Makalah Dendeng Ikan Tuna
Makalah Dendeng Ikan Tuna
Makalah Dendeng Ikan Tuna
MAKALAH
Oleh :
Priandhany Kusuma
NIM. 165080307111023
1. Kedua orang tua tercinta saya, ayahanda Donny dan ibunda Sari
yang sangat mencintai dan menyayangi saya. Melalui tugas kuliah
ini saya berniat ingin membanggakan mereka dan semoga lebih
dilancarkan lagi untuk perkuliahan kedepannya.
ii
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karen
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik membangun yangg dtunjukan demi
kesempurnan makalah ini. semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Priandhany Kusuma
iii
DAFTAR ISI
Halaman
PERSEMBAHAN ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................... vi
iv
B. Penelitian Utama ….. ........................................................................ 19
a. Warna ............................................................................... 20
b. Aroma .............................................................................. 21
c. Rasa ................................................................................. 22
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik Penentuan Formulasi Dendeng Giling Ikan Pari ... 17
Tabel 4. Nilai Rata-rata Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Warna Dendeng Giling
Ikan Pari ...................................................................................................... 20
Tabel 5. Nilai Rata-rata Pengaruh Penambahan Tepung Tapioka dan Suhu Pengeringan
terhadap Aroma Dendeng Giling Ikan Pari ................................................. 21
Tabel 6. Pengaruh Nilai Rata-rata antara Pengaruh Penambahan Tepung Tapioka dan Suhu
Pengeringan terhadap Rasa Dendeng Giling Ikan Pari .............................. 23
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram Alur Penelitian Pendahuluan Dendeng Giling Ikan Pari ........... 13
Gambar 2. Diagram Alur Penelitian Utama Dendeng Giling Ikan Pari ..................... 16
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan pari merupakan salah satu jenis ikan bertulang rawan yang terdapat
hampir diseluruh perairan Indonesia yang memiliki prospek cukup baik untuk
dimanfaatkan sebagai salah satu bahan makanan sumber protein hewani, sama
seperti ikan kakap merah, bawal, manyung, dan banyak jenis ikan lain. Namun
demikian daging ikan pari kurang diminati oleh masyarakat dikarenakan
kurangnya pemahaman dan pengetahuan cara-cara pengolahan ikan pari.
1
Salah satu penyebab berbedanya daging ikan pari dengan daging ikan
lainnya adalah tingginya kandungan urea pada pari. Kandungan urea tersebut
terdapat dalam daging, darah dan organ tubuh lainnya. Senyawa urea ini
merupakan sumber amoniak yang menyebabkan bau ikan pari menjadi sangat
khas. Bila daging ikan pari telah mengalami penurunan kualitas, maka sebagian
urea akan terurai menjadi amoniak yang menimbulkan bau kurang sedap (bau
pesing). Oleh karena itu, daging ikan pari tidak dapat dimanfaatkan dengan baik
bila tidak disertai dengan penanganan pasca panen yang memadai agar diperoleh
daging yang tetap segar.
Ikan merupakan sumber protein utama didunia selain daging, telur dan
susu. Ikan mengandung senyawa yang sangat berguna bagi manusia yaitu
protein dalam bentuk asam-asam amino essensial 10-19%, lemak dalam bentuk
asam lemak tidak jenuh yang paling diperlukan oleh tubuh paling kecil 0,1%,
karbohidrat 1-3%, vitamin dan mineral 0,8-2%. Pemilihan ikan sebagai andalan
untuk memenuhi protein hewani dengan beberapa pertimbangan, yaitu pertama
berdasarkan pada pertimbangan harga ikan lebih murah bila dibandingkan
dengan sumber protein hewani lainnya, misalnya daging sapi, kedua ikan
merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharuhi, berbagai jenis ikan
banyak dihasilkan atau didapat dari perairan Indonesia (Warintek, 2010).
2
Dalam upaya penganekaragaman makanan yang bergizi serta
mempertahankan daya simpan ikan dan peningkatan nilai ekonomis, maka
penelitian ini akan dicoba pembuatan dendeng ikan pari giling dengan bahan
baku ikan pari dan tepung tapioka sebagai bahan pengikat.
Bahan pembuat dendeng giling ini dapat dibagi menjadi dua yaitu bahan
baku utama dan bahan baku tambahan. Bahan baku utama yaitu yang digunakan
dalam jumlah besar dan fungsinya dapat digantikan oleh bahan lain. Bahan baku
utama dendeng giling ini adalah ikan Ikan pari (Dasyatis sp.) yang mengandung
protein tinggi. Bahan baku tambahan adalah bahan baku yang diperlukan untuk
melengkapi bahan baku utama dalam proses pembuatan dendeng giling. Bahan
tambahan dendeng giling adalah tepung tapioka, gula merah, garam, ketumbar,
bawang merah, bawang putih, asam jawa, dan lengkuas.
3
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat Penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan Pari
Ikan pari merupakan salah satu jenis ikan bertulang rawan yang terdapat
hampir diseluruh perairan Indonesia yang memiliki prospek cukup baik untuk
dimanfaatkan sebagai salah satu bahan makanan sumber protein hewani, sama
seperti ikan kakap merah, bawal, manyung, dan banyak jenis ikan lain. Namun
demikian daging pari kurang diminati oleh masyarakat dikarenakan kurangnya
pemahaman dan pengetahuan cara-cara pengolahan ikan pari. Daging pari
memiliki rasa yang sangat spesifik dan lebih peka terhadap perubahan setelah
mengalami kematian dibanding daging ikan bertulang keras.
Kandungan protein pada ikan sekitar 20% dan tersusun oleh sejumlah
asam amino yang berpola mendekati pola kebutuhan asam amino di dalam tubuh
manusia. Berdasarkan hasil penelitian, daging ikan mempunyai nilai biologis
sebesar 90%. Nilai bioalogis adalah pebandingn antara jumlah protein yang
dapat diserap dengan jumlah protein yang dikeluarkan oleh tubuh. Artinya,
apabila berat daging ikan yang dimakan adalah 100 gram, maka
jumlah protein yang dapat diserap oleh tubuh kurang lebih 90% dan
hanya 10% yang terbuang (Cici Rulianti, 2009).
Salah satu penyebab berbedanya daging ikan pari dengan daging ikan
lainnya adalah tingginya kandungan urea pada pari. Kandungan urea tersebut
terdapat dalam daging, darah dan organ tubuh lainnya. Senyawa urea ini
merupakan sumber amoniak yang menyebabkan bau ikan pari menjadi sangat
khas. Bila daging pari telah mengalami penurunan kualitas, maka sebagian urea
akan terurai menjadi amoniak yang menimbulkan bau kurang sedap (bau
pesing). Oleh karena itu, daging pari tidak dapat dimanfaatkan dengan baik bila
tidak disertai dengan penanganan pasca panen yang memadai agar diperoleh
daging yang tetap segar (Cici Rulianti, 2009).
B. Dendeng Giling
Dendeng adalah irisan kering daging yang telah diberi bumbu, dan
kadang-kadang telah mengalami proses pemasakan. Dendeng atau dried meat
5
diperoleh dari daging segar melalui proses pengeringan, dengan pemanas buatan
hingga mencapai kadar air tertentu. Dendeng yang dijual dipasaran biasanya
dendeng sapi. Tetapi dengan adanya usaha diversifikasi produk pangan, bahan
baku dari ikan juga dapat dibuat dendeng. Jenis-jenis ikan yang biasa dibuat
dendeng adalah ikan patin, belut dan ikan pari.
Dendeng ikan merupakan salah satu produk olahan ikan tradisional dengan
cara pengeringan dan digolongkan sebagai bahan pengan semi basah, yaitu suatu
makanan yang mempunyai kadar air tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah
(10%-15%), bersifat plastis dan tidak terasa kering. Dendeng sebelum
dikonsumsi perlu dimasak dan stabil dalam penyimpanan. Dendeng
dapat dibuat dalam bentuk dendeng giling, dendeng sayat, dendeng ragi,
dan dendeng bakar (Cici Rulianti, 2009).
Jumlah bahan pengisi yang digunakan dalam produk olahan daging akan
mempengaruhi sifat-sifat fisik, kimia dan organoleptik produk. Semakin
meningkatnya jumlah bahan pengisi yang digunakan maka semakin rendah mutu
produk tersebut.
Bahan pengisi memiliki daya ikat yang besar, tetapi rendah sifat
emulsifikasinya. Hal itu disebabkan oleh tingginya kandungan karbohidrat dan
rendahnya kandungan protein. Bahan pengisi yang umum digunakan adalah
tepung terigu, tapioka, dan sagu (Cici Rulianti, 2009).
6
Tapioka merupakan hasil ekstraksi pati ubi kayu yang telah mengalami
proses pencucian dan pengeringan. Penambahan tapioka akan mempengaruhi
komposisi kimia dan sifat organoleptik rasa, aroma dan warna. Kandungan
amilopektin pada tapioka adalah 83 %, sedangkan amilosa sebesar 17%.
Semakin besar kandungan amilopektin atau semakin kecil kandungan amilosa,
maka semakin lekat produk olahannya (Winarno, 1997).
Tepung tapioka memiliki kandungan serat kasar (pati) yang tinggi serta
kadar airnya yang rendah menyebabkan tepung tapioka mempunyai daya ikat air
yang tinggi (Novianita, 2002).
7
Menurut Robert et al. (1989), dengan adanya pemanasan dapat menaikkan
kelezatan bahan pangan tersebut disamping dapat menaikkan umur simpan dari
bahan pangan tersebut, juga dapat memperkecil timbulnya penyakit dari
makanan, menginaktifkan enzim serta pelayuan jaringan bahan pangan.
8
3. Sifat fisik dari lingkungan alat pengeringan (suhu, kelembaban dan
kecepatan udara)
4. Karakteristik alat pengering
9
Afrianto et al (1989), menyatakan bahwa proses pengeringan akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar protein dari produk, hal ini
disebabkan oleh adanya peningkatan konsentrasi ion nitrogen, dimana selama
pengeringan berlangsung terjadi pelepasan molekul air oleh protein daging
sehingga konsentrasi protein daging meningkat oleh adanya penurunan berat
bahan.
Karakteristik dendeng yang baik dilihat dari segi warna yaitu memiliki
warna coklat kehitaman. Warna dendeng yang coklat dan kehitam-hitaman
disebabkan oleh reaksi Maillard. Gula pereduksi (glukosa, fruktosa) yang
bereaksi dengan gugus amino pada suhu tinggi dan water activity rendah akan
menimbulkan warna kecoklatan. Bila gula pasir yang kualitasnya baik
dipergunakan pada pembuatan dendeng, maka warna dendeng kering tidak
terlalu coklat atau hitam. Pada umumnya gula yang dipergunakan
adalah gula aren (gula merah) yang pada pembuatannya memang sudah
terjadi reaksi Browning (Cici Rulianti, 2009).
10
Reaksi Maillard terjadi pada suatu bahan pangan maka bahan pangan akan
mengalami penurunan nilai gizinya, karena asam amino bebas esensial dan
residu asam amino, khususnya lisin, berpartisipasi dalam reaksi Maillard
tersebut. Walaupun demikian reaksi Maillard bukan masalah yang serius dalam
penurunan nilai gizi bahan pangan (Cici Rulianti, 2009).
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat diambil hipotesis bahwa :
1. Penambahan tapioka berpengaruh terhadap karakteristik dendeng ikan pari
giling yang dihasilkan.
2. Suhu pengeringan berpengaruh terhadap karakteristik dendeng ikan pari giling
yang dihasilkan.
3. Interaksi antara penambahan tapioka dan suhu pengeringan berpengaruh
terhadap karakteristik dendeng ikan pari giling yang dihasilkan.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tunnel dryer, loyang,
pisau, food processor, baskom, talenan, sendok, timbangan, lumpang dan alu,
alat penggiles adonan, plastik dan alumunium foil.
Alat-alat yang digunakan untuk analisis kadar air antara lain kaca arloji,
eksikator, oven, dan timbangan neraca. Alat yang digunakan pada analisis kadar
protein antara lain labu kjedhal, labu takal 100 ml, erlemeyer, pipet tetes, pipet
ukur, biuret, gelas kimia, seperangkat alat destilasi, dan kompor gas. Alat yang
digunakan untuk analisis kadar abu antara lain cawan krus, oven, eksikator,
karbon, tanur, timbangan neraca.
B. Metode Penelitian
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian Pendahuluan ini dimaksudkan untuk menentukan formulasi
dendeng ikan pari giling yang baik serta disukai oleh panelis, dengan variasi
formula I, formula II dan formula III.
12
Tabel 2. Variasi Formulasi Dendeng Giling pada Percobaan Pendahuluan
Formulasi
Komposisi
formulasi I formulasi II formulasi III
Ekor,kepala,tulang,
Penyiangan
kulit dan lain-lain
Perendaman
Jeruk Nipis
t= ±10'
Penirisan
t= ±5'
Penggilingan
t= ±10'
Pencampuran I
Komposisi I II III
Gula merah (%) 18 13 15
Bawang merah (%) 3 2.5 5 Pencampuran II
Bawang putih (%) 2.5 4 1.5
Garam (%) 3 3 2
Ketumbar (%) 0.5 0.5 1.5 Pencetakan
Lengkuas (%) 2 1 2
Tebal= ± 3mm
Asam jawa (%) 1 2 3
Gula putih (%) - 4 -
Pengeringan
T= 650C Uap Air
t=6 jam
Penghalusan
Dendeng Giling
Ikan Pari (Dasyatis sp)
Bumbu halus
(30 %)
Pengujian Organoleptik
13
2. Penelitian Utama
a. Rancangan Perlakuan
Rancangan perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
faktor, yaitu :
(1) Faktor pertama : Penambahan Tapioka (T)
t1 = Tapioka (8 %)
t2 = Tapioka (9 %)
t3 = Tapioka (10 %)
(2) Faktor kedua : Suhu pengeringan (S)
s1 = Suhu pengeringan (600 C) dengan lama pengeringan 7 jam
s2 = Suhu pengeringan (650 C) dengan lama pengeringan 6 jam
s3 = Suhu pengeringan (700 C) dengan lama pengeringan 5 jam
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk memisahkan daging dengan tulangnya
dengan cara : Dengan menggunakan pisau yang tajam daging ikan pari pada
pangkal kepala dipotong sampai ke tulang, kemudian daging ikan pari
disayat sampai daging terlepas dari tulang, kemudian dibalik dan dilakukan
hal yang sama, kulit ikan pari dipisahkan dan diproleh daging yang bebas
tulang dan kulit.
3. Perendaman
Daging ikan pari yang sudah dipisahkan dari tulang dan kulit,
kemudian ditambahkan perasan air jeruk nipis untuk mengurangi bau amis.
Perendaman dilakukan selama ± 10 menit.
14
4. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan menggunakan air bersih yang
mengalir. Tujuan pencucian ini untuk menghilangkan sisa kotoran hasil
penyiangan, dan membersihkan daging ikan pari setelah proses penyiangan
daging, sehingga diperoleh daging ikan pari yang bersih dan segar.
5. Penirisan
Setelah proses pencucian, daging ikan pari tersebut ditiriskan selama
kurang lebih 5 menit, dengan tujuan menghilangkan air yang masih tersisa.
6. Penggilingan
Penggilingan dilakukan dengan menggunakan food processor,
dimana tujuannya adalah untuk menghancurkan dan menghaluskan tetapi
pada proses ini daging yang digiling untuk pembuatan dendeng tidak terlalu
hancur, waktu yang dibutuhkan selama ± 10 menit.
7. Pencampuran I
Proses pencampuran I ini yaitu proses pencampuran tapioka sebesar
8%, 9%, dan 10% dengan daging ikan pari yang telah digiling dengan
menggunakan food processor.
8. Pencampuran II
Pencampuran II yaitu proses pencampuran lanjutan dari
pencampuran I, selanjutnya ditambahkan formula bumbu yang terpilih pada
penelitian peendahuluan yang terlebih dahulu dihaluskan diantaranya : gula
merah, bawang merah, bawang putih, garam, ketumbar, lengkuas, dan asam
jawa. Proses pencampuran ini dilakukan dengan menggunakan tangan
didalam baskom, karena apabila menggunakan food processor daging ikan
pari akan terlalu hancur. Setelah adonan tercampur merata, kemudian
dilakukan proses pencetakan.
9. Pencetakan
Proses pencetakan dilakukan dengan menggunakan alat rol
pencetak, dengan tujuan untuk mempertipis dendeng sehingga
mempermudah pada proses pengeringan. Ketebalan dendeng yang dicetak
yaitu sampai mencapai 3 mm.
15
10. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan menggunakan alat pengeringan
tunnel dryer dengan suhu pengeringan 600C selama 7 jam, suhu 650C
selama 6 jam, dan suhu 70°C selama 5 jam. Pengeringan bertujuan untuk
mengurangi kadar air dalam dendeng ikan pari, agar kadar air dalam
dendeng sesuai dengan standar SNI yang telah ditetapkan.
11. Pengujian
Pengujian yang dilakukan yaitu uji organoleptik dan respon kimia.
Uji organoleptik yang digunakan yaitu dengan cara uji hedonik, yaitu
berdasarkan tingkat kesukaan panelis sebanyak 15 orang terhadap produk
dendeng giling ikan pari. Penilaian produk dendeng giling ikan pari
dilakukan terhadap sifat organoleptik warna dan aroma dendeng giling ikan
pari sebelum digoreng dan sifat organoleptik rasa dendeng giling ikan pari
sesudah digoreng. Analisis kimia yang dilakukan diantaranya: analisis kadar
protein, analisis kadar abu dan analisis kadar air.
Ikan Pari (Dasyatis sp)
Ekor,kepala,tulang,
Penyiangan
kulit dan lain-lain
Perendaman
Jeruk Nipis
t= ±10'
Penirisan
t= ±5'
Penggilingan
t = ±10'
Tapioka
Pencampuran I
8%, 9%, 10%
Pencampuran II
Formulasi bumbu yang
terpilih (formulasi III)
Pencetakan
Tebal = ±3mm
Penghalusan
Pengeringan
t1 = 600C selama 7 jam
Uap Air
Bumbu halus t2 = 650C selama 6 jam
30% t3 = 700C selama 5 jam
Dendeng Giling
Ikan Pari (Dasyatis sp)
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini meliputi penentuan formulasi dendeng ikan
pari giling yang baik serta disukai oleh panelis. Penelitian pendahuluan
dilakukan dengan cara uji organoleptik menggunakan uji hedonik untuk
mengetahui tingkat kesukaan panelis dengan variasi formulasi I,II dan III. Ketiga
formulasi tersebut mempunyai kelebihan tersendiri dalam hal komposisi bumbu
dan jumlahnya. Kelebihan formulasi I yaitu penambahan gula merah yang lebih
banyak dibandingkan formulasi II dan III.Formulasi II yaitu dengan penambahan
gula putih, sedangkan formulasi III yaitu penambahan asam jawa, ketumbar,
dan bawang merah yang lebih banyak dibandingkan formulasi I dan II.
Hasil uji lanjut Duncan penentuan formulasi dendeng ikan pari giling
dapat dilihat pada table 3.
Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik Penentuan Formulasi Dendeng Giling Ikan Pari
Sampel Warna Aroma Rasa Jumlah
17
Formulasi 3.20 3.80 3.40 10.40
III (a) (a) (b) (a)
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan.
Hasil uji organoleptik terhadap warna, tidak terdapat perbedaan yang nyata
pada formulasi I, formulasi II, dan formulasi III. Hal ini disebabkan pada semua
formulasi ditambahkan gula, sehingga warna yang dihasilkan tidak berbeda jauh.
Warna khas yang terbentuk pada produk dendeng adalah cokelat tua, atau
cokelat kehitaman yang merupakan warna yang dikehendaki. Warna cokelat
yang timbul pada produk dendeng disebabkan karena adanya reaksi maillard,
menurut Winarno (1997), reaksi maillard merupakan jenis reaksi pencoklatan
yang melibatkan asam amino dari protein dengan gula pereduksi, hasil reaksi
tersebut menghasilkan bahan berwarna coklat. Menurut Buckle, et al (2010)
penambahan gula mempunyai peranan penting, karena sifat-sifat cita rasa dan
warna dari bahan pangan yang dimasak dan diolah sangat tergantung pada reaksi
antara gula pereduksi dan kelompok asam amino yang ,menghasilkan zat warna
coklat dari proses karamelisasi.
18
volatile. ketumbar dapat menimbulkan bau sedap, sehingga dapat
menghilangkan bau tidak sedap pada dendeng dapat dihilangkan.
B. Penelitian Utama
Penelitian utama merupakan lanjutan dari penelitian pendahuluan yang
bertujuan untuk menentukan : konsentrasi penambahan tapioka (8%, 9%, 10%)
dan menentukan suhu pengeringan (600C, 650C, 700C) yang tepat terhadap
karakteristik dendeng giling ikan pari. Pada penelitian utama dilakukan uji
organoleptik yaitu dengan menggunakan uji hedonik terhadap nilai kesukaan
warna dan aroma dendeng giling ikan pari sebelum digoreng dan nilai kesukaan
rasa dendeng giling ikan pari sesudah digoreng. Selain itu pada penelitian utama
juga dilakukan analisis kimia. Analisis kimia yang dilakukan meliputi kadar air,
kadar protein, dan kadar abu.
19
1.Respon Organoleptik
a. Warna
Hasil uji lanjut Duncan bahwa suhu pengeringan (S) terhadap dendeng
giling ikan pari dapat dilihat pada Tabel 4.
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji Duncan.
Tabel 4 menunjukkan bahwa warna dendeng giling ikan pari, tidak
berbeda nyata pada perlakuan suhu pengeringan dengan suhu (700C) dan (650C)
tetapi berbeda nyata pada perlakuan suhu pengeringan dengan suhu (600).
20
b. Aroma
Hasil uji lanjut Duncan interaksi penambahan tapioka dan suhu pengeringan
terhadap aroma dendeng giling ikan pari dapat dilihat pada Tabel 5.
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan.
Notasi huruf kecil dibaca horizontal sedangkan notasi huruf besar dibaca
vertikal.
Berdasarkan nilai rata – rata tertinggi diperoleh hasil bahwa aroma
dendeng giling ikan pari yang lebih disukai panelis adalah dendeng giling ikan
pari dengan perlakuan t3s3 (penambahan tapioka 10% dan suhu pengeringan
700C) Aroma pada dendeng giling ikan pari dibentuk oleh adanya senyawa –
senyawa volatile. Senyawa volatile dalam makanan memberikan pengaruh
terhadap karakteristik aroma dan flavor yang dihasilkan.
21
Manusia dapat mengenal enaknya makanan yang belum terlihat hanya
dengan mencium baunya, sehingga aroma dari makanan ikut menentukan
penerimaan suatu makanan. Aroma dari dendeng giling timbul setelah adanya
proses pemanasan yaitu pengeringan dengan suhu yang beragam 600C, 650C dan
700C karena zat-zat pada dendeng ikan pari menguap sebagian yang
mengakibatkan dendeng mempunya aroma yang khas. Hal ini dikarenakan
dengan stabilnya suhu pengeringan yang digunakan, mengakibatkan aroma dari
daging atau ikan terbentuk dengan pengeringan, sehingga terjadi reaksi
pencoklatan atau reaksi maillard. Aroma dari dendeng merupakan akibat
dari adanya sejumlah bahan-bahan yang larut dalam air dan lemak
juga senyawa tidak atsiri dan senyawa atsiri dari bumbu-bumbu
yang ditambahkan yang terbentuk selama pemanasan, hal ini secara mudah
dapat dicium oleh hidung (deMan, 1997).
c. Rasa
22
Tabel 6. Pengaruh Nilai Rata-rata antara Pengaruh Penambahan Tepung Tapioka
dan Suhu Pengeringan terhadap Rasa Dendeng Giling Ikan Pari
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata pada atraf 5% menurut Uji Duncan. Notasi huruf kecil
dibaca horizontal sedangkan notasi huruf besar dibaca vertikal.
23
Rasa dendeng dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain rasa daging, bumbu,
pengaruh pengeringan dan penggorengan (Kurniati, 2006).
24
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Produk dendeng giling ikan pari ini dapat dikembangkan sebagai salah satu
diversifikasi produk dendeng giling, selain dilihat dari karakteristik dendeng
pada umumnya yaitu berwarna coklat tua, juga mempunyai kelebihan yaitu
mempunyai kandungan protein yang tinggi.
2. Perlakuan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyimpanan produk
dendeng giling ikan pari untuk mengetahui umur simpan dari produk tersebut.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan jenis bahan
pengemas, sistem pengemasan dan kondisi selama penyimpanan agar produk
dendeng giling yang dihasilkan mempunyai daya simpan yang lebih lama.
25
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of The Association of The Official
Analytical Chemist. Washington D. C., USA.
Adnan, M. 1982. Aktivitas air dan Kerusakan Bahan Makanan. Fakultas
Teknologi Pertanian. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H. & Wootton, M. 2010. Ilmu
Pangan.Penerjemah H. Purnomo dan Adiono.Universitas Indonesia (UI-
Press).Jakarta.
Cici, R. 2009. Pengaruh Penambahan Tapioka dan Suhu Pengeringan terhadap
Karakteristik Dendeng Belut (Monoterus albus) Giling. Tugas Akhir
Program Sarjana. Jurusan Teknologi Pangan-UNPAS. Bandung.
Dahlan . 1984. Teknologi Gula. Fakultas Pertanian. Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Daftar
Komposisi Bahan Makanan. Penerbit Bharata. Jakarta.
deMan, J.M. Terjemahan Padmawinata Kosasih. 1997. Kimia Makanan. Penerbit
ITB. Badung.
Desrosier W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Terjemahan Muchji
Muljoharjo.Cetakan Pertama, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Earle. 1969. Unit Operation In Food processing (terjemahan). Sastra Hudaya.
Yogyakarta.
Fellow. 1990. Food Processing Technology. Departement Catering Management.
Oxford Polytechnic. New York.
Halimah, E. 1997. Pengaruh Konsentrasi Gula dan Suhu Pembakaran Terhadap
Mutu Dendeng Bakar Daging Sapi. Tugas Akhir. Teknologi Pangan.
UNPAS.
Hera, L. 1999. Pengaruh Lama Pengeringan, Penambahan Gula Merah dan
Lama Penyimpanan Terhadap Sifat-sifat Karakteristik Dendeng Belut
(Monopterus albus) Giling. Skripsi Hasil Penelitian Fakultas Industri Unpas
Bandung.
Irawan, A. 1995. Pengolahan Hasil Perikanan Home Industri. CV. Aneka . Solo.
Kartika, B., Hustati P., Supartono, W. 1988. Pedoman Uji Indrawi Bahan Pangan.
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Kurniati, R. 2006 Pengaruh Subtitusi Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) dan
Suhu Pengeringan terhadap Karakteristik Dendeng Giling Ikan Patin
(Pangasius sp). Tugas Akhir. Program Sarjana. Jurusan Teknologi Pangan-
UNPAS. Bandung.
Lisdiana, S. 1997. Membuat Aneka Dendeng. Karnesius. Yogyakarta.
26
Muliandi. 1994. Aplikasai Kinetika Untuk Pendugaan Umur Simpan Dendeng
Sapi Giling. Fakultas Teknologi Pertanian Bogor. Bogor.
Mukhtar. 2008. Mengenal Jenis – Jenis Ikan Pari (Dasyatis sp). http://mukhtar-
api.blogspot.com. akses : (27-09-2014).
Novianita. 2002. Pengaruh Penambahan Tepung Tapioka dan Susu Cair
Terhadap Karakteristik Nugget Ikan Tongkol. Tugas Akhir. Teknologi
Pangan. UNPAS. Bandung.
Priyardiartono. 1998. Pengaruh aperbandingan Ampas Tahu dan Daging Ayam
Dengan Banyaknya Tepung Tapioka Terhadap Kualitas Sosis Ampas
Tahu. Tugas Akhir. Teknologi Pangan. UNPAS. Bandung.
Pruthi, J.S. 1980. Speces and Comant. Academic Press. New York.
Rismunandar. 1996. Rempah-rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Sinar Baru
Algesindo. Bandung.
Tanikawa, E. 1963. Fish Sausage and Ham Industry in Japan. Food Research.
Tejopranoto. 1998. Mempelajari Sifat-sifat Analog Sosis Tempe. Skripsi. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor.
Vincent Gaspers. 1995. Teknik Analisa Dalam Penelitian Percobaan. Bandung.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Fakultas Peternakan. UGM.
Yogyakarta.
Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri dan Hasil
Pertanian. Penerbit Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Sudarmadji, S. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.
Yogyakarta.
Sumbaga, D.S. 2006. Pengaruh Waktu Curing (Perendaman Dalam Larutan
Bumbu) Terhadap Mutu Dendeng Fillet Ikan Lele Dumbo (Clarias
garipinus).Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Winarno F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
Warintek. 2010. Dendeng Ikan. http://www.warintek.ristek.go.id/pangan
kesehatan/pangan/piwp/dendeng ikan.pdf. (27-09-2014).
Warintek. 2010. Pembuatan Dendeng.http://www.warintek.ristek.go.id/pangan
kesehatan/pangan/piwp/dendeng ikan.pdf.(27-09-2014).
Wordpress. 2009. Ikan Pari (Dasyatis sp) ,http://id.wordpress.com, askses : (27-
09-2014).
27
BIODATA
Motto hidup yang saya pegang yaitu melakukan sendiri apa yang bisa
dilakukan sendiri apa yang seharusnya dilakukan, bukan menyuruh orang lain
melaksanakan hal yang seharusnya dilakukan. Saya memegang moto tersebut
karena banyak orang yang mampu untuk melaksanakan hal kecil dan tidak perlu
untuk menyuruh orang lain untuk melaksanakan seolah orang tersebut malas untuk
mengerjakanya.
Hal yang ingin saya wujudkan yaitu membantu kedua orang tua yang ada di
kampung halaman ketika saya sudah dapat mencari uang sendiri nanti karena saya
sangat mencintai kedua orang tua saya yang membesarkan saya dan bekerja keras
untuk menghidupi saya dan adik-adik saya. Saya akan membantu biaya sekolah
adik saya sampai kejenjang perguruan tinggi agar adik saya dapat seperti saya dan
dapat hidup mandiri nantinya.
28