School Work">
Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Pendidikan Karakter

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER

Dosen Pengampu :
Drs. Maufur, M.Pd

Disusun oleh:
MARISKA SEPTIANI WULANDARI
(1115500049) / 1B

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pendidikan

pada

dasarnya

adalah

media

dalam

mendidik

dan

mengembangkan peotensi-potensi kemanusiaan yang primordial. Pendidikan


sejatinya adalah gerbang untuk mengantar umat manusia menuju peradaban yang
lebih tinggi dan humanis dengan berlandaskan pada keselarasan hubungan
manusia, lingkungan, dan sang pencipta. Pendidikan adalah sebuah sarana yang
didalamnya melibatkan dialektika interpersonal dalam mengisi ruang-ruang
kehidupan; sebuah sarana yang menjadi pelita bagi perjalanan umat manusia,
masa lalu, masa kini, dan masa akan datang.
Dunia pendidikan yang secara filosofis dipandang sebagai alat atau wadah
untuk mencerdaskan dan membentuk karakter watak manusia agar lebih baik.
Pendidikan bagi kehidupan manusia mrupakan kebutuhan primer atau mutlak
yang harus di penuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali
mustahilsuatu kelompok manusia dapat hidup berkembang dengan cita-cita untuk
maju, dan terus berkembang menurut pandangan hidupnya masing-masing.
Pendidikan bertujuan tidak sekedar proses alih budaya atau alih ilmu
pengetahuan, tetapi juga sekaligus sebagai proses alih nilai. Dengan demikian
artinya bahwa pendidikan juga berkenaan dengan proses perkembangan dan
pembentukan karakter atau kepribadian. Perlu kita sadari bahwa fungsi
pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak.
Ketika semua unsur pendidikan mengetahui perannya masing- masing, maka
ini akan mempermudah dalam menggapai

tujuan dari pendidikan tersebut.

Namun, sekedar mengetahui bukanlah hal yang dianggap cukup. Kesadaran akan
pengaplikasian yang penuh keikhlasan adalah sesuatu yang lebih penting karena
dalam mendidik dibutuhkan seorang pendidik yang tangguh dan penuh kesabaran
dalam menyalurkan segala ilmu yang ia punya.Semua unsur- unsur dalam
pendidikan haruslah saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Ini
dikarenakan banyak hal yang dapat mengakibatkan suatu proses pembelajaran.
Pada saat ini banyak sekali seorang pendidik yang tidak patuh pada peraturan
yang berakibat melemahnya suatu misi untuk mencapai visi secara maksinal.

B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian dari pendidikan ?
2. Apa pengertian pendidikan atau pembentukan karakter ?
3. Apa sajakah unsur-unsur yang membangun sistem pendidikan ?
4. Apa sajakah dasar-dasar pendidikan ?
5. Bagaimana hubungan antara pendidikan dan pembentukan karakter?
C. Tujuan penulis
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan.
2. Untuk mengetahui pendidikan atau pembentukan karakter.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur yang membangun suatu sistem pendidikan.
4. Untuk mengetahui dasar-dasar pendidikan.
5. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan pembentukan karakter.
D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pemerintah
Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas pendidikan
di Indonesia.
2. Bagi Guru
Bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta didiknya dapat
berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
3. Bagi Mahasiswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan
prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada
umumnya.

BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN

Kata pendidikan berasal dari kata paedagogie (bahasa yunani) yang berarti
pergaulan dengan anak-anak. Sedangkan paedagogos berarti pelayanan atau
bujang yang pekerjaanya mengantar dan menjemputanak-anak ke dan dari sekolah,
kemudian setelah dirumah ia mengawasi dan menjaga anak-anak tersebut.
Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing atau
memimpin). Menjadi kata paedagogos yang dulu kala berarti pelayan, sekarang
sekarang di pakai menjadi pekerjaan mulia. Sedangkan orang yang ahli mendidik
disebut paedagog,ialah orang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhan
dan perkembangan untuk dapat mandiri dan dewasa. Sedangkan pada paedagogiek
adalah ilmu pendidikan, karena bersifat teori. Mengingat proses pendidikan
berlangsung antara manusia yang memiliki sifat kompleks, unik dan bahkan
misterius, maka batasan tentang pendidikan pun menjadi komplekspula.
Beberapa rumusan tentang pengertian pendidikan yang sudah ada diantaranya
sebagai berikut dapat ditelaah :
a. Menurut undang-undang R.I nomor 20 tahun 2003 dalam pasal 1 ayat 1
disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
b. Ki Hajar Dewantoro
Pada perkembangannya, pengartian pendidikan menjadi lebih meluas dan
perinci sesuai dengan fungsi masing-masing. Dari fungsi mendasar
sebagai pengembangan kepribadian, memfokus pada pendidikan sebagai
proses transformasi budaya, penyiapan warga negara, dan penyiapan
warga negara.
c. Langeveld
Merupakan seorang ahli pendidikan bangsa Belanda merumuskan
pengertian pendidikan sebagai berikut Pendidikan adalah bimbingan atau

pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak


untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
d. Jean-Jacques
Rousseau (filosof swiss 1712-1778) menurutnya Pendidikan adalah
memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, tetapi kita
membutuhkannya di waktu dewasa.
e. John Dewey (filosof Chicago, 1859 M 1952 M) mengatakan bahwa
Pendidikan adalah membentuk manusia baru melalui perantaraan karakter
dan fitrah, serta dengan mencontoh peninggalan peninggalan budaya
lama masyarakat manusia.
Dari uraian tersebut di atas, maka pengertian pendidikan dapat dikelompokan
menjadi :
a. Pendidikan dalam arti luas yaitu segala pengalaman belajar yang berlangsung
pada semua lingkungan yang ada dan berlangsung sepangjang hayat.
Ciri-cirinya :
- Berlangsung sepanjang hayat dan dapat dilakukan kapan saja.
- Berlangsung dalam semua lingkungan, dimana pun berada.
- Tujuan yang hendak di capai, sesuai dengan tujuan hidupnya.
b. Pendidikan dalam arti sempit yaitu pendidikan formal dan non formal yang
berlangsung di suatu sekolah atau tempat tertentu.
Ciri-cirinya :
- Berlangsung dalam waktu terbatas.
- Berlangsung dalam lingkugan khusus.
- Isi pendidikan tersusun dalam program berbentuk kuriklum.
- Tujuannya adalah mempersiapkan hidup.
c. Pendidikan dalam arti luas tetapi terbatas merupakan pendidikan yang
berlangsung di sekolah maupun luar sekolah melalui kegiatan pengajaran,
bimbingan, dan latihan untuk mempersiapkan masa depan peserta didik.
Ciri-cirinya :
- Berlangsung sepanjang hayat tetapi tidak sembarang.
- Berlangsung dalam lingkungan hidup kultural.
- Kegiatan berlangsung formal dan non formal
- Tujuannya untuk mengembangkan kemampuan pribadi dan sosial agar
menjadi mausia seutuhnya.
B. PENDIDIKAN ATAU PEMBENTUKAN KARAKTER
Pendidikan karakter adalah suatu sistem untuk menanamkan nilai-nilai
karakter kepada siswa-siswi yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik kepada

Tuhan maupun kepada diri sendiri, sesama, lingkungan. Dalam pendidikan


karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan termasuk komponenkomponen itu sendiri, yaitu kurikulum, proses belajar mengajar dalam kelas,
penilaian kualitas hubungan, penyampaian atau pengelolaan mata pelajaran,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ekstrakulikuler, pemberdayaan sarana
dan prasaranadi lingkungan sekolah.
Menurut Doni Koesuma A.Ed, pendidikan yang utuh dan menyeluruh
tidak sekedar membentuk anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan
baik, melainkan juga membentuk mereka menjadi perilaku baik bagi
perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada saatnya akan memberi
perubahan dalam tatanan sosial, kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik, dan
manusiawi.
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara
berurutan, hari demi hari, tindakan demi tindakan. Karakter dimaknai sebagai
cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan
bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang
menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku
yang di tampilkan. Sedangkan menurut Doni Koesuma, memahami bahwa
karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau
karakteristik atau gaya dari diri seseorang yang bersumber dari bentukanbentukan yang diterima dari lingkungan sekitar.
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.
Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang
baik, warga masyarakat, dan

warga negara yang baik. Adapun kriteria

manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang
baik bagi suatu masyarakat

atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai

sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan


bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks
pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai
luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka
membina kepribadian generasi muda.

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang


bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari
agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat
memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar
tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut
adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung
jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama,
percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan
kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta
persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri
dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung
jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan
punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus
berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan
menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak
absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan
lingkungan sekolah itu sendiri.
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas
pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan
tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni
meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian
massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota
besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada tingkat yang sangat
meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah
resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya
dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas
dan kualitas pendidikan karakter.
Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya
upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal.
Namun, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka tentang
pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan,
sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan
moral yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti: pendekatan

perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan


klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan
tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri
peserta didik. Dari pernyataan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan
karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara
sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
C. UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
1. Pendidik, sebagai orang yang memberikan pengajaran, pelatihan, dan
bimbingan.
Dalam proses pendidikan, pendidik memiliki peran yang sangat penting
dan strategis, karena tidak dapat digantikan oleh benda lain.
2. Peserta didik, sebagai objek atau sasaran sekaligus sebagai subjek dalam
tujuan pendidikan.
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu dan tidak dibatasi oleh usia.
3. Materi pendidikan atau bahan yang disajikan dalam rangka mempengaruhi
perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah dicanangkan.
Materi pendidikan atau pengajaran merupakan unsur yang harus
diperhatikan dan dipersiapkan sedemikian rupa.
4. Tujuan
Tujuan yang dikehendaki dicapai, yakni kearah mana bimbingan
ditujukan. Secara hararki dan resmi, tujuan pendidikan meliputi tujuan
nasional yang terdapat dalam undang-undang tentang sistem pendidikan
nasional, dan tujuan institusional atau kelembagaan, tujuan karikuler atau
tujuan setiap mata pelajaran, dan tujuan setiap mata pelajaran umum atau
pencapaian kompetensi dasar, pencapaian indikator atau instruksional.
5. Cara tertentu yang digunakan dalam membingbing yaitu metode dan alat.
Beberapa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah
ceramah, diskusi, tanya jawab, dialog, penuagasan, karya wisata,
demonstrasi, dan sebagainya.

Selain itu diperlukan juga alat pendidikan, baik alat pendidikan yang
bersifat fisik, sarana prasarana dan alat peraga pengajaran, maupun bersift
non fisik, seperti: kewibawaan guru, tata tertib yang mengandung atau
memuat tentang hak, kewajiban, penghargaan, sangsi, dan hukuman.
6. Interaksi edukatif antara pendidik dan peserta, merupakan hubungan
timbal balik antara pendidik (orang tua) dengan peserta didik (anak) yang
mengarah pada tujuan pendidikan. Pada pengertian luas, interaksi ini bisa
antara pendidik dengan peserta didik, antara pendidik yang diketahui
peserta didik, antara peserta didik dengan peserta didik, bahkan dengan
siapa saja yang ada dalam linhkungan pendidikan tersebut.
7. Lingkungan pendidikan, yakni lokasi dimana proses dimana pendidikan
berlangsung.
Dalam arti luas lingkungan pendidikan adalah rumah tangga, sekolah, dan
masyarakat, yang di dalamnya ada tempat berupa fisik, kebudayaan, dan
kelompok hidu bersama.
Untuk membantu melihat hal tersebut kiranya perlu dilihat perkembangan
kognitif, dan perkembangan moral. Dengan melihat tahapan-tahapan
perkembangan kognitif, bisa dilihat keseimbangan penekanan pendidikan
budi pekerti dan pengetahuan. Pendidikan dasar harus ditekankan dan
diprioritaskan pada penanaman nilai dibandingkan dengan pengajaran.
Nilai-nilai dasar seperti penghargaan terhadap orang lain, religiusitas,
sosialitas, keadilan, demokrasi, kejujuran, kemandirian, daya juang,
tanggung jawab, harus di berikan sesuai dengan tingkat pemahaman anak.
D. DASAR-DASAR PENDIDIKAN
hakikat pendidikan, pandangan ilmiah dan filosofis tentang manusia
serta implikasinya terhadap pendidikan, konsep pendidiikan sebagai suatu
sistem dan sistem pendidikan nasional, dasar, tujuan, dan azas pendidikan,
pendidik dan peserta didik, permasalahan-permasalahan pendidikan, dan
pendidikan dan masa depan.
Dalam pengertian sedehana dan umum makna pendidikan sebagai usaha
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawa baik jasmani maupun rohani sesua dengan nilai yang ada didalam
masyarakat dan kebudayaan. Atau dengan kata lain bahwa kepndidikan
dapat di artikan sebagai suatu peradaban bangsa yang di kembangkan atas
dasar pandangan hidp bangsa atau sendiri (nilai dan norma masyarakat)

yang berfungsi sebagai fisafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan


pertanyaan tujuan pendidikannya. Pendidikan sebagai salah satu sektor
yang paling penting dalam pembangunan nasional, di jadikan andalan
utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan
kualitas hidup manusia indonesia.
Dictionary of education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses
di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk
tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di
mana seseorang di hadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat
memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individu yang optimum (Ditjen Dikti, 1983/1984 : 19).
Dari uraian diatas, maka pendidikan dapat di artikan sebagai :
1. Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan
lingkungan;
2. Suatu pengarahan dan bimbingan yang di berikan kepada anak
dalam pertumbuhannya;
3. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau
situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat;
4. Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam
menuju kedewasaan.
Faktor-faktor pendidikan ada enam yaitu:
a. Faktor tujuan
Menurut langeveld dalam bukunya beknopte Teoritische
Pedagogik di bedakan adanya macam-macam tujuan sebagai
berikut :
1. Tujuan umum
2. Tujuan tak sempurna (tak lengkap)
3. Tujuan sementara
4. Tujuan perantara
5. Tujuan insidental
b. Faktor pendidik
Dapat di bedakan pendidik itu menjadi dua kategori :
1. Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua; dan
2. Pendidik menurut jabatan jabatan, ialah guru.
Guru sebagai pendidik menurut jabatan m enerima tanggung
jawab dari tiga pihak yaitu : orang tua, masyarakat, dan negara.

c. Faktor peserta didik


Ada empat konteks yang dapat disebutkan, yaitu :
a) Lingkungan dimana peserta belajar secara kebetulan
dan kadang-kadang, di sini mereka tidak belajar tidak
berprogram;
b) Lingkungan belajar dimana peserta didik belajar secara
sengaja dan di kehendaki;
c) Sekolah di mana peserta didik belajar mngikuti program
yang tetap, dan;
d) Lingkungan pendidikan optimal, di sekolah yang ideal
di mana peserta dapat melakukan cara belajar siswa
aktif (CBSA) sekaligus menghayati / mengimplisitkan
nilai-nilai.
d. Faktor isi / materi pendidikan
Dalam usaha pendidikan yang di selenggarakan di keluarga, di
sekolah dan di masyarakat, da syarat utama dalam pemilihan
beban / meteri pendidikan, yaitu :
1. Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan;
2. Materi harus dengan peserta didik;
Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan dalam aarti mikro (sempit) ialah membantu
(secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Fungsi
pendidikan secara makro (luas) ialah sabagai alat :
a.
b.
c.
d.

Pengembangan pribadi
Pengembangan warga negara
Pengembangan kebudayaan
Pengembangan bengsa

E. HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEMBENTUKAN KARAKTER


1. Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Jhon Dewey, misalnya pada tahun 1961, pernah berkata
sudah merupakan hal lumrah dalam teori pendidikan bahwa pembentukan
watak atau karakter merupakan tujuan umum pengajaran dan pendidikan budi
pekerti di sekolah. Pendidikan karakter pada hakikatnya ingin membentuk
individu menjadi seseorang pribadi yang bermoral yang dapat menghayati
kebebasan dan tanggung jawabnya, dalam relasinya dengan orang lain dan

dunianya di dalam komunitas pendidikan. Komunitas pendidikan ini memiliki


cakupan lokal, nasional, maupun internasional (antar negara).
Sejalan dengan implementasi pendidikan karakter, UNESCO dalam
empat pilar pendidikan secara implisit sebenarnya juga menyinggung perlunya
pendidikan karakter. Dengan demikian, pendidikan karakter ini mempunyai
visi senantiasa mengarahkan diri pada pembentukan individu bermoral, cakap
mengambil keputusan yang tampil dalam perilakunya, sekaligus mampu
berperan aktif dalam membangun kehidupan bersama. Pendidikan karakter
dimulai dari lingkungan inilan yang perama kali dikenal oleh seseorang sejak
ia lahir. Lingkungn keluarga sangat berpegaruh karena merupakan dasar dari
pembentukan karakter seseorang, lalu lingkungan tempat tinggal, pergaulan
dan sampai pada lingkungan pendidikan (sekolah).
Untuk mendapatkan wawasan mengenai arti pendidikan dan karakter
perlu dikemukakan pengertian istilah karakter dan pendidikan. Guru-guru
Antropologi, Pendidikan Kewarganegaraan, dan mata pelajaran lain, yang
istilah-istilah itu menjadi pokok bahasan dalam mata pelajaran terkait, tetap
memiliki kebebasan sepenuhnya membahas dan berargumentasi mengenai
istilah-istilah tersebut secara akademik.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti
jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.
Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan
karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat
dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi,
karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka
pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam
lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan.
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam
mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga merupakan
suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya
bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di

masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter
yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa (Heri Gunawan, 2012). Oleh
karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa
bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter
bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa
mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif
peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi,
dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di
masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera,
serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Berdasarkan pengertian karakter bangsa, dan pendidikan yang telah
dikemukakan di atas maka pendidikan dan karakter dimaknai sebagai
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada
diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter
dirinya,menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai
anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan
kreatif.
Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan dan karakter sangat
strategis bagi kepribadian dan keunggulan bangsa di masa mendatang.
Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik,
pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif.
Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah
usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh
semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Manusia dalam setiap aktifitasnya, senantiasa mempunyai alasan yang
dijadikan dasar pemikiran serta tujuan tertentu sebagai arah yang akan dicapai.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang aktif tetapi tidak
mau melakukan sesuatu yang tidak memiliki arah tujuan.
Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

i. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai


manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa;
ii. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa
yang religius;
iii. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa;
iv. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
v. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta
dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
Sasaran pendidikan budi pekerti / karakter mempunyai sasaran
kepribadian siswa, khususnya unsur karakter atau watak yang
mengandung hati nurani (consciusness) untuk berbuat kebaikan (virtue).
3. Membentuk budi pekerti dan membangun karakter melalui pendidikan
Berbagai usulan tentang perlunya pendidikan budi pekerti dalam
membangun karakter dan pembentukan moralitas dan mentalitas bangsa,
bukanlah ssuatu yang baru. Sejak 1950 (UU No.4/1950 dan UU
No.12/1954tentang dasar-dasar pendidikan), pendidikan agama masuk
sebagai mata pelajaran fakultatif.
Dengan demikian, pendidikan budi pekerti diintegrasikan ke dalam
semua mata pelajaran dan program pendidikan, seperti pendidikan agama
dan PPkn. Analisis tersebut menekankan bahwa pendidikan budi pekerti
yang integratif merupakan tanggung jawab seluruh pihak, baik sekolah,
keluarga dan lingkungan masyarakat. Meskipun demikian, dalam
pendidikan budi pekerti peserta didik, dan akhirnya pembentukan karakter
bangsa, seolah-olah dapat dan harus melakukan sesuatu sebagaimana
disarankan berikut ini.
4. Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Perkembangan Bangsa dan
Negara
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan
tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka
pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus
dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.

Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas


emosinya.

Kecerdasan

emosi

adalah

bekal

terpenting

dalam

mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengannya


seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam
tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Faktorfaktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan
otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja
sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan
kemampuan berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel
Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80
persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen
ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai
masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar,
bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang
bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak
ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang
berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari
masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan,
tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya. Pendidikan
karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan
karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan
pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan
berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih
mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter.
Jadi, pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang
urgent untuk dilakukan. Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu
lulusan SD, SMP dan SMU, maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha
yang sia-sia. Kami ingin mengutip kata-kata bijak dari pemikir besar
dunia.

BAB III
PENUTUP
Sebagai penutup, saya simpulkan bahwa pembentukan karakter SDM yang
kuat sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan global yang lebih berat.
Karakter SDM dalam dibentuk melalui proses pendidikan formal, non formal, dan
informal yang ketiganya harus bersinergis. Untuk menyinergiskan, peran pendidik
dalam pendidikan karakter menjadi sangat vital sehingga anak didik atau SDM
Indonesia menjadi manusia yang religius, moderat, cerdas, dan mandiri sesuai
dengan cita-cita dan tujuan pendidikan nasional serta watak bangsa Indonesia.
Pilar akhlak (moral) yang dimiliki (mengejewantah) dalam diri seseorang
sehingga ia menjadi orang yang berkarakter baik (good character) adalah jujur,
sabar, rendah hati, tanggung jawab dan rasa hormat, yang tercermin dalam
kesatuan organisasi/sikap yang harmonis dan dinamis. Tanpa nilai-nilai moral
dasar ini (basic moral values) yang senantiasa mengejewantah dalam diri pribadi
kapan dan dimana saja, orang dapat dipertanyakan kadar keimanan dan
ketaqwaan. Ciri orang yang kuat imannya, antara lain: (1) secara tulus dia patuh
pada Tuhannya; (2) dia tertib dan disiplin melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan Tuhan, secara mahdhoh/ritual; (3) memahami dan menghargai ajaran
agama lain, sehingga tercipta kehidupan yang toleran; (4) memperbanyak
kerjasama dalam bidang kehidupan social. Dll.

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Akhlak dan budi pekerti: membangun kembali
anak bangsa. Mkalah dalam konvensi pendidikan Tahun 2000. Jakarta:
Universitas Negeri.
Barnadib, imam. 1982. Beberapa hal tentang pendidikan. Yogyakarta; STUDING.
Ryi. 2000. Pendidikan nilai untuk membentuk karakter manusia. Harian kompas. RN
abu, 3 Mei 2000.
Redja Mudyahardjo. (2001) Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi Awal tentang
Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta
: Raja Grafindo Perkasa 3
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2003) Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung : Remaja Rosdakarya
Tim MKDK IKIP Surabaya. (1995) Pengantar Pendidikan : Bagian I. Surabaya :
University Press IKIP Surabaya.
Idris, Zahara. (1991) Dasar-dasar Kependidikan. Padang : Angkasa Raya.

Anda mungkin juga menyukai