Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Panduan DBD

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

PANDUAN

PROGRAM DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

PUSKESMAS KELURAHAN GALUR


TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.


Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga
tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai
negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah
penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus,
famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang
terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD), Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam
kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-
3, Den-4.

B. Tujuan Umum dan Khusus


1. Tujuan Umum

Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena DBD

2. Tujuan Khusus
a. Menurunkan angka kesakitan DBD menjadi kurang dari atau sama dengan 51
per 100.000 penduduk.
b. Menurunkan angka kematian akibat DBD menjadi kurang dari 1 % .
c. Membatasi penularan DBD dengan mengendalikan populasi vektor sehingga
angka bebas jentik (ABJ) di atas atau sama dengan 95 %.

BAB II

2
RUANG LINGKUP KEGIATAN

A. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang
dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Vektor penularnya nyamuk Aedes
Aegypti dan virus dengue dapat tersebar luas, sehingga penularannya dapat terjadi di
semua wilayah yang terdapat vektor nyamuk tersebut. Wilayah endemis DBD
merupakan sumber penyebarluasan penyakit ke wilayah lain. KLB dimulai dengan
peningkatan kasus di wilayah tersebut. Salah satu upaya membunuh nyamuk Aedes
Aegypti dewasa adalah dengan cara melakukan Fogging Fokus kasus DBD.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) / Dengue Hemorragic Fever (DHF)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus betina. Kedua jenis nyamuk ini terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali tempat-tempat yang ketinggiannya lebih
dari 1000 meter diatas permukaan laut. Penyebaran penyakit DBD di Indonesia masih
cukup luas. Masih banyak daerah di Indonesia yang merupakan endemis Demam
Berdarah. Untuk itu diperlukan pengetahuan masyarakat tentang perkembangbiakan
nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus serta cara mencegah nyamuk
berkembang biak. Pola siklus peningkatan penularan bersamaan dengan musim hujan.
Interaksi antara kebersihan lingkungan , pengetauan masyarakat tentang demam
berdarah dengue dan turunnya hujan adalah determinan penting dari penularan, karena
dinginnya suhu mempengaruhi ketahanan hidup nyamuk dewasa dan turunnya hujan
dapat mempengaruhi reproduksi nyamuk dan meningkatkan kepadatan populasi
nyamuk vektor.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengendalian penyakit DBD adalah semua pasien dengan
diagnose DD (demam dengue) dan DBD (demam berdarah dengue) sesuai yang
tercantum dalam BAB I meliputi:
1.Perencanaan
2.Pelaksanaan
Pelaksanaan program DBD meliputi:
a. Penyelidikan Epidemiologi
b. Pengendalian vector
c. Kegiatan PSN
d. Penyuluhan
3. Monitoring
4. Evaluasi
5. Pelaporan

3
BAB III
TATA LAKSANA

PelaksanaanPengendalian DBD meliputi:


a. Surveilans Epidemiologi
4
Surveilans pada pengendalian DBD meliputi kegiatan surveilans kasus secara
aktif maupun pasif, surveilans Vektor (Aedessp), surveilans laboratorium, dan
surveilans terhadap factor resiko penularan penyakit seperti pengaruh curah hujan,
kenaikan suhu dan kelembaban serta surveilans akibat adanya perubahan iklim.
b. Penemuan dan Tatalaksana Kasus
Penyediaan sarana dan prasarana untuk melakukan pemeriksaan penanganan
penderita di Puskesmas dan Rumah Sakit.
c. Pengendalian Vektor
Upaya pengendalian vector dilaksanakan pada fase nyamuk dewasa dan jentik
nyamuk. Pada fase nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan untuk
memutus mata rantai penularan antara nyamuk yang terinfeksi kepada manusia. Pada
fase jentik dilakukan dengan upaya PSN ( Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan
kegiatan 3M Plus.
d. System kewaspadaan dini (SKD) dan Penanggulangan KLB
Upaya SKD KLB DBD ini sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya
KLB dan apabila telah terjadi KLB dapat segera ditanggulangi dengan cepat dan tepat.
Upaya di lapangan yaitu dengan melaksanakan kegiatan PE (Penyelidikan
Epidemiologi) dan penanggulangan seperlunya meliputi fogging focus , penggerakan
masyarakat untuk melakukan PSN.
e. Penyuluhan
Promosi kesehatan tentang penyakit DBD tidak hanya menyebarkan leaflet atau
poster tetapi juga kearah perubahan perilaku dalam pemberantasan sarang nyamuk
sesuai dengan kondisi setempat.

BAB IV
DOKUMENTASI

A. Kebijakan yang mendasaripelayanan

1. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 63


Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 6
Tahun 2007 Tentang Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

5
2. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah KhususI bukota Jakarta Nomor 18
Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 63 Tahun
2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2007
Tentang Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue
3. Pergub No 648 Tahun 2016 dan Modul Pengendalian Demam Berdarah
Dengue 2014
4. SK Kepala Puskesmas Kecamatan Johar Baru No. 0151 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan dan Pelaksanaan Kegiatan UKM Puskesmas

B. SOP terkait proses kerja yang disebutkan di dalam panduan ini


 SOP Tata laksana penanganan kasus DBD
 SOP Pelaksanaan fogging fokus

C. Form – form yang digunakan di dalam proses kerja


 Form Penyelidikan Epidemiologi
 Form Pemberitahuan Pelaksanaan fogging
 Form SPPD pelaksanaan fogging
 Form Berita Acara Pencampuran Obat (Insectisida)

D. Metodologi pendokumentasian proses kerja ini


Hasil kegiatan program DBD dilaporkan secara berjenjang, dari puskesmas
kelurahan, puskesmas kecamatan, kemudian ke Sudinkes Jakarta Pusat. Format
dikirim menggunakan Software Surveilans Dinkes DKI Jakarta secara berkala setiap
bulan.

Anda mungkin juga menyukai