Dokumen PDF Dikonversi
Dokumen PDF Dikonversi
Dokumen PDF Dikonversi
Oleh :
N ENENG PAUZIAH
32722001D19071
Oleh :
N ENENG PAUZIAH
32722001D19071
Pembimbing Pendamping
Nama : Rani Fitriani Arifin, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Jabatan : Pembimbing Pendamping
Menyetujui,
NIM : 32722001D19071
USULAN PROPOSAL
Usulan proposal ini telah disetujui untuk diajukan dihadapan
Tim Penguji KTI Program Studi III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi
Menyetujui:
Pembimbing Utama
(Asmarawati,
S,Kep.,Ners.,M.Kep)
NIDN.0422038003
Pembimbing Pendamping
4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya karena telah memberikan kenikmatan dan
kesehatan yang tak ternilai harganya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
kepada jungjunan kita umat Nabi Muhamad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Alhamdullilah dengan segala kemampuan yang dimiliki penulis dapat
menyelesaikan Proposal karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada An. X Dengan Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi Saluran Pernafasan
Atas (Ispa) Di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi” sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan Program DIII Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sukabumi. oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. H. Iwan Permana, S.KM., S.Kep., M.Kep. Selaku ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Sukabumi
2. Yeni Yulianti,S.Kp,M.Kep selaku Ketua Program Study DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi
3. Asmarawanti, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku pembimbing utama Proposal karya
Tulis Ilmiah yang selalu memberi saran dan tambahan agar Tugas akhir ini
menjadi lebih baik.
4. Rani Fitriani Arifin, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku pembimbing pendamping
Proposal karya Tulis Ilmiah yang selalu memberi saran dan tambahan agar
Tugas akhir ini menjadi lebih baik.
5. Kedua orang tua penulis yang senantiasa selalu memberi dukungan baik
material maupun do’a, sehingga penulis dapat menyelesaikannya hingga
akhir.
6. Teman sejawat mahasiswa/I angkatan 2019 yang sama – sama sedang
berjuang, dan selalu membantu serta mendukung penulis.
5
7. Serta semua pihak yang bersangkutan yang tidak dapat penulis sebut satu
persatu
Penulis menyadari Proposal Karya Tulis ini masih banyak kekurangan, maka
penulis menerima kritik dan saran dari berbagai pihak supaya lebih dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Akhirnya penulis berharap semoga
Proposal Karya Tulis ini walaupun sederhana dapat bermanfaat bagi pembaca
umumya dan penulis khususnya
Penulis
6
DAFTAR ISI
7
2.2 Konsep Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Toddler (1 –
3 Tahun) 23
2.2.1. Pertumbuhan Biologis
24
2.2.2. Perkembangan Motorik Kasar dan Halus
26
2.2.3. Perkembangan Psikososial
27
2.2.4. Perkembangan Rasa Autonomi (Erikson)
27
2.2.5. Perkembangan Kognitif (Fase Sensorimotor dan
Prakonseptual) 28
2.2.6. Perkembangan Spiritual
29
2.2.7. Perkembangan Citra Tubuh
29
2.2.8. Perkembangan Seksual
30
2.2.9. Perkembangan Sosial
30
2.2.10. Bahasa
31
2.2.11. Konsep Hospitalisasi Pada Anak Usia Thodler.................31
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA) 33
2.3.1 Pengkajian Keperawatan 33
2.3.2 Diagnosa Keperawatan 45
2.3.3 Intervensi Keperawatan 46
2.3.4 Implementasi Keperawatan 52
2.3.5 Evaluasi Keperawatan 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
8
3.1 Rancangan Studi Kasus 53
3.2 Subyek Studi Kasus 53
3.3 Fokus Studi Kasus 53
3.4 Definisi Operasional 55
3.5 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus 55
3.6 Metode Pengumpulan Data 56
3.7 Analisis Data Dan Penyajian Data 57
3.8 Etik studi kasus 59
DAFTAR PUSTAKA 61
LAMPIRAN – LAMPIRAN 66
DAFTAR TABEL
9
DAFTAR BAGAN
(ISPA) 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
Hasil kampanye global Every Last Child Campaign yang di gagas Save
anak dilakukan sejak dalam kandungan, bayi, Balita, hingga remaja; termasuk
perlindungan.
ISPA karena bisa dengan mudah menyerang oleh karena sistem imunitas
balita belum optimal. Seseorang bisa terkena ISPA jika kekebalan tubuh atau
ISPA yakni berat badan pad saat lahir, asi eksklusif, status imunisasi, ventilasi
penyebab terjadinya ISPA, asupan gizi balita sebelum dan sesudah lahir dapat
menjadi penentu agar balita memiliki kondisi fisik yang sehat, pemberian asi
eksklusif juga dapat berperan penting agar balita memiliki kekebalan tubuh
yang baik agar pada saat tubuh diserang oleh agen penyakit maka kekebalan
1
tubuh dapat merespon masukya benda asing kedala tubuh agar tubuh bisa
berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau
infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung, faktor
cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya
meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek),
Hasil Survey yang dilakukan WHO pada tahun 2013, diperkirakan kasus
ISPA pada anak dengan usia di bawah 5 tahun menunjukan angka tertinggi
pada wilayah asia tenggara sebanyak 168.74 juta kasus, sedangkan diurutan
kedua wilayah pasifik barat dengan jumlah kasus baru 133.05 juta. selain itu,
ISPA.
kematian di dunia, dikatakan bahwa dari 56,9 juta kematian yang ada di
1
penyumbang kematian terbesar dari kategori penyakit menular yaitu 3 juta
kematian pada tahun 2016. Data dari organisasi kesehatan dunia pada tahun
2018 ada kurang lebih 960.000 balita yang meninggal dunia dan hal tersebut
ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyaki tterbanyak di rumah sakit.
Survey motalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA pada tahun 2016
urutan pertama penyakit terbanyak pada balita di Propinsi Jawa Barat yakni
sebesar 33,44%.
Sukabumi mencapai 17,75% atau 3.714 kasus dan kelompok usia balita
terbanyak yang mengalami ISPA yaitu usia 24-35 bulan dengan jumlah kasus
Data dinas kesehatan Kota Sukabumi Pada tahun 2018 merupakan urutan
pertama dari 10 besar penyakit di Kota Sukabumi dengan jumlah kasus yang
di Kota Sukabumi diurutan pertama yaitu ISPA akut tidak spesifik 73,455
1
(esensial) 41.197 kasus (10%) , Diare dan Gastroenteritis 29.689 kasus (7%),
Myalgia 28.597 kasus (7%), Demam yang tidak diketahui sebabnya 23.643
kausus (5%), Tukak lambung 23.234 kasus (5%), Faringitis akut 19.892
kasusu (4%), Diabetes Melitus tidak spesifik 17.348 kasusu (4%), Skabies
seperti sinus dan tenggorokan. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh virus atau
Menurut World Health Organization (WHO) ‘Cough and cold remidies for
penyakit yang tergolong dalam ISPA bagian atas. Sedangkan ISPA bagian
daerah tonsil), sinusitis (radang pada daerah sinus rongga hidung) dan otitis
dan bronchiolitis, dengan keluhan yang mirip juga disertai batuk, merupakan
Harjaningrum, 2011).
Dewi Wulandari et.al, 2016 adalah Pola Nafas Tidak Efektif. Definisi Pola
1
Nafas Tidak Efektif menurut NANDA 2018 adalah inspirasi dan/atau
Jika masalah ISPA tidak segera ditangani, maka infeksi dapat menyebar
menular di dunia. Angka mortalitas ISPA mencapai 4,25 juta setiap tahun di
pernapasan atas merupakan penyebab kematian dan kesakitan balita dan anak
pada balita dan anak di Indonesia masih tinggi (Safarina, 2015) sehingga
pergerakan udara masuk atau keluar dari paru, difusi oksigen dan karbon
dioksida, dan transport oksigen dan karbon dioksida melalui darah keseluruh
jaringan. Menurut Eni & Yupi (2015), oksigen dipengaruhi oleh tiga faktor
1
yaitu: Hiperventilasi, Hipoventilasi, dan Hipoksia. Untuk itu dibutuhkan
Dampak yang timbul pada penyakit ISPA ini adalah anak menjadi sulit
wheezing saat bernafas. Dan apabila dampak dari ISPA tidak segera diobati
dan dilakukan dengan menanganan yang baik dalam jangka waktu yang lama
Dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul pada anak dengan ISPA,
pernapasan akut. Edukasi tersebut dapat berupa tanda dan gejala awal ISPA
pada anak, dan melatih batuk efektif, dalam segi preventif sebagai perawat
1
menghindarkan anak dari polusi udara, dalam segi kuratif sebagai perawat
memakai penutup hidung bila kontak langsung dengan salah satu anggota
(Ainurikhamah,2020).
Pada anak ISPA. menggunakan metode Studi Kasus dengan judul “Asuhan
Kota Sukabumi ”
1
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada An. X Dengan Gangguan
1.3 Tujuan
1
5) Melakukan Evaluasi Keperawatan pada An. X Dengan Gangguan
1.4 Manfaat
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1. Definisi
2
merah di bawa ke jantung dan dari jantung di pompakan ke seluruh
2013).
a. Hidung
darah. Proses oksigenasi diawali dari sini. Pada saat udara masuk
melalui hidung, udara akan disaring oleh bulu-bulu yang ada di dalam
dilembabkan.
b. Faring
dari dasar tengkorak sampai dengan esofagus dan batas tulang rawan
c. Laring
2
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri
atas bagian tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran,
d. Epiglotis
f. Trakhea
atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap yang berupa
cincin. Trakhea ini dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas
g. Bronkhus
dua percabangan yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek
dan lebar dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah,
2
dan bawah, sedangkan bronkhus kiri lebih panjang dari bagian kanan
yang berjalan dalam lobus atas dan bawah. Kemudian saluran setelah
h. Paru
diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura
Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian (paru
kanan dan paru kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut terdapat
karbondioksida.
i. Alveoli
mirip seperti buah anggur, memiliki jumlah kantong sebanyak 480 juta.
2
akan mengempis. Letak alveolus berada di ujung bronkhiolus pada
paru-paru.
2.1.5. Patofisiologi
2
Menurut (Amalia Nurin, dkk, 2014) perjalanan alamiah penyakit
infection).
Bakteri dan virus penyebab ISPA ini akan melekat pada sel epitel
2
menyebabkan terjadinya peradangan pada bronkus. Hal tersebut
mukus yang akan menghasilkan secret, Jika pasien tidak dapat batuk
Aktivitas.
2
Secara sistematik alur patofisiologis dari ISPA dapat
Bagan 2.1
Modifikasi Bagan Patofisiologi Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA)
Saluran nafas
Radang Bronkial
bersihan jalan
Intoleransi aktivitas
nafas Peningkatan kompensasi frekuen
Kelelahan
Anoreksia
Ketidakefektifan pola na
Katidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan 27
Sumber : Capernito (2009 (dalam Yenilis Suryani, 2018))
2
diagnosis sentral dan anak tidak dapat minum.
yaitu :
b) Merokok
2
d) Kelompok dengan penyakit paru, termasuk kista fibrosis,
lama.
terbatas.
media, faringitis.
3
1. CT-Scan, untuk meelihat penebalan dinding nasal, penebalan
cold
penyakit.
respiratorik.
terdiri dari:
b. imunisasi
anti-bakteri.
3
e. Hindari anak berkontak langsung dengan orang yeng
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Istirahat total
3. Penatalaksanaan medis
2.1.9. Komplikasi
1. Otitis media
2. Croup
3. Gagal nafas
3
4. Sindrom kematian bayi mendadak dan kerusakan paru residu
yaitu :
2) Ventilasi rumah\
1) Umur anak
3) Status gizi
4) Status imunisasi
3. Perilaku
Tahun)
sampai maturitas/dewasa.
3
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif,
maupun individu.
(skill) strktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang
pematangan/maturitas.
tambahan berat badan adalah 1.8 sampai 2.7 kg per tahun. Berat
empat kali berat badan lahir pada usia 2,5 tahun. Kecepatan
masa bayi, dan lingkar kepala biasanya sama dengan lingkar dada
3
Lingkar dada terus meningkat ukurannya dan melebihi lingkar
3
kemih juga meningkat dengan pesat. Pada usia 14-18 bulan anak
mudah terjatuh. Antara usia 2-3 tahun, posisi tegak dengan dua
kaki, berdiri dengan satu kaki selama 1 atau 2 detik, dan melakukan
3
2.2.3. Perkembangan Psikososial
3
ketergantungan dan kepatuhan, mereka akan dihargai dan
disayangi.
septual)
3
dengan orangtua yang berjenis kelamin sama menjadi jelas pada
benar
perilaku anak.
3
dan kebersihan sangat ditekankan. Pada usia 2 tahun terdapat
4
asumsi anak mengenai karakteristik individual mereka di dalam
2.2.10. Bahasa
pada usia satu tahun menjadi 300 pada usia dua tahun. Perlu
anak.
sering dialami anak dan keluarga seperti perasaan trauma dan stress
4
a. Respon emosi pada anak: rewel, menangis, menolak dan
menyerang
4
c. Respon nyeri pada anak tergantung pada tahap tumbuh
kembang:
a) Meringis
b) Mengantupkan mulut
4
yang baik dan benar, kita akan mendapatkan data yang sangat
A. Identitas
1. Pasien
Nama lengkap
Nama panggilan
anak.
Suku
Agama
2. Penanggung jawab
4
Yang harus dikaji pada data Penanggung jawab adalah
B. Keluhan Utama
periode akut.
C. Riwayat Kesehatan
menggunakan PQRST:
4
dirasakan semakin terjadi apabila kondisi tubuh
dalam keadaan menurun atau lemah.
Qualitative/Quantity yaitu bagaimana gejala yang
dirasakan? Apakah menyebar atau lokal, berapa
kali gejala yang dirasakan muncul?
Region yaitu pada bagian mana gejala dirasakan?
Apakah gejala dirasakan menyebar ke bagian
tubuh yang lain? Apakah terdapat nyeri perut?
Biasanya akan terasa pada daerah hidung, mulut
dan dada/ paru-paru.
Skala yaitu seberapa parah gejala yang dirasakan?
Apakah masih dalam rentang normal atau nyeri
terasa hebat?
Time yaitu kapan gejala tersebut timbul? Seberapa
sering gejala yang dirasakan muncul?
b) Riwayat Penyakit Dahulu
penyakit ini.
4
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah
d) Riwayat Sosial
Prenatal Care
Natal Care
1) Pola Nutrisi
2) Pola Istrirahat/tidur\
4
Aktivitas klien akan terganggu akibat adanya
5) Pola Eliminasi
merawat diri.
4
mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama
sakit.
F. Riwayat Imunisasi
G. Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan Fisik:
Lingkar kepala:
Lingkar dada:
Lingkar lengan:
Lingkar perut:
b. Perkembangan
KPSP.
4
1. Keadaan umum:
Suhu:
Respirasi:
Tekanan Darah:
muda, sklera berwarna putih dan bersih, dan tidak ada lesi.
5. Muka: bersih, tidak ada oedema, agak puca, dant tidak ada
lesi.
cuping hidung.
5
7. Telinga: simetris, pada telingan kanan dan kiri tidak ada
nyeri tekan.
hidung.
10. Kulit: warna kulit sawo matang, kulit pucat, turgor kulit
kering, CRT > 2 detik, tidak ada nyeri tekan pada kulit,
akral hangat
a) Paru-Paru
Inspeksi
5
Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan
Palpasi
Adanya demam
Perkusi
Auskultasi
USIA FREKUENSI
(NAFAS/MENIT)
Bayi Bari Lahir 35
1-11 bulan 30
2 tahun 25
4 tahun 23
6 tahun 21
8 tahun 20
10 tahun 19
12 Tahun 19
14 tahun 18
16 tahun 17
18 tahun 16-18
Sumber: Wong, 2003:824 (dalam Marni, 2014 : 19)
5
Tabel 2.2 Jenis / Pola Pernapasan
b) Jantung
nyeri tekan.
5
Bradikardia Penurunan frekuensi denyut
jantung/nadi
Pulsus alternans Denyut kuat diikuti lemah
Pulsus paradolos Intensitas atau kekuatan nadi menurun
dengan inspirasi
Sinus aritmia Frekuensi meningkat dengan inspirasi
Nadi dikrotik Nadi radialis ganda untuk setiap denyut
atipikal
Nadi lemah Nadi cepat, lemah, yang hilang dan
timbul
Sumber: Wong, 2003:70. (dalam Marni 2014 : 22)
12. Abdomen
13. Genetalia
hematuria.
5
ada nyeri tekan pad ektemitas atas dan bawah, dan tonus
otot lemah.
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Analisa Data
5
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
nafas
jalan nafas
metabolism
yang diharapkan dari kien, dan atau tindakan yang harus dilakukan
5
Tabel 2.4 Tabel Intervensi Keperawatan
2 Bersihan jalan nafas Tujuan : Setelah dilakukan Observasi Penempatan kepala tempat tidur
tidak efektif intervensi, maka diharapkan bersihan a) Identifikasi kemampuan batuk mempermudah fungsi pernafasan
berhubungan dengan jalan napas (L.01001) meningkat. b) Monitor adanya retensi sputum Membantu mempermudah
spasme jalan napas Dengan kriteria hasil : c) Monitor tanda dan gejala infeksi pengeluaran sekret
a) Batuk efektif saluran napas Memberikan cara untuk mengatasi dan
5
b) Produksi sputum menurun d) Monitor pola napas (frekuensi, mengontrol dispnea, mengeluarkan
c) Mengi menurun kedalaman, usaha napas) sekret
d) Wheezing menurun e) Auskultasi bunyi napas Menurunkan kekentalan sekret dan
e) Dispnea menurun Terapeutik mengeluarkan sekret
f) Ortopnea menurun a) Atur posisi semi fowler atau
g) Gelisah menurun fowler
h) Frekuensi napas membaik b) Berikan minum hangat
i) Pola napas membaik c) Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
d) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
b) Ajarkan teknik batuk efektif
c) Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
bronkodilator, mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
3 Intoleransi aktifitas Tujuan : Setelah dilakukan Observasi Penurunan stress menghemat energi
berhubungan dengan intervensi, maka diharapkan toleransi a) Monitor lokasi dan
ketidakseimbangan aktivitas (L.05047) meningkat. ketidaknyamanan selama
antara suplai dan Dengan kriteria hasil : melakukan aktivitas
kebutuhan oksigen a) Frekuensi nadi meningkat b) Monitor saturasi oksigen
b) Keluhan lelah menurun c) Monitor tekanan darah, nadi dan
5
c) Dispnea saat aktivitas menurun pernapasan setelah melakukan
d) Dispnea setelah aktivitas aktivitas
menurun
e) Perasaan lemah menurun Terapeutik
a) Libatkan keluarga dalam aktivitas
b) Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
c) Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
a) Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
4 Defisit nutrisi Tujuan : Setelah dilakukan Observasi Pasien disstres pernafasan akut sering
berhubungan intervensi, maka diharapkan status a) Identifikasi status nutrisi anoreksia karena dispnea, produksi
peningkatan nutrisi (L.03030)membaik. Dengan b) Monitor asupan makanan sputum, dan obat-obatan
kebutuhan kriteria hasil: c) Monitor berat badan Membantu dalam menentukan respon
metabolism a) Porsi makanan yang dihabiskan Terapeutik untuk makan atau berkembangnya
meningkat a) Berikan makanan tinggi serat komplikasi
b) Diare menurun untuk mencegah konstipasi Meningkatkan proses pencernaan dan
c) Berat badan membaik b) Berikan makanan tinggi kalori toleransi pasien terhadap nutrisi yang
d) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan tinggi protein diberikan dan dapat meningkatkan
membaik c) Berikan suplemen makanan, jika kerjasama pasien saat makan
e) Nafsu makan membaik perlu Rasa tak enak, bau, dan penampilan
d) Hentikan pemberian makan adalah pencegah utama terhadapnafsu
5
melalui selang nasogastrik jika makan dan dapat membuat mual
asupan oral dapat ditoleransi muntah dengan peningkatan kesulitan
e) Berikan makanan sesuai nafas
keinginan, jika memungkinkan
Edukasi
a) Anjurkan orang tua atau keluarga
membantu memberi makan
kepada pasien
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
b) Kolaborasi pemberian antiemetil
sebelum makan, jika perlu
5 Hipertermia Tujuan : Setelah dilakukan intervensi Observasi : Perubahan TTV dalam rentang
berhubungan dengan keperawatan, maka termoregulasi a) Identifikasi penyebab hipertermia abnormal mengidikasikan adanya
proses penyakit (L.14134) membaik dengan kriteria b) Monitor tanda-tanda vital respon tubuh
hasil : c) Monitor suhu tubuh anak tiap dua Terjadinya vasodilatasi sehingga suhu
a) Menggigil menurun jam, jika perlu tubuh cepat kembali normal
b) Kulit merah menurun d) Monitor intake dan output cairan Mencegah terjadinya kekurangan
c) Kejang menurun e) Monitor warna dan suhu kulit cairan karena dehidrasi
d) Pucat menurun f) Monitor komplikasi akibat Permberian terapi mempercepat proses
e) Takikardi menurun hipertermia penyembuhan
f) Takipnea menurun Terapeutik :
g) Bradikardi menurun a) Sediakan lingkungan yang dingin
h) Hipoksia menurun b) Longgarkan atau lepaskan
i) Suhu tubuh membaik pakaian
6
j) Suhu kulit membaik c) Basahi dan kipasi permukaan
k) Tekanan darah membaik tubuh
d) Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
e) Berikan cairan oral
f) Ganti linen setiap hari jika
mengalami keringat berlebih
g) Lakukan pendinginan eksternal
(mis. kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen, aksila
Edukasi :
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan memperbanyak minum
Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian antipiretik,
jika perlu
a) b) Kolaborasi pemberisn
antibiotik, jika perlu
Sumber : PPNI, 2017 (dikutip dalam Intan Widyasari Paramitha, 2020)
6
2.3.4 Implementasi Keperawatan
seefisien mungkin.
oleh perawat dengan mengacu pada standar atau kriteria hasil yang
tercapai, yaitu:
1) Tujuan tercapai
6
Evaluasi dbagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu:
ditentukan tercapai.
6
BAB III
Subyek keperawatan pada studi kasus ini yaitu klien anak usia Toddler
6
melakukan tindakan keperawatan, dan diakhiri dengan mengevalusi
respon pasien.
orangtua saat berada di rumah sakit. Hal ini juga akan menurunkan atau
Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari 18 tahun yang masih
berada pada masa tumbuh kembang dan dengan kebutuhan khusus baik
yang menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai dari
(alveoli).
6
Studi Kasus ini dilakukan di RSUD R Syamsudin SH Kota
perawatan.
1. Observasi
2. Wawancara
penyakit keluarga dll. Sumber dari wawancara ini bisa dari klien,
3. Pemeriksaan fisik
6
Inspeksi adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat. Insfeksi
gambaran organ tubuh atau masa abnormal dari berbagai aspek seperti
nyeri, denyutan atau getaran dan batas – batas organ didalam tubuh.
atau adanya cairan dalam organ tubuh. Perkusi pada bagian tubuh
1. Analisa Data
6
terkumpul dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi
2. Penyajian Data
Fersandi, 2019).
dan dapat disertai cuplikan ungkapan verbal dari subjek studi kasus
3. Kesimpulan
6
dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data
Etika Penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti
penelitian tersebut. Etika penelitian ini mencakup juga perilaku peneliti atau
oleh peneliti bagi masyarakat (Soekidjo, 2014 (dalam Dera Eka Novita
Fersandi, 2019)). Etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari
pengembangan ilmu. .
6
2. Anonymity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta
hasil penelitian kepada orang lain. Kerahasiaan infoemasi atau data yang
diperolehakan dari responden akan dijamin oleh peneliti dan hanya akan
4. Privacy dan Dignity berarti bahwa klien memiliki hak untuk dihargai
tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan terhadap
7
DAFTAR PUSTAKA
Wulandari Dewi & Erawati Meira. (2016)Buku Ajar Keperawatan Anak. Penerbit
Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Agrina, A., Suyanto, S., & Arneliwati, A. (2014). Analisa Aspek Balita Terhadap
Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Di Rumah. Jurnal
Keperawatan, 5(2), 115–120.
Anak, H. U., Kelamin, J., & Berat, D. A. N. (2015). balita ( p = 0 . 037 ). Balita
yang memiliki berat memiliki risiko 4 , 491 kali mengalami ISPA kelamin
secara statistik tidak menunjukkan berhubungan dengan ISPA pada balita.
VIII(2), 8–13.
Dinkes Sukabumi. (2018). Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2018. Profil
Kesehatan, 7(9), 143.
Dongky, P., & Kadrianti, K. (2016). Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah
Dengan Kejadian Ispa Balita Di Kelurahan Takatidung Polewali Mandar.
Unnes Journal of Public Health, 5(4), 324.
https://doi.org/10.15294/ujph.v5i4.13962
Dr. Sugiarto, dr., S. P.-K., Dhani Redhono Harioputro, dr., S. P.-K., Yuliana Heri
Suselo, dr., Ms., Siti Munawaroh, dr., Mm., Annang Giri Moelyo, dr, Sp.A,
M. K., Anik Lestari, dr, M. K., Yulyani Werdiningsih, S., & Arif Suryawan,
dr, A. (2018). Basic Physical Examination : Teknik inspeksi, palpasi, perkusi
7
dan auskultasi. Universitas Sebelas Maret, 0271, 1–37.
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2018/08/MANUAL-
IPPA_2018-smt-1.pdf
Fibrila, F. (2020). Hubungan usia anak,jenis kelamin dan berat badan lahir dengan
kejadian ISPA. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, VIII(2), 8–13.
Ii, B., Pustaka, T., & Pustaka, A. T. (2016). Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
2013, 1–235.
Ii, S., Kebumen, K., Stikes, K., & Gombong, M. (2010). Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, Volume 6, No. 1, Februari 2010. 6(1), 16–21.
Indonesia, J. N., Novayelinda, R., Hasanah, O., Indriati, G., Studi, P.,
Keperawatan, I., & Riau, U. (2017). PERBANDINGAN RESPON
KECEMASAN ANTARA ANAK USIA TODDLER DENGAN Respon
kecemasan anak saat dirawat ditunjukkan secara berbeda sesuai dengan
tahapan perkembangan anak . Pada anak usia sekolah dan remaja , respon
kecemasan ditunjukkan secara verbal dengan mengungkapkan perasaan
cemas dan khawatir . Mereka lebih dapat mengungkapkan perasaan
kecemasan dibandingkan dengan anak anak yang berusia di bawah lima
tahun . Sebagai akibatnya maka anak-anak usia muda cenderung untuk
menunjukkan respon kecemasan secara agresif baik secara fisik maupun
secara verbal . dengan anak prasekolah saat hospitalisasi ” Hospitalisasi
merupakan krisis yang dialami Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
perbandingan respon kecemasan anak toddler dengan anak usia pra sekolah
7
selama hospitalisasi . Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a .
Sebagai tambahan referensi tentang reaksi kecemasan anak berdasarkan
usia b . Sebagai dasar untuk menentukan intervensi lebih lanjut dalam
mengatasi kecemasan anak usia toddler dan pra sekolah c . Untuk
mengantisipasi perilaku yang akan muncul saat hospitalisasi - Anak yang
menjalani perawatan di rumah sakit minimal 2x24 jam - Kesadaran
Composmentis - Orang tua yang bersedia dan setuju anaknya. 7(2).
Karina, G., & Ginting, A. (2019). Ispa Melalui Proses Keperawatan Yang
Optimal.
Mulat, T. C., & Suprapto. (2018). Jurnal Ilmiah Kesehatan Trimaya Cahya Mulat ,
2 Suprapto. JUrnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 1384–1387.
7
Purba, C. V. G., Safryanni, O., Hidayati, A., & Rasyid, Z. (2019). Determinan
Kejadian Ispa Non Pneumonia Pada Anak Balita Di Kelurahan Kedung Sari
Kecamatan Sukajadi Kota Pekanbaru. Jurnal Penelitian Kesmasy, 1(2), 91–
97. https://doi.org/10.36656/jpksy.v1i2.173
Qiyaam, N., Qiyaam, N., Furqani, N., & Febriyanti, A. (2016). TINGKAT
PENGETAHUAN IBU TERHADAP PENYAKIT ISPA ( INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT ) PADA BALITA DI PUSKESMAS PARUGA KOTA
BIMA. 1(September), 235–247.
Sabri, R., Effendi, I., & Aini, N. (2019). FACTORS AFFECTING THE LEVEL
OF ISPA DISEASE IN. 2(2).
Tomatala, S., Kinasih, A., Kurniasari, M. D., De, F., Kesehatan, P., Keperawatan,
7
P. S., Kedokteran, F., Kristen, U., & Wacana, S. (2019). ISPA PADA ANAK
USIA SEKOLAH DI KECAMATAN BRINGIN. 6(1), 537–541.
Widyawati, W., Hidayah, D., & Andarini, I. (2020). Hubungan Status Gizi dengan
Angka Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita Usia 1-
5 Tahun di Surakarta. Smart Medical Journal, 3(2), 59.
https://doi.org/10.13057/smj.v3i2.35649
7
Lampiran 1
Nama Pembimbing:
Paraf/Screenshot
No Hari/Tanggal Materi yang dikonsulkan Saran Pembimbing
Bimbingan
(Asmarawati, S,Kep.,Ners.,M.Kep)
NIDN. 0422038003
7
Lampiran 2
Nama Pembimbing:
Paraf/Screenshot
No Hari/Tanggal Materi yang dikonsulkan Saran Pembimbing
Bimbingan