Cortesium
Cortesium
Cortesium
36/E/KPT/2019
Website: https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/Teknologi-Pangan Volume 14, No. 1, (2023), Halaman 118-131
Licensed: Creative Commons Attribution 4.0 International License. (CC-BY) p-ISSN: 2087-9679, e-ISSN: 2597-436X
The effect of concentration of CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) and palm sugar on
physicochemical and organoleptics of beetroot jam (Beta vulgaris L.) red ginger extract
Informasi artikel :
Dikirim: 22/11/2022; disetujui: 23/02/2023; diterbitkan: 31/03/2023
ABSTRACT
This study aims to determine the concentration of CMC and palm sugar on the
chemical, physical and organoleptic qualities of beetroot jam (Beta vulgaris L.) red
ginger extract. The method used in research on beetroot jam (Beta vulgaris L.) red
ginger extract was a Factorial Randomized Block Design (RBD) consisting of 2
factors, namely the concentration of CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) (0.5% and
1.5%) and palm sugar (60%, 70% and 80%). Each treatment was repeated 3 times to
obtain 18 trials. The best research results on beetroot jam (Beta vulgaris L.) red ginger
extract were found in the A1B3 treatment (1% CMC and 80% palm sugar) with a TPT
value of 75.75 obrix, 32.72% water content, 13.51 reducing sugar %, color 3 (rather
like), aroma 4 (like), taste 3 (rather like), and texture 4 (like). The concentration
treatment combination of the addition of CMC and palm sugar had a significant effect
on reducing sugar, water content and total dissolved solids. As well as organoleptic
include color, taste, aroma and texture. The best value was in the A1B3 treatment
(CMC 1% and palm sugar 80%) with a TPT value of 75.75 obrix, water content
32.72%, reducing sugar 13.51%, color 3 (rather liked), aroma 4 (liked), taste 3 (rather
like), and texture 4 (like).
Keywords: CMC, Brown Sugar Jam, Beetroot
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi CMC dan gula aren terhadap
mutu kimia, fisik dan organoleptik pada selai umbi bit (Beta vulgaris L.) ekstrak jahe
merah. Metode yang digunakan pada penelitian selai umbi bit (Beta vulgaris L.) ekstrak
jahe merah yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor
yaitu konsentrasi CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) (0,5%dan 1,5%) dan gula aren
(60%, 70% dan 80%). Masing-masing perlakuan dilakukan diulang sebanyak 3 kali
sehingga memperoleh 18 kali percobaan. Hasil penelitian terbaik pada selai umbi bit
(Beta vulgaris L.) ekstrak jahe merah terdapat pada perlakuan A1B3 (CMC 1% dan
gula aren 80%) dengan nilai TPT 75,75 obrix, kadar air 32,72%, gula reduksi 13,51%,
warna 3 (agak suka), aroma 4 (suka), rasa 3 (agak suka), dan tekstur 4 (suka).
Kombinasi perlakuan konsentrasi penambahan CMC dan gula aren berpengaruh nyata
terhadap gula reduksi, kadar air dan total padatan terlarut. Serta organoleptik meliputi
warna, rasa, aroma dan tekstur. Nilai terbaik pada perlakuan A1B3 (CMC 1% dan gula
aren 80%) dengan nilai TPT 75,75 obrix, kadar air 32,72%, gula reduksi 13,51%, warna
3 (agak suka), aroma 4 (suka), rasa 3 (agak suka), dan tekstur 4 (suka).
Kata Kunci : CMC, gula merah selai, umbi bit
dan asam (Wardani et al., 2018). Menurut merah dan mengetahui perlakuan terbaik
Widiantoko dan Yunianta, (2013) manfaat konsentrasi CMC (Carboxyl Methyl
CMC dapat mengikat air dengan kapasitas Cellulose) dan gula aren untuk menghasilkan
yang besar, harga murah, dan mencegah selai umbi bit (Beta vulgaris L.) ekstrak jahe
sineresis dari selulosa. Merah terbaik terhadap sifat fisikokimia dan
Dalam pembuatan selai, penggunaan organoleptik.
jenis dan konsentrasi gula akan menentukan
rasa manis dan karakteristik selai yang METODE
dihasilkan (Curi et al., 2017). Gula aren yang
digunakan dalam pembuatan selai umbi bit. Bahan
Gula mengandung molekul higroskopis yang
dapat mengikat air (Christy, 2014). Serta Bahan yang digunakan dalam proses
gula juga dapat menjaga tekstur, pembuatan selai umbi bit ekstrak jahe merah
penampakan, rasa dan pengawet. Gula pasir dengan konsentrasi CMC dan gula aren di
memiliki Indeks glikemik (IG) dan kalori antaranya umbi bit merah yang diperoleh
yang lebih tinggi daripada gula aren. Gula dari kota Batu, CMC merk koepoe-koepoe,
pasir mempunyai 58 IG dan 396 kalori, gula aren merk nira sari HS, jahe merah yang
sedangkan gula aren mempunyai 35 IG dan diperoleh dari kecamatan Purwosari
373 kalori (Heryani, 2016). Pasuruan, asam sitrat merk koepoe-koepoe,
Pada pembuatan selai umbi bit dan air. Sedangkan bahan yang digunakan
diinovasikan dengan penambahan untuk analisa fisikokimia yaitu reagen DNS,
konsentrasi gula aren dan ekstrak jahe aquades, larutan KNa-Tartrat 40 %, dan
merah. Penambahan gula aren bertujuan NaOH 0,01N.
untuk menambah aroma, cita rasa, warna, Alat
tekstur dan pengawet. Dalam penelitian
Alat yang digunakan dalam proses
sebelumnya yang dilakukan oleh Kurniawati
pembuatan selai umbi bit ekstrak jahe merah
et al. (2019), menyatakan bahwa
yaitu panci, baskom, talenan, kompor, gas,
penambahan konsentrasi gula aren
pisau, gelas ukur, blender, corong,
memberikan pengaruh nyata terhadap
penyaring, sendok, timbangan digital,
penilaian kadar air, kadar gula, kadar padatan
termometer, Stopwatch, sarung tangan, botol
terlarut, warna, aroma, rasa dan tekstur,
jar atau botol selai. Alat yang digunakan
dimana konsentrasi 70% gula aren
untuk Analisa fisikokimia yaitu DNJ- 1
meningkatkan kualitas selai rumput laut.
Viscometer, refraktometer (Abbe 2WAJ
Selain itu, penambahan ekstrak jahe merah
monochromatic), magnetic stirrer (JOAN
digunakan sebagai penambah aroma dan cita
LAB magnetic stirrer SH-2),
rasa pada selai umbi bit untuk
spektrofotometer, neraca analitik (Radwag),
menghilangkan rasa langu dan bau tanah
desikator (Duran), waterbath, oven
(earthty taste). Rimpang jahe mempunyai
(Modena), cawan porselen, mikropipet
aroma harum dan rasa pedas karena ada
(Dragon Lab), penjepit, pipet tetes, kertas
komponen 6-gingerol dan 6-shogaol yang
saring, alumunium foil dan stopwatch.
mempunyai aktivitas antioksidan
Peralatan gelas diantaranya: labu ukur 500
(Chasparinda et al., 2014). Jahe merah
ml (Pyrex), beaker glass 100 m (Pyrex), labu
mengandung gingerol dan shogaol yang
erlenmeyer 500 ml (Pyrex), gelas ukur 100
menghasilkan rasa pedas (Koswara et al.,
ml (Pyrex), corong 50 ml (Pyrex), dan
2012).
tabung reaksi ukuran 12x100 (Pyrex).
Tujuan dari penelitian ini diantaranya
untuk mengetahui konsentrasi CMC Metode penelitian
(Carboxyl Methyl Cellulose) dan gula aren Metode yang digunakan yaitu
terhadap sifat fisikokimia dan organoleptik Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial
selai umbi bit (Beta vulgaris L.) ekstrak jahe yang terdiri dari 2 faktor yaitu konsentrasi
CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) (0,75% Proses pembuatan selai umbi bit ekstrak
dan 1,5%) dan gula aren (60%, 70% dan jahe merah
80%) sehingga didapatkan 6 kombinasi a. Umbi bit disortasi untuk memilih umbi bit
perlakuan. Setiap perlakuan dilakukan 3 kali yang berkualitas baik seperti tidak ada
pengulangan sehingga didapatkan 18 yang luka dan busuk.
kombinasi perlakuan. Adapun kombinasi b. Umbi bit dikupas untuk memisahkan kulit
perlakuan tersebut sebagai berikut: dengan daging buah untuk mendapatkan
A1B1= Penambahan CMC 0,75% dan Gula daging buah yang bersih.
aren 60% c. Umbi bit dicuci dengan air yang mengalir
A1B2= Penambahan CMC 0,75% dan Gula untuk membersihkan tanah dan kotoran
aren 70% serta getah yang melekat.
A1B3= Penambahan CMC 0,75% dan Gula d. Daging umbi bit dipotong dadu untuk
aren 80% mempermudah proses penghalusan.
A2B1= Penambahan CMC 1,5% dan Gula e. Umbi bit yang sudah dipotong dadu
aren 60% ditimbangan sebanyak 100 gram.
A2B2= Penambahan CMC 1,5% dan Gula f. Umbi bit di blanching dilakukan dengan
aren 70% cara direbus pada suhu 90 oC selama
A2B3= Penambahan CMC 1,5% dan Gula kurang lebih 3 menit.
aren 80% g. Kemudian dihaluskan menggunakan
blender untuk mendapatkan pulp (bubur
Pelaksanaan penelitian daging) umbi bit.
Proses pembuatan selai umbi bit h. Selanjutnya, dimasak dengan suhu 90 oC
ekstrak jahe merah dengan konsentrasi CMC selama kurang lebih 25 menit dengan
dan gula aren melalui 2 tahapan yaitu mencampurkan pulp (bubur daging)
tahapan 1 proses pembuatan ekstrak jahe dengan asam sitrat 1 gram, ekstrak jahe
merah dan tahapan 2 proses pembuatan selai merah 41,50 ml, CMC (0,7 g dan 1,5 g)
umbi bit ekstrak jahe merah. dan gula aren. Penambahan gula aren
dilakukan sesuai dengan perlakuan yaitu
Pembuatan ekstrak jahe merah 60 g, 70 g dan 80 g gula aren yang sudah
a. Jahe merah disortasi untuk memilih jahe dicairkan dengan perbandingan 1:1.
merah yang berkualitas seperti tidak ada Metode pengumpulan data
yang luka dan busuk.
b. Jahe merah dikupas kulitnya untuk Metode pengumpulan data yang
memisahkan kulit dengan daging jahe digunakan pada penelitian ini adalah dengan
merah yang bersih tanpa ada kulitnya. mengamati sifat fisikokimia dan
c. Jahe merah dicuci untuk membersihkan organoleptik. Analisis sifat kimia meliputi
dari tanah dan kotoran yang melekat gula reduksi dengan menggunakan metode
dengan menggunakan air yang mengalir. DNS dan kadar air (AOAC, 2005). Analisis
d. Jahe merah ditimbangan sebesar 100 sifat fisik dilakukan pada total padatan
gram. terlarut menggunakan metode refraktometer.
e. Jahe merah dipotong miring. Sedangkan analisa organoleptik meliputi
f. Jahe merah di blanching dengan cara warna, rasa, aroma dan tekstur menggunakan
direbus pada suhu 85 0C selama kurang uji hedonik yang menggunakan 25 panelis
lebih 4 menit, kemudian diambil ekstrak tidak terlatih untuk mengetahui tingkat
jahe merah sebanyak 41,5 ml. kesukaan panelis terhadap produk yang
dihasilkan.
selai lembaran semakin gelap selama A2B1 yaitu sebesar 3 dan terendah terdapat
pengolahan yang semakin lama. pada perlakuan A2B3 yaitu sebesar 2.
Semakin tinggi gula yang Menurut tingkat kesukaan panelis terhadap
ditambahkan, warna selai umbi bit ekstrak rasa pada selai umbi bit ekstrak jahe merah
jahe merah berwarna keungu kecoklatan. pada perlakuan A1B3 dan A2B1 lebih
Karamelisasi menyebabkan gelapnya warna disukai daripada perlakuan A2B3 karena rasa
pada selai (Patel et al., 2013). Menurut yang dihasilkan manis, rasa hangat dan rasa
Muljoharjo (2007) semakin lama waktu pedas dari jahe merah tidak kuat atau sedang
pemasakan, maka warna selai menjadi coklat sehingga dapat mengurangi rasa langu. Hal
karena terjadi reaksi karamelisasi. Reaksi ini karena penambahan CMC pada bahan
karamelisasi terjadi apabila gula dipanaskan berpengaruh terhadap jumlah air pada bahan
sehingga akan menyebabkan warna coklat sehingga rasa manis pada selai akan
sampai kehitaman. Sesuai penelitian Bactiar menurun (Pasaribu et al., 2015). Gula juga
et al. (2017) warna permen jelly ditentukan memberikan rasa manis terhadap produk
oleh warna alami ekstrak jahe merah dan selai umbi bit ekstrak jahe merah. Pada kasus
pencoklatan selama proses pembuatan selai rumput laut, semakin tinggi kadar
permen jelly. konsentrasi gula aren yang ditambahkan
Rasa akan meningkatkan rasa manis selai yang
dihasilkan (Kurniawati et al., 2019).
Berdasarkan hasil analisis statistik Penggunaan jenis dan konsentrasi gula akan
penambahan konsentrasi CMC dan gula aren menentukan rasa manis dan karakteristik
terhadap rasa selai umbi bit ekstrak jahe selai yang dihasilkan (Viella et. al., 2015).
merah menunjukkan adanya beda nyata (X² Rasa hangat atau pedas berasal dari
tabel < Xr² hitung). Histogram tingkat oleoresin. Jahe mengandung senyawa
kesukaan panelis terhadap rasa pada selai zingiberen dan zingiberol yang memberi rasa
umbi bit ekstrak jahe merah dapat dilihat pedas jika dimakan (Helmalia et al., 2019).
pada Gambar 5.
Aroma
Berdasarkan hasil analisis statistik
penambahan konsentrasi CMC dan gula aren
terhadap aroma selai umbi bit ekstrak jahe
merah menunjukkan adanya beda nyata (X²
tabel < Xr² hitung). Histogram tingkat
kesukaan panelis terhadap aroma pada selai
umbi bit ekstrak jahe merah dapat dilihat
pada Gambar 6.
Berdasarkan gambar 6 pemberian terhadap tekstur selai umbi bit ekstrak jahe
variasi konsentrasi CMC dan gula aren merah menunjukkan adanya beda nyata (X²
adanya beda nyata terhadap parameter aroma tabel < Xr² hitung). Histogram tingkat
selai yang dihasilkan. Tingkat kesukaan kesukaan panelis terhadap tekstur pada selai
panelis terhadap aroma selai umbi bit ekstrak umbi bit ekstrak jahe merah dapat dilihat
jahe merah dengan konsentrasi CMC dan pada Gambar 7.
gula aren berkisar antara 3 (agak suka)
sampai 4 (suka). Nilai kesukaan aroma
tertinggi diperoleh pada A1B3 yaitu sebesar
4 dan terendah terdapat pada perlakuan
A2B3 yaitu sebesar 3.
Menurut tingkat kesukaan panelis
terhadap aroma pada selai umbi bit ekstrak
jahe merah pada perlakuan A1B3 lebih
disukai daripada perlakuan A2B3 Gambar 7. Histogram rerata tekstur selai
dikarenakan aroma tanah (earthy taste) yang umbi bit ekstrak jahe merah
terdapat pada bit tidak ada melainkan
tergantikan oleh aroma jahe yang tidak Berdasarkan gambar 7 pemberian
menyengat. Aroma tanah (earthy taste) variasi konsentrasi CMC dan gula aren
disebabkan senyawa geosmin yang adanya beda nyata terhadap parameter
bertanggung jawab terhadap cita rasa khas tekstur selai yang dihasilkan. Tingkat
tanah dalam bit (Lu et al., 2003). Sesuai kesukaan panelis terhadap tekstur selai umbi
dengan penelitian Pasaribu et al. (2015) hal bit ekstrak jahe merah dengan konsentrasi
ini menyebabkan aroma jagung manis pada CMC dan gula aren berkisar antara 3 (agak
selai lebih kuat pada konsentrasi CMC 0,5% suka) sampai 4 (suka). Nilai kesukaan
daripada konsentrasi 2,0% karena tekstur tertinggi diperoleh pada perlakuan
penambahan XMC berpengaruh terhadap A2B1 yaitu sebesar 4 dan terendah terdapat
peningkatan jumlah air. pada perlakuan A2B3 yaitu sebesar 3.
Semakin meningkatnya konsentrasi Menurut tingkat kesukaan panelis terhadap
gula aren yang ditambahkan akan tekstur selai umbi bit ekstrak jahe merah
menyebabkan bau tanah (earthy taste) pada pada perlakuan A2B1 lebih disukai daripada
umbi bit berkurang dan juga karena adanya perlakuan A2B3 dikarenakan tekstur selai
penambahan ekstrak jahe merah yang yang dihasilkan tidak kasar atau
mempunyai bau yang khas yang timbul dari menggumpal, membentuk serabut halus dan
senyawa zingiberen dan zingiberol (Amir, mouthfeel. Hal ini dikarenakan CMC
2014). Konsentrasi gula aren yang berperan sebagai stabilizer yang dapat
ditambahkan berpengaruh terhadap aroma mengikat air. Penambahan karagenan yang
jahe merah pada selai. Semakin banyak gula lebih banyak akan membuat tekstur selai
aren ditambahkan, maka semakin kecil menjadi lebih keras karena daya gelling dari
aroma jehe yang tercium (Siswanto et al., karagenan yang sangat kuat, dan waktu
2015). Hal dapat terjadi karena gula aren pemasakan juga akan membuat tekstur selai
juga memiliki aroma khas tersendiri yang menjadi lebih keras karena air dalam selai
menyebabkan aroma yang berbeda saat menguap sehingga selai mengental (Mawarni
dipanaskan karena karamelisasi sehingga dan Yuwono, 2019).
akan menutupi aroma siwalan (Rosyida, Hal ini karena gula bercampur dengan
2014). mengikat air dalam bahan untuk membentuk
Tekstur gel (kental) saat pembuatan selai. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Winarno (2008)
Berdasarkan hasil analisis statistik bahwa gula meningkatkan viskositas karena
penambahan konsentrasi CMC dan gula aren mengikat air dan granula pati membengkak
menjadi lebih kental. Menurut Arindya et al. Gambar 8. Histogram bobot parameter selai
(2016) tekstur selai menjadi lebih keras umbi bit ekstrak jahe merah
dapat disebabkan oleh peristiwa blooming Perlakuan yang mempunyai nilai
yang terjadi pada gula, yaitu berkumpulnya produk tertinggi adalah perlakuan terbaik.
gula yang tidak larut dan membentuk tekstur Penilaian perlakuan terbaik brownies
yang lebih keras. Gula tidak hanya sebagai disajikan pada Gambar 9.
pemanis, tetapi juga dapat digunakan untuk
pembentukan tekstur pada selai. Peningkatan
nilai tekstur disebabkan oleh meningkatnya
viskositas selai sehingga menghasilkan
tekstur yang lebih stabil dan kental. Sesuai
dengan penelitian Bekti et al. (2019) bahwa
penambahan CMC yang sedikit
menyebabkan labu siam encer, sebaliknya
penambahan CMC yang lebih banyak
menyebabkan selai labu siam kental.
Semakin banyak konsentrasi CMC yang
ditambahkan maka nilai viskositas akan Gambar 9. Histogram perlakuan terbaik selai
semakin tinggi (Cakrawati dan Kusumah, umbi bit ekstrak jahe merah
2016).
Perlakuan terbaik Pada gambar 9. Hasil perhitungan
indeks efektivitas menunjukkan perlakuan
Penentuan perlakuan terbaik selai umbi terbaik pada kombinasi perlakuan A1B3
bit ekstrak jahe merah dengan variasi (CMC 1% dan gula aren 80%) dengan nilai
penambahan konsentrasi CMC dan gula aren TPT 75,75 obrix, kadar air 32,72%, gula
ini menggunakan metode indeks efektivitas. reduksi 13,51%, warna 3 (agak suka), aroma
Metode ini dilakukan pada parameter uji 4 (suka), rasa 3 (agak suka), dan tekstur 4
fisika dan kimia. Parameter uji fisika (suka).
meliputi total padatan terlarut sedangkan
untuk uji kimia meliputi uji kadar air dan KESIMPULAN
gula reduksi. Serta dilakukan pada parameter
uji organoleptik meliputi warna, rasa, aroma Berdasarkan penelitian dan
dan tekstur. Bobot parameter tertinggi adalah pembahasan selai umbi bit ekstrak jahe
parameter rasa (organoleptik) sebesar 0,20 merah dengan penambahan konsentrasi
kemudian diikuti oleh gula reduksi 0,17, CMC dan gula aren dapat disimpulkan
tekstur (organoleptik) 0,15, TPT 0,14 ºbrix bahwa kombinasi perlakuan penambahan
dan aroma (organoleptik) 0,14, kadar air CMC dan gula aren berpengaruh nyata
0,099 dan yang terakhir warna 0,09.Bobot terhadap gula reduksi, kadar air dan total
parameter dapat dilihat pada Gambar 8 padatan terlarut. Kombinasi terbaik pada
dibawah ini. selai umbi bit ekstrak jahe merah dengan
penambahan konsentrasi CMC dan gula aren
pada A1B3 (CMC 1% dan gula aren 80%)
dengan nilai TPT 75,75 obrix, kadar air
32,72%, gula reduksi 13,51%, warna 3,36
(agak suka), aroma 3,84 (suka), rasa 2,64
(agak suka), dan tekstur 3,76 (suka).