Laporan Planimeter Dan Stereoskop Baru
Laporan Planimeter Dan Stereoskop Baru
Laporan Planimeter Dan Stereoskop Baru
PLANIMETER
1. Untuk mengenal alat Planimeter dan dapat menggunakannya dalam bidang ilmu
sipil.
2. Mnentukan luas dengan cara mekanis grafis menggunakan Planimeter.
Planimeter adalah alat untuk menentukan luas dengan cara mekanis grafis.
Pada laboratorium ukur jenis tanah ini terdiri dari dua bagian utama yaitu: Roller,
dan Main Body.
Kedua bagian ini di hubuingkan oleh sendi yang memungkinkan main body bebas
bergeser pada bidang gambar. Pada main body ini terdapat sebuah tracer arm, display,
function key, integrating wheel dan encorder yang berfungsi untuk merekam pulsa dari
lintasan gambar yang di telusuri, untuk kemudian secara digital dicatat dan dihitung oleh
Planimeter. Pada gambar dapat dilihat nama dari bagian Planimeter digital ini.
Pada lengan Planimeter ini terdapat layar dan function key yang berfungsi untuk
menampilkan hasil hitungan luas dan memasukkan data pada Planimeter ini.
Fungsi dari setiap function key ini akan di jelaskan secara singkat:
ON : Untuk menyalakan Planimeter.
OFF : Untuk mematikan Planimeter.
C / AC : Clear dari all-clear key.
START : Untuk memulai pengukuran dan untuk kembali mengukur setelah
berada dalam keadaan MEMO (mean value measurement).
HOLD : Kunci ini efekti hanya apabila pengukuran aktif/ berjalan untuk
pengukuran kumulatif dan dalam menahan pengukuran untuk
sementara waktu ataupun untuk waktu yang lama.
MEMO : Untuk mengetahui harga luasan yang dihitung dari perhitungan pulsa
ke perhitungan luas yang telah diset satuannya.
AVER : Untuk menghitung harga rata-rata dari hasil pengukuran yang telah
disimpan.
UNIT-1 : Untuk memilih metrik system dan inggris system.
UNIT-2 : Untuk satuan yang dipergunakan setelah memilih system.
SCALE : Untuk memasukkan satuan dan system yang dipilh dalam Planimeter
ini.
RS : Untuk mengkonfirmasi skala yang telah dimasukkan kedalam
system luas.
Dari pengukuran diatas dengan Planimeter digital ini akan langsung didapat luas
dari gambar yang dimaksud. Cobalah bandingkan hasilnya dengan cara analitis.
Hasil Perhitungan :
Nama Mahasiswa Luas
Perbandingan Rata-
(m) Roenaldo Zefanya Danar Ekka Indra Steven rata (m)
I 752,000 757,000 747,000 770,000 757,000 750,000 755500
% 0.463269 0.198544 1.125083 1.919259 0.198544 0.727995
II 379,000 374,000 408,000 383,000 387,000 386,000 386166.7
% 2.4054 0.2839 1.2591 0.2839 1.8971 2.1659
III 136,000 149,000 149,000 158,000 150,000 148,000 148333.3
% 2.4989 6.8505 2.4989 9.1782 7.5648 0.0956
Total 1,267,000 1,280,000 1,304,000 1,311,000 1,294,000 1,284,000 1290000
LuasTotal LuasTeorit is
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
LuasTeorit is
757000 755500
= x100%
755500
= 0.198544 %
Wilayah 2
374,000 386166.7
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
386166.7
= 3.150626 %
Wilayah 3
149,000 148333.3
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
148333.3
= 0.449438%
Wilayah 1
cx
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
x
747000 755500
= x100%
755500
= 1.125083 %
Wilayah 2
408,000 386166.7
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
386166.7
= 5.65386%
Wilayah 3
149,000 148333.3
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
148333.3
= 0.449438%
4. Nama : Ekka Kozaly
NIM : 325130
Wilayah 1
dx
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
x
770000 755500
= x100%
755500
= 1.919259 %
Wilayah 2
383,000 386166.7
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
386166.7
= 0.820026 %
Wilayah 3
158.000 148333.3
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
148333.3
= 6.516854%
= 0.198544 %
Wilayah 2
387,000 386166.7
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
386166.7
= 0.215796 %
Wilayah 3
150,000 148333.3
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
148333.3
= 1.123596%
6. Nama : Steven Long
NIM : 3251300013
Wilayah 1
f x
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
x
750000 - 755500
= x100%
755500
= 0.727995%
Wilayah 2
386,000 386166.7
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
386166.7
= 0.043159 %
Wilayah 3
148,000 148333.3
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
148333.3
= 0.224719%
Kesimpulan
1. Penghitungan luas suatu wilayah dapat dilakukan dengan cara mekanis
menggunakan planimeter.
2. Pengukuran bagian 1,2 dan 3 dilakukan lebih dari satu kali agar mendapatkan
hasil yang lebih akurat.
3. Pengukuran akan semakin lebih tepat jika skala peta yang digunakan semakin
besar.
4. Luas dalam percobaan ini hanya mendekati hasil aslinya karena ketidaktelitian
dalam menggunakan alat dan tidak terdapatnya skala pada peta
5. Hasil yang didapat antara praktikan 1 dengan yang lainnya berbeda-beda
sehingga diperlukan perhitungan hasil rata-rata dari setiap perhitungan untuk
menentukan luas suatu wilayah tertentu
6. Hasil antarpercobaan pada umumnya menunjukan perbedaan angka yang tidak
terlalu jauh/besar
7. Berdasarkan data praktikum didapat hasil bahwa:
- luas rata-rata bagian 1 adalah 1,29227 m
- luas rata-rata bagian 2 adalah 2,208991875 m
- luas rata-rata bagian 3 adalah 1,703075 m
Faktor Kesalahan
1. Ketidaktelitian pengamat ketika membidik target
2. Kecerobohan sehingga meja tergeser
3. Ketebalan garis tepi peta yang lebih besar dari titik bidik sehingga terjadi kekeliruan
menentukan batasan terluar peta yang akan diukur
4. Kurang luasnya meja yang digunakan ketika praktikum sehingga pergerakan
planimeter terbatas sehingga terjadi penyimpangan pada saat pengukuran
5. Kecerobohan yang menyebabkan meja tempat kita menggunakan planimeter bergeser
sehingga mempengaruhi pergerakan planimeter
BAB II
STEREOSCOPE
Dari pandangan tiga dimensi, kita dapat menduga jarak atau kedalaman.
Foto yang dapat dilihat secara tiga dimensi (stereoskopis) adalah dua buah foto
yang saling bertempelan dari dua buah pemotretan.
TU = Titik utama = titik perpotongan
diagonal foto.
B = Basis udara
= Jarak TU1, dan TU2 saat
pemotretan.
B = Basis foto
Hr = Tinggi terbang rata-rata
Stereoscope saku tidak banyak kegunaannya, antara lain hanya digunakan untuk :
Mengetes penglihatan stereo seseorang
Melihat sebagian kecil dari daerah yang stereoskopis
Data data
Skala foto : F / hr hr 0.21 5000 1050 m
H : hr h 100 45 1095 m
Diketahui tinggi titik 1 di atas datum (h1) = 64 m
Tinggi terbang di atas datum (H) = 1095 m
Tinggi rata-rata daerah yang dipotret (h) = 45 m
Basis foto kiri b = 84 mm
Basis foto kanan b = 83 mm
Panjang fokus lensa = 210 mm
Skala foto = 1 : 5000
Perhitungan :
1. Tinggi titik 2 (h2) di atas datum :
b'b"
Jawab : b
2
b.hr
P1 P12 m1 m2 P2 P1 ( P12 )
h h1
P12
2. Jadi = h12 h1 h2 ( H h1 ) h2 h1 h12
P1
P31
P31 h3 h1 P3 (h h1 ) h3 h1 h31
P3
Hasil Perhitungan :
1. Nama : Wiwin Sadikin
NIM : 325130114
Perhitungan:
h3 = h1 + h31
= (64 + 15.8764) m
= 79.8764 m
P12
2. Jadi, h12 = h1 h2 = (H- h1 )x
P1
1.45
=(1095-64) x 85,039 =-17.5796 m
h2 = h1 + h12 = (64-17.5796)m =46.4204m
P13
h31 = h3 h1 = (H- h1 )x
P3
0,08
= (1095-64) x 85,047
= 0,9698 m
h3 = h1 + h31
= (64 + 0,9698) m
= 64,9698
Perhitungan:
P3 P1 P13
= (85,039+4.58)mm
= 89,619 mm
P13
h31 = h3 h1 = (H- h1 )x
P3
4,58
= (1095-64) x 89,619
= 52,6895 m
h3 = h1 + h31
= (64 + 52,6895) m
= 116,6895 m
4. Nama : Ardy
NIM : 325130001
Perhitungan:
5. Nama : Daniel
NIM : 3251300
Perhitungan:
P12
2. Jadi, h12 = h1 h2 = (H- h1 )x
P1
=(1095-64) x (-1,55 : 83,489) = -19.1408 m
h2 = h1 + h12 = (64-19,1408)m = 44,8592 m
Perhitungan:
NO TITIK O . + RATA-RATA
A 17.7 18.2 17.75 17.88 (m1)
% 0 0 0
B 17.72 18.3 18.6 18.21 (m2)
% 0 0 0
C 18.45 18.87 19.15 18.82 (m3)
% 0 0 0
Perhitungan:
Perhitungan:
1. Cahaya yang cukup sangat diperlukan dalam penggunaan stereoscope agar dapat
mengamati peta dengan tepat
2. Pengukuran titik dilakukan lebih dari 1 kali agar mendapatkan data yang lebih akurat
3. Kemampuan penglihatan praktikan sangat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh
saat menggunakan stereoscope
4. Setereoscope mempermudah mengetahui kondisi geologi suatu daerah yang kita amati
tanpa bantuan maket penampang kontur
6. Kefokusan mata pada alat stereoscope sangat berpengahruh terutama saat
menyamakan gambar titik dengan mata kiri dan kanan agar menjadi satu titik yang
tepat
7. Identifikasi obyek yang tidak benar akan mempengaruhi hasil interpretasi
8. Dari hasil interpretasi makan nantinya akan dibuat peta tutupan lahan
9. Berdasarkan hasil praktikum didapat hasil :
- rata-rata tinggi titik 2 adalah 92,884325
- rata-rata tinggi titik 3 adalah 99,972
Faktor Kesalahan
1. Pencahayaan yang kurang fokus terhadap lensa alat, sehingga ketajaman resolusinya
kurang baik
2. Bergeraknya tumpuan dibawah alat sehingga menyebabkan bacaannya berubah
3. Adanya fokus mata personal kelompok yang berbeda sehingga ada sedikit kesalahan
kesalahan lanjutan dalam pengeplotan
4. Kurang jelasnya informasi yang terdapat di tepi foto udara seperti nivo kotak, jam
penunjuk waktu pemotretan, dan altimeter
5. Kekeliruan dalam penggabungan kedua titik pada tongkat paralaks dengan gambar
titik di kertas gambar foto udara
6. Ketidaktelitian penempatan titik atas , titik tengah, dan titik bawah pada titik yang
akan dihitung ketinggiannya
7. Tidak jelasnya titik yang terdapat pada kaca tongkat paralaks / samar-samar yang
menyebabkan kesulitan saat pengamatan gambar
8. Kesalahan pada saat merekatkan gambar, bergesernya gambar
Raudhatul J