Khuthbah Idul Fitri
Khuthbah Idul Fitri
Khuthbah Idul Fitri
1
Alhamdulillah……, Setiap desir angin yang kami rasa Ya Allah, kami bersyukur atas
nikmat ini. Banyak orang merasa, tetapi kebal.
Alhamdulillah……, Setiap degub dan detak jantung kami Ya Allah, kami bersyukur atas
nikmat ini. Banyak orang hidup, tetapi mati.
Akhirnya Ya Allah, jangan Kau cabut rasa syukur kami ini dari hati kami, yang dapat
membuat kami buta, bebal, tuli dan mati.
Alhamdulillah……, Pagi ini kita memiliki perasaan yang sama, harapan yang sama dan
kegembiraan yang sama. Bukan karena banyaknya makanan di rumah kita, bukan karena
uang kita lebih dari cukup atau bukan pula karena pakaian kita yang baru. Tapi kita
gembira karena berada dalam kesucian jiwa, kebersihan hati, dan kejernihan akal setelah
melaksanakan pengembaraan spiritual di bulan mulia Ramadhan. Ramadhan telah berlalu
ya Allah, sementara RasulMu bersabda pada kami ummat Mu :
ُاْح ُضُرْو ا اْلِم ْنَبَر َفَح َض ْر َنا َفَلَّم ا اْر َتَقى َقاَل َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َع ْن َك ْع ٍب ْبِن ُعْج َر َة
َد َرَج ًة َقاَل آِم ْيَن ُثَّم اْر َتَقى الَّثاِنَيَة َفَقاَل آِم ْيَن ُثَّم اْر َتَقى الَّثاِلَثَة َفَقاَل آِم ْيَن َفَلَّم ا َنَز َل ُقْلَن ا
َياَر ُسْو َل ِهَّللا َقْد َسِم ْعَنا ِم ْنَك اْلَيْو َم َش ْيئًا َم ا ُكَّنا َنْس َم ُعُه َفَقاَل ِإَّن ِج ْبِرْيَل َع َر َض ِلْي َفَقاَل
َبُعَد َم ْن َأْد َر َك َر َم َض اَن َفَلْم ُيْغ َفْر َلُه ُقْلُت آِم ْيَن َفَلَّم ا َرِقْيُت الَّثاِنَيَة َقاَل َبُع َد َم ْن ُذ ِك ْر َت
ِع ْنَد ُه َفَلْم ُيَص ِّل َع َلْيَك َفُقْلُت آِم ْيَن َفَلَّم ا َرِقْيُت الَّثاِلَث َة َق اَل َبُع َد َم ْن َأْد َر َك َأَبَو ْي ِه اْلِكَب ُر
)ِع ْنَد ُه َأْو َأَح َد ُهَم ا َفَلْم ُيْد ِخ َالُه اْلَج َّنَة ُقْلُت آِم ْيَن (رواه الحاكم
Dari Ka’ab bin Ujrah Ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Mendekatlah kalian ke
mimbar!” Lalu kami pun mendekati mimbar itu. Ketika Rasulullah menaiki tangga mimbar yang
pertama, beliau berkata, “Amin.” Ketika beliau menaiki tangga yang kedua, beliau bun berkata,
“Amin.” Ketika beliau menaiki tangga yang keitga, beliau pun berkata, “Amin.” Setelah Rasulullah
Saw turun dari mimbar, kami pun berkata, ‘Ya Rasulullah, sungguh kami telah mendengar dari
engkau pada hari ini, sesuatu yang belum pernah kami mendengar sebelumnya.” Rasulullah Saw
bersabda, “Ketika aku menaiki tangga yang pertama, Jibril muncul dihadapanku dan berkata,
“Celakalah orang yang mendapati bulan Ramadhan yang penuh barakah, tetapi tidak memperoleh
keampunan.’ Maka aku berkata, “Amin.” Ketika aku menaiki tangga yang kedua, Jibril berkata,
“Celakalah orang yang apabila namamu disebut. Dia tidak bersholawat atasmu.” Aku pun berkata,
“Amin.” Ketika aku melangkah ke tangga yang ketiga, Jibril berkata, “Celakalah orang yang
mendapati ibu bapaknya yang telah tua, atau salah satu dari keduanya, tetapi keduanya tidak
menyebabkan orang itu masuk syurga.” Akupun berkata, “Amin.” (HR. Hakim)
2
Tersadar kami bahwa Ramadhan kali ini tersia-siakan. Menangislah untuk Ramadhan yang
telah hilang. Biar butir bening itu jadi saksi penyesalan.
Ramadhan semakin berlari meninggalkan kami. Tarawih, sedekah, tilawah Qur’an, qiyamul
lail, i’tikaf sudah tak mungkin lagi mewarnai hari-hari kami.
Ramadhan telah bergegas pergi, dan kami masih saja belum banyak berbuat…
Sungguh tak ada perpisahan yang tidak menyesakan dada
Dan kini kami hanya Alumnus Universitas Ramadhan, semoga jiwa kami menjadi jiwa-jiwa
yang akan terus bersemangat untuk meneruskan apa-apa yang kami lakukan selama
Ramadhan, menjadi manusia yang menjadikan hari-hari di sebelas bulan esok adalah hari
hari yang berkualitas dalam beribadah dan mampu menjaga stabilitas amal, sampai
kemudian ALLAH menakdirkan untuk bertemu kembali pada Ramadhan berikutnya.
Selamat tinggal Ramadhan, semoga kami mampu menjadi Alumnus Ramadhan yang
mumtaz dan cumlaude
َأَال ِإَّن ِفى اْلَج َسِد ُم ْض َغ ًة ِإَذ ا َص َلَح ْت َص َلَح اْلَج َس ُد ُك ُّلُه َو ِإَذ ا َفَس َد ْت َفَس َد اْلَج َس ُد ُك ُّل ُه
َأَال َو ِهَي اْلَقْلُب
Ingatlah, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, baiklah anggota tubuh
dan apabila ia buruk, buruk pulalah tubuh manusia. Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati (HR.
Bukhari dan Muslim).
Hati adalah persembahan Sang Khalik yang paling suci, indah nan mulia. Dia ada di setiap
insan. Dia akan selalu jujur meski si-empunya jahat lagi kejam. Dia cahaya (Nur) yang
takkan pernah padam, meski gelap menyelimuti.
Wahai saudaraku insan bumi, penuhilah hati ini dengan hembusan sepoi penebar
kesejukan dan kedamaian dengan cinta dan kasih sayang. Jangan relakan hati ini terpolusi
limbah kedengkian, kenistaan, kemunafikan dan kejahatan abadi.
Biarkan ia sebening embun pagi, selembut sutra, dan seputih kapas. Biarkan hati terus
berpijar, menjurai, mengukir dan mendesain kehidupan, seiring waktu yang berjalan.
Biarkan ia semurni Hati Kapas begitu ringan terbang melayang menggapai asa dan
mereguk kebahagian menuju cahaya kebenaran hakiki, berteman mentari dan membelai
erat dewi malam.
Dia akan melantunkan senandung pujian suci, yang tertuang dalam puisi-puisi eksotik,
sehingga jiwa akan selaras dengan perintah pencipta-Nya dan berkata tidak untuk semua
larangan-Nya.
3
Ada lima hal yang harus kita perlakukan terhadap hati kita.
Pertama, hati harus dibuka dan jangan sampai kita tutup. Yang menutup hati biasanya
orang-orang kafir sehingga peringatan dan petunjuk tidak bisa masuk ke dalam hatinya,
Allah SWT berfirman:
ِإَّن اَّلِذ يَن َك َفُروْا َس َو اٌء َع َلْيِهْم َأَأنَذ ْر َتُهْم َأْم َلْم ُتنِذ ْر ُهْم َال ُيْؤ ِم ُنوَن َخ َتَم ُهّللا َع َلى ُقُلوِبهْم
َو َع َلى َسْمِع ِهْم َو َع َلى َأْبَص اِر ِهْم ِغ َش اَو ٌة َو َلُهْم َع َذ اٌب عِظ يٌم
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri
peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka,
dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS Al-Baqarah [2]:6-7)
"Hati yang tertutup belenggu cahaya kejernihannya tidak dapat berhembus kemuliaan
keluar. Hati yang terbelunggu mengendalikan pikiran seseorang menjadi serba tidak jelas,
sempit dan buta. Berhati-hatilah, karena hidup dengan hati yg terbelenggu hanyalah akan
berakhir dengan kesia-siaan dan kesengsaraan."
Kedua adalah hati mesti dibersihkan. Seperti halnya badan dan benda-benda, hati bisa
mengalami kekotoran, namun kotornya hati bukanlah dengan debu, yang mengkotori hati
adalah dosa, dosa seharusnya dibenci tapi kenyataannya banyak yang suka. Oleh karena
itu, bila hati kita masih suka dengan perbuatan dosa, maka cara membersihkannya dengan
bertaubat kepada Allah, Rasulullah SAW bersabda:
ِإَّال َم ْن َأَتى َهَّللا ِبَقْلٍب َسِليٍم. َيْو َم َال َينَفُع َم اٌل َو َال َبُنوَن. َو َال ُتْخ ِزِني َيْو َم ُيْبَع ُثوَن
Dan janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-
anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (QS Asy-
Syu’araa [26]:87-89).
4
tidak benar itu sehingga tanpa kita sadari kita pun memiliki hati yang menjadi keras,
Rasulullah SAW bersabda:
، َفِإَّن َك ْثَر َة اْلَكَالِم ِبَغْيِر ِذ ْك ِر ِهللا َتَع اَلى َقْس َو ٌة ِلْلَقْلِب،َال ُتْك ِثُروا اْلَكَالَم ِبَغْيِر ِذ ْك ِر هللا
َو ِإَّن ََأْبَع َد الَّناِس ِم َن ِهللا اْلَقْلُب اْلَقاِس ى
Janganlah kalian banyak berbicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah. Karena banyak
bicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah akan membuat hati keras. Sementara manusia
yang paling jauh dari Allah adalah yang hatinya keras (HR. Tirmidzi).
Untuk bisa melembutkan hati, kita bisa melakukannya dengan banyak cara, di antaranya
menyayangi anak yatim dan orang-orang miskin. Dalam satu hadits disebutkan:
ِإْمَس ْح َر ْأَس: أَّن َر ُج ًال َشَك ا إَلى َر ُسْو ِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َقْس َو َة َقْلِب ِه َفَق اَل
اْلَيِتْيِم َو َأْطِع ِم اْلِم ْس ِكْيِن
Seorang lelaki pernah datang kepada Rasulullah SAW seraya melaporkan kekerasan
hatinya, maka beliau menasihatinya: “Usaplah kepala anak yatim dan berilah makanan
kepada orang miskin” (HR. Ahmad).
Karena itu, amat disayangkan bila ada orang yang hatinya keras bagaikan batu sehingga
sulit untuk diberi nasihat dan peringatan sebagaimana yang terjadi pada orang yahidi dan
Bani Israil.
ُيَخ اِد ُع وَن َهّللا َو اَّلِذ يَن. َو ِم َن الَّناِس َم ن َيُقوُل آَم َّنا ِباِهّلل َو ِباْلَيْو ِم اآلِخ ِر َو َم ا ُهم ِبُم ْؤ ِمِنيَن
ًاB ِفي ُقُلوِبِهم َّم َر ٌض َف َز اَد ُهُم ُهّللا َم َر ض. آَم ُنوا َو َم ا َيْخ َد ُع وَن ِإَّال َأنُفَس ُهم َو َم ا َيْش ُعُروَن
َو َلُهم َع َذ اٌب َأِليٌم ِبَم ا َك اُنوا َيْك ِذ ُبوَن
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”,
padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah
dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak
sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang
pedih,disebabkan mereka berdusta. (QS Al-Baqarah [2]:8-10)
Kelima, hati mesti ditajamkan. Hati harus kita asah hingga menjadi seperti pisau yang
tajam. Pisau yang tajam akan mudah memotong dan membelah sesuatu. Bila hati kita tajam
akan mudah pula membedakan mana haq dan mana yang bathil, bahkan perintah pun
5
tidak selalu harus disampaikan dengan kalimat perintah, dengan bahasa isyarat saja sudah
cukup dipahami kalau hal itu merupakan perintah yang harus dilaksanakan. Nabi Ibrahim
dan Ismail as merupakan di antara contoh orang yang memiliki ketajaman hati sehingga
perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail cukup disampaikan melalui mimpi dan
Ismail menangkap hal itu sebagai perintah ketika Nabi Ibrahim menceritakannya, padahal
Nabi Ibrahim tidak menyatakan bahwa hal itu merupakan perintah dari Allah SWT.
Untuk mendidik kita menjadi orang yang memiliki ketajaman hati, puasa merupakan salah
satu caranya, karenanya pada waktu puasa, teguran orang lain kepada kita meskipun
dengan bahasa isyarat sudah menyadarkan akan kesalahan, yang membuat kita dengan
mudah bisa menangkap dan membedakan mana yang haq dan yang bathil, sesuatu yang
selama ini hilang dari pribadi kita, sehingga yang haq ditinggalkan dan yang bathil malah
dikerjakan.
Demikian, amatlah penting bagi kita semua untuk memperlakukan hati dengan sebaik-
baiknya, karena hati adalah penentu arah kehidupan. Dan itupun tergantung bagaimana
pula kita menterjemahkan kehidupan. Jikalau menurut bapak/ibu/saudara ;
Kehidupan adalah lagu, senandungkanlah!
Kehidupan adalah tugas, selesaikanlah!
Kehidupan adalah cita-cita, raihlah!
Kehidupan adalah cinta, merindulah!
Kehidupan adalah nasib, perjuangkanlah!
Kehidupan adalah sandiwara, mainkanlah!
Kehidupan adalah mimpi, wujudkanlah!
Kehidupan adalah penderitaan, tersenyumlah!
Kehidupan adalah kebahagiaan, nikmatilah!
Akhirnya, marilah kita akhiri ibadah shalat Id kita pada pagi ini dengan sama-sama berdoa:
َالَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َو اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َن اِت ْاَألْح َي اِء ِم ْنُهْم َو ْاَألْم َو اِت
.ِاَّنَك َسِم ْيٌع َقِرْيٌب ُم ِج ْيُب الَّدْع َو اِت
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih
hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan
Mengabulkan doa.
َالَّلُهَّم اْنُصْر َنا َفِاَّنَك َخ ْيُر الَّناِص ِرْيَن َو اْفَتْح َلَنا َفِاَّن َك َخ ْي ُر اْلَف اِتِح ْيَن َو اْغ ِف ْر َلَن ا َفِاَّن َك
َّراِز ِقْيَن َو اْه ِد َناBBَخ ْيُر اْلَغ اِفِرْيَن َو اْر َح ْم َنا َفِاَّنَك َخ ْيُر الَّراِح ِم ْيَن َو اْر ُز ْقَن ا َفِاَّن َك َخ ْي ُر ال
. َو َنِّج َنا ِم َن اْلَقْو ِم الَّظاِلِم ْيَن َو اْلَك اِفِرْيَن
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan.
Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah
kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami,
sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau
adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan
kafir.
“Ya ALLAH, janganlah Engkau jadikan puasa ini yang terakhir dalam hidup kami.
Seandainya ENGKAU berketetapan sebaliknya, maka jadikanlah puasa kami ini sebagai
puasa yang dirahmati bukan yang hampa dan sunyi”
6
Sungguh saya tidak tahu apakah kami yang meninggalkan Ramadhan atau Ramadhan yang
meninggalkan kami,
Yang kami rasa hanya ada kerinduan yang tersisa, rindu akan shalat shalat tarawih,
mendengarkan bacaan Al Quran para imam tarawih, rindu tausiyah para ustad yang
menyejukkan, rindu tadarrus Al Quran di shaf-shaf dan pojok-pojok masjid, rindu segera
menyelesaikan tilawah pada setiap akhir juz, rindu melantunkan zikir sepanjang pagi
sepanjang petang, rindu mereka yang berlomba menawarkan kebaikan, rindu perlombaan
orang-orang bersedekah, berzakat fitrah dan zakat mal.
Sungguh rindu memperbanyak shalat-shalat sunnah, agar bisa bersama Rasul di syurga
nanti, rindu menegakkan shalat malam, sahur dan berbuka puasa bersama, hal yang jarang
kami lakukan berbuka bersama jika bukan Ramadhan, rindu berjuang untuk merasakan
shalat khusuk, itikaf, muhasabah, meski masih bisa kami lakukan dimalam malam lain,
namun beda rasanya di malam malam Ramadhan. Rindu detik-detik yang penuh rahmah
sejak hilal 1 ramadhan sampai fajar 1 syawal, rindu malam malam bertabur ampunan siang
dan senja bertabur rahmah dan kasih sayangmu ya ALLAH, rindu malam malam tanpa
setan karena terbelenggu, rindu malam seribu bulan pembakar dosa dosa..
Ramadhan bergegas pergi, tersadar dan betapa malunya kami ketika pun ikut beramai
mudik ke kampung, bergegas ke mall membeli baju lebaran, bergegas membeli bahan-
bahan makanan dan kue lebaran, iya bergegas menyiapkan pesta bukan bergegas dengan
ibadah demi kesempurnaan ibadah,
Ya ALLAH, ampuni kami, hambaMU yang tidak tahu diri, hadiah teragung yang engkau
letakkan di pintu rumah kami, kami sisihkan dibalik pintu, kantong-kantong keberkatan
dan pahala yang ENGKAU sediakan di akhir-akhir ramadhan kami sisihkan, kami lupakan
karena kami sibuk menyiapkan kepergianMU dengan pesta…