School Work">
Makalah Pendidikan Karakter
Makalah Pendidikan Karakter
Makalah Pendidikan Karakter
PENDIDIKAN KARAKTER
Dosen Pengampu :
Drs. Maufur, M.Pd
Disusun oleh:
MARISKA SEPTIANI WULANDARI
(1115500049) / 1B
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pendidikan
pada
dasarnya
adalah
media
dalam
mendidik
dan
Namun, sekedar mengetahui bukanlah hal yang dianggap cukup. Kesadaran akan
pengaplikasian yang penuh keikhlasan adalah sesuatu yang lebih penting karena
dalam mendidik dibutuhkan seorang pendidik yang tangguh dan penuh kesabaran
dalam menyalurkan segala ilmu yang ia punya.Semua unsur- unsur dalam
pendidikan haruslah saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Ini
dikarenakan banyak hal yang dapat mengakibatkan suatu proses pembelajaran.
Pada saat ini banyak sekali seorang pendidik yang tidak patuh pada peraturan
yang berakibat melemahnya suatu misi untuk mencapai visi secara maksinal.
B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian dari pendidikan ?
2. Apa pengertian pendidikan atau pembentukan karakter ?
3. Apa sajakah unsur-unsur yang membangun sistem pendidikan ?
4. Apa sajakah dasar-dasar pendidikan ?
5. Bagaimana hubungan antara pendidikan dan pembentukan karakter?
C. Tujuan penulis
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan.
2. Untuk mengetahui pendidikan atau pembentukan karakter.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur yang membangun suatu sistem pendidikan.
4. Untuk mengetahui dasar-dasar pendidikan.
5. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan pembentukan karakter.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintah
Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas pendidikan
di Indonesia.
2. Bagi Guru
Bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta didiknya dapat
berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
3. Bagi Mahasiswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan
prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada
umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
Kata pendidikan berasal dari kata paedagogie (bahasa yunani) yang berarti
pergaulan dengan anak-anak. Sedangkan paedagogos berarti pelayanan atau
bujang yang pekerjaanya mengantar dan menjemputanak-anak ke dan dari sekolah,
kemudian setelah dirumah ia mengawasi dan menjaga anak-anak tersebut.
Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing atau
memimpin). Menjadi kata paedagogos yang dulu kala berarti pelayan, sekarang
sekarang di pakai menjadi pekerjaan mulia. Sedangkan orang yang ahli mendidik
disebut paedagog,ialah orang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhan
dan perkembangan untuk dapat mandiri dan dewasa. Sedangkan pada paedagogiek
adalah ilmu pendidikan, karena bersifat teori. Mengingat proses pendidikan
berlangsung antara manusia yang memiliki sifat kompleks, unik dan bahkan
misterius, maka batasan tentang pendidikan pun menjadi komplekspula.
Beberapa rumusan tentang pengertian pendidikan yang sudah ada diantaranya
sebagai berikut dapat ditelaah :
a. Menurut undang-undang R.I nomor 20 tahun 2003 dalam pasal 1 ayat 1
disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
b. Ki Hajar Dewantoro
Pada perkembangannya, pengartian pendidikan menjadi lebih meluas dan
perinci sesuai dengan fungsi masing-masing. Dari fungsi mendasar
sebagai pengembangan kepribadian, memfokus pada pendidikan sebagai
proses transformasi budaya, penyiapan warga negara, dan penyiapan
warga negara.
c. Langeveld
Merupakan seorang ahli pendidikan bangsa Belanda merumuskan
pengertian pendidikan sebagai berikut Pendidikan adalah bimbingan atau
manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang
baik bagi suatu masyarakat
Selain itu diperlukan juga alat pendidikan, baik alat pendidikan yang
bersifat fisik, sarana prasarana dan alat peraga pengajaran, maupun bersift
non fisik, seperti: kewibawaan guru, tata tertib yang mengandung atau
memuat tentang hak, kewajiban, penghargaan, sangsi, dan hukuman.
6. Interaksi edukatif antara pendidik dan peserta, merupakan hubungan
timbal balik antara pendidik (orang tua) dengan peserta didik (anak) yang
mengarah pada tujuan pendidikan. Pada pengertian luas, interaksi ini bisa
antara pendidik dengan peserta didik, antara pendidik yang diketahui
peserta didik, antara peserta didik dengan peserta didik, bahkan dengan
siapa saja yang ada dalam linhkungan pendidikan tersebut.
7. Lingkungan pendidikan, yakni lokasi dimana proses dimana pendidikan
berlangsung.
Dalam arti luas lingkungan pendidikan adalah rumah tangga, sekolah, dan
masyarakat, yang di dalamnya ada tempat berupa fisik, kebudayaan, dan
kelompok hidu bersama.
Untuk membantu melihat hal tersebut kiranya perlu dilihat perkembangan
kognitif, dan perkembangan moral. Dengan melihat tahapan-tahapan
perkembangan kognitif, bisa dilihat keseimbangan penekanan pendidikan
budi pekerti dan pengetahuan. Pendidikan dasar harus ditekankan dan
diprioritaskan pada penanaman nilai dibandingkan dengan pengajaran.
Nilai-nilai dasar seperti penghargaan terhadap orang lain, religiusitas,
sosialitas, keadilan, demokrasi, kejujuran, kemandirian, daya juang,
tanggung jawab, harus di berikan sesuai dengan tingkat pemahaman anak.
D. DASAR-DASAR PENDIDIKAN
hakikat pendidikan, pandangan ilmiah dan filosofis tentang manusia
serta implikasinya terhadap pendidikan, konsep pendidiikan sebagai suatu
sistem dan sistem pendidikan nasional, dasar, tujuan, dan azas pendidikan,
pendidik dan peserta didik, permasalahan-permasalahan pendidikan, dan
pendidikan dan masa depan.
Dalam pengertian sedehana dan umum makna pendidikan sebagai usaha
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawa baik jasmani maupun rohani sesua dengan nilai yang ada didalam
masyarakat dan kebudayaan. Atau dengan kata lain bahwa kepndidikan
dapat di artikan sebagai suatu peradaban bangsa yang di kembangkan atas
dasar pandangan hidp bangsa atau sendiri (nilai dan norma masyarakat)
Pengembangan pribadi
Pengembangan warga negara
Pengembangan kebudayaan
Pengembangan bengsa
masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter
yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa (Heri Gunawan, 2012). Oleh
karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa
bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter
bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa
mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif
peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi,
dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di
masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera,
serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Berdasarkan pengertian karakter bangsa, dan pendidikan yang telah
dikemukakan di atas maka pendidikan dan karakter dimaknai sebagai
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada
diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter
dirinya,menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai
anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan
kreatif.
Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan dan karakter sangat
strategis bagi kepribadian dan keunggulan bangsa di masa mendatang.
Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik,
pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif.
Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah
usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh
semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Manusia dalam setiap aktifitasnya, senantiasa mempunyai alasan yang
dijadikan dasar pemikiran serta tujuan tertentu sebagai arah yang akan dicapai.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang aktif tetapi tidak
mau melakukan sesuatu yang tidak memiliki arah tujuan.
Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:
Kecerdasan
emosi
adalah
bekal
terpenting
dalam
BAB III
PENUTUP
Sebagai penutup, saya simpulkan bahwa pembentukan karakter SDM yang
kuat sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan global yang lebih berat.
Karakter SDM dalam dibentuk melalui proses pendidikan formal, non formal, dan
informal yang ketiganya harus bersinergis. Untuk menyinergiskan, peran pendidik
dalam pendidikan karakter menjadi sangat vital sehingga anak didik atau SDM
Indonesia menjadi manusia yang religius, moderat, cerdas, dan mandiri sesuai
dengan cita-cita dan tujuan pendidikan nasional serta watak bangsa Indonesia.
Pilar akhlak (moral) yang dimiliki (mengejewantah) dalam diri seseorang
sehingga ia menjadi orang yang berkarakter baik (good character) adalah jujur,
sabar, rendah hati, tanggung jawab dan rasa hormat, yang tercermin dalam
kesatuan organisasi/sikap yang harmonis dan dinamis. Tanpa nilai-nilai moral
dasar ini (basic moral values) yang senantiasa mengejewantah dalam diri pribadi
kapan dan dimana saja, orang dapat dipertanyakan kadar keimanan dan
ketaqwaan. Ciri orang yang kuat imannya, antara lain: (1) secara tulus dia patuh
pada Tuhannya; (2) dia tertib dan disiplin melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan Tuhan, secara mahdhoh/ritual; (3) memahami dan menghargai ajaran
agama lain, sehingga tercipta kehidupan yang toleran; (4) memperbanyak
kerjasama dalam bidang kehidupan social. Dll.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Akhlak dan budi pekerti: membangun kembali
anak bangsa. Mkalah dalam konvensi pendidikan Tahun 2000. Jakarta:
Universitas Negeri.
Barnadib, imam. 1982. Beberapa hal tentang pendidikan. Yogyakarta; STUDING.
Ryi. 2000. Pendidikan nilai untuk membentuk karakter manusia. Harian kompas. RN
abu, 3 Mei 2000.
Redja Mudyahardjo. (2001) Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi Awal tentang
Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta
: Raja Grafindo Perkasa 3
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2003) Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung : Remaja Rosdakarya
Tim MKDK IKIP Surabaya. (1995) Pengantar Pendidikan : Bagian I. Surabaya :
University Press IKIP Surabaya.
Idris, Zahara. (1991) Dasar-dasar Kependidikan. Padang : Angkasa Raya.