Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Ulumul Quran

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

ULUMUL QUR’AN

Sejarah Penurunan,Penulisan,dan
Pemeliharaan Al-Quran

Kelompok 2 :
Haryana Nessa Sadin 190101040335
Dwi Maya Puspitasari 190101040336
Tasya Kamila 190101040262
MATERI
MATERI POKOK
POKOK

• Sejarah Penurunan Al-Qur’an


• Sejarah Penulisan Al-Qur’an
• Pemeliharaan Al-Qur’an
Sejarah Penurunan Al-Qur’an
Al-Qur'an diturunkan pertama kali pada bulan ramadan tepatnya tanggal 17
Ramadan.mayoritas ulama berpendapat 17 Ramadan --13 tahun sebelum hijriah--
dipercaya sebagai malam nuzulul quran. Sebagian meyakini bertepatan dengan 10
Agustus 610 masehi.

Al-quran diturunkan oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril kepada Muhammad
SAW di Gua Hiro, Mekkah, Arab Saudi.

Al-quran turun berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun. Sebagian


meriwayatkan Alquran turun selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Selama itu, Alquran
difirmankan Allah kepada Muhammad sebanyak 30 juz atau 114 surat atau sekitar 6666
ayat.

Al-quran turun di dua tempat, yaitu di Mekkah (yang kemudian ayatnya disebut
Makkiyah) dan Madinah (disebut ayat Madaniyah).

Turunnya firman Allah yang pertama sekaligus menandakan 'pelantikan' Muhammad


menjadi seorang nabi.
Nabi Muhammad sering mengasingkan diri ke Gua Hira

Mekkah pada masa itu dinaungi oleh kebodohan dan kegelapan.Muhammad merasa
janggal dengan hal seperti itu. Akhirnya, dia kerap menyisihkan hari-harinya untuk berdiam
diri di Gua Hira yang terletak di Utara kota Mekkah.

Didalam gua itu Nabi merenungi berbagai masalah,hingga suatu hari, kehidupan
Muhammad berubah saat Jibril mendatanginya.

Melihat pemandangan yang tidak biasa, dalam keadaan terburu-buru Muhammad


segera berlari pulang. Berkeringat, menggigil, ketakutan adalah emosi yang dirasakan
Muhammad saat dia menceritakan pengalamannya kepada Khadijah.

"Khadijah memberikan dukungan kepada suaminya. Taufik menulis, "Khadijah


menenangkannya dengan menegaskan kesejatian pengalaman penerimaan wahyu
tersebut, karena Muhammad adalah orang baik yang tidak mungkin dirasuki ruh jahat,".
Muhammad sempat tidak mengerti pesan yang
disampaikan Jibril

Nabi Muhammad dikenal sebagai pribadi yang tidak bisa membaca atau menulis (ummi).
Sedangkan, wahyu pertama yang turun kepada Muhammad adalah surat Al 'Alaq 1-5. Yang berisikan
perintah untuk membaca.

Ketika Jibril membacakan ayat pertama yang berbunyi iqra' (bacalah!), Muhammad selalu
mengatakan maa ana bi qari' (saya tidak bisa membaca).

Jibril kemudian mendekap Muhammad hingga merasa sesak nafas. Setelah Jibril melepaskan
dekapannya, ia kembali menyerukan kata-kata iqra dan jawaban yang sama turut dijawab oleh
Muhammad. Hingga, untuk ketiga kalinya, Jibril membacakan surat Al 'Alaq ayat 1-5.

Ketidakmampuan Muhammad untuk membaca menunjukkan bahwa Alquran memang benar-benar


firman Allah SWT. Sehingga, tidak sepatutnya orang-orang merasa khawatir bahwa Muhammad
adalah pengarang dari kitab suci umat Islam itu.

Sejak saat itu, Muhammad resmi menjadi Nabi dan memiliki tugas untuk mensyiarkan ajaran Islam
sebagaimana nabi-nabi sebelumnya.
Ragam bentuk Nabi Muhammad menerima wahyu

Jika merujuk kepada hadis yang diriwayatkan Aisyah, Nabi Muhammad menerima
firman dari Allah dengan berbagai bentuk.
1. Bentuk yang pertama, Nabi Muhammad seolah mendengar suara gemerincing
lonceng.
2. Bentuk kedua, Jibril datang menyerupai laki-laki.

Saat itu, Jibril berbicara kepada Muhammad menyampaikan pesan dari Allah. Menurut
keterangan Aisyah, Nabi Muhammad biasanya mengeluarkan keringat dingin yang begitu
banyak saat dirinya menerima wahyu.

Saking mulianya Ramadan sebagai malam diturunkannya Alquran, Allah memberikan


lailatul qadar pada salah satu malam di bulan Ramadan. Pada malam itu, segala amal baik
manusia memiliki nilai lebih baik dari 1000 bulan.
Sejarah Penulisan Al-Qur’an

Jika kita menilik sejarah, tradisi penulisan di kalangan orang Arab Jahiliyah masih
sangat sedikit. Bahkan, ketika Al-Qur’an diturunkan pun mereka masih ummi (tidak
bisa baca tulis).

Salah satu orang Arab pertama yang belajar menulis adalah Basyr bin Abdil Malik
yang merupakan saudara dari Ukaidir Daumah. Beliau belajar pada orang al-
Anbar.Juga tokoh Harb yang pernah belajar menulis pada orang al-Anbar tersebut,
hingga Umar bin Khathab belajar menulis kepada Harb.

Pada waktu itu, tulisan tidak berbaris (berharakat) dan tidak bertitik. Kemudian
bentuk tulisan tersebut perlahan mulai diperbaiki oleh Abu Ali Muhammad bin Ali
Muqlah, diperbaiki lagi oleh Ali bin Hilal al-Baghdady yang terkenal dengan nama Ibnul
Baubab.

Mushaf yang ditulis atas perintah Usman tidak bertitik dan tidak berbaris. Sehingga
tidak ada perbedaan antara ‫س‬dan ‫ش‬maupun ‫د‬dan .‫ذ‬Walaupun keadaan tersebut
berlangsung selama kurang lebih 40 tahun. Namun para sahabat tetap dapat
membaca karena hafalannya.
Lalu,muncul masalah tentang kesalahan membaca Al-Qur’an.Banyak orang
non Arab yang masuk islam.Mayoritas mereka kurang memahami tulisan Arab
tanpa baris dan titik. Kemudian Ubaidullah bin Ziyad dan Hajjaj bin Yusuf ats-
Tsaqafy dengan tanda-tanda barunya untuk memudahkan dalam membaca
mushaf.

Ibn Ziyad memerintahkan seorang laki-laki bangsa Parsi untuk


mengidhafahkan alif dalam kata-kata, sehingga dapat dibedakan antara ‫قالت‬
L(qaalat) dengan ( ‫قلت‬qultu) maupun ( ‫كاتب‬Kaatib) dengan ( ‫كتب‬kutub).
Sedangkan Hajjaj memperbaiki teknis penulisan teks Al-Qur’an pada
beberapa tempat, sehingga memudahkan orang dalam membaca dan
memahaminya.

Perbaikan tersebut senada dengan perkataan Khalifah Usman, “aku


mendapatkan beberapa kesalahan dalam mushaf ini yang kelak akan
diperbaiki oleh orang Arab”.
-Lalu,Abu al-Aswad ad-Dualiy yang merancang kaidah pemberian
titik dan baris. Misalnya fathah, kashrah, dan dhommah.

-Yahya bin Ya’mar dan Nashar bin ‘Ashim (seorang yang melengkapi
mushaf yang ada di tangan Ibmu Sirrin).

-Dalam sebuah riwayat dikatakan Yahya adalah orang yang pertama


kali membuat huruf mutasyabihat atas anjuran Hajjaj.

-Perkembangan zaman seakan mengharuskan penyempurnaan


terhadap tulisan Al-Qur’an agar lebih mudah lagi untuk dibaca dan
dipahami. Dari situlah muncul seseorang bernama Khalil bin Ahmad al-
Farahidy yang menulis tentang titik serta kelemahannya.
-Kemudian Abu Hatim as-Sijistany yang menguraikan panjang lebar tentang
syakl dan titik. Sehingga penyempurnaan penulisan mushaf Al-Qur’an pada
akhir abad ke-3 dapat dikatakan mencapai puncaknya.

-Pembagian al-Qur’an atas 30 juz, pemberian nomer secara berurutan juga


perlu dilakukan agar dapat mengetahui jumlah ayat.
Khalid bin Abi al-Hayyaj yang terkenal dengan keindahan tulisannya juga turut
serta dalam rangka penyempurnaan penulisan Al-Qur’an.

-Pulisan Al-Qur’an menggunakan khat Kufi sampai akhir abad ke-4.


Kemudian pada awal abad ke-5, penulisan Al-Qur’an diganti menggunakan
khat Naskhi yang sudah dilengkapi dengan baris, titik, tanda baca, tanda ayat,
tanda juz, dan tanda lain yang dapat kita saksikan pada Al-Qur’an sekarang
ini.
Wallahu A’lam
Pemeliharaan Al-Qur'an

1. Pemeliharaan Al-Qur'an masa Nabi SAW ada dua


cara yaitu menghafal dan menuliskannya.

2. Pemeliharaan Al-Qur'an masa Abu Bakar Ashidiq


akhirnya Zayd berhasil menghimpun Al-Qur'an dalam
bentuk buku-buku.

3. Pemeliharaan Al-Qur'an masa Usman bin Affan


menerima dan menghargai Hudzayfah untuk
membuat satu mushaf yang dapat menjadi pedoman
bagi umat untuk membaca dan memahami Al-Qur'an.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai