KMB Fraktur Semester 5
KMB Fraktur Semester 5
KMB Fraktur Semester 5
(FRAKTUR TERBUKA)
Kelompok 1
Diana Pebrianti
Dian susilawati
Lia asli lotim sd
senawati
SISTEM MUSKULOSKELETAL
(FRAKTUR TERBUKA)
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
2. Sirkulasi
3. Neuro sensori
4. Nyeri atau kenyamanan
5. Keamanan
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Rontgen; menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma, dan jenis fraktur.
2. Scan tulang, tomogram, CT Scen/MRI:memperlihat kan tingkat keparahan fraktur, juga dapat
untuk mengindentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram :dilakukanbiladicurigakanadanyakerusakanvaskuler.
4. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multiple trauma). Peningkatan jumlah SDP ada
proses setres normal setelah trauma.
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi multifel atau cedara hati.
Next…
7. Angiografi
Digital Sub Pemeriksaan sisitem arteri. Suatu bahan kontras radiopaque diinjeksikan ke dalam
arteri tertentu, dan diambil foto sinar-X serial sistem arteri yang dipasok oleh arteri tersebut.
9. Mielografi
Suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam rongga subarakhnoidspinalis lumbal,
dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis spinal(penyempitan kanalis spinalis) atau
adanya tumor.
10. Arthografi
penyuntikkan bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat struktur jaringan
lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya sementara diambil gambar sinar-
X serial. pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik
kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan pergelangan tangana
Next…
11.Arthrosentesis(aspirasi sendi)
dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk meghilangkan
nyeri akibat efusi. normalnya, cairan sinovial adalah jernih dan volumenya sedikit. Cairan sinovial lalu
diperiksa secara makroskopis terkait dengan volume, karna, kejernihan, dan adanya bekuan musin.
12. Arthroskopi
13. Termografi
Mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit. kondisi inflamasi seperti artritisdan infeksi,
neoplasma harus dievakuasi. pemeriksaan serial berguna untuk mendokumentasikan episode inflamasi
dan respons klien terhadap terapi pengobatan anti inflamasi.
14. Elektromiografi
Memberi infoemasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang menyarafi. Tujuannya adalah
menentukan abnormalitas fungsi unit motor end.
Next…
uji noninvasif untuk menentukan kandungan mineral tulang pada pergelangan tanganatau tulang
belakang. osteoporosis dapat dideteksi dengan menggunakan alat densitometri.
17. Biopsi
dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan sinovium serta untuk membantu
menentukan penyakit tertentu. Tindakan yang dilakukan setelah pelaksanaan prosedur adalah memantau
adanya edema, perdarahan dan nyeri.(lukman,Nurna.Ningsih.2009)
D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Secara umum Doenges (2002) merumuskan delapan masalah/diagnosis keperawatan,yaitu:
1. Risiko tinggi trauma tambahan
2. Nyeri berhubungan dengan spasme otot
3. Risiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler periferngan
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuscular
6. Kerusakan integritas kulit/jaringan (actual/risiko tinggi)berhubungan dengan cedera tusuk,fraktur
terbuka,pemasangan pentraksi,perubahan sensasi,imobilisasi fisik.
7. Risiko tinggi terhadap infeksi
8. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
Sementara\ Smeltzer (2002) merumuskan tiga diagnosis/masalah keperawatan yang terjadi pada
fraktur tertutup yaitu:
1) Nyeri berhubungan dengan fraktur
2) Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler,tekanan,dan disuse
3) Kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan menjalankan kativitas
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa ada Sembilan masalah/diagnosis
keperawatan yang dapat ditemukan pada klien fraktur yaitu sebagai berikut:
1) Risiko tinggi tyrauma tambahan berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular,tekanan,dan disuse.
2) Nyeri berhubungan spasme otot,gerakan fragmen tulang,cedera pada jaringan
lunak,stress,ansietas,alat vtraksi/imobolisasi.
3) Risiko tingginterhadap disfungsi neuro vaskuler perifer.
4) Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas
5) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakanrangka neuromuscular.
6) Kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan menjalankan aktivitas
kehidupan sehari-hari.
7) Kerusakan integritas kulit /jaringan (actual/risiko tinggi)berhubungan dengan cedera
tusuk,fraktur terbuka,pemasangan pen traksi,perubahan sensasi,mobilisasi fisik.
8) Risiko tinggi terhadap infeksi.
9) Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis,dan kebutuhan pengobatan.
E. INTERVENSI
1. Kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan menjalankan aktivitas
kehidupan sehari-hari
Tindakan Rasional
Tindakan Rasional
Tindakan Rasional
1. Pertahankan imobilisasi bagian 1.Mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi
yang sakit dengan tirah tulang/tegangan jaringan yang cedar.
baring,gips,pembebat.
13. Obserpasi adanya keluhan nyeri yang 13.dapat mengindikasikan terjadinya komflikasi,seperti
tidak biasa,tiba-tiba atau dalam,lokasi infeksi,iskemia jaringan,sindrom kompertemen
progresif atau buruk tidak hilang
dengan analgesik.
Kolaborasi
14. Lakukan kompres dingin 24-48 jam 14.Menurunkan adema atau pembentukan
pertama sesuai kebutuhan hematom,menurunkan sensasi nyeri.
15 Berikan obat sesuai order: narkotik dan 15.Untuk menurunkan nyeri dan atau sepasme otot.
analgesik non narkotik,NSAID,berikan
narkotik sesuai order selama 3-5 hari
16. Berikan/awasi analgesic yang dikontrol 16.pemberian rutin mempertahankan kadar anelgesik darah
klien. secara adekuat,mencegah fluktuasi dalam menghilangkan
nyeri akibat spasme/tegangan otot
E. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam perencanaan
dengan data objektif maupun subjektif yang diperoleh dari respon pasien saat pelaksanaan tindakan.