3.5 Perkembangan Seni Budaya Nusantara
3.5 Perkembangan Seni Budaya Nusantara
3.5 Perkembangan Seni Budaya Nusantara
5
Perkembangan Seni Budaya Nusantara
Setelah mempelajari bab ini peserta didik
diharapkan mampu:
1. Mendeskripsikan tahapan perkembangan
seni budaya Nusantara
2. Memahami perkembangan seni budaya
Nusantara di berbagai era
3. Mengidentifikasi perbedaan seni budaya
Nusantara di setiap era
4. Menyimpulkan perkembangan seni budaya
Nusantara
Bicara tentang seni tidak ada habisnya, pasalnya
banyak sekali bentuk seni yang bertebaran di seluruh
penjuru Nusantara. Bentuk bentuk seni tersebut
bervariasi, mulai dari seni musik, seni tari, seni
pertunjukan seni kriya hingga seni arsitektur.
Keberadaan seni di nusantara tidak hanya berperan
untuk menyajikan sisi estetika. Lebih jauh lagi seni
nusantara menjadi identitas terutama bagi masyarakat
yang berdiam di tempat lahirnya bentuk kesenian
tersebut. Seni tidak lepas dari setiap aspek hidup
masyarakat Nusantara. Hal inilah yang membuat
banyak bentuk seni dengan mudah ditemukan di
keseharian masyarakat Nusantara. Jika ingin
ditelusuri, sei Nusanatra digolongkan dalam tiga
rentang waktu, yakni era tradisional, era pasca
kemerdekaan, dan era modern. Bagaimanakah
perkembangannya pada ketiga era tersebut?
A. SENI NUSANTARA TRADISIONAL
Perkembangan seni di Nusantara telah bermula sejak masa purbakala. Bentuk kemunclannya hamper sama dengan di
belahan lainnya, yakni ditemukan dalam bentuk lukisan gua atau benda benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Contohnya adalah bentuk ukiran yang ditmukan dalam waruga (peti kubur batu) dan nekara (gendang perunggu)
dari zaman prasejarah di beberapa daerah di Nusantara.
Seni di Nusantara terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman yan mengikutinya. Pada masa prasejarah,
aksara belum ditemuka sehingga banyak karya seni yang sifatnya anonym atau tidak diketahui jelas penciptanya. Tradisi
menghasilkan karya anonym ini masih banyak digunakan termasuk ketika Nusantara telah memasuki masa aksara.
Masa aksara terjadi ketika banyak kerajaan berdiri di berbagai daerah di Nusantara. Ketika itu banyak seniman dan
sastrawan yang telah mengenal aksara dipekerjakan di kerajaan. Pada masa itu, karya seni dan karya sastra dianggap
sebagai sesuatu yang sangat berharga dan hanya pantas dipersembahkan kepada raja. namun., sebagai bentuk
kerendahan hati banyak dianatara para seniman dan sastrawan ersebut tidak mencantumkan nama mereka dalam karya
yang mereka persembahka. Jika ada yang mencantumkan nama, nama tersebut adalah nama alias atau disamarkan.
Akibatnya di masa masa selanjutnya banyak yang menganggap bahwa karya seni dan sastra dari era kerajaan tersebut
merupakan karya raja.
Perkembangan seni dari masa ke masa dipengaruhi oleh:
Faktor eksternal
Faktor Internal • Seni dan budaya berkembang tergantung
• Seni berkembang berdasarkan pada lingkungan hidupnya, termasu
kreativitas manusia yang terus lingkungan alam dan social budayanya.
bertumbuh dalam dirinya sehingga Adanya tantangan alam seperti bencana
alam atau kkeringan memacu manusia untuk
dapat terus menciptakan ide-ide baru mengembangkan seni. Biasanya seiring
yang asli. Faktor internal membuat dengan adanya kehidupan yang sejahtera
manusia mampu melahirkan sesuatu manusia akan lebih memiliki motivasi
yang baru berdasarkan kesadaran untukmenikmati hasil seni, namun ini bukan
terhadap dirinya dan tergantung hal yang mutlak.
pengalaman.
Melalui kedua factor tersebut, terlihat bahwa penciptan
karya seni tidak hanya berasal dari dalam diri
penciptanya, tetapi juga mengandung pengaruh dari
lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu kedudukan seni
selalu berdampingan dengan budaya yang terlahir dalam
kehiduan masyarakat. Penyatuan unsur-unsur seni dan
budaya di Nusantara menciptakan berbagai bentuk seni,
mulai dari seni rupa, seni arsitektur, seni musik, seni tari
hingga seni teater.
a. Seni Rupa
Seni arstektur di Nusantara terbagi menjadi dua, yakni arsitektur rumah ibadh dan
arsitektur rumah tinggal. Arsitektur rumah ibadah sangat dipengaruhi dengan ajaran
agama yang dianut. Contohnya adalahh benuk pura dan candi bercorak agama Hindu
memiliki bentuk khas yakni beratap tinggi dan mengerucut ke atas. Adapula vihara
dan candi bercorak agama Budha yang bentuknya bulah menyebar.
Sementara itu, bentuk arsitektur rumah tinggal umumnya
disesuaikan dengan kontur tanah dan kondisi alam dari
setiap daerah di Indonesia. Bahan dan materialnya
pembuatnya juga disesuaikan dengan apa yang tersedia di
alam sekitar, mulai dari kayu, bamboo, batu, tanah liat
hingga jerami dan rumbia.
Pada umunya bentuk rumah adat yang paling umum
ditemukan di Indonesia adalah rmah panggung. Contohnya
adalah rumah bolon dari Sumatera Utara, rumah gadang
dari Sumatera Barat, rumah Betang dari Kalimantan
Tengah dan rumah ongkongan dari Sulawesi Selatan.
Selain memperhatikan kondisi alam, juga turut
mencerminkan kebudayaan daerah yang bersangkutan.
Contohnya rumah gadang dari Sumatera Barat memiliki
bentuk atap yang meruncing layaknya tanduk kerbau. Jika
ditelusuri kerbau berkaitan erat dengan asal usul nama
Minangkabau, suku yang berdiam di wilayah tersebut.
Karena mencerminkan kondisi alam dan budya daerah
setempat, tak heran jika rumah adat di Indonesia
dikategorikan sebagai bentuk kearifan local.
c. Lagu dan Musik Daerah
Perkembangan teknologi di era digital ini membawa banyak keuntungan bagi seniman. Melalui teknologi, seniman dapat
mempublikasikan karyanya seara langsung dengan mudah dan cepat. Seniamn dan karyanya juga dapat dengan mudah
dikenal oleh masyarakat. Bahkan seniman juga mendapat kesempatan untuk memperkenalkan karya nya kepada public
mancanegara sehingga karyanya banyak dikenal. Sayangnya kemajuan teknologi juga membawa kekurangan bagi para
seniman. Internet merupakan sesuatu yang dapat dengan bebas dan mudah diakses siapa saja. Oleh sebab itu seniman juga
dapat enjadi sasaran kejahatan intelektual, dalam hal ini peniruan dan penjiplakan hasil karya. Untuk menghindari hal
tersebut para seniman dianjurkan untuk melindugi karyanya dengan mendaftarkan ke KEMENKUMHAM agar mandapat
hak paten. Artinya HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) terlindungi dan karya tersebut tidak mudah dijiplak karena
sudah dipatenkan.
Era digital juga menghasilkan kreativitas baru sesuai
zamannya. Beberapa karya seni saat ini ada yang
memanfaatkan kemudahan internet dan teknologi untuk
menciptakan seni virtual. Media, alat, bahan seni juga
berkembang amat pesat. Banyak karya seni baik seni
murni, seni terapan maupun seni pertunjukan yang lahir
dari hal hal tidak terduga. Pada bidang seni rupa, teknik
melukis berkembang sangat esat. Orang tidak hanya
data melukis dengan kuas, tetapi juga menggunakan
bibir bergincu untuk mewarnai kanvas. Dalam bidang
seni musik, banyak pemusik angbermusik tidak dengan
alat musik yang lazim, melainkan alat musik alternative
seperti yang dilakukan oleh Djaduk Ferianto beserta
grup Kua Etniknya.
KILAS TOKOH
UMAR ISMAIL
Umar Ismail (1921-1971) adalah seorang sastrawan dan sutradara film Indonesia yang
berdarah Minangkabau. Ia dianggap sebagai pelopor perfilman di Indonesia. Setelah
itu ia memperoleh B.A dalam bidang sinematografi dari Universitas California L. A
Amerika Serikat pada tahun 1952.
Pada masa pendudukan Jepang, ia tergabung dalam pusat kebudayaan. Ia mendirikan
dan menjadi ketua Sandiwara Penggemar “Maya” bersama El Hakim, Rosihan Anwar,
Cornel Simanjuntak, S. Sudjojono, H.B Jassin, dll. Ketika Belanda kembali bersama
tentara sekutu, ia menjadi anggoa TNI di Yogyakarta dengan pangkat mayor. Ia aktif
sebagai pengurus lembaga yang berkaitan dengan teater dan film. Ia juga pernah
mejadi ketua Badan Permusyawaratan Kebudayaan Yogyakarta (1946-1948) ketua
Serikat artis Sandiwara ogyakarta (1946-1948) ketua Akademi Teater Indonesia,
Jakarta (1955-1965)dan ketua Badan Musyawarah Perfilman Nasional pada tahun
1967. ia dikenal sebagai pediri perusahaan Film Nasional Indonesia bersama
Djamaludin Malik dan para pengusaha film lainnya. Lalu ia menjadi ketuanya sejak
1954-1965. ia dikenal luas secara internasional setelah menyutradarai film berjudul
Pedjuang pada tahun 1961, yang mendokumentasikan kemerdekaan Indonesia dari
Belanda. Film ini ditayangkan pada Festival Film Internasional Moskwa ke 2 dan
menjadi film karya anak negeri pertama yang diputar dalam festival film internasional.