Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Tugas PPT Kelompok Askeb Komplementer

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

COMPLEMENTARY AND ALTERNATIVE

MEDICINE (CAM)
OLEH

AI NIA SUSI SUSANTI : 205401446285


NOORMALIA : 205401446322
PAULA NATASA SINDY A : 205401446281
RINA CHRISTIANI : 205401446222
Complementary and Alternatif Medicine
(CAM)
WHO menyebutkan Complementary Alternative Medicine (CAM) adalah
pengobatan alternatif atau pengobatan dengan terapi komplementer yang
sering disebut sebagai “kumpulan praktek perawatan kesehatan secara
meluas yang bukan bagian dari tradisi suatu negara dan tidak terintegrasi
kedalam sistem parawatan yang dominan.

National Center of Complementary and Alternatif Medicine medefinisikan


CAM sebagai berbagai macam pengobatan, baik praktik maupun produk
pengobatan yang bukan merupakan bagian pengobatan konvensional.
Dasar Hukum
Complementary and
Alternative Medicine Permenkes No. 1109 Tahun 2007
Kepmenkes No. 1076 Tahun 2003 (CAM) tentang Pengobatan Komplementer
tentang Penyelenggaraan Alternatif, merupakan pengaturan
Pengobatan Tradisional (Obat cara pengobatan tradisional pada
Tradisional). pelayanan kesehatan formal,
Dokter/Dokter Gigi, dan obat
tradisional.

Pasal 59-61 pada UU No. 36


Tahun 2009 mengatur tentang UU No. 36 Tahun 2009, pada Pasal
pelayanan kesehatan tradisional, 48 dinyatakan bahwa “Pelayanan
jenis pelayanan kesehatan Kesehatan Tradisional Merupakan
tradisional, pembinaan dan Bagian Dari Penyelenggaraan Upaya
pengawasan, serta pengembangan. Kesehatan”.
Permenkes No. 003 Tahun 2010
tentang Saintifikasi Jamu, yang
mengatur tentang perlunya Pasal 101 dinyatakan bahwa
pembuktian ilmiah obat “Sumber obat tradisional
tradisional melalui penelitian yang sudah terbukti
berbasis pelayanan (dual system), berkhasiat dan aman
serta pemanfaatan obat tradisional digunakan dalam pencegahan,
untuk tujuan promotif dan pengobatan, perawatan, dan
preventif (pemeliharaan kesehatan atau pemeliharaan kesehatan,
dan kebugaran) kuratif (mengobati tetap dijaga kelestariannya.”
penyakit), dan paliatif
(meningkatkan kualitas hidup).
5 jenis Complementary and Alternative
Medicine (CAM) Menurut NCCM
1. Alternative Medical Systems
Suatu sistem kedokteran yang dibangun dari teori-teori dan praktek medis lokal. Contohnya adalah kedokteran tradisional
Tiongkok, Ayurweda, kedokteran Yunani kuno, kedokteran Persia/Arab kuno, kedokteran Tibet, kedokteran suku Amerika
pribumi, dan homeopathic medicine (terapi obat).

2. Mind-Body Interventions
Teknik yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas pikiran dalam mempengaruhi fungsi tubuh dan meringankan gejala
penyakit. Contohnya adalah meditasi, hipnosis, terapi beribadah, mental healing, terapi musik, terapi seni, dsb.

3. Biologacally Based Therapies


Terapi yang menggunakan subtansi alami seperti bahan herbal, makanan, dan vitamin tertentu untuk terapi nyeri, penyakit
atau ketidak seimbangan lainnya. Contohnya adalah minyak jinten hitam, ekstrak kurma, madu, dsb.

4. Manipulative and Body-Based methods


Manipulasi dan/atau gerakan tubuh atau anggota tubuh. Contohnya adalah: Chiropractic, Osteopathic, Massage

5. Energy Therapies
Menggunakan medan energi baik dari alam atau energi elektromagnetik. Contohnya adalah Qi gong, Rei-ki, Terapi sentuh,
Terapi dengan medan elektromagnet.
Perbedaan antara Complementary and Alternative Medicine (CAM) dan
Pengobatan Konvensional
 CAM merupakan pengobatan privat dan tidak terintegrasi dengan petugas medis.
 Penyedia jasa CAM umumnya tidak terdidik secara medis, dan umumnya bukan dokter yang
telah menempuh pendidikan medis.
 Penyedia CAM memiliki perizinan dan aturan mereka sendiri dan terpisah dengan
aturan/perizinan medis.
 Efektivitas dan keamanan dari berbagai macam CAM sedikit sekali yang diteliti, sering
merupakan pengobatan ortodok dan tidak terbukti secara ilmiah seperti pengobatan
konvensional.
 Pendanaan riset CAM kecil, jauh dibandingkan dengan pengobatan konvensional.
 CAM kurang saintifikasi jika dibandingkan dengan pengobatan konvensional.
 CAM diklaim lebih holistik, sekaligus memiliki keuntungan terhadap mental, psikologis,
spiritual dan sosial sehingga tidak diperlukan pembuktian seperti pengobatan konvensional.
Aplikasi Complementary and Alternative Medicine
(CAM)
Dalam Kebidanan

 Peran bidan yang dapat diaplikasikan dari pengetahuan tentang terapi


komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti,
pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagi advokat. Sebagai konselor
bidan jadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan
informasi ataupun sebelum mengambil keputusan.

 Peran bidan sebagai pemberi pelayanan secara langsung misalnya dalam praktik
pelayanan kesehatan yang melakukan interagrasi terapi komplementer.
Sedangkan sebagai advokat bidan berperan untuk memenuhi permintaan
kebutuhan yang mungkin diberikan termasuk perawatan alternatif.
Jurnal Pengaruh Konsumsi Ektrak Daun Katuk
Terhadap
Kecukupan ASI Pada Ibu Menyusui di Kabupaten
Klaten
A. Hasil Penelitian

Didapatkan hasil bahwa responden kelompok intervensi dengan diberikan ekstrak daun
katukselama 30 hari dengan dosis 2 kali sehari 1 kapsul mendapatkan hasil bahwa
1.
sebagian besar ASI melebihi kebutuhan bayi (70%). Sedang pada kelompopk kontrol
(tanpa perlakuan) didapatkan data bahwa responden yang produksi ASI nya melebihi
kebutuhan bayinya hanya 6,7% dan masih didapatkan yang kurang memenuhi kebutuhan
bayi (20%). Responden kelompok intervensi selama diberikan ekstrak daun katuk dilakukan
monitoring setiap 1 minggu 1 kali untuk melihat efek samping atau keluhan ibu yang
berkaitan dengan ekstrak daun katuk ternyata didapatkan hasil bahwa tidak ada ibu yang
mengalami pusing, mual atau muntah layaknya orang keracunan makanan. Hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa ibu yang mengkonsumsi ekstrak daun katuk membantu
memperbanyak produksi ASI dan tidak mengalami keracunan.
B. Pembahasan Penelitian
 sesuai dengan hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok ibu melahirkan dan menyusui
bayinya yang diberikan ekstrak daun katuk dengan dosis 3 x 300 mg/hari selama 15 hari
terus menerus mulai hari ke-2 atau ke-3 setelah melahirkan dapat meningkatkan produksi
ASI 50,7% lebih banyak dibandingkan dengan kelompok ibu yang tidak diberi ekstrak daun
katuk.

 upaya untuk meningkatkan produksi ASI dapat dilakukan dengan cara ibu menambah menu
sayur daun katuk atau minum kapsul katuk sesuai dosis.

 Implikasi hasil penelitian ini terhadap bidang keilmuan adalah ibu menyusui yang
mengkonsumsi ekstrak daun katuk efektif dapat meningkatkan kecukupan produksi ASI.
Hormon yang sangat berperan dalam produksi ASI/laktasi adapun hormon oksitosin dan
Prolaktin. Keluarnya hormon prolaktin dapat menstimulasi selsel di dalam aleoli untuk
memproduksi ASI, dan prolaktin ini juga akan keluar dalam ASI itu sendiri. Kadar prolaktin
akan meningkat apabila produksi ASI lebih banyak yaitu pada jam 2 s/d 6 pagi, tetapi kadar
prolaktin menjadi rendah saat payudara terasa penuh. Setelah melahirkan oksitosin juga
bermanfaat untuk mengencangkan otototot halus di sekitar alveoli sehingga dapat memeras
ASI menuju saluran air susu.
Daun katuk mengandung hampir 7% protein
dan 19% serat kasar, vitamin K, pro-vitamin
A (beta karoten) Vitmin B dan C. Mineral
yang dikandung adalah Kalsium (2,8%) zat
besi, kalium, fisfor dan magnesium. Daun
katuk mempunyai sifat yang khas yaitu manis,
mendinginkan dan membersihkan darah,
khasiat antipiretik dan laktagog.
C. Kesimpulan Penelitian
Setelah mengkonsumsi ekstrak daun katuk ibu yang menyusui
mengalami kenaikkan produksi ASI sampai melebihi
kebutuhan bayinya (70%).

01 Ibu-ibu yang tidak mengkonsumsi ekstrak daun katu


02 mengalami kenaikkan produksi ASI sampai melebihi
kebutuhan bayinya hanya sebagian kecil saja (6,7%).

03
Ada pengaruh yang signifikan mengkonsumsi
ekstrak daun katuk terhadap kecukupan ASI.
D. KESESUAIAN TEORI DENGAN HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian oleh Suwanti E, et  Menurut Kaliappan (2018) bahwa laktagog merupakan zat
al., (2016) tersebut terdapat yang dapat meningkatkan produksi ASI dan laktagog ini
kesesuaian antara hasil penelitian terdapat pada daun katuk. upaya untuk meningkatkan
dengan teori pengaplikasian
produksi ASI dapat dilakukan dengan cara ibu menambah
Complementary and Alternative
menu sayur daun katuk atau minum kapsul katuk sesuai
Medicine (CAM) dalam dunia
keperawatan/ kebidanan sebagai
dosis.
terapi herbal medik yaitu terapi
dengan menggunakan obat bahan
alam sebagai pemanfaatan obat  Menurut Santoso (2014) ektrak daun katuk banyak digunakan
tradisional. Penelitian ini sesuai sebagai bahan fortifikasi pada produk makanan yang
dengan Complementary and diperuntukan untuk ibu menyusui. Konsumsi daun katuk oleh
Alternative Medicine (CAM) dalam ibu menyusui dapat memperlama waktu menyusui bayi
Evidence Based Medicine (EBM) secara nyata. Kandungan yang terdapat dalam daun katuk
saintifikasi jamu sebagai untuk ibu menyusui adalah asam amino, saponin, dan
pemanfaatan obat tradisional. tanindan senyawa lainnya yang dapat memicu produksi ASI.
LANJUTAN . . .
Maka setelah melihat penerapan Complementary and
Alternative Medicine (CAM) dalam Evidence Based
Medicine tentang pemanfaatan ektrak daun katuk ini
dianjurkan bagi ibu menyusui untuk memgkonsumsi daun
katuk sebagai variasi menu makanan untuk meningkatkan
kecukupan ASI dan bagi bidan atau pemberi asuhan pada
ibu menyusui dapat memberikan KIE tentang daun katuk
sebagai menu makanan sehari-hari untuk meningkatkan
produksi ASI.
Jurnal Pengaruh Pemberian Jamu Tradisional Gepyokan
terhadap Produksi ASI Pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja
Puskesmas Lenteng Kabupaten Sumenep

Jamu Gepyokan atau uyup-uyup adalah jamu yang digunakan untuk


meningkatkan produksi ASI pada ibu yang menyusui. Tidak
lancarnya pengeluaran ASI pada saat menyusui menyebabkan
mastitis. Dampak kurangnya pemberian ASI antara lain
meningkatnya kejadian diare , kurangnya kecukupan gizi bagi bayi /
bawah 2 tahun, 13 dan timbulnya alergi. Upaya untuk meningkatkan
produksi ASI adalah salah satunya meminum jamu tradisional
gepyokan.
A. Hasil Penelitian
Tabulasi silang produksi ASI antara sebelum dan sesudah
diberikan Pemberian Jamu Tradisional Gepyokan di Wilayah
Kerja Puskesmas Lenteng Kabupaten Sumenep Tahun 2019
dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden
pada saat sebelum pemberian jamu tradisional gepyokan
produksi ASI tidak lancar sebanyak 12 (66,7%) responden,
akan tetapi setelah pemberian jamu tradisional gepyokan
produksi ASI mengalami peningkatan, sebagian besar 13
(72,2%) responden produksi ASI nya menjadi cukup lancar
di Wilayah Kerja Puskesmas Lenteng Kabupaten Sumenep
Tahun 2019. Berdasarkan penelitian terdapat pengaruh
pemberian jamu tradisional gepyokan terhadap produksi ASI
pada Ibu Nifas.
B. Pembahasan Penelitian

 Produksi ASI sebelum pemberian Jamu Tradisional Gepyokan di Wilayah Kerja


Puskesmas Lenteng Kabupaten Sumenep dapat diinterpretasikan bahwa sebagian
besar (66,7 %) responden tidak lancar dan cukup lancar. Air Susu Ibu (ASI) merupakan
makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI
mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan bayi. (Dwi SP, 2012). ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktose, dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara
ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.

 Produksi ASI sesudah pemberian Jamu Tradisional Gepyokan dapat diinterpretasikan


bahwa sebagian besar responden 14 (72,2 %) mengalami peningkatan produksi ASI.
Produksi ASIyang rendah merupakan salah satu akibat dari kurang sering atau
memerah payudara, hisapan bayi tidak secara efektif, dan kurangnya gizi ibu.
Jamu tradisional gepyokan ini mengandung
zat kimia yang merangsang laktagogum
sehingga menstimulasi hormon oksitosin dan
prolatin, reflek prolaktin secara hormonal
untuk Memproduksi ASI, sehingga ada
pengaruh pemberian jamu gepyokan
terhadap produksi ASI pada ibu nifas.
C. Kesimpulan Penelitian
Hasil identifikasi produksi ASI sebelum pemberian Jamu
Tradisional Gepyokan yaitu sebagian besar produksi ASI nya
tidak lancar 66,7 %. Hasil identifikasi produksi ASI sesudah
pemberian Jamu Tradisional Gepyokan mengalami peningkatan
produksi ASI sehingga sebagian besar 77,2 % responden
produksi ASI nya cukup lancar. Ada Pengaruh Pemberian Jamu
Tradisional Gepyokan terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas di
Wilayah Kerja Puskesmas Lenteng Kabupaten Sumenep Tahun
2019
D. KESESUAIAN TEORI DENGAN HASIL PENELITIAN

Berdasarkan kesimpulan dari hasil  Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
penelitian yang dilakukan oleh menyebutkan bahwa jamu tradisional gepyokan memiliki beberapa
senyawa yang dapat meningkatkan produksi ASI dan juga pemberian jamu
Sukarsari, S., (2020) tersebut
sebagai pemanfaatan obat tradisional Complementary and Alternative
terdapat kesesuaian antara hasil Medicine (CAM).
penelitian dengan teori
pengaplikasian Complementary and  Hasil penelitian ini di juga didukung oleh teori dari Kaliappan (2018) bahwa
Alternative Medicine (CAM) dalam laktagogum merupakan zat yang dapat meningkatkan produksi ASI dan
dunia keperawatan/ kebidanan jamu tradisional gepyokan ini mengandung zat kimia yang merangsang
laktagogum sehingga menstimulasi hormon oksitosin dan prolatin, reflek
sebagai terapi herbal medik yaitu
prolaktin secara hormonal untuk memproduksi ASI.
terapi dengan menggunakan obat
bahan alam sebagai pemanfaatan  Laktagogum memiliki efek dalam merangsang pengeluaran hormon
obat tradisional. Penelitian ini oksitosin dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid yang
sesuai dengan Complementary and efektif dalam meningkatkan sekresi dan pengeluaran ASI. Mekanisme kerja
Alternative Medicine (CAM) dam laktagogum dalam membantu meningkatkan laju sekresi dan produksi ASI
adalah dengan secara langsung merangsang aktivitas protoplasma pada
Evidence Based Medicine (EBM)
sel-sel sekretoris kelenjar susu dan ujung saraf sekretoris dalam kelenjar
sebagai saintifikasi jamu sebagai susu yang mengakibatkan sekresi air susu meningkat, atau merangsang
pemanfaatan obat tradisional. hormon prolaktin yang merupakan hormon laktagonik terhadap kelenjar
mamae pada sel-sel epitelium alveolar yang akan merangsang laktasi
(Sari, 2015).
LANJUTAN . . .

Maka setelah melihat penerapan Complementary and


Alternative Medicine (CAM) dalam Evidence Based
Medicine tentang pemanfaatan jamu tradisional
gepyokan ini bidan atau pemberi asuhan pada ibu
menyusui dapat memberikan KIE tentang meminum
jamu gepyokan pada ibu nifas untuk meningkatkan
produksi ASI.

Anda mungkin juga menyukai