cabe di Desa
Bambang terdapat pada Gambar 2.66.
c. Singkong
Jenis tanaman dalam sektor pertanian lainnya yakni singkong, proses
penanaman tanaman singkong dilakukan pada akhir musim kemarau yaitu
mulai Bulan Agustus hingga Oktober setelah itu dilakukan perawatan hingga
masa panen tiba pada Bulan Mei, kendala yang dialami petani singkong sama
seperti kendala yang dialami oleh petani tanaman lain nya yaitu ketersediaan
pupuk kimia yang minim dan harga nya yang sangat mahal.
2. Perkebunan
a. Sengon
Salah satu jenis tanaman dalam sektor perkebunan adalah sengon, masa tanam
sengon terdapat pada Bulan November dan Desember dan masa tanam sengon
hingga panen tergolong cukup lama yaitu 7 tahun, dalam perawatan nya
tanaman sengon tidak memerlukan banyak pupuk dan perawatan lebih, salah
satu kendala yang dihadapi petani sengon adalah kemunculan hama yang
merusak batang tanaman sengon. Kondisi Kebun Sengon di Desa Bambang
terdapat pada Gambar 2.67.
b. Pepaya
Hasil komoditi dari sektor perkebunan lainnya yakni pepaya, dalam kurun
waktu satu tahun petani pepaya hanya melakukan panen satu kali yaitu di
Bulan Agustus hingga Oktober, lalu penanaman dilakukan pada awal musim
penghujan yaitu Bulan November hingga Desember. Namun pada saat ini
3. Peternakan
a. Sapi
Sapi merupakan komoditas utama dari sektor peternakan yang terdapat di
Desa Bambang. Peternak biasanya memerah susu sapi sehari 2 kali pada saat
pagi sekitar pukul 07.00-09.00 dan siang pada pukul 13.00-15.00. Dalam satu
tahun beberapa ekor sapi jantan dijual ke luar desa pada saat perayaan Idul
Adha untuk dijadikan hewan kurban. Kondisi peternakan sapi di Desa
Bambang terdapat pada Gambar 2.69.
b. Kambing
Selain sapi, kambing merupakan salah satu komoditas dari sektor peternakan
yang ada di Desa Bambang. Peternak kambing biasanya membeli kambing
indukan terlebih dahulu yang berumur 6-8 bulan. Dalam satu tahun, biasanya
hasil ternak dijual ke luar desa pada saat perayaan Idul Adha sebagai hewan
kurban. Kondisi peternakan kambing di Desa Bambang terdapat pada
Gambar 2.70.
E. Sketsa Kebun
Sketsa kebun merupakan sketsa yang menggambarkan keadaan kebun yang
mewakili keadaan kebun di suatu desa. Pemilihan kebun merupakan pemilihan kebun
terbaik yaitu berdasarkan pendapatan yang dihasilkan dari kebun tersebut. Dengan
adanya sketsa kebun, dapat diketahui potensi dan masalah serta kebutuhan yang ada pada
kebun tersebut. Kondisi kebun di Desa Bambang terdapat pada Gambar 2.71.
Jarak tanam antar tanaman tebu adalah 30 cm dengan lebar antar petak sepanjang
1m. Lebar kebun tebu adalah 60 meter dan panjang 100 meter
Sedangkan untuk jarak tanam antartanaman sengon tidak teratur. Tidak ada jarak
yang jelas dalam penanaman bibit pohon sengon. Lebar kebun sengon adalah 40 meter
dan panjang 100 meter. Masalah yang dihadapi di kebun ini dan semua kebun di Desa
Bambang ialah tidak adanya sumber air untuk pengairan kebun, dan hanya mengandalkan
air hujan. Selain itu tanah yang kering dan beRp asir juga merupakan kendala yang
dihadapi para pemilik kebun di Desa Bambang.
F. Bagan Peringkat
Terdapat 4 variabel atau kriteria yang digunakan untuk menilai dan menentukan
komoditas utama di Desa Bambang, yaitu:
1. Hasil Produksi
a. Nilai 3 digambarkan dengan 3 bintang (***) apabila hasil produksi komoditas
sesuai dengan permintaan pasar.
b. Nilai 2 digambarkan dengan 2 bintang (**) apabila hasil produksi komoditas
mampu memenuhi separuh dari permintaan pasar.
c. Nilai 1 digambarkan dengan 1 bintang (*) apabila hasil produksi komoditas
tidak memenuhi permintaan pasar.
2. Kualitas
a. Nilai 3 digambarkan dengan 3 bintang (***) apabila kualitas tanaman atau
hasil produksi baik.
b. Nilai 2 digambarkan dengan 2 bintang (**) apabila kualitas tanaman atau hasil
produksi sedang.
c. Nilai 1 digambarkan dengan 1 bintang (*) apabila kualitas tanaman atau hasil
produksi tidak baik.
3. Keuntungan Harga Jual
a. Nilai 3 digambarkan dengan 3 bintang (***) dikatakan baik jika keuntungan
setiap panen selain dapat memenuhi kebutuhan tersier sehingga mampu
meningkatkan kualitas hidup petani tersebut.
b. Nilai 2 digambarkan dengan 2 bintang (**) dikatakan sedang jika keuntungan
setiap panen hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari petani.
c. Nilai 1 digambarkan dengan 1 bintang (*) dikatakan kurang baik jika
keuntungan setiap panen belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari petani
tersebut.
4. Lokasi Pemasaran
a. Nilai 3 digambarkan dengan 3 bintang (***) dikatakan baik apabila lokasi
pemasaran berada di desa tersebut lebih dari satu lokasi bahkan hingga keluar
dari kecamatan.
b. Nilai 2 digambarkan dengan 2 bintang (**) dikatakan sedang apabila lokasi
pemasaran di desa tersebut lebih dari satu hingga di dalam kecamatan.
c. Nilai 1 digambarkan dengan 1 bintang (*) dikatakan kurang baik apabila
lokasi pemasaran hanya terdapat di dalam desa, maupun disatu tempat atau
melalui tengkulak.
Jika ada dua atau lebih komoditas yang jumlahnya sama, maka yang digunakan
untuk menentukan yang paling tinggi rankingnya adalah jenis komoditi yang paling
banyak di tanam oleh masyarakat. Bagan peringkat komoditas yang terdapat di Desa
Bambang dapat dilihat pada Tabel 2.48.
Tabel 2. 48 Bagan Peringkat Komoditas Desa Bambang
Komoditas
No. Variabel
Jagung Tebu Cabe Sengon Susu
1. Hasil Produksi *** ** *** *** **
2. Kualitas ** ** *** *** **
3. Keuntungan Harga
** *** * *** ***
Jual
4. Lokasi Pemasaran *** *** ** *** ***
Jumlah 10 10 9 12 10
Ranking
Sumber: Hasil Survei (2014)
Ketua
Bendahara Sekretaris
b. Fungsi
Unit simpan pinjam wanita, yang berfungsi untuk mempermudah masyarakat
terutama kelompok-kelompok wanita yang membutuhkan biaya untuk
membuka usaha ataupun modal.
c. Jenis kegiatan
Jenis kegiatannya yaitu berupa simpan pinjam yang dimana mendapat dana
hibah dari pemerintah sebesar Rp 25.000.000 yang tujuannya untuk
membantu masyarakat terutama para wanita dalam memenuhi kebutuhan
finansialnya. Selain itu, rapat yang dilaksanakan tiga bulan sekali, agar untuk
mengetahui supaya hasil uang simpan pinjam dapat terus berjalan
sebagaimana mestinya dan dapat berkembang. Yang anggotanya juga ikut
rapat sebanyak 46 dan adanya Rapat Anggota Tahunan yang dilaksanakan
dalam satu tahun sekali pada Bulan Januari atau Februari.
d. Hubungan kelembagaan
Hubungan Kopwan dengan masyarakat sangat erat terutama para ibu-ibu
wanita, selain itu para anggota dari kopwan kebanyakan adalah ibu-ibu PKK.
2. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)
Merupakan singkatan dari gabungan kelompok tani, yang terdiri kelompok usaha
tani per dukuh yaitu, asehwono krajan, asehwono bendo, asehwono pandanrejo.
a. Struktur kelembagaan
4. LKDPH
Lembaga Kemitraan dan Pengelolaan Hutan yang terdapat di Desa Bambang
bernama Wana Tani Sido Makmur yang berdiri sejak Tahun 2005 yang berbadan
hokum No. 19/LKDPH.BAMBANG/28.02.2005 merupakan lembaga yang dibuat
untuk melindungi dan mengelola hutan agar kelestariannya tetap terjaga.
a. Struktur kelembagaan
selalu menjaga hutan. Selain itu, dari seksi-seksi yang ada mereka berusaha
menjaga amanat yang telah diberikan untuk mewakili dan bertanggung jawab
dari masing-masing seksinya.
d. Hubungan kelembagaan
Hubungannya sangat erat dengan masyarakat dimana dalam pengelolaan
hutan dan perlindungan hutan merupakan tanggungjawab seluruh masyarakat
agar hutan tetap terlindung dari hal-hal yang merugikan kelangsungan hidup
masyarakat desa. Selain itu LKDPH merupakan kegiatan yang dibawahi oleh
LPMD sehingga dalam pelaksanaan teknisnya LPMD bertanggungjawab atas
kinerja pelaksanaan LKDPH.
5. PKK
Lembaga PKK merupakan organisasi yang mewadahi kegiatan sosial yang secara
rutin dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga.
a. Struktur kelembagaan
b. Fungsi
Fungsi dari PKK adalah sebagai penyuluh, motivator dan penggerak
masyarakat agar mampu melaksanakan program PKK. Selain itu, sebagai
6. HIPPAMS
HIPPAMS merupakan singkatan dari Himpunan Pengguna Air Bersih dan
Sanitasi, merupakan program yang dilaksanakan mulai Tahun 1975 di Desa
Bambang yang diawasi oleh LPMD.
a. Struktur kelembagaan :
b. Fungsi
Penyediaan jaringan pipa air bersih secara menyeluruh di Desa Bambang
dikarenakan di Desa Bambang pada umumnya tidak mempunyai sumur untuk
mendapatkan air tanah dan sangat sulit untuk melakukan penggalian karena
sangat dalam dan harus mencapai air artesis di kedalaman 37-55m.
c. Jenis Kegiatan
Penyuluhan dan kegiatan berkumpul yang dilakukan sebulan sekali untuk
saling bertukar informasi masalah-masalah HIPPAM seperti pada saat musim
kemarau debit air mulai kecil dan pada saat musim hujan terjadi longsor
sehingga menyebabkan masalah pipa bocor dan penyelesaian tindak lanjut
perbaikannya, serta ada pembayaran uang HIPPAM rumah tangga setiap
bulan sebesar 4000 per bulan sedangkan untuk masyarakat yang beRp
enghasilan rendah membayar semampunya.
d. Hubungan Kelembagaan
Lembaga HIPPAM sangat berhubungan erat dengan masyarakat Desa
Bambang dimana sumber mata air tersebut satu satunya yang ada di Desa
Bambang juga berhubungan dengan LPMD berupa pembangunan awal
penampungan air dan berlanjut ke peRp ipaan dari sumber kepengguna air
bersih di Desa Bambang.
7. Karang Taruna
Karang taruna karya mandiri merupakan salah satu kelembagaan yang berdiri di
desa bambang pada Tahun 1965 yang telah mendapat sertifikat aktif pada tanggal
2 Februari 2012.
a. Struktur kelembagaan
b. Fungsi
Karang Taruna memiliki tugas menanggulangi berbagai masalah
kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda dan
pengembangan potensi generasi muda dilingkungannya. Diantaranya
memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Penyelenggara usaha kesejahteraan sosial;
2. Penyelenggara pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat;
3. Penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda di
lingkungannya secara komprehensif, teRp adu dan terarah serta
berkesinambungan;
4. Penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi
muda di lingkungannya;
5. Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung
jawab sosial generasi muda;
6. Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa
kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia;
7. Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan
tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-178
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang
Gambar 2.84 menunjukkan hubungan antar lembaga satu dan yang lain dengan
masyarakat. Lembaga paling tertinggi di Desa Bambang yaitu pemerintahan desa yang
memiliki fungsi untuk menyelengarakan pemerintahan desa yang dalam kenyataanya
terdapat hubungan langsung dengan BPD dan LPMD terutama dalam hal
penyelenggaraan pembangunan, menampung aspirasi masyarakat, dan sebagainya.
LPMD juga memiliki hubungan dengan berbagai macam lembaga yaitu HIPPAMS, SPP,
Karang Taruna. Sedangkan untuk Gapoktan merupakan lembaga gabungan kelompok
tani yang berdiri sendiri dimana anggotanya terdiri dari (poktan) kelompok tani dari
ketiga dusun tersebut yaitu Asehwono I,II, dan III. Untuk PKK merupakan lembaga yang
berhubungan langsung dengan Kopwan karena kebanyakan anggota dari PKK adalah
anggota dari Kopwan juga, sehingga lembaga tersebut saling berhubungan. Intinya dalam
kegiatan kelembagaan ini semuanya sangat berhubungan dengan masyarakat yang
dimana tujuan dari dibentuknya berbagai macam lembaga ini untuk mempermudah
masyarakat dalam pelayanan kegiatan serta untuk mewadahi kegiatan-kegiatan yang ada
dalam Desa Bambang.
2.1.8 Kegiatan PRA
Kegiatan Partisipatory Rural Appraisal adalah sebuah pendekatan atau metode
untuk menggali data dan mengajak masyarakat berdiskusi, memikirkan dan
mengungkapkan potensi dan masalah yang ada dalam desanya. PRA Desa Bambang
dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2014 pada pukul 19.00 dengan mengundang para
stakeholder Desa Bambang. Kegiatan PRA dimulai dengan sambutan dari Bapak Kepala
Desa, sambutan dan perkenalan dari perwakilan kelompok dan dilanjutkan dengan
membahas Alat-alat PRA kecuali Diagram Aktivitas, Alur sejarah Desa serta Sketsa
Kebun. Diagram Aktivitas tidak dilakukan pada saat PRA karena bersifat pribadi tiap
mata pencaharian. Alur sejarah desa tidak dilakukan pada saat PRA karena tidak banyak
masyarakat desa yang mengetahui sejarah desa, hanya tokoh kunci saja sehingga data ini
didapatkan dari wawancara. Sketsa kebun dilakukan tidak saat PRA dikarenakan,
surveyor perlu berada di kebun langsung untuk pembuatan sketsa.
Kegiatan yang dilakukan saat PRA yang pertama masyarakat dibagi kelompok-
kelompok kecil untuk membahas mengenai beberapa alat yang telah disiapkan. Berikut
merupakan gambar saat mahasiswa PWK Universitas Brawijaya sebagai fasilitator
memperkenalkan alat PRA yang akan dibahas.
Kegiatan PRA diawali dengan sambutan yang disampaikan oleh Bapak Kepala
Desa Bambang yang dihadiri oleh perwakilan masyarakat Desa Bambang.
Mata Pencaharian, Kajian Gender, Diagram Kelembagaan, Bagan Peringkat, dan Bagan
Kecenderungan yang telah disesuaikan dengan hasil diskusi bersama para peserta PRA
(masyarakat).
A. Stakeholder dalam PRA
Stakeholder dalam Parsipatory Rural Appraisal didefinisikan sebagai orang-
orang yang terlibat, terdampak dan memiliki peran dalam masyarakat. Stakeholder yang
diundang dalam PRA desa Bambang adalah perangkat desa, tokoh masyarakat, ketua atau
perwakilan lembaga seperti PKK, karangtaruna, hingga HIPPAMS, semua kepala dusun,
semua ketua RW, perwakilan 5 ketua RT tiap dusun serta pemilik biogas eksisting.
B. Pelaksanaan Kegiatan PRA
Data primer di Desa Bambang salah satunya dapat diperoleh melalui kegiatan
PRA, selain itu dapat dilakukan survei lapangan dan wawancara kepada pihak-pihak
terkait untuk memperoleh informasi. Pelaksanaan PRA dilakukan untuk memastikan
informasi yang diperoleh saat wawancara secara langsung kepada pihak-pihak terkait
maupun saat survei lapangan. Kegiatan PRA dilaksanakan di Kantor Balai Desa Bambang
dengan dihadiri oleh 42 masyarakat Desa Bambang.
1. Pemetaan desa
Pemetaan desa merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pelaksanaan
PRA Desa Bambang Kecamatan Wajak Kabupaten Malang. Pemetaan desa
digunakan untuk mengetahui batas-batas administrasi Desa Bambang, jaringan
jalan serta jaringan drainase dan sungai yang ada di Desa Bambang. Selain hal
tersebut, pemetaan desa dilakukan untuk mengetahui batas antardusun yang ada
di Desa Bambang serta batas desa itu sendiri.
2. Transek desa
Transek Desa merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pelaksanaan PRA.
Transek desa dibuat untuk mengetahui kondisi lahan, potensi dan masalah
penggunaan lahan yang ada di Desa Bambang.
4. Bagan peringkat
Bagan Peringkat merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pelaksanaan
PRA. Komoditas utama terkait dengan mata pencaharian yang ada di Desa
Bambang dapat diketahui dengan alat ini. Beberapa komoditas yang digunakan
adalah tebu, jagung, cabe, sengon dan susu. Variabel yang digunakan yaitu hasil
produksi, kualitas, keuntungan harga jual dan lokasi pemasaran.
5. Kalender musim
Kalender musim digunakan untuk mengetahui proses waktu panen komoditas
yang ada di Desa Bambang, selain untuk mengetahui waktu panen komoditas
kalender musim digunakan untuk mengetahui jenis kegiatan yang ada di Desa
Bambang dan waktu pelaksanaan kegiatan tersebut.
Setelah mengetahui data pada Tabel 2.49 lalu dilakukan perhitungan untuk
masing-masing kebutuhan dengan cara mengalikan jumlah KK atau jumlah tiap jenis
fasilitas umum dengan standar energi listrik untuk masing-masing kebutuhan dan
kemudian mengalikannya dengan lama waktu yang diinginkan (sesuai keinginan
peneliti). Standar dan rumus yang digunakan yaitu:
1. Rumah tangga : 450 Watt 2. Sarana pendidikan
a. Memasak : 1,02 Kwh a. TK : 450 Watt
b. Penerangan : 0, 17 Kwh b. SD : 900 Watt
c. SLTP : 1300 Watt
3. Sarana kesehatan 4. Sarana peribadatan
a. Puskesmas : 450 Watt a. Masjid : 900 Watt
b. Musholla :450 Watt
Standar kebutuhan energi listrik untuk fasilitas umum diubah dalam bentuk kwh dengan
cara membagi dengan 1000, dan kemudian dihitung menggunakan rumus:
Kebutuhan energi = Jumlah KK/Jumlah fasum x standar x 365
(6-
Hari
1)
Rumus perhitungan kebutuhan energi tersebut untuk menghitung kebutuhan
selama 1 tahun dikalikan dengan 365 hari, dan waktu tersebut sesuai dengan kebutuhan
peneliti. Perhitungan akan dilakukan sesuai dengan hasil proyeksi hingga 20 tahun yang
akan datang.
C. Kondisi Eksisting Biodigester Desa Bambang
Berdasarkan kondisi eksisting di Desa Bambang terdapat 8 pengguna biogas dan
yang berhasil diwawancarai sebanyak 6 pengguna biogas. Pemilik biogas eksisting Desa
Bambang memiliki jenis pekerjaan yakni, 4 orang petani sekaligus peternak sedangkan
sisanya adalah PNS dan wirausaha. Dari semua responden yang diwawancarai hampir
semua memiliki pendapatan per bulan diatas 2,4 juta rupiah kecuali 1 orang
(wirausahawan). Semua responden yang diwawancarai memiliki sapi lebih dari 2 ekor
dan salah satu responden memiliki sapi hingga 14 ekor. Dari riwayat pendidikan
responden, 1 orang merupakan lulusan D3, 1 orang merupakan lulusan SMA, 1 orang
merupakan lulusan SMP dan 2 orang merupakan lulusan SD. Dapat disimpulkan dari
profil pemilik biogas rata-rata adalah penduduk yang memiliki kondisi ekonomi yang
baik dan cukup beRp endidikan di desa.
Dari semua responden yang diteliti, 4 responden (3 beRp rofesi sebagai tani
ternak dan 1 pensiunan PNS) membuat biogas setelah mendapat bantuan untuk
pembangunannya, sedangkan 2 responden (tani ternak dan wirausaha) membuat biogas
secara mandiri. Semua responden memiliki kesamaan ukuran biodegester yakni digester
berukuran 3-4 m3 dengan biaya pembuatan sekitar 4 juta rupiah.
Diketahui bahwa 4 responden mendapatkan informasi dan bantuan untuk
membuat biogas. 2 responden mendapat bantuan dari Kementerian ESDM, sedangkan 2
responden lainnya mendapat bantuan dari Fakultas peternakan Universitas Brawijaya.
Dari 4 responden tersebut menyatakan biogas dapat menggantikan pengeluaran untuk gas
elpiji hingga Rp 60.000 tiap bulannya, sedangkan 2 orang yang memiliki biogas buatan
sendiri menyatakan biogas hanya menghemat Rp 0 – Rp 29.900. Mereka mendapat
informasi mengenai biogas dari pemerintah, salah satunya menyebutkan bahwa ada
penyuluhan desa mengenai biogas pada tahun 2010, namun banyak warga yang tidak mau
dikarenakan warga merasa repot, perlu biaya dan dianggap berbau tak sedap.Saluran
pembuangan kotoran sapi yang menuju digester biogas terdapat pada Gambar 2.94.
Dilihat dari pembiayaan biogas eksisting berukuran 3-4 m3 adalah 4 juta rupiah,
maka apabila dilakukan pembuatan biodigester secara komunal berukuran 18 m3 dengan
konstruksi beton, dan potensi pasir dan batu bata yang berasal dari Desa Bambang dan
tanpa membeli, ditambahkan dengan tenaga kerja dari swadaya serta sudah adanya warga
yang tahu cara pembuatan biodigester. Maka diperkirakan dana yang dibutuhkan untuk
membuat biodigester 18 m3 adalah di kisaran 12-15 juta. Kondisi biodigester yang ada di
Desa Bambang terdapat pada Gambar 2.95.
Banyak warga yang juga menyatakan bahwa sekalipun memiliki LPG penggunaan LPG
tersebut seringkali diganti dengan kayu bakar yang gratis untuk menghemat biaya.
Berdasarkan hasil AWP, selain mengetahui kesiapan masyarakat dalam hal dana,
didapatkan data berupa keinginan serta alasan-alasan masyarakat untuk menggunakan
biogas. Data tersebut terdapat pada Tabel 6.51.
Tabel 2. 51 Keinginan dan Alasan Masyarakat Desa Bambang untuk Menggunakan Biogas
A B C D E
Tidak Memiliki 1-3 ekor sapi 4-6 ekor sapi 7-9 ekor sapi >10 ekor sapi
Jumlah Sapi
sapi
yang dimiliki
40 40 11 0 1
Apakah sudah Sudah Belum
menggunakan
Biogas 91 1
Apakah Ingin Tidak ingin Ingin
menggunakan
Biogas 51 41
Jika Ingin apa Tidak punya Minim Minim Dana Kurang Lahan Minim
yang jadi sapi pengetahuan sosialisasi
penghambat 12 23 6 4 6
Jika tidak ingin Lebih murah Takut berbau Lebih praktis Perawatannya Lainnya...
beralih ke kayu bakar LPG sulit
biogas, kenapa 22 4 9 3 3
Berapa Dibawah atau Rp 100.100 – Rp 150.100 – Rp 200.000 – Rp Diatas Rp
kemauan untuk sama dengan Rp Rp 150.000 Rp 200.000 250.000 250.000
membayar 100.000
instalasi Biogas 35 11 2 1 2
Berapa Dibawah atau Rp 10.100 – Rp Rp 15.100 – Rp Rp 20.100 – Rp Diatas Rp
kemauan untuk sama dengan Rp 15.000 20.000 25.000 25.000
membayar 10.000
iuran bulanan 28 18 3 1 1
biogas
Sumber: Hasil Analisis (2014)
BAB III
FAKTA ANALISIS
Pertumbuhan Penduduk
Desa Bambang
3950
3916
3900 3897
3878
3867
3850 3847
3800
2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah Penduduk
Gambar 3.1 Pertumbuhan Penduduk Desa Bambang
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Keterangan:
r : Rasio Pertambahan jumlah penduduk
Po : Jumlah Penduduk tahun dasar
Pi : Jumlah Penduduk tahun ke-n
Dari rumus tersebut maka diperoleh perhitungan laju rata-rata penduduk Desa
Bambang sebagai berikut.
3867 − 3847
𝑟1 = 𝑥 100% = 0,52%
3847
3878 − 3867
𝑟2 = 𝑥 100% = 0,28%
3867
3897 − 3878
𝑟3 = 𝑥 100% = 0,49%
3878
3916 − 3897
𝑟4 = 𝑥 100% = 0,49%
3897
Diperoleh laju rata-rata pertumbuhan penduduk sebagai berikut.
0,52 + 0,28 + 0,49 + 0,49
𝑟𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 0,44%
4
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh rasio rata-rata pertumbuhan penduduk
sebesar 0,44 % hal ini berarti pertumbuhan penduduk Desa Bambang tiap tahunnya
sebesar 0,44%. Perhitungan rasio ini juga dapat digunakan dalam mencari proyeksi
penduduk untuk 20 tahun mendatang dengan menggunakan rumus metode eksponensial
sebagai berikut
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk tahun proyeksi
Po = Jumlah penduduk tahun awal
r = Laju rata-rata pertumbuhan penduduk
n = Selisih tahun proyeksi dengan tahun awal
Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk dalam kurun waktu 20 tahun
mendatang yaitu tahun 2014-2034 dengan menggunakan metode perhitungan
eksponensial, maka diperoleh hasil perhitungan pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3. 2 Proyeksi Jumlah Penduduk Desa Bambang
Jumlah Penduduk
Tahun
(Jiwa)
2014 3933
2015 3951
2016 3969
2017 3989
2018 4004
2019 4022
2020 4040
2021 4058
2022 4076
2023 4094
2024 4112
2025 4131
2026 4149
2027 4167
2028 4186
2029 4205
2030 4223
2031 4242
Jumlah Penduduk
Tahun
(Jiwa)
2032 4261
2033 4280
2034 4299
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Berdasarkan Tabel 3.3 jumlah penduduk tertinggi di Desa Bambang terdapat pada
Dusun Krajan dengan jumlah penduduk sebesar 2.247 jiwa pada tahun 2034. Sedangkan
untuk jumlah penduduk terendah terdapat pada Dusun Bendo dengan jumlah penduduk
sebesar 718 jiwa pada tahun 2034. Kemudian jumlah penduduk Dusun Pandanrejo pada
tahun 2034 sebesar 1.334 jiwa.
2198 2247
2102 2150
2000 2056
1500
1276 1305 1334
1220 1248
1000
0
2014 2019 2024 2029 2034
Berdasarkan Tabel 3.4 kepadatan penduduk Desa Bambang dari tahun ke tahun
relatif memiliki kepadatan penduduk yang rendah yakni dengan kepadatan 2 jiwa/Ha. Hal
ini dikarenakan masih luasnya lahan tak terbangun di Desa Bambang, Kecamatan Wajak
dan ditambah dengan pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun yang tidak terlalu tinggi
sehingga mengakibatkan kepadatan penduduk di Desa Bambang di golongkan menjadi
kepadatan yang sangat rendah. Rendahnya tingkat kepadatan penduduk dapat
mengjndikasikan bahwa Desa Bambang memiliki potensi dalam menjaga daerah hijau di
Desa Bambang, Kecamatan Wajak.
Tiga dusun di Desa Bambang juga dilakukan analisis kepadatan penduduk per
dusun untuk jangka waktu 20 tahun ke depan. Perhitungan kepadatanproyeksi penduduk
per dusun di Desa Bambang dilakukan dengan menggunakan data kepadatan proyeksi per
lima tahun, yakni pada tahun 2014, 2019, 2024, 2029 dan tahun 2034. Hasil kepadatan
proyeksi penduduk yang dilakukan per dusun seperti pada Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3. 3 Kepadatan Penduduk Desa Bambang Tahun 2014-2034
Luas Jumlah Kepadatan Penduduk
Dusun Wilayah Penduduk (Jiwa/Ha)
(Ha) 2014 2019 2024 2029 2034 2014 2019 2024 2029 2034
Bendo 293.52 657 672 687 702 718 2 2 2 2 2
Krajan 554.03 2056 2102 2150 2198 2247 4 4 4 4 4
Pandanrejo 1495.35 1220 1248 1276 1305 1334 1 1 1 1 1
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Berdasarkan Tabel 3.5 pada tiga dusun di Desa Bambang memiliki kepadatan
yang tergolong rendah. Hal ini dikarenakan masih banyaknya lahan yang tidak terbangun
yang mencapai 97% dari luas Desa Bambang. Di tambah dengan pertumbuhan penduduk
yang relatif kecil dari tahun ke tahun memberikan dampak kepadatan penduduk yang
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyaknya lahan yang dapat direncanakan
untuk memajukan perkembangan Desa Bambang.
Dari hasil analisis tersebut, maka penetapan fungsi kawasan dilakukan dengan
menjumlahkan nilai skor dari ketiga faktor yang dinilai pada setiap satuan lahan.
Besarnya jumlah nilai total skor dapat dilihat pada Tabel 3.9 Jumlah Nilai Skor
Kemampuan Lahan Untuk Masing-masing Satuan Lahan.
Tabel 3. 9 Jumlah Nilai Skor Kemampuan Lahan Untuk Masing-masing Satuan Lahan
Jumlah Nilai
Dusun Fungsi Kawasan
Skor
Bendo 75 Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Kawasan
Permukiman
95 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
115 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
135 Kawasan Penyangga
155 Kawasan Penyangga
Krajan 75 Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Kawasan
Permukiman
95 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
115 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
135 Kawasan Penyangga
Jumlah Nilai
Dusun Fungsi Kawasan
Skor
155 Kawasan Penyangga
Pandanrejo 75 Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Kawasan
Permukiman
95 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
105 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
115 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
125 Kawasan Penyangga
135 Kawasan Penyangga
145 Kawasan Penyangga
155 Kawasan Penyangga
165 Kawasan Penyangga
185 Kawasan Lindung
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Tabel 3.9 menunjukkan Jumlah Nilai Skor Kemampuan Lahan Untuk Masing-
masing Satuan Lahan, dapat dilihat bahwa peruntukan kawasan yang terdapat di Desa
Bambang terdiri dari kawasan budidaya tanaman semusim dan kawasan permukiman,
kawasan budidaya tanaman tahunan, kawasan penyangga, dan kawasan lindung. Satu-
satunya kawasan lindung yang terletak di Desa Bambang berada di Dusun Pandanrejo,
yang merupakan kawasan Perhutani. Menurut Peraturan Menteri PU No. 41/PRT/M/2007
tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya, yang dimaksud kawasan lindung
adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumberdaya buatan. Sedangkan kawasan
budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas
dasar kondisi alam dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya
buatan. Kawasan penyangga memiliki definisi yaitu kawasan yang dapat berfungsi
sebagai kawasan lindung dan berfungsi budidaya, terletak diantara kawasan fungsi
lindung dan kawasan fungsi budidaya seperti contohnya hutan produksi terbatas,
perkebunan, kebun campur dan lain-lain.
Kawasan Budidaya Tanaman a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan a. Nilai kawasan sebesar 95 dan 115. Sesuai
Tahunan lahannya <124. b. Area permukiman berada pada
b. Tingkat kemiringan lahan sebesar 15-40% serta tingkat kelerengan kisaran 15-40%.
cocok atau seharusnya dikembangkan usaha tani c. Terdapat penggunaan lahan berupa
tanaman tahunan (kayu-kayuan, tanaman perkebunan, pertanian (sengon, tebu,
perkebunan dan tanaman industri). kopi).
c. Keadaan fisik area memungkinkan untuk d. Tidak merusak lingkungan.
dilakukan budidaya secara ekonomis.
d. Lokasinya secara ekonomis mudah
dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
e. Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan.
Kawasan Penyangga a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan a. Nilai kawasan sebesar 135 dan 155. Sesuai
lahannya berkisar antara 124 – 174. b. Adanya penggunaan lahan
b. Keadaan fisik area memungkinkan untuk permukiman (kawasan budidaya)
dilakukan budidaya secara ekonomis. dan penggunaan lahan perkebunan.
c. Lokasinya secara ekonomis mudah
dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
d. Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan.
Kesesuaian
Dusun Fungsi Kawasan Kriteria Kawasan Keadaan Eksisting
Lahan
Krajan Kawasan Budidaya Tanaman a. Area dengan kriteria seperti dalam penetapan a. Nilai kawasan sebesar 75. Sesuai
Semusim dan Kawasan kawasan budidaya tanaman tahunan, akan tetapi b. Area permukiman di Dusun Krajan
Permukiman area tersebut cocok atau seharusnya mempunyai tingkat kelerengan tidak
dikembangkan usaha tani tanaman lebih dari 8%.
semusim/setahun.
b. Memiliki nilai kemampuan lahan maksimal 124
dan memiliki kemiringan tidak lebih dari 8%.
c. Kawasan permukiman merupakan area yang
memenuhi kriteria budidaya cocok untuk area
permukiman serta mikro mempunyai kelerengan
0-8%.
Kawasan Budidaya Tanaman a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan a. Nilai kawasan sebesar 95 dan 115. Sesuai
Tahunan lahannya <124. b. Area permukiman berada pada
b. Tingkat kemiringan lahan sebesar 15-40% serta tingkat kelerengan kisaran 15-40%.
cocok atau seharusnya dikembangkan usaha tani c. Terdapat penggunaan lahan berupa
tanaman tahunan (kayu-kayuan, tanaman perkebunan, pertanian (sengon).
perkebunan dan tanaman industri). d. Tidak merusak lingkungan.
c. Keadaan fisik area memungkinkan untuk
dilakukan budidaya secara ekonomis.
d. Lokasinya secara ekonomis mudah
dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
e. Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan.
Kawasan Penyangga a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan a. Nilai kawasan sebesar 135 dan 155. Sesuai
lahannya berkisar antara 124 – 174. b. Adanya penggunaan lahan
b. Keadaan fisik area memungkinkan untuk permukiman (kawasan budidaya)
dilakukan budidaya secara ekonomis. dan penggunaan lahan perkebunan.
c. Lokasinya secara ekonomis mudah
dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
d. Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan.
Kesesuaian
Dusun Fungsi Kawasan Kriteria Kawasan Keadaan Eksisting
Lahan
Pandanrejo Kawasan Budidaya Tanaman a. Area dengan kriteria seperti dalam penetapan a. Nilai kawasan sebesar 75. Sesuai
Semusim dan Kawasan kawasan budidaya tanaman tahunan, akan tetapi b. Area permukiman di Dusun
Permukiman area tersebut cocok atau seharusnya Pandanrejo mempunyai tingkat
dikembangkan usaha tani tanaman kelerengan tidak lebih dari 8%,
semusim/setahun. walaupun letaknya dekat dengan areal
b. Memiliki nilai kemampuan lahan maksimal 124 kawasan Perhutani yang cenderung
dan memiliki kemiringan tidak lebih dari 8%. tinggi.
c. Kawasan permukiman merupakan area yang
memenuhi kriteria budidaya cocok untuk area
permukiman serta mikro mempunyai kelerengan
0-8%.
Kawasan Budidaya Tanaman a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan a. Memiliki nilai kawasan sebesar 95, Sesuai
Tahunan lahannya <124. 105 dan 115.
b. Tingkat kemiringan lahan sebesar 15-40% serta b. Area permukiman berada pada
cocok atau seharusnya dikembangkan usaha tani tingkat kelerengan kisaran 15-40%.
tanaman tahunan (kayu-kayuan, tanaman c. Terdapat penggunaan lahan berupa
perkebunan dan tanaman industri). perkebunan, pertanian (sengon,
c. Keadaan fisik area memungkinkan untuk tebu).
dilakukan budidaya secara ekonomis. d. Tidak merusak lingkungan.
d. Lokasinya secara ekonomis mudah
dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
e. Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan.
Kawasan Penyangga a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan a. Memiliki nilai kawasan sebesar 125, Sesuai
lahannya berkisar antara 124 – 174. 135, 145, 155 dan 165.
b. Keadaan fisik area memungkinkan untuk b. Adanya penggunaan lahan
dilakukan budidaya secara ekonomis. permukiman (kawasan budidaya)
c. Lokasinya secara ekonomis mudah dan penggunaan lahan perkebunan.
dikembangkan sebagai kawasan penyangga. c. Kawasan penyangga yang terletak di
d. Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan. Dusun Pandanrejo ada yang terdapat
di dekat kawasan lindung, kawasan
ini berfungsi sebagai penyangga
kawasan budidaya agar tidak meluas
Kesesuaian
Dusun Fungsi Kawasan Kriteria Kawasan Keadaan Eksisting
Lahan
pertumbuhannya ke kawasan
lindung.
Kawasan Lindung a. Area dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan a. Nilai kawasan sebesar 185.
lahan ≥175. b. Tingkat kelerengan yang berada di
b. Mempunyai lereng lapang sebesar >45% dengan Dusun Pandanrejo sebesar 45%
tanah sangat peka terhadap erosi, yaitu jenis keatas, dengan jenis tanah litosol.
tanah Regosol, Litosol, Organosol, dan Renzine c. Terdapatnya sumber mata air.
dengan tingkat kelerengan >45%. d. Kawasan lindung yang berada di
c. Jalur pengaman aliran sungai/air sekurang- Dusun Pandanrejo terdiri dari areal
kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai/aliran milik Perhutani dan kawasan lindung
air tersebut. BTS (Bromo-Tengger-Semeru).
d. Mempunyai ketinggian 2000 meter diatas e. Kawasan perhutani yang berada di
permukaan air laut. ketinggian 2000 meter diatas laut
e. Memiliki guna keperluan atau kepentingan seluas 1026,35 hektar.
khusus dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai
kawasan lindung.
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Kelembagaan di Desa Bambang terdiri dari lembaga Formal dan non formal.
Lembaga formal antara lain pemerintah Desa, BPD, LPMD. Lembaga formal memiliki peran
yang sangat penting dalam pembangunan desa. Lembaga formal memiliki hubungan antar
lembaga yang dikontrol oleh pemerintah Desa. Dalam melakukan kegiatan Proyek
pembangunan desa lembaga formal memerlukan partisipasi langsung dari masyarakat dalam
melakukan kegiatan tersebut.
Sedangkan untuk lembaga non formal terdiri dari lembaga PKK, KOPWAN, SPP,
Gapoktan, HIPPAMS, LKDPH dan Karang Taruna yang paling berpengaruh dalam
peningkatan ekonomi adalah kelompok tanikarena mayoritas masyarakat desa Bambang
mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan kelompok tani mewadahi masyarakat untuk
mengembangkan kualitas produk pertanian yang dihasilkan.
Pandanrejo. Sedangkan untuk rumah semi permanen terdapat di Dusun Bendo sebanyak 63
unit, di Dusun Krajan 153 unit dan di Dusun Pandanrejo sebanyak 238 unit. Lalu untuk rumah
dengan konstruksi non permanen tersebar sebanyak 16 unit di Dusun Bendo, 38 unit di Dusun
Krajan dan 33 unit di Dusun Pandanrejo.
Meskipun sebagian besar konstruksi bangunan perumahan di Desa Bambang
merupakan konstruksi permanen, namun tidak sedikit jumlah rumah yang masih berupa
konstruksi semi permanen dan non permanen. Hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan masyarakat akan bahaya memiliki rumah dengan konstruksi semi permanen dan
non permanen, seperti pada saat hujan deras masyarakat mengalami masalah seperti atap
bocor dan angin yang masuk lewat celah-celah papan tembok yang tentu saja mengurangi
tingkat kenyamanan penghuninya. selain itu banyak nya jumlah rumah dengan konstruksi
selain permanen juga dikarenakan masyarakat di Desa Bambang tidak memiliki pendanaan
yang cukup untuk merenovasi rumah mereka menjadi rumah permanen.
3.5.2 Analisis Pola Permukiman
Pola pengelompokan permukiman di Desa Bambang terdiri atas pola linear mengikuti
jalan dan sebagian besar terpusat. Untuk pola linear umumnya adalah rumah-rumah yang ada
disepanjang jalan utama Desa Bambang, hal ini dikarenakan jalan utama Desa Bambang
adalah jalan yang menghubungkan antara ketiga dusun sehingga segala aktivitas dan
mobilisasi umumnya terjadi di jalan utama ini dan menyebabkan permukiman tersusun linier
mengikuti jalan. Pola permukiman terpusat berada didaerah pusat desa yang berdekatan
dengan kantor desa tepatnya di Dusun Krajan, pola terpusat ini terbentuk karena
kecenderungan beberapa masyarakat untuk selalu dekat dengan pusat kegiatan di desa
terutama para perangkat desa, selain itu terdapat pola permukiman tersebar yang terdapat
pada permukiman Sumber Piji yang terletak di tengah hutan sebelah Selatan Dusun
Pandanrejo lalu permukiman Komplangan di Dusun Bendo dan permukiman Kraamat di
Dusun Krajan, permukiman tersebar ini disebabkan karena tuntutan pekerjaan di suatu
tempat yang jauh sehingga pekerja memutuskan untuk menetap di daerah tersebut guna
mengurangi mobilitas, selain itu juga disebabkan oleh tingkat kesuburan tanah sehingga
mereka mendirikan tempat tinggal berdekatan dengan sumber penghidupannya.
3916
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐻𝑢𝑛𝑖𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑠𝑎 𝐵𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 =
1165
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐻𝑢𝑛𝑖𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑠𝑎 𝐵𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 = 3,36 ~ 4
Diketahui bahwa tingkat hunian di Desa Bambang adalah 4 Jiwa/Unit, hal ini
menunjukan standar bahwa terdapat 4 orang penghuni dalam satu rumah.
Tabel 3. 13 Jumlah Sarana Permukiman Desa Bambang
Eksisting data rumah tahun
No Jumlah Penduduk Tahun 2014 (Jiwa)
2014 (Unit)
1. 3916 1507
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Seperti diketahui padaTabel 3.14 , kebutuhan akan rumah setiap waktu akan
terus meningkat yang akan menyebabkan berkurangnya lahan kosong dan perubahan
tata guna lahan yang akan di dominasi oleh sektor permukiman. Berdasarkan proyeksi
kebutuhan rumah dari tahun 2014 hingga 2034. Total kebutuhan rumah yang ada di
Desa Bambang dapat dilihat pada Tabel 3.15.
Tabel 3. 15 Total Kebutuhan Rumah Desa Bambang Tahun 2014-2034
Eksisting Rumah tahun Proyeksi Kebutuhan Rumah Tabel Kebutuhan Rumah
2014 (Unit) Tahun 2034 (Unit) Tahun 2014-2034 (Unit)
1507 1075 -
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Berdasarkan Tabel 3.15 dapat diketahui bahwa jumlah eksisting rumah tahun
2014 saat ini sudah dapat memenuhi kebutuhan rumah hingga tahun 2034, hal ini
tidak akan menyebabkan sektor permukiman mendominasi perubahan tata guna lahan
selama 20 tahun kedepan dikarenakan peningkatan jumlah penduduk yang relatif
rendah sehingga kebutuhan akan rumah pun tidak terlalu tinggi setiap tahun nya.
Dari data diatas dapat diketahui Sarana Pemerintah dan Pelayanan Umum,
Pendidikan, Kesehatan, Kebudayaan dan Rekreasi, RTH dan Olahraga, Keamanan, Industri
dan Pergudangan, Pemakaman termasuk dalam berpola menyebar karena setiap sarana
tersebut terletak tidak saling berdekatan dan tidak beraturan. Sedangkan untuk Sarana
Peribadatan, Perdagangan dan Jasa termasuk berpola Linear karena setiap sarana terletak di
sepanjang jalan di Desa Bambang.
Tabel 3. 18 Analisis Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum di Desa Bamban
Tahun 2024-2034
Kebutuhan Tahun 2024 Kebutuhan Tahun 2029 Kebutuhan Tahun 2034 Penambahan
Jenis
Sarana Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah Luas Jml Luas Jml Luas Jml Luas
pedd pend pend
Pendop
1 137.07 1 140.17 1 143.3 - -
o
Balai
2 439.44 2 504.60 2 515.88 1 221.96
desa
4112 4205 4299
MCK 2943.5
69 2878.40 70 72 3009.3 70 2841.43
Umum 0
Pos IB - - - - - - - -
Sumber: Hasil Analisis (2014)
C. Sarana Kesehatan
1. Analisis kebutuhan sarana kesehatan
Sarana Kesehatan merupakan sarana yang berfungsi untuk membantu memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam hal kesehatan. Sarana kesehatan juga memiliki peran
yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatkan derajat kesehatan masyarakat
sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk (SNI-03-1733-2004). Di
Desa Bambang Terdapat sarana Kesehatan formal yaitu Posyandu, Ponkendes dan
Polindes. Berikut merupakan Analisa Kebutuhan sarana Kesehatan Desa Bambang
tahun 2014-2034.
Tabel 3. 22 Analisa kebutuhan Sarana Kesehatan Desa Bambang Tahun 2014-2019
Eksisting thn
Luas Jumlah Kebutuhan Tahun 2014 Kebutuhan Tahun 2019
2014
Jenis Laha Pend.
Jml
Sarana n yang Jml Jumlah Jml Jumlah
Luas Luas (unit Luas
(m2) Dilayani (unit) pend (unit) pend
)
235.9 241.3
Posyandu
60 1000 6 587.11 4 8 4 2
3933 4022
235.9 241.3
Ponkendes
60 1000 1 128.59 4 8 4 2
235.9 241.3
Polindes
150 2500 1 110.37 2 8 2 2
Sumber: Hasil Analisis (2014)
4 unit, Ponkendes sebanyak 4 unit dan sarana Polindes sebanyak 2 unit, sedangkan
untuk posyandu tidak membutuhakn penambahan. Dengan demikian untuk 20 tahun
kedepan dibutuhkan adanya penambahan unit sarana kesehatan sebanyak 3 unit
ponkendes dengan luasan 129.35 m2 , 1 unit polindes dengan luasan 147.57 m2.
Namun, berdasarkan kondisi eksisting, penambahan sarana tersebut tidak sebanyak
yang disebutkan ditabel karena sarana kesehatan ponkendes fungsinya hapir sama
dengan posyandu, dan disini posyandu kondisinya melebihi standar shingga masih
mencukupi untuk 20 tahun kedepan.
2. Analisis skala pelayanan sarana kesehatan
Sarana Kesehatan yang ada di desa Bambang adalah posyandu, polindes, dan
ponkendes. Analisis Skala pelayanan sarana Pendidikan berfungsi untuk mengetahui
seberapa jauh sarana kesehatan melayani penduduk melalui standar ketentuan yang
telah ditentukan oleh SNI 03-1733-2004.
Tabel 3. 24 Analisis Skala pelayanan sarana Kesehatan
Jens
Sarana Standar Eksisting Analisis
Kesehatan
Posyandu - Posyandu dengan Posyandu yang ada Berdasarkan analisis skala
jumlah penduduk didesa bambang pelayanan sarana
pendukung 1250 sebanyak 6 unit dimana kesehatan berupa posyandu
- Radius pencapaian letaknya yang di dusun untuk daerah terlayani
1000 m bendo dan dusun terdapat pada Dusun
Krajan. Krajan, Dusun Bendo.dan
dusun Pandanrejo. Dan
dari hasil perhitungan
kebutuhan sarana
posyandu tidak
membutuhkan penambahan
karena kondisinya sudah
mencukupi masyarakat
Desa Bambang.
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Peta 3. 8 Peta Analisis Skala Pelayanan Sarana Kesehatan Posyandu (500 m2)
D. Sarana Peribadatan
1. Analisis kebutuhan sarana peribadatan
Menurut SNI 03-1733-2004, sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan
untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan
yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai keputusan
masyarakat yang bersangkutan. Berikut merupakan hasil analisa Kebutuhan Sarana
Peribadatan di Desa Bambang tahun 2014-2034.
Tabel 3. 25 Analisa kebutuhan Sarana Peribadatan Desa Bambang Tahun 2014-2019
Jumlah Eksisting thn
Luas Pend. Kebutuhan Tahun 2014 Kebutuhan Tahun 2019
Jenis 2014
Lahan yang
Sarana Jmlh Jumlah Jmlh Jumlah Jmlh
(m2) Dilayan Luas Luas Luas
i (unit) pend (unit) pend (unit)
Musholla 100 250 12 1094.89 16 1573.20 16 1608.8
3933 4022
Masjid 600 2500 4 826.74 2 943.92 2 965.28
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Berdasarkan hasil skala pelayanan sarana Peribadatan berupa mushola dan masjid
untuk daerah yang terlayani mencakup Dusun Bendo, Dusun Krajan, dan dusun
Pandanrejo, ini menunjukkan bahwa sarana peribadatan sudah mencukupi seluruh
Desa Bambang dan seluruh penduduk Desa Bambang dapat mengaksesnya dengan
mudah, cukup dengan berjalan kaki mereka sudah dapat sampai pada lokasi sarana
peribadatan.
Peta 3. 9 Peta Analisis Skala Pelayanan Sarana Peribadatan Musholla (100 m2)
Peta 3. 10 Peta Analisis Skala Pelayanan Sarana Peribadatan Masjid (1000 m2)
Tabel 3. 28 Analisa kebutuhan Sarana Perdagangan dan jasa Desa Bambang Tahun 2024-2034
Kebutuhan Tahun 2024 Kebutuhan Tahun 2029 Kebutuhan Tahun 2034 Penambahan
Jenis
Sarana Jumlah Jmlh Jumlah Jmlh Jumlah Jmlh Jmlh
Luas Luas Luas Luas
pend (unit) pend (unit) pend (unit) (unit)
Warung 16 1644.80 17 1682.00 17 1719.60 15 172.72
4112 4025 4299
Toko 16 1644.80 17 1682.00 17 1719.60 - 1493.84
Sumber: Hasil Survei (2014)
kedepan hanya dapat melalui pengamatan kondisi eksisting di Desa Bambang, baik
itu untuk proyeksi penduduk.
2. Analisis skala pelayanan sarana perdagangan dan jasa
Sarana perdagangan yanga ada di desa Bambang yaitu berupa Toko dan warung,
namun dari penjelasan skala pelayanan hanya Toko yang dijelaskan karena standar
dari keduanya sama. Analisis Skala pelayanan sarana perdagangan berfungsi untuk
mengetahui seberapa jauh daerah yang tercukupi akan sarana perdagangan tersebut.
Tabel 3. 29 Analisis Skala Pelayanan Sarana Perdagangan dan Jasa
Jenis Sarana
Perdagangan Standar Eksisting Analisis Sarana
dan Jasa
Toko - Jumlah penduduk Toko yang terdapat di Toko yang ada di Desa
pendukung 250 Desa Bambang Bambang sudah dapat
- Radius Kondisinya menyebar di memenuhi kebutuhan untuk
pencapaian 500 m semua Dusun desa Bambang walaupun pada
perhitungan kebutuhan sarana
tersebut tidak membutuhkan
penambahan hanya
perluasannya saja yang
membutuhkan penambahan,
namun dari hasil survei banyak
ditemukan mix use antara
rumah dengan toko.
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Peta 3. 11 Peta Analisis Skala Pelayanan Sarana Perdagangan Toko (300 m2)
Berdasarkan hasil eksisting terdapat 2 sarana bilyard dan 1 sarana Wisata makam
Setjo Setuhu yang lokasinya terdapat pada Dusun Pandanrejo saja. Dilihat dari Skala
Pelayanannya tidak mencukupi satu Desa Bambang namun dari kenyataannya sejarah dari
mkam tersebut terkenal higga sampai provinsi, hal ini dapt menimbulkan pendapatan
ekonomi masyarakt dea bambang menjadi bertambah karena banyak pengunjung
berdatangan.
Peta 3. 12 Peta Analisis Skala Pelayanan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Balai Warga
(100 m2)
Tabel 3. 32 Proyeksi Sarana Ruang Terbuka Hijau Desa Bambang Tahun 2024-2034
Proyeksi Proyeksi
Jumlah Proyeksi Kebutuhan Jumlah Jumlah
Kebutuhan Tahun Kebutuhan
Penduduk Tahun 2024 Penduduk Penduduk
2029 Tahun 2034
Tahun Tahun Tahun
2024 Jumlah Luas 2029 Jumlah Luas 2034 Jumlah Luas
(unit) (m²) (unit) (m²) (unit) (m²)
4112 1 250 4205 0 0 4229 0 0
4112 0 0 4205 0 0 4229 0 0
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan sarana RTH yang disajikan pada Tabel
3.31 dan Tabel 3.32 dapat di simpulkan bahwa adanya penambahan sarana taman
dan tempat main di Desa Bambang pada periode pertama sebanyak 16 unit sarana,
kemudian perlu penambahan kembali sarana taman dan tempat main sebanyak 1 unit
pada periode kedua, dan setelah itu tidak ada penambahan unit sarana baru sampai
periode terakhir.
Pada periode pertama sampai terakhir di Desa Bambang tidak memerlukan sarana
taman dan olahraga, karena pada tahun 2014 di Desa Bambang sudah memiliki sarana
tersebut sebanyak 3 unit sarana. Maka secara tidak langsung sarana tersebut dapat
melayani warga secara keseluruhan dari periode pertama sampai terakhir dan tidak
memerlukan adanya penambahan unit.
2. Analisis skala pelayanan sarana RTH dan olahraga
Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga yang terdapat di Desa Bambang
berupa lapangan olahraga dan lapangan sepak bola. Analisis Skala pelayanan RTH
dan Olahraga berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh sarana tersebut dapat
melayani masyarakt Desa Bambang.
Tabel 3. 33 Analisis Skala Pelayanan Sarana RTH dan Olahraga
Jenis Sarana RTH
Standar Eksisting Analisis Sarana
dan Olahraga
Lapangan sepak - Jumlah Hanya terdapat pada Berdasarkan analisis skala
bola dan Lapangan penduduk Dusun Krajan yaitu pelayanan tersebut dapat
olahraga minimum selurhnya berupa diketahui daerah yang
yang dilayani lapangan olahraga terlayani hanya terdapat pada
30000 jiwa dusun Krajan, dan pada
- Radius perhitungan kebutuhan
Pencapaian sarana tersebut
1000 m2 membutuhkan penambahan
agar seluruh dusun dapat
merata terlayani.
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Berdasarkan kondisi eksistng sarana Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga ini
terdapat pada Dusun Krajan saja, yang dimana berupa lapangan olahraga dan
lapangan sepak bola. Dari hasil Skala Pelayanan yang terlayani hanya terdapat pada
Dusun Krajan saja sehingga untuk dua dusun lainnya Bendo dan Pandanrejo belum
terlayani sarana tersebut dan juga berdasarkan perhitungan kebutuhan membutuhkan
penambahan akan sarana tersebut agar masyarakat dusun lain dapat terlayani saran
oalhraga tersebut.
Peta 3. 13 Peta Analisis Skala Pelayanan Sarana RTH dan Olahraga Lapangan (1000 m2)
H. Sarana keamanan
Sarana keamanan merupakan sarana yang memiliki peranan dalam melayani
keamanan warga atau masyarakat pada suatu permukiman. Proyeksi kebutuhan sarana
keamanan di Desa Bambang selama 20 tahun kedepan secara bertahap 5 tahunan dapat dilihat
pada Tabel 3.34 dan Tabel 3.35 berikut.
Tabel 3. 34 Proyeksi Kebutuhan Sarana Keamanan Desa Bambang Tahun 2014-2019
Proyeksi
Jumlah Eksisting Kebutuhan
Jumlah Jumlah Kebutuhan
Penduduk Tahun 2014 Tahun 2014
Jenis Luas Penduduk Penduduk Tahun 2019
Minimum
Sarana (m²) Jmlh Tahun Jmlh Lua Tahun Jmlh
yang Luas Luas
(unit 2014 (unit s 2019 (unit
Dilayani (m²) (m²)
) ) (m²) )
Pos
Ronda/ 12 2500 12 126 3933 0 0 4022 0 0
Satpam
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Berdasarkan hasil analisa yang disajikan pada Tabel 3.35 dapat diambil kesimpulan
bahwa jumlah sarana keamanan pada tahun 2014 di Desa Bambang adalah sebanyak 12 unit.
Sedangkan pada standar yang telah ditetapkan pemerintah bahwa satu unit sarana keamanan
diasumsikan dapat melayani sebanyak 2500 penduduk. Hasil proyeksi 20 tahun kedepan
dengan secara bertahap 5 tahunan menunjukkan bahwa proyeksi jumlah penduduk di tahun
2034 menjadi 4229 jiwa. Maka jika dilihat dari jumlah sarana keamanan di Desa Bambang
akan mencukupi pelayanan keamanan hingga 20 tahun ke depan.
pabrik nestle. Pada kegiatan pertanian yaitu pergerakan masuk dan keluar para
tengkulak maupun para petani yang akan mengambil dan menjual hasil pertanian.
Selain itu pada pola pergerakan di bidang sosial diantaranya kegiatan masyarakat
Desa Bambang yang pulang dan pergi untuk bekerja di luar Desa Bambang.
52% responden menyatakan, air bersih yang disediakan HIPAM terkadang keruh. Berikut
merupakan analisis kondisi air bersih yang terdapat di Desa Bambang.
Tabel 3. 37 Analisis Kondisi Air Bersih
Dusun Kondisi Eksisting Analisis
Bendo Dari 16 Responden yang Kualitas Air bersih pada musim kemarau, memenuhi
semuanya menggunakan standar fisik yakni Keputusan Menteri Kesehatan no 492
sumber air HIPAMS tahun 2011 tentang kualitas air minum. Namun pada
musim hujan 12,5% responden menyatakan terjadi
perubahan kualitas air sehingga tidak sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan no 492 tahun 2011
HIPAMS digunakan oleh warga dikarenakan HIPAMS
merupakan penyedia air masyarakat yang sudah lama ada
yakni sejak 1980an
Air Tanah sangat sulit didapat karena harus mengambil
air hingga kedalaman minimum 37 meter
Krajan Dari 47 Responden, 100% Kualitas Air bersih pada musim kemarau, memenuhi
menggunakan HIPAMS standar fisik yakni Keputusan Menteri Kesehatan no 492
tahun 2011 tentang kualitas air minum. Namun pada
musim hujan 82,9% responden menyatakan terjadi
perubahan kualitas air sehingga tidak sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan no 492 tahun 2011
HIPAMS digunakan oleh karena sistem jaringannya
sudah ada sejak tahun 1980an
Air HIPAMS meskipun berubah warna dan dirasakan
oleh sebagian besar warga pada musim penghujan tetap
digunakan sebagai sumber air primer dikarenakan air
Tanah sangat sulit didapat karena harus mengambil air
hingga kedalaman artesis serta belum ada cara
pengumpulan pengelolahan air hujan sebagai sumber air
bersih
Pandanrejo 29 Responden semuanya Kualitas Air bersih pada musim kemarau, memenuhi
menggunakan sumber air standar fisik yakni Keputusan Menteri Kesehatan no 492
HIPAMS tahun 2011 tentang kualitas air minum. Namun pada
musim hujan 24,1% responden menyatakan terjadi
perubahan kualitas air sehingga tidak sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan no 492 tahun 2011
Penggunaan sumber Air HIPAM digunakan karena
memang sudah 100% pengguna HIPAMS sejak 1991
Sumber: Hasil Analisis (2014)
2. Sanitasi
Kondisi sistem sanitasi di Desa Bambang masih sangat kurang, dikarenakan sistem
sanitasi yang digunakan masih menggunakan “cubluk”. Terdapat 90% dari responden
telah memiliki MCK pribadi, serta terdapat pula 2 unit MCK komunal yang ada di
Kampung Kramat dan Dusun Krajan.
Tabel 3. 39 Analisis Prasarana Sanitasi di Desa Bambang
No Jenis Prasarana Standar Analisis
1. Sanitasi Setiap rumah memiliki septic Septic Tank pribadi hanya dimiliki
tank pribadi , apabila tidak oleh 7 dari 92 responden yang ada
dimungkinkan membuat tangki di Desa Bambang. Oleh karena itu
septik maka lingkungan desa perlu adanya peningkatan jumlah
tersebut harus dilengkapi kepemilikan septictabk pribadi di
dengan bidang resapan di setiap setiap rumah.
rumah.
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Eksisting Standart
Dusun Hierarki Analisis
Lebar Kecepatan Lebar Kecepatan
Berdasarkan kondisi eksisting
lebar badan jalan untuk
Lingkungan Min Min 10 lingkungan primer masih belum
3m 10km/jam
Sekunder 6,5m km/jam memenuhi standar yakni
minimal 6,5 m sehingga perlu
pelebaran jalan.
Berdasarkan kondisi eksisting
lebar badan jalan untuk
Lingkungan Min Min 10 lingkungan primer masih belum
Pandanrejo 3m 10km/jam
Sekunder 6,5m km/jam memenuhi standar yakni
minimal 6,5 m sehingga perlu
pelebaran jalan.
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Berdasarkan Tabel 3.41 dapat diketahui bahwa hierarki jalan di Desa Bambang
belum memenuhi standar, sehingga perlu adanya perlebaran jalan.
B. Analisis Kebutuhan Air Bersih
Berdasarkan Hasil Survei Desa Bambang, 100% penggunaan sumber air bersih untuk
kehidupan sehari-hari adalah bersumber dari HIPAM. Kualitas Air bersih telah memenuhi
standar kualitas fisik dari keputusan menteri kesehatan no 492 tahun 2011 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, yakni dinilai dari sisi kekeruhan, warna, bau dan rasa.
Kualitas air bersih ini senantiasa terpenuhi pada musim kemarau namun pada musim hujan,
52% responden menyatakan, air bersih yang disediakan HIPAM terkadang keruh.
Air Bersih adalah suatu kebutuhan pokok manusia yang senantiasa meningkat seiring
pertumbuhan manusia. Oleh karena itu, kebutuhan air bersih Desa Bambang perlu
diproyeksikan untuk 20 tahun kedepan. Dengan standar perhitungan dari Dinas PU, dengan
kebutuhan air bersih perkapita standar V atau desa, adalah antara 60-80 liter perdetik,
kehilangan air antara 20-30%, Kebutuhan fasos 15% dari Kebutuhan Domestik, Kebutuhan
Industri 10% dari kebutuhan Domestik dan Kebutuhan Komersial 20% dari Kebutuhan
Domestik. Berikut adalah proyeksi kebutuhan Air bersih Desa Bambang.
Tabel 3.42 menunjukkan bahwa kebutuhan air bersih maksimum pada tahun 2033
adalah 6,361 liter per detik, sedangkan untuk kebutuhan harian rata-ratanya memerlukan
paling tidak 5,531 liter per detik. Dibandingkan dengan debit air hipam saat ini, maka perlu
dilakukan penambahan untuk memenuhi kebutuhan Air Desa Bambang dimasa depan.
C. Analisis kebutuhan sanitasi dan sampah
Limbah sanitasi di Desa Bambang berasal dari limbah rumah tangga dan limbah yang
berasal dari kegiatan dan aktivitas penduduk. Limbah cair di Desa Bambang berupa limbah
manusia (black water) air bekas mandi, cucian serta yang berasal dari rumah tangga dan
kegiatan lain seperti sarana perdagangan, industri dan sebagainya (grey water). Namun masih
terdapat rumah yang tidak mempunyai septic tank pribadi ini dikarenakan kurangnya biaya
yang dimiliki untuk membangun septic tank dan kurangnya lahan sehingga sulit untuk
membangun septic tank baru.
1. Sanitasi
Berikut merupakan analisis kondisi sistem sanitasi di Desa Bambang adalah sebagai
berikut.
Tabel 3. 43 Analisis Sanitasi
No Kondisi Eksisting Analisis Standar
1. Tidak adanya Sistem sanitasi yang ada di Desa Keputusan menteri permukiman
pengelolaan antara Bambang memiliki pengelolaan dan prasarana wilayah nomer
limbah grey water dan yang sangat kurang. 534/KPTS/M/2001 tentang
black water. Pengelolaan limbah grey water PEDOMAN PENENTUAN
Penduduk di Desa dan black water dilakukan secara STANDAR PELAYANAN
Bambang membuang tepisah. MINIMA (SPM) ermukiman
limbah grey water di a. Limbah Grey water pedesaaan prasarana lingkungan
halaman belakang Penduduk di Desa Bambang a. 50-70% penduduk terlayani
masing-masing rumah. memerlukan saluran b. b. Searasi antara greywater
Sedangkan pembuangan limbah grey (limbah domestik) terhadap
pembuangan limbah water karena saat ini black water (limbah kakus)
black water di buat pengelolaan yang dilakukan c. Penyaluran blackwater
dengan cara menggali penduduk Desa Bambang yang baik ke septictank,
lubang di tanah dengan masih membuang limbah grew tanpa ada kebocoran dan
sistem sanitasi water langsung di halaman bau d. Sistem pembuangan
“cubluk”. belakan rumah. air imbah terdiri dari dua
b. Limbah Black water macam, yakni:
Penduduk sebanyak.... KK d. Sistem sanitasi setempat
telah memiliki MCK pribadi, (On-site sanitation), yaitu
namun sebanyak ... KK belum apabilacubluk atau
memiliki MCK pribadi septictank sudah penuh
sehingga memerlukan adanya makaharus disedot dan
diangkut dengan truk tinja
2. Sampah
Kepemilikan tempat sampah yang terdapat di Desa Bambang belum ada di setiap
bangunan rumah penduduk. Tidak adanya pemisahan antara sampah organik dan
anorganik. Penduduk melakukan pengelolaan sampah dengan cara membakar
sampah-sampah yang telah dikumpulkan di halaman maupun di depan bangunan
rumah sehingga jika hal tersebut terus menerus dilakukan, maka dapat mencemari
dan merusak lingkungan. Arahan rencana yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan sampah Desa Bambang adalah adanya pengadaan tempat sampah
organik dan anorganik serta sosialisasi mengenai pemisahan sampah organik dan
anorganik sehingga dapat menambah perekonomian masyarakat di Desa Bambang.
Penghasilan Tebu dalam 1 Ha lahan yaitu 100 ton atau setara dengan 1000 kwintal,
dan harga perkwintal tebu yaitu Rp. 40.000, sehingga tota pendapatan petani Tebu
yaitu sebesar Rp. 40.000.000 untuk satu kali panen, biaya yang dikeluarkan selama
penanaman yaitu Rp. 24.612.000, sehingga hasil perhitungan pendapatan
menunjukkan bahwa, pemilik usaha Tebu mendapatkan keuntungan sebesar Rp.
15.388.000, dengan masa panen selama 9 bulan.
2. Analisis titik impas (BEP) usaha tani Tebu
a. BEP volume produk
BEP Volume Produksi = Total Biaya (2) : Harga di tingkat petani/kwintal
= Rp. 24.612.000 : Rp. 40.000
= 615,3 ≈ 615 kwintal
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat diperoleh produksi Tebu sebanyak
615 kwintal dalam 1 Ha lahan, usaha tersebut tidak menghasilkan keuntungan
dan tidak mengalami kerugian (impas), jadi untuk memperoleh keuntungan petani
Tebu harus menghasilkan lebih dari 615 kwintal, dan pada kondisi eksisting
dalam 1 kali panen pemilik usaha tani Tebu medapatkan hasil lebih dari 615
kwintal, yaitu mendapatkan hasil sebanyak 100 ton atau setara dengan 1000
kwintal sehingga petani Tebu mendapatkan keuntungan.
b. BEP harga produksi
BEP harga produksi = Total Biaya (2) : Total Produksi
= Rp. 24.612.000 : 1000 kwintal
= Rp 24.612/kuintal
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat harga Tebu di tingkat petani sebesar
Rp 24.612/kuintal, usaha tani Tebu tidak memperoleh keuntungan dan tidak
mengalami kerugian (impas). Pada kondisi eksisting, harga per kuintal Tebu yaitu
Rp. 40.000/kuiantal, hal tersebut menunjukkan harga jual lebih tinggi dari pada
nilai BEP harga produksi sehingga pe tani Tebu mendapatkan kuntungan.
Hasil panen Cabe Besar dalam 1 Ha mencapai 500 kg dengan harga perkolonya yaitu
Rp. 15.000, dan petani dapat penen sebanyak 10 kali, sehingga total pendpatan
menjadi Rp 75.000.000. perhitungan pendapatan menunjukkan bahwa, pemilik usaha
Cabe Besar mendapatkan keuntungan sebesar Rp. Rp. 35.000.000 dengan periode
waktu panen selama 3,5 atau setara dengan 100 hari, jadi untuk 10 kali panen kurang
lebih membutuhkan waktu selama 2.78 tahun (3 tahun), sedangkan keuntungan untuk
sekali panen yaitu, petani mendapat keuntungan sebesar Rp. 3.500.000 dengan total
biaya pengeluaran sebesar Rp. 4.000.000. Petani Cabe Besar mendapatkan
keuntungan dikarenakan harga Cabe Besar dipasaran lebih stabil, sedangkan untuk
Cabe rawit sering mengalami penurunan harga yang sangat drastis.
2. Analisis titik impas (BEP) usaha tani Cabe Besar
a. BEP volume produk
BEP Volume Produksi = Total Biaya (2) : Harga di tingkat petani/kg
= Rp. 40.000.000 : Rp. 15.000
= 2.666,667 ≈ 2.667 kg
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat diperoleh produksi 2.667 kg dalam
1 Ha lahan, usaha tersebut tidak menghasilkan keuntungan dan tidak mengalami
kerugian (impas), dan pada kondisi eksisting pemilik usaha tani Cabe Besar
medapatkan hasil lebih dari 2.667 kg, yaitu 5.000 kg untuk 10 kali panen sehingga
mendapat keuntungan.
b. BEP harga produksi
BEP harga produksi = Total Biaya (2) : Total Produksi
= Rp. 40.000.000: 5000 kg
= Rp 8.000/kg
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat harga Cabe Besar di tingkat petani
sebesar Rp 8.000/kg, maka usaha tani Cabe Besar tidak memperoleh keuntungan
dan tidak mengalami kerugian (impas), dan pada kondisi eksisting, pemilik usaha
Cabe Rawit menjual Cabenya dengan harga Rp. 15.000/kg, dikarenakan harga
jual lebih tinggi dibandingkan nilai BEP harga produk maka pemilik usaha
mendapatkan kuntungan.
3. Analisis kelayakan usaha tani Cabe Besar
(B/C Ratio) = Total Pendapatan (1) : Total Biaya Produksi atau pengeluaran (2)
= Rp. 75.000.000 : Rp. 40.000.000
= 1,875
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 71,875 yang menunjukkan bahwa nilai
(B/C Ratio) > 1, maka penggunaan biaya tergolong efisien dan dapat disimpulkan
bahwa usaha tani Cabe Besar layak untuk dilanjutkan dan dapat di kembangkan
karena berdasarkan hasil perhitungan usaha tani Cabe Rawit mendapatkan
keuntungan.
E. Kacang Panjang
Data pemasukan dan pengeluaran dalam usaha tani Kacang Panjang terdapat pada
Tabel 3.48.
Tabel 3. 48 Biaya Masukan dan Pengeluaran Petani Kacang Panjang di Desa Bambang
Total Harga
Proses Uraian Jumlah
(Rp/Ha)
Pengeluaran Biaya pembibitan = 8 x Rp 45.000 Rp 360.000
- 8 kantong bibit kacang (1
kantong Rp 45.000)
Biaya Pemupukan = Rp 120.000/18 x10 Rp. 66.666,67
- Harga pupuk 50 kg adalah
Rp 120.000 (50 kg dapat
digunakan untuk 18 x
panen)
- 10 kali panen
Biaya pekerja = Rp 15.000 x 5 x 30 Rp 2.250.000
(5 orang tenaga kerja, 1 hari
pekerja dibayar Rp 15.000
per setengah hari, Masa
kerja buruh adalah 20 hari)
Biaya sewa lahan Rp 1.166.666
Total Pengeluaran Rp 3.843.333
Pemasukan - Hasil panen 800kg/Ha 800 x 2500 x 10 Rp 20.000.000
- Harga Kacang Panjang Rp
2500/kg
- 10 kali panen
Keuntungan/Kerugian Rp 16.156.667
Sumber: Hasil Survei (2014)
eksisting, pemilik usaha Kacang Panjang menjual dengan harga Rp. 2.500/kg,
dikarenakan harga jual lebih tinggi dibandingkan nilai BEP harga produk maka
pemilik usaha mendapatkan kuntungan.
3. Analisis kelayakan usaha tani kacang Panjang
(B/C Ratio) = Total Pendapatan (1) : Total Biaya Produksi atau pengeluaran
(2)
= Rp. 20.000.000 : Rp. 3.843.333
= 5,2
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 5,2 yang menunjukkan bahwa nilai (B/C
Ratio) > 1, maka penggunaan biaya tergolong efisien dan dapat disimpulkn bahwa
usaha tani Kacang Panjang layak untuk dilanjutkan dan dapat di kembangkan.
F. Kacang Tanah
Data pemasukan dan pengeluaran dalam usaha tani Kacang Tanah terdapat pada
Tabel 3.49.
Tabel 3. 49 Biaya Masukan dan Pengeluaran Petani Kacang Tanah di Desa Bambang
Total Harga
Proses Uraian Jumlah
(Rp/Ha)
Pengeluaran Biaya Pekerja Rp 1.000.000
Biaya Pemupukan 200kg x 1800/kg Rp 360.000
tahun, jadi untuk 1 H lahan selama satu tahun, petani Jagung mendapatkan
keuntungan sebesar Rp. 15.365.000.
2. Analisis titik impas (BEP) usaha Tani Jagung
1) BEP volume produk
BEP Volume Produksi = Total Biaya (2) : Harga di tingkat petani/kg
= Rp. Rp. 2.635.000 : Rp. 3000
= 878,33 ≈ 878 kg
H. Kopi
Kopi merupakan salah satu komoditas yang terdapat di Desa Bambang, penjualan
kopi dapat dilakukan secara langsung atau petani dapat menjualnya setelah dilakukan
pengolahan berupa pengeringan, jadi dapat juga di jual pada saat kering. Penjualan Kopi
Basah dan kering memiliki harga yang berbeda. Berikut analisis usaha tani petani Kopi Basah
dan kering
1. Kopi Basah
Data pemasukan dan pengeluaran dalam usaha tani Kacang Panjang terdapat pada
Tabel 3.51.
Tabel 3. 51 Biaya Masukan dan Pengeluaran Petani Kopi Basah di Desa Bambang
Biaya Bibit Upah Tenaga Kopi yang
Biaya Pupuk/ha Untung
Kopi/ha Kerja dijual basah
5 kg x Rp 2.000 300 kg x Rp 6.000 10 orang x Rp Rp 2.250.000 Rp 240.000
: Rp 10.000 = Rp 1.800.000 20.000/setengah
hari = Rp 200.000
Sumber: Hasil Survei (2014)
= 1,368
Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 1,368 menunjukkan bahwa nilai
(B/C Ratio) > 1, dapat disimpulkn bahwa usaha tani Kopi Kering layak untuk
dilanjutkan, dan lebih layak jika di bandingkan dengan kopi basah, karena kopi
kering memiliki nilai (B/C Ratio) lebih besar dan mendapatkan keuntungn yang
lebih besar yaitu Rp. 500.000.
Hasil
Jumlah Harga
Modal (perekor) Produksi/Bulan Keuntungan (perekor)
sapi Jual
(perekor)
= Rp 1.200.000 – Rp
-Obat 634.600
Rp 3600/bulan = Rp 565.400
Rp 40.000x30 = Rp
-Rumput
1.200.000 (sebulan)
Rp 20.000x30 = Rp
600.000/bulan
3.9.1 Tebu
26 ° – 30 °C sudah cocok dengan tata cara penanaman tebu yang memang membutuhkan
suhu yang hangat untuk tetap bertahan hidup. Ketinggian di Desa Bambang yaitu 450 – 700
mdpl sudah sesuai dengan standart penanaman tebu yaitu dibawah 500 mdpl. Jarak antar
petak penanaman tebu sudah sesuai dengan standart penanaman tebu yaitu 100 cm. Maka
dapat disimpulkan dari analisis tersebut bahwa komoditas tebu masih dapat dipertahankan
dan ditingkatkan di Desa Bambang dengan tata cara penanaman tebu yang baik agar
mendapat hasil tebu yang maksimal.
3.9.2 Kayu Sengon
3.10 Analisis LQ
Location Quentient merupakan suatu kegiatan atau usaha yang digunakan untuk
mengatur konsentrasi dari suatu kegiatan dalam suatu daerah dengan cara membandingkan
peran kegiatan tersebut dalam perekonomian di daerah itu denga peranan kegiatan dalam
perekonomian regional/nasional. Tujuan Analisis Location Quentient adalah untuk
menganalisis komoditas unggulan yang terdapat di Desa Bambang dan dibandingkan dengan
seluruh komoditas yang terdapat di Kecamatan Wajak. Rumus yang digunakan untuk
menghitung LQ adalah sebagai berikut.
𝐸𝑖𝑗
𝐸𝑗
𝐿𝑄 =
𝐸𝑖𝑛
𝐸𝑛
Keterangan :
𝐸𝑖𝑗 = variabel regional hasil komoditas sektor di wilayah j (Desa)
𝐸𝑗 = variabel regional di wilayah j
𝐸𝑖𝑛 = variabel regional di sektor i di wilayah n (Kecamatan)
𝐸𝑛 = variabel regional di wilayah n
Berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ), dapat diketahui konsentrasi
suatu kegiatan pada suatu wilayah dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika nilai LQ<1, maka sektor yang di analisis bukan termasuk sektor unggulan di
daerah tertentu, sektor tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan di daerahnya
sendiri.
2. Jika nilai LQ=1, maka sektor yang di analisis lebih ungggul yang sama ditingkat
daerah tertentu, sehingga hanya dapat memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri.
3. Jika LQ>1, maka sektor yang di analisis memiliki keunggulan dibandingkan dengan
sektor yang sama di daerah tertentu, sehingga dapat disebut sektor unggulan. Selain
dapat memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri, sektor tersebut juga dapat memnuhi
kebutuhan daerah lainnya.
3.10.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sektor Pertanian
Perhitungan Location Quotient di Desa Bambang melibatkan berbagai hasil produksi
sektor pertanian dari desa lain yang berada di Kecamatan Wajak. Berikut adalah tabel hasil
produksi sektor yang ada di Desa Bambang dan Kecamatan Wajak.
Tabel 3. 56 Hasil Produksi Sektor Pertanian Desa Bambang dan Kecamatan Wajak
Hasil Produksi
Hasil Produksi Sektor Pertanian
No. Komoditas Desa Bambang LQ
Kecamatan Wajak (ton)
(ton)
1. Jagung 38.046 1507 0,86
2. Tebu 43.968 860 0.43
3. Sengon 3.557,82 1579 10
4. Kacang Tanah 78 5 0,5
5. Kopi 86,56 7 0,3
Total 85735,38 3949,5
Sumber: Hasil Analisis (2014)
1507
3949,5
𝐿𝑄 𝑘𝑜𝑚𝑜𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑗𝑎𝑔𝑢𝑛𝑔 = = 0,86
38046
85735,38
Hasil perhitungan LQ pertanian jagung LQ<1, yakni sebesar 0,86 sehingga komoditas
jagung tidak dapat mencukupi kebutuhan Desa Bambang dan memerlukan tambahan
produksi serta pasokan dari wilayah lain.
Berikut adalah perhitungan LQ untuk sektor pertanian berupa komoditas tebu di Desa
Bambang.
860
3949,5
𝐿𝑄 𝑘𝑜𝑚𝑜𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑏𝑢 = = 0,43
43968
85735,38
Hasil perhitungan LQ pertanian tebu LQ<1, yakni sebesar 0,43 sehingga komoditas
tebu tidak dapat mencukupi kebutuhan Desa Bambang dan memerlukan tambahan produksi
serta pasokan dari wilayah lain.
Berikut adalah perhitungan LQ untuk sektor pertanian berupa komoditas kayu sengon
di Desa Bambang.
1579
3949,5
𝐿𝑄 𝑘𝑜𝑚𝑜𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑜𝑛 = = 10
3557,82
85735,38
Hasil perhitungan LQ pertanian tebu LQ<1, yakni sebesar 0,5 sehingga komoditas
kacang tanah tidak dapat mencukupi kebutuhan Desa Bambang dan memerlukan tambahan
produksi serta pasokan dari wilayah lain.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-303
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang
Hasil perhitungan LQ pertanian tebu LQ<1, yakni sebesar 0,3 sehingga komoditas
kacang tanah tidak dapat mencukupi kebutuhan Desa Bambang dan memerlukan tambahan
produksi serta pasokan dari wilayah lain.
Berdasarkan hasil perhitungan LQ sektor pertanian tersebut, dapat diketahui sektor
dan komoditas yang menjadi basis dari Desa Bambang adalah komoditas pertanian Kayu
Sengon, sehingga komoditas sengon dapat diekspor ke wilayah lain. Komoditas sengon
tentunya memiliki potensi yang besar di sektor pertanian bagi masyarakat Desa Bambang.
Selain memiliki lahan perkebunan yang sangat luas, hal tersebut juga didukung oleh
masyarakat desa yang mayoritas bekerja sebagai petani. Pengadaan program penyuluhan di
bidang pertanian juga sangat membantu petani Desa Bambang dalam meningkatkan hasil
panen sehingga komoditas sengon dapat mencukupi kebutuhan untuk masyarakat Desa
Bambang sendiri, bahkan dapat diekspor ke wilayah lain dan dapat menjadi basis dari Desa
Bambang.
3.10.2 Analisis Location Qountient Sektor Peternakan
Berikut adalah hasil perhitungan LQ untuk sektor peternakan di Desa Bambang dan
Kecamatan Wajak.
Tabel 3. 57 Hasil Produksi Sektor Peternakan Desa Bambang dan Kecamatan Wajak
Hasil Produksi Sektor Hasil Produksi
No. Komoditas Peternakan Kecamatan Wajak Desa Bambang LQ
(ekor) (ekor)
1. Sapi 15704 1784 1,08
2. Kambing 3844 259 0,82
Total 19548 2043
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Berdasarkan Tabel 3.57 Diatas dapat diketahui LQ di Desa Bambang, berikut adalah
perhitungan LQ untuk sektor peternakan berupa komoditas sapi di Desa Bambang.
1784
𝐿𝑄 𝑘𝑜𝑚𝑜𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑝𝑖 = 2043 = 1,08
15704
19548
Hasil perhitungan LQ untuk peternakan sapi LQ>1, yakni 1,08 sehingga komoditas
sapi dapat mencukupi kebutuhan Desa Bambang dan dapat dikirim maupun dijual keluar
wilayah desa.
Berikut adalah hasil perhitungan LQ untuk sektor peternakan kambing di Desa
Bambang.
295
𝐿𝑄 𝑘𝑜𝑚𝑜𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑚𝑏𝑖𝑛𝑔 = 2043 = 0,82
3844
19548
Hasil perhitungan LQ untuk peternakan kambing LQ<1, yakni sebesar 0,82 sehingga
komoditas kambing tidak mencukupi kebutuhan Desa Bambang dan memerlukan adanya
tambahan produksi dan pasokan dari wilayah desa lain.
Berdasarkan hasil perhitungan LQ untuk sektor peternakan di Desa Bambang, dapat
diketahui komoditas yang menjadi basis dari Desa Bambang dalah komoditas sapi, sehinggan
komoditas sapi dpat di ekspor ke wilayah desa lain.
Komoditas sapi merupakan komoditas perternakan di Desa Bambang yang
merupakan penunjang perekonomian masyarakat Desa Bambang. Banyak masyarakat desa
yang bekerja sampingan sebagai peternak selain sebagai petani, sehingga sangat berpotensi
dari kegiatan beternak sapi perah memberikan banyak hasil ternak yang mencukupi
kebutuhan masyarakat Desa Bambang, bahkan dapat diekspor ke wilayah lain dan menjadi
basis dari Desa Bambang.
kegiatan-kegiatan ekonomi dan social yang semakin besar,secara tidak langsung akan
menambah beberapa sarana dan prasarana baru guna menunjang kegiatan tersebut. Parameter
yang bisa dijadikan tolak ukur indeks sentralitas pada kawasan perdesaan adalah persebaran
aksesbilitas setiap dusun, persebaran sarana setiap dusun, dan persebaran penduduk.
1. Jumlah Persebaran Sarana Setiap Dusun.
Persebaran sarana di Desa Bambang sangat beragam dari setiap jenisnya. Beberapa
kawasan ada yang mendominasi da nada yang tidak. Berikut merupakan tabel jumlah
persebaran masing-masing jenis sarana dan indeks sentralitas untuk masing-masing
dusun dengan jumlah sarana yang dimiliki.
Tabel 3. 58 Analisis Indeks Sentralitas Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Jumlah Sarana Pemerintahan Indeks Sarana
Indeks
Nama dan Pelayanan Umum Jumlah Pemerintahan
No.
Dusun Kantor MCK Pos Kantor MCK Pos Indeks dan Pelayanan
KUD KUD
Desa Umum IB Desa Umum IB Umum
1 Bendo - - - - 0 0 0 0 0 0
2 Krajan 1 1 1 1 100 100 50 100 350 87,5
3 Pandan - - 1 - 0 0 50 0 50 12,5
Rejo
Total 1 1 2 1 100 100 100 100 400 100
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Keterangan Klasifikasi
1 = 34-50
2 = 17-33
3 = 0-16
3. Jumlah Persebaran Penduduk
Tabel 3. 68 Indeks Sentralitas Persebaran Penduduk Setiap Dusun
No. Indeks
Berdasarkan hasil perhitungan indeks pada masing-masing jenis sarana dan panjang jalan
setiap dusun dapat ditentukan sebuah kawasan yang akan dijadikan pusat dan sub pusat
pada Desa Bambang.
a. Pusat Desa
Pusat desa dapat ditentukan berdasarkan perhitungan jumlah indeks tertinggi pada
masing-masing jenis sarana di setiap dusun dan klasifikasi tertinggi jalan disetiap
jalan yang tersebar pada setiap dusun. Dapat disimpulkan bahwa Dusun Krajan
merupakan dusun yang dijadikan pusat desa, karena di Dusun Krajan memiliki
jumlah penduduk dengan indeks tertinggi yaitu 52,5 dan aksesbilitas dengan jumlah
panjang jalan 14012,98 m dan berklasifikasi 1. Selain itu Dusun Krajan juga memiliki
banyak sekali jenis sarana yang hampir lengkap dan tersebar merata di setiap kawasan
di Dusun Krajan. Jika dijumlah indeks pada masing-masing jenis sarana di Dusun
Krajan memiliki nilai indeks yang tertinggi dengan jumlah indeks sarana 739,7 ,
dibandingkan dengan jumlah indeks sarana pada Dusun Bendo dan Dusun Pandanrejo
yang berturut-turut 48 dan 114,1.
b. Sub Pusat Desa
Hasil perhitungan mengenai nilai indeks sarana dan panjang jalan pada masing-
masing dusun dapat diketahui nilai indeks total dusun dengan menjumlah nilai
indeksnya pada masing-masing dusun, sehingga dapat diketahui bahwa sub pusat dari
Desa Bambang adalah Dusun Bendo dan Dusun Pandanrejo.
1) Dusun Bendo
Dusun Bendo merupakan dusun yang memilik nilai indeks jalan terkecil dengan
klasifikasi 2 dan memiliki nilai indeks sarana terkecil dengan nilai indeks total
48,0. Padahal secara eksistingnya Dusun Bendo adalah dusun yang memiliki nilai
perekonomian lebih tinggi jika dibandingkan dengan Dusun Pandanrejo. Namun
hal yang paling prioritas menyebabkan Dusun Bendo menjadi sub pusat klasifikasi
3 adalah jumlah penduduk yang sangat rendah yaitu 654 jiwa dengan indeks 16,6
,kemudian diikuti oleh faktor lainnya yaitu kruang adanya aksesbilitas dan jenis
sarana.
2) Dusun Pandanrejo
Dusun Pandanrejo mendapatkan nilai total indeks yang lebih besar jika
dibandingkan dengan Dusun Bendo yaitu 193,02 , meskipun Dusun Pandanrejo
dinilai memiliki banyak sekali penduduk yang berekonomi lemah namun dusun
tersebut memiliki nilai indeks panjang jalan dan sarana yang lebih unggul jika
dibandingkan dengan Dusun Bendo. Hal tersebut merupakan sebab bahwa Dusun
Pandanrejo mendapat klasifikasi 2.
Berdasarkan Tabel 3.70 perhitungan Supply Energi Biogas, dengan jumlah 797 ekor
sapi perah dan 475 sapi potong pada tahun 2014,berdasrkan hasil analisis supply energi
biogas, untuk tahun 2014 Desa Bambang sudah memiliki Kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan energi sebesar 2908250 Kwh per tahun. Pada tahun akhir 2034, total sapi Desa
Bambang diperkirakan berjumlah 1372 sapi, sehingga diperkirakan akan menghasilkan
jumlah Energi sebesar 2322370 Kwh per tahun apabila seluruh kotoran sapi berhasil
termanfaatkan.
Desa Mandiri Energi adalah sebuah desa dengan minimum 60% dari penduduknya
menggunakan energi terbarukan. Energi yang digunakan tidak hanya untuk Rumah tangga,
namun juga Sarana dan Penerangan Jalan. Untuk menggunakan Energi Biogas sebagai energi
terbarukan untuk sarana dan Penerangan Jalan maka energi biogas perlu dikonversikan
menjadi Energi Listrik. Kebutuhan Energi untuk pemenuhan kebutuhan Rumah Tangga agar
dapat setara satuaannya dengan kebutuhan energi sarana dan prasarana Jalan maka harus ikut
dikonversikan.
Kebutuhan Energi Rumah Tangga Terdiri dari Kebutuhan Energi untuk memasak dan
untuk Penerangan. Jumlah KK diasumsikan sama dengan Jumlah Rumah Tangga. Kebutuhan
Memasak rumah tangga adalah 0,57 m3 biogas per hari untuk tiap 1 rumah tangga (Ardana
Wayan, 2012) atau setara dengan 3,43 Kwh. Sedangkan kebutuhan penerangan dengan
standar lampu yang digunakan pada tiap rumah dengan 3 lampu biogas adalah 0,00017 (Ema
Pratnya, 2013). Deman energi untuk rumah tangga terdapat pada Tabel 3.71.
Tabel 3. 71 Kebutuhan Energi Rumah Tangga
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
Jumlah Memasak Memasak Penerangan Penerangan
Tahun
KK Standar: 3,42 Standar: 3,42 Standar: 0,00017 Standar: 0,00017
(hari) (tahun) (kwh/hari) (kwh/tahun)
2014 1170 4001.4 1460511 0.199 72.60
2015 1175 4018.5 1466753 0.200 72.91
2016 1181 4039.02 1474242 0.201 73.28
2017 1186 4056.12 1480484 0.202 73.59
2018 1191 4073.22 1486725 0.202 73.90
2019 1196 4090.32 1492967 0.203 74.21
2020 1202 4110.84 1500457 0.204 74.58
2021 1207 4127.94 1506698 0.205 74.89
2022 1213 4148.46 1514188 0.206 75.27
2023 1218 4165.56 1520429 0.207 75.58
2024 1223 4182.66 1526671 0.208 75.89
Berdasarkan Tabel 3.71 mengenai kebutuhan Energi Rumah Tangga tiap Harinya
pada tahun awal Kebutuhan Rumah Tangga untuk memasak adalah 1460511/tahun dengan
kebutuhan penerangan sebesar 72.60 kwh/tahun, untuk kebutuhan RT memasak, tidak
dikaliakan dengan 0,25 karena untuk memasak tidak diperlukan konversi ke enrgi listrik, dan
kebutuhan untuk memasak diutamakan sampai tingkat pemenuhan 100%, dan sisa supply
akan digunakan untuk kebutuhan penerangan RT, sarana, dan Penerang Jalan umum. Jika
supply energi biogas yang ada di kurangi dengan demand memasak, maka sisa supply energi
untuk penerangan (ennergi listrik) terdapat pada Tabel 3. 72.
Tabel 3. 72 Supply Energi Biogas untuk Listrik atau Penerangan di Desa Bambang
Kebutuhan Sisa Supply
Supply Energi Biogas Supply Listrik
Tahun Memasak Energi Biogas
(Kwh/tahun) (Kwh/tahun)
(Kwh/tahun) (Kwh/tahun)
2014 2908250 1460511 1447739 361934.73
2015 2105166 1466753 638413 159603.3675
2016 2116598 1474242 642355 160588.8675
2017 2128030 1480484 647546 161886.4425
2018 2139461 1486725 652736 163184.0175
2019 2150893 1492967 657926 164481.5925
2020 2162325 1500457 661868 165467.0925
2021 2173757 1506698 667059 166764.6675
2022 2185189 1514188 671001 167750.1675
2023 2196620 1520429 676191 169047.7425
2024 2208052 1526671 681381 170345.3175
2025 2219484 1534161 685323 171330.8175
2026 2230916 1540402 690514 172628.3925
2027 2242348 1547892 694456 173613.8925
2028 2253779 1554134 699646 174911.4675
2029 2265211 1561623 703588 175896.9675
2030 2276643 1567865 708778 177194.5425
Tabel 3. 72 menunjukkan bahwa supply energu biogas untuk penerangan yang akan
digunakan untuk penerangan sarana dan Penerangan Jalan Umum (PJU) pada jalan utama di
Desa Bambang. Untuk Menghitung Kebutuhan Energi Sarana yang ada di Desa Bambang,
perlu diketahui terlebih dahulu standar penggunaan Listrik masing-masing sarana.
Berdasarkan Peraturan Mendiknas no 24 tahun 2007, Standar energi Listrik sarana
pendidikan adalah Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah 900 watt dan SMA adalah 1300
watt. Sedangkan untuk Kebutuhan Energi Sarana Lain menurut Permen SDM RI No. 07
Tahun 2010. Masing-masing kebutuhan energi listrik :
a. Sarana kesehatan
Puskesmas (unit) : 450 watt
Posyandu (unit) : 450 watt
Praktek bidan (unit) : 450 watt
b. Sarana peribadatan
Masjid (unit) : 900 watt
Mushola (unit) : 450 watt
Gereja (unit) : 900 watt
c. Sarana pemerintahan (unit) : 450 watt
Dengan standar-standar energi listrik yang dibutuhkan oleh masing-masing sarana
maka perlu diketahui terlebih dahulu total jumlah sarana yang berkaitan serta
proyeksinya.
Tabel 3. 73 Jumlah Sarana Eksisting
Sarana Jumlah Keterangan
PPU 5
Pendidikan 5 (3SD; 1 SMP; 1TK)
Kesehatan 8 Semua Posyandu
Peribadatan 17 (masjid 4; sisanya mushola)
Berdasarkan Tabel 3.74 pada tahun 2014 kebutuhan Energi untuk sarana adalah
7209 Kwh/tahun sejak tahun 2014 hingga 2018. Namun Pada tahun 2019 hingga tahun 2034
kebutuhan energinya meningkat menjadi 7.534 Kwh/tahun dikarenakan ada penambahan
sarana pendidikan berupa 2 buah TK yang menambah beban energi sebesar 900 watt atau 0,9
Kwh per hari.
Energi Listrik Penerangan Jalan adalah energi yang dibutuhkan untuk penerangan
jalan. Berdasarkan dari spesifikasi lampu penerangan jalan perkotaan No. 12/S/BNKT/1991
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA VII-317
Studio Perencanaan Desa
Desa Bambang Kecamatan Wajak 2014
Kabupaten Malang
dengan kelas jalan lokal. Lampu yang digunakan minimal ukuran 18-20 atau 36-40 watt.
Daya yang dipakai dalam perhitungan Kebutuhan Penerangan Jalan ini adalah 40 watt per
jam dengan penyalaan lampu jalan selama 12 jam (dari jam 6 malam hingga jam 6 pagi).
Eksisting kondisi Desa Bambang tidak memiliki Penerangan Jalan yang khusus
kebutuhannya dipenuhi oleh PLN, dan hanya memiliki Penerangan Jalan Swadaya dari
Masyarakat Desa Bambang. Sehingga untuk pengadaan PJU untuk selanjutnya menggunakan
standar yang ada, pengadaan PJU hanya untuk jalan utama yeng memiliki hirarki lokal primer
dengan jarak antara lampu yaitu 50 m2. Berdasrakan panjang jalan utama 3.365 m2 , maka
jumlah lampu yang dibutuhkan yaitu sejumlah 68 unit, dan akan direncanakan selama 20
tahun secara bertahap mulai dari 2019-2034. Kebutuhan energi listrik untuk PJU terdapat
pada Tabel 3 .75.
Keterangan:
1. Daya yang dibutuhkan = jumlah lampu x 40 watt
2. Total daya yang dibutuhkan dalam 12 jam = Daya yang dibutuhkan x 12 jam
3. Kebutuhan Penerangan adalah hasil konversi satuan dari total daya yang
dibutuhkan dalam 12 jam, semula watt menjadi Kwh.
Berdasarkan Perhitungan Supply Energi Biogas, Kebutuhan Energi Rumah Tangga,
Kebutuhan Energi Sarana dan Kebutuhan Energi Penerangan Jalan maka tingkat pemenuhan
kebutuhan dari energi biogas terdapat pada Tabel 3. 76.
Tabel 3. 76 Analisa Supply Demand Energi Desa Bambang
Total Total
kebutuhan Total Total Tingkat
Kebutuhan Kebutuhan
Tahun Penerangan Kebutuhan Supply Pemenuhan
Penerangan Energi Desa
RT Sarana listrik Energi
Jalan Bambang
2014 72.60 7208.75 0 7281.35 361934.73 4971%
2015 72.91 7208.75 0 7281.66 2105165.97 28911%
2016 73.28 7208.75 0 7282.03 2116597.77 29066%
2017 73.59 7208.75 0 7282.34 2128029.57 29222%
2018 73.90 7208.75 0 7282.65 2139461.37 29378%
2019 74.21 7537.25 2978.4 10589.86 2150893.17 20311%
2020 74.58 7537.25 2978.4 10590.23 2162324.97 20418%
2021 74.89 7537.25 2978.4 10590.54 2173756.77 20525%
2022 75.27 7537.25 2978.4 10590.92 2185188.57 20633%
2023 75.58 7537.25 2978.4 10591.23 2196620.37 20740%
2024 75.89 7537.25 5956.8 13569.94 2208052.17 16272%
2025 76.26 7537.25 5956.8 13570.31 2219483.97 16355%
2026 76.57 7537.25 5956.8 13570.62 2230915.77 16439%
2027 76.94 7537.25 5956.8 13570.99 2242347.57 16523%
2028 77.25 7537.25 5956.8 13571.30 2253779.37 16607%
2029 77.62 7537.25 8935.2 16550.07 2265211.17 13687%
2030 77.93 7537.25 8935.2 16550.38 2276642.97 13756%
2031 78.31 7537.25 8935.2 16550.76 2288074.77 13825%
2032 78.68 7537.25 8935.2 16551.13 2299506.57 13893%
2033 78.93 7537.25 8935.2 16551.38 2310938.37 13962%
2034 79.36 7537.25 11913.6 19530.21 2322370.17 11891%
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Berdasarkan Tabel 3.76 Tingkat pemenuhan Energi dari biogas mencapai angka
berlebih yakni 4.971% pada tahun 2014 dan mengalami penurunnan pada tahun 2019, 2024,
2029 dan tahun 2034 hal tersebut dikarenakan penambahan jumlah demand lebih besar
dibandingkan jumlah supply khususnya untuk PJU, karena pada tahun tersebut dilakukan
penambahan jumlah PJU masing-masing sebanyak 17 unit. Persyaratan desa Mandiri Energi
adalah 60% dari kebutuhan energi dipenuhi oleh energi yang terbarukan. Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa Desa Bambang sangat berpotensi untuk menjadi sebuah Desa Mandiri
Energi. Kelebihan pemenuhan kebutuhan merupakan potensi berlebih yang dapat digunakan
untuk mensejahterahkan masyarakat desa melalui program serta proyek ekonomi, dengan
kebutuhan memasak dan penerangan program ataupun proyek tersebut melalui energi
Biogas.
tidak mampu di jangkau oleh masyarakat desa, banyak dari masayarakat Desa
Bambang usia sekolah tidak melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi.
Kondisi tersebut menyebabkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Desa
Bambang menjadi minim sehingga untuk melakukan pengembangkan potensi
atau komoditas desa pun menjadi terhambat
2. Kurangnya kesejahteraan masyarakat desa
Kurangnya kesejahteraan masyarakat Desa Bambang berkaitan dengan
penghasilan atau pendapatan masyarakat, mata pencaharian masyarakat Desa
Bambang, yaitu yang didominasi oleh pertanian. Petani di Desa Bambang seringkali
menemukan kondisi hasil panen yang tidak maksimal atau petani mengalami
kerugian (gagal panen). Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Bambang, yaitu berkerja di sektor pertanian dan pertambangan pasir. Penambangan
pasir yang tidak terkontrol maka akan menyebabkan kerusakan lingkungan, dan
kemampuan lingkungan untuk menyediakan sumber daya menjadi berkurang.
Ditambah lagi dengan kegiatan pertanian yang menggunakan pupuk berlebihan
dengan tujuan untuk mendapatkan hasil pertanian yang baik dapat menyebabkan
penurunan kualitas tanah yang berdampak pada harga dan ketersediaan pupuk.
Permasalahan tersebut akan menyebabkan usaha tani yang dilakukan masyarakat
menjadi tidak berkelanjutan, artinya yaitu akibat dari tingkah laku berkerja yang
merusak lingkungan menyebabkan lahan untuk melakukan kegiatan ekonomi
menjadi rusak, sehingga masyarakat dan petanilah yang akan merasakan dampaknya
yaitu beripa kerugian.
Sektor ekonomi yang terdapat di Desa Bambang yaitu pertanian dan peternakan,
seharunya keberadaan kedua sektor tersebut dapat saling mendukung, namun dengan
keterbatasan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Desa Bambang keberadaan
kedua sektor tersebut belum dapat dimanfaatkan secara seimbang, pada sektor
pertanian masayrakat belum mampu untuk mengembangkan hasil komoditas
pertaniannya menjadi barang yang lebih bernilai tinggi dan dapat memberikan
penghasilan lebih, masyarakat hanya menjual secara langsung tanpa ada pengolahan
Semua cara yang ditempuh dalam proses meningkatkan hasil panen tersebut dapat
dilakukan dengan mengikuti penyuluhan pertanian oleh UPT (Unit Pelatihan
Terpadu) untuk masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani di Desa
Bambang. Adanya peningkatan hasil panen di Desa Bambang dapat
mengoptimalkan hasil pendapatan desa sekaligus masyarakat yang berprofesi
sebagai petani. Pendapatan masyarakat dalam sektor pertanian berkaitan juga
dengan pemasaran hasil panen. Pemasaran yang dilakukan oleh masyarakat desa
sebaiknya langsung menuju pasar, karena harga jual ke pasar cenderung lebih
tinggi daripada ke tengkulak.
4. Pengoptimalan Potensi Peternakan di Desa Bambang
Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Desa Bambang yang
lambat adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi kotoran sapi menjadi
energi biogas, untuk itu diperlukan kelompok ternak dan kelembagaan yang
mengurus dan mengakomodir pemanfaatan kotoran sapi menjadi energi biogas agar
masyarakat mau beralih menggunakan biogas sehingga masyarakat tidak lagi
bergantung terhadap hasil hutan berupa kayu bakar sebagai bahan untuk memasak
dan tidak lagi menganggap penggunaan biogas sulit untuk dilakukan karena
masyarakat telah mendapatkan pengetahuan mengenai operasional penggunaan
biogas serta manfaat lebih dengan menggunakan biogas melalui penyuluhan
mengenai pemanfaatan potensi peternakan, selain penyuluhan mengenai
pemanfaatan energi biogas, dilakukan juga penyuluhan untuk mengembangkan
potensi peternakan lain nya yaitu mengenai pemanfaatan pengolahan kotoran ternak
menjadi pupuk yang lebih berkualitas
2 Kelembagaan 1. Adanya lembaga Pemerintahan 1. Terdapat lembaga desa yang 1. Adanya bantuan dari 1. Bantuan dana dari pemerintah
Desa dan BPD tidak menjalankan fungsi yang pemerintan berupa dana hibah sering terlambat sampai ke
2. Adanya kelembagaan berupa seharusnya, atau kelembagaan yang diberikan utuk lembaga
KOPWAN dan PKK dan SPP yang tidak berjalan yaitu pelaksanaan fungsi
yang dapat memberikan modal karang taruna. kelembagaan di Desa
usaha bagi para ibu rumah 2. Belum terdapatnya kelompok Bambang
tangga. peternak di Desa Bambang 2. Adanya hubungan kerja sama
3. Adanya kelembagaan Gapoktan antara dinas Peternakan
yang mewadahi kegiatan Kabupaten Malang dengan
pertanian di desa Bambang Desa Bambang terkait dengan
pengembangan sapi perah dan
pengandaan biodigester
biogas untuk Desa Bambang
untuk kinerja kelembagaan 1. Pemaksimalan dana yang didapatkan dari pemerintah 1. Membentuk kelompok pemuda kreatif dan
yang terdapat di Desa untuk lebih meningkatkan program desa yang telah ada pengadaan program pelatihan keterampilan
Bambang dari pemerintah dan dapat dikembangkan sebagai usaha masyarakat untuk serta menciptakan program 1 produk 1
4. Adanya organisasi bank tanaman hias (2-1) Dusun (1,2-1)
sampah malang 2. Penyuluhan mengenai pengelolaan sampah
kepada masyarakat, agar masyarakat
mampu mengelola sampah dengan sistem
3R (reduse, reuse, recycle), dengan
melakukan kerja sama antara Bank Sampah
Malang dengan lembaga Karang Taruna
Desa Bambang (3,4-2).
3. Seringkali terjadinya STRATEGI S-T STRATEGI W-T
Threat (ancaman)
bantuan yang diberikan 1. Dalam pendistribusian bantuan dari pemerintah, selalu 1. Meningkatkan pemberdayaan SDM dan
oleh pemerintah tidak tepat melibatkan semua aspek masyarakat dari tingkat kepala pengelolaan lembaga desa dengan baik (2-
sasaran desa sampai dengan ketua RT, dan pemerintah harus 3)
4. Kurangnya sosialisasi dan selalu bersifat transparan
pelatihan dari pemerintah 2. Melakukan sosialisai dari pihak pemerintahan desa
mengenai cara bertani yang mengenai cara bertani dengan baik serta mewajibkan
baik setiap pekaranga rumah sebagai ladang untuk menanam
(2-2)
Sumber: Hasil Analisis (2014)
7. Bantuan dari pemerintah pemerintah terkait adanya industri mengalami masalah kebocoran dan melakukan perbaikan
untuk sarana pendidikan keju di Desa Bambang untuk menarik c. Perbaikan kualitas drainase dan normalisasi saluran pada
berupa dana BOS pekerja dari Desa Bambang. (-2) saluran yang mengalami masalah (ditumbuhi tanaman,
8. Kebijakan pemerintah sampah dan material bangunan)
untuk menjadikan Desa 2. Pembangunan KUD sebagai tempat untuk mengakomodir
Bambang menjadi Desa hasil pertanian dan melakukan diversifikasi produk yang
Mandiri Energi berbasis dikelola oleh GAPOKTAN dengan melibatkan seluruh
biogas komponrn masyarakat, dimulai dari para ibu hingga anak
muda di Desa Bambang (4-1)
3. Peningkatan kualitas pendidikan dengan cara memperbaiki
sarana dan prasarana pendidikan di Desa Bambang, serta
membangun taman bermain yang dilengkapi dengan taman
bacaan (sejenis TK) dengan menggunakan dana BOS (5-3)
4. Memanfaatkan energi listrik dari biogas sebagai penerangan
unutk sarana PPU, pendidikan, kesehatan, peribadatan serta
PJU. (6-4)
3. Berkurang atau hilangnya STRATEGI S-T STRATEGI W-T
Threat (ancaman)
sumber air bersih di Desa 1. Melakukan penyuluhan tantang 1. Perbaikan infrastruktur jalan, drainase dan penambahan PJU
Bambang konservasi air dengan cara pelestarian berdasarkan skala prioritas yang dilakukan secara berkala
4. Bantuan pemerintah alam (1-1) atau bertahap (1,2,3-2)
untuk pengadaan 2. Menggunakan metode Eco-drainase berupa Rain-harvesting
infrastruktur tidak sebagai cadangan air pada musim kemarau, serta dapat
menyeluruh pada setiap mengurangi debit limpasan air hujan pada musim penghujan
dusun (3-1)
untuk hasil panen yang didapatkan murah waktu panen dengan usaha
dan memaksimalkan GAPOKTAN pengelolaan hasil panen sehingga
terkait sistem indormasi mengenai langsung menjadi barang jadi yang
harga pasar sehingga masyarakat memberikan nilai tambah terhadap
tidak dapat dimonopoli oleh hasil panen tersebut dan
tengkulak. (1,2-1) memberikan dampak positif
terhadap perekonomian Desa
Bambang.. (3-1)
Sumber: Hasil Analisis (2014)
menjadi Desa Mandiri Energi sapi sebagai energi biogas pemanfaatan biogas
berbasis biogas untuk menjadikan Desa (keuntungan memakai
5. Adanya kerjasama antara Bambang sebagai DME (1,2-1) biogas, cara dan proses
pemerintahan Desa Bambang 2. Pengembangan hewan ternak dalam penggunaan biogas
dengan Dinas Peternakan (sapi) untuk membuka atau operasional penggunaan
Kabupaten Malang terkait pekerjaan tetap bagi masyarakat biogas) (1,2-1)
bantuan penyediaan istalasi desa (1-3) 2. Membentuk kelompok
biogas. 3. Program pembuatan instalasi ternak untuk mempermudah
6. Pengembangan sapi perah biogas dengan memanfaatkan dalam mengelola
yang dilakukan oleh pihak SDM dan SDA yang terdapat di pengembangan biogas secara
Pemerintah Kabupaten Malang Desa, untuk menghemat biaya komunal (3-1,2,3)
di Desa Bambang konstruksi (3,4-2)
3. Di Desa Bambang terdapat STRATEGI S-T STRATEGI W-T
belantik yang dapat 1. Untuk mempertahankan supply 1. Pembentukan kelompok
menyebabkan jumlah sapi energi biogas dapat ternak yang selalu
Threat (ancaman)
menjadi tidak stabil sehingga menggunakan sampah organik mengontrol jumlah sapi yang
dapat menghambat yang berasal dari kegiatana terdapat di Desa serta
pengembangan biogas pertanian di Desa Bambang (2- mengontrol spplay energi
4. Penurunan supply energi 1,2) biogas setiap waktu. (3-1,2)
biogas yang disebabkan oleh
tidak seimbangnya
pertumbahan penduduk
(peningkatan kebutuhan)
dengan pertumbuhan sapi
Sumber: Hasil Analisis (2014)
3
Kualitas pendidikan 1 Kualitas pendidikan baik
2 Kualitas pendidikan cukup
baik
3 Kualitas pendidikan buruk
Pemanfaatan energy 1 Sudah dimanfaatkan dengan
alternative biogas untuk baik
energy listrik pada 2 Hanya beberapa FASUM
FASUM yang menggunakan biogas
3 Tidak ada FASUM yang
menggunakan biogas
Opportunity Program PNPM untuk 1 Tidak ada program PNPM
(kesempatan) perbaikan jalan dan 2 Ada program PNPM
drainase perbaikan jalan atau drainase
Ada program PNPM
3 perbaikan jalan dan drainase
Lapangan pekerjaan 1 Tidak ada lapangan pekerjaan
industri keju industri keju
2 Ada lapangan pekerjaan
industri keju namun tidak
dimanfaatkan
3 Ada lapangan pekerjaan
industri keju dan
dimanfaatkan dengan baik
Bantuan dana BOS 1 Tidak ada bantuan dana BOS
Dana BOS belum digunakan
2 secara maksimal
Dana BOS digunakan secara
maksimal
3
X = Kekuatan–Kelemahan Y = Peluang-Ancaman
= 0,9 – 1,8 = 2,25 – 0,75
= -0,9 = 1,5
E. Peternakan
Tabel 3. 97 Kriteria Nilai IFAS-EFAS Peternakan
Faktor Variabel Nilai Kriteria
Strengths (kekuatan) Kepemilikan sapi 1 Jumlah sapi berkisar 100-500
ekor
2 Jumlah sapi berkisar 500-1000
ekor
3 Jumlah sapi 1000 ekor keatas
Pengkoordiniran hasil 1 Tidak ada yang
susu sapi mengkoordinir hasil susu sapi
Ada yang mengkoordinir
2 namun tidak berjalan dengan
baik
Ada yang mengkoordinir dan
3 berjalan dengan baik
Pemanfaatan kotoran sapi 1 Tidak dimanfaatkan menjadi
menjadi pupuk kandang pupuk
2 Dimanfaatkan menjadi pupuk
namun belum maksimal
Dimanfaatkan menjadi pupuk
3 sebagaimana mestinya dan
dengan maksimal
Weaknesses Pemanfaatan kotoran 1 Kotoran ternak tidak
(kelemahan) ternak dimanfaatkan sama sekali
2 Kotoran ternak sudah
dimanfaatkan namun belum
maksimal.
3 Kotoran ternak sudah
dimanfaatkan secara
maksimal dan seimbang.
Kelompok ternak desa 1 Tidak ada kelompok ternak di
Desa Bambang
2 Sudah ada kelompok ternak di
Desa Bambang namun belum
berjalan maksimal
3 Sudah ada kelompok ternak di
Desa Bambang yang sudah
dikoordinisr sebagaimana
mestinya.
Opportunity Adanya kepercayaan dari 1 Tidak ada kepercayaan dari
(kesempatan) perusahaan luar perusahaan luar Desa
Bambang
2 Ada kepercayaan dari
perusahaan luar Desa
Bambang, namun belum
sepenuhnya dapat dilakukan
peternak Desa.
3 Ada kepercayaan dari
perusahaan luar Desa
Bambang dan peternak Desa
sudah melakukan seluruhnya.
dilakukannya pengolahan lebih lanjut, sehingga dapat menunjang kegiatan pertanian di Desa
Bambang.
F. Desa Mandiri Energi
Tabel 3. 100 Kriteria Nilai IFAS-EFAS Peternakan
Faktor Variabel Ranking Kriteria
Strength Ketersediaan Supply 1 Tidak ada supply untuk biogas
energy biogas dari 2 Minimnya supply untuk biogas
kotoran sapi 3 Terdapat supply untuk biogas
yang berlebih
Ketersediaan Supply 1 Tidak ada supply untuk biogas
energy biogas dari 2 Minimnya supply untuk biogas
sampah organik 3 Terdapat supply untuk biogas
yang berlebih
SDM untuk pembuatan 1 Tidak ada SDM untuk
biodigester pembuatan biodigester
2 Terdapat sedikit SDM untuk
pembuatan biodegester
3 Terdapat banyak SDM untuk
pembuatan biodigester
Biaya kontruksi 1 Biaya pembuatan murah
pembuatan biodigester 2 Biaya pembuatan mahal dan
tidak ada alternative
3 Biaya pembuatan mahal tetapi
terdapat alternatif
Weakness Ketergantungan 1 Masyarakat telah
masyarakat kepada kayu menggunakan biogas untuk
bakar untuk memasak 2 memasak
Masyarakat telah
3 menggunakan gas LPG untuk
memasak
Masyarakat masih
menggunakan kayu bakar
untuk memasak
Pengetahuan oprasional 1 Masyarakat mampu
penggunaan biogas mengoprasionalkan biogas
2 Minimnya pengetahuan
masyarakat
3 Masyarakat tidak mengetahui
pengoprasionalan biogas
Kelompok peternak 1 Sudah terbentuk kelompok
peternak
2 Sudah ada kelompok peternak
namun tidak aktif
3 Belum terbentuk kelompok
peternak
Sumber: Hasil Analisis (2014)
6. Keterlibatan dengan program ditahun sebelumnya yang masih aktif : Semakin besar
nilai keterlibatan program yang dimulai tahun sebelumnya/sedang berjalan, semakin
tinggi prioritasnya
7. Sumbangan terhadap program strategis kabupaten/ kotamadya: Semakin tinggi
sumbangannya terhadap program strategis kabupaten/ kotamadya semakin tinggi
skornya
8. Pertimbangan ekologi: Semakin bersahabat dengan lingkungan, makin tinggi nilai
prioritas
9. Hubungan alat dengan tujuan :Semakin tinggi (erat) hubungan alat dengan tujuan,
makin tinggi nilai prioritas
10. Keterkaitan proyek antar desa: Semakin banyak desa yang menikmati hasil proyek,
makin tinggi nilai prioritas.
11. Keberlanjutan (Sustainability) :semakin berkelanjutan proyek, makin tinggi nilai
prioritas.
Tabel 3. 103 Kriteria Nilai Variabel Alternatif Proyek Desa
No. Variabel Nilai Kriteria
Urutan prioritas 1 Proyek tidak sesuai dengan prinsip arahan kebijakan pembangunan wilayah
prinsip 2 Proyek sedikit sesuai dengan prinsip arahan kebijakan pembangunan wilayah
pembangunan
1 3 Proyek cukup sesuai dengan prinsip arahan kebijakan pembangunan wilayah
dan
pengembangan 4 Proyek sesuai dengan prinsip arahan kebijakan pembangunan wilayah
suatu wilayah 5 Proyek sangat sesuai dengan prinsip arahan kebijakan pembangunan wilayah
1 Tidak terdapat macam atau jenis SDA untuk keperluan proyek
2 Terdapat satu macam atau jenis SDA untuk keperluan proyek
Ketersediaan
2 3 Terdapat dua macam atau jenis SDA untuk keperluan proyek
SDA
4 Terdapat tiga macam atau jenis SDA untuk keperluan proyek
5 Terdapat empat macam atau jenis SDA untuk keperluan proyek
1 Proyek tidak memberikan manfaat apapun
Proporsi 2 Proyek memberikan manfaat bagi satu sektor
penerimaan
3 manfaat atau 3 Proyek memberikan manfaat bagi dua sektor
keuntungan Proyek memberikan manfaat bagi tiga atau lebih dari tiga sektor (belum
4
yang maksimal menyeluruh
5 Proyek memberikan manfaat bagi semua sektor
Peningkatan 1 Proyek sama sekali tidak memberikan peningkatan pendapatan
jumlah 2 Proyek memberikan sedikit peluang untuk peningkatan pendapatan
4 pendapatan 3 Proyek memberikan cukup peluang untuk peningkatan pendapatan
3.18.2 Penentuan Bobot Kriteria dan Penentuan Skor Pada Masing-masing Proyek
Setelah penentuan kriteria, kemudian pemberian nilai bobot dengan cara memberikan
nilai pada setiap kriteria-kriteria yang telah dipilih untuk masing-masing pilihan proyek yang
akan dijalankan dengan interval antara 0 sampai 100. Setelah itu dilakukan penentuan nilai
skor terhadap masing-masing proyek yang akan dijalankan yaitu dengan interval 1 sampai
dengan 5, rincian pemberian nilai skor adalah sebagai berikut:
1 : rendah sekali
2 : rendah
3 : cukup
4 : tinggi
5 : tinggi sekali
Setelah penilaian pembobotan maka akan bisa ditentukan urutan prioritas dari pilihan
alternatif proyek yang akan dijalankan dengan cara mengkalikan nilai skor pada masing-
masing nilai skor setiap item pilihan alternative proyek dengan bobot yang sudah ditentukan.
3.18.3 Pilihan Alternatif Proyek
Berdasarkan hasil analisis SWOT, IFAS, dan EFAS dapat ditentukan beberapa
strategi yang akan dijalankan. Strategi tersebut berjumlah lima dengan satu strategi pada satu
proyek. Strategi yang digunakan tersebut merupakan awal penentuan proyek yang akan
dioperasionalkan pada lokasi Desa Bambang. Berikut meupakan lima sektor yang akan
dikembangkan dalam bentuk proyek yang sudah ditentukan berdasarkan hasil analisa akar
masalah, analisisakar tujuan, analisis SWOT, dan analisis IFAS- EFAS :
1. Pemberdayaan SDM Desa Bambang diberbagai Bidang Penting (pendidikan, social,
perekonomian)
Strategi pembangunan yang dilakukan untuk pengembangan sektor sosial dan
kebudayaan Desa Bambang adalah dengan strategi pengurangan kelemahan dengan
cara menggunakan kesempatan dari luar secara maksimal dengan cara meningkatkan
sedangkan strategi proyek pengolahan hasil panen hewani yang dapat dilakukan
adalah pembuatan permen susu yang berbahan dasar susu sapi.
5. Pengembangan Pengolahan Kotoran Hewan Ternak untuk Mewujudkan Desa
Bambang Menjadi DME
Strategi ini difokuskan terhadap pengembangan potensi yang paling mendominasi di
desa Bambang yaitu jumlah hewan sapi ternak yang sangat banyak. Sesuai dengan
tema dan kebijakan arahan rencana Desa Bambang yaitu pemanfaatan kotoran hewan
ternak untuk dijadikan sumber listrik atau bahan bakar (biogas). Hal pertama yang
dapat dilakukan untuk menunjang program biogas yaitu pengembangan hewan ternak
(sapi perah) untuk membuka pekerjaan tetap bagi masyarakat sehingga keberadaan
sapi di Desa Bambang tetap dipertahankan, strategi lain yang dapat dilakukan untuk
pengembangan biogas di Desa Bambang, yaitu dengan mengadakan sosialisasi
tentang pemanfaatan biogas (keuntungan menggunakan biogas, cara dan proses
dalam penggunaan biogas), serta memberitahukan kepada masyarakat bahwa kotoran
ternak (sapi) tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai biogas, namun bisa juga
dimanfaatkan dan diolah menjadi pupuk yang sangat bermanfaat bagi kegiatan
pertanian.
Berdasarkan pilihan alternatif proyek masing-masing sektor, didapatkan beberapa
alternatif proyek yang dapatdilaksanakan yaitu:
1. Proyek pelatihan keterampilan kerja kepada masyarakat agar lebih mandiri serta
pembentukan kelompok pemuda kreatif
2. Proyek Pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk
3. Proyek pembuatan perabotan atau furnitur berbahan kayu sengon
4. Proyek pembuatan makanan berbahan dasar jagung
5. Proyek pembuatan permen susu yang berbahan susu sapi perah
6. Proyek pembangunan KUD yang dikelolah oleh GAPOKTAN
7. Proyek pemanfaatan kotoran sapi menjadi energi biogas
8. Proyek pembangunan dan peningkatan skala pelayanan sarana keamanan
9. Proyek pembangunan taman bermain yang dilengkapi dengan taman bacaan
10. Proyek pembangunan dan revitalisasi jalan yang dilengkapi dengan PJU
11. Proyek pembangunan sarana kesehatan berupa posyandu
12. Program cipta 1 produk untuk 1 RW yang dihasilkan oleh para ibu, yang dikelolah
oleh 3 lembaga khusus wanita (PKK, KOPWAN, dan SPP)
13. Proyek pembangunan dan revitalisasi saluran drainase
Dari 13 alternatif proyek, untuk menentukan proyek prioritas analisis yang digunakan
yaitu anaisis alternatif proyek, yang terdapat pada Tabel 3.104.
Proyek
No. Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Bobot
N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN N BxN
Pertimbangan
8 10 4 40 4 40 3 30 4 40 4 40 5 50 4 40 5 50 5 50 5 50 5 50 5 50 5 50
ekologi
Hubungan alat
9 5 3 15 3 15 3 15 3 15 3 15 4 20 4 20 4 20 4 20 4 20 4 20 4 20 4 20
dengan tujuan
Keterkaitan
10 proyek antar 10 3 30 4 40 4 40 4 40 2 20 2 20 2 20 1 10 1 10 3 30 1 10 4 40 2 20
desa
Keberlanjutan
11 10 4 40 4 40 4 40 4 40 4 40 3 30 5 50 4 40 3 30 3 30 4 40 4 40 4 40
(Sustainable)
Total 100 370 360 345 340 335 400 405 280 325 420 320 395 315
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Tabel 3.104 menunjukkan hasil perhitungan dari 13 alternatif proyek yang telah
ditentukan, dan dilakukan perhitungan berdasarkan kriteria dan bobot untuk masing-masing
variabel yang terdapat pada Tabel 3.104. Berdasarkan analisis tersebut didapatkan urutan
alternatif proyek berdasrkan tingkat kepentingannya. Hasil dari analisis alternatif proyek
terdapat pada Tabel 3.105.
Tabel 3. 105 Urutan Prioritas Proyek
Nilai Total Ranking Nama Proyek
420 1 Proyek perbaikan jalan
405 2 Proyek pembangunan biodigester
400 3 Proyek pembangunan Koperasi Unit Desa (KUD)
Program cipta 1 produk untuk 1 RW yang dihasilkan oleh para ibu, yang
395 4
dikelolah oleh 3 lembaga khusus wanita (PKK, KOPWAN, dan SPP)
Proyek pelatihan keterampilan kerja kepada masyarakat agar lebih mandiri
370 5
serta pembentukan kelompok pemuda kreatif
360 6 Proyek Pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk
345 7 Proyek pembuatan perabotan atau furnitur berbahan kayu sengon
340 8 Proyek pembuatan makanan berbahan dasar jagung
335 9 Proyek pembuatan permen susu yang berbahan susu sapi perah
329 10 Proyek pembangunan taman bermain yang dilengkapi dengan taman bacaan
320 11 Proyek pembangunan sarana kesehatan berupa posyandu
315 12 Proyek pembangunan dan revitalisasi saluran drainase
280 13 Proyek pembangunan dan peningkatan skala pelayanan sarana keamanan
Sumber: Hasil Analisis (2014)
Tabel 3.105 menunjukkan urutan prioritas proyek yang diambil berdasarkan potensi
dan masalah yang terdapat di Desa Bambang.