Respon Pertumbuhan Dan Produksi Padi Beras Merah (Oryza Nivara) Terhadap Cekaman Kekeringan Pada Fase Pertumbuhan Berbeda Dan Pemupukan Nanosilika
Respon Pertumbuhan Dan Produksi Padi Beras Merah (Oryza Nivara) Terhadap Cekaman Kekeringan Pada Fase Pertumbuhan Berbeda Dan Pemupukan Nanosilika
Respon Pertumbuhan Dan Produksi Padi Beras Merah (Oryza Nivara) Terhadap Cekaman Kekeringan Pada Fase Pertumbuhan Berbeda Dan Pemupukan Nanosilika
php/joac
DOI: https://doi.org/10.14710/joac.2.2.169-179 ISSN 2597-4386
(Response of growth and production of red rice (Oryza nivara) to drought stress in different
growth phases and nanosilika fertilization)
ABSTRACT
The purpose of this research was to analyze the response of growth and production of red rice
(Oryza nivara) under drought and nanosilica fertilization condition. This research was conducted in
Greenhouse and Laboratory of and Plant Physiology and Breeding of at Faculty of Animal and
Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang from April to July 2017. The research was
arranged using completely randomized factorial design. The first factor was drought stress (control,
drought 20-35 DAP (Days After Planting), 40-55 DAP and 55-70 DAP). The second factor was the use
of nanosilika fertilizers (without nanosilika, with nanosilica). The data were analyzed by anova and
followed by Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The results showed that the drought stress during
tiller production stage decreased the total number of tillers, productive tillers and grain weight per clump,
but not in weight of one thousand seeds. Drought stress during flowering stage and seed filling only
decreases the weight of one thousand seeds. Application of nanosilica increases the number of productive
tillers and the weight of grain per hill. There was no interaction between drought stress treatment and
nanosilika fertilization.
Keywords: red rice, production, drought, nanosilica.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui repon pertumbuhan dan produksi padi beras merah (oryza
nivara) dalam kondisi tercekam kekeringan dan pemupukan nanosilika. Penelitian dilakukan di
Greenhouse dan Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro, Semarang pada bulan April – Juli 2017. Penelitian disusun menggunakan
rancangan acak lengkap faktorial dengan faktor pertama cekaman kekeringan (kontrol, kekeringan umur
20-35 HST (Hari Setelah Tanam), 40-55 HST dan 55-70 HST). Faktor kedua penggunaan pupuk
nanosilika (tanpa nanosilika, dengan nanosilika). Data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan Duncan’s
Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan cekaman kekeringan fase pembentukan
anakan menurunkan jumlah anakan total, anakan produktif dan bobot gabah per rumpun, tetapi tidak
pada bobot seribu biji. Cekaman kekeringan fase pembentukan bunga dan pengisian biji hanya
menurunkan bobot seribu biji. Pemberian nanosilika meningkatkan jumlah anakan produktif dan bobot
gabah per rumpun. Tidak ada Interaksi antara perlakuan cekaman kekeringan dan pemupukan nanosilika.
Kata kunci: padi merah, produksi, kekeringan, nanosilika.
Respon padi beras merah terhadap cekaman kekeringan (Sugiarto et al.) 169
J. Agro Complex 2(2):169-179, June 2018 http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/joac
DOI: https://doi.org/10.14710/joac.2.2.169-179 ISSN 2597-4386
Respon padi beras merah terhadap cekaman kekeringan (Sugiarto et al.) 170
J. Agro Complex 2(2):169-179, June 2018 http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/joac
DOI: https://doi.org/10.14710/joac.2.2.169-179 ISSN 2597-4386
Respon padi beras merah terhadap cekaman kekeringan (Sugiarto et al.) 171
J. Agro Complex 2(2):169-179, June 2018 http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/joac
DOI: https://doi.org/10.14710/joac.2.2.169-179 ISSN 2597-4386
Tabel 1. Jumlah Anakan Total dan Anakan Produktif Padi Cempo Merah terhadap Cekaman Kekeringan
dan Pemberian Nanosilika.
dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah anakan total lebih tinggi dibanding tanpa
perlakuan kekeringan menjelang pembungaan dan nanosilika. Hal ini menunjukkan bahwa peran
pengisian biji tidak berpengaruh pada jumlah nanosilika dalam mengkonservasi air dalam
anakan total yang terbentuk. Pada kedua perlakuan tanaman belum optimal dalam proses
tersebut, tanaman tidak mengalami cekaman pembentukan anakan total, tetapi peran nanosilika
kekeringan pada masa pertumbuhan vegetatif, bermakna pada jumlah anakan produktif (Tabel 1).
perlakuan cekaman baru diberikan pada saat Hal ini sesuai dengan pendapat Ahadiyat dan
tanaman masuk pada tahap pertumbuhan Harjoso (2010) bahwa pemberian silika belum
generatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Sulistyo optimal dalam menurunkan kebutuhan air
et al. (2016) kekeringan pada padi Ciherang ketika tanaman, terutama bagi tanaman yang tumbuh
fase vegetatif akan menurunkan jumlah anakan, pada tanah yang sangat kering.
tinggi tanaman serta jumlah daun, sedangkan pada Hasil uji jarak berganda Duncan
fase generatif akan meningkatkan persen gabah menunjukkan bahwa, cekaman kekeringan pada
hampa dan penurunan bobot gabah. Diperkuat fase pembentukan anakan (20-35 HST) berbeda
oleh pendapat Effendi (2008) pada fase generatif, nyata dengan kontrol dan perlakuan lainnya
tanaman akan lebih banyak mendistribusikan hasil terhadap parameter anakan produktif. Perlakuan
fotosintat pada organ-organ generatif dibanding cekaman pada fase pembentukan anakan
untuk pertumbuhan tinggi atau pertumbuhan organ menunjukkan jumlah anakan produktif paling
vegetatif lainya. rendah. Hal ini disebabkan oleh jumlah anakan
Hasil uji jarak berganda Duncan total yang terbentuk pada perlakuan cekaman
menunjukkan bahwa, nanosilika (S1) tidak kekeringan awal pembentukan anakan sangat
berbeda nyata dengan tanpa nanosilika (S0). rendah, sehingga anakan yang terbentuk
Pemberian nanosilika meningkatkan jumlah menyisakan anakan produtif/ malai yang terbentuk
anakan total, meskipun belum secara nyata. juga sedikit. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan
Pemupukan nanosilika melalui daun menghasilkan anakan yang terbentuk tidak dalam kondisi bugar
Respon padi beras merah terhadap cekaman kekeringan (Sugiarto et al.) 172
J. Agro Complex 2(2):169-179, June 2018 http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/joac
DOI: https://doi.org/10.14710/joac.2.2.169-179 ISSN 2597-4386
Ilustrasi 1. Keragaan Tanaman Padi Cempo Merah yang Mendapatan Cekaman Kekeringan pada Fase
Pertumbuhan Berbeda Umur 35, 55, dan 70 HST.
dan sehat, sehingga sebagian anakan tersebut berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan
mengalami hambatan pertumbuhan dan cekaman menjelang pengisisan biji (55-70 HST).
perkembangan, sehingga tidak menghasilkan Hal ini menunjukkan bahwa, cekaman kekeringan
malai. Cekaman kekeringan pada fase vegetatif menjelang pembungaan tidak berpengaruh dalam
berpengaruh sangat nyata dalam mengurangi menurunkan jumlah anakan produktif. Hal ini
jumlah anakan produktif (Sulistyono et al., 2012) dikarenakan tanaman dicekam ketika memasuki
yang berlanjut pada penurunan jumlah malai yang fase awal pembungaan, yaitu ketika tanaman
terbentuk (Edi et al., 2015; Sujinah dan Ali, 2016). dalam masa pertumbuhan generatif, sehingga
Perlakuan cekaman kekeringan menjelang tidak akan mempengaruhi pembentukan jumlah
pembungaan (40-55 HST) menghasilkan jumlah anakan produktif. Sabetfar et al. (2013)
anakan produktif paling tinggi, meskipun tidak menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman padi
Respon padi beras merah terhadap cekaman kekeringan (Sugiarto et al.) 173
J. Agro Complex 2(2):169-179, June 2018 http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/joac
DOI: https://doi.org/10.14710/joac.2.2.169-179 ISSN 2597-4386
lebih rentan terhadap kekeringan pada fase menunjukkan bahwa nanosilika berperan aktif
pembentukan anakan dan inisiasi malai, dibanding dalam meningkatkan jumlah anakan produktif
pada fase pembungaan. Diperkuat oleh pendapat ketika tanaman dalam kondisi kekeringan. Silika
Ruminta et al. (2016) bahwa jumlah anakan mampu menjaga kebugaran tanaman dan
produktif berkorelasi dengan jumlah malai. meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
Hasil uji jarak berganda Duncan cekaman kekeringan. Beberapa peneliti
menunjukkan bahwa, nanosilika (S1) melaporkan bahwa pemberian silika (Si)
menyebabkan perbedaan yang nyata pada jumlah meningkatkan ketahanan kekeringan tanaman padi
anakan produktif. Pemberian nanosilika belum (Makarim et al., 2007), enam belas kultivar
meningkatkan jumlah anakan total tetapi sorgum (Kristanto, 2016).
meningkatkan jumlah anakan produktif.
Pemberian nanosilika menghasilkan jumlah Produksi Padi
anakan produktif lebih banyak dibanding tanpa Hasil uji jarak berganda Duncan perlakuan
nanosilika. Hal ini sesuai dengan pendapat cekaman kekeringan pada fase pertumbuhan
Amrullah et al. (2014) tanaman padi yang diberi berbeda dan pemupukan nanosilika pada jumlah
nanosilika koloid (NSK) 20 ppm mempunyai gabah per malai, bobot gabah per rumpun, dan
jumlah anakan total paling banyak dibanding bobot seribu biji disajikan pada Tabel 2.
kontrol dan perlakuan lainya. Hal ini Hasil uji jarak berganda Duncan
Tabel 2. Jumlah Gabah Per Malai, Bobot Gabah Per Rumpun dan Produksi Gabah Tanaman Padi
Cempo Merah terhadap Cekaman Kekeringan dan Pemberian Nanosilika.
Respon padi beras merah terhadap cekaman kekeringan (Sugiarto et al.) 174
J. Agro Complex 2(2):169-179, June 2018 http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/joac
DOI: https://doi.org/10.14710/joac.2.2.169-179 ISSN 2597-4386
menunjukkan bahwa, tidak ada perbedaan jumlah lain tanaman semakin toleran terhadap cekaman
gabah per malai akibat cekaman kekeringan. kekeringan (Sulistyo et al., 2016).
Cekaman kekeringan pada saat menjelang Pemupukan nanosilika (S1) menghasilkan
pembentukan anakan (20-35 HST) menghasilkan jumlah biji per malai lebih tinggi dibanding tanpa
jumlah biji per malai paling rendah terhadap nanosilika (S0), meskipun tidak menunjukkan
kontrol dan perlakuan lainya. Pada perlakuan hasil yang berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan
tersebut terjadi hambatan pembentukan anakan, pendapat Tampoma et al. (2017) bahwa pemberian
sehingga menurunkan jumlah anakan total dan silika tidak menghasilkan perbedaan yang nyata
anakan produktif (Tabel 1). Rendahnya jumlah pada dua kultivar padi lokal poso, namun
anakan yang membentuk malai akan berdampak pemberian silika menghasilkan jumlah gabah per
pula pada jumlah gabah yang dihasilkan, jika malai lebih tinggi dibanding tanpa silika.
jumlah malai sedikit maka jumlah gabah per malai Hasil uji jarak berganda Duncan
akan turun. Hal ini sesuai dengan pendapat Tubur menunjukkan bahwa, cekaman kekeringan
et al. (2012) terdapat interaksi antara periode menjelang pembentukan anakan (20-35 HST)
kekeringan dengan varietas terhadap jumlah berbeda nyata dengan cekaman menjelang
anakan produktif, presentase pembungaan dan pembungaan (40-55 HST) dan kontrol, namun
jumlah gabah per malai. Jumlah malai berkolerasi tidak berbeda nyata dengan cekaman menjelang
dengan hasil produksi padi, karena semakin pengisian biji (55-70) terhadap parameter bobot
sedikit jumlah malai, maka makin sedikit hasil gabah per rumpun. Hal ini menunjukkan bahwa
tanaman padi (Edi et al., 2015). cekaman kekeringan pada masa pembentukan
Perlakuan cekaman pada awal pembentukan anakan dan pengisian biji mampu menurunkan
anakan (20-35 HST) telah mengalami cekaman bobot gabah perumpun. Perlakuan cekaman
kekeringan ketika tanaman masih sangat muda, menjelang pembentukan anakan memiliki bobot
sehingga proses fotosintesis tidak berjalan dengan gabah per rumpun terendah, karena bobot gabah
baik dan menurunkan jumlah padi per malai. Hasil berkorelasi dengan sedikitnya jumlah anakan
penelitian Nugraheni (2012) bahwa kegiatan produktif yang terbentuk. Hasil penelitian Tubur
fotosintesis mempengaruhi jumlah gabah per et al. (2012) periode kekeringan pada fase
malai, dimana jumlah gabah setiap malai pembentukan anakan dapat menurunkan produksi
tergantung kepada kegiatan tanaman selama fase gabah hingga 80% dikarenakan rendahnya jumlah
reproduksi. Zat pati pada butir berasal dari dua anakan yang terbentuk.
sumber yaitu dari hasil asimilasi sebelum Bobot gabah per rumpun terendah kedua
pembungaan yang disimpan dalam jaringan batang diperoleh pada perlakuan cekaman menjelang
dan hasil asimilasi selama fase pematangan pengisian biji (55-70 HST). Pada perlakuan ini
(Ruminta et al., 2016). tanaman dicekam ketika masuk fase pengisian biji,
Perlakuan kekeringan menjelang sehingga penghentian penyiraman menyebabkan
pembungaan (40-55 HST) dan pengisian biji (55- banyaknya biji yang kosong, hal inilah yang akan
70 HST) menghasilkan jumlah biji permalai mempengaruhi bobot biji per rumpun. Hasil
paling tinggi meskipun belum secara nyata. Hal penelitian Effendi (2008) penurunan berat gabah
ini menunjukkan bahwa, ketika tanaman dalam per rumpun nyata pada semua varietas padi yang
keadaan tercekam kekeringan pada awal masa diujikan akibat peningkatan intensitas cekaman
pembungaan dan pengisian biji masih mampu kekeringan. Diperkuat oleh pendapat Sulistyo et
menghasilkan jumlah gabah permalai lebih tinggi al. (2016) kekeringan pada fase reproduktif dapat
dan tidak berbeda nyata dengan kontrol. Penelitian meningkatkan persen gabah hampa dan
Tubur et al. (2012) jika kekeringan terjadi sejak menurunkan bobot gabah.
masa pembungaan dan pengisian biji relatif tidak Hasil uji jarak berganda Duncan
memberikan pengaruh terhadap turunya menunjukkan bahwa, aplikasi nanosilika (S1)
presentase hasil produksi tanaman padi. Semakin berbeda nyata dengan tanpa nanosilika (S0)
kecil nilai persen penurunan produksi artinya terhadap bobot gabah per rumpun. Nanosilika
tanaman semakin mampu mempertahankan mampu meningkatkan bobot gabah perumpun
produktivitas pada kondisi cekaman, dengan kata sebesar 25,23 g dibanding tanpa nanosilika
Respon padi beras merah terhadap cekaman kekeringan (Sugiarto et al.) 175
J. Agro Complex 2(2):169-179, June 2018 http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/joac
DOI: https://doi.org/10.14710/joac.2.2.169-179 ISSN 2597-4386
sebesar 17,19 g. Hasil penelitian Tampoma et al. bukaan stomata (Flexas et al., 2009) dan
(2017) pemberian silika mengasilkan bobot gabah fotosintesis sehingga tanaman melanjutkan
per rumpun lebih besar pada padi kultivar lokal pertumbuhan (Xu et al., 2010). Beberapa peneliti
Poso. Silika memberikan pengaruh yang nyata melaporkan, bahwa pemulihan akibat penyiraman
terhadap serapan Si tanaman, jumlah anakan meningkatkan fotosintesis (Miyashita et al., 2005;
maksimum dan bobot gabah (Yohana et al., 2013). Bogeat - Triboulot et al., 2007; Galle et al.,
Hasil uji jarak berganda Duncan 2007), yang berlanjut pada peningkatan hasil biji
menunjukkan bahwa, cekaman kekeringan pada dan bobot seribu biji (Sabiel et al., 2014;
awal pembungaan dan pengisian biji (40-55 HST) Kristanto, 2016).
menghasilkan bobot seribu biji nyata lebih rendah Pemberian nanosilika (S1) mengasilkan
dibanding pada perlakuan cekaman awal bobot seribu biji lebih tinggi dibanding tanpa
pembentukan anakan dan kontrol. Bobot seribu nanosilika meskipun belum secara nyata. Hasil
biji pada perlakuan cekaman awal berbunga dan penelitian Tampoman et al. (2017) bahwa dosis
pengisian biji menunjukkan nilai terendah yaitu silika 1 L/ha menghasilkan bobot seribu biji lebih
16,04 g dan 15,06 g. Rendahnya bobot seribu biji tinggi namun tidak berdeda nyata dengan dosis
akibat cekaman kekeringan pada fase tersebut silika 1,5 L/ha. Hal tersebut juga diduga karena
sangat berkaitan dengan pembentukan bunga, pemupukan nanosilika yang disemprotkan
fertilitas putik dan benang sari, penyerbukan, serta langsung pada daun tanaman, akan lebih efektif
kandungan klorofil daun. Cekaman kekeringan jika dilakukan pemupukan melalui tanah. Hasil
berpengaruh pada sterilisasi bunga, menurunya penelitian Yukamgo dan Nasih (2007) Si dalam
viabilitas benang sari, dan absorsi bakal biji tanah akan meningkatkan konsentrasi asam
sehingga menurunkan jumlah butir biji pada monosilikat yang akan mengubah P tidak larut
tanaman jagung (Lack et al., 2012). Cekaman menjadi P tersedia bagi tanaman. Sejalan dengan
kekeringan juga akan berdampak pada organ penelitian Zulputra et al. (2014) adanya
malai dan biji, sehingga menyebabkan penurunan penambahan silika akan meningkatkan
hasil biji dan bobot seribu biji pada tanaman ketersediaan Si di dalam tanah, sehingga serapan
shorgum manis (Kristanto et al., 2016) unsur tersebut dan kadarnya di dalam jaringan
Bobot seribu biji tertinggi diperoleh pada tanaman meningkat. Syahri et al. (2016) karena
perlakuan cekaman kekeringan awal unsur Si yang diberikan melalui tanah dapat
pembentukan anakan, meskipun tidak berbeda mempengaruhi ketersediaan unsur fosfor dalam
dengan perlakuan kotrol. Hasil penelitian Ruminta tanah sehingga rendemen tebu akan lebih tinggi
et al. (2016) teknik pemberian air secara berselang daripada Si yang diberikan melalui daun.
pada tanaman padi menghasilkan bobot seribu biji
lebih berat dibanding pengairan secara macak- KESIMPULAN
macak, karena pertumbuhan jaringan akar lebih
sempurna sehingga pengangkutan unsur hara lebih Berdasarkan hasil penelitian dapat
lancar. Salah satu faktor yang juga mempengaruhi disimpulkan bahwa cekaman kekeringan pada fase
persamaan bobot seribu biji antar perlakuan pembentukan anakan menurunkan jumlah anakan
cekaman umur 20-35 HST dengan kontrol adalah total, anakan produktif dan bobot gabah per
keseragaman biji. Berdasarkan hasil penelitian rumpun, tetapi tidak berpengaruh pada bobot
Nirmala et al. (2016) bobot 100 biji tanaman seribu biji. Cekaman kekeringan pada fase
hanjeli tidak berbeda nyata dengan kontrol diduga pembentukan bunga dan pengisian biji tidak
karena hasil biji mempunyai ukuran yang hampir menurunkan jumlah anakan total, anakan
seragam pada setiap perlakuan. produktif, jumlah gabah per malai dan bobot
Tanaman yang mendapatkan cekaman gabah per rumpun, tetapi menurunkan bobot
kekeringan ketika masa awal pembentukan anakan seribu biji. Pemberian nanosilika meningkatkan
(20-35 HST) selama 15 hari, kemudian disiram jumlah anakan produktif dan bobot gabah per
hingga panen, sehingga tanaman mengalami rumpun. Tidak ada Interaksi antara perlakuan
pemulihan kembali (recovery). Pemulihan terus cekaman kekeringan dan pemupukan nanosilika
berlangsung dan berpengaruh pada peningkatan pada semua parameter yang diujikan.
Respon padi beras merah terhadap cekaman kekeringan (Sugiarto et al.) 176
J. Agro Complex 2(2):169-179, June 2018 http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/joac
DOI: https://doi.org/10.14710/joac.2.2.169-179 ISSN 2597-4386
Respon padi beras merah terhadap cekaman kekeringan (Sugiarto et al.) 177
J. Agro Complex 2(2):169-179, June 2018 http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/joac
DOI: https://doi.org/10.14710/joac.2.2.169-179 ISSN 2597-4386
Nugraheni, L. 2012. Pertumbuhan, Hasil dan Sulistyo, R., A. Yunus, dan Nandariyah. 2016.
Kualitas Hasil Dua Varietas Padi Hitam Keragaman padi Ciherang M2 hasil radiasi
dengan Pemupukan Organik dan Anorganik. Gamma pada stres kekeringan. Agrotech
Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Res J. 5 (1): 19-23.
Maret, Surakarta. (Tesis Magister
Pertanian). Sulistyono, E., Suwarno, dan I. Lubis. 2012.
Karakterisasi morfologi dan sisiologi untuk
Pikukuh, P., Djajadi, S. Y. Tyasmoro, dam N. Aini. mendapatkan marka morfologi dan fisiologi
2015. Pengruh frekuensi dan konsentrasi padi sawah tanah kekeringan (-30 kPa) dan
penyemperotan pupuk nano silika (Si) produktivitas tinggi (>8 t/ha). Jurnal Ilmu
terhadap pertumbuhan tanaman tebu Pertanian Indonesia (JIPI). 17 (2): 96-102.
(Saccharum officinarum L.) J. Produksi
Tanaman. 3 (3): 249-258. Supriyanto, B.. 2013. Pengauh cekaman
kekeringan terhadap pertumbuhan dan hasil
Kementerian Pertanian. Pusat Data dan Sistem padi gogo lokal kultivar jambu. J.
Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. AGRIFOR. 12 (1): 77-82.
2015. Outlook Komoditas Pertanian
Subsektor Tanaman Pangan (Padi). Syahri, R., Djajadi, T. Sumarni, dan A. Nugroho.
2016. Pengaruh pupuk hijau (Crotalaria
Putri, F. M., S. W. A. Suedy, dan S. Darmanti. juncea L.) dan konsentrasi pupuk nano
2017. Pengaruh pupuk nanosilika terhadap silika pada pertumbuhan dan hasil tebu
jumlah stomata, kandungan klorofil, dan setelah umur 9 bulan. J. Produksi Tanaman.
pertumbuhan padi hitam (Oryza sativa L. 4 (1): 73-81.
Cv. Japonica). Buletin Anatomi dan
Fisiologi. 2 (1): 72-79. Tampoma, W. P., T. Nurmala, dan M. Rachmadi.
2017. Pengaruh dosis silika terhadap
Ruminta, S. Rosniawaty, dan A. Wahyudin. 2016. karakter fisiologi dan hasil tanaman padi
Pengujian sensitivitas kekeringan dan daya (Oryza sativa L.) kultivar lokal poso
adaptasi tujuh varietas padi di wilayah (kultivar 36-Super dan Tagolu). J. Kultivasi.
dataran medium Jatinagor. J. Kultivasi. 15 16 (2): 320-325.
(2): 114-120.
Tubur, H. W., M. A. Chozin., E. Santosa, dan A.
Sabetfar, S., M. Ashouri, E. Amiri, and S. Junaedi. 2012. Respon agronomi varietas
Babazadeh. 2013. Effect of drought stress at padi terhadap periode kekeringan pada
different growth stages on yield and yield sistem sawah. J. Agron. Indonesia. 40 (3):
component of rice plant. Persian Gulf Crop 167-173.
Protection. 2 (2): 14-18.
Xu, Z., G. Zhou and H. Shimizu. 2010. Plant
Sabiel, S..A..I., A. A. Abdelmula, E. M. A. Bashir, responses to drought and rewatering. Plant
S. U. Baloch, S. K. Baloch and W. Bashir. Signal Behav. 5: 649–654.
2014. Genetic variation of flowering trait in
maize (Zea mays L.) under drought stress at Yukamgo, Edo dan N. W. Yuwono. 2007. Peran
vegetative and reproductive stages. J Biol silikon sebagai unsur bermanfaat pada
Agric Healthcare. 4 (20): 108-113. tanaman tebu. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan. 7 (2): 102-116.
Sujinah dan A. Jamil. 2016. Mekanisme respon
tanaman padi terhadap cekaman kekeringan Yohana, O., H. Hanum, dan Supriadi. 2013.
dan varietas toleran. Iptek Tanaman Pangan. Pemberian bahan silika pada tanah sawah
Respon padi beras merah terhadap cekaman kekeringan (Sugiarto et al.) 178
J. Agro Complex 2(2):169-179, June 2018 http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/joac
DOI: https://doi.org/10.14710/joac.2.2.169-179 ISSN 2597-4386
berkadar P total tinggi untuk memperbaiki Zulputra, Wawan dan Nelva. 2014. Respon padi
ketersediaan P dan Si tanah, pertumbuhan gogo (Oryza sativa L.) terhadap pemberian
dan produksi padi (Oryza sativa L.). J. silikat dan pupuk fosfat pada tanah ultisol.
Online Agroekoteknologi. 4 (1): 1444-1452. J. Agroteknologi. 4 (2): 1-10.
Respon padi beras merah terhadap cekaman kekeringan (Sugiarto et al.) 179