Implikasi Kristologi dalam Pendidikan Kristen

Bapa tidak berasal dari siapapun, tidak diperanakan dan tidak diciptakan. Bapa memperanakan Anak, dimana kata "memperanakan" disini berarti "melahirkan". Anak dilahirkan dari Bapa sejak kekekalan bukan karena kehendak Bapa tapi memang natur-Nya. Bapa adalah pribadi yang sempurna dan yang tidak terbatas oleh waktu sehingga semua gambar diri-Nya dapat dilahirkan dengan komplit dan sempurna. Gambaran Bapa yang sempurna tersebut adalah Sang Anak, yaitu ide, perkataan, pengetahuan, kebenaran, dan kebijaksanaan Sang Bapa. Bapa menunjukkan perbuatan cinta kepada Anak dan begitu pula sebaliknya. Perbuatan cinta tersebut adalah Roh Kudus. Roh Kudus keluar dari Bapa dan dihembuskan keluar oleh Anak. Dalam pengajaran kepada siswa mengenai ke-tritunggal-an Allah, siswa mungkin akan mempertanyakan hal-hal seperti apakah berarti Bapa telah ada lebih dulu dari Anak atau apakah Bapa sama dengan Anak. Guru Kristen dapat menjawab pertanyaan ini dengan perumpamaan api dan cahaya.
Rika Kristyanti Praba Gracia (18 ELT1 / 01101180016)

Why Jesus had to be a man? Yesus harus menjadi manusia untuk memenuhi the office of Mediator. Mediator harus pribadi yang adalah Allah dan manusia karena hanyalah Dia yang adalah true God nd true man yang bisa menjembatani the gulf antara Allah dan diri kita. Hal ini berada dalam 1 Timotius 2:5 dan Ibrani 4:15. Dari hal tersebut : secara natur, tidak mungkin manusia mengenal Allah lebih dari apa yang Allah singkapkan atau tunjukkan. Puncak dari wahyu Allah ini adalah Yesus. Allah hanya bisa berinkarnasi dalam satu makhluk yang merupakan "image of God" karena merepresentasikan diri-Nya. Alasan kedua yaitu karena hanya Dia yang adalah True God dan true Man yang bisa taat seutuhnya. Karena manusia yang tidak taat menjadi terhilang maka butuh REMEDY yang counter it with obedience, satisfy God's judgement, dan pay penalties for sin. Hal ini berarti Yesus menjadi manusia karena harus ada yang bisa mengembalikan Adam yang telah jatuh dalam dosa untuk bisa kembali taat kepada Allah dank arena Adam adalah manuia, maka Yesus harus menggantikannya dengan menjadi manusia. Harus manusia karena jika Allah saja maka tidak akan bisa mati. Sehingga satu-satunya juru selamat kita adalah Yesus Kristus. Satu-satunya tujuan Yesus berinkarnasi yaitu untuk penebusan manusia. Seperti yang ada dalam Roma 8:3. Jadi, Yesus memiliki dua natur yaitu fully human dan fully God. Implikasi dalam Pendidikan Kristen Setelah mempelajari tentang mengapa Yesus harus berinkarnasi menjadi manusia, kita sebagai manusia seharunya sadar bahwa kita sangat berdosa dan tidak layak untuk menerima semua itu karena kita terus melakukan dosa. Implikasi dalam pendidikan Kristen yaitu guru rela berkorban dan dengan sepenuh hati melayani dan membimbing siswa-siswanya. Meskipun murid melakukan kesalahan seperti tidak mengerjakan pr, berkelahi dan lain-lain, guru harus tetap memaafkan tetapi tetap memberikan konsekuensi sehingga secara perlahan dapat mebalikkan siswa-siswa menjadi taat.

The Father (Bapa) mengutus dan memperanakkan The Son yang adalah The Word dan mengeluarkan Holy Spirit. The Father atau Sang Bapa merupakan kehadiran Allah yang paling utama sehingga disebut The Fountain of the Godhead. Disebut “Bapa” bukan karena sebagai bentuk metafora tetapi memang sudah ada sejak kekekalan. Sedangkan The Son begotten from The Father. The Father tidak berkehendak untuk memiliki Anak tetapi karena NATUR-NYA maka Bapa memperanakkan Anak. Karena begotten from The Father, Sang Anak adalah the image of God (2 Cor 4:4) serta God’s perfect idea of God. The Son mengeluarkan Holy Spirit. Sehingga dapat diketahui bahwa Holy Spirit bukanlah diperanakkan melainkan dikeluarkan atau dipancarkan dari The Father dan The Son. Holy Spirit adalah the act of Love of God. Ada hubungan ontologis dan ekonomis diantara The Father, The Son, dan Holy Spirit. Secara ontologis keberadaan Allah itu apa adanya, sehingga The Father, The Son, dan Holy Spirit sejajar. Sedangkan secara ekonomis atau berupa covenant atau mutual agreement dalam kekelan memutuskan bahwa The Father adalah first person of Trinity  dan atas keputusan The Father, The Son, dan Holy Spirit, The Father mengutus The Son. Dari pembelajaran ini simpulkan bahwa ada satu Bapa, satu Anak, dan satu Roh Kudus tetapi The Three are The One God. Melihat bagaimana The Father, The Son, dan Holy Spirit berelasi khususnya secara ontologis dapat diketahui bahwa kedudukan mereka dalam keallahan adalah sejajar meskipun secara ekonomis The Father, The Son, dan Holy Spirit memutuskan The Father adalah first person of Trinity, the Son adalah second person, dan Holy Spirit adalah third person. Sebagai guru Kristen sebaiknya kita bisa lebih menghargai setiap siswa kita karena sebenarnya guru sejajar dengan siswa hanya saja dalam kelas guru dan siswa memang sudah menyepakati bahwa guru melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai “guru” dan begitu juga dengan siswa melakukan kewajiban dan mendapatkan hak sebagai “siswa”. Dalam kelas guru lebih banyak membuat kesepakatan dengan siswa supaya siswa juga dapat belajar untuk bertanggung jawab dengan apa yang sudah dipercayakan.

Dalam Tritunggal, terdapat tiga pribadi yaitu Bapa (The God), Anak (The Word), dan Roh Kudus (The Act of love of God). Tiga-tiganya adalah Allah. Bapa, tidak berasal dari siapapun, tidak diciptakan dan tidak diperanakkan. Sang Bapa atau Sang Allah memiliki keberadaan absolut. Istilah Bapa, bukan metafora yang diambil dari bumi yang diatribusikan kepada Allah, justru sebaliknya Sang Allah sejak kekekalan adalah Bapa. Anak berasal dari Bapa; Tidak diciptakan atau dijadikan melainkan diperanakkan. Anak dilahirkan dari keberadaan Bapa sejak kekekalan. Sang Anak adalah ide yang sempurna akan Bapa; gambar rupa Allah yang sempurna. Roh kudus berasal (keluar) dari Bapa dan dari Anak, tidak dijadikan/diciptakan, melainkan dipencarkan (keluar dari).Namun, bukan berarti ada urutan keberadaan. Bapa dan anak dan Roh Kudus hadir secara bersamaan dalam sejak kekekalan. Yesus adalah pribadi yang sempurna dari Bapa. Serta Roh Kudus adalah hubungan yang sempurna antara Bapa dan Anak. Hubungan dari ketiga pribadi ini, secara ontologis sama, namun secara ekonomis berbeda. Artinya, Bapa, Anak dan Roh Kudus sama-sama Allah, tetapi secara ekonomis (mutual agreement) Bapa, Anak dan Roh Kudus memiliki perbedaan. Implikasi dalam Dunia Pendidikan Dalam pengajaran Kristen, pengertian Tritunggal harus diajarkan sebenar-benarnya kepada siswa. Walaupun konsep dari Tritunggal ini sulit untuk dimengerti, kita sebagai guru tidak boleh memperkenalkan Allah dengan cara yang salah. Contohnya metafora Allah Tritunggal sebagai ayah yang memiliki tugas dan fungsi ayah saat di rumah, sebagai pegawai di perusahaanan dan sebagai suami bagi istrinya. Konsep ini salah karena Allah Tritunggal adalah Allah yang memiliki tiga pribadi dan satu substansi serta dapat hadir bersamaan di tempat berbeda dan dalam waktu yang sama. Dalam pengajaran di kelas, guru seharusnya mengajarkan siswa betapa Allah sangat mengasihi manusia. Allah mengaruniakan Anak-Nya yang sempurna untuk mengahapus dosa manusia. Allah juga memberikan Roh Kudus yang keluar dari Sang Allah dan Sang Anak yang merupakan the act of love of God kepada kita, manusia berdosa sehingga para siswa mengenal betapa besarnya Allah kita, Allah Tritunggal.

Pra-eksistensi Yesus menunjukkan keberadaan atau identitas Yesus Kristus sebelum ia lahir sebagai manusia(inkarnasi) yang dijelaskan berdasarkan Yohanes 1:1-2. Pada mulanya, sebelum segala sesuatunya diciptakan adalah Sang Firman, yang ada bersama-sama dengan Sang Allah. Keduanya ditulis dalam bahasa Yunani menggunakan artikel ὁ untuk menyebut kata 'Firman' (ὁ Λόγος) dan artikel 1 F 7 8 τ ν untuk menyebut kata 'Allah'(1 F 7 8 τ ν Θεόν) yang keduanya menunjukkan arti 'Sang'. Sang Firman dan Sang Allah memiliki suatu hubungan yang dijelaskan dengan kata πρὁς yang merujuk pada suatu relasi yang terjalin antara pribadi dengan pribadi. Hal ini dapat disimpulkan ada dua keberadaan atau pribadi. Kata 'Allah' pada kalimat "…Firman itu adalah Allah.." merujuk pada natur dari Yesus Kristus. Natur Sang Firman dan Sang Allah itu sama, tetapi keduanya bukanlah pribadi yang sama. Kalimat "Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah" berbeda maknanya dengan kalimat sebelumnya. Dalam bahasa Yunani, kata 'bersama-sama' itu menggunakan kata πρὁς (pros) sebagai accusative yang menunjukkan hubungan harmonis yang setara dengan kata bahasa Inggris 'toward'. Relasi ini juga adalah suatu eksistensial yang terjadi antara pribadi Sang Firman dan Sang Allah yang menunjukkan bahwa keberadaan ini adalah bagian dari Mereka. Kita bisa menyimpulkan bahwa pada mulanya, sebelum segala sesuatunya itu diciptakan, ada 3 eksistensi/keberadaan/pribadi, namun hanya satu substansi/natur yaitu natur Allah yang terikat satu dengan yang lain dalam relasi yang harmonis. Dengan demikian, sebelum berinkarnasi Yesus Kristus sudah eksis bahkan sebelum dunia dijadikan dan Dia adalah pribadi Kedua dari Allah. Implikasi dalam Pendidikan Kristen Pra-eksistensi Yesus membantu kita memahami bahwa kita diciptakan oleh Allah yang berelasi. Allah menganugerahkan kita dengan sesama suatu relasi. Namun, kita juga 1 Disarikan dari sesi ke-2 kelas Teologi Sistematika 4 (Kristologi), dengan topik bahasan Dua Natur Kristus. Dosen Pengampu: Ridwanta Manogu.

Yesus memiliki dua natur dalam satu pribadi, yaitu sepenuhnya Allah dan sepenuhnya Manusia. Kedua natur tersebut tidak bercampur dan tidak mengalami perubahan secara esensial oleh karena kesatuan natur ini. Setiap natur Yesus adalah penuh dan complit tanpa dibagi-bagi menjadi parsial. Natur Kristus adalah tanpa pemisah. Dua natur Kristus adalah Hypostatic Union yang berarti kesatuan pribadi. Bersatu secara tidak langsung didalam satu pribadi yaitu sang Anak, namun tidak barcampur sehingga menghasilkan natur lain yaitu natur campuran, melainkan tetap didalam natur Manusia dan natur Allah. " Yang terbatas, tidak dapat menampung yang terbatas " artinya natur Kristus yaitu Natur Manusia dan natur Allah sudah jelas-jelas berbeda secara esensial. Manusia adalah terbatas, sehingga tidak dapat menampung sepenuhnya kilahian Kristus. Sang Logos, sementara tinggal dalam tubuh juga eksis diluar tubuh. Ini berkaitan dengan natur Allah yang adalah omnipresent. Sang Anak yang adalah Allah, walaupun tinggal didalam tubuh manusia, juga berada dimana-mana karena Dia tidak bisa melawan naturNya. Kemanusiaan Allah, tetap bersandar dan bergantung pada Allah, tanpa bergantung pada natur keilahianNya. Yesus mengambil sepenuhnya natur manusia tanpa mengambil pribadi manusia, sehingga tidak menjadi dua pribadi, melainkan tetap satu pribadi yaitu pribadi kedua dari Allah Tritunggal, Sang Anak. Dari penjelasan singkat tentang dua natur Kristus, dijelaskan bahwa Yesus dalam natur kemanusiaanNya, tetap mau bergantung pada Allah. Apalagi kita yang hanyalah manusia biasa. Tapi tidak dipungkiri bahwa manusia sering tidak mengandalkan Tuhan dalam kehidupan, terlebih khusus ketika sedang berada dalam kondisi yang sehat, kuat, merasa bias melakukan segalanya, dan sebagainya. Sebagai guru Kristen maupun calon guru Kristen, kita harus bisa mengajarkan pada murid-murid kita bagaimana kita harus selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup kita. Mengajarkan sesuatu pastinya harus dimulai dari diri terlebih dahulu, dan tidak hanya sekedar mengajarkan dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan. Penulis sendiri dalam mengajarkan hal ini pada siswa-siswi dan juga tindakannya yaitu mengawali dan mengakhiri dengan doa. Selain itu, dalam konten-konten yang diajarkan dalam kelas, bagaimana penulis sebagai guru menjelaskan bahwa semua yang dipelajari adalah berasal dari Tuhan yaitu Yesus Kristus dan hanya untuk Dia.

Pra-eksistensi Yesus menunjukkan keberadaan atau identitas Yesus Kristus sebelum ia lahir sebagai manusia(inkarnasi) yang dijelaskan berdasarkan Yohanes 1:1-2. Pada mulanya, sebelum segala sesuatunya diciptakan adalah Sang Firman, yang ada bersama-sama dengan Sang Allah. Keduanya ditulis dalam bahasa Yunani menggunakan artikel ὁ untuk menyebut kata 'Firman' (ὁ Λόγος) dan artikel 1 F 7 8 τ ν untuk menyebut kata 'Allah'(1 F 7 8 τ ν Θεόν) yang keduanya menunjukkan arti 'Sang'. Sang Firman dan Sang Allah memiliki suatu hubungan yang dijelaskan dengan kata πρὁς yang merujuk pada suatu relasi yang terjalin antara pribadi dengan pribadi. Hal ini dapat disimpulkan ada dua keberadaan atau pribadi. Kata 'Allah' pada kalimat "…Firman itu adalah Allah.." merujuk pada natur dari Yesus Kristus. Natur Sang Firman dan Sang Allah itu sama, tetapi keduanya bukanlah pribadi yang sama. Kalimat "Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah" berbeda maknanya dengan kalimat sebelumnya. Dalam bahasa Yunani, kata 'bersama-sama' itu menggunakan kata πρὁς (pros) sebagai accusative yang menunjukkan hubungan harmonis yang setara dengan kata bahasa Inggris 'toward'. Relasi ini juga adalah suatu eksistensial yang terjadi antara pribadi Sang Firman dan Sang Allah yang menunjukkan bahwa keberadaan ini adalah bagian dari Mereka. Kita bisa menyimpulkan bahwa pada mulanya, sebelum segala sesuatunya itu diciptakan, ada 3 eksistensi/keberadaan/pribadi, namun hanya satu substansi/natur yaitu natur Allah yang terikat satu dengan yang lain dalam relasi yang harmonis. Dengan demikian, sebelum berinkarnasi Yesus Kristus sudah eksis bahkan sebelum dunia dijadikan dan Dia adalah pribadi Kedua dari Allah. Implikasi dalam Pendidikan Kristen Pra-eksistensi Yesus membantu kita memahami bahwa kita diciptakan oleh Allah yang berelasi. Allah menganugerahkan kita dengan sesama suatu relasi. Namun, kita juga 1 Disarikan dari sesi ke-2 kelas Teologi Sistematika 4 (Kristologi), dengan topik bahasan Dua Natur Kristus. Dosen Pengampu: Ridwanta Manogu.

Perjanjian Allah untuk menebus manusia dari hukuman maut dilakukan melalui pengorbanan Yesus di kayu salib. Dalam penggenapan janji tersebut, Yesus diutus ke dunia dan berinkarnasi menjadi manusia.Tetapi,dalam keadaan manusia Ia tidak kehilangan natur keilahian-Nya, Ia memiliki keduanya dalam waktu yang bersamaan dan keduanya dimiliki secara penuh dan utuh yaitu 100% Allah dan 100% manusia.Ia menambahkan apa yang belum miliki sebelumnya namun tidak mengurangi apa yang Ia sudah punya sebelumnya.