Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Bahan in Konvensional

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

BAHAN PAKAN NON

KONVENSIONAL

SOFIA SANDI
Bahan pakan Non Konvensional adalah :
bahan pakan yang tidak atau belum lazim dipakai untuk menyusun ransum. Bahan pakan ini
berpotensi digunakan sebagai campuran pakan ternak karena tingkat ketersediaannya
banyak diberbagai daerah lokal .

mengandung zat-zat makanan yang diperlukan ternak dan kurang bersaing dalam
penggunaan dengan manusia, tetapi belum banyak dimanfaatkan karena tidak tersebar
secara merata pada semua daerah atau hanya daerah-daerah tertentu yang memilikinya

Perlu diperhatikan sifat dan karakteristik bahan pakan tersebut yaitu warna dan bau yan
menyengat, segar, tekstur lembut. Secara kimia kandungan zat-zat nutrisi dan zat anti
nutrisinya perlu dilakukan analisa laboratorium.

Bahan pakan non konvensional jarang yang langsung dapat diberikan pada ternak. Umumnya
harus diolah dulu karena berbagai hal seperti tingkat kelayakan untuk dikonsumsi yang masih
rendah, kandungan anti nutrisi yang masih tinggi, dan kondisi bahan pakan yang perlu
ditingkatkan palatabilitasnya
• Berdasarkana asal bahan pakan dibagi menjadi :
1. sumber bahan nabati
2. sumber bahan hewani

• berasal dari limbah dibagi menjadi :


1. limbah
2. non limbah

Kedua kriteria diatas tersebut dapat digabungkan menjadi satu dengan melihat asal bahan makanan dari limbah
hewani ataupun limbah nabati dengan non limbah hewani dan nabati
  ONGGOK

• Onggok merupakan produk samping pengolahan ubi kayu menjadi tapioka. Dari setiap ton
ubi kayu dapat dihasilkan 114 kg onggok.
• Onggok mengandung air cukup tinggi (81-85%), dan dapat menjadi sumber pencemaran
atau polusi udara/ lingkungan, terutama di wilayah produksi apabila tidak ditangani
dengan baik.
• Onggok sebenarnya berpotensi sebagai bahan pakan. Namun, kualitas yang rendah
(protein kasar sekitar 1,55% dan serat kasar 10,44% ), menjadi pembatas utama
penggunaan onggok sebagai bahan pakan, baik untuk ternak monogastrik maupun ternak
ruminansia.
• Untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan, maka kualitas onggok perlu ditingkatkan.
TEPUNG KULIT KAKAO

• Kulit buah kakao (shel fod husk) adalah merupakan limbah agroindustri yang dihasilkan tanaman
kakao (Theobroma cacao L.) 
• Buah coklat yang terdiri dari 74 % kulit buah, 2 % plasenta dan 24 % biji.
• Hasil analisa proksimat mengandung 22 % protein dan 3-9 % lemak (Nasrullah dan A. Ella, 1993).
• Pakar lain menyatakan kulit buah kakao kandungan gizinya terdiri dari bahan kering (BK) 88 %
protein kasar (PK) 8 %, serat kasar (SK) 40,1 % dan TDN 50,8 % dan penggunaannya oleh ternak
ruminansia 30-40 %.
• Buah kakao perlu difermentasikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar lignin yang sulit dicerna
oleh hewan dan untuk meningkatkan kadar protein dari 6-8 % menjadi 12-15 %.
• Pemberian kulit buah kakao yang telah diproses pada ternak sapi dapat meningkatkan berat badan
sapi sebesar 0,9 kg/ hari.
TEPUNG UMBI JALAR

• Umbi jalar (Ipomea batatas) merupakan produk negara-negara Asia (90% dari
produk dunia). Umbi jalar digunakan sebagai pakan sumber energi, kandungan
energinya mirip dengan jagung. Namun kandungan proteinnya rendah sekali.
• Anti nutrisi terdapat pada umbi segar, yaitu anti tryptic, namun dapat dihilangkan
dengan pengeringan. Perebusan sebelum pengeringan akan memberikan hasil
yang baik karena dapat meningkatkan nilai pakan.
• Karena berbentuk tepung, penggunaannya tidak dapat menggantikan jagung
secara keseluruhan.
• Penggunaannya direkomendasikan sampai batas 24-30% untuk mendapatkan
hasil yang baik. Apabila suplementasi protein dan penghilangan kulit umbi
dilakukan, maka penggunaan sampai batas 50% dapat dilakukan.
TEPUNG DAUN PISANG

• Selain buahnya, bagian tanaman yang lainpun dapat dimanfaatkan mulai dari bonggol sampai
daun.
• Bagian tanaman pisang yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak adalah umbi,
batang, jantung pisang dan daun pisang. Pemanfaatannya dapat langsung diberikan kepada
ternak, dapat juga dibuat dalam bentuk tepung terlebih dahulu.
• Cara pembuatan tepung daun pisang mula-mula daun segar dipotong dari pohonnya dan
dipisahkan dari pelepahnya. Kemudian daun pisang dikeringkan dengan sinar matahari selama
empat sampai tujuh hari dan akhirnya digiling.
• Kelemahan daun pisang sebagai alternatif bahan pakan adalah adanya faktor pembatas yaitu
kandungan tannin. Ada dua golongan tannin di dalam daun pisang yaitu tannin yang bebas yang
dapat menyebabkan rasa pahit dan tannin tidak bebas yang sedikit pengaruhnya terhadap
palatabilitas
Kandungan nutrisi tepung daun pisang dengan hijauan lainnya
• aras pemberian tepung daun pisang sebesar 9 persen dalam pakan sebagai
pengganti daun lamtoro tidak banyak mempengaruhi konsumsi, konversi dan
efisiensi pakan ayam broiler. Berdasarkan analisis ekonomi, pemberian tepung
daun pisang ternyata lebih ekonomis dari pada daun lamtoro.
• Rismunandar (1989) menyatakan bahwa daun pisang dapat digunakan untuk
makanan sapi dan kerbau pada waktu musim kemarau apabila kekurangan
rumput.
AMPAS SAGU

• Ampas sagu tersedia sebagai sumber energi bagi ternak, akan tetapi yang
menjadi faktor pembatas adalah kandungan protein kasarnya rendah dan serat
kasar tinggi
• Untuk memanfaatkannya, terlebih dahulu harus difermentasi
• riset ini membuktikan bahwa penambahan ampas sagu non fermentasi dan
fermentasi sampai kadar 10% dan 25% dari total ransum, memberi respon yang
cukup baik terhadap pertumbuhan ayam buras periode grower.
ISI RUMEN SAPI

• Isi rumen merupakan salah satu dari sekian banyaknya hasil dari limbah ternak
ruminan yang berasal dari rumah pemotongan hewan yang belum begitu
dimanfaatkan, bahkan ada yang dibuang begitu saja sehingga menimbulkan
pencemaran lingkungan.
• Limbah rumah potong hewan sebenarnya merupakan bahan yang potensial
sebagai bahan pakan ternak, karena isi rumen di samping masih merupakan
bahan pakan yang belum tercerna, juga terdapat organisme rumen yang
merupakan sumber vitamin B disamping juga banyak mengandung protein
akibat adanya pencernaan protein dalam rumen
• Zat makanan yang terkandung dalam isi rumen meliputi protein 8,86 persen, lemak 2,60
persen, serat kasar 28,78 persen, fosfor 0,55 persen, abu 18,54 persen dan air 10,92
persen.
• Berdasarkan komposisi zat yang terkandung di dalam isi rumen dalam batas tertentu
tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bila dijadikan bahan pencampur
ransum berbagai ternak.
• asil penelitian Sanjaya (1995) menunjukkan bahwa penggunaan isi rumen sapi dalam
ransum sampai level 12 persen mampu meningkatkan pertambahan bobot badan dan
konsumsi pakan ayam pedaging dan mampu menekan konversi pakan ayam pedaging.

SUSU BUBUK KADALUWARSA

• Susu bubuk merupakan hasil olahan susu yang mengandung krim ringan, susu
kental rendah krim, susu masam cream, susu skim, susu rendah lemak, susu
mentega, yogurt, yogurt rendah lemak, yogurt tanpa lemak, dan produk susu
bubuk.
• umumnya produk susu dalam kemasan disertai tanggal kedaluwarsa pada
kemasannya. Dalam istilah sering disebut Expired Date atau Best Used Before.
Artinya, produk tu memiliki mutu prima hanya sampai batas waktu tersebut.
Penyertaan tanggal kadaluwarsa pada produk pangan sebenarnya bersifat
preventif, agar konsumen terhindar dari produk tidak layak konsumsi
• Hasil penelitian Sukariyadi (2003) dengan perlakuan percobaan susu bubuk control, susu bubuk kadaluwarsa
3 bulan, susu bubuk kadaluwarsa 2 bulan dan susu bubuk kadaluwarsa 1 bulan menunjukkan bahwa
perbedaan masa kadaluwarsa beberapa susu bubuk akan menyebabkan perbedaan nilai biologis (biological
value) dan nilai kecernaan lemak pada ayam pedaging. Sehingga semakin meningkat bulan kadaluwarsa susu
bubuk skim sampai bulan ke empat maka semakin menurun nilai biologis (BV) ayam pedaging. Sedangkan
semakin meningkat bulan kadaluwarsa susu bubuk skim sampai bulan ke empat maka semakin menurun nilai
Kecernaan Lemak ayam pedaging
• tidak menggunakan susu bubuk kadaluwarsa yang lebih panjang dikarenakan kandungan nutrisi sudah
terlampau rendah dan dimungkinkan susu bubuk kadaluwarsa lebih panjang itu telah terkontaminasi oleh
jamur yang dapat membahayakan bagi ayam pedaging.
BUNGKIL KELAPA SAWIT ( PALM KERNEL MEAL)

• Bungkil kelapa sawit memiliki nilai hayati 60 - 80 persen dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
protein dan energi bagi ternak ayam dan mempunyai kemampuan mensuplai energi dan protein setara dengan
dedak padi.
• Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian bungkil kelapa sawit pada ternak non
ruminansia adalah kandungan serat kasar terutama lignin yang tinggi karena sulit dicerna oleh alat
pencernaan.
• Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bungkil kelapa adalah nilai nutrisi dibatasi oleh
rendahnya kandungan asam amino lisin dan metionin.
• permasalahan lain pada bungkil kelapa sawit adalah sifatnya yang mudah tengik di udara terbuka (proses
oksidasi). Jika sudah tengik, permukaan berubah warna menjadi kehitaman dan mengeluarkan bau busuk.
Kondisi tersebut diperparah dengan munculnya ulat dan ragi. Untuk menghindari hal itu, bungkil disimpan
dalam plastik hitam dengan oksigen minimal.
• Penelitian Lubis (1980) menunjukkan konversi pakan yang terendah

• pada ayam pedaging yang menggunakan tambahan bungkil kelapa sawit sebanyak 5 persen.
• Dalam penelitian Hartadi (1983) pada ayam pedaging umur 2 - 8 minggu mendapatkan perbedaan yang nyata
terhadap kenaikan bobot badan dan konversi pakan akibat pemberian bungkil kelapa sawit.
• Pada penelitian Sugeng (1994) didapati bahwa bungkil kelapa sawit yang difermentasi dengan ragi tempe
dengan konsentrasi 0, 1, 2, 3 persen tidak berpengaruh terhadap kandungan protein.
TE P UN G D AU N U B I K AY U

• Daun ubi kayu merupakan limbah dari tanaman ubi kayu yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak
dan disukai oleh semua jenis ternak.
• Variatas ubi kayu dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu varietas manis yang mengandung kurang dari
0.01% HCN dan varietas pahit yang mengandung 0.02 - 0.03% HCN
• Daun ubi kayu mengandung kurang lebih 25,8 sampai 27,3 persen protein kasar, 7,6 - 10,5 persen lemak, 5,7
- 8,8 persen serat kasar dan 50,1 - 51,9 persen BETN dari bahan kering. Kandungan nutrisi tersebut
bergantung pada umur, waktu panen, varietas, kondisi tanah dan cara pengolahannya
• Daun ubi kayu sebelum diberikan pada unggas terlebih dahulu diolah untuk menurunkan kadar asam sianida.
Penggunaan daun ubi kayu dapat diberikan pada ayam pedaging sebanyak 10 persen dari jumlah ransumnya
(Parakkasi, 1983)
BUNGKIL BIJI KAPUK

• Bungkil biji kapuk dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak karena mempunyai nilai gizi yang tinggi
salah satunya adalah kandungan protein yang cukup tinggi
• komposisi bungkil biji kapuk sebagai berikut: air sebesar 9,98 - 11,29%, protein kasar sebesar 26,99 -
2,66%, lemak kasar sebesar 5,25 - 9,48%, serat kasar sebesar 23,75 - 28,76, bahan ekstrak tanpa N sebesar
21,10 - 22,51%; abu sebesar 5,98 - 6,35%; kalsium sebesar 0,36 - 0,42% dan fosfor sebesar 0,58 - 0,78%.
• Kandungan zat gizi bungkil biji kapuk bervariasi bergantung beberapa faktor antara lain varietas biji,
keadaan buah atau biji yang digunakan dan cara pengambilan minyak dari bahan bakunya
• faktor pembatas diantaranya zat anti nutrisi berupa asam siklopropinoid sebesar 10 - 13% dan adanya
selulosa yang dapat menurunkan daya cerna ternak
• Penelitian Gunawan (1981) bahwa pemberian bungkil biji kapuk 5% dalam ransum pada ayam umur 1
minggu tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan dan banyaknya ransum pada
anak-anak ayam dapat diberikan antara 2-5% bungkil biji kapuk
BUNGKIL BIJI KARET

• Produk utama biji karet adalah minyak dan hasil sampingannya berupa bungkil
biji karet. Kandungan minyak biji karet sekitar 40 - 50 persen dan bungkilnya 50 -
60 persen.
• Bungkil biji karet digolongkan sebagai bahan pakan sumber protein. Kandungan
protein bungkil biji karet berkisar 25 sampai 35 persen.
• Bungkil biji karet bermanfaat sebagai substitusi bahan pakan sumber protein.
Kandungan asam amino bungkil biji karet lengkap tetapi mempunyai kandungan
metionin dan lisin yang rendah.
• Racun dalam biji karet terdapat dalam bentuk linamarin sehingga penggunaan
bungkil biji karet pada ayam pedaging tidak lebih dari aras 10 persen.
TEPUNG AZOLLA

• Azolla merupakan tanaman paku yang mengambang di permukaan air dengan struktur yang
terdiri dari cabang, batang, daun dan akar layang, tersebar luas di daerah tropis dan tumbuh
secara alami di areal perairan seperti kolam, danau, sawah
• zolla mempunyai potensi sebagai bahan pakan unggas karena mempunyai kandungan
protein kasar yang relatif tinggi. Bila dibandingkan dengan tanaman air lainnya, maka
tanaman azolla mempunyai kandungan protein dan asam amino yang relatif tinggi
• Ta et al (1987) melaporkan bahwa penambahan azolla sebanyak 5% dalam pakan ayam
pedaging mengakibatkan pertambahan bobot badan yang meningkat secara signifikan.
Indrajaya (1998) melaporkan bahwa tepung azolla dapat digunakan sampai tingkat 15%
dengan penambahan enzim pertumbuhan sebesar 0.05% dalam pakan itik Mojosari jantan.
• .
AMPAS KECAP

• Ampas kecap merupakan sisa pembuatan kecap dengan bahan dasar kedelai.
• Proses pembuatan kecap melalui beberapa tahap sebelum diperoleh hasil utama kecap
dan hasil samping berupa ampas kecap yang berwarna coklat kehitaman.
• Penggunaan ampas kecap sebagai penyusun ransum unggas harus dibatasi karena
kandungan serat kasar yang tinggi yaitu 16,30%. Kandungan serat kasar yang tinggi
akan mempengaruhi pencernaan zat-zat makanan lainnya, karena serat kasar tidak dapat
dicerna oleh ayam
• Hasil penelitian Maharani (2001) menunjukkan bahwa penggunaan ampas kecap sampai
10% dalam pakan ternyata mempengaruhi pertambahan bobot badan dan konversi pakan
ayam pedaging periode finisher, tetapi sebaliknya tidak mempengaruhi konsumsi pakan.
TEPUNG LIMBAH KATAK

• Limbah katak adalah sisa buangan katak selain paha, yang berupa kepala, kulit,
kaki, isis perut dan cakar. Dari sisa tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pakan baru baik untuk ikan maupun ayam.
• Limbah katak dapat diolah menjadi tepung untuk pakan ternak tanpa kontaminasi
mikroba patogen seperti Salmonella yang banyak terdapat pada katak segar
• Protein berkualitas tinggi seperti tepung limbah katak akan lebih mendorong
kenaikan berat tiap unit protein yang dikonsumsi dibandingkan dengan protein
berkualitas rendah. Janizal dan Kompiang (1981) menyatakan bahwa pemberian
tepung limbah katak sebesar 9 persen dari total ransum mempengaruhi
peningkatan performan ternak.
TEPUNG BEKICOT

• Bekicot selain sebagai komoditi ekspor juga merupakan sumber protein hewani
bagi ternak.
• Daging bekicot sebagai bahan pakan unggas dapat dimanfaatkan untuk
mengganti tepung ikan, karena menpunyai kandungan protein yang sebanding,
selain itu juga memiliki kandungan asam amino dan mineral yang cukup
memenuhi persyaratan sebagai pakan bergizi.
• Santoso (1987) bahwa tepung bekicot dapat digunakan sebagai campuran ayam
pedaging sampai 15 persen dan tidak memberikan pengaruh yang negatif
TEPUNG JANGKRIK

• Tepung jangkrik mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi dan asam
amino yang cukup seimbang.
• Kelemahan tepung jangkrik adalah harga yang relatif mahal karena
pembudidayaannya yang belum masal dan belum banyak dikenal sebagai
campuran pakan unggas alternatif oleh masyarakat.
• Hasil penelitian Rini (2002) menunjukkan bahwa penggunaan jangkrik sampai
9% dalam campuran pakan ternyata tidak mempengaruhi konsumsi, konversi
pakan dan pertambahan bobot badan burung puyuh jantan. Sehingga
disarankan untuk mengganakan tepung jangkrik tersebut sampai aras 9%
sebagai pengganti sumber protein hewani maupun nabati lainnya
TEPUNG BULU

• Salah satu alternatif pembuatan pakan ternak non konvensional adalah


pembuatan tepung bulu.
• Selama ini bahan tersebut masih dianggap limbah ikutan dari berbagai produk
peternakan seperti bulu ayam. Tepung bulu dapat dijadikan sumber protein
dengan kandungan protein kasar lebih dari 44.7% (PK >20).
• Tepung bulu ayam (TBA)mempunyai ikatan keratin yaitu sejenis protein
berserat yang bersifat sukar larut dalam air dan sulit dicerna oleh ternak unggas
RAGI TAPE

• Ragi tape merupakan populasi campuran mikroba yang terdapat beberapa jenis yaitu genus Aspergillus,
genus Saccharomises, genus Candida, genus Hansnula, sedang bakterinya adalah Acetobacter.
• Secara fisiologis, ragi mempunyai persamaan yaitu menghasilkan fermen atau enzim-enzim yang dapat
mengubah substrat menjadi bahan lain dengan mendapat keuntungan berupa energi.
• Ragi menghasilkan enzim pitase yang dapat melepaskan ikatan fosfor dalam phitin, sehingga dengan
ditambahkan ragi tape dalam ransum akan menambah ketersediaan mineral
• Ragi biasanya digunakan untuk penambahan protein dalam pakan ternak bersama-sama tepung ikan.
Pada ayam pedaging, bahan pakan tepung ikan atau tepung kedelai dapat digantikan dengan ragi dengan
nilai nitrogen dalam pakan yang sebanding, demikian juga ayam petelur.
• Hasil penelitian Rahman (1994) menunjukkan bahwa penambahan ragi tape dalam ransum pedaging
dengan level 0,03 - 0,06 persen pada ayam umur 0 - 6 minggu tidak menunjukkan pengaruh antar
perlakuan terhadap pertambahan bobot badan.

Anda mungkin juga menyukai