Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Jurnal

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

STUDI MINIMALISASI TERJADINYA DILUSI PADA KEGIATAN PENAMBANGAN

PADA PT. ADHITA NIKEL INDONESIA KECAMATAN. KOTA MABA


KABABUPATEN. HALMAHERA TIMUR
PROVINSI MALUKU UTARA

Wawan A.K. Conoras1, Husaen Salahu2, Atfentri N. Tahalele3


Prodi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

INTISARI

Salah satu kendala dalam penambangan nikel adalah adanya perubahan kadar (Ni) dan (Fe) dari data hasil
pemboran yang tidak sesuai dengan kadar hasil realisasi penambangan. Hal ini dikarenakan terjadinya
pencampuran material lain yang tidak bernilai ekonomis kedalam material yang ingin ditambang atau
dengan kata lain terjadinya dilusi (Dilution). Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
presentase dilusi yang terjadi pada saat kegiatan penambangan dan metode apa yang harus digunakan
untuk meminimalisir terjadinya dilusi. Metode penelitian meliputi pengambilan data tonase ore dan data
tonase waste serta faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya dilusi. Tahapan selanjutnya mengolah dan
menganalisa seberapa besar presentase terjadinya dilusi. Hasil perhitungan menunjukan bahwa dilusi
yang terjadi adalah sebesar 16,06 % hasil identifikasi sampel pada front yaitu : Ni = 1,81% dan Fe =
15,92%. Sedangkan perbandingan kadar dengan data sampel stockyar Ni= 0,09% dan Fe = - 0,02%. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil identifikasi data kadar pada front mengalami penurunan
kadar Ni setelah dilakukan identifikasi kadar pada Stockyard, dimana nikel sebesar 4,97% dan besi
mengalami peningkatan kadar sebesar -0,12%.

Kata Kunci: Dilusi, Penambangan, Ni dan Fe Laterit


THE MINIMALIZATION STUDY HAS BEEN DECIDED IN THE MINING ACTIVITY
IN PT. ADHITA NIKEL INDONESIA DISTRICT CITY OF MABA
DISTRICT OF EAST HALMAHERA
NORTH MALUKU PROVINCE

Wawan A.K. Conoras1, Husaen Salahu2, Atfentri N. Tahalele3


Departmen Mining Faculty of Engineering Muhammadiyah University of North Maluku.

ABSTRACK

One of the obstacles in nickel mining is the change of concentration (Ni) and (Fe) from the drilling result
data which is not in accordance with the level of mining realization results. This is due to the occurrence
of mixing other materials that are not economical value into the material to be mined or in other words the
occurrence of dilution (Dilution). The objective of this research is to know how big the percentage of
dilution occurring at the time of mining activity and what method should be used to minimize the
happening of dilution. Research methods include taking ore tonnage data and waste tonnage data as well
as factors that result in dilution. The next step to process and analyze how much percentage of dilution.
Result of calculation show that dilution happened is equal to 16,06% result of identification of sample at
front that is: Ni = 1,81% and Fe = 15,92%. While the ratio of content with sample data stocky Ni = 0,09%
and Fe = - 0,02%. From the results of this study it can be concluded that the results of identification of
data on the front level decreased levels of Ni after the level of stockyard was identified, where nickel was
4.97% and iron increased by -0.12%.

Keywords: Dilution, Mining, Ni and Fe Laterite.


1

BAB I Tujuan dari Penelitian ini adalah:


PENDAHULUAN 1. Untuk mengetahui seberapa besar
presentase dilusi yang dari kegiatan
I.1 Latar Belakang penambangan.
Indonesia adalah negara yang kaya akan 2. Metode apa yang harus digunakan
sumber daya alam baik mineral maupun dalam meminimalisir terjadinya
batubara. Salah satunya adalah bahan galian dilusi.
logam/biji yang merupakan bahan galian yang di BAB II
olah dengan teknologi tertentu agar dapat di TINJAUAN UMUM
ambil dan dimanfaatkan logamnya yaitu nikel. II.1 Lokasi Kesampaian Daerah
Bahan galian yang kemudian merupakan Secara atministratif wilayah ijin usaha
sumberdaya alam terbesar urutan kelima di dunia pertambangan (IUP ) PT. Adhita Nikel Indonesia
ini memiliki potensi penyebaran yang besar di berada di Desa Tewil-Soagimalaha Kecamatan
Indonesia, diantaranya terdapat di pulau Kota Maba Kabupaten Halmahera Timur
Sulawesi, Kalimantan Bagian Tenggara, Papua, Propinsi Maluku Utara . Sedangkan secara
Maluku dan Maluku Utara, (Zulkifli, 2014). geografis terletak diantara 1280 20’ 14’’ bujur
Olehnya itu banyak perusahan yang kemudian timur dan 000 30’ 31’’ lintang selatan. Yang
menanamkan modalnya untuk berinvestasi di dimana wilayah tersebut dapat ditempuh melalui
wilayah yang memiliki sumberdaya tersebut, jalur darat maupun udara:
salah satunya yaitu PT. Adhita Nikel Indonesia. 1. Ternate – Sofifi
Penambangan nikel sendiri dimulai dari Ternate – Sofifi dapat ditempuh dengan
tahapan land clearing sampai pada pengupasan menggunakan Speed Boat dengan waktu tempuh
tanah penutup (over burden), pemuatan dan ± 45 Menit atau dengan menggunakan Fery
pengangkutan biji (ore). Tahapan pemuatan dan dengan waktu tempuh ± 2,5 jam.
pengangkutan biji (ore) dikakukan dengan
mengunakan kombinasi peralatan backhoe dan
2. Sofifi-Soagimalaha
Sofifi-Buli dapat di tempuh menggunakan
dump truk. Salah satu kendala dalam
kendaraan roda empat atau roda dua dengan
penambangan nikel adalah adanya perubahan
waktu tempuh ± 5 jam.
kadar (Ni) dan (Fe) dari data hasil pemboran
yang tidak sesuai dengan kadar hasil realisasi 3. Ternate-Buli (Pesawat Udara)
penambangan. Hal ini dikarenakan terjadinya Ternate-Buli dapat menggunakan
pencampuran material lain yang tidak bernilai pesawat udara wings air dengan rute
ekonomis kedalam material yang ingin penerbangan setiap hari dan waktu tempuh ± 25
ditambang atau dengan kata lain terjadinya dilusi menit.
(Dilution) 4. Buli - Soagimalaha
Olehnya itu perlu untuk dilakukan studi Buli-Soagimalaha dapat di tempuh
mengenai dampak yang kemudian dapat terjadi dengan menggunakan kendaraan roda dua
akibat dari kegiatan penambngan yang dapat maupun roda empat dengan waktu tempuh ± 1
mengakibatkan terjadinya perubahan kadar jam.
akibat dilusi penambangan yang terjadi. Dari
latar belakang di atas maka peneliti bertujuan
untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul
“ Studi Minimalisasai Terjadinya Dilusi
(Dilution) Pada Kegiatan Penambangan ”
I.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang singkat di atas maka
dapat dirumuskan permasalahannya adalah :
1. Berapa besar presentase dilusi
yang terjadi akibat kegiatan
penambangan.
2. Faktor-faktor apa yang
mengakibatkan terjadinya dilusi
I.3. Batasan Masalah
Dalam Penelitian ini permasalahan di
batasi pada berapa presentase dilusi yang terjadi II.2 Geologi Regional Daerah Penelitian
akibat kegiatan penambangan dan faktor-faktor Tektonik regional Pulau Halmahera
yang dapat mengindikasikan terjadinya diusi. terbagi atas dua mandala utama geologi yaitu
I.4. Tujuan Penelitian Mendala Geologi Halmahera Timur atau Lengan
Timur dan Mendala Geologi Halmahera Barat
atau Lengan Barat. Kedua Mendala geologi
tersebut memiliki karakteristik yang sangat
berbeda (Krisman dan Ernowo. 2007 dalam
Supriatna, S., 1980). Daerah inventarisasi
terletak di semenanjung timur laut pulau
Halmahera merupakan bagian dari Mendala
Halmahera Timur, sedangkan semenanjung utara
serta Pulau Morotai adalah merupakan bagian
dari fisiografi Mendala Halmahera Barat.
Hubungan antara kedua mandala berupa jalur
tektonik dengan perlipatan dan pensesaran yang
kuat berbatuan sedimen Neogen. Batuan
penyusun Mandala Timur relatif lebih tua
dibandingkan Mendala Barat II.5. Vegetasi
Perkembangan tektonik pada lengan timur Vegetasi yang berada pada daearah
diperkirakan terjadi pada akhir Kapur dan awal penelitian sama halnya dengan kondisi veegatasi
Tersier. Tersusun oleh batuan ultrabasa dan yang berada pada hutan pengunungan secara
serpih merah yang diduga berumur Kapur umum yang ada di daratan halamahera timur.
terdapat dalam batuan sedimen Formasi Dimana pepohonan yang tumbuh didaerah ini
Dorosagu yang berumur Paleosen-Eosen. berupa pohon kasawari, pohon ketapang, pohon
Kegiatan tektonik lanjutan terjadi pada awal merbau, dan juga pepohonan tunggal serta semak
Eosen – Oligosen. Ini diketahui dari belukar yang menyebar secara luas pada daerah
ketidakselarasan antara Formasi Dorosagu dan penelitian. Gambar. II.4
Formasi Bacan yang batuan vulkanik berumur
akhir Oligosen – Miosen Awal (Oligo-Miosen).

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
II.3. Geomorfologi
Secara morfologi daerah penelitian dapat III.1. Definisi Nikel
dibagi menjadi tiga satuan morfologi yaitu satuan Nikel laterit adalah produk
morfologi pegunungan terjal, menempati bagian
residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik.
tengah, satuan morfologi perbukitan
bergelombang dengan ketinggian 50 – 500 meter Proses ini berlangsung selama jutaan tahun
diatas permukaan laut, sepanjang pantai dimulai ketika batuan ultramafik tersingkap di
mengelilingi dan satuan morfologi daratan permukaan bumi (Syafrizal dkk, 2011). Logam
menempati daerah tepi pantai dan sungai nikel banyak dimanfaatkan untuk pembuatan
terutama pantai bagian timur. baja tahan karat (stainless steel). Nikel
II.4. Topografi merupakan logam berwarna kelabu perak yang
Daerah penambangan PT. Adhita Nikel
memiliki sifat fisik antara lain :
Indonesi merupakan rangkaian pengunungan dan
perbukitan yang memanjang dari dari utara 1. Kekuatan dan kekerasan nikel
keselatan, mempunyai ketinggian 25-250 meter menyerupai kekuatan dan kekerasan besi.
diatas permukaan laut. Kondisi daareh tersebut 2. Mempunyai sifat daya tahan terhadap
merupakan perbukitan yang di tutupi oleh hasil karat dan korosi
pelapukan batuan dan tumbuh-tumbuhan yang
ada berupa semak belukar yang. Gambar. II.3
3. Pada udara terbuka memiliki sifat yang zona ini juga ditemui mineral Garnierit (warna
lebih stabil daripada besi. hijau terang), yang sangat banyak mengandung
III.1.1 Nikel Laterit nikel, tapi hanya hadir di beberapa tempat saja.
Kebanyakan kenampakan mineral ini dalam
Laterisasi adalah proses pelapukan
bentuk vein, tapi sesekali juga hadir dalam
kimia pada kondisi iklim yang lembab (tropis) bentuk lensa. Selain itu mineral yang juga hadir
yang berlangsung pada waktu yang lama dengan dalam Zona ini adalah Krisopras, dimana
kondisi tektonik yang relatif stabil, membentuk kenampakan fisik mineral ini hampir mirip
formasi lapisan regolit yang tebal dengan dengan mineral Garnierit. Perbedaan antara
karakteristik yang khas (Golightly, 1979 ): krisoplas dan Garnierit adalah Krisopras
a. Pengubahan mineral utama dan pelepasan mempunyai warna hijau yang sedikit lebih gelap
dari Garnierit, tapi lebih terang dari Serpentin.
beberapa komponen kimia,
Selain itu kekerasan Krisoplas jauh lebih keras
b. Pencucian komponen-komponen mobile, dari Garnierit. Krisoplas biasanya juga
c. Pengumpulan residual komponen- ditemukan dalam bentuk vein.
komponen tidak mobile atau tidak larut, 4. Zona Bedrock
d. Pembentukan formasi mineral baru yang Dicirikan oleh batuan yang berukuran
lebih stabil dalam lingkungan sangat keras, dimana sudah tidak ada lagi
pengendapan. rekahan. Bedrock pada endapan nikel laterit
III.2. Genesa Endapan Nikel Laterit adalah Dunit atau Peridotit, dimana warna
Peridotit lebih gelap dari warna Dunit karena
Proses pelapukan dimulai pada batuan
pada Peridotit kandungan mineral Piroksen lebih
peridotit. Batuan ini banyak mengandung banyak dari Dunit. Warna dari bedrock ini adalah
olivine, magnesium silikat, dan besi silikat yang hitam kehijauan, dimana banyak ditemukan
pada umumnya mengandung 0.30% nikel mineral Olivin, Piroksen, dan Silika.
(Sundari, 2012).
III.3 Profil Endapan Nikel Laterit
Secara umum profil endapan nikel laterit
terdiri dari ( Elias M,.et.al,. 1981 ):
1. Zona Top Soil (tanah penutup)
Dicirikan oleh fraksi yang
berukuran sangat halus yang hampir
semuanya diisi oleh fraksi lempung. Zona
ini secara umum berwarna coklat tua
sampai coklat kemerahan. Mineralisasi
pada zona ini tidak ada sampai sedikit.
Zona ini ditandai oleh banyaknya tudung
besi (iron cape).
2. Zona Limonit
Dicirikan oleh ukuran fraksi dari lempung
sampai pasir sedang. Zona ini secara umum
berwarna coklat kemerahan. Mineralisasi pada
Zona ini mulai banyak, dimana mineral yang III.7. Defenisi Dilusi (Dilution)
banyak dijumpai adalah mineral besi, seperti: Dilusi adalah hasil pencampuran dari
Hematit (berwarna merah marun), Goetit material lain bukan biji (Waste) ke dalam
(berwarna coklat kekuningan), dan Magnetit material biji dalam rangka kegiatan
(berwarna hitam). pertambangan yang akan menaikan Tonase dan
3. Zona Saprolit menurunkan secara relatif rata-rata kadar. Dilusi
Dicirikan oleh ukuran fraksi dari pasir tidak hanya terjadi pada tahapan eksplorasi saja
sedang sampai boulder. Zona ini secara umum melainkan terjadi sampai pada proses
berwarna coklat hitam kehijauan. Mineralisasi pengolahan mineral. Dilusi meningkatkan
pada zona ini sangat banyak. Mineral yang Tonase bijih sekaligus mengurangi Grade. Ini
paling banyak ditemukan adalah mineral biasanya dinyatakan dalam format persen. Ini
Serpentin (warna hijau daun). Ada juga mineral dapat dinyatakan sebagai (Diktat MPC, 2005).
yang hampir selalu hadir tapi dalam jumlah
sedikit adalah Hematite, Goetit, Silika, dan
lapukan Olivin (warna hijau kekuningan). Pada ( )
pemisahan batas biji dan Waste. Dilusi eksternal
(Anoush Ebrahimi, P. Eng., Ph.D., 2013). akan semakin kurang berarti pada endapan biji
Dalam penelitianya tentang Pentingnya Cairan dan Waste yang bergradasi karena jumlah dilusi
Faktor Untuk Buka Pit Mining Projects akan menjadi bagian kecil dari tonase
menggambarkan bahwa, sebagai contoh jika 10 penambangan. (Diktat MPC TE3231,2005)
ton batu pengotor (dan / atau di bawah Cut-Off III.7.2 Faktor-Faktor mengakibatkan Dilusi
Grade batuan mineral) yang ditambang dengan Dilusi pada kegiatan penambangan
90 ton bijih dan semua (100 ton) yang dikirim ke biasanya dipicu oleh beberapa faktor. Berikut ini
pabrik, pengenceran dihitung menjadi 10,0%. adalah factor-faktor yang dapat mempengaruhi
Menurut definisi ini x persen dari pengenceran di dilusi Ore, yaitu sebagai berikut :
tambang menunjukkan bahwa x persen dari a. Posisi Waste, Badan Bijih, Dan
pakan tidak ekonomis menguntungkan untuk Cuaca
diproses. Jumlah x ini tidak boleh dikirim ke Daerah penggalian bijih yang lebih
Crusher dan tindakan yang tepat harus diambil di rendah dari lokasi pengupasan tanah
tambang untuk memisahkan mereka dari pakan penutup akan lebih rawan terhadap
sebanyak mungkin. pengotoran, sebab jika ada aliran air/hujan
Ilustrasi mengenai dilusi pada setiap dari atas kebawah, maka daerah
tahapan pertambangan dapat di lihat seperti pada penggalian bijih akan mengalami dilusi
gambar III.1. dari material yang terbawa bersama air.
Selain itu banyak dijumpai material Waste
yang berada diantara badan bijih yang
berbentuk Massive atau tidak beraturan.
b. Keadaan bijih
Biasanya bijih yang berbentuk
Boulder maupun yang berada didekat
Boulder merupakan bijih yang berkadar
tinggi. Permasalahannya adalah sangat
sukar bagi alat untuk melakukan Selective
terhadap bijih dengan Boulder.
III.10. Perhitungan Beda kadar
Nilai beda kadar diperoleh dari
pengurangan data kadar rata-rata eksplorasi
dengan data realisasi produksi yang dihasilkan
dari analisa laboratorium. Nilai beda kadar
III.7.1. Jenis-jenis dilusi digunakan untuk menganalisis besarnya
Dilusi dapat dibedakan menjadi dua perbedaan kadar relative tiap parameter antara
yaitu : hasil eksplorasi dan realisasi produksi. Nilai beda
1. Dilusi Internal kadar diperoleh dengan membandingkan kadar
Dilusi Internal adalah apabila material eksplorasi dan kadar produksi dari tiap titik bor.
kadar rendah terletak di dalam material kadar Parameter unsur atau senyawa yang
tinggi, dilusi internal dapat di bagi menjadi dua, dibandingkan dan kemudian dihitung beda
pertama material kadar rendah mempunyai batas nilainya adalah kadar Ni, Fe, Co, SiO2, CaO dan
yang jelas dengan material kadar tinggi (Dilusi MgO. Adapun nilai beda kadar dihitung
Geometri) dan ke dua material kadar rendah menggunakankan persamaan :
tidak mempunyai batas yang jelas dengan Beda kadar = Kadar Eksplorasi – Kadar Produksi
material kadar tingggi (dilusi Inheren). Dilusi Selisih (+) kadar eksplorasi > dari kadar
internal geometri hadir sebagai waste yang di produksi
bedakan dengan jenis di dalam endapan biji, Selisih (-) kadar eksplorasi < dari kadar
misalnya barren dike yang menerobos Zona produksi
biji. Dilusi internal inheren dapat dapat terjadi III.11. Presentase Perubahan Kadar
karena bertambahnya ukuran blok yang di Pada umumnya kadar dari hasil kegiatan
gunakan untuk memisahkan biji terhadap Waste. eksplorasi dengan kegiatan penambangan selalu
2. Dilusi Eksternal mengalami perubahan. Untuk mengetahui
Dilusi Eksternal adalah apabilah material seberapa besar presentase perubahan kadar,
kadar rendah terpisah dari material kadar tinggi. dengan cara membandingkan kadar dari hasil
Dilusi ekstrernal terjadi karena reruntuhan kegiatan pemboran eksplorasi dengan kadar hasil
dinding, kesulitan teknis mengambil batas biji kegiatan penambangan pada titik bor yang sama
dalam Open Pit, atau kurang hati-hatinya
sehingga dapat dihitung dengan menggunakan penelitian yang telah dilakukan. Adapaun data
rumus sebagai berikut : yang akan dianalisis diantaranya adalah:
(III.2) 1. Analisis data hasil realisasi
penambngan
Dimana :
2. Analisis dilusi penambngan dari
Q = Presentase perubahan kadar
hasil perhitungan presentase dilusi
q1 = Kadar eksplorasi.
3. Analisis beda kadar dan presentase
q2 = Kadar hasil kegiatan penambangan
perubahan kadar.
BAB V
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODOLOGI PENELITIAN
V.1 Profil Nikel Laterit Daeah Penelitian
IV.1 Metode Penelitian
PT. Adhita Nikel Indonesia melakukan
Adapun metode yang digunakan dalam
kegiatan penambangan nikel laterit pada Site
penelitian ini adalah untuk bagaimana
tewil-Soagimalaha. Dimana lokasi penelitian
melakukan studi tentang meminimalisasi dilusi
berada pada Block 3 Front tanah merah. Profil
yang terjadi pada kegiatan pertambangan yang
endapan nikel laterit yang berada pada lokasi
berdampak terhadap perubahan kadar, yang
penelitian terdiri dari beberapa lapisan atau zona
dimulai dari studi literatur, observasi lapangan,
dari pada material seperti lapisan tanah penutup,
pengumpulan data analisis data dengan tahapan
lapisan limonit, lapisan saprolit, dan yang
seperti pada (Gambar. IV.1):
terakhir adalah batuan asal yang berbentuk stupa.
IV.2. Studi Literatur
Adapun klasifikasi kadar berdasarkan batas
Merupakan tahapan dari pengumpulan
kadar penambangan yang direncanakan oleh PT.
berbagai literatur sebagai referensi yang
Adhita nIkel Indonesia yaitu :
berkaitan dengan penulisan skripsi antara lain;
V.1.1. Lapisan Tanah Penutup
buku, jurnal, dan hasil-hasil penelitian
Lapisan tanah penutup yang berada pada
sebelumnya.
lokasi penelitian tidak dipindahkan dari lokasi
IV.3. Observasi Lapangan
penambangan untuk ditampung pada tempat
Observasi lapangan merupakan rangkaian
penampungan material buangan melainkan telah
kegiatan lapangan yang dilakukan pada saat
dibolak balik sesuai dengan kebutuhan pada saat
penelitian berlangsung dengan mengamati secara
akan dilakukan penggalian biji (Ore Geeting).
langsung aktifitas yang dilakukan pada lokasi
penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang
sedang dilakukan.

IV.4 Teknik Pengumpulan Data


a. Data Primer
Data primer merupakan data yang
diperoleh langsung dilapangan dari hasil
pengamatan dan wawancara, data primer
ini berupa data :
1. Pengambilan data tonase
dan data waste hasil
penambangan.
b. Data Sekunder
Sumber: Dokumentasi Lapangan,
Data sekunder adalah yang tidak
Mei 2018
diperoleh langsung dilapangan tetapi
Gambar. V.1 Lapisan Tanah Penutup Yang Telah
diperoleh berupa dokumentasi atau
Dibolak Balik
referensi yang tersedia di perusahaan
V.1.2. Lapisan Limonit
ataupun instansi terkait, berupa :
Pada lapisan ini hampir semua unsur
1. Peta geologi regional
yang mudah larut hilang terlindi oleh air
2. Peta topografi
meteorik, hasil pelapukan lanjut ini memliki
3. Data realisasi penambangan
komposisi oksida besi yang tinggi diatas 25%,
IV.5 Analisis Data
dilihat dari kenampakan warna mineral
Analisis data yang akan dilakukan dalam
dilapangan, hematite, magnesit dan geotit hadir
penelitian ini yaitu analisis kuantitatif dimana
pada zona ini. Pada lokasi penelitian lapisan ini
analisis yang dimaksud ialah gravimetri dan
penyebaranya berupa kantung – kantung atau
volumetrik dalam suatu bahan dari hasil
lebih dikenal dengan spot limonit, berwarna
coklat muda sampai coklat kemerahan, lunak dan
bersifat lempungan (Clay), kadar limonit di
lokasi penelitian dengan kadar Ni adalah < 2%
dengan kadar Fe > 25 %, ketebalan lapisan ini
bervariarisi dari 1- 3 meter

.
Zona Limonit
Zona Saprolit

Sumber: Dokumentasi Lapangan, Mei


2018
Gambar. V.4. Batuan Dasar Berbentuk Dunit.
V.2. Faktor-faktor Terjadinya Dilusi
Faktor yang sangat besar terjadinya dilusi
Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018 terletak pada lokasi penambanga dalam hal ini
Gambar. V.2. Spot Limonit dalam Zona Saprolit front penambangan. Hal tersebut dikarena
V.1.3. Zona Saprolite metode penambangan yang diterapkan pada PT.
Zona ini merupakan zona pengkayaan Adhita nikel indonesia melakukan penambangan
nikel, komposisinya terdiri dari oksida besi, yang tidak memiliki Standar Operasional
serpentin, silica, dan sisa batuan asal yang kaya Prosedur (SOP) sebagai acuan pelaksanaan
akan mineral olivine dan piroksen yang kegiatan.
mengalami pelapukan dan serpentinisasi, V.2.1 Dilusi Internal
kekerasan lunak hingga keras (Soft Saprolite – Berdasarkan profil laterit pada daerah
Hard Saprolite). Kadar nikel pada zona ini penelitian yang sangat tidak homogen
berkisar 1.8 – >3 % dan Fe < 25%. mengakibatkan terjadinya dilusi yang sangat
Ketebalan lapisan ini sangat bervariasi tinggi dikarenanakan spot materia yang
tergantung dengan beberapa faktor antara lain dikategorikan sebagai waste volumenya lebih
topografi, kedalaman muka air tanah, perubahan besar dibandingkan dengan material ore yang
muka air tanah pada saat pelapukan, iklim, berada pada daerah penelitian. Sehingga ketika
struktur geologi (rekahan dan patahan) serta dilakukan metode penambangan dengan
komposisi batuan dasar, di lokasi penelitian menggunakan selective mining masih tetap
sendiri ketebalan zona ini bisa mencapai lebih terjadi kontaminasi material waste kedalam
dari 20 meter dengan kadar Ni lebih dari 3%. material ore yang kemudian dapat menurunkan
kadar.
V.2.1.1. Dilusi Pada front Penambangan
Dilusi pada kegiatan penambangan
yang ada pada front penambangan, diakibatkan
oleh tercampurnya material burend rock yang
berasal dari material tanah penutup yang tidak
dipindahkan dari lokasi front penambangan,
setelah dilakukan pembersihan lahan pada
tahapan persiapan penambangan. Hal ini
mengindikasikan terjadinya dilusi dikarenakan
posisi material burend rock lebih tinggi
dibandingkan dengan posisi ore. Dengan kondisi
material tanah penutup yang telah diboka balik.
Sumber: Dokumentasi Lapanga, Mei 2018 Metode yang harus dilakukan adalah
Gambar. V.3. Zona Kontak hard Saprolit dan memindahkan terlebih dahulu material tanah
Soft saprolit penutup pada lokasi yang telah disiapkan sebagai
V.1.4 Batuan Dasar tempat penampungan material tanah penutup.
Batuan Dasar lokasi penelitian dilihat Hal tersebut dapat dilihat Seperti pada Gambar.
secara megaskopis tergolong kedalam batuan V.5.
ultrabasa dunit, berwarna abu-abu hitam V.3. Dilusi Eksternal
kehijauan, tekstur afanitik, struktur joint, dengan V.3.1. Penumpukan Ore Pada Front
susunan mineral dominan olivine.
Proses penumpukan ore yang telah terlebih dahulu telah material burend rock yang
dilakukan setelah selective mining, pada lokasi dapat terkontaminasi dengan material ore yang
front penambangan, dapat mengakibatkan akan di gali karena materila burend rock atau
terjadiya dilusi. Hal tersebut dikarenakan material waste yang melekat pada bucket
material burend rokc yang ada pada lokasi exavator.. Hal tersebut dapat dilihat seperti pada
penambangan tercampur dengan material ore gambar. V.7
yang telah ditumpuk karena jarak antra material
ore yang ada pada tumpukan tidak memiliki
batas yang jelas sehingga material burend rock
tercampur dengan material ore. Untuk
menghindari terjadinya dilusi pada kondisi ini,
maka terlebih dahulu material burend rock atau
material tanah penutup harus dipindahkan ke
tempat yang telah di sediakan.. Hal tersebut
dapat dilihat seperti pada Gambar. V.6

Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018


Gambar. V.7. Proses Ore Geeting
V.3.3. Proses Loading Ore
Proses Loading ore untuk diangkut
menuju ke stockyard dilakukan setelah material
ditumpuk berdasarkan hasil selective mining
pada lokasi front. Indikasi terjadinya dilusi
sangat kecil sebab material yang dimuat
menggunakan metode buttom loading apabila
dianalisis berdasarkan metoe loading ore yang
Sumber : Dokumentasi Lapangangan Mei, 2018
digunakan. Sebab alat muat (Exavator) tidak
Gambar. V.5. Dilusi Internal pada Lokasi
menjadikan material ore sebagai tumpuan untuk
Penelitian
melakukan loading ore
V.3.4. Dilusi Pada Stockyard
Stockyard adalah lokasi penumpukan ore
yang telah siap untuk dikapalkan berdasrkan
range kadar yang telah diketahui dari hasil
analisa sampel pada laboratorium, yang diambil
pada front penambangan dengan menggunakan
metode grap sampling. Berdasarkan kondisi dari
lokasi stockyard dan pola perawatan biji yang
tidak efesien, mengakibatkan terjadinya dilusi
akibat material yang bukan ore tercampur
dengan materian ore yang didumping pada lokasi
penumpukan. Karena material yang bukan ore
Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018
tidak terlbih dahulu dilakuan penanganan,
Gambar. V.6. Penumpukan Material Ore
sehingga material yang bukan ore terakumulas
Pada Front
dengan material ore yang akan di tumpuk.
V.3.2. Proses Selective Mining (Ore
Getting)
Pada kegiatan selective mining (Ore
Geeting) yang dilakukan, exavator yang
digunakan adalah exavator yang sama yang telah
digunakan dalam proses pemindahan material
tanah penutup maupun material waste . hal
tersebut memberikan dampak yang dapat
mengakibatkan terjadinya dilusi akibat dari
kegiatan yang dilakukan. Untuk meminimalisir
terjadinya dilusi maka pemindahan tanah
penutup harus dilakukan menggunakan dozer Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018
agar lokasi yang akan dilakukan selektif mining
Gambar : V.8. Tumpukan Ore Pada Stockyard
V.4. Pengolahan Data Realiasasi Produksi
Data realisasi Produksi adalah data hasil
penambangan dalam interval waktu satu bulan
yang dijabarkan berdasarkan hasil produksi
perminggu. Dimana data realisasi produksi ini Dimana : ⃗ = Kadar Rata-Rata
menjabarkan secara menyeluruh hasil dari
k = Kadar
kegiatan penambangan yang dilakukan dengan
menampilkan data kadar rata-rata dan total t = Tonase
tonase yang terealisasi. Adapun data kadar dan
data tonase yang ada dijabarkan berdasarkan Sehingga hasil yang di dapatkan
kualifikasi tipe material baik saprolit, limonit, berdasarkan perhitungan menggunakan rumus
maupun waste. Dimana data kadar dan data diatas dihitung berdasr type material dimana
tonase seperti pada Tabel V.1 material HGSO, MGSO, dan LGSO yaitu : Ni =
V.5. Perhitungan Dilusi Penambangan 1,77, Fe = 15,62. Sedangkan kadar rata-rata
Dilusi adalah hasil pencampuran dari semua type material adalah :Ni = 1,72 dan Fe =
material lain bukan biji (Waste) ke dalam 15,94.
material biji dalam rangka kegiatan Tabel. V.1 Data Realisasi Produksi
pertambangan yang akan menaikan Tonase dan
menurunkan secara relatif rata-rata kadar.
Adapun untuk mengetahui seberapa besar dilusi
yang terjadi maka dilakukan perhitungan dilusi
menggunakan data realisasi produksi yang
didapatkan berdasarkan hasil penambangan.
Seperti pada tabel V.1
Realisasi produksi adalah data yang
menyabarkan tentang hasil kegiatan
penambangan yang dilakukan dalam range waktu
selama satu bulan. Adapun data realisasi yang
digunakan adalah data yang telah diolah untuk Sumber : Pengolahan data Lapangan, Mei, 2018
mendapatkan total tonase dan kadar-rata yang
diperoleh dari hasil penambangan. Pada Tabel. V.2. Hasil Perhitungan Dilusi
penelitian ini penulis menganalisa diusi yang Penambangan
terjadi berdasarkan data realisasi yang di
dapatkan dalam oprasi produksi denga range Sumber : Hasil Analisa Data Lapangan, Mei
waktu selama satu minggu untuk satu kali analisa 2018
dalam perhitungan dilusi yang terjadi pada V.7. Pengambilan Sampel
kegiatan penabangan . Adapun untuk Sampling atau pengambilan
menghitung seberapa besar peresentase dilusi sampel/contoh
yangterjadi pada kegiatan penambangan adalah tahap awal dari suatu analisis, oleh
digunakan persamaan berikut: karena itu pengambilan contoh ini dipilih
seperlunya saja tetapi representatif. Pengambilan
( )
.........(V.1) contoh merupakan pekerjaan pengambilan
Dari hasil perhitungan dilusi dengan sebagian kecil dari material, sedemikian rupa
menggunakan persamaan di atas maka dilusi sehingga contoh mewakili sifat seluruh material
yang terjadi pada proses penambangan yaitu tersebut. Pengambilan contoh yang dilakukan
sebesar. pada lokasi penelitian menggunakan metode
V.6. Perhitungan Kadar Rata-Rata pengambilan Grap Sampling dengan dimensi
Perhitungan kadar rata-rata merupakan yang sedikit pada beberapa tempat yang berbeda
perhitungan kadar secara relatif kadar hasil untuk pengambilan satu contoh dalam satukai
realisasi produksi berdasarkan hasil pengambilan contoh.
penambangan. Yang kemudian dirata-ratakan V.7.1. Sampel Front
berdasarkan data kadar front dan data Kadar Pengambian sampel pada front dilakukan
stockyard dalam jangka waktu kerja satu bulan. dengan menggunakan metode pengambilan grap
Adapun kadar rata-rata dihitung menggunakan sampling, dimana sampel yang diambil adalah
persamaan V.2 : pada tumpukan material yang telah dilakukan
penumpukan dengan menggunakan exavator.
Dalam satu increamen diambil pada tumpukan
material dengan volume tumpukan sebanyak 12 beda kadar dihitung berdasarkan persamaan
bucket exavator. Pengambilan sampel untuk satu Berikut :
increament dilakukan secara terpisah untuk Beda kadar = Kadar Front – Kadar
memenuhi satu increament. Dengan berat sampel Stockyard........(V.2)
± 18Kg. Selisih (+) kadar front > dari kadar
V.7.2. Sampel Stockyard stockyard
Pengambilan sampel selanjutnya yang Selisih (-) kadar front < dari kadar
dilakukan pada lokasi stockyard dengan metode stockyard
pengambilan yang sama dengan metode
pengambilan sampel pada front, namun pada Selisih (+) Menyatakan bahwa kadar rata-
lokasi stockyard sampel yang diambil untuk satu rata hasil front lebih besar dari kadar rata-rata
increament ditentukan berdasarkan hasil hasil Stockyard, sedangkan selisih (-)
dumping ore. Untuk satu increament diambil menyatakan bahwa kadar hasil eksplorasi lebih
berdasarkan satu kali dumping ore. Dengan berat kecil dari kadar rata-rata hasil penambangan.
sampel ± 18 Kg. Berikut adalah tabel hasil perhitungan beda kadar
dari hasil eksplorasi dan hasil penambangan.
Dalam perhitungan beda kadar dalam penelitian
ini penulis menggunakan beda kadar hasil analisa
kadar pada front penambangan dengan analisa
kadar pada stockyard. Hal ini dikarenakan pada
perusahan tempat dilakukannya penelitian tidak
menggunakan data kemajuan tambangan
berdasarkah data eksplorasi.
V.9. Perhitungan Presentase Kadar
Selain menghitung perbedaan kadar
dengan menggunakan persamaan kadar rata-rata
Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018 front dikurangi kadar rata-rata stockyard,
Gambar. V.9. Pengambilang Sampel Pada Front perbedaan kadar juga dapat dihitung
(Grap sampling) menggunkana presentase perbedaan kadar.
Persamaan yang digunaka dalam perhitungan
presentase perbedaan kadar yaitu pada
persamaan V.3. Dimana presentase perbedaan
kadar yang dihitung adalah perbedaan kadar Ni
dan Fe.
q1  q 2
Q= x 100 %..........................(V.3)
q1
Tabel. V.3. Hasil Perhitungan Beda Kadar
Rata-Rata

Sumber: Dokumentasi Lapangan, Mei


2018
Gambar. V.10. Pengambilan Sampel Pada Sumber : Hasil Analisis Data Lapangan, Mei
Stockyard (Grap Sampling) 2018
V.8. Perhitungan beda kadar
Nilai beda kadar diperoleh dari Tabel. V.4. Hasil Perhitungan Presentase
mengurangkan data eksplorasi dengan data Perbedaan Kadar Rata-Rata
realisasi produksi yang dihasilkan dari analisis
laboratorium. Nilai beda kadar digunakan untuk
menganalisis besarnya perbedaan kadar relatif
tiap parameter antara hasil eksplorasi dan
realisasi produksinya. Nilai beda kadar diperoleh
dengan membandingkan kadar eksplorasi dan
Sumber : Hasil Analisa Data Lapangan, Mei
produksi dari tiap titik bor. Parameter unsur atau
2018
senyawa yang dibandingkan dan kemudian
dihitung beda nilainya adalah kadar Ni, Fe,. Nilai
V.10. Deskripsi Grafik Perbandingan
Kadar
Deskripsi perbandingan kadar secara
garavimetri bertujuan untuk mendeskripsikan
secara garafik range kadar terendah antara kadar
hasil analisa sampel pada front dan kadar hasil
analisa sampel pada stockyard dan juga range
kadar tertinggi hasil analisa sampel pada front
dan analisa sampel pada stockyar sesuai dengan
jumlah data. Sehingga perbandingan kadar
terendah dan tertinggi dapat di lihat secara
analisa gravimetri baik kadar Ni secara relatif
maupun kadar Fe secara relatif.
V.10.1 Grafik Perbandingan Kadar Ni Front
dan Stockyard Sumber : Pengolahan Lapangan, Mei 2018
Berdasarkan hasil analisis data Gambar. V.12. Garafik Perbandingan Kadar Fe
menggunakan gravimetri perbandingan kadar Ni Pada Front Dan Stockyard
antara kadar hasil analisa sampel hasil V.11. Deskripsi Statistik Dan Histogaram
penumpukan pada front dan pada stockyard Data Kadar Ni Dan Fe
grafik kadar terendah setalah analisis kadar pada Statistik bertujuan untuk mengetahui
front adalah 1,51% sedangkan garfik kadar parameter-parameter atau karakteristik populasi
terendah pada stockyar yaitu 1,37%, sedangakan endapan dari sampel yang diambil sedangkan
garafik kadar tertinggi pada front yaitu 2,08% Histogram adalah grafik yang menampilkan
dan grafik kadar tertinggi pada stockyar yaitu frekuensi variabel dalam interval nilai tertentu.
2,22%. Adapun garafik perbandingan kadar (Diktat, TE, 3231. Metode Perhitungan
dapat dilihat seperti pada gambar grafik V.11 Cadangan).
V.11.1. Deskripsi Statistik Dan Histogram
Kadar Ni Pada Front
Hasil analisa data menggunakan statistik
dan histogram secara keseluruhan untuk kadar Ni
pada front diketahui bahwa jumlah data Count
yaitu sebanyak 23, Mean 1.78, dengan data
Minimum 1,47 dan data Maximum 2,08,
sedangkan Standar Deviation 0,16 dan Sample
Variance yaitu 0,02. Adapun data penjabaran
secara statistik dapat dilihat pada tabel V.4 dan
histogram dapat dilihat pada gambar grafiik
V.13.

Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018


Gambar. V.11. Grafik Perbandingan Kadar Ni
Front dan Ni Stockyard
V.10.1.2. Grafik Perbandingan Kadar Fe
Front dan Fe Stockyard
Hasil Analisa perbandingan kadar Fe
pada front dan sotckyard secara gravimetri
menunjukan bahwa grafik kadar terendaha pada
front yaitu 9,64 sedangkan pada stockyard yaitu
10,03 dengan grafik kadar Fe tertinggi pada front
yaitu 17,85 sedangkan pada stockyar yaitu 18,05.
Adapun garafik perbandingan kadar dapat dilihat Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018
seperti pada gambar grafik V.12 Gambar V.13. Grafik Histogram Data % Ni pada
Front
Tabel. V.5. Deskripsi statistik % Ni pada Front standard deviation 1,82 dengan sample variance
yaitu 3,31. Adapun deskripsi data secara statistik
dapat diliahat pada tabel V.7 dan deskripsi
histogram dapat dilihat pada gambar V.15.

Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018


V.11.2. Deskripsi Staristik dan histogram %
Ni pada Stockyard
Hasil analisis data mengunakan statistik
dan histogram secara keseluruhan dari data kadar
Ni pada stockyard menunjukan jumlah Count Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018
sebanyak 23, Mean 1,76, dengan data minimum Gambar. V.15. Histogram Data % Fe Pada Front
yaitu 1,37 dan data maximum yaitu 2,22 Tabel. V.7. deskripsi Statistik data % Fe Pada
sedangankan untuk standard deviation 0,25 Front
dengan sample variance 0,06. Adapun data
penyebaran secara statistik dapat dilihata pada
tabel V.5 dan data secara histogram dapat dilihan
pada gambar grafik V.5.

Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018


V.11.4 Deskripsi Statistik dan Histogram
Data % Fe Pada Stockyard
Hasil analisa secara statistik dan
histogram menunjukan bahwa Count data yaitu
23, dengan Mean 13,74 untuk Standard
Deviation 1,63 dan Sample Variance yaitu 2,65
Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018
dengan Minimum data 10,03 dan Maximum data
Gambar V.14. Grafik Histogram Data % Ni pada
yaitu 18,05. Adapun deskripsi statistik dapat
stockyard
dilihat pada tabel V.8 sedangkan Deskripsi
Tabel.V.6. Deskripsi Statistik % Ni Pada
historgam dapat dilihat pada gambar V.16.
Stokyard

Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018 Sumber : Penglahan Data Lapangan, Mei 2018
V.11.3. Deskripsi Statistik dan Histogram Gambar. V.16. Deskripsi Histogram Data % Fe
Kadar Fe Pada Front Stockyard
Hasil analisis data mengunakan statistik
dan histogram dari data % Fe pada front
menunjukan bahwa jumlah count yaitu 23
dengan data mean yaitu 15,53, minimum yaitu
9,64 sedangkan data maximum yaitu 17,85 untuk
Tabel V.8. Deskripsi Data % Fe Pada Stockyard

Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018

V.12. Analisis Scatter Plot Kadar Ni dan Fe Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018
pada Front dan Stockyard Gambar. V.18. Grafik Scatter Plot Fe Front dan
V.12.1 Analisis Scatter Plot Kadar Ni Pada Stockyard
Front dan Stockyard.
Berdasarkan hasil analisa menggunakan BAB VI
scatter plot, dapat dilihat bahwa nilai kadar Ni PENUTUP
pada front dan stockyard tidak memiliki korelasi VI.1. Kesimpulan
yang erat hal tersebut dinyatakan dengan nilai Dalam penelitian yang dilakukan pada
R= 0,90. Dimana apabila nilai R= 0 maka tidak PT. Adhita Nikel Indonesia dengan studi
terdapat korelasi antara variabel x dan variabel y. minimalisasi terjadinya dilusi pada kegiatan
Dan dapat didefenisikan bahwa adanya dilusi penambangan, hasil analisa menunjukan bahwa
pada saat kegiatan penambangan mengakibatkan dilusi yang terjadi pada kegiatan penambangan
terjadinya perbedaan kadar antar kadar front dan yaitu sebesar 16,06 % dengan beda adalah : 0,09
kadar stockyard. Adapun grafik scatter plot data dan presentase perbedaan kadar adalah : 4,97 %.
Ni dapat dilihat seperti pada gambar V.17. VI.2. Saran
Adapun untuk meminimalisir terjadinya
dilusi pada kegiatan penambangan perlu
dilakukan beberapa metode sehingga presentase
dilusi dapat dikurangi. (1) Seharusnya pada
kegiatan persiapan penambangan material OB
sudah seharus dipindahkan pada satu lokasi yang
sebagai inpitdump sehingga material OB yang
ada tidak terkontaminasi dengan material ore
yang akan di tambang. (2) Penumpukan ore
sertelah dilakukan selective mining seharusnya
ditumpuk pada tempat penumpukan sementara
(transit ore) yang telah disediakan agar pada saat
dilalulkan penambangan material yang bukan ore
Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018
tidak terkontaminasi dengan material ore yang
Gambar V.17. Analisis Scatter Plot Data Ni Pada
telah ditumpuk. (3) Lokasi penumpukan ore pada
Front dan Stockyard
stockyar harus ditata dengan baik agar material
V.12.2. Analisis Scatter Plot kadar Fe pada buren rock yang dapat lokasi Stockyard tidak
Front Dan Stockyard terkontaminasi dengan material ore pada saat
Berdasarkan hasil analisa menggunakan
dilakukan penumpukan marterial ore pada
scatter plot, dapat dilihat bahwa nilai kadar Fe
stockyard setelah dilakukan dumping ore yang
pada Front dan Stockyard tidak memiliki
diangku dari front.
korelasi yang erat hal tersebut dinyatakan dengan
nilai R= 0,81. Dimana apabila nilai R= 0 maka
DAFTAR PUSTAKA
tidak terdapat korelasi antara variabel x dan
Balfas, Muhammad Dahlan, 2014: Geologi
variabel y. Dan dapat didefenisikan bahwa
Untuk Pertambangan Umum.
adanya dilusi pada saat kegiatan penambangan
Ebrahimi, Anoush, 2013 : Pentingnya Cairan
mengakibatkan terjadinya perbedaan kadar antar
Faktor Untuk Buka Pit Mining
kadar Front dan kadar Stockyard. Adapun grafik
Projects
scatter plot Fe dapat dilihat seperti pada gambar
Kisman dan Ernomo, 2007 : Inventarisasi
V.18.
Mineral Logam Di Kabupaten
Halmahera Timur dan Halmahera
Tengah Propinsi Maluku Utara.
Masinai, Muhammad Altin, 2015 :
Geomorfologi Tektonik
Notosiswoyo, Sudartao, 2005: Diktat Metode
Perhitungan Cadangan, Institut
Teknologi Bandung.
Soyer, Nihat, 2006: An Approach On Dilution
And Ore Recovery/ Loss Calculations
In Mineral Reserve Estimations At
The Cayeli Mine, Turkey,
Soda, Egenius, 2107. Majalah Tambanga
Online.
Sundari, Woro, 2012: Analisis Data Eksplorasi
Bijih Nikel Laterit Untuk Estimasi
Cadangan Dan Perancangan Pit Pada
Pt. Timah Eksplomin Di Desa Baliara
Kecamatan Kabaena Barat Kabupaten
Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara.
Supardi, 2003: Kajian Teknis Pemanfatan lahan
kawasan Bekas tambang. PT.adhita
Nikel Indonesia.
Zulkifli, Arif, 2014: Pengolahan Tambang
Berkelanjutan
H e n n i n g G . J o h n , 2007. Mine
Planning for Ore Dilution, Goldcorp
Canada Ltd., Porcupine Joint Venture

Anda mungkin juga menyukai