Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Keruing

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Keruing
Pohon muda
Ilustrasi keruing gunung (Dipterocarpus retusus)
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo: Malvales
Famili: Dipterocarpaceae
Subfamili: Dipterocarpoideae
Genus: Dipterocarpus
C.F.Gaertn.
Spesies

lihat pada teks.

Keruing atau Dipterocarpus adalah genus pepohonan penghasil kayu pertukangan yang berasal dari keluarga Dipterocarpaceae. Marga ini memiliki sekitar 70 spesies yang menyebar terutama di Asia Tenggara; mulai dari India dan Srilanka di barat, melalui Burma, Indocina dan Cina bagian selatan, Thailand, hingga ke kawasan Malesia bagian barat.[1] Di wilayah Malesia, keruing tersebar di hutan-hutan Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan, Filipina, Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa. Jadi umumnya tidak melewati garis Wallace, kecuali yang ditemukan di Lombok dan Sumbawa.[1]

Tumbuhan ini merupakan komponen yang penting dari hutan dipterokarpa. Nama ilmiahnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti buah yang bersayap dua (di: dua; pteron: sayap; karpos: buah).

Keruing umumnya berupa pohon sedang sampai besar, dengan ketinggian tajuk mencapai 65m dan batang lurus, bulat gilig, gemangnya sering lebih dari 150cm hingga 260 cm.[1] Batang dan ranting mengeluarkan resin apabila dilukai, kadang-kadang amat berlimpah.

Ranting-ranting berambut, kasar atau halus, dengan bekas melekatnya daun penumpu yang tampak jelas. Daun-daun berseling, tunggal, seperti jangat, sangat bervariasi dalam ukuran, dengan urat daun sekunder menyirip lurus jelas terlihat di sisi bawah daun. Helaian daun menggelombang dan melipat di antara urat daun sekunder. Daun penumpu besar, lebar, sedikit menebal, lekas gugur.[1][2]

Perbungaan tunggal atau dalam tandan pendek yang bercabang. Bunga besar, aktinomorf, berkelamin 2; daun kelopak 5 helai, tidak gugur, menyatu menjadi tabung yang membungkus bakal buah, dua taju di antaranya panjang atau semuanya pendek.[1]

Buah geluk berukuran besar, terbungkus kelopak, sering dengan pelebaran tabung kelopak serupa sayap sempit atau gigir membujur di sisi luar, lima buah. Taju atau cuping kelopak di ujung buah membentuk dua sayap yang besar dan tiga taju kecil serupa telinga, atau lima taju kecil-kecil.

Keruing tumbuh dalam hutan perawan (primer) pada pelbagai habitat dari permukaan laut hingga ketinggian 1.500 m dpl. Sebagian besar jenisnya tumbuh tersebar, akan tetapi beberapa spesiesnya kerap ditemukan berkelompok atau hidup pada habitat yang khas. Misalnya D. oblongifolius di tepi sungai yang berarus deras, D. elongatus di tanah endapan tepi sungai, D. borneensis di tanah gambut di atas pasir putih, D. gracilis di wilayah beriklim musim, dan beberapa jenis lain yang berspesialisasi tumbuh di punggung-punggung bukit.[2]

Seperti halnya meranti, keruing juga mengalami musim perbungaan raya. Pada musim-musim itu, yang berlangsung beberapa tahun sekali, pohon-pohon keruing berbunga dan berbuah banyak sekali. Masa berbunga berlangsung beberapa hari saja, dan tiga sampai lima bulan kemudian buahnya telah masak. Buahnya tidak memiliki masa dormansi dan berkecambah di tanah tak lama setelah jatuh dari pohon. Bahkan pada waktu cuaca basah sekali, adakalanya buah berkecambah tatkala masih menempel di rantingnya.[2]

Semai keruing membutuhkan naungan untuk pertumbuhannya, akan tetapi masih cukup terang oleh sinar matahari yang masuk. Kondisi yang optimal bagi pertumbuhan berbeda-beda untuk setiap jenisnya, tetapi berkisar pada naungan 40 – 70%.[1]

Pemanfaatan

[sunting | sunting sumber]

Marga ini juga penting untuk produksi kayunya, walaupun tidak sepenting Shorea. Keruing menghasilkan kayu bangunan umum, baik untuk konstruksi menengah maupun berat. Hampir semua jenis kayu keruing mempunyai struktur, warna, kekuatan dan keawetan yang serupa.[2] Oleh sebab itu, semuanya digolongkan ke dalam kelompok kayu perdagangan yang sama, yakni keruing. Meskipun demikian, karena variasi yang tinggi dalam kerapatan kayunya, kadang-kadang keruing dibedakan lagi atas subkelompok keruing ringan, menengah-berat, dan berat.[1]

Kayu keruing berkisar dari ringan (BJ 0,51) sampai dengan berat sekali (BJ 1,01), dengan sifat kayu yang agak keras hingga keras. Kayu keruing termasuk kuat (kelas kuat I-II) dan cukup awet (kelas awet III).[2] Jika tidak diawetkan, kayu ini kurang tahan untuk pemakaian yang berhubungan dengan tanah, sehingga umumnya digunakan untuk keperluan interior seperti kusen pintu dan jendela, tiang, tangga, dan panel kayu lainnya.[1]

Setelah diawetkan, keruing cocok untuk penggunaan konstruksi berat di luar ruangan, seperti tiang listrik atau telepon, pilar, pagar, bantalan rel kereta api, pembuatan kapal, dan dermaga. Pada umumnya kayu keruing mudah dan cepat menyerap zat pengawet seperti kreosot atau campuran pengawet dasar tembaga kromium-arsen. Keruing yang diawetkan tahan hingga 20 tahun dalam penggunaan.[1]

Kandungan resin dan silika yang tinggi dalam kayu keruing agak menyulitkan penggergajian. Namun setelah dikeringkan, kayu keruing mudah dikerjakan dan dibentuk. Keruing agak sukar dikeringkan karena nilai penyusutannya yang tinggi; dari keadaan segar ke kering tanur mencapai 7,0% di arah radial dan 13,5% di arah tangensial. Sehingga apabila tidak hati-hati mengeringkannya, kayu ini mudah melengkung, pecah atau belah di ujungnya.[1]

Di samping penggunaannya sebagai panel kayu, keruing juga secara luas dimanfaatkan untuk membuat venir dan kayu lapis. Kayu ini juga cukup baik untuk membuat papan partikel, harbor, serta sebagai bahan bubur kayu untuk pembuatan kertas. Secara lokal, kayu keruing juga digunakan untuk membuat arang.[1]

Seperti telah disebutkan, keruing merupakan salah satu jenis terpenting dalam ekspor kayu Asia Tenggara sesudah meranti. Pada tahun 1987 Indonesia mengekspor keruing bercampur kapur (Dryobalanops spp.) sebanyak 213 ribu m³ senilai US$ 39 juta, yang meningkat pada 1989 menjadi 463 ribu m³ (lk. US$ 99 juta). Dari jumlah itu, sekitar 82% adalah kayu keruing.[1]

Minyak dan resin

[sunting | sunting sumber]

Semua jenis keruing juga menghasilkan semacam oleoresin yang dikenal sebagai minyak keruing atau minyak lagan;[2] akan tetapi hanya beberapa jenis saja yang mampu berproduksi dalam jumlah yang berarti untuk perdagangan. Secara lokal minyak ini digunakan untuk memakal (mendempul) perahu, sebagai pernis perabotan rumah atau dinding, serta obat luka atau sakit kulit tertentu. Minyak keruing banyak diproduksi oleh Thailand, yang pada tahun 1984 menghasilkan hingga 1,7 juta liter.[1]

Resin yang lebih kental dari keruing dikenal dengan nama umum damar. Untuk memperoleh damar, batang keruing dilubangi hingga mencapai kayu terasnya dan mengeluarkan cairan resin yang akan berkumpul di sudut-sudut lubang itu, yang dalam beberapa hari akan mengeras menjadi damar. Setelah gumpalan damar diambil, secara berkala lubang-lubang itu dibakar untuk merangsang kembali keluarnya resin. Beberapa jenis yang menghasilkan damar bermutu baik, di antaranya D. cornutus (tampudau), D. crinitus (tampurau), D. grandiflorus (keruing gajah), dan D. hasseltii (palahlar).[2]

Ragam jenis dan penyebaran

[sunting | sunting sumber]

Pusat penyebaran keruing terutama adalah wilayah barat Malesia, mulai dari Semenanjung Malaya, Sumatra dan Kalimantan. Di wilayah Indonesia, sejauh ini tercatat 38 spesies keruing, terutama menyebar di kedua pulau yang telah disebutkan. Di Jawa dan Nusa Tenggara bagian barat hanya didapati 4 spesies, dan sudah hampir punah.

Berikut adalah daftar yang belum lengkap dari spesies-spesies keruing, disusun menurut abjad. Nama-nama Indonesia terutama menurut Kartawinata (1983), nama-nama daerah menurut Soerianegara dan Lemmens (2002).

Nama ilmiah Nama Indonesia Penyebaran Nama-nama lokal
Dipterocarpus acutangulus Vesque Keruing beludu Semenanjung Malaya, Kep. Lingga dan Riau, serta bagian utara Kalimantan mandurian putih, resak lebar daun, sagelam (Kaltim)
Dipterocarpus alatus Roxb. ex G.Don Keruing daun besar Birma, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, dan Filipina  
Dipterocarpus applanatus v. Slooten Keruing arong Endemik di Kalimantan kekalup, lasang (Kaltim), keruing daun besar (Sabah)
Dipterocarpus baudii Korth. Mara keluang Birma, Thailand, Vietnam, Kamboja, Sem. Malaya, Sumatra lagan sanduk (Smt.), keruing bulu, keruing dadeh, damar minyak (Mly.)
Dipterocarpus borneensis v. Slooten Keruing sindur Sumatra, Kalimantan keruing daun halus, awang buah (Kaltim), tempudau (Kalsel), resak kerangas (Iban)
Dipterocarpus bourdilloni
Dipterocarpus caudatus Foxw. Ladan Sem. Malaya, Sumatra (Aceh), Kalimantan (Brunei, Sarawak, Sabah), Filipina keruing gasing, keruing deran
Dipterocarpus caudiferus Merr. Andri Endemik di P. Kalimantan keruing anderi, keruing kutai (Kaltim), keruing puteh (Mal.)
Dipterocarpus chartaceus Sym. Keruing kertas Sem. Malaya (Thailand dan Malaysia) keruing bulu, getah
Dipterocarpus cinereus v.Slooten Lagan bras Endemik di P. Musala, Sumatera Utara  
Dipterocarpus concavus Foxw. Keruing jantung P. Singkep, Sem. Malaya bagian utara  
Dipterocarpus confertus v.Slooten Keruing pungguh Endemik di P. Kalimantan (Kaltim, Sabah dan Sarawak) kerubang tudang, keruing tempurung (Kaltim)
Dipterocarpus conformis v.Slooten Keruing buah Sumatra dan Kalimantan lagan sanduk (Smt.)
Dipterocarpus coriaceus Slooten Kadan Semenanjung Malaya, Riau, Kalimantan Barat, dan Serawak.  
Dipterocarpus cornutus Dyer Tampudau Sem. Malaya, Sumatra (Aceh, Sumut), Kalimantan (Kalsel, Kaltim) akas, keruing gajah, keruing gombang
Dipterocarpus costatus Gaertn.f. Keruing bukit Birma, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Sem. Malaya  
Dipterocarpus costulatus v.Slooten Keruing pekat Sem. Malaya, Sumatra bag. timur, Kalimantan Timur bag. utara keruing bajan, keruing ladan, keruing kipas
Dipterocarpus crinitus Dyer Tampurau Thailand, Sem. Malaya, Sumatra, Kalimantan keruing mempelas, keruing bulu, amperok, mara keluang
Dipterocarpus cuspidatus
Dipterocarpus dyeri Pierre Keruing etoi Birma, Thailand, Kamboja, Vietnam, Sem. Malaya  
Dipterocarpus elongatus Korth. Keruing pasir Sem. Malaya, Sumatra bag. timur, Kep. Lingga dan Anambas, Kalimantan (Kalbar, Kaltim, Sarawak) keruing tempudau, keruing latek
Dipterocarpus eurynchus Miq. Keruing senium Sem. Malaya, Sarawak, Brunei, Filipina bag. selatan, Sumatra (Aceh, Singkep dan Bangka) keruing minyak, keruing baran, keruing padi
Dipterocarpus fagineus Vesque Keruing pipit Sem. Malaya, Kep. Riau dan Lingga
Dipterocarpus fusiformis
Dipterocarpus geniculatus Vesque Keruing belimbing Endemik di P. Kalimantan (Kalbar, Serawak, dan Sabah bagian timur) keruing kerubong, keruing guntang, keruing tangkai panjang
Dipterocarpus glabrigemmatus
Dipterocarpus glandulosus
Dipterocarpus globosus Vesque Keruing buah bulat Endemik di Kalimantan (Brunei, Serawak, Sabah) keruing bulat
Dipterocarpus gracilis Blume Keladan Birma, Andaman, Thailand, Sem. Malaya, Filipina, Kalimantan, Sumatra, dan Jawa bagian barat keruing keladan, keruing kesat, damar kacawai (Smt.), wuluk bulan (Jabar)
Dipterocarpus grandiflorus (Blanco) Blanco Keruing gajah Andaman, Thailand, Sem. Malaya, Filipina, Sumatra, Karimata, Kalimantan aput (Kalsel), tempudau tunden (Kaltim), lagan bras (Smt.)
Dipterocarpus hasseltii Blume Palahlar Jawa (Jabar, Jateng), Bali, Kalimantan (Kalsel dan Kaltim) keruing bunga, keruing tampudan (Klm.), jempinang (Jw.)
Dipterocarpus hispidus
Dipterocarpus humeratus v. Slooten Keruing minyak Sem. Malaya, Sumatra, Kalimantan Timur jelatong bulan, lagan (Smt.)
Dipterocarpus incanus
Dipterocarpus indicus
Dipterocarpus insignis
Dipterocarpus intricatus Dyer
Dipterocarpus kerrii King Damar minyak Birma, Andaman, Thailand, Sem. Malaya, dan Sumatra lagan beras (Smt.), keruing gondol, keruing cair
Dipterocarpus kunstleri King Lagan Sem. Malaya, Sumatra, Kalimantan, Filipina keruing lagan, lagan laweh daun (Smt.), kambalong (Klm.)
Dipterocarpus lamellatus Hook.f
Dipterocarpus littoralis Blume Lalar Endemik di P. Nusakambangan palahlar, kelahlar (Jw.)
Dipterocarpus lowii Hook.f. Keruing hijau Sem. Malaya, Sumatra, Kalimantan (termasuk Serawak dan Sabah) keruing batu (Smt.), sindur betul (Kalbar), resak butoh biawak (Iban)
Dipterocarpus mundus v.Slooten Kensurai bukit Endemik di hulu S. Kapuas, Kalbar. kamurai, kerosit
Dipterocarpus nudus
Dipterocarpus oblongifolius Blume Laran Thailand, Sem. Malaya, Kalimantan bansurai, ensurai (Kalbar), keruing neram (Mly.)
Dipterocarpus obtusifolius Teijsm. ex Miq. Atoi Birma, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia keruing beludu
Dipterocarpus ochraceus
Dipterocarpus orbicularis
Dipterocarpus pachyphyllus
Dipterocarpus palembanicus v.Slooten Lagan daun halus Sem. Malaya, Sumatra, Kalimantan (Sarawak, Sabah, Nunukan) lagan torop (Sumut), keruing ternek
Dipterocarpus penangianus Foxw.
Dipterocarpus perakensis
Dipterocarpus retusus Blume Keruing gunung Assam (India), Birma, Thailand, Vietnam, Sem. Malaya, Aceh, Jawa bagian barat, Bali, Lombok, Sumbawa palahlar (Sd.), jati olat (Sumbw.)
Dipterocarpus rigidus Ridley Keruing merah Sem. Malaya, Sarawak, Riau, Singkep, Lingga, Anambas keruing likat (Smt.), bayan tuwung (Kalsel), tuyong (Kaltim)
Dipterocarpus rotundifolius Foxw.
Dipterocarpus sarawakensis Brown Keruing layang Sem. Malaya, Brunei, Sarawak, Kalimantan Selatan
Dipterocarpus semivestitus Slooten Murtulang Endemik di Kalimantan Selatan (Marabahan)
Dipterocarpus stellatus Vesque Keruing bulu Kalimantan bagian timur, Sabah dan Serawak
Dipterocarpus sublamellatus Foxw. Lagan batu Sem. Malaya, Sumatra, Kalimantan (Kaltim, Sarawak) lagan buih, masibuk (SMt.), malitan (Kaltim)
Dipterocarpus tempehes v.Slooten Tempehes Endemik di Kalimantan (Kalbar, Kutai, Sarawak, Sabah) keruing tepayan, keruing asam, bayan, bayan uhit, karup (Klm.)
Dipterocarpus tonkinensis
Dipterocarpus tuberculatus Roxb.
Dipterocarpus turbinatus C.F.Gaertn.
Dipterocarpus validus Blume Kambong Kalimantan, Filipina kaladan, keruing kasugoi
Dipterocarpus verrucosus Foxw. ex v.Slooten Keruing ladan Sem. Malaya, Sumatra, Singkep, P. Kalimantan bagian utara keruing beras (Smt.), ariung, bajan daun alus (Klm.)
Dipterocarpus zeylanicus  

Konservasi

[sunting | sunting sumber]

Beberapa spesies termasuk: Dipterocarpus applanatus, Dipterocarpus baudii, Dipterocarpus concavus, Dipterocarpus coriaceus, Dipterocarpus cornutus, Dipterocarpus costulatus, Dipterocarpus crinitus, Dipterocarpus elongatus, Dipterocarpus eurynchus, Dipterocarpus fagineus, Dipterocarpus fusiformis, Dipterocarpus glabrigemmatus, Dipterocarpus globosus, Dipterocarpus gracilis, Dipterocarpus grandiflorus, Dipterocarpus hasseltii, Dipterocarpus kerrii, Dipterocarpus kunstleri, Dipterocarpus littoralis, Dipterocarpus lowii, Dipterocarpus rigidus, Dipterocarpus semivestitus, Dipterocarpus sublamellatus, Dipterocarpus tempehes, dan Dipterocarpus validus termasuk dalam daftar International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) sebagai tanaman terancam punah.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m Soerianegara, I. dan RHMJ. Lemmens (eds.). 2002. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 5(1): Pohon penghasil kayu perdagangan yang utama. PROSEA – Balai Pustaka. Jakarta. ISBN 979-666-308-2. Hal. 171-195
  2. ^ a b c d e f g Kartawinata, K. 1983. Jenis-jenis Keruing. Seri LBN – 28 (SDE – 109) Lembaga Biologi Nasional – LIPI. Bogor. 91 hal.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]