Mutu Pelayanan Kebidanan
Mutu Pelayanan Kebidanan
Mutu Pelayanan Kebidanan
kemampuan
dan
keterampilan
petugas
dalam
ternasuk
rujukannya.
Keadaan
ini
dapat
terjadi
karena
BAB II
PROGRAM JAMINAN MUTU
A. PENGERTIAN
Jaminan Mutu (JM) Pelayanan Kesehatan
Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan ialah, suatu proses upaya yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam
menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan berdasarkan Standar yang telah ditetapkan serta menentukan
dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai kemampuan yang
ada dan menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran tindak lanjut untuk
lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (terutama Pelayanan
Kebidanan).
3
Tujuan:
Tujuan Program Jaminan Mutu secara Umum dapat dibedakan atas dua
macam. Tujuan tersebut adalah:
Tujuan Umum
Tujuan Program Jaminan Mutu adalah untuk lebih meningkatkan mutu
rata-rata.
Penduduk,
serta
di
pihak
lain
tata
cara
pelayanan kesehatan
perempuan, bayi baru lahir dan anak balita. Bidan dalam memberikan
pelayanan sesuai dengan peran fungsi dan tugasnya yang telah disyahkan atau
4
Semua
catatan
yang
ada
dalam
rekam
medis
khusus
diberikan
wewenang
dan
tanggung
jawab
BAB 3
STANDAR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
A. DEFINISI STANDAR
Banyak diskusi dalam mempelajari dan membahas definisi Standart. Kamus
Oxford memberikan beberapa pengertian konsep mengenai definisi standar.
1. Standar merupakan dasar untuk peningkatan untuk mencapai derajat
2.
3.
4.
5.
6.
terbaik.
Standar memberikan suatu dasar perbandingan.
Standar adalah suatu catatan minimum dimana terdapat kelayakan isi.
Standar adalah sebagai model untuk dapat ditiru.
Standar digunakan untuk menilai diri sendiri.
Standar sebagai suatu patokan pencapaian yang didasarkan kepada tingkat
keinginan terbaik.
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurnah
yang digunakan sebagai batas penerimaan minimal (Clinical practice
Guidelines, 1990).
Sandar adalah spesifikasi dari fungsi dan tujuan harus dipenuhi oleh suatu
sarana pelayanan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan
yang maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan (Rowland & Rowland,
1983).
Standar adalah produksi yang numeric, lazimnya ditetapkan secara sendiri
namun bersifat meningkat yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk
memisahkan yang tidak dapat diterima atau buruk dengan yang dapat diterima
atau baik (Brent James,1983).
Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang baik untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Penerapan standar pelayanan akan sekaligus melindungi
masyarakat, kerena penilaian terhadap proses dan hasil
pelayanan dapat
dilakukan dengan dasar yang jelas. Dengan adanya standar pelayanan, yang
dapat dibandingankan dengan pelayanan yang diperoleh, maka masyarakat
akan mempunyai kepercayaan yang lebih mantap terhadap pelayanan.
Standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan
kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek sehari-hari.
Standar ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai pelayanan
(standar digunakan untuk menilai keabsahan hasil kegiatan, efektifitasnya
ekonomis dan tingkat kepuasan seseorang terhadap kegiatan tersebut).
9
10
Hal-hal
tersebut
dapat
ditemukan
pada
waktu
audit
sehingga
STANDAR 1 :
PERSIAPAN UNTUK KEHIDUPAN KELUARGA SEHAT
Tujuan :
Memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan
kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung
jawab.
Pernyataan standar
Bidan melakukan penyuluhan dan
nasehat
kepada
perorangan,
keluarga dan masyarakat terhadap
segala yang berkaitan dengan
kehamilan, termasuk penyuluhan
kesehatan umum, gizi, KB dan
kesiapan
dalam
menghadapi
kehamilan dan menjadi calon orang
tua, menghindari kebiasaan yang
tidak baik dan mendukung
kebiasaan yang baik.
11
Hasil :
Masyarakat
dan
perorangan ikut serta
dalam upaya mencapai
kehamilan yang sehat.
Ibu,
keluarga
dan
masyarakat meningkat
pengetahuannya tentang
fungsi
alat-alat
reproduksi dan bahaya
kehamilan pada usia
muda.
Tanda tanda bahaya
pada
kehamilan
diketahui oleh keluarga
dan masyarakat.
Persyaratan :
1. Bidan bekerja sama dengan kader kesehatan.
2. Bidan dididik dalam hal :
Penyuluhan kesehatan
Komunikasi dan keterampilan konseling dasar.
Siklus menstruasi, perkembangan kehamilan, metode kontrasepsi, gizi,
bahaya kehamilan pada masa muda, kebersihan dan kesehatan diri,
kesehatan/kematangan seksual dan tanda bahaya pada kehamilan
3. Tersedianya bahan untuk penyuluhan tentang hal-hal tersebut.
Proses
Bidan harus :
1. Merencanakan kunjungan rumah secara teratur keposyandu, kelompok
ibu/KPKIS, sekolah dan tempat kegiatan masyarakat untuk memberikan
penyuluhan tentang kesehatan/ kebersihan secara umum, kesiapan
menghadapi kehamilan, makanan bergizi, pencegahan anemia, kematangan
seksual, kehidupan seksual yang bertanggung jawab dan bahaya kehamilan
pada usia muda (perlu dibuat kesepakatan tentang waktu penyuluhan,
tempat dan topic pembicaraan. Semua kesepakatan hendaknya ditepati,
kecuali pada keadaan darurat).
2. Hormati adat istiadat setempat/perorangan ketika memberikan penyuluhan
dan berikan dukungan untuk kebiasaan tradisional yang positif. (Namun,
perlu dicegah mitos atau tabu yang membahayakan kehamilan, persalinan
dan perawatan anak)
3. Beri penyuluhan yang dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan
kesehatannya, dan buatlah agar mereka mau mengajukan pertanyaan.
4. Jawablah pertanyaan dengan jujur dan sopan. Berikan jawaban yang jelas.
5. Gunakan alat bantu yang menunjang dan bahasa yang mudah dipahami.
6. Beritahukan jadwal kegiatan bidan untuk memeriksakan kehamilan dan
konseling perorangan.
7. Adakan konseling perorangan ditempat khusus, agar kerahasiaan terjaga.
INGAT
Penyuluhan kesehatan akan efektif bila pesannya jelas dan tidak
membingungkan
Penyuluhan dan nasehat akan efektif bila dapat diterima oleh
adat/tradisi setempat
Tidak semua kebiasaan tradisional membahayakan
Pasangan berhak mendapatkan informasi tentang methode KB yang
tepat dan bisa diterima oleh 12
tradisi setempat.
Kehamilan hendaknya direncanakan, dan hal ini adalah tanggung
jawab suami dan istri.
Tujuan
:
STANDAR
2 : PENCATATAN
Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan
penyuluhan kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.
Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan semua
HASIL
kegiatan yang dilakukannya, yaitu
Pencatatan yang baik
pencatatan semua kegiatan yang
Tersedia data untuk
dilakukan, yaitu pencatatan semua ibu
audit
dan
hamil diwilayah kerja, rincian
pengembangan diri
pelayanan yang telah diberikan
Meningkatnya peran
kepada
seluruh
ibu
hamil/
serta
masyarakat
bersalin/nifas dan bayi baru lahir,
dalam
perawatan
semua
kunjungan
rumah
dan
kehamilan
dan
penyuluhan
kepada
masyarakat.
persalinan
Disamping
itubidan
hendaknya
Prasyarat
mengikuti: sertakan kader untuk
1.mencatat
Adanya ketentuan
/ setempat
semua nasional
ibu hamil
dan untuk mencatat semua kelahiran dan
menijau
masyarakat yang
kematian upaya
ibu dan bayi.
dengan ibu
dan bayi
2.berkaitan
Sistem pencatatan
kelahiran
dan baru
kematian ibu dan bayi dilaksanakan.
3.lahir.
BidanBidan
bekerja
sama secara
denganteratur
kader/tokoh masyarakat dan memahami
meninjau
catatan
tersebut
untuk
untuk menilai
masalah
kesehatan
setempat.
penyusunan
rencana
4.kinerja
Registerdan
Kohort
Ibu dan Bayi,
Kartu ibu KMS ibu hamil, partograf
digunakan untuk pencatatan pelayanan.
5. Bidan sudah terampil dalam menggunakan format pencatatan tersebut.
Proses
Bidan harus :
1. Bekerja sama dengan kader dan pamong setempat agar semua ibu hamil
tercatat.
13
untuk
mengatasi
Pernyataan Standar
Prasyarat :
1. Bidan bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan
ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil memeriksakan
kehamilannya secara dini dan teratur.
2. Bidan harus memahami :
Tujuan pelayanan antenatan dan alasan ibu tidak memeriksakan
kehamilannya secara dini.
Tanda dan gejala kehamilan, dan
Keterampilan berkomunikasi secara efektif.
3. Bahan penyuluhan kesehatan yang siap digunakan.
4. Mencatat hasil pemeriksaan pada KMS ibu hamil dan karti ibu.
Proses
Bidan harus :
1. Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur
utnuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu, suami,
keluarga maupun masyarakat.
2. Bersama kader kesehatan mendata ibu hamil serta memotivasinya agar
memeriksakan kehamilannya sejak dini (segera setelah terlambat haid atau
diduga hamil ).
3. Melalui komunikasi dua arah dengan pamong, tokoh masyarakat dan dukun
bayi jelaskan prosedur pemeriksaan kehamilan yang diberiaka. Hal tersebut
akan mengurangi keraguan mereka, dan menjelaskan manfaat pelayanan
antenatal.
15
4. Melalui komunikasi dua arah dengan pamong, tokoh masyarakat dan dukun
bayi jelaskan prosedur pemeriksaan kehamilan yang diberiaka. Hal tersebut
akan mengurangi keraguan mereka, dan menjelaskan manfaat pelayanan
antenatal.
5. Tekankan bahwa tujuan pemeriksaan kehamilan adalah ibu dan bayi yang
sehat pada akhir kehamilan. Agar tujuan tersebut tercapai, pemeriksaan
kehamilan harus segera dilaksanakan begitu diga terjadi kehamilan, dan
dilaksanakan secara terus menerus secara berkala selama kehamialan.
6. Berikan pelajaran kepada seluruh ibu tentang tanda kehamilan, dan fungsi
organ reproduksinya (wanita harus memperhatikan siklus hainya,
mengetahui dan memeriksakan diri bila terjadi keterlambatan atau haid
kurang dari biasanya).
7. Bimbing kader untuk mendata / mencatat semua ibu hamil didaerahnya.
Lakukan kunjungan rumah kepada mereka yang tidak memeriksakan
kehamilannya. Pelajari alasanya, mengapa ibu hamil tersebut tidak
memeriksakan diri, dan jelaskan manfaat pemeriksaan kehamilan.
8. Perhatikan ibu bersalin yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya.
Lakukan kunjungan rumah, pelajari alasannya.berikan penyuluhan dan
konseling yang sesuai untuk pengaturan kehamilan berikutnya.
9. Jelaskan dan tingkatkan pengguna KMS Ibu Hamil dan Kartu Ibu.
Pernyataan standar
Hasil
Prasyarat :
1. Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk
penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan
kehamilan (Kartu Ibu).
2. Alat untuk pelayanan antenatal tersedia dalam keadaan baik dan berfungsi,
antara lain : stetoskop, tensimeter, meteran kain, timbangan, pengukur
lingkar lengan atas, stetoskop janin.
3. Tersedia obat dan bahan lain : vaksin TT, tablet besi dan asam folat dan
antimalaria (pada daerah endemis malaria).
4. Menggunakan KMS ibu/kartu ibu.
5. Terdapat system rujukan yang berfungsi dengan baik, yaitu ibu hamil
resiko tinggi atau mengalami komplikasi dirujuk agar mendapatkan
pertolongan yang memadai.
Proses
Bidan harus :
1. Bersikap ramah, sopan, bersahabat pada setiap kunjungan.
2. Pada kunjungan pertama, bidan :
Melakukan anamnesis riwayat dan mengisi KMS ibu hamil / kartu ibu
secara lengkap.
Memastikan bahwa kehamilan itu diharapkan
Tentukan hari tafsiran persalinan (HTP). Jika hari pertama haid terakhir
(HPHT) tidak diketahui, tanyakan kapan pertama kali dirasakan
17
Tujuan
Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan
letak, posisi dan bagian bawah janin
Penyataan standar
Bidan melakukan pemeriksaan
abdomen dengan seksama dan
melakukan
palpasi
untuk
memperkirakan usia kehamilan, dan
bila usia kehamilan bertambah,
memeriksa posisi, bagian yang
terendah dan masuknya kepala janin
kedalam rongga panggul, untuk
mencari kelainan serta melakukan
rujukan tepat waktu.
19
Hasil
1. Perkiraan usia kehamilan
yang lebih baik.
2. Diagnosis dini kelainan
letak, dan merujuknya
sesuai dengan kebutuhan.
3. Diagnosis dini kehamilan
dan kelainan lain, serta
merujuknya sesuai dengan
kebutuhan.
Prasyarat
1. Bidan telah dididik tentang prosedur palpasi abdomen yang benar.
2. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik.
3. Tersedian tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima
masyarakat.
4. Menggunakan KMS Ibu Hamil/ Kartu Ibu untuk pencatatan.
5. Adanya system rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan
rujukan.
Proses
Bidan harus :
1. Melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal.
2. Tanyakan pada ibu hamil sebelum palpasi : apa yang dirasakannya, apakah
janinya bergerak, kapan haid terakhir atau kapan pertama kali merasakan
pergerakan janin.
3. Sebelum palpasi abdominal, mintalah ibu hamil tuk menggosongkan
kandung kencingnya.
4. Baringkan ibu hamil telentang dengan bagian atas tubuhnya disanggah
bantal. Jangan baringkan ibu hamil telentang dengan punggung datar,
karena berat uterus dapat menekan pembuluh darah balik ke jantung
sehingga akan mengakibatkan pingsan.
5. Periksa abdomen : adakah parut (tanyakan penyebabnya), tanda-tanda
kehamilan sebelumnya, tanda-tanda peregangan uterus yang berlebihan
atau kehamilan ganda (perut terlalu besar, banyak bagian janin yang teraba,
terabanya lebih dari satu kepala janin). Catat semua temuan dan segera
rujuk ke rumah sakit jika ditemukan bekas bedah cesar, tandah
berlebih/kurangnya cairan amnion atau kehamilan ganda.
6. Perkirakan usia kehamilan. Setelah minggu ke 24, cara yang paling efektif
adalah dengan menggunakan meteran kain.
7. Ukur dengan meteran kain dari simfisis pubis ke fundus uteri, catat
hasilnya dalam cm. Jika hasilnya berbeda dengan perkiraan umur
kehamilan (dalam minggu) lebih dari 3 cm, atau pertumbuhan janin
lambat/tidak ada, ibu perlu dirujuk.
8. Lakukan palpasi dengan hati-hati untuk memeriksa letak janin.
(seharusnya memanjang. Jika tidak, dan usia kehamilan 36 minggu atau
lebih, rujuk ke rumah sakit).
9. Dengan menggunakan dua tangan, lakukan palpasi abdominal untuk
menentukan bagian bawah janin. (kepala teraba keras dan lebih besar
dibandingkan dengan bokong. Jika kepala berada di fundus uteri,
biasanya melenting).
20
10. Pada trimester ke 3, jika bagian bawah janin bukan kepala, persalinan harus
dilakukan di rumah sakit.
11. Setelah umur kehamilan 37 minggu, terutama pada kehamilan pertama,
periksa apakah telah terjadi penurunan kepala janin. (kepala janin sudah
melewati pintu atas panggul atau kepala janin teraba hanya 2 jari diatas
pintu atas panggul). Jika tidak, mintalah ibu hamil duduk, dan lihatlah
apakah kepala janin bisa masuk ke panggul. Bila kepala tidak masuk ke
panggul, rujuklah ibu ke rumah sakit.
12. Periksa letak punggung janin dan dengarkan denyut jantung janin.
(dengarkan selama satu menit penuh, perhatikan kecepatan dan iramanya).
Jika pada bulan terakhir kehamilan tidak ditemukan denyut jantung janin,
atau pergerakan janin sangat lemah, rujuklah ibu ke rumah sakit.
13. Bicarakan hasil pemeriksaan dengan ibu hamil, suami atau anggota
keluarga yang mengatarnya.
14. Catat semua temuan, pelajari dan jika ada kelainan segera rujuk ke
puskesmas atau rumah sakit tuk pemeriksaan lanjutan.
STANDAR 6 : PENGELOLAHAN ANEMIA KEHAMILAN
Tujuan
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut
yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.
Hasil
Penyataan standar
Bidan
melakukan
pencegahan,
tindakan
penemuan,
kasus
kehamilan
anemia
sesuai
pada
dengan
anemia.
Prasyarat :
1. Ada pedoman pengelolahan anemia pada kehamilan.
2. Bidan mampu :
Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan.
21
3.
4.
5.
6.
Proses :
Bidan harus :
1. Memeriksa kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama, dan pada
minggu ke 28. Hb di bawah 11 gr% pada kehamilan termasuk anemia, di
bawah 8 gr% adalah anemia berat (lihat standar 4). Bila alat pemeriksaan
tidak tersedia, periksa kelopak mata dan perkirakan ada / tidaknya anemia.
2. Beri tablet zat besi pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari
berturut-turut. Bila Hb kurang dari dari 11 gr% teruskan pemberian tablet
zat besi.
3. Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal, tentang perlunya
minum tablet zat besi, makanan yang mengandung zat besi dan kaya
vitamin C, serta menghindari minuman teh/kopi dalam satu jam sebelum /
sesudah makan (teh/kopi mengganggu penyerapan zat besi). Beri contoh
makanan setempat yang kaya zat besi.
4. Jika prevalensi malaria tinggi, selalu ingatkan ibu hamil untuk berhati-hati
agar tidak tertular penyakit malaria. Beri tablet anti malaria yang sesuai
dengan ketentuan.
5. Jiak ditemukan / diduga anemia (bagian dalam kelopak mata pucat),
berikan 2-3 kali satu tablet zat besi perhari.
6. Rujuk ibu hamil dengan anemia untuk pemeriksaan terhadap penyakit
cacing/ parasit atau penyakit lainnya, dan sekaligus untuk pengobatannya.
7. Jika diduga ada anemia berat (misalnya : wajah pucat, cepat lelah, kuku
pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat), segera rujuk ibu hamil untuk
pemeriksaan dan perawatan selanjutnya. Ibu hamil dengan anemia ada di
trimester ke 3 perlu diberikan zat besi dan asam folat secara IM.
8. Rujuk ibu hamil dengan anemia berat dan rencanakan untuk bersalin di
rumah sakit.
INGAT untuk
!!!
9. Sarankan ibu hamil dengan anemia
tetap minum tablet zat besi
sampai
bulan
setelah persalinan.
Anemia4-6
pada
kehamilan
merupakan masalah besar yang berdampak
buruk terhadap kehamilan/persalinan baik bagi ibu dan bayinya
serta memerlukan penanganan yang hati-hati, termasuk
pemeriksaan untuk mencari penyebab.
Jika prevalensi malaria tinggi, tekanan untuk menggunakan kelambu
dan memberantas nyamuk.
Pencegahan anemia pada kehamilan
dimulai dengan memberikan
22
mekanan bergizi bagi anak perempuan, utamanya remaja putri.
Pada ibu hamil dengan anemia, syok dapat terjadi pada perdarahan
yang sedikit sekalipun. Karena itu usahakan perdarahan sesedikit
Hasil
tekanan
darah
pada
preeklamsia
lainnya,
hamil
preeklamsia
dengan
tanda
mendapat
serta
tepat waktu.
mengambil tindakan yang tepat dan Penurunan angka kesakitan dan
kematian akibat eklamsia.
merujuknya.
Prasyarat:
1. Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, termasuk
pengukuran tekanan darah.
2. Bidan mampu:
Mengukur tekanan darah dengan benar
Mengenali tanda-tanda preeklamsia
Mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan tindakan lanjut
sesuai dengan ketentuan.
3. Tensimeter yang berfungsi baik
4. Menggunakan KMS ibu hamil/kartu ibu
Proses :
Bidan harus:
23
Tujuan
Untuk memastikan bahwa pesalian direncanakan dalam lingkungan yang
aman dan memadai.
HASIL :
Pernyataan Standar:
Bidan memberikan saran yang
tepat kepada ibu hamil,
suami/keluarganya pada TM
ke-3,
untuk
memastikan
bahwa persiapan bersih dan
aman dan suasana yang
menyenangkan
akan
direncanakan dengan baik,
disamping
persiapan
transportasi dan biaya untuk
merujuk, bila tiba-tiba terjadi
kedaan gawat darurat. Bidan
hendaknya
melakukan
kunjungan rumah untuk hal
ini.
Prasyarat :
1. Adanya ketentuan tentang indikasi persalinan yang harus dirujuk dan
berlangsung di rumah sakit.
2. Alat untuk peleyanan antenatal tersedia dalam keadaan berfungsi.
3. Alat untuk persalinan tersedia dalam keadaan di desinfeksi tingkat tinggi.
4. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepat, jika
terjadi kedaruratan.
5. Menggunakan KMS ibu hamil/ kartu ibu dan partograf.
Proses
25
Bidan harus :
1. Mengatur pertemuan dengan ibu hamil dan suami/ keluarganya pada TM
ke-3 untuk membicarakan tempat persalinan dan hal-hal yang perlu
diketahui dan dipersiapkan.
2. Melaksanakan seluruh pemeriksaan antenatal (lihat standar 5), termasuk
anamnesis dan riwayat obstetri secara rinci, sebelum memberikan nasehat.
3. Memberikan informasi agar mengetahui saat akan melahirkan dan kapan
harus mencari pertolongan, termasuk pengenalan tanda bahaya. (Ketuban
pecah sebelum waktunya dan perdarahan pada kehamilan yang bukan
darah lendir normal/ show perlu pertolongan secepatnya)
4. Jika direncanakan persalinan di rumah atau didaerah terpencil :
Beritahukan kepada ibu hamil perlengkapan yang diperlukan untuk
persalinan yang bersih dan aman. Paling sedikit tersedia tempat yang
bersih untuk ibu berbaring sewaktu bersalin, sabun yang baru, air bersih
dan handuk bersih untuk cuci tangan; kain bersih dan hangat untuk
membersihkan dan mengeringkan bayi serta ruangan yang bersih dan
sehat.
Atur agar ada orang yang dipilih oleh ibu sendiri untuk membantu
persalinan. (Harus disepakati tentang bagaimana dan kemana merujuk,
jika terjadi kegawatdaruratan)
Beri penjelasan kepada ibu hamil kapan memenggil bidan. (Misalnya
jika ketuban pecah atau timbulnya rasa mulas yang teratur)
Sebagian persiapan untuk rujukan, atur transportasi ke rumah sakit
bersama ibu hamil dan suami/keluarganya. (Termasuk persetujuan jenis
dan biaya transportasi yang diperlukan bila terjadi keadaan darurat)
5. Jika direncanakan persalinan di rumah sakit atau tempat lainnya :
a. beri penjelasan pada ibu hamil dan suami/ keluarganya tentang kapan ke
rumah sakit dan perlengkapan yang di perlukan. Hal ini dapat berbeda
tergantung keadaan, tapi setidaknya diperlukan sabun dan handuk
bersih, pakaian bersih untuk ibu dan bayi serta pembalut wanita.
b. Ibu hamil dengan kondisi di bawah ini, sebaiknya di anjurkan untuk
melahirkan di rumah sakit :
Pernah mengalami persalinan sulit atau lahir mati.
Pernah menjalani bedah sesar.
Anemia berat.
Penyakit kronis : kencing manis, jamtung, asma berat TBC.
Perdarahan antepartum.
Preeklamsia pada kehamilan sekarang.
Kelainan letak/posisi janin.
Kehamilan ganda.
26
Kehamilan ke-5 atau lebih terutama pada ibu hamil dengan status
sosial rendah atau kurang energi kronis.
Primigravida sangat muda (di bawah 15 tahun) atau multiparitas
dengan usia di atas 40 tahun.
Kehamilan kurang bulan sudah inpartu.
STANDAR 9 : ASUHAN PERSALINAN KALA I
Tujuan :
Untuk memberikan asuhan perawatan yang memadai dalam mendukung
pertolongan yang aman.
Pertanyaan Standar :
Hasil :
Meningkatnya persalinan yang
ditolong bidan
Berkurangnya
kematian/kesakitan ibu/bayi
akibat partus lama.
Ibu bersalin mendapat
pertolongan darurat yang
memadai dan tepat waktu, bila
diperlukan.
Persyaratan :
1. Dan dipanggil jika ibu sudah mulai mules/ketuban sudah mulai pecah.
2. Bidan terampil dalam hal :
Pertolongan perslinan yannng bersih dan aman dan,
Penggunaan patograf dan pembacaannya.
3. Tersedianya alat dan bahan habis untuk pertolongan persalinan.
4. Menggunakan KMS ibu hamil, patograf dan kartu ibu.
Proses :
Bidan harus :
1. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah
mulai/ketuban pecah.
2. Melaksanakan pemeriksaan kemailan dengan memberikan perhatian
terhadap tekanan darah, teratur tidaknya his dan DJJ, bika ketuban sudah
pecah.
27
ketuban
sudah
pecah.
(riset
membuktikan
banyak
INGAT !!!
Tidak ada bukti yang mendukung perlunya melakukan
enema/mencukur rambut pubis secara rutin.
Jika ketuban pecah, namun persalinan Tidak memasuki fase aktif
dalam 8 jam, maka ibu perlu dirujuk.
Jika dicapai garis waspada pada patograf atau persalinan telah
berlangsung selama 18 jam, rujuk secepatnya.
Perdarahan melalui vagina selalu merupakan tanda bahaya dan perlu
28
dirujuk.
Ditemukannya mekonium biasanya menunjukan gawat janin. Sehingga
memerlukan tindakan atau rujukan secepatnya atau rujukan
secepatnya.
Tujuan :
Memastikan persalinan yang aman untuk ibu dan bayi.
Hasil
Pernyataan Standar
Bidan melakukan
pertolongan persalinan yang
aman
Meningkatnya kepercayaan
terhadap bidan
Menurunnya komplikasi
tradisi setempat.
trauma kelahiran.
Menurunnya angka sepsis
peuperalis.
29
Prasyarat
1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mules/ ketuban pecah.
2. Bidan sudah terampil dalam menolong persalinan secara bersih dan aman.
3. Adanya alat untuk pertolongan persallinan dalam keadaan desinfeksi
tingkat tinggi.
4. Adanya bahan-bahan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman,
seperti air bersih, sabun dan handuk bersih, dua handuk hangat yang bersih
(1 untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk dioakai kemudian), pembalut
wanita dan tempat untuk plasenta.Bidan harus menggunakan sarung tangan
yang sudah di DTT.
5. Tersedia ruangan yang hangat, bersih, dan sehat untuk persalinan.
6. Menggunakan kartu ibu.
Proses
Bidan harus :
1. Memastikan tersediannya rungan yang hangat, bersih dan sehat untuk
persalinan, juga kain untuk mengeringkan bayi baru lahir, tempat untuk
plasenta. (jika ibu belum mandi, bersihkan daerah perinium dengan air
bersih).
2. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, kemudian keringkan hingga
betul-betul kering denga handuk bersih. (kuku harus dipotong pendek dan
bersih)
3. Bantu ibu mengambil posisi yang paling nyaman baginya. (riset
menunjukkan bahwa posisi duduk atau djongkok memberikan banyak
keuntungan).
4. Anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin atau saat kepala bayi
sudah kelihatan. (riset menunjukkan bahwa menahan nafas sambil meneran
adalah berbahaya, dan meneran sebelum kepala bayi tampak tidaklah perlu.
Bahkan meneran, sebelum pembukaan servik lengkap adalah berbahaya).
Jika kepala belum terlihat padahal ibu sudah sangat ingin meneran, periksa
pembukaan servik dengan periksa dalam. Jika pembukaan belum lengkap
keinginan meneran bisa dikurangi dengan memiringkan ibu ke sisi sebelah
kiri.
5. Pada kala II, dengarkan DJJ setiap HIS berakhir, irama dan frekuensinya
harus kembali dengan normal. Jika tidak cari pertolongan medis.(jika
kepala sudah meregangkan perinium dan terjadi kelambatan kemajuan
persalinan atau DJJ menurun sampai 120/menit atau kurang, atau
meningkat menjadi 160/menit atau lebih, maka percepat persalinan dengan
menggunakan episiotomi ; lihat standar 12).
30
18. Bersihkan perinium dengan air bersih dan tutupi dengan kain yang bersih.
19. Berikan plasenta kepada suami atau keluarga.
20. Pastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman. Berikan bayi kepada ibu untuk
diberikan asi
21. Catat semua temuan dengan seksama.
INGAT !!!
Membantu kelahiran bahu dan punggung masih mungkin
dilakukan, meskipun ibu dalam posisi tradisional saat
persalinan. (tidak berbaring terlenyang atau dalam posisi
litotomi). Namun, tetap berhati-hati dalam mengusahakan
proses persalinan yang normal, apapun posisi bu.
Ingat 3 bersih
Tempat bersih
Tempat pertolongan persalinan bersih
Pengikatan dan pemotongan tali pusat dilakukan secara
bersih.
STANDAR 11
PENGELUARAN PLASENTA DENGAN PENEGANGAN TALI
PUSAT
Tujuan :
Membantu pengeluaran plasenta dan selaputnya secara lengkap tanpa
menyebabkan perdarahan.
Hasil
Persyaratan standar
Bidan
melakukan
gangan
tali
benar
untuk
pengeluaran
selaput
pusat
ketuban
pene-
primer mendapatkan
dengan
membantu
plasenta
dan
secara
lengkap.
32
kala III.
Prasyarat:
1. Bidan sudah terlatih dalam membantu pengeluaran plasenta secara lengkap
dengan penanganan tali pusat secara benar.
2. Adanya alat dan bahan untuk melahirkan p;asenta, termasuk air bersih,
larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi, sabun san handuk bersih untuk
cuci tangan , juga tampak untuk plasenta. Sebaiknya bidan menggunakan
sarung tanggan yang bersih.
3. Tersedia oksitosika yang dikirim dan disimpan dengan benar.
Proses :
1. Masukan oksitosika (oksitosin 10 IU IM) ke dalam alat suntik menjelang
persalinan.
2. Setelah bayi lahir, periksa kemungkinan adanya bayi kembar. Jika tidak
ada, beri oksitosika secara IM secepatnya. (kecuali jika terdapat hal lain
yang mengharuskan pemberian secara IV).
3. Tunggu tanda terlepasnya plasenta (yaitu fundus mengeras dan bulat,
keluarnya tetesan darah , fundus naik, tali pusat memanjang) periksa
fundus untuk mengetahui adanya kontraksi,keluarkan gumpalan jika perlu.
4. Bantu ibu untuk bersandar atau berbaring untuk pengeluaran plasenta dan
selaputnya.
5. Jika plasenta sudah terlepas dari dinding uterus, letakan tangan kiri di atas
simfisis pubis untuk menehan korpus uteri, dan rengangkan tali pusat
dengan tangan yang lain teta[i jamgam ditarik. Mula-mula regangkan
diarahkan ke bawah, lalu secara perlahan diregangk kea arah atas dengan
mengikuti sumbu jalan lahir. Jangan menekan fundus karena dapat
mengakibatkan inversio uteri.
6. Jika plasenta sudah tampak dari luar, secara bertahap tarik ke atas sehingga
plasenta mengikuti jalan yang sama dengan bayi. Lepaskan tangan kiri dari
perut, untuk menerima plasenta.
7. Keluarkan selaput dengan hati-hati. (Hal ini harus dikerjakan secara
perlahan dan hati-hati. Jangan ditarik karena selaput mungkin robek).
8. Begitu plasenta sudah lahir secara lengkap, periksa apakah uterus
berkontraksi dengan baik. (Mungkin perlu mengeluarkan gumpalan darah,
dan mengusap fundus dari luar agar uterus berkontraksi, jika uterus tidak
keras dan bulat).
9. Taksir jumlah kehilangan darah secaermat-cermatnya.
33
10. Periksa apakah plasenta telah dilahirkan secara lengkap. Jika tidak lengkap,
ulangi pemberian oksitosin jika perdarahan tidak banyak dan rumah sakit
dekat, ibu segera dirujuk. Bila perdarahan banyak dan rumah sakit jauh,
lakukan placenta manual (Lihat Standar 21) untuk penanganan perdarahan,
lihat Srandar 22.
11. Beriksa vulva dan perineum dengan air bersih, tutup dengan pembalut
wanita/kain kering yang bersih.
12. Periksa tanda-tanda vital. Catat semua temuan secermat-cermatnya.
13. Beriksa plasenta kepda suami/keluarga ibu.
INGAT !!!
34
STANDAR 12
PENANGANAN KALA I DENGAN GAWAT JANIN MELALUI
EPISIOTOMI
Tujuan:
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi pada keadaan gawat
janin.
Hasil
Persyaratan Standar
Penurunan kejadian
asfiksia neonaturum
berat
Penurunan kejadian
diikuti
Penurunan kejadian
dengan
sepsis peurperalis.
penjahitan perineum.
Prasyarat
35
Tujuan
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksananya pernafasan
spontan serta mencegah hipotermia.
Hasil
Pernyataan Standar
Bayi
baru
lahir
mendapatkan perawatan
yang tepat undap dapat
bernafas dengan baik
Penurunan angka kejadian
hipotermi
Prasyarat
1. Bidan mampu untuk :
Memeriksa dan menilai bayi baru lahir dan menggunakan skor Apgar.
Menolong bayi bernafas spontan dan melakukan resusitasi bayi.
Mengenal tanda-tanda hipotermia dan dapat melakukan pencegahan dan
penanganannya.
2. Adanya alat/bahan yang diperlukan, misalnya sabun, air bersih dan handuk
untuk mencuci tangan, handuk lembut yang bersih untuk bayi, kain yang
bersih dan kering untuk bayi, termometer dan timbangan bayi.
3. Obat tetes mata : salep mata tetrasiklin 1%, klorampenikol 1% atau
eritromisin 0,5 %
4. Kartu ibu
Proses
Bidan harus :
1. Segera sesudah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas. Bila bayi tidak
menangis secara spontan, bersihkan jaln nafas dengan jari telunjuk yang di
balut dengan kain bersih dan lembut. ( menurut penelitian, cara ini cukup
menolong pada 80% bayi). Jika cara ini tidak menolong, segeralah lakukan
37
Selimuti ibu
Berikan minum yang hangat untuk ibu.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam
Jika ternyata suhu tubuh bayi tidak naik, segera merujuknya kepusat
STANDAR 14
PELAYANAN PADA DUA JAM PERTAMA SETELAH
PERSALINAN
Tujuan :
Memulihkan kesehatan ibu dan bayi pada masa nifas serta memulihkan
pemberian
ASI dalamStardar
2 jam pertama sesudah persalinan. Hasil
Pernyataan
Bidan melakukan pemantuan ibu dan
Komplikasi segera
dideteksi dan dirujuk.
bayi terhadap terjadinya komplikasi
Penurunan kejadian infeksi
dala 2 jam setelah persalinan, serta
nifas dan neonatal.
melakukan tindakan yang
Prasyarat :
1. Ibu dan bayi dijaga oleh selama 2 jam sesudah persalinan.
2. Bidan terlatih dalam merawat ibu dan bayi segera setelah persalina,
termasuk pertolongan pertama pada keadaan gawat darurat.
3. Ibu termotivasi untuk menyusui dengan ASI dan memberikan kolostrum
4. Tersedianya alat atau bahan, misalnya untuk membersihkan tangan yaitu air
bersih, sabun dan handuk bersih, kain bersih untuk membungkus bayi dan
thermometer.
5. Tersedianya okksitosin, dan obat lain yang diperlukan.
6. Adanya sarana encatatan : karti ibu/bayi.
Proses :
Bidan harus :
1. Segera setelah bayi lahir, keringkan sambil perhatikan apakah bayi
bernafas atau apakah ada kelainan lainnya. Jika bayi tidak bernafas, ikuti
standar 25.
2. Jika kedaaan umun bayi baik, letakkan bayi didada ibunya agar terjadi
kontak kulit antara ibu dan bayi, selalu selimuti ibu dan bayi, dengan
handuk, yang hangat. Bila tidak demikian, bungkus bayi dengan kain
kering dan bersih dan jaga agar bayi tetap hangat (lihat standar 13).
3. Raba fundus uteri, jika fundus tak terba keras, lakukan massase pada
daerah fundus agar uterus berkontraksi. Periksa fundus selam 15 menit
sekali, dan periksa jumlah perdarahan dari vagina.
4. Jika terjadi perdarahan, segera lakukan tindakan sesuai dengan standar 22
berbahaya jika terlambat bertindak.
5. Secepatnya bantu ibu agagr dapat menyusui. Atur posisi bayi agar dapat
melekat dan menghisap dengan bensar. (semua ibu membutuhkan
pertolongan untuk mengatur posisi bayi. Baik untuk ibu yang baru pertama
kali menyusui maupun ibbu yang sudah pernah menyusui ).
6. Cuci tangan lagi dan lakukan pemeriksaan pada bayi. Berikan perawatan
pada mata dan perawatan pada mata dan perawatan lain yanf diperlukan,
sesuai dengan standar 13.
40
INGAT !!!
Jaga bayi agar tubuhnya tetap hangat
Semua bayi harus segera diberi ASI sesudah lahir
Kolostrum mengandung zat yang sangat diperlukan untuk melindungi
Pernyataan Standar
bayo dari infeksi.
HASIL !!!
Bidan memberikan pelayanan
Periksa uterus dan kandung kemih secara teratur.
selama masa nifas memlaui
Komplikasi pada masa
kunjungan
rumah
padamakhari
Jika
diperlukan
episiotomi
periksa luka episiotomi
secara teratur.untuk
nifas segeradirujuk
STANDAR
15
ketiga, minngu kedua dan
penanganan yang tepat.
minggu
keenamBAGI setelah
PELAYANAN
IBU DAN BAYI PADA
MASApemberian
NIFAS ASI
Mendorong
persalinan, untuk membantu
eksklusif.
proses: pemulihan ibu dan bayi
Tujuan
Mendorong
melalui penegangan tali pusat
penanganancara
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi
sampai 42 hari setelah
yang benar, penemuan dini,
tradisiaonal yang berguna
persalinan
dan memberikan
penyuluhan
tentang ASI
bdaneksklusif.
menganjurkan untuk
penangan
atau
rujukan
mennghindari
kebiasaan
komplikasi yang mungkin terjadi
yang merugikan.
pada masa nifas : serat
Menurunkan kejadi an
memberikan penjelasan tentangf
infeksi
kesehatan
secara
umum,
Masyarakat
semakin
41
kebersihan
perorangnan,
menyadari
pentingnya
makanan bergizi, perawatan bayi
penjarangan kelahiran
baru lahir, pemberian ASI,
Meningkatnya
imunisasi
imunisasi dan KB
pada bayi.
Prasyarat :
1. Bidan telah terampil dalam :
Perawatan nifas, termasuk pemeriksaan ibu dan bayi pada masa nifas
dengan cara yang benar.
Membantu ibu untuk memberikan ASI
Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan bayi pada masa
nifas.
Penyuluhan dan pelayanan KB
2. Bidan yang dapat memberikan pelayanan imunisasi atau bekerja sama
denga juru imunisani.
3. Tersedia alat/bahan, misalnya untuk membershkan tangan yaitru sabun, air
bersih, dan handuk bersih.
4. Tersedia kartu pencatatan kartu ibu/bayi
Proses :
1.
2.
3.
4.
42
Hasil
Ibu yang mengalami oerdarahan
kapanpun masa kehamilan
segera mendapat pertolongan
yang cepat dan tepat.
Kematian ibu dan janin akibat
perdarahan dalam kehamilan
dan perdarahan antepartum
berkurang.
Meningkatnya
pemanfaatan
bidan untuk konsultasi pada
keadaan gawat darurat.
Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat
tanda gejala perdarahan pada
kehamilan,
serta
melakukan
Prasyarat
1. Bidan sudah tera,pil untuk :
Mengetahui penyebab, tanda-tanda dan penanganan perdarahan pada
awal atau akhir kehamilan.
Pertolongan pertama pada gawat darurat, termasuk emberian cairan IV.
Mengetahui tanda-tanda dan penangan syok, termasuk syok septic.
2. Tersedianya alat atau bahan, misalnya sabun, air bersih, handuk bersih
untuk mencuci tangan; peralatan infuse dan peralatan suntik yang seteril.
44
INGAT !!!
Jika syok, maka baringkan ibu pada sisi kiri tubuhnya dan ganjal
kakinya dengan bantal.
Jika terlihat adanya gejala dan tanda syok berat, berikan cairan secara
intravena.
STANDAR: 17
PENANGAN KEGAWATAN PADA EKLAMSIA
Tujuan
Hasil
Mengetahui dan melakukan tindakan yang cepat dan tepat pada eklamsia
Penurunan kejadian eklamsi.
mengancam.
Ibu hamil yang mengalami
Pernyataan standar
preeklamsi
berat/eklamsia
Bidan mengenali secara tepat
mengancam
segera
tanda dan gejala eklamsi
mendapatkan
penanganan
46
mengancam, serta merujuk
yang cepat dan tepat.
dan
atau
memberikan
Menurunnya kesakitan dan
pertolongan pertama.
kematian akibat eklamsia.
Prasyarat :
1. Bisa mampu :
Mengenal tanda dan gejala preeklamsia dan eklamsia mengancam.
Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada preeklamsia
berat
dan eklamsia.
2. Terjadinya tensimeter dan alat pemberian cairan intravena yang berfungsi.
3. Adanya obat-obatan yang dibutuhkan, misalnya magnesium sulfat.
4. Adanya sarana pencatatan : KMS ibu hamil / kartu ibu.
Proses :
Bidan harus
1. Selalu waspada terhadap gejala dan eklampsia mengancam yaitu
edema,nyeri kepala hebat,mengantuk,gangguan penglihatan,nyeri ulu hati
mual dan muntah.
2. Catat tekanan darah ibu, segera periksa adanya gejala dan tanda
preeklamsia atau eklamsia mengancam. Gejala dan tanda eklamsia
mengancam (yaitu peningkatan tekanan darah tiba-tiba, tekanan yang
sangat tinggi, penurunan jumlah air seni dengan warna yang menjadi gelap,
edema berat atau edema mendadak pada wajah atau panggul belakang, atau
proteinuria)
memerlukan
penanganan
yang
cepat
karena
besar
47
6. Jika terjadi kejang, letakkan ibu dilantai dan jauhkan daru benda yang
melukainya ( jangan mencoba mengikatnya). Jika ada kesempatan,
letakkan benda yang di bungkus dengan kain lembuat antara gigi jangan
memaksa membuka mulut ibu ketika terjadi kejang.
7. Jika terjadi kejang berika MgSO4 esuai dengan pedoman (misalnya
MgSO4 20% dosisi tunggal 2dt IV dalam 5menit kemudian 4gr IM pada
tiap bokong,di ikuti 4gr setiap 4 jam). Perlu hati-hati terhadap gejala
kelebihan dosis, yaitu : pernafasan < 14 x/m, urine <25cc/ jam atau tidak
ada reflek lutut. Jika timbul tanda-tanda ini, berikan 1gr kalsium gluconat
10% IV secara perlahan-lahan, atau IM dibokong.
8. Bila ibu mengalami koma, pastikan posisi ibu di baringkan miring kr kiri,
dengan kepala ditengahdakan agar jalan nafas tetap terbuka.
9. Catat semua obat yang di beriakan, keadaan ibu, termasuk tekanan
darahnya setiap 10 menit.
10. Bawa ibu segera kerumah sakit setelah serangan kejang berhenti, dampini
ibu dalam perjalanan dan berikan obat-obatan lagi jika perlu.( jika terjadi
kejang lagi, berikan 2gr MgSO4 IV secara perlahan selama 5 menit, tetapi
berhati-hati terhadap bahaya keracuanan).
TONIK
KLONIK
KOMA
48
STANDAR: 18
PENANGAN KEGAWATAN PADA PARTUS MACET
Tujuan :
Mengetahui dengan segera dan mengenai dengan tepat kegawat daruratan
pada partus lama/macet.
Pernyataan standar
Hasil
Mengenali secara dini gejala
dan tanda partus lama serta
tindakan yang tepat.
Enurunan kematian/ kesakitan
ibu/ bayi akibat partus lama.
Ibu
mendapat
pertolongan
kegawatdaruratan obstetric yang
tepat dan cepat.
Prasyarat :
1. Bidan mampu :
Menggunakan partograf dan catatan persalinan
Periksa dalam secara baik
Faktor-faktor penyebab persalian lama:
- His tidak efisien / adekuat
- Factor janin : -makrosomia,anecefalus,hidrocefalus.
- Malpresentasi /posisi.
2. Adanya alat/ bahan yang diperlukan untuk persalinan, misalnya sabun, air
bersih dan handuk bersih untuk mencuci tangan. Sedapat mungkin gunakan
sarung tangan (yang bersih dan steril).
3. Adanya antibiotika,cairan infuse, dan peralatan untuk pemberian cairan
intravena, kateter karet steril, gunting steril untuk episiotomi yang
berfungsi baik.
4. Adanya partograf dan catatab persalinan/ kartu ibu.
Proses :
49
1. Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu dan janin, his dan
kemajuan persalinan pada partograf dan catatan persalinan.
2. Jika terapat penyimpangan dalam kemajuan persalianan (misalnya garis
waspada pada pada partograf tercapai, his terlalu kuat/cepat/lemah sekali,
nadi melemah dan cepat atau djj semakin cepat atau tidak terlalu/ lambat),
maka lkukan palpasi pada uterus dengan teliti untuk mendeteksi gejalagejala dan tanda lingkaran retraksi patologis atau lingkaran bandl.
3. Mintalah ibu buang air kecil apabila kandung kencingnya penuh. Pakailah
kateter apabila ibu tidak bisa kencing. (hati-hati bila memasang kateter,
sebab uretra mudah terluka pada partus lama/macet).
4. Cuci tangan atau sabun dan air bersih serta keringkand engan handuk
bersih. Lakukan pemeriksaan dalam, menggunakan sarung tangan, ingat
selalu tindakan anti septic. Periksa dengan teliti vagina dan kondisinya
periksa juga letak janin, pembukaan serviks serta apakah sekviks tiis,
sedang atau menglami edema. Coba untuk menentukan ppsoso derjat
penurunan kepala. Jika ada kelainan atau bila pembukaan serviks
tetap/lambat ( seharusnya sekitar 1cm/jam), maka rencanakan rujukan.
5. Jika ada tanda dan gejala persalinan macet (garis lingkaran retraksi
patologis/lingkaran bandi) atau tanda bahaya pada bayi atau ibu, maka ibu
dibaringkan miring dan berikan cairan secara IV sesuai dengan pedoman
(biasanya digunakan kombinasi glukosa 5% dan NaCL rujuk segera
kerumah sakit. Damping ibu untuk menjaga agar keadaan ibu tetap baik.
Jelaskan pada ibu suami/ keluarganya apa yang terjadi dan mengapa ibu
perlu di bawa kerumah sakit.
6. Jika di curigai adanya rupture uteri (his tiba-tiba berhenti atau syok berat),
maka rujuk segera dengan infuse terpasang).
7. Bila kondisi ibu dan bayi buruk dan pembukaan serviks sudah / hamper
lengkap, maka bantu kelahiran bayi dengan ekstrasi vakum.
8. Bila keterlambatan terjadi kepala sudah lagir (distosia bahu),raba perut ibu
dan periksa apakah bahu sudah berada dibawah pintu atas panggul,jika
belum makan tekan perut ibu dengan satu tangan lihatlah apakah bayu bayi
masuk ke pelvis sebab tidakan itu berbahaya.jika tindakan itu menolong,
maka buat episiotomy dan baringkan miring ke kiri, sebelum membantu
pemutaran bahu posisi yang benar, yaitu kearah anterior-posterior.jangan
mencoba manarik bahu keluar sebelum bahu bayi dalam posisi yang
benar.bila bahu tidak mau lahir juga masukkan jari kedalam vagina
dibagian anterior bahu ,lalu balikan bahu ( bahu anterior ditempatkan ke
50
posterior) lalu bahu anterior yang baru dilahirkan lebih dahulu dengan
menariknya kearah anus.
9. Buat pencatatan yang benar.
10. Bila terdapat tanda-tanda kelelahan ibu berikan tambahan infuse dextrose
5%.
Gejala dan tanda persalinan macet
1.
2.
3.
4.
INGAT !!!
Prinsip merawat partus lama/macet :
Memberikan rehedrasi pada ibu
Berikan antibiotic
Rujuk segera
Bayi harus dilahirkan
Selalu bertindak aseptic
Perhatikan perawatan kandung kemih.
Perwatan nifas yang bermutu.
STANDAR 19 :
PERSALINAN DENGAN FORSEP RENDAH
51
Tujuan :
Membantu ibu untuk mempercepat persalinan pada kala II lama dengan
menggunakan forsep.
Hasil
Pernyataan standar
Bidan
mengenali
kapan
persalinan
secara
Persyaratan :
1. Bidan terampil menolong kelahiran bayi dengan menggunakan forsep letak
rendah.
2. Tersedianya alat/bahan yang diperlukan, yaitu sabun, air bersih dan handuk
bersih, sarung tangan yang bersih.
3. Tersedianya peralatan forsep yang steril dan yang berfungsi.
4. Penggunaan partograf/catatan persalinan.
Proses:
Bidan harus:
1. Pastikan bahwa memang perlu dilakukan forsep letak rendah (perlu ada
indikasi yang jelas untuk pemakaian forsep. Pelaksanaan tindakan ini harus
teramil melakukannya. Lihat kotak dibawah ini).
18. Periksa ibu apakah sudah bisa buang air kecilsecara normal setelah
persalinan dan periksa apakah tidak terjadi kerusakan uretra/ leher kndung
kemih.
19. Jika ada retensi urin atau tanda dan gejala terjadinya fistula, maka
masukkan kateter lunak dan kirim segera ibu kerumah sakit.
20. Amati adanya hematoma yang timbul setelah persalinan.
21. Buat catatan lengkap.
STANDAR : 20
PERSALINAN DENGAN MENGGUNAKAN VAKUM
EKSTRAKTOR
Tujuan :
Untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu menggunakan vakum
ekstraktor.
Hasil
Pernyataan standar
Penurunan
kesakitan/
kematian ibu/bayi
akibat
persalianan lama.
Ibu mendapatkan penanganan
darurat obstetric yang cepat
dan tepat.
Ekstraksi
vakum
dapat
dilakukan dengan aman.
Prasyarat :
1. Bidan terlatih dalam pertolongan persalinan dengan menggunakan
ekstraksi vakum.
2. Tersedianya alat/bahan yang diperlukan, seperti sabun,air bersih, dan
handuk bersih; vakum ekstraktor ,termasuk mangkuknya yang berfungsi
dengan baik.
3. Adanya sarana pencatatan, yaitu partograf dan catat persalinan/ kartu ibu.
Proses :
Semua pelaksaan pelayanan termpil dalam melakukan prosedur ini bidan
harus :
1. Pastikan bahwa ekstraksi vakum memang perlu dilakukan (perlu ada
indikasi yang jelas untuk pemakaian vakum ekstraktor.penelitian
54
2. Siapkan semua peralatan dan hubungan satu dengan yang laijn. Pastikan
bahwa tabung vakum terhubung dengan baik dan katup pengaman
berfungsi dengan baik (sebaiknya mangkuk penyedot diletakkan ditangan
operator dan mulai menghisap).
3. Cuci tangan dengan sabun, air bersih, dan keringkan dengan handuk bersih.
4. Baringkan ibu pada posisi litotomi. (jika dirumah, baringkan ibu terlentang
dengan posisi melintang tempat tidur, bokong ibu pada tepi tempat tidur
dan kaki diletakkan di atas dua bangku penyangga. Tungkai dan lutut
dalam posisi fleksi penuh). Bersihkan daerah genital dengan air bersih.
5. Mintalah ibu untuk BAK jika kandung kencingnya penuh. Jika tidak bisa
dilakukan dengan katerisasi dengan tehnik aseptic (harus dengan hati-hati
memasang kateter karena uretra mudah terluka pada partus lama /macet.
Gunakan kateter lunak).
6. Dengan teknik aseptic, lakukan periksa dalam dengan hati-hati untuk
mengukur pembukaan serviks dan menilai apakah ketuban sudah pecah.
Ketuban harus dipecahkan bila belum pecah, sebelum mangkuk penghisap
dipasangkan.
7. Jika pembukaan srviks lebih dari 7cm, letakkan mangkuk yang tepat
ukuranya pada puncak kepala bayi ( hati-hati meletakkan mangkuk agar
jangan pada fotase/sutura) periksa agar mangkuk tidak menjepit serviks /
dinding vagina.
8. Mulailah menghisap sesuai dengan petunjuk penggunaan alat. Caranya bisa
berbeda-beda tergantung jenis vakum ekstarktor (penghisap tangan / listrik,
mangkok logam/plastic) naikkan tekanan dengan perlahan, lalu pastikan
mangkuk sudah mantap dikepala bayi sebelum menarik. (hal ini di lakukan
dengan menaikkan tekanan sekitar 100mmHg dan kemudian dilakukan
sedikit tarikan untuk memastikan bahwa keadaan hampa tercipta.
9. Periksa kembali apakah dinding vagina dan serviks bebas dari mangkuk
penghisap.
55
10. Pada his berikut, naikkan hisapan lebih lanjut (sesuai intruksi pabrik
pembuat alat).jangan pernah melebihi tekanan maksimum 600mmHg.
11. Lakukan tarikan pelan tapi mantap.jaga tarikan pada sudur 90 derajat dari
mangkuk penghisap (jika tarikan bukan pada arah yang benar, maka
mangkuk dapat bergeser dan mengakibatnkan hilangnya kemampuan). Bila
tarikan mangkuk lepas atau bayi belum lahir 15 menit atau 3 kali tarikan
tidak berhasil,segera rujuk.
12. Mintalah ibu untuk meneran bila ada his, seperti persalinan normal (jaga
pegangan tangkal penarik tetap lurus,pertahankan tarikan).
13. Bila his berhenti, harus menghentikan tarikan (beberapa pabrik
pembuatnya menganjurkan agar menurunkan tekanan pelan-pelan sampai
100 mmHg diantar dua his,ikuti petunjuk tersebut ). Tunggu sampai ada his
lagi dan lakukan lagi penarikan dengan cara seperti diatas.
14. Jelaskan dengan hati-hati dan ramah kepada ibu apa yang dilakukan;
usahakan agar ia tenang dan bernafas dengan normal. Ia membantu dengan
meneran bila ada his.
15. Bila kepala sudah turun di perineum (kepala menonjol di vulva), lakukan
tarikan kearah horizontal lalu keatas (jaga tarikan pada sudut 90 derajat
dari mangkok penghisap).
16. Lakukan episiotomy bila dasar panggul sudah sangat teregang. Jika perlu,
episiotomi hanya dilakukan apabila kepala sudah meregangkan perineum.
17. Bila kepala sudah lahir, pelan-pelan turunkan tekanan vakum ekstraktor,
lalu lanjutkan dengan pertolongan persalianan seperti biasa.
18. Setelah bayi lahir, periksa dengan teliti dinding vagina terhadap
robekan/perlukaan. Gunakan cahaya lampu yang terang.
19. Jika perlu, jahit robekan dengan menggunakan peralatan dan sarung tangan
steril (robekan keci/laserasi tidak perlu dijahit kecuali bila menimbulkan
perdarahan).
20. Periksa bayi dengan teliti terhadap luka/trauma akibat mangkuk penghisap,
jelaskan pada ibu dan suami/keluarganya bahwa pembengkakan pada
kepala bayi yang ditimbulkan oleh mangkuk adalah normal dan akan
menghilam dalam waktu 12 s/d 24 jam.
21. Perhatikan apakah ibu dapat BAK dengan normal sesudah melahirkan dan
apakah tidak ada kerusakan pada uretra/ leher kandung kencing.
22. Jika terjadi retensi urin atau ada tanda dan gejala terjadinya fistula, maka
pasang kateter lunak dan segera rujuk ibu kerumah sakit.
Indikasi penggunaan
vakum ekstraktor
23. Amati kemungkinan
terjadunya hematoma
sesudah persalinan.
24. Buat pencatatan yang akurat.
a. Bila ada gejala/tanda gawat janin dan pembukaan serviks
lengkap,kepala sudah didasar panggung.
b. Bila tidak mungkin merujuk dan adanya gejala/ persalinan lama,
sementara kepala bayi sudah 4/5 didalam panggul.
c. Bila ada gawat ibu dan tidak mungkin di rujuk.
56
d. Bila kala II lama dan janin baru meninggal (tidak mungkin bila janin
sudah mengalami maserasi)
Operator haruslah terampil,kompeten dan terlatih dalam prosedur ini.
STANDAR 21
PENANGAN RETENSIO PLASENTA
Tujuan
Mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta
total / parsial.
Pernyataan standar
Hasil
Penurunan kejadian
perdarahan hebat akibat
retensio plasenta.
Ibu dengan retensio plasenta
mendapatkan penanganan
yang cepat dan tepat.
Penyelamat ibu dengan
retensio plasenta meningkat
57
58
STANDAR 22 :
PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER
Tujuan
Mengenali dan mengambil tindakan yang tepat pada perdarahan postpartum
primer.
Pernyataan standar
Hasil
Penurunan kematian akibat
perdarahan
postpartum
primer.
Meningkatnya pemanfaatan
pelayanan bidan.
Rujukan secara dini kasus
perdarahan
postpartum
primer ke rumah sakit.
Prasyarat :
1. Bidan harus dalam menangani perdarahan postpartum, termasuk pemberian
obat oksitosin dan cairan IV, kompresi uterus bimanual dan kompresi aorta.
2. Tersedianya alat atau bahari yang diperlukan, misalnya speculum, klem
arteri benang jahir steril infuse set, cairan IV, dalam keadaan siap pakai.
3. Adanya obat oksitosika dalam tempat penyimpananya.
4. Adanya sarana pencatatan : kartu ibu.
Proses :
Bidan harus :
1. Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum primer. Perdarahan dari
vagina sesudah bayi lahir yang lebih dari 500ml, atau perdarahan
seberapapun dengan gejala dan tanda-tanda syok, dianggap sebagai
perdarahan postpartum. Keadaan ini perlu segera rujuk kerumah sakit.
2. Bila plasenta telah lahir tetapi perdarahan masih berlangsung, lakukan
palpasi fundus. Jika uterus tidak berkontraksi denganbaik lakukan masase
pada
uterus
agar
terjadi
kontraksi
dan
pengeluaran
gumpalan
perdarahannya, lalu jepit dengan klem arteri dan upayakan untuk menjahit
robekan tersebut.
4. Monitor nadi, respirasi dan tensi secara teratur, pasang infuse sesuai
ketentuan.
5. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah penatalaksanaan diatas, lakukan
rujukan segera.
6. Jika terdapat gejala dan tanda-tanda syok, berikan infuse cairan sesuai
dengan ketentuan, bila perlu pasang infuse dilengan yang lain.
7. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada,
maka kemungkinan terjadi rupture uteri. (syok cepat terjadi tak sebanding
dengan darah yang Nampak keluar,abdomen teraba keras dan fundus mulai
naik) hal ini juga memerlukan rujukan segera ke rumah sakit.
61
8. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah kompresi aorta.
Cara ini dilakukan pada keadaan darurat, sementara penyebab perdarahan
sedang dicari.
9. Perkirakan jumlah perdarahan yang keluar dan cek dengan teratur denyut
nadi, respirasi dan tekanan darah.
10. Buat catatan yang akurat.
11. Jika syok tidak dapat diperbaiki, maka segera rujuk. Keterlambatan akan
berbahaya.
12. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus observasi ketat untuk
gejala dan tanda infeksi. Berikan antibiotika (gunakan antibiotika
berspektrum luas, misalnya Ampisilin 1 gr per oral, diikuti 500 mg per oral
setiap 6 jam ditambah Metronidazol 500 mg per oral setiap 8 jam selama 5
hari.
Komprensi Manual pada aorta
Komprensi manual pada aorta hanya dilakukan pada perdarahan hebat dan
komprensi luar serta dalam tidak efektif.
1. Komprensi aorta hanya boleh dilakukan pada keadaan darurat sementara
penyebab perdarahan sedang dicari.
62
2. Kedua tangan digunakan : tangan yang satu diletakkan dilipat paha untuk
meraba palpasi arteri femoralis ; sementara tangan yang satu membentuk
tinju diletakkan di atas umbilicus dan menekan pelam-pelan ke bawah, kea
rah anterior dari kulumna vebrikalis.
3. Bila palpasi arteri femoralis menghilang, maka komprensi pada aorta cukup
dan perdarahan akan berhenti.
1.
2.
3.
4.
5.
INGAT!!!
Semua ibu beresiko terkena infeksi dan ibu yang telah melahirkan bayi
dalam keadaan mati mempunyai resiko yang lebih tinggi.
Kebersihan dan cuci tangan sangatlah penting, baik untuk mencegah
maupun penanganan sepsis.
Infeksi bisa menyebabkan perdarahan postpartum sekunder.
Keadaan ibu akan memburuk jika antibiotika tidak diberi secara dini
dan memadai.
Ibu dengan sepsis peurperalis perlu didukung moril, karena keadaan
umumnya dapat menyebabkannya menjadi sangat letih dan depresi.
STANDAR 23
PENANGANAN PERDARAHAN
POSTPARTUM SEKUNDER
63
Tujuan :
Mengenal gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder serta
melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.
Hasil
Pernyataan standar
Prasyarat :
1. Bidan terlatih dalam memberikan perawatan nifas, termasuk pengenalan
dan penanganan bila terjadi postpartum sekunder.
2. Tersedia alat/bahan yang diperlukan seperti sabun, air bersih, handuk
bersih, alat suntik steril, cairan IV dan antibiotika; semuanya dalam
keadaan baik dan siap digunakan.
3. Obat oksitosin dan tempat penyimpanan yang memadai.
4. Adanya pencatatan pelayanan nifas atau kartu ibu.
Proses
Bidan harus:
1. Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum sekunder perdarahan dari
vagina atau lokhia berlebihan pada 24 jam sampai dengan 42 hari sesudah
persalinan dianggap sebagai perdarahan postpartum sekunder dan
memerlukan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat.
2. Pantau dengan hati-hati Ibu yang beresiko mengalami perdarahan
postpartum sekunder paling sedikit selama 10 hari pertama terhadap tandatanda awalnya. Ibu beresiko adalah ibu yang mengalami :
Pengeluaran plasenta dan selaputnya tidak lengkap
Persalinan lama.
Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakan alat.
Terbukanya luka bekas bedah sesar
64
STANDAR 24 :
PENANGANAN SEPSIS PEURPERALIS
Hasil
Tujuan
Pernyataan Standar
Bidan mampu mengenali
secara tepat tanda dan gejala
sepsis peurperalis, serta
melakukan pertolongan
pertama atau merujuknya.
Prasyarat
1. Bidan terlatih dalam pelayanan nifas, termasuk pencegahan, pengenalan
dan penanganan yang tepat terhadap sepsis peurperalis.
2. Adanya antibiotika.
3. Adanya sarana pencatatan pelayanan nifas dan kartu ibu.
Proses
Bidan harus :
1. Mengamati tanda atau gejala sepsis peurperalis, yang bisa didiagnosa dini
jika 2 atau lebih keadaan dibawah ini terjadi sejak ketuban pecah sampai 42
hari setelah melahirkan :
Nyeri daerah pelvis
Demam 38,5 derajad celcius atau lebih
Keluarnya cairan berbau busuk dari vagina.
Lambatnya pengecilan uterus.
2. Saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal atau gejala infeksi.
3. Beri penyuluhan kepada ibu, suami atau keluarganya agar waspada
terhadap tanda atau gejala infeksi dan agar segera mencari pertolongan jika
menemukannya.
4. Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari
sumber infeksi. (mungkin lebih dari satu sumber infeksi termasuk infeksi
kronis)
5. Jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat atau terdapat perdarahan
pervagina, rujuklah ibu segera ke RS dengan infuse terpasang, (ibu perlu
diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya sisa jaringan plasenta).
6. Jika kondisinya gawat dan terdapat tanda/gejala septic syok (suhu 38 0C
atau lebih, bau busuk dan nyeri perut), dan terjadi dehidrasi, beri cairan IV
dan antibiotika sesuai dengan ketentuan rujuk ke RS.
7. Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah, berikan antibiotika
(misalnya Ampisilin 1 gr peoral, diikuti 500 mg peroral setiap 6 jam,
66
ditambah Metronidazol 500 mg setiap 8 jam selama 5 hari). Bila tidak ada
perbaikan dalam 2x24 jam segera rujuk.
8. Pastikan bahwa ibu/bayi dirawat terpisah/ jauh dari anggota keluarga
lainya, sampai infeksiteratasi.
9. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah memeriksa ibu/bayi.
10. Alat-alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain, terutama
untuk ibu nifas/bayi lain.
11. Beri nasehat kepada ibu tentang pentingnya kebersihan diri, penggunaan
pembalut steril dan membuangnya dengan hati-hati (sebaiknya dibakar).
Jika tidak ada pembalut steril, maka dapat digunakan kain yang telah
dijemur sampai kering.
12. Tekankan pada anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi baik dan
banyak minum bagi ibu.
13. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI (namun demikian ,bayi
mungkin memerlukan pemberian ASI lebih sering agar kebutuhan gizi nya
terpernuhi).
14. Lakukan semua pencatatan dengan seksama.
15. Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik 24
jam,segera rujuk ke RS.
STANDAR 25 :
PENANGANAN ASFIKSIA NEONATURUM
Tujuan
Mengambil tindakan yang tepat dan melakukan penyelamatan jiwa bayi baru
lahir yang mengalami asfiksia neonaturum.
Pernyataan standar
Hasil
Penurunan kematian bayi
akibat asfiksia neonaturum.
Penurunan kesakitan akibat
asfiksia neonaturum.
Meningkatnya
pemanfaatan bidan.
Prasyarat
67
68
69
BAB IV
STANDAR
Sesuai dengan peranan yang dimiliki oleh masing-masing unsure pelayanan
kesehatan/pelayanan kebidanan, standar dalam program Menjaga Mutu dapat
dibedakan atas 2 macam :
A. Standar Persyaratan minimal (minimum Tequirement Standar)
Yang dimaksud dengan standar persyaratan minimal adalah yang menunjuk
pada keadaan minimal yang harus dipenuhi
PENYIMPANGAN
PENYEBAB MASALAH 71
MUTU PELAYANAN
PENYIMPANGAN
MASALAH MUTU
PELAYANAN
ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusu
rencana pelatihan dan penembangna kurikulum pendidikan, mekanisme,
peralatan, dan obat yang diperlukan. Ketika diaudit terhadap pelayanan
kebidanan dilakukan, maka sebagai kekurangan yang berkaitan dengan hal-hal
tersebut akan ditemukan sehingga perbaikannya dapat dilakukan secara lebih
spesifik.
D. STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
STANDAR 1: Falsafah dan Tujuan
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki visi dan misi, filosofi, tujuan
pelayanan serta organisasi pelayanan sebagai dasar untuk melaksanakan tugas
pelayanan yang efekif dan efisien.
Defenisi Operasional
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki visi misi dan filosofi pelayanan
kebidanan yang menace pada visi, misi dan filosofi masing-masing.
Ada bagian struktur organisasi yang menggambarkan garis komando, fungsi
tanggung jawab dan kewenangan dalam pelayanan kebidanan dan kandungan
dengan unit yang lain dan disyahkan oleh pemimpin.
Ada uraian tugas tertulis untuk setiap tenaga yang ada pada organisasi yang
disyahkan oleh pemimpin
Ada bukti tertulis tentang persyaratan tenaga yang menduduki jabatan pada
organisasi yang disyahkan oleh pemimpin.
STANDAR II: Administrasi dan Pengelola
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki pedoman pelayanan, standar
pelayanan, prosedur tetap dan pelaksanaan kegiatan pengelola yang kondukatif
yang memungkinkan terjadinya praktek pelayanan kebidanan akurat.
Defenisi Operasional
Ada pedoman pengelolaan pelayanan yang mencerminkan mekanisme kerja
di unit pelayanan tersebut yang disyahkan oeleh pemimpin
Ada standar pelayanan yang dibuat mengacu pada pedoman standar alat,
status ruangan, status ketenangan yang telah disyahkan.
Ada prosedur tetap untuk setiap untuk setiap jenis kegiatan/tindakan
kebidanan yang disyahkan pimpinan
Ada rencana/program kerjadisetiap institusi pelayanan yang mengacu
kestitusi induk
Ada bukti terselenggaranya pertemuan berkala secara teratur, dilengkapi
daftar hadir dan notulen rapat
73
Ada naskah kerja sama, program praktek dari institusi yang menngunakan
lahan praktek program pengajaran klinik, penilaian klinik, ada bukti
administrasi yang meliputi buku register.
STANDAR III : Staf dan Pemimpin
Pengelola pelayanan kebidanan mempunyai program pengelola SDM agar
pelayanan kebidanan berjalan efektif dan efisien.
Defenisi Operasional
Ada program kebutuhan sesuai SDM sesuai dengan kebutuhan
Mempunyai jadwal pengaturan kerja harian
Ada jadwal dinas yang mennggambarkan kemampan tiap-tiap unit yang
berhalangan
Ada dua personil bertugas diruang tersebut
prasarana
Ada buku invetaris peralatan yang mencerminkan Jumlah barang dan
kualitas barang
Ada pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat tertentu
Ada posedur permintaan dan penghapusan alat
pelayanan
kebidanan
melakukan
kebijakan
dalam
kewajiban personalia
Ada prosedur pengajuan cuti personil, istirahat sakit dan lainnya
Ada prosedur pembinaan personil
74
program
pembinaan
stafdan
program
pendidikan
secara
berkesinambungan
Ada program pelatihan dan orientasi bagi tenaga kerja bidn/personil baru
maupun lama agar dapat beradaptasi dengan pekerjaan
Ada data hasil indentifikasi kebutuhan pelatihan dan evaluasi hasil pelatihan
STANDAR VII : Evaluasi dan Pengelolaan mutu
Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki program dan pelaksanaan
dalam evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan kebidanan yang dilaksanakan
secara berkesinambungan
Definisi Operasional
lanjut
Ada laporan hasi evaluasi yang dipublikasikan secara teratur kepada semua
staf pelayan kebidanan
E.
2. Ketepatan.
waktu yang tepat (timeliness)
yaitu waktuyang tepat terhadap tes, prosedur, perlakuan, atau pelayanan
yang diberikan kepada pasien.
Tingkat dimana layanan yang diberikan kepada pasien adalah yang paling
bermanfaaat atau paling dibtuhkan waktunya
3. `Effisiensi dan Efektifitas
Efisien
yang benar, dberikan sesuai dengan keilmuan saat ini, untuk mencapai
hasil yang diinginkan.
F.
INDIKATOR
PENILAIAN
MUTU
PELAYANAN
KESEHATAN.
Mutu Pelayanan kesehatan dapat dikaji antara lain berdasarkan tingkat
pemanfaatan saran pelayanan oleh masyarakat dan tingkat efisiensi institusi
sarana kesehatan. Berikut ini beberapa indicator yang dapat digunakan
melakukan penilaian mutu pelayanan kesehatan :
1. Indicator yang mengacu aspek medis :
a. Angka Infeksi nosokomial (- 2 %)
b. Angka kematian kasar (2-4%)
c. Post Operation Deat Rate/PODR (1%)
d. Kematian Bayi Baru Lahir (20%)
e. Kematian Ibu Melahirkan (1-2%)
g. Kematian Pasca Bedah (1-2%)
76
BAB V
MENINGKATKAN KINERJA BIDAN
A. PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
1. Manajemen Pelayanan Kebidanan
Pengertian manajemen pelayanan kebidanan.
Manajemen kebidanan diartikan secara singkat sebagai program untuk
melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain, maka manajemen
pelayanan kebidanan diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan
kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan, pengobatan dan rasa aman
kepada
pasien/keluarga/masyarakat.
Manajemen
pelayanan
kebidanan
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses intelektual yang berdasarkan fakta dan
informasi bukan emosi dan harapan, jadi dalam membuat perencanaan,
semua informasi dan materi yang berkaitan harus dikumpulkan dan disusun
secara teratur sehingga mudah dievaluasi.
b. Pengorganisasian.
Pengorganisasian dalam manajemen pelayanan kebidanan mempunyai
banyak aktifitas penting, antara lain : bagaimana asuhan kebidanan dapat
dikelola secara evektif dan efisiensi sesuai dengan jumlah tenaga dan
fasilitas yang ada.
c. Pengarahan
Pengarahan merupakan aspek hubungan manusiawi dalam kepemimpinan
yang
mengikat
para
bawahan
untuk
bersedia
mengerti
dan
P
PEPERENCANAAN
PEPERBAIKAN
(Bertindak)
LAKSANAKAN
Plan (Perencanaan)
(PERIKSA)
78
Do, (Pelaksanaan)
Jangan merasa puas dengan apa yang kita kerjakan selalu lakukan perbaikan
terus menerus.
Cek (Pemeriksaan)
Lakukan pemeriksaan terhadap kegiatan yang dikerjakan, jika dalam kegiatan
ada perubahan/peningkatan maka lihat hasilnya (Out Put).
Action (Perbaikan)
Jika hasil sudah sesuai dengan Standar maka lakukanlah aksi berikunya
(menentukan standar baru/membuat perencaan dengan masalah baru).
B. KEGIATAN
Terlepas dari bentuk Program menjaga mutu yang akan dilaksanakan, untuk
dapat menyelenggarakan Program Menjaga Mutu, banyak kegiatan yang harus
dilaksanakan.
Berbagai kegiatan tersebut, jika disederhanakan, dapat dibedakan atas dua
macam:
1. Kegiatan Persiapan
Kegiatan persiapan Program Menjaga Mutu yang dapat dibedakan atas
lima (5) macam yakni:
a. Membentuk organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan
Program Menjaga Mutu. Tergantung dari bentuk Program Menjaga
Mutu yang akan dilaksanakan, organisasi penanggung jawab ini
dapat dibedakan atas dua macam. Jika yang dilaksanakan adalah
Program Menjaga Mutu Internal (internal quality assurance
progeam), maka organisasi yang dibentuk merupakan bagian dari
organisasi
institusi
pelayanan
kesehatan.
Tetapi
jika
yang
dan kalau
perlu melakukan
program
oleh
masalah
mutu
pelayanan
kesehatan
yang
diselenggarakan.
Menetapkan prioritas masalah mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
Melakukan analisi masalah mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
Melakukan kajian masalah mutu pelayanan kesehatan secara lebih
mendalam.
Menetapkan dan menyusun upaya penyelesaian masalah mutu
pelayanan kesehatan.
80
Melaksanakan upaya
kesehatan.
Melakukan pemantauan dan menilai kembali masalah mutu
penyelesaian
masalah
mutu
pelayanan
MENETAPKAN MASALAH
DAN PRIORITAS MASALAH MUTU
MENYUSUN
PENYEBAB
SARAN TINDAK
PENYEBAB
LANJUT
MENETAPKAN
DAN PRIORITAS
MASALAH MUTU
MENILAI
HASIL-HASIL
YANG
DICAPAI
MENETAPKAN CARA
DAN PRIORITAS CARA
PERBAIKAN MUTU
PELAYANAN
MELAKSANAKAN
PRIORITAS CARA
PERBAIKAN MUTU
81
diagram
oleh
karena
dipergunakan
untuk
masing katagori.
Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan untuk
katogori utama lainnya
Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, cobalah untuk
membuat list sub penyebab dan letakakan pada cabang yang lebih
kecil.
Setelah semua ide/pendapat tercatat, lakukan klasifikasi (dat untuk
menghilangkan duplikasi, tidak sesuai dengan masalah, dll
84
Fishbone
diagram
hanya
menggambarkan
tentang
tidak
terjadi
keracunandalam
mencari
kemungkinan
penyebabnya.
Alat ini merupakan cara terbaik untuk mengidentifikasi kemungkinan
penyebab secara terfokus sehingga dapat dihindari kemungkinan
85
CONTOH
Sarana
Manusia
tidak berfungsi
Dukun praktek banyak
Peran Kader KPKIA kurang
Pada tahun 1997 cakupan
persalinan oleh Nakes yang
dilakuakan oleh Bidan di
Puskesmas Sukamulia
tercapai 71% dari target 80%
Dana Transport petugas
Penyuluhan Kurang
Protap Kurang
Kurang
kurang
Kurang
R/R kurang tertib
lebih lengkap
Tingkat ekonomi
Kegawatdaruratan KIA
tinggi
rendah
Tingkat pendidika
rendah
Data Bumil
Tidak akurat
Metode
Medan sulit
Dana
86
suatu proses,
Manfaat :
Keputusan
Pengukuran
Arah
SYMBOL YANG
DIPERGUNAKAN
87
Dokumentasi
Awal; akhir
Contoh :
Pasien datang
Cari Kartu
Status Pasien
Pulang
Tim
bang
Pasien
Catat dalam
kartu status
Suluh
Konsultasi
dokter
Catat
berat
badan
pasien
Klasifik
asi
Normal
?
Pulang
Suluh
Kesalahan penggunaan :
diperlukan data.
Pemilihan criteria kuarng tajam. Kriteria harus saling tidak
berhubungan.
Pemilihan alternative kurang tepat.
Terlalu banyak kriteria sehingga membuat kriteria menjadi tidak tajam.
Kesalah interpretasi :
Contoh :
Berikut ini adalah contoh permasalahan memilih calon istri:
Alternatif
Kriteria
Penampilan
Kepribadian
Kekayaan
Jumlah
Bobot
10
8
4
Hana
Skor
10
4
8
SxB
100
32
32
164
Ida
Skor
6
10
4
SxB
60
80
16
156
Ina
Skor
6
6
10
SxB
60
48
40
148
suatu
metode
untuk
dapat
mengakibatkan/mendapatkan
Mendapatkan pendapat/ide/gagasan/tentang :
- Problem/masalah.
90
- Pemecahan masalah.
- Input untuk pengumpulan data.
- Item/variable yang digunakan dalam monitoring.
Pengembangan kreatifitas dari anggota tim.
Memacu keterlibatan seluruh peserta (anggota tim).
Type :
giliran / rotasi.
Unstructured : setiap peserta yang mempunyai ide/ gagasan dapat
langsung menyampaikan.
Langkah-langkah :
memikirkannya.
Tetapkan waktu yang akan dipergunakan untuk brainstorming (30-40
menit).
Anggota tim menyampaikan ide/gagasan/pendapatnya :
- Structured brainstorming, sesuai dengan rotasi masing-masing
anggota mendapatkan gilirannya, apabila belum mempunyai/apabila
belum
mempunyai/mendapat
menyampaikan.
- Unstructured brainstorming,
ide/gagasan
masing-masing
dapat
anggota
lansung
setiap
brainstorming.
Lakukan klarifikasi setelah brainstorming selesai.
91
masalah.
Melukiskan situasi sebagai keseimbangan antara 2 (dua) kekuatan :
- Satu kekuatan untuk mempertahankan.
- Kekuatan lainnya untuk merubah.
Memfokuskan perhatian pada cara untuk mengatasi/mengurangi
Langkah-langkah :
anggota memahami.
Lakukan brainstorming (curah pendapat) pada fakto-faktor yang
Contoh :
Perugas Cukup
Faktor
Daerah setempat
Pendorong
Medan
Jarak
Tingkat
Kader
Jam kerja
Sulit
rumah ke
pendidikan
tidak
hanya
92
Rumah jauh
C. MELAKUKAN
rendah
PENILAIAN
aktif
MUTUPELAYANAN
siang
KEBIDANAN
MELALUI
1. Observasi / Pengamatan langsung.
Lakukan pengamatan langsung terhadap petugas pelayanan yang sedang
melakukan pelayanan kebidanan terhadap pasien, istilah Daftar Tilik :
(denganya atautidak) sesuai kegiatan apa yang telah di lakukan oleh
petugas.
2. Wawancara :
Wawancara terhadap petugas
Pengamat melakukan wawancara terhadadap petugas yang diamati untuk
mengetahui tingkat pengetahuan petugas yang bersangkutan tentang
pelayanan yang telah dilakukan.
Wawancara terhadp pasien
Dilakukan pula wawaqncara terhadap pasien yang diamati, sewaktu
pasien akan meninggalkan tempat pelayanan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan pasien mengenai bagaimana penanganan pelayanan,
misalnya : penyuluhan, kapan harus kembali atau cara minum obat.
Tujuan : memperoleh informasi yang rincih dan akurat dalam rangka
pembuktian kejadian/peristiwa yang seharusnya terjadi adalah benar-benar
tejadi.
Kebijakan Oprasional :
missal :
kendaraan
Spesifik adalah mobil.
Dalam wawancara digunakan kata-kata kunci :
- Mengapa
- Dimana
- Apa
- Kapan
- Siapa
- Bagaimana
Dalam wawancara usahakan untuk bisa menyelidiki system atau
menguji system. Untuk itu tim penilai menggunakan pertanyaan
hypothesis misalnya :
- apa yang terjadi jika ...
- bagaimana tanggapan anda bila ..
93
3. Dokumentasi
a. pendokumentasian manajemen asuhan kebidanan
Pengertian
Bentuk pendekatan yang dilakukan oleh bidan dalam memberikan
asuhan kebidaban dengan menggunakan pemecahan masalah.
Asuhan kebidanan merupakan suatu pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk menorganisasikan dari tindakan
berdasarkan teori ilmia penemuan keterampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis untuk npengambilan suatu keputusan yang berfokus
pada klien (varney,1997)
Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masaalh yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan fikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan
yang berfokus pada klien (PUSDIKNAKES-WHO-JHPIGGU,2003:30)
b. Methode pendokumentasian.
1. Pengertian
Adalah suatu system pencatatn dan pelaporan informasi tentang
kondisi dan perkembangan kesatan pasien dan semua kegiatan y6ang
dilakukan oleh petugas kesehatan (konsep kebidanaan,2003.
Proses penatalaksanaan asuhan kebidanan atau manajemen kebidanaan
merupakan langka-langkah yang berurutan dimulai dari pengumpulan
data dasar dn di akhiri dengan evaluasi
Proses manajemen keb. Ini merupakan uratan langkah saling
berhubungan, berkrsinambungan. Untuk mengevaluasi efektivitas dari
rencana asuhan diperlukan proses dalam mengumpulkan data,
mengevaluasinya dan membuat rencana asuhan kembali.
2. Tujuan pendokumentasian
a) Sebagai sarana komunikasi antar petugas kesehatan.
94
1) Diagnosa/masalah.
2) Antisipasi diagnosa lain/masalah potensil
P = Planning, menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assessment.
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Kasus Terfokus Denagn SOAP dan 7
Langkah Varneys.
Ibu hamil
Biodata.
Subjektif.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
Objektif
a) Keadaan Umum.
b) Tanda-tanda vital.
c) Tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan atas.
d)
Pemeriksaan fisik: kelopak mata, konjungtiva, sclera, mulut dan gigi,
pemeriksaan kelenjar tyroid dan getah bening, jantung, peruh, pembesaran
payudara, putting susu, nyeri pinggan, posisi tulang belakang, ekstrimitas
atas/bawah, odem, reflex patella, varises, abdomen (bekas luka operas, linea,
strie).
Pemeriksaan palpasi Leopold : TFU, fundus teraba bokong, sebelah kanan/kiri
teraba punggung atau ekstrimitas, bagian terendah kepala, sejauh mana kepala
masuk pintu panggul
Auskultasi : bunyi jantung janin, frekuensi, puctum maximum.
Anogenital : perineum, vulva vagina, pengeluaran pervagina normal, hemoroid
tidak ada. Interpretasi data dibuat dari hasil pengkajian.
Pemerikasaan penunjang, pemeriksaan Hb dan urine.
Assesemen
a) Interpensi data dibuat daru hasil pengkajian.
b) Diagnosa dibuat dengan dasar HPHT dan TFU, sudah atau belum pernah
hamil, sudah atau belum pernah melahirkan.
c) Diagnosa janin dibuat dengan dasar BJJ, punctum maximum, bagian
terendah janin.
Planning.
a) Memberitahukan hasil pemeriksaan.
96
BAB VI
GUGUS KENDALI MUTU
97
karyawan yang bekerja dalam bidang tugas yang sama, dengan mengadakan
pertemuan untuk mengenal, menganalisa dan memecahkan masalah kualitas.
Keanggotaannya secara sukarela.
2. Menurut IAQC, GKM adalah suatu kelompok karyawan pabrik yang berkerja
dalam bidang tugas yang sama. Biasanya yang didiskusikan mengenai
masalah kualitas, menyelidik penyebabnya. Mengusulkan pemecahan dan
melakukan tindakan perbaikan sebatas wewenang mereka.
3. Menurut General Electric, GKM bukanlah suatu System atau mode
ataupun program, melainkan filsafat hidup (way of life), suatu perubahan
dalam cara berpikir seseorang. Hal ini tidak akan mengakibatkan perubahan
terhadap struktur organisasi atau manajemen. Tetapi akan membawa
perubahan terhadap sikap hubungan anda dengan orang yang ada dalam
lingkungan pekerja.
4. GKM adalah suatu aktifitas dari suatu setiap karyawan yang mempunyai
tanggung jawab terhadap kualitas di orgnisasi dan mempunyai tujuan
meningkatkan pengembangan individu dan menjadikan tempat kerja yang
menyenangkan.
Dari definisi tersebut diatas dapat diambil hal-hal pokok mengenai gugus, yitu:
1. Gugus adalah kelompok kecil yang mengadakan pertemuan secara berkala pd
waktu yang telah ditentukan.
2. Keangotaan gugus berdasarkan sukarela
3. Masalah yang tidak hanya diidentifikasi (dikenali), tetapi juga diselidiki dan
dipecahkan.
4. Tujuan GKM adalah pengembangan setiap individu dan peningkatan
keserasian tempat kerja (menjadikan tempat kerja yang menyenangkan)
Dalam program kendali mutu ada 11 dasar pokok yang perlu di ketahui :
1. Program GKM merupakan bersifat pembangunan manusia (People
Building) : program ini hanya akan terleksana apabila keinginan yang
sungguh-sungguh dari pihak manajemen untuk membantu para karyawan
agar dapat tumbuh dan berkembang melalui GKM.
98
11. Penurunan mentalitas kami dan mereka : GKM bila dilaksanakan secara
benar akan membantu perusahaan untuk menurunkan mentalis kami dan
mereka dari para karyawan. Sejak setiap orang didorong untuk
berpartisipasi dalm memecahkan masalah, perasan berkembang bahwa
semua karyawan merupakan suatu kesuatuan dan tergantung pada masingmasing pihak untuk mencoba menghasilkan produk yang berkualitas baik.
Faktor yang menghambat GKM
1. Menentang.
Banyak perusahaan merasa bahwa program ini akan mengubah organisasi
atau menambah jumlah orang sehingga mengakibatkan beban keuangan yang
besar bagi perusahaan. Karyawan diperusahaan juga menentang adanya
perubahan, karena mereka khawatir bahwa hal ini akan menyebabkan mereka
harus memperlakukan orang berbeda.
2. Tidak ada waktu Gugus Kendali Mutu
Banyak orang merasa bahwa mereka betul-betul tidak mempunyai waktu
untuk melaksanakan pekerjaan gugus kendali mutu. Mereka sibuk bekerja
selama delapan jam sehari dan tidak mempunyai waktu lagi untuk bekerja
lebih keras bagi perusahaan.
3. Hilangnya Wewenang Manajemen
Ini adalah hambatan yang tidak beralasan, partisipasi manajemen bukan
berarti hilangnya wewenang. Manajemen men masih memiliki hak untuk
kata akhir didalam pemecahab permasalahan. Sesunguhnya apa yang
terjadi dalam bahwa dalam karyawan dari semua tingkat turut terlibat dalam
hal pemecahan masalah. Beberapa masalah yang dipecahkan. Mungkin
merupkan masalah yang tidak pernah dapat dipecahkan sebelumnya. Dengan
pemasukan yang lebih banyak, dapat dibuat yang lebih baik.
4. Para Anggota Merasa Diperalat
Beberapa anggota gugus kendali mutu merasa dirinya diperalat. Namun
bagaimana juga, setiap karyawan harus ingat bahwa perusahaan bukanlah
terdiri dari pihak manajemen saja. Pera karyawan pun ikut membentuk
perusahaan dan tidk ada salahnya membantu perushaan untuk mengembang
kualitasnya yang lebih baik dan mengurangi pemborosan.
Faktor yang mendorong GKM
100
manajemen
(participative
manajement).Pimpinan
program
pengembangan manusia yang sehat. Dalam hal ini ad unsur kepercayaan dan
saling bekerjasama.
Program ini mengkombinasi antara penggunaan statistic, dinamika
kelompok dan kepuasan kerja. Hal ini tetap ada di perusahaan selama diikuti
dan diberikan tuntutan oleh suatu panitiayang dibentuk oleh manajemen dan
para karyawan, baik yang anggota maupun yang bukan anggota serikat
buruh. Dengan demikian panitia harus mendorong dan mendukung tindakan
yang bersifat membangun/kontruktif. Dismping itu juga, harus waspada
terhadap bahaya yang ada dan segera mengambil tindakan perbaikan.
Fasilitator
Ketua
Sekretaris
Anggota
: 1. Evi Rimahayani
2. Hj. Endang Ismoyowati
3. Ana Zzunaenah
4. Andi Kurnadi
103
Pembentukan
: 4 Mei 2009
Pendidikn
: D3 s.d S1
Umur
: 25 th s.d 53 th
Lama Pertemuan
: 120 menit
Periode Kegiatan
Indikator
Hasil
Deviasi
Deviasi
(%)
0,5
60,6
60,6
37,6
37,6
50
110,6
31
68,6
90
30,4
141
19
87,6
100
20
161
12,4
100
merah
Kasus
kumulatif
program
(%)
Kasus belita
Kumulatif
drop
out
3
Target
10
tuberkolusis
Cakupan
kunjungan K4
ibu
hamil 62,6
mencapai
4
target
Cakupan
kunjungan K4
ibu
hamil 80
mencapai
terget
161
100
Kesimpulan:
Berdasarkan data tersebut diatas, prioritas masalah tertinggi adalah Jumlah kasus
balita dibawah garis merah (BGM), sehingga gugus sepakat mengambil tema :
104
KELURAHAN
JML
KASUS BGM
PERSENTASE
1.
Mangga Besar
BALITA
351
0.55
2.
3.
4.
5.
6.
Tangki
Glodok
Pinangsia
Keagungan
Krukut
623
329
515
539
1577
11
5
14
5
21
1.6
1.6
2.7
1.92
1.33
7.
Maphar
831
1.60
8.
Tamansari
JUMLAH
678
5435
6
69
0.88
1.27
Kesimpulan:
Berdasarkan data tersebut diatas, gugus bougenville sepakat mengambil judul:
MENURUNKAN JUMLAH BALITA DIBAWAH GARIS MERAH
(BGM) DARI 1,27 % MENJADI 0,5 %
DIKECAMATAN TAMANSARI DALAM WAKTU 5 BULAN
Diagram Ishikawa
Orang
Bahan
Ibu kurang
Tidak
petetamendap
huan tentang
105 at ASI
Tidak semua
Eksklusi
Pemahama
Kurang
Petugas
posyandu
f
n kaderPembacaa Kesadaran mengenai
Tidak
Penyuluhan
Kader
kesehatan
Pelaksa
Deteksi
menggunakan
Ketersediaan PMT di
Ibu
tentang
Memiliki
terhadap
ibu
kurang
yang
ASI
naan
Balita
Rumah
Rumah
Ventilasi
&
dini
penyediaan
PMT
n
hasil
Cara
ASI
timbangan
keluarga
kurang
Jumlah
kurang
pengunaan
jamban
focus
Kader
datang
Keluarga
Lingkunga
tidak
Kepenge
Kurang
Tidak
Konselin
Rumah
Rumah
Posyand
sering
kurang
pengab
pencahayaa
terhadap
kurang
Lingkung
penimbang
pengunann
tidak
kader
sehat
(dacin)
dacin
masih
banyak
sendiri
terhadap
Alat memprioritaskan
keposyan
1standar
n kumuh
-punya
Pe- g BGM
Sempit Carau
sakit
sehat
dan
n rumah
BGM
Kontraka
an tidak
ya susah
keluar
an
tugas
terbatas
kurang
maslah
du kurang
Asupan Gizi
kurang
Menrunkan
jumlah
BGM di
Kecamatan
Tamansari
LANGKAH III
MENGUJI DAN MENENTUKAN PENYEBAB DOMINAN
HUBUNGAN ANTARA PENYEBAB MASALAH DENGAN
106
PENYEBAB MASALAH
R
Kesadara
mengenai
0.81
penyediaanPMT keluarga
Petugas kesehatan yang datang ke
0.86
posyandu kurang
Kader kurang fokus dalam
DERAJAT
27
97
28
101
masalah
26
94
0.26
32
0.30
10
36
1.27
100
360
balita
dibawah
garis 0.80
merah (BMG)
Tidak
semua
posyandu
kurang
Kesimpulan :
Dari kelima penyebab masalah, yang menunjukan korelasi yang sangat kuat dengan
balita di bawah garis (BMG) adalah :
1. Kesadaran mengenai penyediaan PMT keluarga kurang
2. Petugas kesehatan yang datang ke posyandu kurang
3. Kader kurang fokus terhadap maslah balita di bawah garis merah (BMG)
LANGKAH IV
MEMBUAT RENCANA DAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN
No
1
Faktor
penyebab
Why
mengapa
Kesadaran
mengenai
penyedian
PMT keluarga
kurang
Supaya
semua
keluarga
yang
memiliki
balita BMG
What apa
Where dimana
Meningka
tkan
frekuensi
penyuluha
n gizi
Posyandu dan
puskesmas
107
When
kapan
Minggu
ke 1dan 2
bulan
Agustus
2009
Who siapa
Anah
Z
Evi
R
Asep DK
Dr. Nalia
How
bagaiman
a
Penyuluha
n
dan
konseling
How
much
100%
menyediaka
n PMT
Petugas
kesehatan
yang datang
ke posyandu
kurang
Supaya
seluruh
posyandu
dapat
terpntau
oleh petugas
kesehatan
Penambah
an tenaga
kesehatan
menjadi 1
orang
petugas
per,
posyandu
Posyandu
yang ada di
kecamatan
tamansari
Minggu
ke 3 bulan
Juli 2009
Seluruh
pegawai
puskesma
s
dan
petugas
kesehatan
swasta
Kader kurang
fokus dalam
BMG
Supaya
kader lebih
mengerti
tentang
BMG dan
gizi buruk
Bimbinga
n secara
khusus
tentang
BMG dan
gizi buruk
Puskesmas
kecamatan
tamansari
Minggu
ke 1 bulan
Juli 2009
Seluruh
kader
kesehatan
Berkerja
sama
antara
puskesma
s
dan
fasilitas
kesehatan
swasta
Pelatihan
kepada
seluruh
kader
tentang
BMG dan
gizi buruk
100%
100%
Langkah
Perbaikan
Kesadaran
mengenai
penyediaan
PMT keluarga
kurang
Pengetahuan
kurang tentang
PMT
masih
sangat kurang
Meningkatkan pendekatan
persuasife,kepada keluarga
BGM. Asupan gizi keluarga
ditingkatkan
2.
Petugas
kesehatan
yang dating
ke posyandu
kurang
Satu kelurahan
hanya didatangi
2-3
petugas
kesehatan
3.
Kader kurang
focus
terhadap
masalah
BGM
Belum seluruh
kader mengerti
tentang
balita
BGM
No
Faktor
Dominan
1.
Monitoring
Keputusan
GKM
Pemantauan kenaikan
BB
di
Posyandu,
melakukan kunjungan
kepada semua balita
BGM yang tidak dating
ke posyandu
Evaluasi
absensi
terhadap
kehadiran
petugas kesehatan
Perbaikan
dinyatakan
berhasil
Petugas
melakukan
cross chek laporana
BGM
dari
kader
(melakukan konfirmasi
status gizi terhadap
balita BGM)
Perbaikan
dinyatakan
berhasil
Perbaikan
dinyatakan
berhasil
Keterangan:
Berdasarkan perbaikan tersebut diatas dan kesepakatan gugus, maka gugus mendapatkan:
: 100%
: 100
LANGKAH V
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN
PERBANDINGAN FAKTOR PENYEBAB MASALAH SEBELUM DAN
SESUDAH PERBAIKAN
108
Pencapaian :
178 45
X 100 % = 74%
178
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pencapaian, gugus berhasil memperbaiki masalah yang ada antara
lain:
Petugas kesehatan yang dating ke posyandu kurang dari 57% menjadi 10%
Kader kurang focus terhadap masalah balita dibawah garis merah (BGM) dari
61% menjadi 20%
109
Pencapaian :
1,27 0,8
X 100 % = 37%
1,27
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil perhitungan pencapaian diatas maka dapat diketahui bahwa gugus
telah berhasil menurunkan penyimpangan (deviasi) jumlah balita dibawah garis
merah (BGM) sebesar 37 %.
110
LANGKAH VI
PEMBUATAN USULAN STANDAR (STANDARISASI)
111
Standar Prosedur:
Untuk Masyarakat
a. Bawa balita ke posyandu secara rutin satu bulan sekali
b. Bawa segera ke fasilitas kesehatan apabila balita sakit
c. Berikan makanan tambahan kepada bayi diatas 6 bulan
d. Laporkan segera kepada kader atau petugas kesehatan apabila ada
kekurangan atau tetangga yang mempunyai balita kurus.
Standar Hasil
Setelah dilakukan perbaikan dan monitor secara rutin satu bulan sekali kasus
balita dibawah garis merah dikecamatan Tamansari.
LANGKAH VII
ACTION
112
Identifikasi Masalah
Analisa Sebab
Menentukan Penyebab Dominan
Rencana Perbaikan atau/solusi
Melaksanakan Kegiatan Perbaikan
Memeriksa hasil Perbaikan Dan Menilai/check and Evaluation
Standarisasi
Cegah terulangnya Masalah
Rencana Penyelesaian Masalah Berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (2000), Pelaksanaan jaminan mutu pelayanan kesehatan gugus 1,
Jakarta
Depkes RI (2002), Pedoman Supervisi jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan,
Jakarta
Depkes RI (2002), Standar Pelayanan Mutu, Jakarta
Depkes RI (2000), Pelaksanaan Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Gugus 2,
Jakarta
Dinas Kesehatan RI (2002), Pedoman audit MUTU volume 5 edisi 1, Jakarta
Dinas Kesehatan RI (2002) Modul pelatihan gugua kendali mutu volume 3 edisi 1,
Jakarta
Nevizond Chatab, (1997), Dokumentasi Sistem Mutu ISO 9000, Andi Yogyakarta
113
114