Jurnal
Jurnal
Jurnal
INTISARI
Salah satu kendala dalam penambangan nikel adalah adanya perubahan kadar (Ni) dan (Fe) dari data hasil
pemboran yang tidak sesuai dengan kadar hasil realisasi penambangan. Hal ini dikarenakan terjadinya
pencampuran material lain yang tidak bernilai ekonomis kedalam material yang ingin ditambang atau
dengan kata lain terjadinya dilusi (Dilution). Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
presentase dilusi yang terjadi pada saat kegiatan penambangan dan metode apa yang harus digunakan
untuk meminimalisir terjadinya dilusi. Metode penelitian meliputi pengambilan data tonase ore dan data
tonase waste serta faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya dilusi. Tahapan selanjutnya mengolah dan
menganalisa seberapa besar presentase terjadinya dilusi. Hasil perhitungan menunjukan bahwa dilusi
yang terjadi adalah sebesar 16,06 % hasil identifikasi sampel pada front yaitu : Ni = 1,81% dan Fe =
15,92%. Sedangkan perbandingan kadar dengan data sampel stockyar Ni= 0,09% dan Fe = - 0,02%. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil identifikasi data kadar pada front mengalami penurunan
kadar Ni setelah dilakukan identifikasi kadar pada Stockyard, dimana nikel sebesar 4,97% dan besi
mengalami peningkatan kadar sebesar -0,12%.
ABSTRACK
One of the obstacles in nickel mining is the change of concentration (Ni) and (Fe) from the drilling result
data which is not in accordance with the level of mining realization results. This is due to the occurrence
of mixing other materials that are not economical value into the material to be mined or in other words the
occurrence of dilution (Dilution). The objective of this research is to know how big the percentage of
dilution occurring at the time of mining activity and what method should be used to minimize the
happening of dilution. Research methods include taking ore tonnage data and waste tonnage data as well
as factors that result in dilution. The next step to process and analyze how much percentage of dilution.
Result of calculation show that dilution happened is equal to 16,06% result of identification of sample at
front that is: Ni = 1,81% and Fe = 15,92%. While the ratio of content with sample data stocky Ni = 0,09%
and Fe = - 0,02%. From the results of this study it can be concluded that the results of identification of
data on the front level decreased levels of Ni after the level of stockyard was identified, where nickel was
4.97% and iron increased by -0.12%.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
II.3. Geomorfologi
Secara morfologi daerah penelitian dapat III.1. Definisi Nikel
dibagi menjadi tiga satuan morfologi yaitu satuan Nikel laterit adalah produk
morfologi pegunungan terjal, menempati bagian
residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik.
tengah, satuan morfologi perbukitan
bergelombang dengan ketinggian 50 – 500 meter Proses ini berlangsung selama jutaan tahun
diatas permukaan laut, sepanjang pantai dimulai ketika batuan ultramafik tersingkap di
mengelilingi dan satuan morfologi daratan permukaan bumi (Syafrizal dkk, 2011). Logam
menempati daerah tepi pantai dan sungai nikel banyak dimanfaatkan untuk pembuatan
terutama pantai bagian timur. baja tahan karat (stainless steel). Nikel
II.4. Topografi merupakan logam berwarna kelabu perak yang
Daerah penambangan PT. Adhita Nikel
memiliki sifat fisik antara lain :
Indonesi merupakan rangkaian pengunungan dan
perbukitan yang memanjang dari dari utara 1. Kekuatan dan kekerasan nikel
keselatan, mempunyai ketinggian 25-250 meter menyerupai kekuatan dan kekerasan besi.
diatas permukaan laut. Kondisi daareh tersebut 2. Mempunyai sifat daya tahan terhadap
merupakan perbukitan yang di tutupi oleh hasil karat dan korosi
pelapukan batuan dan tumbuh-tumbuhan yang
ada berupa semak belukar yang. Gambar. II.3
3. Pada udara terbuka memiliki sifat yang zona ini juga ditemui mineral Garnierit (warna
lebih stabil daripada besi. hijau terang), yang sangat banyak mengandung
III.1.1 Nikel Laterit nikel, tapi hanya hadir di beberapa tempat saja.
Kebanyakan kenampakan mineral ini dalam
Laterisasi adalah proses pelapukan
bentuk vein, tapi sesekali juga hadir dalam
kimia pada kondisi iklim yang lembab (tropis) bentuk lensa. Selain itu mineral yang juga hadir
yang berlangsung pada waktu yang lama dengan dalam Zona ini adalah Krisopras, dimana
kondisi tektonik yang relatif stabil, membentuk kenampakan fisik mineral ini hampir mirip
formasi lapisan regolit yang tebal dengan dengan mineral Garnierit. Perbedaan antara
karakteristik yang khas (Golightly, 1979 ): krisoplas dan Garnierit adalah Krisopras
a. Pengubahan mineral utama dan pelepasan mempunyai warna hijau yang sedikit lebih gelap
dari Garnierit, tapi lebih terang dari Serpentin.
beberapa komponen kimia,
Selain itu kekerasan Krisoplas jauh lebih keras
b. Pencucian komponen-komponen mobile, dari Garnierit. Krisoplas biasanya juga
c. Pengumpulan residual komponen- ditemukan dalam bentuk vein.
komponen tidak mobile atau tidak larut, 4. Zona Bedrock
d. Pembentukan formasi mineral baru yang Dicirikan oleh batuan yang berukuran
lebih stabil dalam lingkungan sangat keras, dimana sudah tidak ada lagi
pengendapan. rekahan. Bedrock pada endapan nikel laterit
III.2. Genesa Endapan Nikel Laterit adalah Dunit atau Peridotit, dimana warna
Peridotit lebih gelap dari warna Dunit karena
Proses pelapukan dimulai pada batuan
pada Peridotit kandungan mineral Piroksen lebih
peridotit. Batuan ini banyak mengandung banyak dari Dunit. Warna dari bedrock ini adalah
olivine, magnesium silikat, dan besi silikat yang hitam kehijauan, dimana banyak ditemukan
pada umumnya mengandung 0.30% nikel mineral Olivin, Piroksen, dan Silika.
(Sundari, 2012).
III.3 Profil Endapan Nikel Laterit
Secara umum profil endapan nikel laterit
terdiri dari ( Elias M,.et.al,. 1981 ):
1. Zona Top Soil (tanah penutup)
Dicirikan oleh fraksi yang
berukuran sangat halus yang hampir
semuanya diisi oleh fraksi lempung. Zona
ini secara umum berwarna coklat tua
sampai coklat kemerahan. Mineralisasi
pada zona ini tidak ada sampai sedikit.
Zona ini ditandai oleh banyaknya tudung
besi (iron cape).
2. Zona Limonit
Dicirikan oleh ukuran fraksi dari lempung
sampai pasir sedang. Zona ini secara umum
berwarna coklat kemerahan. Mineralisasi pada
Zona ini mulai banyak, dimana mineral yang III.7. Defenisi Dilusi (Dilution)
banyak dijumpai adalah mineral besi, seperti: Dilusi adalah hasil pencampuran dari
Hematit (berwarna merah marun), Goetit material lain bukan biji (Waste) ke dalam
(berwarna coklat kekuningan), dan Magnetit material biji dalam rangka kegiatan
(berwarna hitam). pertambangan yang akan menaikan Tonase dan
3. Zona Saprolit menurunkan secara relatif rata-rata kadar. Dilusi
Dicirikan oleh ukuran fraksi dari pasir tidak hanya terjadi pada tahapan eksplorasi saja
sedang sampai boulder. Zona ini secara umum melainkan terjadi sampai pada proses
berwarna coklat hitam kehijauan. Mineralisasi pengolahan mineral. Dilusi meningkatkan
pada zona ini sangat banyak. Mineral yang Tonase bijih sekaligus mengurangi Grade. Ini
paling banyak ditemukan adalah mineral biasanya dinyatakan dalam format persen. Ini
Serpentin (warna hijau daun). Ada juga mineral dapat dinyatakan sebagai (Diktat MPC, 2005).
yang hampir selalu hadir tapi dalam jumlah
sedikit adalah Hematite, Goetit, Silika, dan
lapukan Olivin (warna hijau kekuningan). Pada ( )
pemisahan batas biji dan Waste. Dilusi eksternal
(Anoush Ebrahimi, P. Eng., Ph.D., 2013). akan semakin kurang berarti pada endapan biji
Dalam penelitianya tentang Pentingnya Cairan dan Waste yang bergradasi karena jumlah dilusi
Faktor Untuk Buka Pit Mining Projects akan menjadi bagian kecil dari tonase
menggambarkan bahwa, sebagai contoh jika 10 penambangan. (Diktat MPC TE3231,2005)
ton batu pengotor (dan / atau di bawah Cut-Off III.7.2 Faktor-Faktor mengakibatkan Dilusi
Grade batuan mineral) yang ditambang dengan Dilusi pada kegiatan penambangan
90 ton bijih dan semua (100 ton) yang dikirim ke biasanya dipicu oleh beberapa faktor. Berikut ini
pabrik, pengenceran dihitung menjadi 10,0%. adalah factor-faktor yang dapat mempengaruhi
Menurut definisi ini x persen dari pengenceran di dilusi Ore, yaitu sebagai berikut :
tambang menunjukkan bahwa x persen dari a. Posisi Waste, Badan Bijih, Dan
pakan tidak ekonomis menguntungkan untuk Cuaca
diproses. Jumlah x ini tidak boleh dikirim ke Daerah penggalian bijih yang lebih
Crusher dan tindakan yang tepat harus diambil di rendah dari lokasi pengupasan tanah
tambang untuk memisahkan mereka dari pakan penutup akan lebih rawan terhadap
sebanyak mungkin. pengotoran, sebab jika ada aliran air/hujan
Ilustrasi mengenai dilusi pada setiap dari atas kebawah, maka daerah
tahapan pertambangan dapat di lihat seperti pada penggalian bijih akan mengalami dilusi
gambar III.1. dari material yang terbawa bersama air.
Selain itu banyak dijumpai material Waste
yang berada diantara badan bijih yang
berbentuk Massive atau tidak beraturan.
b. Keadaan bijih
Biasanya bijih yang berbentuk
Boulder maupun yang berada didekat
Boulder merupakan bijih yang berkadar
tinggi. Permasalahannya adalah sangat
sukar bagi alat untuk melakukan Selective
terhadap bijih dengan Boulder.
III.10. Perhitungan Beda kadar
Nilai beda kadar diperoleh dari
pengurangan data kadar rata-rata eksplorasi
dengan data realisasi produksi yang dihasilkan
dari analisa laboratorium. Nilai beda kadar
III.7.1. Jenis-jenis dilusi digunakan untuk menganalisis besarnya
Dilusi dapat dibedakan menjadi dua perbedaan kadar relative tiap parameter antara
yaitu : hasil eksplorasi dan realisasi produksi. Nilai beda
1. Dilusi Internal kadar diperoleh dengan membandingkan kadar
Dilusi Internal adalah apabila material eksplorasi dan kadar produksi dari tiap titik bor.
kadar rendah terletak di dalam material kadar Parameter unsur atau senyawa yang
tinggi, dilusi internal dapat di bagi menjadi dua, dibandingkan dan kemudian dihitung beda
pertama material kadar rendah mempunyai batas nilainya adalah kadar Ni, Fe, Co, SiO2, CaO dan
yang jelas dengan material kadar tinggi (Dilusi MgO. Adapun nilai beda kadar dihitung
Geometri) dan ke dua material kadar rendah menggunakankan persamaan :
tidak mempunyai batas yang jelas dengan Beda kadar = Kadar Eksplorasi – Kadar Produksi
material kadar tingggi (dilusi Inheren). Dilusi Selisih (+) kadar eksplorasi > dari kadar
internal geometri hadir sebagai waste yang di produksi
bedakan dengan jenis di dalam endapan biji, Selisih (-) kadar eksplorasi < dari kadar
misalnya barren dike yang menerobos Zona produksi
biji. Dilusi internal inheren dapat dapat terjadi III.11. Presentase Perubahan Kadar
karena bertambahnya ukuran blok yang di Pada umumnya kadar dari hasil kegiatan
gunakan untuk memisahkan biji terhadap Waste. eksplorasi dengan kegiatan penambangan selalu
2. Dilusi Eksternal mengalami perubahan. Untuk mengetahui
Dilusi Eksternal adalah apabilah material seberapa besar presentase perubahan kadar,
kadar rendah terpisah dari material kadar tinggi. dengan cara membandingkan kadar dari hasil
Dilusi ekstrernal terjadi karena reruntuhan kegiatan pemboran eksplorasi dengan kadar hasil
dinding, kesulitan teknis mengambil batas biji kegiatan penambangan pada titik bor yang sama
dalam Open Pit, atau kurang hati-hatinya
sehingga dapat dihitung dengan menggunakan penelitian yang telah dilakukan. Adapaun data
rumus sebagai berikut : yang akan dianalisis diantaranya adalah:
(III.2) 1. Analisis data hasil realisasi
penambngan
Dimana :
2. Analisis dilusi penambngan dari
Q = Presentase perubahan kadar
hasil perhitungan presentase dilusi
q1 = Kadar eksplorasi.
3. Analisis beda kadar dan presentase
q2 = Kadar hasil kegiatan penambangan
perubahan kadar.
BAB V
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODOLOGI PENELITIAN
V.1 Profil Nikel Laterit Daeah Penelitian
IV.1 Metode Penelitian
PT. Adhita Nikel Indonesia melakukan
Adapun metode yang digunakan dalam
kegiatan penambangan nikel laterit pada Site
penelitian ini adalah untuk bagaimana
tewil-Soagimalaha. Dimana lokasi penelitian
melakukan studi tentang meminimalisasi dilusi
berada pada Block 3 Front tanah merah. Profil
yang terjadi pada kegiatan pertambangan yang
endapan nikel laterit yang berada pada lokasi
berdampak terhadap perubahan kadar, yang
penelitian terdiri dari beberapa lapisan atau zona
dimulai dari studi literatur, observasi lapangan,
dari pada material seperti lapisan tanah penutup,
pengumpulan data analisis data dengan tahapan
lapisan limonit, lapisan saprolit, dan yang
seperti pada (Gambar. IV.1):
terakhir adalah batuan asal yang berbentuk stupa.
IV.2. Studi Literatur
Adapun klasifikasi kadar berdasarkan batas
Merupakan tahapan dari pengumpulan
kadar penambangan yang direncanakan oleh PT.
berbagai literatur sebagai referensi yang
Adhita nIkel Indonesia yaitu :
berkaitan dengan penulisan skripsi antara lain;
V.1.1. Lapisan Tanah Penutup
buku, jurnal, dan hasil-hasil penelitian
Lapisan tanah penutup yang berada pada
sebelumnya.
lokasi penelitian tidak dipindahkan dari lokasi
IV.3. Observasi Lapangan
penambangan untuk ditampung pada tempat
Observasi lapangan merupakan rangkaian
penampungan material buangan melainkan telah
kegiatan lapangan yang dilakukan pada saat
dibolak balik sesuai dengan kebutuhan pada saat
penelitian berlangsung dengan mengamati secara
akan dilakukan penggalian biji (Ore Geeting).
langsung aktifitas yang dilakukan pada lokasi
penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang
sedang dilakukan.
.
Zona Limonit
Zona Saprolit
Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018 Sumber : Penglahan Data Lapangan, Mei 2018
V.11.3. Deskripsi Statistik dan Histogram Gambar. V.16. Deskripsi Histogram Data % Fe
Kadar Fe Pada Front Stockyard
Hasil analisis data mengunakan statistik
dan histogram dari data % Fe pada front
menunjukan bahwa jumlah count yaitu 23
dengan data mean yaitu 15,53, minimum yaitu
9,64 sedangkan data maximum yaitu 17,85 untuk
Tabel V.8. Deskripsi Data % Fe Pada Stockyard
V.12. Analisis Scatter Plot Kadar Ni dan Fe Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018
pada Front dan Stockyard Gambar. V.18. Grafik Scatter Plot Fe Front dan
V.12.1 Analisis Scatter Plot Kadar Ni Pada Stockyard
Front dan Stockyard.
Berdasarkan hasil analisa menggunakan BAB VI
scatter plot, dapat dilihat bahwa nilai kadar Ni PENUTUP
pada front dan stockyard tidak memiliki korelasi VI.1. Kesimpulan
yang erat hal tersebut dinyatakan dengan nilai Dalam penelitian yang dilakukan pada
R= 0,90. Dimana apabila nilai R= 0 maka tidak PT. Adhita Nikel Indonesia dengan studi
terdapat korelasi antara variabel x dan variabel y. minimalisasi terjadinya dilusi pada kegiatan
Dan dapat didefenisikan bahwa adanya dilusi penambangan, hasil analisa menunjukan bahwa
pada saat kegiatan penambangan mengakibatkan dilusi yang terjadi pada kegiatan penambangan
terjadinya perbedaan kadar antar kadar front dan yaitu sebesar 16,06 % dengan beda adalah : 0,09
kadar stockyard. Adapun grafik scatter plot data dan presentase perbedaan kadar adalah : 4,97 %.
Ni dapat dilihat seperti pada gambar V.17. VI.2. Saran
Adapun untuk meminimalisir terjadinya
dilusi pada kegiatan penambangan perlu
dilakukan beberapa metode sehingga presentase
dilusi dapat dikurangi. (1) Seharusnya pada
kegiatan persiapan penambangan material OB
sudah seharus dipindahkan pada satu lokasi yang
sebagai inpitdump sehingga material OB yang
ada tidak terkontaminasi dengan material ore
yang akan di tambang. (2) Penumpukan ore
sertelah dilakukan selective mining seharusnya
ditumpuk pada tempat penumpukan sementara
(transit ore) yang telah disediakan agar pada saat
dilalulkan penambangan material yang bukan ore
Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018
tidak terkontaminasi dengan material ore yang
Gambar V.17. Analisis Scatter Plot Data Ni Pada
telah ditumpuk. (3) Lokasi penumpukan ore pada
Front dan Stockyard
stockyar harus ditata dengan baik agar material
V.12.2. Analisis Scatter Plot kadar Fe pada buren rock yang dapat lokasi Stockyard tidak
Front Dan Stockyard terkontaminasi dengan material ore pada saat
Berdasarkan hasil analisa menggunakan
dilakukan penumpukan marterial ore pada
scatter plot, dapat dilihat bahwa nilai kadar Fe
stockyard setelah dilakukan dumping ore yang
pada Front dan Stockyard tidak memiliki
diangku dari front.
korelasi yang erat hal tersebut dinyatakan dengan
nilai R= 0,81. Dimana apabila nilai R= 0 maka
DAFTAR PUSTAKA
tidak terdapat korelasi antara variabel x dan
Balfas, Muhammad Dahlan, 2014: Geologi
variabel y. Dan dapat didefenisikan bahwa
Untuk Pertambangan Umum.
adanya dilusi pada saat kegiatan penambangan
Ebrahimi, Anoush, 2013 : Pentingnya Cairan
mengakibatkan terjadinya perbedaan kadar antar
Faktor Untuk Buka Pit Mining
kadar Front dan kadar Stockyard. Adapun grafik
Projects
scatter plot Fe dapat dilihat seperti pada gambar
Kisman dan Ernomo, 2007 : Inventarisasi
V.18.
Mineral Logam Di Kabupaten
Halmahera Timur dan Halmahera
Tengah Propinsi Maluku Utara.
Masinai, Muhammad Altin, 2015 :
Geomorfologi Tektonik
Notosiswoyo, Sudartao, 2005: Diktat Metode
Perhitungan Cadangan, Institut
Teknologi Bandung.
Soyer, Nihat, 2006: An Approach On Dilution
And Ore Recovery/ Loss Calculations
In Mineral Reserve Estimations At
The Cayeli Mine, Turkey,
Soda, Egenius, 2107. Majalah Tambanga
Online.
Sundari, Woro, 2012: Analisis Data Eksplorasi
Bijih Nikel Laterit Untuk Estimasi
Cadangan Dan Perancangan Pit Pada
Pt. Timah Eksplomin Di Desa Baliara
Kecamatan Kabaena Barat Kabupaten
Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara.
Supardi, 2003: Kajian Teknis Pemanfatan lahan
kawasan Bekas tambang. PT.adhita
Nikel Indonesia.
Zulkifli, Arif, 2014: Pengolahan Tambang
Berkelanjutan
H e n n i n g G . J o h n , 2007. Mine
Planning for Ore Dilution, Goldcorp
Canada Ltd., Porcupine Joint Venture