Poetry">
Tugas Bahasa 01
Tugas Bahasa 01
Tugas Bahasa 01
KELAS :
XII-IPS 5
1. PUISI
Pengertian Puisi
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat
oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta
ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut
zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama
dan puisi baru.
A. Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan-
aturan itu antara lain :
- Jumlah kata dalam 1 baris
- Jumlah baris dalam 1 bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata tiap baris
- Irama
• Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi
nasihat
• Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris,
bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita
• Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris
3. Contoh dari Jenis-jenis Puisi Lama
a) Mantra
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
b) Pantun
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
c) Karmina
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
d) Seloka
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
e) Gurindam
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
f) Syair
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
B. PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah
baris, suku kata, maupun rima.
a) BALADA
Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “ Balada Matinya Aeorang
Pemberontak”
b) EPIGRAM
(Iqbal)
c) ODE
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
(Saini S.K)
e) ELEGI f) SATIRE
(Chairil Anwar)
Contoh jenis puisi dari bentuknya :
a) DISTIKON
Contoh :
Berkali kita gagal c) QUATRAIN
Ulangi lagi dan cari akal Contoh :
Berkali-kali kita jatuh Mendatang-datang jua
Kembali berdiri jangan mengeluh Kenangan masa lampau
(Or. Mandank) Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
b) TERZINA Membayang rupa jua
Contoh : Adi kanda lama lalu
Dalam ribaan bahagia datang Membuat hati jua
Tersenyum bagai kencana Layu lipu rindu-sendu
Mengharum bagai cendana (A.M. Daeng Myala)
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
d) QUINT
e) SEXTET
Contoh :
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Merindu Bagia
Satu-satu perasaan
Jika hari’lah tengah malam
Hanya dapat saya katakan
Angin berhenti dari bernafas
Kepada tuan
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Yang pernah merasakan
Dalam laut tidak terwatas
Satu-satu kegelisahan
Menangis hati diiris sedih
Yang saya serahkan
(Ipih)
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan f) STANZA ( OCTAV )
Satu-satu kenyataan Contoh :
Yang bisa dirasakan Awan
Hanya dapat saya nyatakan Awan datang melayang perlahan
Kepada tuan Serasa bermimpi, serasa berangan
Yang enggan menerima kenyataan Bertambah lama, lupa di diri
(Or. Mandank) Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
h) SEPTIMA
g) SONETA
Contoh :
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Gembala
Duduk di pantai tanah yang permai
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Tempat gelombang pecah berderai
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Berbuih putih di pasir terderai
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tampaklah pulau di lautan hijau
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Gunung gemunung bagus rupanya
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Ditimpah air mulia tampaknya
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Tumpah darahku Indonesia namanya
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
(Muhammad Yamin)
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
(c)
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
2. MAKNA LUGAS DAN MAKNA
KIAS
Makna lugas adalah makna sebenarnya, denotatif, dan biasanya sesuai dengan
makna yang ada dalam kamus.
Contoh :
• Bunga di taman rumah ku sangat indah.
Kata Bunga dalam kalimat di atas menunjukkan bunga yang sebenarnya.
Makna kias adalah makna yang mengandung pengandaian atau pengibaratan.
Makna kias memiliki arti tidak sebenarnya, konotatif
Contoh :
• Gadis itu menjadi bunga desa di desa ku.
Penggunaan kata bunga desa dalam kalimat di atas untuk mengibaratkan atau
mengkiaskan. Kata bungapada bunga desa tidak menunjukkan nama bunga tetapi
julukan bagi seorang gadis yang biasanya terkenal karena kecantikannya.
3. MENGUNAKAN KATA ULANG
Kata ulang adalah kata yang terjadi karena
proses reduplikasi atau pengulangan kata. Nah penjelasan
lengkapnya mengenai penggunaan kata ulang, jenis-jenis kata
ulang dan makna kata ulang, dapat kamu baca disini.
1. Jenis-jenis Kata Ulang
a) Dwipurwa (kata ulang sebagian): Reduplikasi atas suku kata awal. Vokal
dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah
menjadi e pepet. Contoh: tetangga, leluhur, leluasa.
b) Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh): Reduplikasi atas seluruh bentuk
dasar (bisa kata dasar maupun kata berimbuhan). Contoh: rumah-rumah,
kejadian-kejadian.
c) Dwilingga salin suara (berubah bunyi): Reduplikasi atas seluruh bentuk
dasar yang salah satunya mengalami perubahan suara pada suatu fonem atau
lebih. Contoh: gerak-gerik, sayur-mayur.
d) Kata ulang berimbuhan: Reduplikasi dengan mendapat imbuhan, baik
pada lingga pertama maupun pada lingga kedua. Contoh: bermain-main, tarik-
menarik.
e) Kata ulang semu: Kata yang sebenarnya merupakan kata dasar dan
bukan hasil pengulangan atau reduplikasi. Contoh: laba-laba, ubur-ubur,
undur-undur, kupu-kupu, empek-empek.
2. Makna Kata Ulang dan Contoh Kata Ulang
a) Jamak (tak tentu). Contoh: Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari.
b) Bermacam-macam. Contoh: pohon-pohonan, buah-buahan
c) Menyerupai. Contoh: kuda-kuda, anak-anakan, langit-langit
d) Melemahkan (agak). Contoh: kekanak-kanakan, kebarat-baratan, sakit-
sakitan
e) Intensitas (kualitas, kuantitas, atau frekuensi). Contoh: kuat-kuat, kuda-
kuda, mondar-mandir
f) Saling (berbalasan). Contoh: bersalam-salaman, tikam-menikam
g) Kolektif (pada kata bilangan). Contoh: dua-dua, tiga-tiga, lima-lima.
h) Dalam keadaan. Contoh: mentah-mentah, hidup-hidup.
i) Walaupun (meskipun). Contoh: kecil-kecil.
j) Perihal. Contoh: masak-memasak, jahit menjahit.
k) Tindakan untuk bersenang-senang. Contoh: makan-makan.
4. PERUBAHAN MAKNA KATA
Perubahan makna kata itu sendiri adalah makna dari kata-kata tertentu yang
mengalami pergeseran akibat beberapa faktor, diantaranya adalah:
1. Faktor Kebetulan
Makna suatu kata dapat berubah
karena kata tersebut memiliki makna 2. Faktor Perkembangan Zaman
yang samar-samar atau ambigu
sehingga makna kata bisa berubah Akibat dari berkembangnya zaman,
jika dipasangkan dengan kata lain. kata-kata juga turut mengalami
perkembangan.
Contoh:
Contoh:
Kata “rawan” pada tulang rawan
berarti lunak atau lembut, kini Kata “Jawara” pada zaman dahulu
maknanya bergeser menjadi rentan digunakan sebagai panggilan orang
atau sering terjadi pada kalimat yang kuat dan hebat, kini kata “jawara”
rawan perampokan, atau rawan berubah maknanya menjadi orang yang
kecelakaan. menag dalam lomba apapun.
3. Faktor Tabu
Contoh:
Contoh:
Berlayar
Makna kata berlayar yang dahulu adalah melaut dengan perahu yang memiliki layar
saat ini meluas menjadi semua kegiatan melaut meskipun tidak menggunakan perahu
layar.
Contoh:
Kapal titanic yang tenggelam di lautan sedang berlayar dari Italia menuju Inggris.
Papan
Makna kata papan yang dahulu hanyalah sebagai potongan kayu yang pipih, kini
maknanya meluas menjadi barang-barang mewah.
3. Ameliorasi (Membaik)
2. Spesialisasi (Menyempit)
Kata-kata yang mengalami
Berbeda dengan generalisasi, kata-kata yang
ameliorasi maknanya berubah
mengalami spesialisasi maknanya menjadi
menjadi lebih baik atau lebih sopan
sempit dari makna sebelumnya.
dari kata sebelumnya. Kata-kata
yang mengalami ameliorasi
Guru
maknanya menjadi lebih tinggi dan
halus.
Makna kata guru dahulu adalah setiap orang
yang membimbing atau mengajarkan
Buta
sesuatu, kini makna guru hanya sebatas
pengajar di sekolah.
Kata buta setelah mengalami
ameliorasi menjadi Tuna netra, yaitu
Contoh.
orang yang tidak bisa melihat sama
sekali.
Selain menjadi pengajar di sanggar seni,
Aisyah adalah seorang guru di SDN 2 Kali
Contoh:
Akar.
Para penyandang tuna netra
membaca dengan menggunakan
huruf braille.
Bui
4. Peyorasi (Memburuk) 5. Sinestesia (Pertukaran Makna)
Istri Indah
Kata istri yang mengalami Kata Indah yang sejatinya hanya bisa
peyorasi menjadi bini, yaitu dirasakan oleh indera penglihatan yang
pasangan suami atau ibu dari berarti bagus, kini bisa juga diterima oleh
anak-anak. indera pendengaran yang berarti merdu.
Contoh: Contoh:
Dia terus merenung memikirkan Penanyi itu memiliki suara yang sangat
anak bininya di rumah yang indah dibandingakan dengan penyanyi
sedang menantinya dengan lainnya.
kelaparan.
6. Asosiasi (Persamaan Makna)
Asosiasi adalah perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat.
Asosiasi disebabkan oleh adanya perbedaan penggunaan kata pada suatu
masyarakat.
Kursi
Makna kursi yang berarti tempat duduk mengalami asosiasi yang berarti
kedudukan, jabatan atau pangkat.
Contoh:
Para calon anggota dewan memperebutkan ribuan kursi di Senayan dalam pemilu
kali ini.
Parasit
Kata parasit yang berarti makhluk hidup kecil mengalami asosiasi menjadi orang-
orang yang merugikan orang lain.
Contoh:
Aku baru sadar bahwa selama ini dia adalah parasite yang menganggu
kehidupanku dan keluargaku.
5. RESENSI
Pengertian Resensi dan Unsur-Unsur Resensi
1. Identitas Buku, Identitas buku meliputi judul, nama pengarang, nama penerbit dan
alamatnyam nomor edisi, dan ketebalannya. Identitas buku dapat juga meliputi
ukuran buku, warna dan ilustrasi jilid. Akan tetapi, dalam kepentingannya dengan
penulisan resensi hal itu jarang sekali dimunculkan
2. Ikhtisar Buku, Ikhtisar buku disusun berdasarkan pokok-pokok isi buku. Akan tetapi,
karena buku yang akan anda resensi itu berua novel maka cara menentukan pokok-
pokok tidak sama dengan buku nonfiksi. pokok-pokok isi novel dapat ditentukan
berdasarkan keadaan ataupun peristiwa-peristiwa penting.
3. Kepengarangan, Sosok pengarang sering diceritakan dalam resensi novel. Hal itu
terutama berkaitan dengan latar belakang, keahlian, sikap-sikap, dan karya-karyanya.
Bagian-bagian tersebut diceritakan secara ringkas dan umumnya tidak melebihi satu
paragraf. Sosok pengarang umumnya dicantumkan di halaman pertama atau
dibagian belakang novel itu. Dari sanalah anda dapat berbicara tentang unsur
kepengarangan. Untuk pengarang yang sudah terkenal, anda dapat membacanya
dari sumber-sumber lain. Dari internet pun anda bisa memperoleh informasi lebih
lengkap lagi