Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Laporan Planimeter Dan Stereoskop Baru

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PLANIMETER

1.1 Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengenal alat Planimeter dan dapat menggunakannya dalam bidang ilmu
sipil.
2. Mnentukan luas dengan cara mekanis grafis menggunakan Planimeter.

1.2. Dasar Teori

Planimeter adalah alat untuk menentukan luas dengan cara mekanis grafis.
Pada laboratorium ukur jenis tanah ini terdiri dari dua bagian utama yaitu: Roller,
dan Main Body.
Kedua bagian ini di hubuingkan oleh sendi yang memungkinkan main body bebas
bergeser pada bidang gambar. Pada main body ini terdapat sebuah tracer arm, display,
function key, integrating wheel dan encorder yang berfungsi untuk merekam pulsa dari
lintasan gambar yang di telusuri, untuk kemudian secara digital dicatat dan dihitung oleh
Planimeter. Pada gambar dapat dilihat nama dari bagian Planimeter digital ini.
Pada lengan Planimeter ini terdapat layar dan function key yang berfungsi untuk
menampilkan hasil hitungan luas dan memasukkan data pada Planimeter ini.
Fungsi dari setiap function key ini akan di jelaskan secara singkat:
ON : Untuk menyalakan Planimeter.
OFF : Untuk mematikan Planimeter.
C / AC : Clear dari all-clear key.
START : Untuk memulai pengukuran dan untuk kembali mengukur setelah
berada dalam keadaan MEMO (mean value measurement).
HOLD : Kunci ini efekti hanya apabila pengukuran aktif/ berjalan untuk
pengukuran kumulatif dan dalam menahan pengukuran untuk
sementara waktu ataupun untuk waktu yang lama.
MEMO : Untuk mengetahui harga luasan yang dihitung dari perhitungan pulsa
ke perhitungan luas yang telah diset satuannya.
AVER : Untuk menghitung harga rata-rata dari hasil pengukuran yang telah
disimpan.
UNIT-1 : Untuk memilih metrik system dan inggris system.
UNIT-2 : Untuk satuan yang dipergunakan setelah memilih system.
SCALE : Untuk memasukkan satuan dan system yang dipilh dalam Planimeter
ini.
RS : Untuk mengkonfirmasi skala yang telah dimasukkan kedalam
system luas.

1.3. Alat-alat Yang Dipergunakan

1. Sebuah Planimeter Digital KP-90 N


2. Alat-alat tulis
3. Kalkulator

1.4. Cara Pelaksanaan Pengukuran

1. Tempatkan gambar yang akan dicari luasnya pada bidang permukaan


yang datar.
2. Rekatkanlah sisi kertas gambar tersebut pada bideang dengan
menggunakanb selotip.
3. Letakkan Roller pada posisi yang akan membuat Roller bersudut tepat 90
dengan main body kemudian coba selusuri gambar yang akan diukur
dengan treacer lens dua atau tiga kali sehingga bila ada gerakkan yang
tidak nyaman dari Planimeter ini dapat diketahui dan diubah
kedudukannnya.
4. Nyalakan Planimeter dengan menekan tombol ON.
5. Pilih system dan satuan yang akan dipergunakan dengan memencet
tombol UNIT-1 dan UNIT-2.
6. Set skala yang akan dipergunakan menggunakan perbandingan misalnya :
100, 1:200, atau dapat ditulis 1:X dengan memasukkan harga X, setelah
itu tekan SCALE.
7. Untuk memastikan kebenaran skala tersebut tekan tombol RS.
8. Letakkan Traccer Point pada gambar yang telah diberi tanda sebagai
tempat mulainya pengukuran. Sebaliknya traccer Point diletakkan pada
titik tengah dari sisi sebelah kiri pada garis kurva yang akan diselusuri.
Harus diingat bahwa planimeter ini harus digerakkan searah jarum jam.
Setelah itu tekan START.
9. Selusuri gambar tersebut sampai traccer point pada titik pertama kali
mulai. Tekan MEMO lalu catat harga yang tertulis pada layar Planimeter.
10. Setelah itu mulai lagi selusuri gambar tersebut dengan menekan tombol
START.
11. Lakukan sebanyak yang diminta oleh asisten setelah itu tekan tombol
AVER untuk mengetahui harga rata-rata dari luas yang telah diukur.

1.5. Hasil Yang Diperoleh

Dari pengukuran diatas dengan Planimeter digital ini akan langsung didapat luas
dari gambar yang dimaksud. Cobalah bandingkan hasilnya dengan cara analitis.
Hasil Perhitungan :
Nama Mahasiswa Luas
Perbandingan Rata-
(m) Roenaldo Zefanya Danar Ekka Indra Steven rata (m)
I 752,000 757,000 747,000 770,000 757,000 750,000 755500
% 0.463269 0.198544 1.125083 1.919259 0.198544 0.727995
II 379,000 374,000 408,000 383,000 387,000 386,000 386166.7
% 2.4054 0.2839 1.2591 0.2839 1.8971 2.1659
III 136,000 149,000 149,000 158,000 150,000 148,000 148333.3
% 2.4989 6.8505 2.4989 9.1782 7.5648 0.0956
Total 1,267,000 1,280,000 1,304,000 1,311,000 1,294,000 1,284,000 1290000

LuasTotal LuasTeorit is
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
LuasTeorit is

1. Nama : Roenaldo Maryanto Go


NIM : 325140002
Wilayah 1
ax
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
x
752,000 755500
= x100%
755500
= 0.463269 %
Wilayah 2
379,000 386166.7
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
386166.7
= 1.855848 %
Wilayah 3
136,000 148333.3
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
148333.3
= 8.314607%

2. Nama : Zefanya Sacharissa


NIM : 325140067
Wilayah 1
bx
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
x

757000 755500
= x100%
755500

= 0.198544 %
Wilayah 2
374,000 386166.7
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
386166.7

= 3.150626 %
Wilayah 3
149,000 148333.3
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
148333.3
= 0.449438%

3. Nama : Alida Danar Saputera


NIM : 325130051

Wilayah 1
cx
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
x
747000 755500
= x100%
755500

= 1.125083 %
Wilayah 2
408,000 386166.7
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
386166.7

= 5.65386%

Wilayah 3
149,000 148333.3
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
148333.3
= 0.449438%
4. Nama : Ekka Kozaly
NIM : 325130
Wilayah 1
dx
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
x

770000 755500
= x100%
755500

= 1.919259 %
Wilayah 2
383,000 386166.7
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
386166.7

= 0.820026 %
Wilayah 3
158.000 148333.3
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
148333.3
= 6.516854%

5. Nama : Indra Jaya Pangestu


NIM : 325130042
Wilayah 1
ex
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
x
757000 755500
= x100%
755500

= 0.198544 %
Wilayah 2
387,000 386166.7
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
386166.7

= 0.215796 %
Wilayah 3
150,000 148333.3
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
148333.3
= 1.123596%
6. Nama : Steven Long
NIM : 3251300013
Wilayah 1
f x
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
x

750000 - 755500
= x100%
755500

= 0.727995%
Wilayah 2
386,000 386166.7
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
386166.7

= 0.043159 %
Wilayah 3
148,000 148333.3
Persentase ( %) Kesalahan = x100%
148333.3
= 0.224719%

Kesimpulan
1. Penghitungan luas suatu wilayah dapat dilakukan dengan cara mekanis
menggunakan planimeter.
2. Pengukuran bagian 1,2 dan 3 dilakukan lebih dari satu kali agar mendapatkan
hasil yang lebih akurat.
3. Pengukuran akan semakin lebih tepat jika skala peta yang digunakan semakin
besar.
4. Luas dalam percobaan ini hanya mendekati hasil aslinya karena ketidaktelitian
dalam menggunakan alat dan tidak terdapatnya skala pada peta
5. Hasil yang didapat antara praktikan 1 dengan yang lainnya berbeda-beda
sehingga diperlukan perhitungan hasil rata-rata dari setiap perhitungan untuk
menentukan luas suatu wilayah tertentu
6. Hasil antarpercobaan pada umumnya menunjukan perbedaan angka yang tidak
terlalu jauh/besar
7. Berdasarkan data praktikum didapat hasil bahwa:
- luas rata-rata bagian 1 adalah 1,29227 m
- luas rata-rata bagian 2 adalah 2,208991875 m
- luas rata-rata bagian 3 adalah 1,703075 m

Faktor Kesalahan
1. Ketidaktelitian pengamat ketika membidik target
2. Kecerobohan sehingga meja tergeser
3. Ketebalan garis tepi peta yang lebih besar dari titik bidik sehingga terjadi kekeliruan
menentukan batasan terluar peta yang akan diukur
4. Kurang luasnya meja yang digunakan ketika praktikum sehingga pergerakan
planimeter terbatas sehingga terjadi penyimpangan pada saat pengukuran
5. Kecerobohan yang menyebabkan meja tempat kita menggunakan planimeter bergeser
sehingga mempengaruhi pergerakan planimeter

BAB II
STEREOSCOPE

3.1. Maksud dan Tujuan


Menentukan tinggi titik-titik pada foto udara menggunakan alat stereoscope cermin
dan tongkat paralaks melalui pengukuran selisih paralaks antara dua titik pada foto udara
tersebut.
3.2. Dasar Teori
Jika seseorang melihat secara simultan pada dua buah foto yang dihasilkan dari
suatu pemotretan dengan objek yang sama, akan tetapi berbeda pada posisi pemotretannya
dimana setiap mata melihat suatu foto, maka orang itu akan dapat melihat gambar atau foto
tersebut secara tiga dimensi.
A & B sudut paralaksisi = Sudut yang
dibentuk oleh potongan sumbu-sumbu
mata. A > B, maka dA < DB, atau
sebaliknya.
dA dB = jarak-jarak sutau objek jika
dilihat dengan mata.
Bmt = baris mata

Dari pandangan tiga dimensi, kita dapat menduga jarak atau kedalaman.
Foto yang dapat dilihat secara tiga dimensi (stereoskopis) adalah dua buah foto
yang saling bertempelan dari dua buah pemotretan.
TU = Titik utama = titik perpotongan
diagonal foto.
B = Basis udara
= Jarak TU1, dan TU2 saat
pemotretan.
B = Basis foto
Hr = Tinggi terbang rata-rata

Yang dapat dilihat secara stereoskopis adalah daerah yang bertempelan.


b = jarak TU1 dan TU2
b = jarak TU1 dan TU2
b = (b + b)/2
Skala foto = f / Hr = b / B
Stereoskope adalah alat yang diciptakan untuk membantu dalam melihat sepasang
foto yang sebagian bertempelan secara tiga dimensi.

Jenis stereoscope ada dua yaitu :


Stereoscope saku
Stereoscope cermin

Stereoscope saku tidak banyak kegunaannya, antara lain hanya digunakan untuk :
Mengetes penglihatan stereo seseorang
Melihat sebagian kecil dari daerah yang stereoskopis

Sedangkan stereoskope cermin penggunaannya lebih luas antara lain dengan


diperlengkapi tongkat paralaks maka kita dapat mengamati paralaks sebuah titik yang
terletak pada daerah yang stereoskopis dan juga dapat menghitung selisih paralaks meter
antara dua titik kemudian dapat dihitung beda tinggi antara dua titik tersebut atau lebih.
Arti paralaks dipandang dari geometrisnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sebuah titik pada tanah terpotret oleh sebuah pesawat udara pada posisi
pemotretan (1) dan pada posisi pemotretan (2). Maka pada bidang fotonya, titik A akan
nampak menjadi titik a pada posisi pemotretan (1) dan titik a pada posisi pemotretan
(2).
Kalau dibuat garis S2a // S1a, maka : TU2a = TU1a.
Paralaks tinggi A = PA = aTU2 + TU2a
Jadi PA = aa
Untuk mengukur besarnya paralaks titik menggunakan tongkat paralaks, tongkat
paralaks tersebut dilengkapi oleh dua buah kaca yang di dalamnya terdapat titik yang
dinamakan titik apung (Floating mark).
Untuk setiap pengamatan paralaks sebuah titik, maka kedua titik apung tersebut
harus nampak menjadi satu.
Dengan terlihat titik apung menjadi satu, berarti titik apung tersebut sudah berada
pada titik yang diamati (pada tanah).
Jika titik apung tersebut masih kelihatan dua, ini berarti tidak pada tanah, tetapi
mungkin berada di atas tanah atau di bawah tanah.

K = Konstan (atau jarak antara dua foto)


XA = Jarak antara titik a pada foto 1 dan foto 2
MA = Bacaan tongkat paralaks pada titik A
L = Panjang tongkat paralaks pada saat bacaan = nol
HASIL PERHITUNGAN STEREOSCOPE

Data data
Skala foto : F / hr hr 0.21 5000 1050 m
H : hr h 100 45 1095 m
Diketahui tinggi titik 1 di atas datum (h1) = 64 m
Tinggi terbang di atas datum (H) = 1095 m
Tinggi rata-rata daerah yang dipotret (h) = 45 m
Basis foto kiri b = 84 mm
Basis foto kanan b = 83 mm
Panjang fokus lensa = 210 mm
Skala foto = 1 : 5000

Perhitungan :
1. Tinggi titik 2 (h2) di atas datum :

b'b"
Jawab : b
2
b.hr
P1 P12 m1 m2 P2 P1 ( P12 )
h h1

P12
2. Jadi = h12 h1 h2 ( H h1 ) h2 h1 h12
P1

3. Tinggi titik 3 (h3) di atas datum :


P31 = m1- m3 P3 = P1 + P31 h31 = h3 h1

P31
P31 h3 h1 P3 (h h1 ) h3 h1 h31
P3
Hasil Perhitungan :
1. Nama : Wiwin Sadikin
NIM : 325130114

Bacaan tongkat paralaks:

NO TITIK ' + RATA-RATA


A 11,7 11,8 12,5 12 (m1)
% 0 0 0
B 13,6 14.35 15.25 14.4 (m2)
% 0 0 0
C 13.05 13.1 13.85 13.33 (m3)
% 0 0 0

Perhitungan:

1. Tinggi titik 2 (h2) di atas datum:


b , b ,, 84 83
Jawab: b = mm 83.5mm
2 2
b.hr 83.5 X 1050
P1 mm 85.039mm
H h1 1095 64
P12 m2 m1 14.4 12 2.4mm
P2 P1 ( P12 )
= (85.039 +2.4) mm = 87.439 mm
P12
2. Jadi, h12 = h1 h2 = (H- h1 )x
P1
2.4
=(1095-64) x = 28.2986 m
87.439
h2 = h1 + h12 =(64 + 28.2896)m = 92.2986 m

3. Tinggi titik 3 (h3) diatas datum:


P13 = m3-m1
= 13.33 12 = 1.33 mm
P3 P1 P13
= ( 85.039 + 1.33)mm
= 86.369 mm
P13
h31 = h3 h1 = (H- h1 )x
P3
1.33
= (1095-64) x
86.369
= 15.8764 m

h3 = h1 + h31
= (64 + 15.8764) m
= 79.8764 m

2. Nama : Gerry Phandry


NIM : 325130067

Bacaan tongkat paralaks:

NO TITIK ' + RATA-RATA


A 13.8 13.6 14 13.8 (m1)
% 0 0 0
B 12.4 11.8 12.85 12.35(m2)
% 0 0 0
C 13.8 13.9 13.95 13.88 (m3)
% 0 0 0
Perhitungan:

1. Tinggi titik 2 (h2) di atas datum:


b , b ,, 84 83
Jawab: b = mm 83,5mm
2 2
b.hr 83,5 X 1050
P1 mm 85,039mm
H h1 1095 64
P12 m2 m1 12.35 - 13.8 1.45mm
P2 P1 ( P12 )
= (85,039 -1.45) mm = 83.589mm

P12
2. Jadi, h12 = h1 h2 = (H- h1 )x
P1
1.45
=(1095-64) x 85,039 =-17.5796 m
h2 = h1 + h12 = (64-17.5796)m =46.4204m

3. Tinggi titik 3 (h3) diatas datum:


P13 = m3-m1
= 13,88-13.8 = 0,08 mm
P3 P1 P13
= (85,039+0,08)mm
= 85,047 mm

P13
h31 = h3 h1 = (H- h1 )x
P3
0,08
= (1095-64) x 85,047
= 0,9698 m
h3 = h1 + h31
= (64 + 0,9698) m
= 64,9698

3. Nama : Jono Syafei


NIM : 325130051

Bacaan tongkat paralaks:

NO TITIK ' + RATA-RATA


A 10,98 10,7 10,03 10,57 (m1)
% 0 0 0
B 12,15 11,75 11,5 11,8 (m2)
% 0 0 0
C 15,52 15,23 14,7 15,15(m3)
% 0 0 0

Perhitungan:

1. Tinggi titik 2 (h2) di atas datum:


b , b ,, 84 83
Jawab: b = mm 83,5mm
2 2
b.hr 83,5 X 1050
P1 mm 85,039mm
H h1 1095 64
P12 m2 m1 11.8 10,57 1,23mm
P2 P1 ( P12 )
= (85,039 +1.23) mm = 86,269 mm
P12
2. Jadi, h12 = h1 h2 = (H- h1 )x
P1
1,23
=(1095-64) x 86,269 = 14,6997 m
h2 = h1 + h12 =(64 + 14,6977)m = 78,6977 m

3. Tinggi titik 3 (h3) diatas datum:


P13 = m3-m1
= 15,15-10,57 = 4,58 mm

P3 P1 P13
= (85,039+4.58)mm
= 89,619 mm
P13
h31 = h3 h1 = (H- h1 )x
P3
4,58
= (1095-64) x 89,619
= 52,6895 m
h3 = h1 + h31
= (64 + 52,6895) m
= 116,6895 m

4. Nama : Ardy
NIM : 325130001

Bacaan tongkat paralaks:

NO TITIK ' + RATA-RATA


A 16.45 16.8 16.7 16.65 (m1)
% 0 0 0
B 15.85 16.25 16.7 16.27 (m2)
% 0 0 0
C 13.25 13.1 13.7 13.35 (m3)
% 0 0 0

Perhitungan:

1. Tinggi titik 2 (h2) di atas datum:


b , b ,, 84 83
Jawab: b = mm 83,5mm
2 2
b.hr 83,5 X 1050
P1 mm 85,039mm
H h1 1095 64
P12 m 2 m1 19 19 0mm 16.27 16.65 =-0.38 mm
P2 P1 ( P12 )
= (85,039 -0.38) mm = 85.001 mm
P12
2. Jadi, h12 = h1 h2 = (H- h1 )x
P1
=(1095-64) x (-0.38 : 85.001) = -4.609 m
h2 = h1 + h12 =(64 4.069)m = 59.3909 m

3. Tinggi titik 3 (h3) diatas datum:


P13 = m3-m1
= 13.35 16.27 = -2.92 mm
P3 P1 P13
= (85,039-2.92)mm
= 82.119 mm
P13
h31 = h3 h1 = (H- h1 )x
P3
= (1095-64) x (-2.92 : 82.119)
= -36.6605 m
h3 = h1 + h31
= (64 - 36.6605) m
= 27.3395 mm

5. Nama : Daniel
NIM : 3251300

Bacaan tongkat paralaks:

NO TITIK ' + RATA-RATA


A 8,6 8,45 8,9 8,65 (m1)
% 0 0 0
B 7 7,5 6,8 7,1 (m2)
% 0 0 0
C 7,5 7,15 7,65 7,43 (m3)
% 0 0 0

Perhitungan:

1. Tinggi titik 2 (h2) di atas datum:


b , b ,, 84 83
Jawab: b = mm 83,5mm
2 2
b.hr 83,5 X 1050
P1 mm 85,039mm
H h1 1095 64
P12 m2 m1 36,05 28,04 8,01mm 7,1 8,65 = -1,55mm
P2 P1 ( P12 )
= (85,039 +-1,55) mm = 83.489 mm

P12
2. Jadi, h12 = h1 h2 = (H- h1 )x
P1
=(1095-64) x (-1,55 : 83,489) = -19.1408 m
h2 = h1 + h12 = (64-19,1408)m = 44,8592 m

3. Tinggi titik 3 (h3) diatas datum:


P13 = m3-m1
= 7,43 8,65 = -1,22 mm
P3 P1 P13
= (85,039-1,22)mm
= 83,819 mm
P13
h31 = h3 h1 = (H- h1 )x
P3
= (1095-64) x (-1,22 : 83,819)
= -15,0064 m
h3 = h1 + h31
= (64 15,0064) m
= 48,9936m
6. Nama : Gustam
NIM : 325130013

Bacaan tongkat paralaks:

NO TITIK ' + RATA-RATA


A 11,375 11,25 11,325 11,317 (m1)
% 0 0 0
B 15,35 15,65 15,43 15,477 (m2)
% 0 0 0
C 21,55 2,57 21,22 21,447 (m3)
% 0 0 0

Perhitungan:

1. Tinggi titik 2 (h2) di atas datum:


b , b ,, 84 83
Jawab: b = mm 83,5mm
2 2
b.hr 83,5 X 1050
P1 mm 85,039mm
H h1 1095 64
P12 m 2 m1 19 19 0mm 15,477 11,317 = 4,16 mm
P2 P1 ( P12 )
= (85,039 + 4,16) mm = 89,199 mm
P12
2. Jadi, h12 = h1 h2 = (H- h1 )x
P1
=(1095-64) x (4,16 : 89,199) = 48,0831 m
h2 = h1 + h12 =(64 + 48,0831)m = 112,0831 m

3. Tinggi titik 3 (h3) diatas datum:


P13 = m3-m1
= 21,447 11,317 = 10,13 mm
P3 P1 P13
= (85,039+10,13)mm
= 95,169 mm
P13
h31 = h3 h1 = (H- h1 )x
P3
= (1095-64) x (10,13 : 95,169)
= 109,7419 m
h3 = h1 + h31
= (64 + 109,7419) m
= 173,7419 m

7. Nama : Adi Santoso


NIM : 325130092

Bacaan tongkat paralaks :

NO TITIK O . + RATA-RATA
A 17.7 18.2 17.75 17.88 (m1)
% 0 0 0
B 17.72 18.3 18.6 18.21 (m2)
% 0 0 0
C 18.45 18.87 19.15 18.82 (m3)
% 0 0 0

Perhitungan:

1. Tinggi titik 2 (h2) di atas datum:


b , b ,, 84 83
Jawab: b = mm 83,5mm
2 2
b.hr 83,5 X 1050
P1 mm 85,039mm
H h1 1095 64
P12 m 2 m1 19 19 0mm 18.21 17.88 = 0,33 mm
P2 P1 ( P12 )
= (85,039 + 0,33) mm = 85,342 mm
P12
2. Jadi, h12 = h1 h2 = (H- h1 )x
P1
=(1095-64) x (0,33 : 85,342) = 3,9867 m
h2 = h1 + h12 =(64 + 3.9867)m = 67,9867 m

3. Tinggi titik 3 (h3) diatas datum:


P13 = m3-m1
= 18.82 17.88 = 0,94 mm
P3 P1 P13
= (85,039+0,94)mm
= 85.979 mm
P13
h31 = h3 h1 = (H- h1 )x
P3
= (1095-64) x (0,94 : 85,979)
= 11.2718 m
h3 = h1 + h31
= (64 + 11.2718) m
= 75.2718m

8. Nama : Raudhatul Jannah


NIM : 325130121
Bacaan tongkat paralaks :
O
NO TITIK . + RATA-RATA
A 8.15 9.46 8.29 8.63 (m1)
% 0 0 0
B 10.86 9.28 10.35 10.16 (m2)
% 0 0 0
C 9.35 9.36 10.5 9.74 (m3)
% 0 0 0

Perhitungan:

1. Tinggi titik 2 (h2) di atas datum:


b , b ,, 84 83
Jawab: b = mm 83,5mm
2 2
b.hr 83,5 X 1050
P1 mm 85,039mm
H h1 1095 64
P12 m 2 m1 19 19 0mm 10.16 8.63 = 1.53 mm
P2 P1 ( P12 )
= (85,039 + 1.53) mm = 86.569 mm
P12
2. Jadi, h12 = h1 h2 = (H- h1 )x
P1
=(1095-64) x (1.53 : 86.569) = 18.2216 m
h2 = h1 + h12 =(64 + 18.2216)m =82.2216 m

3. Tinggi titik 3 (h3) diatas datum:


P13 = m3-m1
= 9.74 8.63 = 1.11 mm
P3 P1 P13
= (85,039+1.11)mm
= 86.149 mm
P13
h31 = h3 h1 = (H- h1 )x
P3
= (1095-64) x (1.11 : 86.149)
= 13.2841m
h3 = h1 + h31
= (64 + 13.2841) m
= 77.2841 m
Kesimpulan

1. Cahaya yang cukup sangat diperlukan dalam penggunaan stereoscope agar dapat
mengamati peta dengan tepat
2. Pengukuran titik dilakukan lebih dari 1 kali agar mendapatkan data yang lebih akurat
3. Kemampuan penglihatan praktikan sangat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh
saat menggunakan stereoscope
4. Setereoscope mempermudah mengetahui kondisi geologi suatu daerah yang kita amati
tanpa bantuan maket penampang kontur
6. Kefokusan mata pada alat stereoscope sangat berpengahruh terutama saat
menyamakan gambar titik dengan mata kiri dan kanan agar menjadi satu titik yang
tepat
7. Identifikasi obyek yang tidak benar akan mempengaruhi hasil interpretasi
8. Dari hasil interpretasi makan nantinya akan dibuat peta tutupan lahan
9. Berdasarkan hasil praktikum didapat hasil :
- rata-rata tinggi titik 2 adalah 92,884325
- rata-rata tinggi titik 3 adalah 99,972

Faktor Kesalahan

1. Pencahayaan yang kurang fokus terhadap lensa alat, sehingga ketajaman resolusinya
kurang baik
2. Bergeraknya tumpuan dibawah alat sehingga menyebabkan bacaannya berubah
3. Adanya fokus mata personal kelompok yang berbeda sehingga ada sedikit kesalahan
kesalahan lanjutan dalam pengeplotan
4. Kurang jelasnya informasi yang terdapat di tepi foto udara seperti nivo kotak, jam
penunjuk waktu pemotretan, dan altimeter
5. Kekeliruan dalam penggabungan kedua titik pada tongkat paralaks dengan gambar
titik di kertas gambar foto udara
6. Ketidaktelitian penempatan titik atas , titik tengah, dan titik bawah pada titik yang
akan dihitung ketinggiannya
7. Tidak jelasnya titik yang terdapat pada kaca tongkat paralaks / samar-samar yang
menyebabkan kesulitan saat pengamatan gambar
8. Kesalahan pada saat merekatkan gambar, bergesernya gambar

Raudhatul J

Anda mungkin juga menyukai