Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Mutu Pelayanan Kebidanan

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 114

BAB I

KONSEP DASAR MUTU PELAYANAN


KESEHATAAN DAN KEBIDANAN
A. PENGERTIAN MUTU
Mutu merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kita.
Pandangan kita tentang mutu biasanya dikaitkan dengan harga yang tinggi
(mahal), merek dagang suatu barang dan juga identik dengan kemewahan.
Mutu memang mempunyai berbagai pengertian, yang masing-masing
sangat tergantung pada sudut pandang orang yang mengartikanya. Namun
menurut Standar ISO 8402, mutu diartikan sebagai:
Gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa, yang
menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
ditentukan atau tersirat.
Pengertian Mutu: Suatu strategi dasar bisnis yang menghasilkan barang
dan jasa yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen internal dan
eksternal, secara explicit dan implicit.
Strategi ini mengginakan selutuh kemampuan SDM, modal, teknologi,
peralatan, material, system dan manusia perusahaan untuk menghasilkan
barang atau jasa bernilai tambah dan yang bermanfaat bagi masyarakat serta
memberikan keuntungan kepada pemegang saham.

Rumus Mutu: K=P/E


K = Kwalitas P = Produk/Jasa E = Harapan Konsumen
GAMBARAN TENTANG MUTU:
Philip B.Crosby:
Mutu dalah derajat dipenuhinya persyaratan yang ditentukan dan
kesesuaian terhadap kebutuhan.
Yosehh M. Juran:
Perencanaan mutu siapa pelanggan, apa kebutuhannya.
Pengendalian mutu mengidentifikasi kinerja.
Peningkatan mutu membentuk infrastruktur dan Tim untuk
melaksanakan peningkatanmutu.
DEPKES RI:
Kinerja yang menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan di suatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada pasien

sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta dipihak lain


tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan Standar dan kode etik.
B. PERSEPSI MUTU
Dari definisi tersebut kikta dapat melihat bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi persepsi orang terhadap mutu. Faktor-faktor tersebut antara
lain:
Sesuai dengan kebutuhan pemakai.
Harga produk (berkaitan dengan nilai uang yang dikeluarkan).
Waktu penyerahan sesuai dengan keinginan/kebutuhan dari pelanggan
Kehandalan
Kemudahan pemeliharaan.
C. DIMENSI MUTU
1. Kompetensi Mutu
Mengacu kepada

kemampuan

dan

keterampilan

petugas

dalam

melaksanakan tugas-tugasnyasesuai dengan standar dan pedoman.


2. Efektivitasa
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung pada keefektifan dari intervensi
pelayanan yang diberikan penilaian dimensi efektifitas merupakan jawaban
pertanyaan: Apakah prosedur atau pengobatan bila dilakukan dengan benar
akan memberikan hasil yang diinginkaan.
3. Efisiensi
Merupakan dimensi yang penting. Pelayanan yang diberikan adalah
optimal bukan maksimal, yang memberikan hasil paling besar dalam
keterbatasan sumber daya. Pelayanan yang diberikan adalah tepat dan
esensial. Hindari memberikan pelayanan yang tidak perlu dan pengulangan
yang tidak berarti.
4. Akses
Akses (Keterjangkauan) merupakan dimensi yang penting dalam kualitas
karena keterbatasan jangkauan akan menyebabkan ketidak pastian dalam
kesakitan dan kematian. Misalnya buruknya akses terhadap imunisasi dapat
menyebabkan cakupan imunisasi tidak adekuat.
5. Hubungan Antara Manusia
Adalah interaksi yang terjadi antara penyelenggara pelayanan kesehatan
dengan pasien, Supervisor Kabupaten dengan Petugas Puskesmas, Dinas
Kabupaten dengan Puskesmas, Kepala Puskesmas dengan Petugas
Puskesmas, dls.
Hubungan antara manusia yang baik akan menimbulkan kemitraan, saling
percaya, saling menghormati dan keterbukaan.
6. Kesinambungan Pelayanan

Artinya pasien selalu mendapatkan pelayanan yang dibutuhkannya tanpa


terputus

ternasuk

rujukannya.

Keadaan

ini

dapat

terjadi

karena

adanyaCatatan Medik yang lengkap dan akurat.


7. Keamanan
Berarti meminimalkan resiko-resiko trauma, infeksi dan efek yang
membahyakan lainnya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan.
8. Kenyamanan
Saran pelayanan kesehatan harus dapat memberikan kenyamanan kepada
pasien, termasukkebersihan, waktu tunggu, dls. Karena kenyamanan akan
menimbulkan kepercayaan pasien terhadap pelayanan kesehatan.
9. Informasi
Pelayanan kesehatan yang bermutu harus mampu menjelaskan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan, harus dapat
menjelaskan apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana dan resiko pelayanan
kesehatan tersebut.
10. Ketepan Waktu
Pelayanan kesehatan yang bermutu harus diselenggarakan dalam waktu
yang tepat, juga dalam hal waktu buka dan waktu tutup tempat pelayanan
harus tepat waktu.

BAB II
PROGRAM JAMINAN MUTU

A. PENGERTIAN
Jaminan Mutu (JM) Pelayanan Kesehatan
Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan ialah, suatu proses upaya yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam
menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan berdasarkan Standar yang telah ditetapkan serta menentukan
dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai kemampuan yang
ada dan menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran tindak lanjut untuk
lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (terutama Pelayanan
Kebidanan).
3

Tujuan:
Tujuan Program Jaminan Mutu secara Umum dapat dibedakan atas dua
macam. Tujuan tersebut adalah:
Tujuan Umum
Tujuan Program Jaminan Mutu adalah untuk lebih meningkatkan mutu

pelyanan kesehatan yang diselenggarakan.


Tujuan Khusus
Tujuan Khusus Program Jaminan Mutu dapat dibedakan atas lima macam,
yakni:
Diketahuinya masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggaran.
Diketahuinya penyebab munculnya masalah mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
Tersusunnya upaya penyelesaian masalah dan penyebab masalah
mutu pelayanan kesehatan yang ditemukan.
Terselenggaranya upaya penyelesaian masalah dan penyebab masalah
mutu pelayanan kesehatan yang ditemukan.
Tersusunyya srana dan tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

B. MANFAAT PROGRAM JAMINAN MUTU


Pemahaman staf terhadap tingkat mutu pelayanan yang ingin dicapai.
Meningkatkan efektifitas pelayanan yang diberikan.
Mendorong serta meningkatkan efisien dalam pengelolaan pelayanan
kesehatan.
Melindungi pelaksanaan pelayanan kesehatan dari gugatan hukum.
Semakin meningkatnya mutu pelayanan.
C. MUTU PELAYANAN KESEHATAN/KEBIDANAN
Mutu Pelayanan Kesehatan/Pelayanan Kebidanan ialah tingkat
kesemournaan pelayanan Kesehatan/Kebidanan yang diselenggarakan, yang
disatu pihak menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat
kepuasan

rata-rata.

Penduduk,

serta

di

pihak

lain

tata

cara

penyelenggaraannya sesuai staandar dan Etika Profesi yang telah ditetapkan.


Pelayanan Kebidanan adalah bagian Integral dari pelayanan kesehatan,
yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka
tercapainya keluarga berkwalitas, berfokus pada

pelayanan kesehatan

perempuan, bayi baru lahir dan anak balita. Bidan dalam memberikan
pelayanan sesuai dengan peran fungsi dan tugasnya yang telah disyahkan atau
4

sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/202 tentang


Registrasi dan Praktek Bidan. Dalam menjalanlkan prakteknya, bidan
memiliki 3 (tiga) area pelayanan yaitu:
Pelayanan kebidanan (Pelayanan kepada ibu dan anak)
Asuhan bagi perempuan (pra-nikah), pra kehamilan, selama hamil,
melahirkan interval antara kehamilan, menopause).
Pelayanan kepada bayi baru lahir, bayi dan balita.
Pelayanan Keluarga Berencana
Konseling
Penyediaan berbagai jenis kontrasepsi lengkap dengan nasehat dan
tindakan bila timbul eefek samping.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Persalinan di rumah
Kunjungan rumah
Deteksi dini kelainan pada ibu dan anak. Bidan memberikan pelayanan
pada setiap tatanan pelayanan kesehtan didesa, bidan praktek mandiri
(swasta) Puskesmas Pembantu, Puskesmas, Rumah bersalin/ Rumah
Sakit Ibu dan anak Ayah serta di Rumah Sakit Umum.
D. BENTUK PROGRAM MENJAGA MUTU
Bertitik tolak waja penyelenggaraan maka Jaminan mutu tidak dapat
dibedakan dalam tiga macam bentuk, yaitu:
1. Program Jaminan Mutu Prospektif, (Prospective quality assurance)
Ialah Program Jaminan Mutu yang dilandaskan sebelum pelayanan
kesehatan diselenggarakan, upayanya terutama ditunjukan pada unsure
masukan dan linkungan. Untuk menjamin terselenggaranya pelayanan
kesehatan yang bermutu, perlulah diupayakan unsure masukan dan
lingkungan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Prinsip
pokok Program Menjaga Mutu Prospektif sering dimanfaatkan dalam
menyusun peraturan perundang-undangan, beberapa diantaranya:
a. Standarisasi (Standaridization)
Untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang
bermutu, ditetapkanlah standarisasi institusi kesehatan (Kebidanan), Izin
menyelenggarakan pelayanan kesehatan hanya diberikan kepada
institusi kesehatan yang memenuhi standar yang ditetapakan. Dengan
adanya ketentuan tentang Standarisasi, yang lazimnya mencakup tenaga,
dan sarana, daptlah dihindarinya berfungsinya institusi kesehatan yang
tidak memenuhi syarat.
b. Perizinan (licencure)
Sekalipun Standarisasi telah terpenuhi, bukan lalu berarti mutu pelayan
kesehatan selalu dapat dipertanggung jawabkan. Untuk mencegah
5

pelayanan kesehatan yang tidak bermutu, standarisasi perlu diikuti


dengan perizinan yang lazim nya ditinjau secara berkala. Izin
menyelenggarakan pelayana kesehatan pelayanan kesehatan hanya
diberikan kepada institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang
memenuhi persyaratan.
c. Setifikasi (certification)
Sertifikasi adalah tindak lanjut dariu perizinan, yakni memberikan
sertifikasi (pengakuan) kepada institusi kesehatan dan atau tenaga
pelaksanaana yang benar-benarmemenuhi persayaratan.
d. Akreditasi(accreditation)
Akreditasi adalah bentuk lain dari sertifikasi yang nilainya dipandang
lebih tinggi. Lazimnya akreditasi tersebut dilakukan secara bertingkat,
yakni yang sesuai dengan kemampuan institusi kesehatan dan atau
tenaga pelaksana yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
2. Program Jaminan Mutu Konkuren (concurrent quality assurance)
Ialah program Menjaga Mutu yasng dilaksanakan bersamaan dengan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini perhatian utama
ditunjukan kepada proses, yakni menilai tindakan medis dimana proses itu
diukur dengan Standar yang telah ditetapkan, jika pelayanan kesehatan
tidak sesuai dengan standar maka pelayanan kesehatan tersebut kurang
bermutu. Program Menjaga Mutu Konkuren dinilai paling baik, namun
paling sulit dilaksanakan. Penyebab utamanya adalah karena adanya faktor
tenggang rasa serta bias pada waktu pengamatan. Seseorang akan
cendrung lebih berhati-hati, apabila mengetahui sedang diamati. Kecuali
apabila pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan oleh satu tim (team
work), atau apabila telah terbentuk kelompok kesejawatan (peer group).
3. Jaminan Mutu Retrospektif (retrospective quality assurance)
Program Menjaga Mutu Retrospektif adalah Program Menjaga Mutu
yang dilaksanakan setelah pelayanan kesehatan diselenggarakan. Pada
bentuk ini, perhatian utama lebih diutamakan pada unsure keluaran, yakni
menilai penampilan pelayanan kesehtana. Jika penampilan tersebut berada
dibawah standar yang telah ditetapkan, maka berarti pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan kurang bermutu.
Karena program Menjaga Mutu Retrospektif dilaksanakan setelah
diselenggarakannya pelayanan kesehatan, maka objek Program Menjaga
Mutu umumnya bersifat tidak langsung. Dapat berupa hasil dari pelayanan

kesehatan, atau pandangan pemakai jasa pelayanan. Beberapa contoh


Program Mutu Retospektif adalah:
a. Review rekam medis (record review)
Di sini penampilan pelayanan kesehatan dinilai dari rekam medis yang
dipergunakan.

Semua

catatan

yang

ada

dalam

rekam

medis

dibandingkan dengan standara yang telah ditetapkan. Tergantung dari


masalah yang ingin dinilai, reviurekam medis dapat dibedakan atas
bebebrapa macam. Misalnya drug usage reviewe jika dinilai dalam
penggunaan obat, dan atau surgical case review jika yang dinilai adalah
pelayanan pembedahan.
b. Review Jaringan (tissue review)
Di sini penampilan pelayanan kesehatan (khususnya untuk bedah)
dinilai dari jaringan pembedahan yang dilakukan. Apabila gambarangambaran pathologi anatomi dari jaringan yang diangkat telah sesuai
dengan diagnosis yang ditegakan, maka berarti pelayanan bedah tersebut
adalah pelayanan kesehatan yang bermutu.
c. Survei klien (clien suvey)
Di sini penampilan palyanan kesehatan dinilai dari pandangan
pemakaian jasa pelayanan kesehatan. Survei klien ini dapat dilakukan
secara informal berarti melangsungkan tanya jawab setelah usainya
setiap pelayanan kesehatan, atau secara formal, dalam arti melakukan
suatu survey yang dirancang khusus. Tetapi jika ditinjau dari kedudukan
organisasi yang diserahkan tanggung jawab melaksanakan Program
Menjaga Mutu, bentuk Program Mejaga Mutu dapat dibedakan ataas
dua macam:
4. Program Menjaga Mutu Internal (Internal qualioty assurance)
Pada bentuk ini kedudukan organisasi yang bertanggung jawab
menyelenggarakan Program Menjaga Mutu berada didalam institusi yang
menyelenmggrakan pelayanan kesehatan. Untuk itu didalam institusi
pelayanan kesehatan tersebut dibentuklah suatu organisasi yang secara
khusus diserahkan tanggung jawab akan menyelenggarakan Program
Menjaga Mutu. Organisasi yang akan dibentuk banyak macamnya. Jika
ditinjau dari peranan para pelaksananya, secara umum dapat dibedakan atas
dua macam:
Para pelaksana program Menjaga Mutu adalah para ahli yang tidak
terlibat dalam pelaksanan pelayanan kesehatan (expert group) yang
secara

khusus

diberikan

wewenang

menyelenggarakan Program Menjaga Mutu.


7

dan

tanggung

jawab

Para pelaksnan Program Menjaga Mutu adalah mereka yang


Menyelenggarakan pelayanan kesehatan (team based), jadi semacam
Gugus Kendali Mutu, sebagai mana yang banyak dibentuk di dunia
industri. Dari dua bentuk organisasi yang dapat dibentuk ini, yang
dinilai paling baik adalah bentuk anag kedua, karena sesungguhnya
yang paling bertanggung jawab menyelenggarakan program menjaga
mutu seyogyanya bukan orang lain melainkan adalah mereka yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan itu sendiri.
5. Program Menjaga Mutu Eksternal (External Quality assurance)
Pada bentuk ini kedudukan organisasi yang bertanggung jawab
menyelenggarakan program menjaga mutu berada diluar institusi yang
menyelnggarakan pelayanan kesehatan. Untuk ini, biasanya untuk suatu
wilayah kerja tertentu dan / atau untuk kepentingan tertentu, dibentuklah
suatu organisai, diluar institusi yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan, yang diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan program
menjaga mutu. Misalnya suatu badan penyelenggara program asuransi
kesehatan, yang untu kepentingan programnya, membentuk suatu unit
program menjaga mutu, guna memantau, menilai serta mengajukan sasaran
perbaikan mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakn oleh berbagai
institusi pelayanan kesehatan yang tergabung dalam program yang
dikembangkannya.
Jika dibandingkan kedua bentu program menjaga mutu ini, jelas
program menjaga mutu yang pertama dinilai lebih baik. Karena pada
program menjaga mutu bentuk kedua seolah-olah ada campur tangan pihak
luar untuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh suatu institusi
pelayananan kesehatan yang biasanya sulit diterima.

BAB 3
STANDAR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
A. DEFINISI STANDAR
Banyak diskusi dalam mempelajari dan membahas definisi Standart. Kamus
Oxford memberikan beberapa pengertian konsep mengenai definisi standar.
1. Standar merupakan dasar untuk peningkatan untuk mencapai derajat
2.
3.
4.
5.
6.

terbaik.
Standar memberikan suatu dasar perbandingan.
Standar adalah suatu catatan minimum dimana terdapat kelayakan isi.
Standar adalah sebagai model untuk dapat ditiru.
Standar digunakan untuk menilai diri sendiri.
Standar sebagai suatu patokan pencapaian yang didasarkan kepada tingkat

keinginan terbaik.
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurnah
yang digunakan sebagai batas penerimaan minimal (Clinical practice
Guidelines, 1990).
Sandar adalah spesifikasi dari fungsi dan tujuan harus dipenuhi oleh suatu
sarana pelayanan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan
yang maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan (Rowland & Rowland,
1983).
Standar adalah produksi yang numeric, lazimnya ditetapkan secara sendiri
namun bersifat meningkat yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk
memisahkan yang tidak dapat diterima atau buruk dengan yang dapat diterima
atau baik (Brent James,1983).
Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang baik untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Penerapan standar pelayanan akan sekaligus melindungi
masyarakat, kerena penilaian terhadap proses dan hasil

pelayanan dapat

dilakukan dengan dasar yang jelas. Dengan adanya standar pelayanan, yang
dapat dibandingankan dengan pelayanan yang diperoleh, maka masyarakat
akan mempunyai kepercayaan yang lebih mantap terhadap pelayanan.
Standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan
kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek sehari-hari.
Standar ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai pelayanan
(standar digunakan untuk menilai keabsahan hasil kegiatan, efektifitasnya
ekonomis dan tingkat kepuasan seseorang terhadap kegiatan tersebut).
9

Menyusun rencana pelatihan dan pengembangan kurikulum pendidikan.


Selain itu, standar pelayanan dapat membantu dalam penentuan kebutuhan
operasional untuk penerapannya, misalnya kebutuhan akan pengorganisasian,
mekanisme, peralatan dan obat yang diperlukan ketika audit terhadap
pelayanan kebidanan dilakukan, maka berbagai kekurangan yang berkaitan
dengan hal-hal tersebut akan ditemukan sehingga perbaikannya dapat
dilakukan secara lebih spesifik.
B. STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DASAR
1. Pengertian Standar
Telah disebutkan bahwa masalah mutu akan muncul apabila ditemukan
penyimpangan terhadap standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian
untuk dapat melaksanakan Program Manajemen Mutu, perlulah dipahami apa
yang dimaksud dengan standar tersebut.
Pada saat ini batasan tentang standar yang dipandang cukup penting
adalah :
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapai tertinggi dan
sempurnah yang digunakan sebagai batas penerimaan.
Standar adalah kisaran variasi yang masih dapat diterima.
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang
mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah dicapai.
Standar adalah spesifikasi dan fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi
oleh suatu sarana pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan
kesehatan dapat memperoleh keuntunga yang maksimal dari pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
Standar adalah produksi yang numeric, lazimnya ditetapkan secara
sendiri namun bersifat meningkat yang dapat dipakai sebagai pedoman
untuk memisahkan yang tidak dapat diterima atau buruk dengan yang
dapat diterima atau baik.
2. Syarat Standar
Spesifik (Specific)
Dapat diukur (Measurable)
Tepat (Appropriate)
Dapat dipercaya (Reliable)
Tepat waktu (Timely)
Standar pelayanan kebidanan dapat digunakan untuk menentukan
kompetensi yang diperlukan oleh bidan dalam menjalankan praktek seharihari.

10

Standar ini juga digunakan sebagai dasar unuk menilai pelayanan,


menyusun rencana pelatihan dan pengembangan. Selain itu, standar pelayanan
dapat membantu dalam penentuan kebutuhan operasional untuk penerapannya
misal:

Kebutuhan akan pengorganisasian


Mekanisme
Peralatan dan
Obat yang diperlukan

Hal-hal

tersebut

dapat

ditemukan

pada

waktu

audit

sehingga

perbaikannya dapat dilakukan secara lebih spesifik


3. Pengenalan Standar Pelayanan Kebidanan 1 S/D 25

STANDAR 1 :
PERSIAPAN UNTUK KEHIDUPAN KELUARGA SEHAT
Tujuan :
Memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan
kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung
jawab.

Pernyataan standar
Bidan melakukan penyuluhan dan
nasehat
kepada
perorangan,
keluarga dan masyarakat terhadap
segala yang berkaitan dengan
kehamilan, termasuk penyuluhan
kesehatan umum, gizi, KB dan
kesiapan
dalam
menghadapi
kehamilan dan menjadi calon orang
tua, menghindari kebiasaan yang
tidak baik dan mendukung
kebiasaan yang baik.
11

Hasil :
Masyarakat
dan
perorangan ikut serta
dalam upaya mencapai
kehamilan yang sehat.
Ibu,
keluarga
dan
masyarakat meningkat
pengetahuannya tentang
fungsi
alat-alat
reproduksi dan bahaya
kehamilan pada usia
muda.
Tanda tanda bahaya
pada
kehamilan
diketahui oleh keluarga
dan masyarakat.

Persyaratan :
1. Bidan bekerja sama dengan kader kesehatan.
2. Bidan dididik dalam hal :
Penyuluhan kesehatan
Komunikasi dan keterampilan konseling dasar.
Siklus menstruasi, perkembangan kehamilan, metode kontrasepsi, gizi,
bahaya kehamilan pada masa muda, kebersihan dan kesehatan diri,
kesehatan/kematangan seksual dan tanda bahaya pada kehamilan
3. Tersedianya bahan untuk penyuluhan tentang hal-hal tersebut.
Proses
Bidan harus :
1. Merencanakan kunjungan rumah secara teratur keposyandu, kelompok
ibu/KPKIS, sekolah dan tempat kegiatan masyarakat untuk memberikan
penyuluhan tentang kesehatan/ kebersihan secara umum, kesiapan
menghadapi kehamilan, makanan bergizi, pencegahan anemia, kematangan
seksual, kehidupan seksual yang bertanggung jawab dan bahaya kehamilan
pada usia muda (perlu dibuat kesepakatan tentang waktu penyuluhan,
tempat dan topic pembicaraan. Semua kesepakatan hendaknya ditepati,
kecuali pada keadaan darurat).
2. Hormati adat istiadat setempat/perorangan ketika memberikan penyuluhan
dan berikan dukungan untuk kebiasaan tradisional yang positif. (Namun,
perlu dicegah mitos atau tabu yang membahayakan kehamilan, persalinan
dan perawatan anak)
3. Beri penyuluhan yang dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan
kesehatannya, dan buatlah agar mereka mau mengajukan pertanyaan.
4. Jawablah pertanyaan dengan jujur dan sopan. Berikan jawaban yang jelas.
5. Gunakan alat bantu yang menunjang dan bahasa yang mudah dipahami.
6. Beritahukan jadwal kegiatan bidan untuk memeriksakan kehamilan dan
konseling perorangan.
7. Adakan konseling perorangan ditempat khusus, agar kerahasiaan terjaga.

INGAT
Penyuluhan kesehatan akan efektif bila pesannya jelas dan tidak
membingungkan
Penyuluhan dan nasehat akan efektif bila dapat diterima oleh
adat/tradisi setempat
Tidak semua kebiasaan tradisional membahayakan
Pasangan berhak mendapatkan informasi tentang methode KB yang
tepat dan bisa diterima oleh 12
tradisi setempat.
Kehamilan hendaknya direncanakan, dan hal ini adalah tanggung
jawab suami dan istri.

Tujuan
:
STANDAR
2 : PENCATATAN
Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan
penyuluhan kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.

Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan semua
HASIL
kegiatan yang dilakukannya, yaitu
Pencatatan yang baik
pencatatan semua kegiatan yang
Tersedia data untuk
dilakukan, yaitu pencatatan semua ibu
audit
dan
hamil diwilayah kerja, rincian
pengembangan diri
pelayanan yang telah diberikan
Meningkatnya peran
kepada
seluruh
ibu
hamil/
serta
masyarakat
bersalin/nifas dan bayi baru lahir,
dalam
perawatan
semua
kunjungan
rumah
dan
kehamilan
dan
penyuluhan
kepada
masyarakat.
persalinan
Disamping
itubidan
hendaknya
Prasyarat
mengikuti: sertakan kader untuk
1.mencatat
Adanya ketentuan
/ setempat
semua nasional
ibu hamil
dan untuk mencatat semua kelahiran dan
menijau
masyarakat yang
kematian upaya
ibu dan bayi.
dengan ibu
dan bayi
2.berkaitan
Sistem pencatatan
kelahiran
dan baru
kematian ibu dan bayi dilaksanakan.
3.lahir.
BidanBidan
bekerja
sama secara
denganteratur
kader/tokoh masyarakat dan memahami
meninjau
catatan
tersebut
untuk
untuk menilai
masalah
kesehatan
setempat.
penyusunan
rencana
4.kinerja
Registerdan
Kohort
Ibu dan Bayi,
Kartu ibu KMS ibu hamil, partograf
digunakan untuk pencatatan pelayanan.
5. Bidan sudah terampil dalam menggunakan format pencatatan tersebut.
Proses
Bidan harus :
1. Bekerja sama dengan kader dan pamong setempat agar semua ibu hamil
tercatat.
13

2. Mencatat dengan seksama semua pelayanan yang diberikan selama


kehamilan, persalinan, dan nifas. Seluruh catatan harus dilengkapi dengan
tanggal, waktu tanda tangan bidan yang mencatat.
3. Ibu diberika KMS ibu hamil untuk dibawa pulang.
4. Lakukan ketentuan nasional / setempat tentang pencatatan data.
5. Jaga agar kartu/buku pencatatan tersebut tidak mudah rusak. Hasil
pencatatan diperlukan untuk dipelajari bersama supevisor dan untuk proses
audit.
6. Pastikan bahwa semua kelahiran, kematian ibu dan bayi baru lahir tercatat.
7. Pelajari kartu/buku pencatatan secara teratur (sedikitnya sebulan sekali).
Simpan kartu secara sistematis. Ketika melakukannya. Carilah hambatan
dalam pelayanan kesamaan dalam masalah, komplikasi, atau pola yang
mungkin terjadi. Perlu pula dicatat jumlah persalinan, pelayanan antenatal,
pelayanan nifas untuk dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya dan
mengetahui adanya perubahan dalam pola kerja atau jumlah pelayanan,
untuk menjadi perhatian bidan koordinator.
8. Setelah mempelajari seluruh hasil pencatatan, buatlah rencana tindak
lanjut, rencana tersebut hendaknya meliputi :
Hal-hal yang akan dibicarakan dengan bidan koordinator.
Masalah atau perubahan nyata jumlah ibu yang mendapat pelayanan
kebidanan yang akan dibicarakan dengan masyarakat setempat dan/atau
bidan koordinator.
Kesenjangan dalam pengetahuan dan keterampilan atau kebutuhan
untuk meningkatkan keterampilan.
Mencatat keberhasilan suatu tindakan, sehingga tindakan semacam itu
dapat dicoba lagi pada keadaan serupa.
9. Mencari
langkah
yang
harus
dilakukan

untuk

mengatasi

masalah/kesenjangan yang ada.


10. Melakukan tinjauan terhadap rencana tindak lanjut secara berkala. Untuk
melihat apakah rencana telah dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan
berhasil. (sebaiknya buat catatan tentang hal ini pada buku/ jurnal harian,
terutama tentang hasil pemikiran dan analisa).

1. STANDAR PELAYANAN ANTENATAL


STANDAR 3 : IDENTIFIKASI IBU HAMIL
Tujuan :
14

Mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.


Hasil

Pernyataan Standar

Ibu memahami tanda dan


gejala kehamilan.
Ibu, suami, anggota
masyarakat menyadari
manfaat pemeriksaan
kehamilan secara dini dan
teratur, serta mengetahui
tempat pemeriksaan hamil.
Meningkatnya ibu hamil
yang memeriksakan diri
sebelum kehamilan 12
minggu.

Bidan melakukan kunjungan


rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan
motivasi ibu, suami dan anggota
keluarganya agar mendorong
ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini dan
secara teratur.

Prasyarat :
1. Bidan bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan
ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil memeriksakan
kehamilannya secara dini dan teratur.
2. Bidan harus memahami :
Tujuan pelayanan antenatan dan alasan ibu tidak memeriksakan
kehamilannya secara dini.
Tanda dan gejala kehamilan, dan
Keterampilan berkomunikasi secara efektif.
3. Bahan penyuluhan kesehatan yang siap digunakan.
4. Mencatat hasil pemeriksaan pada KMS ibu hamil dan karti ibu.
Proses
Bidan harus :
1. Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur
utnuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu, suami,
keluarga maupun masyarakat.
2. Bersama kader kesehatan mendata ibu hamil serta memotivasinya agar
memeriksakan kehamilannya sejak dini (segera setelah terlambat haid atau
diduga hamil ).
3. Melalui komunikasi dua arah dengan pamong, tokoh masyarakat dan dukun
bayi jelaskan prosedur pemeriksaan kehamilan yang diberiaka. Hal tersebut
akan mengurangi keraguan mereka, dan menjelaskan manfaat pelayanan
antenatal.
15

4. Melalui komunikasi dua arah dengan pamong, tokoh masyarakat dan dukun
bayi jelaskan prosedur pemeriksaan kehamilan yang diberiaka. Hal tersebut
akan mengurangi keraguan mereka, dan menjelaskan manfaat pelayanan
antenatal.
5. Tekankan bahwa tujuan pemeriksaan kehamilan adalah ibu dan bayi yang
sehat pada akhir kehamilan. Agar tujuan tersebut tercapai, pemeriksaan
kehamilan harus segera dilaksanakan begitu diga terjadi kehamilan, dan
dilaksanakan secara terus menerus secara berkala selama kehamialan.
6. Berikan pelajaran kepada seluruh ibu tentang tanda kehamilan, dan fungsi
organ reproduksinya (wanita harus memperhatikan siklus hainya,
mengetahui dan memeriksakan diri bila terjadi keterlambatan atau haid
kurang dari biasanya).
7. Bimbing kader untuk mendata / mencatat semua ibu hamil didaerahnya.
Lakukan kunjungan rumah kepada mereka yang tidak memeriksakan
kehamilannya. Pelajari alasanya, mengapa ibu hamil tersebut tidak
memeriksakan diri, dan jelaskan manfaat pemeriksaan kehamilan.
8. Perhatikan ibu bersalin yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya.
Lakukan kunjungan rumah, pelajari alasannya.berikan penyuluhan dan
konseling yang sesuai untuk pengaturan kehamilan berikutnya.
9. Jelaskan dan tingkatkan pengguna KMS Ibu Hamil dan Kartu Ibu.

Pernyataan standar

Hasil

Bidan memberikan sedikitnya 4x


1. Ibu hamil mendapatkan
pelayanan antenatal. Pemeriksaan
pelayanan
antenatal
meliputi anamnesis dan pemantauan
minimal
4x
selama
ibu dan janin dengan seksama untuk
kehamilan.
2. Meningkatkan
menilai
apakah
perkembangan
STANDAR 4 : PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN
pemanfaatan jasa bidan
berlangsung normal. Bidan juga
ANTENATAL
oleh masyarakat.
harus
mengenal
kehamilan
3. Deteksi
dini
dan
risti/kelainan. Khususnya, anemia,
penganan
komplikasi
Tujuan
kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi
kehamilan.
HIV.
Memberikan
pelayanan antenatal berkualitas.
Memberikan
pelayanan dan pemantauan
4. Ibu
hamil,
suami,
imunisasi, nasehat dan penyuluhan
keluarga dan masyarakat
kesehatan serta tugas terkait lainnya
mengetahui
tanda
yang diberikan oleh puskesmas.
bahaya kehamilan dan
Mereka harus mencatat data yang
tahu apa yang harus
lengkap pada setiap kunjungan. Bila
dilakukan.
16
ditemukan kelainanan, mereka harus
5. Mengurus transportasi
mampu mengambil tindakan yang
rujukan jika sewaktudiperlukan dan merujuknya untuk
waktu
terjadi
tindakan selanjutnya.
kedaruratan.

Prasyarat :
1. Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk
penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan
kehamilan (Kartu Ibu).
2. Alat untuk pelayanan antenatal tersedia dalam keadaan baik dan berfungsi,
antara lain : stetoskop, tensimeter, meteran kain, timbangan, pengukur
lingkar lengan atas, stetoskop janin.
3. Tersedia obat dan bahan lain : vaksin TT, tablet besi dan asam folat dan
antimalaria (pada daerah endemis malaria).
4. Menggunakan KMS ibu/kartu ibu.
5. Terdapat system rujukan yang berfungsi dengan baik, yaitu ibu hamil
resiko tinggi atau mengalami komplikasi dirujuk agar mendapatkan
pertolongan yang memadai.
Proses
Bidan harus :
1. Bersikap ramah, sopan, bersahabat pada setiap kunjungan.
2. Pada kunjungan pertama, bidan :
Melakukan anamnesis riwayat dan mengisi KMS ibu hamil / kartu ibu
secara lengkap.
Memastikan bahwa kehamilan itu diharapkan
Tentukan hari tafsiran persalinan (HTP). Jika hari pertama haid terakhir
(HPHT) tidak diketahui, tanyakan kapan pertama kali dirasakan
17

pergerakan janin dan cocokan dengan hasil pemeriksaan tinggi fundus


uteri. Jelaskan bahwa hari tafsiran persalinan hanyalah suatu perkiraan.
Memeriksa kadar Hb
Berikan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) sesuai dengan ketentuan.
3. Pada setiap kunjungan, bidan harus :
Menilai keadaan umun (fisik) dan psikologis ibu hamil
Memeriksa urin tes protei dan glukosa urine atas indikasi. Bila ada
kelainan ibu dirujuk.
Mengukur berat badan dan lingkar lengan atas. Jika beratnya tidak
bertambah, atau pengukuran lengan menunjukkan pengurangan gizi,
beri penyuluhan tentang gizi dan rujuk untuk pemeriksaan dan
pengobatan lebih lanjut.
Mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau berbaring
dengan mengganjal punggung kiri dengan bantal. Letakkan tensimeter
dipermukaan yang datar setinggi jantungnya. Gunakan selalu ukuran
manset yang sesuai ukuran tekanan darah. (tekanan darah diatas 140/90
mmHg, atau peningkatan diastol 10 mmHg atau lebih sebelum
kehamilan 16 minggu, atau paling sedikit pada pengukuran 2x berturutturut pada selisih waktu satu jam. Berarti ada kenaikan nyata dan ibu
perlu dirujuk).
Pemeriksa Hb pada kunujungan pertama dan pada kehamilan 28 minggu
atau lebih sering jika ada tanda-tanda anemia. Pada daerah endermis
malaria beri profilaksis dan penyuluhan saat kunjungan pertama (lihat
standar 6).
Tanyakan apakah ibu hamil meminum tablet zat besi sesuai dengan
ketentuan dan apakah kesediaanya cukup. Tablet zat besi 60 mg zat besi
dan 0,5 mg asam folat paling sedikit diminum 1 tablet sehari selama 90
hari berturu-turut. Ingatkan ibu hamil agar tidak meminumnya dengan
teh atau kopi.
Tanyakan dan periksa tanda/ gejala penyakit menular seksual (PMS),
dan ambil tindakan sesuai dengan ketentuan.
Lakukan pemeriksaan fisik ibu hamil secara lengkap. Periksalah
payudara, lakukan penyuluhan dan perawatan untuk pemberian ASI
ekslusif. Pastikan bahwa kandung kencing ibu kosong.
Ukur tinggi fundus uteri dalam cm dengan menggunakan meteran kain.
(tinggi fundus sesudah kehamilan lebih dari 24 minggu sama dengan
umur kehamilan dalam cm, bila diambil ukuran fundus dari simfisis
fubis sampai ke fundus uteri, lihat standar 5 ). Jika ukuran berbeda
18

nyata dengan umur kehamilan dalam minggu (misalnya berbeda 3 cm


atau lebih), atau tidak terjadi pertumbuhan janin, rujuklah ibu untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
Dengarkan denyut jantung janin dan tayakan apakah janin sering
bergerak. Rujuklah jika tidak terdengar atau pergerakan janin menurun
pada bulan terakhir kehamilan.
Beri nasihat tentang cara perawatan diri selama kehamilan, tanda bahaya
pada kehamilan, kurang gizi dan anemia.
Dengarkan keluhan yang disampaikan ibu dengan penuh minat dan beri
nasehat atau rujuk jika diperlukan. Ingat, semua ibu memerlukan
dukungan moril selama kehamilannya.
Bicarakan tentang tempat persalinan, persiapan transportasi untuk
rujukan jika diperlukan. Beri nasehat mengenai persiapan persalinan
(lihat standar 8).
Catat semua temuan dalam KMS Ibu Hamil/ Kartu Ibu. Pelajari semua
temuan untuk menentukan tindakan selanjutnya, termasuk rujukan ke
fasilitas rujukan / rumah sakit.

STANDAR 5 : PALPASI ABDOMEN

Tujuan
Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan
letak, posisi dan bagian bawah janin

Penyataan standar
Bidan melakukan pemeriksaan
abdomen dengan seksama dan
melakukan
palpasi
untuk
memperkirakan usia kehamilan, dan
bila usia kehamilan bertambah,
memeriksa posisi, bagian yang
terendah dan masuknya kepala janin
kedalam rongga panggul, untuk
mencari kelainan serta melakukan
rujukan tepat waktu.

19

Hasil
1. Perkiraan usia kehamilan
yang lebih baik.
2. Diagnosis dini kelainan
letak, dan merujuknya
sesuai dengan kebutuhan.
3. Diagnosis dini kehamilan
dan kelainan lain, serta
merujuknya sesuai dengan
kebutuhan.

Prasyarat
1. Bidan telah dididik tentang prosedur palpasi abdomen yang benar.
2. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik.
3. Tersedian tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima
masyarakat.
4. Menggunakan KMS Ibu Hamil/ Kartu Ibu untuk pencatatan.
5. Adanya system rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan
rujukan.
Proses
Bidan harus :
1. Melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal.
2. Tanyakan pada ibu hamil sebelum palpasi : apa yang dirasakannya, apakah
janinya bergerak, kapan haid terakhir atau kapan pertama kali merasakan
pergerakan janin.
3. Sebelum palpasi abdominal, mintalah ibu hamil tuk menggosongkan
kandung kencingnya.
4. Baringkan ibu hamil telentang dengan bagian atas tubuhnya disanggah
bantal. Jangan baringkan ibu hamil telentang dengan punggung datar,
karena berat uterus dapat menekan pembuluh darah balik ke jantung
sehingga akan mengakibatkan pingsan.
5. Periksa abdomen : adakah parut (tanyakan penyebabnya), tanda-tanda
kehamilan sebelumnya, tanda-tanda peregangan uterus yang berlebihan
atau kehamilan ganda (perut terlalu besar, banyak bagian janin yang teraba,
terabanya lebih dari satu kepala janin). Catat semua temuan dan segera
rujuk ke rumah sakit jika ditemukan bekas bedah cesar, tandah
berlebih/kurangnya cairan amnion atau kehamilan ganda.
6. Perkirakan usia kehamilan. Setelah minggu ke 24, cara yang paling efektif
adalah dengan menggunakan meteran kain.
7. Ukur dengan meteran kain dari simfisis pubis ke fundus uteri, catat
hasilnya dalam cm. Jika hasilnya berbeda dengan perkiraan umur
kehamilan (dalam minggu) lebih dari 3 cm, atau pertumbuhan janin
lambat/tidak ada, ibu perlu dirujuk.
8. Lakukan palpasi dengan hati-hati untuk memeriksa letak janin.
(seharusnya memanjang. Jika tidak, dan usia kehamilan 36 minggu atau
lebih, rujuk ke rumah sakit).
9. Dengan menggunakan dua tangan, lakukan palpasi abdominal untuk
menentukan bagian bawah janin. (kepala teraba keras dan lebih besar
dibandingkan dengan bokong. Jika kepala berada di fundus uteri,
biasanya melenting).
20

10. Pada trimester ke 3, jika bagian bawah janin bukan kepala, persalinan harus
dilakukan di rumah sakit.
11. Setelah umur kehamilan 37 minggu, terutama pada kehamilan pertama,
periksa apakah telah terjadi penurunan kepala janin. (kepala janin sudah
melewati pintu atas panggul atau kepala janin teraba hanya 2 jari diatas
pintu atas panggul). Jika tidak, mintalah ibu hamil duduk, dan lihatlah
apakah kepala janin bisa masuk ke panggul. Bila kepala tidak masuk ke
panggul, rujuklah ibu ke rumah sakit.
12. Periksa letak punggung janin dan dengarkan denyut jantung janin.
(dengarkan selama satu menit penuh, perhatikan kecepatan dan iramanya).
Jika pada bulan terakhir kehamilan tidak ditemukan denyut jantung janin,
atau pergerakan janin sangat lemah, rujuklah ibu ke rumah sakit.
13. Bicarakan hasil pemeriksaan dengan ibu hamil, suami atau anggota
keluarga yang mengatarnya.
14. Catat semua temuan, pelajari dan jika ada kelainan segera rujuk ke
puskesmas atau rumah sakit tuk pemeriksaan lanjutan.
STANDAR 6 : PENGELOLAHAN ANEMIA KEHAMILAN

Tujuan
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut
yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.
Hasil
Penyataan standar
Bidan

melakukan

pencegahan,

tindakan
penemuan,

penanganan dan/ atau rujukan


semua

kasus

kehamilan

anemia

sesuai

pada
dengan

1. Ibu dengan anemia


berat segera dirujuk.
2. Penurunan jumlah ibu
melahirkan dengan
anemia.
3. Penurunan jumlah
bayi baru lahir dengan

ketentuan yang berlaku.

anemia.

Prasyarat :
1. Ada pedoman pengelolahan anemia pada kehamilan.
2. Bidan mampu :
Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan.
21

3.
4.
5.
6.

Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia.


Alat untuk mengukur pada Hb yang berfugsi baik.
Tersedia zat besi / asam folat.
Obat antimalaria (didaerah endermis malaria).
Menggunakan KMS ibu hamil / kartu ibu.

Proses :
Bidan harus :
1. Memeriksa kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama, dan pada
minggu ke 28. Hb di bawah 11 gr% pada kehamilan termasuk anemia, di
bawah 8 gr% adalah anemia berat (lihat standar 4). Bila alat pemeriksaan
tidak tersedia, periksa kelopak mata dan perkirakan ada / tidaknya anemia.
2. Beri tablet zat besi pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari
berturut-turut. Bila Hb kurang dari dari 11 gr% teruskan pemberian tablet
zat besi.
3. Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal, tentang perlunya
minum tablet zat besi, makanan yang mengandung zat besi dan kaya
vitamin C, serta menghindari minuman teh/kopi dalam satu jam sebelum /
sesudah makan (teh/kopi mengganggu penyerapan zat besi). Beri contoh
makanan setempat yang kaya zat besi.
4. Jika prevalensi malaria tinggi, selalu ingatkan ibu hamil untuk berhati-hati
agar tidak tertular penyakit malaria. Beri tablet anti malaria yang sesuai
dengan ketentuan.
5. Jiak ditemukan / diduga anemia (bagian dalam kelopak mata pucat),
berikan 2-3 kali satu tablet zat besi perhari.
6. Rujuk ibu hamil dengan anemia untuk pemeriksaan terhadap penyakit
cacing/ parasit atau penyakit lainnya, dan sekaligus untuk pengobatannya.
7. Jika diduga ada anemia berat (misalnya : wajah pucat, cepat lelah, kuku
pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat), segera rujuk ibu hamil untuk
pemeriksaan dan perawatan selanjutnya. Ibu hamil dengan anemia ada di
trimester ke 3 perlu diberikan zat besi dan asam folat secara IM.
8. Rujuk ibu hamil dengan anemia berat dan rencanakan untuk bersalin di
rumah sakit.
INGAT untuk
!!!
9. Sarankan ibu hamil dengan anemia
tetap minum tablet zat besi
sampai
bulan
setelah persalinan.
Anemia4-6
pada
kehamilan
merupakan masalah besar yang berdampak
buruk terhadap kehamilan/persalinan baik bagi ibu dan bayinya
serta memerlukan penanganan yang hati-hati, termasuk
pemeriksaan untuk mencari penyebab.
Jika prevalensi malaria tinggi, tekanan untuk menggunakan kelambu
dan memberantas nyamuk.
Pencegahan anemia pada kehamilan
dimulai dengan memberikan
22
mekanan bergizi bagi anak perempuan, utamanya remaja putri.
Pada ibu hamil dengan anemia, syok dapat terjadi pada perdarahan
yang sedikit sekalipun. Karena itu usahakan perdarahan sesedikit

STANDAR 7: PENGELOLAAN DINI HIPERTENSI PADA


KEHAMILAN
Tujuan:
Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan
melakukan tindakan yang diperlukan.
Pernyataan Standar

Hasil

Bidan menemukan secara dini setiap Ibu


kenaikan

tekanan

darah

pada

kehamilan dan mengenali tanda serta


gejala

preeklamsia

lainnya,

hamil

preeklamsia

dengan

tanda

mendapat

perawatan yang memadai dan

serta

tepat waktu.
mengambil tindakan yang tepat dan Penurunan angka kesakitan dan
kematian akibat eklamsia.
merujuknya.

Prasyarat:
1. Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, termasuk
pengukuran tekanan darah.
2. Bidan mampu:
Mengukur tekanan darah dengan benar
Mengenali tanda-tanda preeklamsia
Mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan tindakan lanjut
sesuai dengan ketentuan.
3. Tensimeter yang berfungsi baik
4. Menggunakan KMS ibu hamil/kartu ibu
Proses :
Bidan harus:

23

1. Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap pemeriksaan kehamilan


termasuk pengukuran tekanan darh dengan teknil yang benar.
2. Melakukan pemeriksaan pada setiap pagi hari : apakah tensimeter
berfungsi baik.
3. Ukur tekanan darah pada lengan kiri. Posisi ibu hamil duduk atau berbaring
dengan bagian kiri punggung disangga dengan bantal.
Letakan tensimeter ditempat yang datar, setinggi jantung ibu hamil.
Gunakan ukuran manset yang sesuai.
4. Catat tekanan darah.
5. Jika tekanan darah diatas 140/90 mmHg atau peningkatan diastole 15
mmHg atau lebih (sebelum 16 minggu), ulangi pengukuran tekanan darah
dalam 1 jam. Bila tetap, maka berarti ada kenaikan tekanan darah> Periksa
adanya adema, terutama pada wajah atau pada tungkai bawah/tulang kering
dan daerah sacral (pembengkakan jari dan pembengkakan pergelangan kaki
mungkin bersifat fisiologis, terutama karena cuaca panas atau karena
berjalan/berdiri lama)
6. Bila ditemukan hipertensi dalam kehamilan, lakukan pemeriksaan urine
terhadap albumi pada setiap kali kunjungan.
7. Rujuk ibu hamil kerumah sakit, jika ditemukan :
a. Tekanan darah dengan proteinuria (++ atau lebih)/tanpa adema
b. Edema pada punggung tangan atau wajah yag timbul mendadak.
Catat, bila ibu tidak dirujuk dan kenaikan tekanan darah 160/110
mmHg, berikan Metildopa 250 mg peroral dilanjutkan dengan dosis
yang sama setiap 8 jam.
8. Segera rujuk ibu hamil ke rumah sakit jika:
a. Tekanan darah sangat tinggi (misalnya diatas 160/110 mmHg), atau
lebih.
b. Kenaikan tekanan darah terjadi secara tiba-tiba, atau
c. Berikutnya air seni (sedikit dan bewarna gelap), atau
d. Edema berat yang timbul mendadak, khususnya pada wajah/daerah
sacral/punggung bawah atau proteiuria.
Catatan : jika ibu tidak dirujukberikan bolus MgSo4 2g IV dilanjutkan
denngan MgSo4 4g

IM setiap 4 jam dannifrdifin 10 mg peroral

dilanjutkan 10mg setiap 4 jam.


9. Jika tekanan darah naik turun namun tidak ada edema, sedangkan dokter
tidak mudah dihubungi, maka pantaulah tekanan darah, periksa urine
terhadap proteiunuria dan denyut jantung janin dengan seksama pada
keesokan harinya atau sesudah 6 jam istirahat.
10. Jika tekanan darah tetap naik, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan, walaupun
tak ada odema atau proteunaria.
11. Jika tekanan darah kembali normal, atau kenaikannya kuranng dari 15
mmHg:
24

a. Beri penjelasan pada ibu hamil, suami/keluarganya tentang tanda-tanda


eklamsia yang mengancam, khususnya sakit kepala, pandangan kabur,
nyeri ulu hati dan pembengkakan mendadak pada kaki/punggug/wajah.
b. Jika tanda tersebut ditemukan. Segera rujuk ke rumah sakit .
12. Bicarakan seluruh temuan dengan ibu hamil dan suami/keluarga.
13. Catat semua temuan pada KMS ibu hamil/kartu ibu.
STANDAR 8 : PERSIAPAN PERSALINAN

Tujuan
Untuk memastikan bahwa pesalian direncanakan dalam lingkungan yang
aman dan memadai.

HASIL :

Pernyataan Standar:
Bidan memberikan saran yang
tepat kepada ibu hamil,
suami/keluarganya pada TM
ke-3,
untuk
memastikan
bahwa persiapan bersih dan
aman dan suasana yang
menyenangkan
akan
direncanakan dengan baik,
disamping
persiapan
transportasi dan biaya untuk
merujuk, bila tiba-tiba terjadi
kedaan gawat darurat. Bidan
hendaknya
melakukan
kunjungan rumah untuk hal

Ibu hamil dan masyarakat


tergerak
untuk
merencanakan persallinan
yang bersih dan aman.
Persalinan
direncanakan
ditempat yang aman dan
memadai.
Adanya persiapan sarana
transportasi
untuk
merujuk ibu bersalin, jika
perlu.
Rujukan tepat waktu telah
disiapkan.

ini.

Prasyarat :
1. Adanya ketentuan tentang indikasi persalinan yang harus dirujuk dan
berlangsung di rumah sakit.
2. Alat untuk peleyanan antenatal tersedia dalam keadaan berfungsi.
3. Alat untuk persalinan tersedia dalam keadaan di desinfeksi tingkat tinggi.
4. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepat, jika
terjadi kedaruratan.
5. Menggunakan KMS ibu hamil/ kartu ibu dan partograf.
Proses
25

Bidan harus :
1. Mengatur pertemuan dengan ibu hamil dan suami/ keluarganya pada TM
ke-3 untuk membicarakan tempat persalinan dan hal-hal yang perlu
diketahui dan dipersiapkan.
2. Melaksanakan seluruh pemeriksaan antenatal (lihat standar 5), termasuk
anamnesis dan riwayat obstetri secara rinci, sebelum memberikan nasehat.
3. Memberikan informasi agar mengetahui saat akan melahirkan dan kapan
harus mencari pertolongan, termasuk pengenalan tanda bahaya. (Ketuban
pecah sebelum waktunya dan perdarahan pada kehamilan yang bukan
darah lendir normal/ show perlu pertolongan secepatnya)
4. Jika direncanakan persalinan di rumah atau didaerah terpencil :
Beritahukan kepada ibu hamil perlengkapan yang diperlukan untuk
persalinan yang bersih dan aman. Paling sedikit tersedia tempat yang
bersih untuk ibu berbaring sewaktu bersalin, sabun yang baru, air bersih
dan handuk bersih untuk cuci tangan; kain bersih dan hangat untuk
membersihkan dan mengeringkan bayi serta ruangan yang bersih dan
sehat.
Atur agar ada orang yang dipilih oleh ibu sendiri untuk membantu
persalinan. (Harus disepakati tentang bagaimana dan kemana merujuk,
jika terjadi kegawatdaruratan)
Beri penjelasan kepada ibu hamil kapan memenggil bidan. (Misalnya
jika ketuban pecah atau timbulnya rasa mulas yang teratur)
Sebagian persiapan untuk rujukan, atur transportasi ke rumah sakit
bersama ibu hamil dan suami/keluarganya. (Termasuk persetujuan jenis
dan biaya transportasi yang diperlukan bila terjadi keadaan darurat)
5. Jika direncanakan persalinan di rumah sakit atau tempat lainnya :
a. beri penjelasan pada ibu hamil dan suami/ keluarganya tentang kapan ke
rumah sakit dan perlengkapan yang di perlukan. Hal ini dapat berbeda
tergantung keadaan, tapi setidaknya diperlukan sabun dan handuk
bersih, pakaian bersih untuk ibu dan bayi serta pembalut wanita.
b. Ibu hamil dengan kondisi di bawah ini, sebaiknya di anjurkan untuk
melahirkan di rumah sakit :
Pernah mengalami persalinan sulit atau lahir mati.
Pernah menjalani bedah sesar.
Anemia berat.
Penyakit kronis : kencing manis, jamtung, asma berat TBC.
Perdarahan antepartum.
Preeklamsia pada kehamilan sekarang.
Kelainan letak/posisi janin.
Kehamilan ganda.
26

Kehamilan ke-5 atau lebih terutama pada ibu hamil dengan status
sosial rendah atau kurang energi kronis.
Primigravida sangat muda (di bawah 15 tahun) atau multiparitas
dengan usia di atas 40 tahun.
Kehamilan kurang bulan sudah inpartu.
STANDAR 9 : ASUHAN PERSALINAN KALA I

Tujuan :
Untuk memberikan asuhan perawatan yang memadai dalam mendukung
pertolongan yang aman.
Pertanyaan Standar :

Hasil :
Meningkatnya persalinan yang
ditolong bidan
Berkurangnya
kematian/kesakitan ibu/bayi
akibat partus lama.
Ibu bersalin mendapat
pertolongan darurat yang
memadai dan tepat waktu, bila
diperlukan.

Bidan menilai secara tepat


bahwa persalinan sudah mulai,
kemudian memberikan asuhan
dan pemantauan yang memadai,
dengan memperhatikan
kebutuhan klien, selama proses
persalinan sedang berlangsung.

Persyaratan :
1. Dan dipanggil jika ibu sudah mulai mules/ketuban sudah mulai pecah.
2. Bidan terampil dalam hal :
Pertolongan perslinan yannng bersih dan aman dan,
Penggunaan patograf dan pembacaannya.
3. Tersedianya alat dan bahan habis untuk pertolongan persalinan.
4. Menggunakan KMS ibu hamil, patograf dan kartu ibu.
Proses :
Bidan harus :
1. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah
mulai/ketuban pecah.
2. Melaksanakan pemeriksaan kemailan dengan memberikan perhatian
terhadap tekanan darah, teratur tidaknya his dan DJJ, bika ketuban sudah
pecah.

27

STANDAR 9 : ASUHAN PERSALINAN KALA I

3. Catat semua temuan pemeriksaan dengan tepat. Jika diteukan kelainan,


lakukan rujukan ke puskesmas/Rumah sakit
4. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptik dan sesuai dengan kebutuhan.
(jika his teratur dan tidak ada hal yang mengkwatirkan atau his lemah tapi
tanda-tanda vital ibu/janin normal, maka tidak segera dilakukan periksa
dalam)
5. Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setiap 4 jam dan Harus selalu
secara DTT.
6. Jika pada fase aktif, catat semua temuan dalam patograf dan kartu ibu.
7. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif seperti biasa, dan memilih posisi
yang dirasakan nyaman kecuali jika belum terjadi penurunan kepala
sementara

ketuban

sudah

pecah.

(riset

membuktikan

banyak

keuntungannya jika ibu tetap aktif bergerak semampunya dan merasa


senyaman mungkin)
8. Amati kontraksi DJJ sedikitnya setiap 30 menit pada kala I. Pada akhir kala
I atau jika kontraksi sudah sangat kuat, periksa DJJ setiap 15 menit.
9. Catat dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4
jam.
10. Catat tekanan darah setiap 4 jam.
11. Minta ibu hamil untuk sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam.
12. Pada persalinan normal, mintalah ibu untuk banyak minum guna
menghindari dehidrasi dan gawat janin. (Riset menunjukan bahwa, pada
persalinan normal tidak gunanya untuk mengurangi minum dan makan
makanan kecil yang mudah dicerna)
13. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan peka
terhadap kebutuhan ibu hamil, suami/keluarga/orang terdekat yang
mendampingi.
14. Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan
keluarganya. Beritahu mereka kemajuan persalinan secara berkala.
15. Segera cata semua temuan pada patograf dan kartu ibu.
16. Saat proses persallinan berlangsung, bersiaplah untuk kelahiran bayi. (lihat
standar 10)
17. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman (lihat standar 10)

INGAT !!!
Tidak ada bukti yang mendukung perlunya melakukan
enema/mencukur rambut pubis secara rutin.
Jika ketuban pecah, namun persalinan Tidak memasuki fase aktif
dalam 8 jam, maka ibu perlu dirujuk.
Jika dicapai garis waspada pada patograf atau persalinan telah
berlangsung selama 18 jam, rujuk secepatnya.
Perdarahan melalui vagina selalu merupakan tanda bahaya dan perlu
28
dirujuk.
Ditemukannya mekonium biasanya menunjukan gawat janin. Sehingga
memerlukan tindakan atau rujukan secepatnya atau rujukan
secepatnya.

STANDAR 10 : PERSALINAN KALA II YANG AMAN

Tujuan :
Memastikan persalinan yang aman untuk ibu dan bayi.
Hasil

Pernyataan Standar
Bidan melakukan
pertolongan persalinan yang

Persalina yang bersih dan

aman
Meningkatnya kepercayaan

terhadap bidan
Menurunnya komplikasi

aman, dengan sikap sopan


dan penghargaan terhadap
klien serta memperhatikan

seperti perdarahan post

tradisi setempat.

partum, asfiksia neonatal,

trauma kelahiran.
Menurunnya angka sepsis
peuperalis.

29

Prasyarat
1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mules/ ketuban pecah.
2. Bidan sudah terampil dalam menolong persalinan secara bersih dan aman.
3. Adanya alat untuk pertolongan persallinan dalam keadaan desinfeksi
tingkat tinggi.
4. Adanya bahan-bahan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman,
seperti air bersih, sabun dan handuk bersih, dua handuk hangat yang bersih
(1 untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk dioakai kemudian), pembalut
wanita dan tempat untuk plasenta.Bidan harus menggunakan sarung tangan
yang sudah di DTT.
5. Tersedia ruangan yang hangat, bersih, dan sehat untuk persalinan.
6. Menggunakan kartu ibu.
Proses
Bidan harus :
1. Memastikan tersediannya rungan yang hangat, bersih dan sehat untuk
persalinan, juga kain untuk mengeringkan bayi baru lahir, tempat untuk
plasenta. (jika ibu belum mandi, bersihkan daerah perinium dengan air
bersih).
2. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, kemudian keringkan hingga
betul-betul kering denga handuk bersih. (kuku harus dipotong pendek dan
bersih)
3. Bantu ibu mengambil posisi yang paling nyaman baginya. (riset
menunjukkan bahwa posisi duduk atau djongkok memberikan banyak
keuntungan).
4. Anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin atau saat kepala bayi
sudah kelihatan. (riset menunjukkan bahwa menahan nafas sambil meneran
adalah berbahaya, dan meneran sebelum kepala bayi tampak tidaklah perlu.
Bahkan meneran, sebelum pembukaan servik lengkap adalah berbahaya).
Jika kepala belum terlihat padahal ibu sudah sangat ingin meneran, periksa
pembukaan servik dengan periksa dalam. Jika pembukaan belum lengkap
keinginan meneran bisa dikurangi dengan memiringkan ibu ke sisi sebelah
kiri.
5. Pada kala II, dengarkan DJJ setiap HIS berakhir, irama dan frekuensinya
harus kembali dengan normal. Jika tidak cari pertolongan medis.(jika
kepala sudah meregangkan perinium dan terjadi kelambatan kemajuan
persalinan atau DJJ menurun sampai 120/menit atau kurang, atau
meningkat menjadi 160/menit atau lebih, maka percepat persalinan dengan
menggunakan episiotomi ; lihat standar 12).

30

6. Hindari peregangan vagina secara manual dengan gerakan menyapu atau


menariknya kearah luar. (riset menunjukkan hal tersebut berbahaya).
7. Pakai sarung tangan sedapat mungkin, saat kepala bayi kelihatan.
8. Jika ada kotoran keluar dari rektum bersihkan dengan kain kering.
9. Bantu kepala bayi lahir perlahan, sebaiknya dianatar HIS. (riset
menunjukkan bahwa robekan tingkat 2 dapat sembuh sama baiknya dengan
luka episiotomi; sehingga tidak perlu menggunting perinium kecuali terjadi
gawat janin atau kemungkinan terjadi robekan tingkat 3 yang mengenai
rektum).
10. Begitu kepala bayi lahir, bahu bayi akan memutar. (hal ini seharusnya
terjadi secara spontan, sehingga bayi tak perlu dibantu jika bahu bayi tidak
memutar ikuti standar 18).
11. Begitu bahu sudah pada posisi anterior-posterior yang benar bantulah
persalinan.
12. Segera setelah lahir, keringkan bayi dengan handuk bersih dan hangat, dan
berikan kepada ibu atau letakkan didadanya untuk disusui. (riset ini
menunjukkan hal ini penting untuk keberhasilan dalam memberikan ASI
dan untuk membantu pelepasan plasenta. Kontak kulit dengan kulit adalah
cara yang baik untuk menjaga kehangatan bayi, sementara handuk
diselimutkan pada punggung bayi. Jika bayi tidak didekap oleh ibunya,
selimuti bayi dengan kain bersih dan hangat. Tutupi kepala bayi agar tidak
kehilangan panas).
13. Pembersihan jalan nafas bayi tidak selalu diperlukan. Jika bayi tidak
mengangis spontan, gunakan penghisap lendir untuk pembersihan jalan
nafas (lihat standar 25).
14. Tali pusat di klem di dua tempat, lalu potong diantara dua klem dengan
gunting steril dan tajam.
15. Perhatikan tanda pelepasan plasenta (fundus membulat dan mengeras,
darah meleleh, tinggi fundus meningkat, tali pusat memanjang). Kemudian
mintalah ibu meneran saat his berikutnya. Pegang dan regangkan tali pusat,
jangan ditarik kemudian plasenta akan lahir dan terimalah dengan kedua
tangan. Periksa kelengkapannya.
16. Letakkan tangan di fundus uteri untuk memeriksa kontraksi. Palpasi uterus
dan jika tidak keras, keluarkan bekuan darah dan lakukan pengusapan
fundus dengan hati-hati agar terjadi kontraksi uterus. Perkiraan jumlah
kehilangan darah secara akurat. (ingat perdarahan sulit diukur dan sering
diperkirakan lebih sedikit).
17. Lakukan pemeriksaan bayi, perawatan mata dan prosedur lain untuk
perawatan bayi baru lahir.
31

18. Bersihkan perinium dengan air bersih dan tutupi dengan kain yang bersih.
19. Berikan plasenta kepada suami atau keluarga.
20. Pastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman. Berikan bayi kepada ibu untuk
diberikan asi
21. Catat semua temuan dengan seksama.

INGAT !!!
Membantu kelahiran bahu dan punggung masih mungkin
dilakukan, meskipun ibu dalam posisi tradisional saat
persalinan. (tidak berbaring terlenyang atau dalam posisi
litotomi). Namun, tetap berhati-hati dalam mengusahakan
proses persalinan yang normal, apapun posisi bu.
Ingat 3 bersih
Tempat bersih
Tempat pertolongan persalinan bersih
Pengikatan dan pemotongan tali pusat dilakukan secara
bersih.

STANDAR 11
PENGELUARAN PLASENTA DENGAN PENEGANGAN TALI
PUSAT
Tujuan :
Membantu pengeluaran plasenta dan selaputnya secara lengkap tanpa
menyebabkan perdarahan.
Hasil

Persyaratan standar
Bidan

melakukan

gangan

tali

benar

untuk

pengeluaran
selaput

pusat

ketuban

perdarahan post partum

pene-

primer mendapatkan

dengan

membantu

plasenta

Ibu dengan resiko

dan

penegangan yang memadai.


Menurunkan kejadian
perdarahan post partum

secara

akibat salah penanganan

lengkap.
32

kala III.

Prasyarat:
1. Bidan sudah terlatih dalam membantu pengeluaran plasenta secara lengkap
dengan penanganan tali pusat secara benar.
2. Adanya alat dan bahan untuk melahirkan p;asenta, termasuk air bersih,
larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi, sabun san handuk bersih untuk
cuci tangan , juga tampak untuk plasenta. Sebaiknya bidan menggunakan
sarung tanggan yang bersih.
3. Tersedia oksitosika yang dikirim dan disimpan dengan benar.
Proses :
1. Masukan oksitosika (oksitosin 10 IU IM) ke dalam alat suntik menjelang
persalinan.
2. Setelah bayi lahir, periksa kemungkinan adanya bayi kembar. Jika tidak
ada, beri oksitosika secara IM secepatnya. (kecuali jika terdapat hal lain
yang mengharuskan pemberian secara IV).
3. Tunggu tanda terlepasnya plasenta (yaitu fundus mengeras dan bulat,
keluarnya tetesan darah , fundus naik, tali pusat memanjang) periksa
fundus untuk mengetahui adanya kontraksi,keluarkan gumpalan jika perlu.
4. Bantu ibu untuk bersandar atau berbaring untuk pengeluaran plasenta dan
selaputnya.
5. Jika plasenta sudah terlepas dari dinding uterus, letakan tangan kiri di atas
simfisis pubis untuk menehan korpus uteri, dan rengangkan tali pusat
dengan tangan yang lain teta[i jamgam ditarik. Mula-mula regangkan
diarahkan ke bawah, lalu secara perlahan diregangk kea arah atas dengan
mengikuti sumbu jalan lahir. Jangan menekan fundus karena dapat
mengakibatkan inversio uteri.
6. Jika plasenta sudah tampak dari luar, secara bertahap tarik ke atas sehingga
plasenta mengikuti jalan yang sama dengan bayi. Lepaskan tangan kiri dari
perut, untuk menerima plasenta.
7. Keluarkan selaput dengan hati-hati. (Hal ini harus dikerjakan secara
perlahan dan hati-hati. Jangan ditarik karena selaput mungkin robek).
8. Begitu plasenta sudah lahir secara lengkap, periksa apakah uterus
berkontraksi dengan baik. (Mungkin perlu mengeluarkan gumpalan darah,
dan mengusap fundus dari luar agar uterus berkontraksi, jika uterus tidak
keras dan bulat).
9. Taksir jumlah kehilangan darah secaermat-cermatnya.
33

10. Periksa apakah plasenta telah dilahirkan secara lengkap. Jika tidak lengkap,
ulangi pemberian oksitosin jika perdarahan tidak banyak dan rumah sakit
dekat, ibu segera dirujuk. Bila perdarahan banyak dan rumah sakit jauh,
lakukan placenta manual (Lihat Standar 21) untuk penanganan perdarahan,
lihat Srandar 22.
11. Beriksa vulva dan perineum dengan air bersih, tutup dengan pembalut
wanita/kain kering yang bersih.
12. Periksa tanda-tanda vital. Catat semua temuan secermat-cermatnya.
13. Beriksa plasenta kepda suami/keluarga ibu.

INGAT !!!

Obat oksitosin menurun efektivitasnya jika tidak disimpan


pada suhu 2 sampai 8 derajat Celsius. Karena itu, simpanlah
oksitosika dilemari es dan hindari cahaya. Bila dikeluarkan
dari le,ari es, oksitosika dapat bertahan paling lama 1 bulan
pada temperatur 30 derajat Celsius atau 2 minggu pada 40
derajat celcius.
Dilarang memberikan oksitosika sebelum bayi lahir.
Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah: fundus berkontraksi
dengan baik, keluarnya darah, fundus naik dan tali pusat
memanjang.
Dilarang menekan fundus.
Dilarang menarik tali pusat dengan kuat.
Hentikan penegangan tali pusat jika terasa nyeri.
Jika tidak yakin apakah plasenta lahir lengkap, ikuti standar
23untuk melakukan manual plasenta. Jika bidan belum
terampil, ibu segera dirujuk.

34

STANDAR 12
PENANGANAN KALA I DENGAN GAWAT JANIN MELALUI
EPISIOTOMI

Tujuan:
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi pada keadaan gawat
janin.

Hasil

Persyaratan Standar

Penurunan kejadian

Bidan mengenali secara tepat

asfiksia neonaturum

tanda-tanda gawat janin pada

berat

kala II yang lama, dan segera

Penurunan kejadian

melakukan episiotomi dengan

lahir mati pada kala II

aman untuk memperlancar


persalinan,

diikuti

Penurunan kejadian

dengan

sepsis peurperalis.

penjahitan perineum.
Prasyarat

1. Bisan sudah terlatih dalam melaksanakan episiotomi dan menjahit


perineum secara benar.
2. Tersedia alat/bahan untuk melakukan eposiotomi, termasuk guntimh
tajamyang steril, dan alat/bahan untuk penjahitan perineum (berikan
anestesi lokal misalnya dengan 10 ml 1% lignokain/lidokain dan alat
suntik/jarum hipodermil steril).
3. Menggunakan kartu ibu.
Proses
Jika ada tanda-tanda gawat janin berat dan kepala sudah terlihat, mak satusatunya cara yang dapat dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan janin
adalah dengan melakukan episiotomi.
Bidan Harus:
1. Mempersiapkan alat-alat steril untuk tindakan ini. Memberitahu ibu tentang
perlunya episiotomi dilakukan dan yang akan dirasakannya.

35

2. Anastesi lokal diberikan pada saat his. Sebelum menyuntikannya, tarik


jarum sedikit (untuk memastiakn jarum tidak menembus pembuluh darah)
masukkan dua jari tangan kiri ke dalam vagina untuk melindungi kepala
bayi, dan dengan tangan kanan tusukan jarum sepanjang garis yang akan
digunring (sebaiknya dilakukan insisi medio-lateral). Masukkan anestesi
perlahan-lahan, sambil tarik alat suntik perlahan sehingga garis yang akan
digunting teranestesi.
3. Tunggu satu menit agar anestesinya bekerja, lakukan tes kekebalan.
4. Pada puncak his berikutnya, lindungi kepala janin seperti di atas, kemudian
lakukan pengguntingan tunggal yang mentap.
5. Lindungi kepala bayi dengan tangan kiri agar kelahiran kepala terkendali
dan tidak terlalu cepat. Minta ibu untuk meneran di antara dau his.
Kemudian lahirkan bayi secara normal.
6. Begitu bayi lahir, tutupi perineum dengan pembalut steril dan lakukan
resusitasi neinatus jika diperlukan.
7. Lahirkan plasenta secara lengkap, sesuai dengan standar 11.
8. Segera sesuda plasenta dikeluarkan, lakukan penjahitan secara aseptik
dengan peralatan steril.
9. Lakukan penjahitan secara berlapis. Mulai dari vagina, lalu perineum.
10. Sesudah penjahitan, masukan jari dengan hati-hati ke rektum untuk
memastikn bahwa panjahitan tidak menembus dinding rektum. Bila hal
tersebut terjadi, lepaskan penjahitan dan lakukan jahitan ulang. Periksa
vagina dan paastikan vagina dan pastikan tidak ada bahan yang tertinggal.
11. Bersihkan perineum dengan air bersih, usahakan agar ibu merasa bersih
dan nyaman. Periksa apakah perdarahan dari daerah insisi sudah berhenti.
Bila perdarahan masih ada periksa sumbernya. Bila berasa dari luka
episiotomi, temukan titik perdarahan dan segera ikat, jika bukan, ikuti
srandar 22
12. Pastikan bahwa ibu duberitahu agar menjaga perineumm tetap bersih dan
kering, serta menggunakan pembalut wanita yang steril/kain kering yang
bersih.
13. Catat semua temuan secermat-cermatnya,
Riset Menunjukan:
1. Robekan perineum akan sembuh sebaik luka pengguntungan, sehingga
kekhawatiran akan terjadi robekan perineum bukan merupakan indikasi
episiotomi.
2. Episiotomi yang efektif dan tepat waktu dapat menyelamatkan jiwa janin
yang mengalami gawat janin
STANDAR 13 : PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
36

Tujuan
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksananya pernafasan
spontan serta mencegah hipotermia.

Hasil

Pernyataan Standar

Bayi baru lahir dengan


kelainan atau kecacatan
dapat segera menerima
perawatan yang tepat.

Bidan memeriksa dan bayi baru


lahir
untuk
memastikan
pernafasan spontan, mencegah
hipoksia sekunder, menemukan
kelainan,
dan
melakukan
tindakan atau merujuk sesuai
dengan kebutuhan. Bidan juga
harus
mencegah
atau
menangani hipotermia

Bayi
baru
lahir
mendapatkan perawatan
yang tepat undap dapat
bernafas dengan baik
Penurunan angka kejadian
hipotermi

Prasyarat
1. Bidan mampu untuk :
Memeriksa dan menilai bayi baru lahir dan menggunakan skor Apgar.
Menolong bayi bernafas spontan dan melakukan resusitasi bayi.
Mengenal tanda-tanda hipotermia dan dapat melakukan pencegahan dan
penanganannya.
2. Adanya alat/bahan yang diperlukan, misalnya sabun, air bersih dan handuk
untuk mencuci tangan, handuk lembut yang bersih untuk bayi, kain yang
bersih dan kering untuk bayi, termometer dan timbangan bayi.
3. Obat tetes mata : salep mata tetrasiklin 1%, klorampenikol 1% atau
eritromisin 0,5 %
4. Kartu ibu
Proses
Bidan harus :
1. Segera sesudah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas. Bila bayi tidak
menangis secara spontan, bersihkan jaln nafas dengan jari telunjuk yang di
balut dengan kain bersih dan lembut. ( menurut penelitian, cara ini cukup
menolong pada 80% bayi). Jika cara ini tidak menolong, segeralah lakukan

37

tindakan sesuai dengan standar 25 yaitu penanganan asfiksia pada bayi


baru lahir.
2. Segera keringkan bayi dengan handuk kering, bersih, dan hangat, kemudian
pakaikan kain kering yang hangat, berikan bayi kepada ibunya untuk di
dekap didadanya serta di beri ASI, karna akan membantu pelepasan
plasenta, tidak perlu menunggu untuk melakukan pemotongan tali pusat.
Pastikan bahwa terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi. ( kontak kulit ibu
bayi ini merupakan cara yang baik untuk mengatur suhu tubuh bayi pada
saat persalinan, sementara handuk/kain lembut diselimutkan pada bagian
belakang bayi). Bila hal tersebut tidak dapat dilakukan, maka bungkuslah
bayi dengan kain yang bersih dan kering dan jagalah bayi agar tetap hangat
(berikan tutup kepala untuk mencegah bayi kehilangan panas tubuh).
3. Klem tali pusat dilakukan pada dua tempat. Pengikatan dilakukan dengan 2
tempat, yang pertama berjarak 5 cm dari jarak umbilikus dan pengikatan
yang kedua 10 cm dari umbilikus. Gunakan gunting steril untuk memotong
tali pusat diantara kedua ikatan tadi. Periksa tali pusat yang dipotong untuk
memastikan tidak ada perdarahan (penelitian menunjukkan bahwa yang
terbaik adalah menjaga tali pusat agar tetap bersih dan kering).
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih lalu keringkan dengan handuk
bersih. Usahakan ruangan tetap hangat (supaya bayi tidak mengalami
hipotermi).
5. Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap keadaan bayi secara umum
dengan menggunakan Score Apgar.
6. Periksa bayi dari kepala sampai ujung kai untuk mencari kemungkinan
adanya kelainan. Periksa anus dan daerah kemaluan. Lakukan pemeriksaan
ini dengan cepat agar bayi tidak kedinginan. Ibu hendaknya menyaksikan
pemeriksaan tersebut.
7. Timbang bayi dan ukur panjangnya. Lakukan dengan cepat agar bayi tidak
mengalami hipotermi.
8. Periksa tanda vital bayi. Ukur suhunya dengan menggunakan termometer
yang diletakkan di ketiak atau di lipat paha( jangan masukkan termometer
ke anus bayi). Bila suhu bayi kurang dari 36derajat C atau tubuhnya teraba
dingin, maka segera lakukan penghangatan tubuh bayi seperti pada kontak
dibawah ini.
Prosedur Penanganan Hipotermi
Letakkan bayi pada dada ibu sehingga terjadi kontak kulit antara
keduanya
Sarankan ibu sering memberikan ASI.
Jaga agar ruangan tetap hangat dan bebas asap.
38

Selimuti ibu
Berikan minum yang hangat untuk ibu.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam
Jika ternyata suhu tubuh bayi tidak naik, segera merujuknya kepusat

rujukan. Pertahankan terus kontak kulit ibu-bayi.


9. Berikan bayi kepada ibu untuk disusui dengan ASI segera setelah lahir,
paling lambat dalam 2 jam pertama.
10. Pastikan bahwa bayi tetap terbungkus/ mengenakan pakaian hangat dan
tutup kepala. Bantulah ibu untuk menyusui bayinya, terutama ibu yang
baru pertama kali menyususi. (penelitian menunjukan bahawa pemberian
asi dalam 2 jam pertama setelah kelahiran merupakan kunci keberhasilan
dalam menyusui. Juga penting bagi bayi karena bayi mendapatkan zat
kekebalan terhadap infeksi dan penyakit.
11. Cuci tangan sekali dengan sabun, air bersih, dan keringkan tangan
denganhanduk bersih. Berikan salep mata pada mata bayi. Jika matanya
melekat bersihkan dahulu dengan air matang dingin. (gunakan kain lembut,
lap mata bayi dengan cara menyapukannya dari bagian hidungkr arah luar
mata). Dianjurkan pemakaian salep mata tetrasiklin 1% klorampenikol 1%
atau eritromisin 0,5% untuk mencegah oftalmia neonatorum.
12. Perhatikan pengeluaran urine dan mekonium bayi dalam 24 jam pertama.
Mintalah ibu memperhatikannya bila persalinan berlangsung dirumah.
13. Lakukan pencatatan semua yang di temukan dalam kartu ibu dan kartu
bayi, rujuk kerumah sakit bila ada kelainan.

STANDAR 14
PELAYANAN PADA DUA JAM PERTAMA SETELAH
PERSALINAN

Tujuan :
Memulihkan kesehatan ibu dan bayi pada masa nifas serta memulihkan
pemberian
ASI dalamStardar
2 jam pertama sesudah persalinan. Hasil
Pernyataan
Bidan melakukan pemantuan ibu dan
Komplikasi segera
dideteksi dan dirujuk.
bayi terhadap terjadinya komplikasi
Penurunan kejadian infeksi
dala 2 jam setelah persalinan, serta
nifas dan neonatal.
melakukan tindakan yang

Penurunan kematian kibat


diperlukan. Di samping itu, bidan
perdarahan postpartum
39
memberikan penjelasan tentang hal
primer.
yang mempercepat pulihnya
Pemberian ASI dimulai
kesehatan ibu, dan membentuk ibu
dalam 2 jam pertama
untuk memulai pemberian ASI.
sesudah persalinan.

Prasyarat :
1. Ibu dan bayi dijaga oleh selama 2 jam sesudah persalinan.
2. Bidan terlatih dalam merawat ibu dan bayi segera setelah persalina,
termasuk pertolongan pertama pada keadaan gawat darurat.
3. Ibu termotivasi untuk menyusui dengan ASI dan memberikan kolostrum
4. Tersedianya alat atau bahan, misalnya untuk membersihkan tangan yaitu air
bersih, sabun dan handuk bersih, kain bersih untuk membungkus bayi dan
thermometer.
5. Tersedianya okksitosin, dan obat lain yang diperlukan.
6. Adanya sarana encatatan : karti ibu/bayi.
Proses :
Bidan harus :
1. Segera setelah bayi lahir, keringkan sambil perhatikan apakah bayi
bernafas atau apakah ada kelainan lainnya. Jika bayi tidak bernafas, ikuti
standar 25.
2. Jika kedaaan umun bayi baik, letakkan bayi didada ibunya agar terjadi
kontak kulit antara ibu dan bayi, selalu selimuti ibu dan bayi, dengan
handuk, yang hangat. Bila tidak demikian, bungkus bayi dengan kain
kering dan bersih dan jaga agar bayi tetap hangat (lihat standar 13).
3. Raba fundus uteri, jika fundus tak terba keras, lakukan massase pada
daerah fundus agar uterus berkontraksi. Periksa fundus selam 15 menit
sekali, dan periksa jumlah perdarahan dari vagina.
4. Jika terjadi perdarahan, segera lakukan tindakan sesuai dengan standar 22
berbahaya jika terlambat bertindak.
5. Secepatnya bantu ibu agagr dapat menyusui. Atur posisi bayi agar dapat
melekat dan menghisap dengan bensar. (semua ibu membutuhkan
pertolongan untuk mengatur posisi bayi. Baik untuk ibu yang baru pertama
kali menyusui maupun ibbu yang sudah pernah menyusui ).
6. Cuci tangan lagi dan lakukan pemeriksaan pada bayi. Berikan perawatan
pada mata dan perawatan pada mata dan perawatan lain yanf diperlukan,
sesuai dengan standar 13.
40

7. Bila bayi tidak memperlihatkan tanda-tanda kehidupan setelah dilakukan


resusitasi maka beritahu orang tua bayi apa yang terjadi. Berikanpenjelasan
secara sederhana dan jujur. Biarkan mereka melihat atau memeluk bayi
mereka. Biarkan orang tua melakukan upacara untuk bayi yang meninggal
sesuai dengan adat istiadat atau kepercayaan mereka. Setelah orang tua
bayi mulai tenang, bantulah mereka dan perlakukan bayi dengan baik dan
penuh perhatian terhadap kesedihan mereka.
8. Mintalah ibu untuk buang air kecil dalam 2 jam pertama sesudah
melahirkan (retensi urine dapat menyebabkan perdarahan). Kateter hanya
boleh dipasang bila kandung kemih penuh dan ibu tidak dapat b.a.k.
9. Bantu ibu membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian, ingatkan ibu
untuk selalu menjaga kebersihan tubuh dan mengganti kain pembalut
secara teratur, berikan penjelasan perubahan-perubahan yang terjadi pasca
ditemukan.
10. Catat semua yang ditemukan.
11. Sebelum meninggalkan ibu, beritahu

suami dan keluarga bagaimana

caranya dan kapan meminta pertolongan jika terjadi gangguan.


12. JANGAN meninggalkan ibu dan bayi sampai mereka dalam keadaan baik
dan semua catatan lengkap.

INGAT !!!
Jaga bayi agar tubuhnya tetap hangat
Semua bayi harus segera diberi ASI sesudah lahir
Kolostrum mengandung zat yang sangat diperlukan untuk melindungi
Pernyataan Standar
bayo dari infeksi.
HASIL !!!
Bidan memberikan pelayanan
Periksa uterus dan kandung kemih secara teratur.
selama masa nifas memlaui
Komplikasi pada masa
kunjungan
rumah
padamakhari
Jika
diperlukan
episiotomi
periksa luka episiotomi
secara teratur.untuk
nifas segeradirujuk
STANDAR
15
ketiga, minngu kedua dan
penanganan yang tepat.
minggu
keenamBAGI setelah
PELAYANAN
IBU DAN BAYI PADA
MASApemberian
NIFAS ASI
Mendorong
persalinan, untuk membantu
eksklusif.
proses: pemulihan ibu dan bayi
Tujuan
Mendorong
melalui penegangan tali pusat
penanganancara
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi
sampai 42 hari setelah
yang benar, penemuan dini,
tradisiaonal yang berguna
persalinan
dan memberikan
penyuluhan
tentang ASI
bdaneksklusif.
menganjurkan untuk
penangan
atau
rujukan
mennghindari
kebiasaan
komplikasi yang mungkin terjadi
yang merugikan.
pada masa nifas : serat
Menurunkan kejadi an
memberikan penjelasan tentangf
infeksi
kesehatan
secara
umum,
Masyarakat
semakin
41
kebersihan
perorangnan,
menyadari
pentingnya
makanan bergizi, perawatan bayi
penjarangan kelahiran
baru lahir, pemberian ASI,
Meningkatnya
imunisasi
imunisasi dan KB
pada bayi.

Prasyarat :
1. Bidan telah terampil dalam :
Perawatan nifas, termasuk pemeriksaan ibu dan bayi pada masa nifas
dengan cara yang benar.
Membantu ibu untuk memberikan ASI
Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan bayi pada masa
nifas.
Penyuluhan dan pelayanan KB
2. Bidan yang dapat memberikan pelayanan imunisasi atau bekerja sama
denga juru imunisani.
3. Tersedia alat/bahan, misalnya untuk membershkan tangan yaitru sabun, air
bersih, dan handuk bersih.
4. Tersedia kartu pencatatan kartu ibu/bayi
Proses :
1.
2.
3.
4.

Pada kunjungan rumah, sapalah ibu dan suami/keluarga dengan ramah.


Tanyakan apakah ada masalah dengan ibu atau bayinya.
Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan bayi.
Lakukan pemriksaan lengkap bagi ibu, dimulai dengan keadaan umum,
kemudian pemeriksaan dilakukan dari kepala sampai keujung kaki. Periksa
involusi uterus (pengecilan uterus sekitar 2 cm/hari selama 18 hari
pertama). Periksa lochea. Yannng pada hari ketiga seharusnya mulai
berkurang dan bewarna coklat, dan pada hari ke 8-10 menjadi seikit dan
bewarna merah muda, jika ada kelainan segera rujuk (jika dicurigai sepsis

42

puerpuralis gunakan standar 24. Untuk penangan perdarahan postpartum


skkunder gunakan standar 23)
5. Bila ibu menderita anemia semasa hamil atau mengalami perdarahan berat
selama proses persalinan, periksa hb pada hari kerja. Nasehati ibu supaya
makan makanan bergizi dan berikan tablet tambah darah.
6. Berikan penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya menjaga kesehatan
diri, memakai pembalut bersih, makanan bergizi istirahat yang cukup.
7. Cucilah tangan, lalu periksalah bayi. Periksalah tali pusat setiap kali
kunjungan (paling sedikt hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam)
tali pusat harus tetap kering. Ibu perlu diberitahu bahayanya membubuhkan
sesuatu pada tali pusat bayi, misalnya minyak atau bahan lain. Jika ada
kemerahan pada pusat, perdarahan atau tercium bau busuk, bayi segera
dirujuk.
8. Perhatikan kondisi umum bayi, tanyakan kepada ibu pemberian ASI,
misalnya bayi tidak mau menangis, berapa kali buang air kecil dan bentuk
fesesnya.
9. Perhatikan warna kulit bayi, apakah ada icterus atau tidak, ikterus pada hari
ketiga postpartum adalah ikterus fisiologis yang tidak memerlukan
pengobatan. Namun bila ikterus terjadi sesudah hari ketiga/kapan saja, dan
bayi malas untuk menetek dan tampak mengantuk, maka bayyi harus
segera dirujuk kerumah sakit.
10. Bicarakan pemberian ASI dengan ibu, dan bilamungkin diperhatikan
apakah bayi menetek denngan baik.
11. Nasehati ibu untuk hanya memberikan ASI kepda bayi selama 4 bulan, dan
bahaya pemberian makanan tambahan selain ASI pada bayi sebelum usia 4
bulan.
12. Bicarakan tentang KB dan kapan senggama daoat dimulai. Sebaiknya hal
ini didiskusikan dengan kehadiran suaminya.
13. Catat dengan tepat semua yang ditemmukan.
14. Jika ada hal-hal yang tidak normal, segeralah merujuk ibu dan/atau bayi ke
puskesmas/ruamh sakit.
INGAT !!!
Hasil
Penelitianbaik
Membuktian
Masa nifas merupakan
kesempatan
untuk memberikan penyuluhan
Memberikan
selain
atau ASI membahayakan
tentanng KB,makanan
tetapi hal
ini kolostrum
harus disampaikan
dengan hati-hati,bayi.
ramah dan
Ibu yang baru bersalin harus menggunakan pembalut yang bersih atau kain
peka terhadap adat setempat.
telah dijemur.
Menjemur
kain dibawah
sinaritumatahari
dapatdiri,
mengurangi
yang
Ibu dalam
masa nifas
mudah terinfeksi,
karena
kebersihan
makanan
bakteri.
bergizi dan istirahat cukup sangat pennting.
Menggunakan
atau rujukan
bahan-bahan
lain untuk
tali pusat
bayi adal
Kelainan yang minyak
memerlukan
harus mendapat
perhatian
secepatnya
berbahaya.
Kesehatan generasi berikut dimulai dengan perawatan yang baik bagi anak
perempuan sejak bayi.
43 gejala anemia.
Kelelahan pada masa nifas merupakan

2. STANDAR PENANGAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI DAN


NEONATAL
STANDAR : 16
PENANGANAN PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN

Hasil
Ibu yang mengalami oerdarahan
kapanpun masa kehamilan
segera mendapat pertolongan
yang cepat dan tepat.
Kematian ibu dan janin akibat
perdarahan dalam kehamilan
dan perdarahan antepartum
berkurang.
Meningkatnya
pemanfaatan
bidan untuk konsultasi pada
keadaan gawat darurat.

Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat
tanda gejala perdarahan pada
kehamilan,

serta

melakukan

pertolongan dan merujuknya.

Prasyarat
1. Bidan sudah tera,pil untuk :
Mengetahui penyebab, tanda-tanda dan penanganan perdarahan pada
awal atau akhir kehamilan.
Pertolongan pertama pada gawat darurat, termasuk emberian cairan IV.
Mengetahui tanda-tanda dan penangan syok, termasuk syok septic.
2. Tersedianya alat atau bahan, misalnya sabun, air bersih, handuk bersih
untuk mencuci tangan; peralatan infuse dan peralatan suntik yang seteril.
44

3. Tersedianya antibiotika seperti ampicillin dan metronidazol.


4. Penggunaan KMS ibu hamil/kartu ibi
Proses
Bidan harus :
1. Memeriksa dan merujuk ibu hamil perdarahan dari jalan lahir. (semua
perdarahan dari jalan lahir yang terjadi sebelum bayi lahir, yang bukan
show, adalah kelainan).
2. Berikan penyuluhan dan nasehat tentang bahaya perdarahan dari jalan lahir
sebelum bayi lahir kepada ibu dan suami/keluarganya pada setiap
kunjungan.
3. Nasehati ibu hamil, suaminya atau keluarganya untuk memanggil bidan
bila terjadi perdarahan atau nyeri hebat didaerah perut kapanpun dalam
kehamilan.
4. Lakukan penilaian keadaan umum ibu dan perkiraan usia kehamilannya.
5. JANGAN melakukan periksa dalam,( perdarahan pada trimester kedua atau
ketiga biasanya karena plasenta previa. Periksa dalam akan menambah
perdarahan).
6. Berikan cairan intravena NaCL atau ringer laktat, infuse diberikan dengan
tetesan cepat sesuai dengan kondisi ibu.
7. Bila terlohat gejala dan tanda syok pada ibu segera rujuk kerumah sakit.
Baringkan ibu dengan posisi menyamping dan ganjal tungkainya dengan
bantal.(jangan meniakan kaki tempat tidur karena akan menyebabkan
darah terkumpul di uterus).
Periksa tanda-tanda vital (pernafasan,suhu,nadi dan tekanan darah)
setuap 15 menit sampai tiba di rumah sakit.
Periksa seakurat mungkin jumlah kehilangan darah (seringkali perkiraan
jumlah kehilangan darah adalah dengan menimbulkan semua bahan
yang terkena darah).
8. Buat catatan lengkap (keterangan mengenai perdarahan tipe, jumlah dan
kapan terjadinya : hal ini penting untuk diagnosa banding dan pemberian
cairan.
9. Dampingi ibu hamil yang dirujuk kerumah sakit dan mintalah keluarga
yang akan menyumbangkan darahnya serta ikut serta.
10. Mengikuti langkah-lagkah untuk merujuk
45

INGAT !!!

Jangan melakukan periksa dalam pada perdarahan sebelum


kelahiran / ada kehamilan.

Rujuk segera, jangan sampai terlambat. Perdarahan akan semakin


banyak atau mungkin terjadi perdarahan kedalam uterus tiak tampak.

Jika syok, maka baringkan ibu pada sisi kiri tubuhnya dan ganjal
kakinya dengan bantal.

Jika terlihat adanya gejala dan tanda syok berat, berikan cairan secara
intravena.

Bila terjadi perdarahan pada kehamilan muda,dan cairan yang akan


keluar dari vagina berbau dan suhu tubuh ibu meningkat,segera
berikan antibiotika.

STANDAR: 17
PENANGAN KEGAWATAN PADA EKLAMSIA

Tujuan

Hasil

Mengetahui dan melakukan tindakan yang cepat dan tepat pada eklamsia
Penurunan kejadian eklamsi.
mengancam.
Ibu hamil yang mengalami
Pernyataan standar
preeklamsi
berat/eklamsia
Bidan mengenali secara tepat
mengancam
segera
tanda dan gejala eklamsi
mendapatkan
penanganan
46
mengancam, serta merujuk
yang cepat dan tepat.
dan
atau
memberikan
Menurunnya kesakitan dan
pertolongan pertama.
kematian akibat eklamsia.

Prasyarat :
1. Bisa mampu :
Mengenal tanda dan gejala preeklamsia dan eklamsia mengancam.
Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada preeklamsia
berat
dan eklamsia.
2. Terjadinya tensimeter dan alat pemberian cairan intravena yang berfungsi.
3. Adanya obat-obatan yang dibutuhkan, misalnya magnesium sulfat.
4. Adanya sarana pencatatan : KMS ibu hamil / kartu ibu.
Proses :
Bidan harus
1. Selalu waspada terhadap gejala dan eklampsia mengancam yaitu
edema,nyeri kepala hebat,mengantuk,gangguan penglihatan,nyeri ulu hati
mual dan muntah.
2. Catat tekanan darah ibu, segera periksa adanya gejala dan tanda
preeklamsia atau eklamsia mengancam. Gejala dan tanda eklamsia
mengancam (yaitu peningkatan tekanan darah tiba-tiba, tekanan yang
sangat tinggi, penurunan jumlah air seni dengan warna yang menjadi gelap,
edema berat atau edema mendadak pada wajah atau panggul belakang, atau
proteinuria)

memerlukan

penanganan

yang

cepat

karena

besar

kemungkuinan terjadi eklamsia.kecepatan bertindak sangat penting


3. Cari pertolongan segera untuk mengatur rujukan ibu kerumah sakit.
Jelaskan dengan tenang dan secepatnta kepada ibu jika sadar, dan/atau
keluarganya tentang apa yang terjadi.
4. Baringkan ibu pada posisi miring ke kiri.
5. Berikan cairan intravena dengan tetesab lambat dan catat semua cairan
yang masuk dengan keluar.

47

6. Jika terjadi kejang, letakkan ibu dilantai dan jauhkan daru benda yang
melukainya ( jangan mencoba mengikatnya). Jika ada kesempatan,
letakkan benda yang di bungkus dengan kain lembuat antara gigi jangan
memaksa membuka mulut ibu ketika terjadi kejang.
7. Jika terjadi kejang berika MgSO4 esuai dengan pedoman (misalnya
MgSO4 20% dosisi tunggal 2dt IV dalam 5menit kemudian 4gr IM pada
tiap bokong,di ikuti 4gr setiap 4 jam). Perlu hati-hati terhadap gejala
kelebihan dosis, yaitu : pernafasan < 14 x/m, urine <25cc/ jam atau tidak
ada reflek lutut. Jika timbul tanda-tanda ini, berikan 1gr kalsium gluconat
10% IV secara perlahan-lahan, atau IM dibokong.
8. Bila ibu mengalami koma, pastikan posisi ibu di baringkan miring kr kiri,
dengan kepala ditengahdakan agar jalan nafas tetap terbuka.
9. Catat semua obat yang di beriakan, keadaan ibu, termasuk tekanan
darahnya setiap 10 menit.
10. Bawa ibu segera kerumah sakit setelah serangan kejang berhenti, dampini
ibu dalam perjalanan dan berikan obat-obatan lagi jika perlu.( jika terjadi
kejang lagi, berikan 2gr MgSO4 IV secara perlahan selama 5 menit, tetapi
berhati-hati terhadap bahaya keracuanan).

FASE KEJANG PADA EKLAMSIA


AWAL

Berlangsung 10 samapai 20 detik bola mata


berputar, muka dan otot tangan kejang-kejang,
penurunan kesadaran.

TONIK

Berlangsung 10 sampai 20 detik, otot- otot kau,


spase diafragma, pernafasan berhenti, mukosa,a nggota
badan dan bibir bitun punggung melenting , gigi
terkatup, dan mata meninjol.

KLONIK

Berlangsung 1 sampai 2 menit, otot-otot


berkontraksi, air liur bebusa, Ppernafasan sulit, daoat
menelan ludah, muka tamak sembab, lidah bisa
tergigit.

KOMA

Berlangsung beberaa menit samai berjam-jam


tergantung individu, nafas ngorok dan cepat, muka
bengkak, tidak sianotik. Selanjutnya dapat terjadi
kejang., karena itu perlu perawatan hati-hati dan
pemberian obat penenang.

48

STANDAR: 18
PENANGAN KEGAWATAN PADA PARTUS MACET

Tujuan :
Mengetahui dengan segera dan mengenai dengan tepat kegawat daruratan
pada partus lama/macet.
Pernyataan standar

Bidan mengenali secara tepat


tabda dan gejala partus
lama/macet serta melakukan
penanganan yang memadai
dan
tepat
waktu
dan
merujuknya.

Hasil
Mengenali secara dini gejala
dan tanda partus lama serta
tindakan yang tepat.
Enurunan kematian/ kesakitan
ibu/ bayi akibat partus lama.
Ibu
mendapat
pertolongan
kegawatdaruratan obstetric yang
tepat dan cepat.

Prasyarat :
1. Bidan mampu :
Menggunakan partograf dan catatan persalinan
Periksa dalam secara baik
Faktor-faktor penyebab persalian lama:
- His tidak efisien / adekuat
- Factor janin : -makrosomia,anecefalus,hidrocefalus.
- Malpresentasi /posisi.
2. Adanya alat/ bahan yang diperlukan untuk persalinan, misalnya sabun, air
bersih dan handuk bersih untuk mencuci tangan. Sedapat mungkin gunakan
sarung tangan (yang bersih dan steril).
3. Adanya antibiotika,cairan infuse, dan peralatan untuk pemberian cairan
intravena, kateter karet steril, gunting steril untuk episiotomi yang
berfungsi baik.
4. Adanya partograf dan catatab persalinan/ kartu ibu.
Proses :
49

1. Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu dan janin, his dan
kemajuan persalinan pada partograf dan catatan persalinan.
2. Jika terapat penyimpangan dalam kemajuan persalianan (misalnya garis
waspada pada pada partograf tercapai, his terlalu kuat/cepat/lemah sekali,
nadi melemah dan cepat atau djj semakin cepat atau tidak terlalu/ lambat),
maka lkukan palpasi pada uterus dengan teliti untuk mendeteksi gejalagejala dan tanda lingkaran retraksi patologis atau lingkaran bandl.
3. Mintalah ibu buang air kecil apabila kandung kencingnya penuh. Pakailah
kateter apabila ibu tidak bisa kencing. (hati-hati bila memasang kateter,
sebab uretra mudah terluka pada partus lama/macet).
4. Cuci tangan atau sabun dan air bersih serta keringkand engan handuk
bersih. Lakukan pemeriksaan dalam, menggunakan sarung tangan, ingat
selalu tindakan anti septic. Periksa dengan teliti vagina dan kondisinya
periksa juga letak janin, pembukaan serviks serta apakah sekviks tiis,
sedang atau menglami edema. Coba untuk menentukan ppsoso derjat
penurunan kepala. Jika ada kelainan atau bila pembukaan serviks
tetap/lambat ( seharusnya sekitar 1cm/jam), maka rencanakan rujukan.
5. Jika ada tanda dan gejala persalinan macet (garis lingkaran retraksi
patologis/lingkaran bandi) atau tanda bahaya pada bayi atau ibu, maka ibu
dibaringkan miring dan berikan cairan secara IV sesuai dengan pedoman
(biasanya digunakan kombinasi glukosa 5% dan NaCL rujuk segera
kerumah sakit. Damping ibu untuk menjaga agar keadaan ibu tetap baik.
Jelaskan pada ibu suami/ keluarganya apa yang terjadi dan mengapa ibu
perlu di bawa kerumah sakit.
6. Jika di curigai adanya rupture uteri (his tiba-tiba berhenti atau syok berat),
maka rujuk segera dengan infuse terpasang).
7. Bila kondisi ibu dan bayi buruk dan pembukaan serviks sudah / hamper
lengkap, maka bantu kelahiran bayi dengan ekstrasi vakum.
8. Bila keterlambatan terjadi kepala sudah lagir (distosia bahu),raba perut ibu
dan periksa apakah bahu sudah berada dibawah pintu atas panggul,jika
belum makan tekan perut ibu dengan satu tangan lihatlah apakah bayu bayi
masuk ke pelvis sebab tidakan itu berbahaya.jika tindakan itu menolong,
maka buat episiotomy dan baringkan miring ke kiri, sebelum membantu
pemutaran bahu posisi yang benar, yaitu kearah anterior-posterior.jangan
mencoba manarik bahu keluar sebelum bahu bayi dalam posisi yang
benar.bila bahu tidak mau lahir juga masukkan jari kedalam vagina
dibagian anterior bahu ,lalu balikan bahu ( bahu anterior ditempatkan ke

50

posterior) lalu bahu anterior yang baru dilahirkan lebih dahulu dengan
menariknya kearah anus.
9. Buat pencatatan yang benar.
10. Bila terdapat tanda-tanda kelelahan ibu berikan tambahan infuse dextrose
5%.
Gejala dan tanda persalinan macet
1.
2.
3.
4.

Ibu tamapak kelelahan dan lemah


Kontraksi sering tidak teratur tetapi kuat.
Dilaktasi serviks lambat atau tidak terjadi.
Lingkaran retraksi patologis timbul, nyeri bawah lingkaran bandi
merupakan tanda akan terjadi rupture uterus.

INGAT !!!
Prinsip merawat partus lama/macet :
Memberikan rehedrasi pada ibu
Berikan antibiotic
Rujuk segera
Bayi harus dilahirkan
Selalu bertindak aseptic
Perhatikan perawatan kandung kemih.
Perwatan nifas yang bermutu.

STANDAR 19 :
PERSALINAN DENGAN FORSEP RENDAH
51

Tujuan :
Membantu ibu untuk mempercepat persalinan pada kala II lama dengan
menggunakan forsep.
Hasil
Pernyataan standar
Bidan

mengenali

kapan

diperlukan ekstrasi forsep rendah


menggunakan secara benar dan
menolong

persalinan

secara

aman bagi ibu dan bayinya.

- penurunan mortalitas dan


morbiditas ibu/bayi akibat
kala II yang lama.
- ibu
mendapatkan
penanganan
kegawat
daruratan kebidanan yang
cepat.
- penggunaan forsep yang
aman.

Persyaratan :
1. Bidan terampil menolong kelahiran bayi dengan menggunakan forsep letak
rendah.
2. Tersedianya alat/bahan yang diperlukan, yaitu sabun, air bersih dan handuk
bersih, sarung tangan yang bersih.
3. Tersedianya peralatan forsep yang steril dan yang berfungsi.
4. Penggunaan partograf/catatan persalinan.
Proses:
Bidan harus:
1. Pastikan bahwa memang perlu dilakukan forsep letak rendah (perlu ada
indikasi yang jelas untuk pemakaian forsep. Pelaksanaan tindakan ini harus
teramil melakukannya. Lihat kotak dibawah ini).

Syarat untuk forsep rendah:


1. Paling sedikit 4/5 kepala bayi masuk kedalam panggul.
2. Pembukaan serviks lengkap.
3. Ketuban harus sudah pecah dan satura sagitalis harus dalam posisi
anterior-posterior.
Forsep rendah bermanfaat:
- Bila ada gejala dan tanda gawat janin pada pembukaan serviks
lengkap.
- Bila ada gawat ibu dan pertolongan medis tidak ada
- Bila kala II lama dan kepala bayi sudah dibawah spina ishiadika.
- Bila ada alasan medis untuk memperpendek kala II, yaitu adanya
penyakit jantung atau kesulitan pernafasan pada ibu.
Pelaksana haruslah terampil, kompeten
dan terlatih dalam menggunakan
52
forsep.

2. Siapkan peralatan forsep yang sudah disterilkan.


3. Mintalah ibu untuk buang air kecil jika kandung kemihnya penuh. Jika
tidak lakukan kateterisasi dengan teknik antiseptic.
4. Baringkan ibu pada posisi latotomi, bersihkan daerah genetalia dengan air
bersih.
5. Cuci tangan dengan sabun, air bersih, dan keringkan dengan handuk bersih.
6. Periksa semua peralatan apakah berfungsi, terutama kedua bagian forsep
dapat terkunci dengan baik.
7. Dengan teknik antiseptic, lakukan periksa dalam untuk kemudian
masukkan forsep kiri mengikuti tangan kiti yang melindungi dinding
vagina, sampai forsep berada disamping kepala bayi.
8. Masukkan forsep kanan mengikuti tangan kanan yang melindungi dinding
vagina.
9. Kunci kedua bagian forsep, tanpa paksaan.
10. Lakukan episiotomi jika perlu.
11. Jika forsep sudah terkunci, tinggu his berikutnya lalu selama his
berlangsung lakukan traksi kearah bawah sampai kepala tampak luar.
Lakukan traksi kearah atas dengan mantap, dan minta ibu untuk membantu
dengan meneran bila ada his.
12. Lepaskan forsep bila kepala sudah lahir.
13. Selama melakukan tindakan, bidan hendaknya menerangkan kepada ibu
apa yang dilakukan dengan cara yang baik dan bersahaba. Bantu ibu agar
tetap tenang dan minta ibu bernafas seperti biasa.
14. Lanjutkan untuk melahirkan bayi seperti biasa, ketika kepala sudah lahir
dan forsep sudah dilepas.
15. Segera setelah bayi lahir, periksa dinding vagina dengan teliti apakah ada
tanda/gejala perlukaan atau robekan.
16. Bila ada robekan, jahit dengan alat-alat steril.
17. Periksa bayi dengan teliti apakah ada perlukaan atau trauma akibat forsep.
53

18. Periksa ibu apakah sudah bisa buang air kecilsecara normal setelah
persalinan dan periksa apakah tidak terjadi kerusakan uretra/ leher kndung
kemih.
19. Jika ada retensi urin atau tanda dan gejala terjadinya fistula, maka
masukkan kateter lunak dan kirim segera ibu kerumah sakit.
20. Amati adanya hematoma yang timbul setelah persalinan.
21. Buat catatan lengkap.
STANDAR : 20
PERSALINAN DENGAN MENGGUNAKAN VAKUM
EKSTRAKTOR

Tujuan :
Untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu menggunakan vakum
ekstraktor.
Hasil

Pernyataan standar

Penurunan
kesakitan/
kematian ibu/bayi
akibat
persalianan lama.
Ibu mendapatkan penanganan
darurat obstetric yang cepat
dan tepat.
Ekstraksi
vakum
dapat
dilakukan dengan aman.

Bidan mengenali kapan di


perlukan ekstraksi vakum,
melakukan secara benar dalam
memberikan
pertolangan
persalinan dengan memastikan
keamanannya bagi ibu dan
janin / bayinya.

Prasyarat :
1. Bidan terlatih dalam pertolongan persalinan dengan menggunakan
ekstraksi vakum.
2. Tersedianya alat/bahan yang diperlukan, seperti sabun,air bersih, dan
handuk bersih; vakum ekstraktor ,termasuk mangkuknya yang berfungsi
dengan baik.
3. Adanya sarana pencatatan, yaitu partograf dan catat persalinan/ kartu ibu.
Proses :
Semua pelaksaan pelayanan termpil dalam melakukan prosedur ini bidan
harus :
1. Pastikan bahwa ekstraksi vakum memang perlu dilakukan (perlu ada
indikasi yang jelas untuk pemakaian vakum ekstraktor.penelitian

54

menunjukkan bahwa resiko ekstraksi vakum lebih kecil dari pada


penggunaan forsep bila tepat penggunaanya. Lihat kotak dibawah ini).

2. Siapkan semua peralatan dan hubungan satu dengan yang laijn. Pastikan
bahwa tabung vakum terhubung dengan baik dan katup pengaman
berfungsi dengan baik (sebaiknya mangkuk penyedot diletakkan ditangan
operator dan mulai menghisap).
3. Cuci tangan dengan sabun, air bersih, dan keringkan dengan handuk bersih.
4. Baringkan ibu pada posisi litotomi. (jika dirumah, baringkan ibu terlentang
dengan posisi melintang tempat tidur, bokong ibu pada tepi tempat tidur
dan kaki diletakkan di atas dua bangku penyangga. Tungkai dan lutut
dalam posisi fleksi penuh). Bersihkan daerah genital dengan air bersih.
5. Mintalah ibu untuk BAK jika kandung kencingnya penuh. Jika tidak bisa
dilakukan dengan katerisasi dengan tehnik aseptic (harus dengan hati-hati
memasang kateter karena uretra mudah terluka pada partus lama /macet.
Gunakan kateter lunak).
6. Dengan teknik aseptic, lakukan periksa dalam dengan hati-hati untuk
mengukur pembukaan serviks dan menilai apakah ketuban sudah pecah.
Ketuban harus dipecahkan bila belum pecah, sebelum mangkuk penghisap
dipasangkan.
7. Jika pembukaan srviks lebih dari 7cm, letakkan mangkuk yang tepat
ukuranya pada puncak kepala bayi ( hati-hati meletakkan mangkuk agar
jangan pada fotase/sutura) periksa agar mangkuk tidak menjepit serviks /
dinding vagina.
8. Mulailah menghisap sesuai dengan petunjuk penggunaan alat. Caranya bisa
berbeda-beda tergantung jenis vakum ekstarktor (penghisap tangan / listrik,
mangkok logam/plastic) naikkan tekanan dengan perlahan, lalu pastikan
mangkuk sudah mantap dikepala bayi sebelum menarik. (hal ini di lakukan
dengan menaikkan tekanan sekitar 100mmHg dan kemudian dilakukan
sedikit tarikan untuk memastikan bahwa keadaan hampa tercipta.
9. Periksa kembali apakah dinding vagina dan serviks bebas dari mangkuk
penghisap.

55

10. Pada his berikut, naikkan hisapan lebih lanjut (sesuai intruksi pabrik
pembuat alat).jangan pernah melebihi tekanan maksimum 600mmHg.
11. Lakukan tarikan pelan tapi mantap.jaga tarikan pada sudur 90 derajat dari
mangkuk penghisap (jika tarikan bukan pada arah yang benar, maka
mangkuk dapat bergeser dan mengakibatnkan hilangnya kemampuan). Bila
tarikan mangkuk lepas atau bayi belum lahir 15 menit atau 3 kali tarikan
tidak berhasil,segera rujuk.
12. Mintalah ibu untuk meneran bila ada his, seperti persalinan normal (jaga
pegangan tangkal penarik tetap lurus,pertahankan tarikan).
13. Bila his berhenti, harus menghentikan tarikan (beberapa pabrik
pembuatnya menganjurkan agar menurunkan tekanan pelan-pelan sampai
100 mmHg diantar dua his,ikuti petunjuk tersebut ). Tunggu sampai ada his
lagi dan lakukan lagi penarikan dengan cara seperti diatas.
14. Jelaskan dengan hati-hati dan ramah kepada ibu apa yang dilakukan;
usahakan agar ia tenang dan bernafas dengan normal. Ia membantu dengan
meneran bila ada his.
15. Bila kepala sudah turun di perineum (kepala menonjol di vulva), lakukan
tarikan kearah horizontal lalu keatas (jaga tarikan pada sudut 90 derajat
dari mangkok penghisap).
16. Lakukan episiotomy bila dasar panggul sudah sangat teregang. Jika perlu,
episiotomi hanya dilakukan apabila kepala sudah meregangkan perineum.
17. Bila kepala sudah lahir, pelan-pelan turunkan tekanan vakum ekstraktor,
lalu lanjutkan dengan pertolongan persalianan seperti biasa.
18. Setelah bayi lahir, periksa dengan teliti dinding vagina terhadap
robekan/perlukaan. Gunakan cahaya lampu yang terang.
19. Jika perlu, jahit robekan dengan menggunakan peralatan dan sarung tangan
steril (robekan keci/laserasi tidak perlu dijahit kecuali bila menimbulkan
perdarahan).
20. Periksa bayi dengan teliti terhadap luka/trauma akibat mangkuk penghisap,
jelaskan pada ibu dan suami/keluarganya bahwa pembengkakan pada
kepala bayi yang ditimbulkan oleh mangkuk adalah normal dan akan
menghilam dalam waktu 12 s/d 24 jam.
21. Perhatikan apakah ibu dapat BAK dengan normal sesudah melahirkan dan
apakah tidak ada kerusakan pada uretra/ leher kandung kencing.
22. Jika terjadi retensi urin atau ada tanda dan gejala terjadinya fistula, maka
pasang kateter lunak dan segera rujuk ibu kerumah sakit.
Indikasi penggunaan
vakum ekstraktor
23. Amati kemungkinan
terjadunya hematoma
sesudah persalinan.
24. Buat pencatatan yang akurat.
a. Bila ada gejala/tanda gawat janin dan pembukaan serviks
lengkap,kepala sudah didasar panggung.
b. Bila tidak mungkin merujuk dan adanya gejala/ persalinan lama,
sementara kepala bayi sudah 4/5 didalam panggul.
c. Bila ada gawat ibu dan tidak mungkin di rujuk.
56
d. Bila kala II lama dan janin baru meninggal (tidak mungkin bila janin
sudah mengalami maserasi)
Operator haruslah terampil,kompeten dan terlatih dalam prosedur ini.

STANDAR 21
PENANGAN RETENSIO PLASENTA
Tujuan
Mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta
total / parsial.
Pernyataan standar

Hasil
Penurunan kejadian
perdarahan hebat akibat
retensio plasenta.
Ibu dengan retensio plasenta
mendapatkan penanganan
yang cepat dan tepat.
Penyelamat ibu dengan
retensio plasenta meningkat

Bidan mampu mengenali


retensio plasenta, dan
memberikan pertolongan
pertama, termasuk plasenta
manual dan penanganan
perdarahan, sesuai dengan
kebutuhan.
Prasyarat
Bidan telah terlatih dalam :

1. Fisiologi manajemen aktif kala III, termasuk penegangan tali pusat


terkendali.
2. Pengendalian dan penangan perdarahan, termasuk pemberian oksitosika,
cairan IV, plasenta manual.

57

3. Tersedianya alat/nahan penting seperti sabun , air bersih, handuk bersih ;


cairan IV dan infuse set dan sarung tanganpanjang yang steril , anti septic,
antibiotic, oksitosik.
4. Adanya partograf dan catatatan persalinan / kartu ibu.
Proses
1. Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta (perdarahan yang terjadi
sebelum plasenta lahir lengkap, sedangkan uterus tidak berkontraksi,
biasanya merupakan tanda / gejala retensio plasenta.perdarahan sesudah
plasenta lahir,sedangkan uterus terasa lembek, juga mungkin disebabkan
oleh adanya bagian plasenta/ selaputnya yang tertinggal didalam uterus.
2. Bila plasenta tidak lahir dan kontraksi uterus kurang baik, atau bila terjadi
perdarahan sementara plasenta belum lahir,maka berikan oksitosin 10 IU
IM. Pastikan kandung kencing kosong dan tunggu terjadiya kontraksi.
Lalu cobalah melahirkan plasenta dengan menggunakan penegangan tali
pusat terkendali (lihat standar 11)
3. Jika dengan tindakan tersebut plasenta belum lahir dan tidak ada
perdarahan , sementara tempat rujukan tidak terlalu jauh, bawalah ibu
ketempat rujkan tersebut.
4. Bila terjadi perdaraha dan kontraksi sudah baikmaka plasenta harus segera
dilahirkan secara manual. Bila tidak berhasil lakukan rujukan segera dengn
infuse terpasang.
5. Berikan cairan IV : NaCL atau RL secara guyur untuk mengganti cairan
yang hilang dan pertahankan nadi dan tekanan darah.
6. Siapkan peralatan untuk melakukan teknik manual yang harus dilakukan
aseptic.
7. Baringkan ibu terlentang dengan lutut di tekuk dan kedua kaki ditempat
tidur.
8. Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada berikan diazepam
10mg.
9. Cuci tangan dengan sabun, air bersih, dan handuk bersih (untuk melindungi
ibu dan bidan terhadap infeksi).
10. Masukkan tangan kanan dengan hati-hati. Jaga agar jari-jari tangan tetap
merapat dan melengkung, mengikuti tali pusat sampai mencapai plasenta.
(pegang tali pusat dengan tangan kiri untuk membantu).
11. Ketika kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri diatas fundus
agar uterus tidak naik.dengan tangan kanan yang berada didalam uterus
carilah tepi plasenta yang terlepas, telapak tangan kanan menghadap keatas

58

lalu lakukan gerakan mengikis kesamping untuk melepaskan plasenta dari


dinding uterus.
12. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap, keluarkan plasenta dengan
hati-hati dan perlahan (jangan hanya memegang sebagian plasenta dan
menariknya keluar).
13. Bila plasenta sudah lahir, segera lakukan masase uterus. Bila ada kontraksi,
lakukan masase uterus agar terjadi kontraksi dan pengeluaran bekuan darah
secara bersamaan.
14. Periksa plasenta dan selaputnya. Jika tak lengkap, periksa kavum uteri dan
keluarkan potongan plasenta yang tertinggal dengan cara seperti diatas.
15. Periksa robekan teehdap vagina. Jahit robekan, bila perlu (penelitian
menunjukan bahwa hanya robekan yang menimbulkan perdaraha yang
perlu dijahit).
16. Bersihkan ibu agar merasa nyaman.
17. Jika ragu plasenta sudah keluat semua atau jika perdarahan terkendali maka
rujuk ibu ker rumah sakit dengan segera (lihat standar 22).
18. Buat pencatatan yang akurat.
INGAT !!!
Sesudah persalianan dengan tindakan plasenta manual, ibu memerlukan
antibiotika berspektrum luas ampisilin 1gr; kemudian di ikuti 500mg peroral
setiap 6jam, dan metronidazol 500mg peroral setiap 8 jam selama 5 hari.

STANDAR 22 :
PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER

Tujuan
Mengenali dan mengambil tindakan yang tepat pada perdarahan postpartum
primer.
Pernyataan standar

Hasil
Penurunan kematian akibat
perdarahan
postpartum
primer.
Meningkatnya pemanfaatan
pelayanan bidan.
Rujukan secara dini kasus
perdarahan
postpartum
primer ke rumah sakit.

Bidan mampu mengenali


perdarahan yang berlebihan
dalam 24 jam pertama setelah
persalinan ( perdarahan post
partum primer) dan segera
melakukan
pertolongan
pertama untuk mengendalikan
perdarahan.
59

Prasyarat :
1. Bidan harus dalam menangani perdarahan postpartum, termasuk pemberian
obat oksitosin dan cairan IV, kompresi uterus bimanual dan kompresi aorta.
2. Tersedianya alat atau bahari yang diperlukan, misalnya speculum, klem
arteri benang jahir steril infuse set, cairan IV, dalam keadaan siap pakai.
3. Adanya obat oksitosika dalam tempat penyimpananya.
4. Adanya sarana pencatatan : kartu ibu.
Proses :
Bidan harus :
1. Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum primer. Perdarahan dari
vagina sesudah bayi lahir yang lebih dari 500ml, atau perdarahan
seberapapun dengan gejala dan tanda-tanda syok, dianggap sebagai
perdarahan postpartum. Keadaan ini perlu segera rujuk kerumah sakit.
2. Bila plasenta telah lahir tetapi perdarahan masih berlangsung, lakukan
palpasi fundus. Jika uterus tidak berkontraksi denganbaik lakukan masase
pada

uterus

agar

terjadi

kontraksi

dan

pengeluaran

gumpalan

darah.pastikan bahwa kandung kemih kosong atau mintalah ibu berkemih


bila kandug kemihnya

penuh.jika sulit pasang kateter (hati-hati

pemasangan kateter karena kandung kemih rapuh dan mudah berdarah).


Bila didampingi oleh tenaga kesehatan lain, lakukan pemberian metal
ergometrin 0,2 mg IM dilanjutkan dengan pemasangan infuse ringer laktat
yang sudah ditambahi oksitosin 10 IU,tetesan cepat atau guyur. Bila bidan
bekerja sendiri atau didampingi tenaga kesehatan lain, evaluasi kontraksi
uterus selama 5 menit setelah dilakukan kompresi bimanual. Bila uterus
belum berkontraksi ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual
eksternal sambil bidan memberikan injeksi 0,2 mg metal ergometrin IM
yang dilanjutkan dengan pemasangan infuse ringer laktat yang sudah
ditambahkan dengan 10 IU oksitosin tetesan cepat. Bila uterus tetap tidak
berkontraksi lakukan kompresi bimanual.
3. Jika uterus berkontraksi baik, perdarahan mungkin berasal dari plasenta
atau selaput ketuban yang tidak lahir secara lengkap. Periksa lagi plasenta
dengan selaputnya. Jika tidak lengkap lakukan plasenta manual seperti
Standar 21. Bila plasenta dan selaput ketuban lengkap, perdarahan
mungkin berasal dari srviks, vagina, atau perineum. Baringkan ibu dengan
posisi litotomi jika mungkin, pakai lampu yang terang, cari sumber
60

perdarahannya, lalu jepit dengan klem arteri dan upayakan untuk menjahit
robekan tersebut.
4. Monitor nadi, respirasi dan tensi secara teratur, pasang infuse sesuai
ketentuan.
5. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah penatalaksanaan diatas, lakukan
rujukan segera.
6. Jika terdapat gejala dan tanda-tanda syok, berikan infuse cairan sesuai
dengan ketentuan, bila perlu pasang infuse dilengan yang lain.

Gejala dan tanda syok berat

Bingung,berkeringat,pucat dan dingin


Nadi lemah dan cepat, nafas cepat dan dangkal.
Tensi sangan rendah : sistolik < 90 mmHg
Urine <30cc / jam

7. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada,
maka kemungkinan terjadi rupture uteri. (syok cepat terjadi tak sebanding
dengan darah yang Nampak keluar,abdomen teraba keras dan fundus mulai
naik) hal ini juga memerlukan rujukan segera ke rumah sakit.

Kompresi bimanual uterus (dari LUAR)


1. Letakkan tangan kiri diatas fundus dan tekan kebawah sejauh mungkin
dibelakang uterus.
2. Tangan kanan di kepalkan dan di tekan ke bawah di antara simpisis dan
pusat.
3. Lakukan cara di atas, kemudian tekan uterus dengan kedua tangan dengan
cara bersama-sama.
Prinsipnya adalah menekan uterus dengan cara manual agar terjadi
hemostatis.
Gambar kompresi biannual uterus ( dari LUAR)

61

Kompresi bimanual uterus (dari DALAM)


1. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, lalu keringkan dengan handuk
bersih. Gunakan sarung tangan panjang yang steril.
2. Letakkan tangan kiri seperti diatas (menekan fundus uteri dari luar)
3. Maskkan tangan kanan dengan hati-hati ke dalam vagina dan buat kepalan
tinju.
4. Kedua tangan di dekatkan dan secara bersama-sama menekan uterus.
5. Lakukan tindakan ini sampai diperoleh pertolonagan lebih lanjut, bila
diperlukan.
Prinsipnya adalah menekan uterus dengan cara manual agar terjadi
hemostatis.

8. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah kompresi aorta.
Cara ini dilakukan pada keadaan darurat, sementara penyebab perdarahan
sedang dicari.
9. Perkirakan jumlah perdarahan yang keluar dan cek dengan teratur denyut
nadi, respirasi dan tekanan darah.
10. Buat catatan yang akurat.
11. Jika syok tidak dapat diperbaiki, maka segera rujuk. Keterlambatan akan
berbahaya.
12. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus observasi ketat untuk
gejala dan tanda infeksi. Berikan antibiotika (gunakan antibiotika
berspektrum luas, misalnya Ampisilin 1 gr per oral, diikuti 500 mg per oral
setiap 6 jam ditambah Metronidazol 500 mg per oral setiap 8 jam selama 5
hari.
Komprensi Manual pada aorta
Komprensi manual pada aorta hanya dilakukan pada perdarahan hebat dan
komprensi luar serta dalam tidak efektif.
1. Komprensi aorta hanya boleh dilakukan pada keadaan darurat sementara
penyebab perdarahan sedang dicari.
62

2. Kedua tangan digunakan : tangan yang satu diletakkan dilipat paha untuk
meraba palpasi arteri femoralis ; sementara tangan yang satu membentuk
tinju diletakkan di atas umbilicus dan menekan pelam-pelan ke bawah, kea
rah anterior dari kulumna vebrikalis.
3. Bila palpasi arteri femoralis menghilang, maka komprensi pada aorta cukup
dan perdarahan akan berhenti.

1.
2.
3.
4.
5.

INGAT!!!
Semua ibu beresiko terkena infeksi dan ibu yang telah melahirkan bayi
dalam keadaan mati mempunyai resiko yang lebih tinggi.
Kebersihan dan cuci tangan sangatlah penting, baik untuk mencegah
maupun penanganan sepsis.
Infeksi bisa menyebabkan perdarahan postpartum sekunder.
Keadaan ibu akan memburuk jika antibiotika tidak diberi secara dini
dan memadai.
Ibu dengan sepsis peurperalis perlu didukung moril, karena keadaan
umumnya dapat menyebabkannya menjadi sangat letih dan depresi.

STANDAR 23
PENANGANAN PERDARAHAN
POSTPARTUM SEKUNDER
63

Tujuan :
Mengenal gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder serta
melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.
Hasil

Pernyataan standar

Mortalitas dan morbiditas


akibat perdarahan postpartum
sekunder menurun
Ibu yang mempunyai resiko
mengalami perdarahan
postpartum sekunder
ditemukan dini dan segera
ditangani secara memadai

Bidan mampu mengenali


dengan tepat dan dini tanda
serta gejala perdarahan
postpartum sekunder dan
melakukan pertolongan
pertama untuk penyelamatan
jiwa ibu dan/ merujuknya

Prasyarat :
1. Bidan terlatih dalam memberikan perawatan nifas, termasuk pengenalan
dan penanganan bila terjadi postpartum sekunder.
2. Tersedia alat/bahan yang diperlukan seperti sabun, air bersih, handuk
bersih, alat suntik steril, cairan IV dan antibiotika; semuanya dalam
keadaan baik dan siap digunakan.
3. Obat oksitosin dan tempat penyimpanan yang memadai.
4. Adanya pencatatan pelayanan nifas atau kartu ibu.
Proses
Bidan harus:
1. Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum sekunder perdarahan dari
vagina atau lokhia berlebihan pada 24 jam sampai dengan 42 hari sesudah
persalinan dianggap sebagai perdarahan postpartum sekunder dan
memerlukan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat.
2. Pantau dengan hati-hati Ibu yang beresiko mengalami perdarahan
postpartum sekunder paling sedikit selama 10 hari pertama terhadap tandatanda awalnya. Ibu beresiko adalah ibu yang mengalami :
Pengeluaran plasenta dan selaputnya tidak lengkap
Persalinan lama.
Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakan alat.
Terbukanya luka bekas bedah sesar
64

Terbukannya luka bekas episiotomy


3. Berikan antibiotika, misalnya Ampisilin 1 gr per oral dan Metronidazol 1 gr
per oral dilanjutkan dengan Ampisilin 500 gr dan Metronidazol 500 mg per
oral setiap 6 jam.
4. Bila kondisi ibu memburuk pasang infuse dan segera rujuk (cairan IV
diguyur supaya nadi bertambah kuat, lalu tetesan dipelankan dan
dipertahankan terus sampai ibu tiba di rumah sakit).
Gejala dan Tanda Syok Berat
Kesadaran menurun, berkeringat, pucat, dan dingin.
Nadi lemah dan cepat, nafas cepat dan dangkal.
Tensi sangat rendah : sistol kurang dari 90 mmHg.
Urine kurang dari 30 cc/jam.
5. Jelaskan dengan hati-hati kepada ibu dan keluarganya tentang apa yang
terjadi.
6. Rujuk ibu bersama bayinya (jika mungkin) dan anggota keluarganya yang
dapat menjadi donor darah jika diperlukan ke rumah sakit. BAKSO.
7. Observasi dan catat tanda-tanda vital secara teratur, cepat dengan teliti
riwayat perdarahan : kapan mulainya dan beberapa banyak darah yang
sudah keluar. ( hal ini akan menolong dalam mendiagnosa secara cepat dan
memutuskan tindakan yang tepat.
8. Berikan suplemen zat besi selama 90 hari kepada ibu yang mengalami
perdarahan postpartum sekunder ini.
9. Buat catatan yang akurat.
INGAT !!!
Bila terjadi syok, gantikan semua cairan yang hilang
Pertolongan persalinan yang berkualitas dapat mencegah terjadinya
perdarahan postpartum sekunder.
Pengeluaran plasenta dan selaputnya yang tidak lengkap merupakan
penyebab perdarahan postpartum sekunder.
Ibu yang mengalami perdarahan postpartum sekunder memerlukan
bantuan untuk dapat melanjutkan pemberian ASI dan mereka perlu
makan lebih sering agar tetap dapat menyusui.
Ibu dengan perdarahan postpartum sekunder perlu tambahan zat besi.

STANDAR 24 :
PENANGANAN SEPSIS PEURPERALIS

Hasil
Tujuan

Ibu dengan sepsis


Mengenali tanda-tanda sepsis peurperalis dan mengambil tindakan yang
peurperalis mendapat
memadai.
penanganan yang memadai
dan tepat waktu.
Penurunan kematian akibat
65
sepsis peurperalis.
Meningkatkannya
pemanfaatan bidan dalam
pelayanan nifas.

Pernyataan Standar
Bidan mampu mengenali
secara tepat tanda dan gejala
sepsis peurperalis, serta
melakukan pertolongan
pertama atau merujuknya.

Prasyarat
1. Bidan terlatih dalam pelayanan nifas, termasuk pencegahan, pengenalan
dan penanganan yang tepat terhadap sepsis peurperalis.
2. Adanya antibiotika.
3. Adanya sarana pencatatan pelayanan nifas dan kartu ibu.
Proses
Bidan harus :
1. Mengamati tanda atau gejala sepsis peurperalis, yang bisa didiagnosa dini
jika 2 atau lebih keadaan dibawah ini terjadi sejak ketuban pecah sampai 42
hari setelah melahirkan :
Nyeri daerah pelvis
Demam 38,5 derajad celcius atau lebih
Keluarnya cairan berbau busuk dari vagina.
Lambatnya pengecilan uterus.
2. Saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal atau gejala infeksi.
3. Beri penyuluhan kepada ibu, suami atau keluarganya agar waspada
terhadap tanda atau gejala infeksi dan agar segera mencari pertolongan jika
menemukannya.
4. Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari
sumber infeksi. (mungkin lebih dari satu sumber infeksi termasuk infeksi
kronis)
5. Jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat atau terdapat perdarahan
pervagina, rujuklah ibu segera ke RS dengan infuse terpasang, (ibu perlu
diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya sisa jaringan plasenta).
6. Jika kondisinya gawat dan terdapat tanda/gejala septic syok (suhu 38 0C
atau lebih, bau busuk dan nyeri perut), dan terjadi dehidrasi, beri cairan IV
dan antibiotika sesuai dengan ketentuan rujuk ke RS.
7. Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah, berikan antibiotika
(misalnya Ampisilin 1 gr peoral, diikuti 500 mg peroral setiap 6 jam,

66

ditambah Metronidazol 500 mg setiap 8 jam selama 5 hari). Bila tidak ada
perbaikan dalam 2x24 jam segera rujuk.
8. Pastikan bahwa ibu/bayi dirawat terpisah/ jauh dari anggota keluarga
lainya, sampai infeksiteratasi.
9. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah memeriksa ibu/bayi.
10. Alat-alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain, terutama
untuk ibu nifas/bayi lain.
11. Beri nasehat kepada ibu tentang pentingnya kebersihan diri, penggunaan
pembalut steril dan membuangnya dengan hati-hati (sebaiknya dibakar).
Jika tidak ada pembalut steril, maka dapat digunakan kain yang telah
dijemur sampai kering.
12. Tekankan pada anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi baik dan
banyak minum bagi ibu.
13. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI (namun demikian ,bayi
mungkin memerlukan pemberian ASI lebih sering agar kebutuhan gizi nya
terpernuhi).
14. Lakukan semua pencatatan dengan seksama.
15. Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik 24
jam,segera rujuk ke RS.

STANDAR 25 :
PENANGANAN ASFIKSIA NEONATURUM
Tujuan
Mengambil tindakan yang tepat dan melakukan penyelamatan jiwa bayi baru
lahir yang mengalami asfiksia neonaturum.
Pernyataan standar

Hasil
Penurunan kematian bayi
akibat asfiksia neonaturum.
Penurunan kesakitan akibat
asfiksia neonaturum.
Meningkatnya
pemanfaatan bidan.

Bidan mampu mengenali


dengan tepat bayi baru lahir
dengan asfiksia, serta
melakukan resusitasi
secepatnya, mengusahakan
bantuan medis yang
diperlukan dan memberikan
perawatan lanjut.

Prasyarat
67

1. Bidan terlatih untuk


a. Memulai pernafasan pada bayi baru lahir.
b. Menggunakan skor APGAR
c. Resusitasi pada bayi baru lahir.
2. Tersedia ruang hangat dan bebas asap untuk persalinan.
3. Tersedia alat/ bahan yang diperlukan, seperti sabun, air bersih, handuk
bersih untuk mencuci tangan, handuk hangat/ kain lembut untuk
mengeringkan bayi, penghisap lender, jam dan thermometer dalam keadaan
baik, sedotan limun bengkok.
4. Tersedia alat resusitasi bayi dalam keadaan baik.
5. Adanya sarana pencatat/ kartu ibu.
Proses
Bidan harus :
1. Melakukan tindakan resusitasi secepatnya jika bayi lahir tidakmenangis,
atau lemah/ tidak ada tanda-tanda pernfasan atau skor APGAR 7 atau
kurang.
2. Segera keringkan bayi dengan handuk hangat/kain kering. Keringkan
kepala dan wajah secara hati-hati. (pengeringan kemungkinan mungkin
merangsang bayi untuk bernafas, tapi yang lebih penting adalah bahwa
pengeringan dapat mencegah kehilangan panas melalui penguapan).
3. Bersihkan jalan nafas dengan hati-hati, gunakan penghisap lendir untuk
membersihkan jalan nafas.
4. Jika belum bernafas, bayi terlentang pada permukaan datar, lehernya
diganjal kain/handuk yang digulung. (pastikan bahwa bayi tetap terselimuti
dan lingkungannya hangat untuk menghindari hipotermia).
5. Bersihkan saluran nafas kembali dengan menghisap lendir, dan bersihkan
bantuan pernafasan dengan ambubag dan masker. Bila tak tersedia alat
tersebut, lakukan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut dan hidung
( penelitian menunjukan 8-10 kali nafas per menit cukup untuk menjaga
oksigenasi.
6. Jika tetap tidak ada perbaikan dalam 5 menit, segera rujuk.
7. Periksa nadi. Jika tidak teraba, lakukan resusitasi pulmonel dengan
perbandingan 3 tekanan dan 1 nafas. Lanjutkan sampai bayi bernafas
spontan atau selama 30 menit.
8. Lakukan tekanan pada jantung, dengan cara meletakkan kedua jari tepat di
bawah garis putting bayi, ditengah dada (diprosessus sifoideus) dengan
jari-jari lurus tekan dada selama 1- 1,5cm dengan kecepatan sekitar 100120 denyut permenit.

68

9. Lanjutkan resusitasi kardio pulmoner sampai tiba di tempat rujukan atau


sampai keadaan bayi membaik, atau selama 30 menit. (membaiknya bayi di
tandai dengan warna merah muda, menangis atau bernafas spontan).
10. Setelah bayi bernafas normal, periksa suhu. Jika di bawah 36 derajat
celcius atau punggung sangat dingin, lakukan pengamatan yang memadai,
ikuti standar 13. (penelitian menunjukkan bahwa jika tidak terdapat alatalat, kontak kulit ibu dan bayi akan sangat membantu meghangatkan bayi.
Hal ini dilakukan dengan mendekatkan bayi kepada ibunya rapat ke dada,
agar kulit ibu bersentuhan dengan kulit bayi, lalu selimuti ibu yang sedang
mendekap bayinya.
11. Perhatikan warna kulit bayi, pernafasan, dan nadi bayi selama 2jam, jika
kondisinya memburuk rujuk ke fasilitas terdekat, dengan tetap melakukan
penghangatan.
12. Pada bayi yang memerlukan resusitasi, perhatikan tanda atau gejala yang
mungkin timbul sebagai akibat buruk.biasanya terjadi dalam satu minggu,
dan dapat berupa kejang.
13. Anjurkan ibu,suami atau keluarganya agar memperhatikan bayinya dengan
baik-baik. Jika ada tanda-tanda sakit atau kejang, bayi harus segera dirujuk
ke RS.
Riset membutuhkan :
1. Hipotermia dapat memperburuk asfiksia.
2. Bayi jangan di jungkir, karena dapat mengakibatkan perdarahan otak
hebat.
3. Bayi tidak perlu diperlakukan secara kasar atau ditepuk telapak kakinya
untuk merangsang pernafasan.

Prinsip prinsip resusitasi


Airway/saluran nafas
Breath/nafas
Circulation/sirkulasi
pijatan jantung.

: bersihkan jalan nafas


: lakukan bantuan pernafasan sederhana.
: jika tidak ada/nadi dibawah 60, lakukan
INGAT !!!

Klem dan gunting tali pusat sesegera mungkin.


Pertahankan bayi dalam keadaan hangat.

69

BAB IV
STANDAR
Sesuai dengan peranan yang dimiliki oleh masing-masing unsure pelayanan
kesehatan/pelayanan kebidanan, standar dalam program Menjaga Mutu dapat
dibedakan atas 2 macam :
A. Standar Persyaratan minimal (minimum Tequirement Standar)
Yang dimaksud dengan standar persyaratan minimal adalah yang menunjuk
pada keadaan minimal yang harus dipenuhi

untuk dapat menjamin

terselenggaranyan pelayanan kesehatan yang bermutu. Standar persyaratan


minimal ini dapat dibedakan atas 3 macam :
1. Standar masukan
Standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsure masukan yang perlu
disediakan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu, yakni jenis, Jumlah dankualifikasi tenaga pelaksana, jenis, Jumlah
dan spesifikasi sarana, serta Jumlah dana (Modal).
Jika standar masukan tersebut menunjuk pada tenaga pelaksana di sebut
dengan nama standar ketenagaan (standar of personel). Sedangkan jika standar
masukan tersebut menunjukan pada sarana dikenal dengan nama standar
sarana (standar of facilities).
2. Standar lingkungan
70

Standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan yang


diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu,
yakni garis-garis besar kebijakan, pola organisasi serta system manajemen
yang harus dipatuhi oleh setiap pelaksana pelayanan kesehatan .
Standar lingkungan ini populer dengan sebutan organisasi dan manajemen
( standar of organization and management).
3. Standar Proses
Pada standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang harus
dilakukan untuk dapat meyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,
yakni tindakan medis dan tindakan non medis pelayanan kesehatan. Standar
proses ini dikenal dengan nama standar tindakan ( standart of conduct).
Karena baik atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh
kesesuaian tindakan dengan standar proses, maka haruslah dapat diupayakan
tersusunnya standar proses tersebut.
B. STANDAR PENAMPILAN MINIMAL ( MINNIMUM PERFORMANCE
STANDAR)
Yang dimaksud dengan standar peampilan minimal adalah yang menunjuk
pada penampilan pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini,
karena menunjuk pada unsur keluaran, disebut dengan nama standar keluaran
( standar of output), atau populer pula dengan sebutan standar penampilan
(standar of performance). Untuk mengetahui apakah mutu pelayanan kesehatan
yang selenggarakkan masih dalam batas-batas yang wajar atau tidak, prlulah
ditetapkan standar keluaran.
Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan keempat stan ini
perlualh dipantauserta dinilai secara objektif dan berkesinambungan. Apabila
ditemukan penyimpangan, perlu segera dierbaiki. Secara sederhana kedudukan
STANDAR
dan peranan keempat
standar ini dalam
LINGKUNGAN
Program Menjaga Mutu dapat dilihat sebagai berikut
STANDAR
STANDAR
STANDAR
MASUKAN
PROSES
KELUARAN

PENYIMPANGAN
PENYEBAB MASALAH 71
MUTU PELAYANAN

PENYIMPANGAN
MASALAH MUTU
PELAYANAN

C. DISIPLIN DALAM SPK


Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan Standar Pelayanan
akan sekaligus melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan
hasil pelayanan dapat dilakukan dengan dasar yang jelas. Dengan adanya standar
pelayanan, yang dapat dibandingkan dengan pelayanan yang diperoleh, maka
masyrakat akan mempunyai kepercayaan yang lebih mantap terhadap
pelaksanaan pelayanan. Suatu standar akan leih efektif bila dapat diobservasi dan
di ukur, realistis, mudah dilakukan dan dibutuhkan. Bila setiap ibu diharapkan
mempunyai akses terhadap pelayanan kebidanan maka dierukan standar
pelayanan kebidanan untuk menjaga kualitas. Pelayanan berkualitas dapat
dikatakan sebagai tingkat pelayanan yang pelaksanaan, pemeliharaan dan
penilaian kualitas pelayanan. Hal ini menunjukan bahwa standar perlu dimiliki
oleh setiap pelaksana pelayanan kesehatan/pelayan kebidanan.
Masalah yang ditemukan dalam penyusunan standar pelayanan kebidanan
adalah bahwa diantara apa yang telah bias diterapka dalam praktek terbaik.
Dalam stadar ini tindakan yang bersifat ritualistic, seperti melakukan episiotomy
secara rutin dan memandikan bayi segera setelah lahir, tidak dianjurkan lagi,
perubahan standar pelayanan seperti itu didasarkan pada pengalaman pratktek
terbaik dari para praktisi dan seluruh penjuru.
Standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk mmenentukan
kompetensi yang dierlukan bidan dalam menjalani praktek sehari-hari. Standar
72

ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusu
rencana pelatihan dan penembangna kurikulum pendidikan, mekanisme,
peralatan, dan obat yang diperlukan. Ketika diaudit terhadap pelayanan
kebidanan dilakukan, maka sebagai kekurangan yang berkaitan dengan hal-hal
tersebut akan ditemukan sehingga perbaikannya dapat dilakukan secara lebih
spesifik.
D. STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
STANDAR 1: Falsafah dan Tujuan
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki visi dan misi, filosofi, tujuan
pelayanan serta organisasi pelayanan sebagai dasar untuk melaksanakan tugas
pelayanan yang efekif dan efisien.
Defenisi Operasional
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki visi misi dan filosofi pelayanan
kebidanan yang menace pada visi, misi dan filosofi masing-masing.
Ada bagian struktur organisasi yang menggambarkan garis komando, fungsi
tanggung jawab dan kewenangan dalam pelayanan kebidanan dan kandungan
dengan unit yang lain dan disyahkan oleh pemimpin.
Ada uraian tugas tertulis untuk setiap tenaga yang ada pada organisasi yang
disyahkan oleh pemimpin
Ada bukti tertulis tentang persyaratan tenaga yang menduduki jabatan pada
organisasi yang disyahkan oleh pemimpin.
STANDAR II: Administrasi dan Pengelola
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki pedoman pelayanan, standar
pelayanan, prosedur tetap dan pelaksanaan kegiatan pengelola yang kondukatif
yang memungkinkan terjadinya praktek pelayanan kebidanan akurat.
Defenisi Operasional
Ada pedoman pengelolaan pelayanan yang mencerminkan mekanisme kerja
di unit pelayanan tersebut yang disyahkan oeleh pemimpin
Ada standar pelayanan yang dibuat mengacu pada pedoman standar alat,
status ruangan, status ketenangan yang telah disyahkan.
Ada prosedur tetap untuk setiap untuk setiap jenis kegiatan/tindakan
kebidanan yang disyahkan pimpinan
Ada rencana/program kerjadisetiap institusi pelayanan yang mengacu
kestitusi induk
Ada bukti terselenggaranya pertemuan berkala secara teratur, dilengkapi
daftar hadir dan notulen rapat

73

Ada naskah kerja sama, program praktek dari institusi yang menngunakan
lahan praktek program pengajaran klinik, penilaian klinik, ada bukti
administrasi yang meliputi buku register.
STANDAR III : Staf dan Pemimpin
Pengelola pelayanan kebidanan mempunyai program pengelola SDM agar
pelayanan kebidanan berjalan efektif dan efisien.
Defenisi Operasional
Ada program kebutuhan sesuai SDM sesuai dengan kebutuhan
Mempunyai jadwal pengaturan kerja harian
Ada jadwal dinas yang mennggambarkan kemampan tiap-tiap unit yang

menduduki tanggung jawab dan kemampuan yang dimiliki bidan


Ada seorang bidan pengganti dengan peran dan fungsi yang jelas dan
dikualifikasi minimal selaku kepala ruangan bila kepala ruangan

berhalangan
Ada dua personil bertugas diruang tersebut

STANDAR IV : Fasilitas dan peralatan


Tersedia sarana dan peralatan uuntuk mendukung pencapaian tujuan pelayan
kebidanan sesuai dengan beban tugasnya dan fungsi instiusi pelayanan.
Defenisi Operasional
Tersedia peralatan yang sesuai dengan standard an ada mekanisme
keterlibatan bidan dalam perencanaan dan perkembangan sarana dan

prasarana
Ada buku invetaris peralatan yang mencerminkan Jumlah barang dan

kualitas barang
Ada pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat tertentu
Ada posedur permintaan dan penghapusan alat

STANDAR V : Kebijakan dan Prosedur


Pengelola

pelayanan

kebidanan

melakukan

kebijakan

dalam

penyelenggaraan pelayanan dan pembinaan personil menuju pelayanan yang


berkualitas.
Defenisi Oprasional

Ada kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan dan standar pelayan

yang disyahkan oleh pimpinan


Ada prosedur personalia, penerimaan pegawai kontrak kerja, hak,

kewajiban personalia
Ada prosedur pengajuan cuti personil, istirahat sakit dan lainnya
Ada prosedur pembinaan personil

74

STANDAR VI : Pengembangan staf dan Program pendidikan


Pengelola pelayanan keidanan memiliki program pengembangan staf dan
perencanaan pendidikan sesuai dengan kebutuhan pelayanan
Definisi Operasional
Ada

program

pembinaan

stafdan

program

pendidikan

secara

berkesinambungan
Ada program pelatihan dan orientasi bagi tenaga kerja bidn/personil baru
maupun lama agar dapat beradaptasi dengan pekerjaan
Ada data hasil indentifikasi kebutuhan pelatihan dan evaluasi hasil pelatihan
STANDAR VII : Evaluasi dan Pengelolaan mutu
Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki program dan pelaksanaan
dalam evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan kebidanan yang dilaksanakan
secara berkesinambungan
Definisi Operasional

Ada program atau rencana tertulis peningkatan mutu pelayanan kebidanan


Ada bukti tertulis dari risalah rapat sebagai hasil kegiatan pengendalian

mutu asuhan kebidanan dan pelayanan kebidanan


Ada bukti tertulis tentang pelaksanaan evaluasi pelayan dan rencana tindak

lanjut
Ada laporan hasi evaluasi yang dipublikasikan secara teratur kepada semua
staf pelayan kebidanan

E.

STANDAR OUT CAME


1. Kepuasan Pelanggan.
Dampak dari pelayanan yang berkualitas adalah meningkatnya cakupan.
Merujuk pada bagaiman tanggapan pasien terhadap pelayanan :
Indicator klinis
Kepuasan pasien / pelanggan
Kualitas hidup
Ukuran Keberhasilan Mutu
Physical outcomes : Produksi dan jasa servise yang lebih baik
Servise outcomes
75

Customers yang puas dan sedikit complai


Peningkatan keterlibatan staf pada organisasi
Peningkatan moral dan kebanggaan staf pada organisasi
Cost outcomes :
Peningkatan produksi dan lebih efisien dalam gunaan sumber daya
Evaluasi terus menerus dan perencanaan yang lebih baik untuk
masa mendatang

2. Ketepatan.
waktu yang tepat (timeliness)
yaitu waktuyang tepat terhadap tes, prosedur, perlakuan, atau pelayanan
yang diberikan kepada pasien.
Tingkat dimana layanan yang diberikan kepada pasien adalah yang paling
bermanfaaat atau paling dibtuhkan waktunya
3. `Effisiensi dan Efektifitas
Efisien

pelayanan yang disediakan berhubungan antara hasil layanan

dan sumber daya yang digunakan untuk memberikan layanan kepada


pasien.
efektifitas

Perlakuan dan pelayanan yang diberikan dalam konteks

yang benar, dberikan sesuai dengan keilmuan saat ini, untuk mencapai
hasil yang diinginkan.

F.

INDIKATOR

PENILAIAN

MUTU

PELAYANAN

KESEHATAN.
Mutu Pelayanan kesehatan dapat dikaji antara lain berdasarkan tingkat
pemanfaatan saran pelayanan oleh masyarakat dan tingkat efisiensi institusi
sarana kesehatan. Berikut ini beberapa indicator yang dapat digunakan
melakukan penilaian mutu pelayanan kesehatan :
1. Indicator yang mengacu aspek medis :
a. Angka Infeksi nosokomial (- 2 %)
b. Angka kematian kasar (2-4%)
c. Post Operation Deat Rate/PODR (1%)
d. Kematian Bayi Baru Lahir (20%)
e. Kematian Ibu Melahirkan (1-2%)
g. Kematian Pasca Bedah (1-2%)

76

2. Indicator Mutu mengacu pada keselamatan pasien :


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pasien terjatuh dari tempat tidur / kamar mandi


Pasien diberikan obat yang salah
Tidak ada obat / alat emergensi
Tidak ada alat penghisap lendir
Tidak ada oksigen
Tidak ada alat pemadam kebakaran
Pemakaian air, litrik, gas, obat terbatas, dsb

3. Indicator Mutu yang berkaita dengan tingkat kepuasan pasien :


a. Jumlah keluha pasien/keluarga
b. Surat pembaca Koran
c. Jumlah surat kaleng
d. Surat yang masuk kotak saran

BAB V
MENINGKATKAN KINERJA BIDAN
A. PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
1. Manajemen Pelayanan Kebidanan
Pengertian manajemen pelayanan kebidanan.
Manajemen kebidanan diartikan secara singkat sebagai program untuk
melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain, maka manajemen
pelayanan kebidanan diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan
kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan, pengobatan dan rasa aman
kepada

pasien/keluarga/masyarakat.

Manajemen

pelayanan

kebidanan

meliputi Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, Pengkordinasian dan


pengawasan.
77

a. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses intelektual yang berdasarkan fakta dan
informasi bukan emosi dan harapan, jadi dalam membuat perencanaan,
semua informasi dan materi yang berkaitan harus dikumpulkan dan disusun
secara teratur sehingga mudah dievaluasi.
b. Pengorganisasian.
Pengorganisasian dalam manajemen pelayanan kebidanan mempunyai
banyak aktifitas penting, antara lain : bagaimana asuhan kebidanan dapat
dikelola secara evektif dan efisiensi sesuai dengan jumlah tenaga dan
fasilitas yang ada.
c. Pengarahan
Pengarahan merupakan aspek hubungan manusiawi dalam kepemimpinan
yang

mengikat

para

bawahan

untuk

bersedia

mengerti

dan

menyumbangkan tenaganya secara efektif serta sfisien untuk mencapai


tujuan.
d. Koordinasi
Koordinasi adalah keserasian tinfakan usaha, sikap dan penyesuaian antara
tenaga yang terkait.
e. Supervisi Dan Evaluasi
Bidan dapat melaksanakan monitoring dan evaluasi secara mandiri atau
antar teman.
Penilaian Mutu Kebidanan
Berdasarkan konsep plan, Do, Cek, Action (PDCA)

P
PEPERENCANAAN

PEPERBAIKAN

(Bertindak)

LAKSANAKAN

Untuk dapat melaksanakan cara penyelesaian masalah, terapkanlah siklus


PDCA (Plan, Do, Chek< Action). NILAI

Plan (Perencanaan)

(PERIKSA)

78

Langkah pertama yang dilakukan ialah menyusun rencana kerja cara


penyelesaian masalah yang telah diterapkan kedalam unsure-unsure rencana
yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakai sebagai
pedoman dalam melaksanakan cara penyelesaian masalah.
- Menganalisa masalah.
- Menguji dan menentukan penyebab dominan.
- Membuat rencana perbaikan.

Do, (Pelaksanaan)
Jangan merasa puas dengan apa yang kita kerjakan selalu lakukan perbaikan
terus menerus.

Cek (Pemeriksaan)
Lakukan pemeriksaan terhadap kegiatan yang dikerjakan, jika dalam kegiatan
ada perubahan/peningkatan maka lihat hasilnya (Out Put).

Action (Perbaikan)
Jika hasil sudah sesuai dengan Standar maka lakukanlah aksi berikunya
(menentukan standar baru/membuat perencaan dengan masalah baru).

B. KEGIATAN
Terlepas dari bentuk Program menjaga mutu yang akan dilaksanakan, untuk
dapat menyelenggarakan Program Menjaga Mutu, banyak kegiatan yang harus
dilaksanakan.
Berbagai kegiatan tersebut, jika disederhanakan, dapat dibedakan atas dua
macam:
1. Kegiatan Persiapan
Kegiatan persiapan Program Menjaga Mutu yang dapat dibedakan atas
lima (5) macam yakni:
a. Membentuk organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan
Program Menjaga Mutu. Tergantung dari bentuk Program Menjaga
Mutu yang akan dilaksanakan, organisasi penanggung jawab ini
dapat dibedakan atas dua macam. Jika yang dilaksanakan adalah
Program Menjaga Mutu Internal (internal quality assurance
progeam), maka organisasi yang dibentuk merupakan bagian dari
organisasi

institusi

pelayanan

kesehatan.

Tetapi

jika

yang

dilaksanakan adalah program Menjaga Mutu Eksternal (External


quality program), maka organisasi yang dibetuk berada diluar
institusi pelayanan kesehatan.
b. Menetapkan batas-batas wewenang dan tanggung jawab organisasi
pelaksanaan Program Menjaga Mutu, batas-batas wewenang dan
tanggung jawab yang dimaksud adalah:
79

Menetapkan standard dan indicator mutu pelayanan kesehatan


yang akan dipergunakan
Memasyarakatkan standard dan indicator mutu pelayanan
kesehatan tersebut,

dan kalau

perlu melakukan

program

pendidikan dan pelatihan khusus.


Memantau mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan serta
faktor-faktor yang berperan sebagai penyebab.
Mendapatkan informasi tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, dan kalau perlu melakukan pe,eriksaan
sendiri secara langsung.
Menilai mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan serta
faktor-faktor yang diduga berperan sebagai penyebab.
Menyusun saran-saran perbaikan mutu pelayanan kesehatan dan
kalau perlu melaksanakan sendiri saran-saran perbaikan tersebut.
Mengikutsertakan semua pihak yang ada dalam/instalasi
pelayanan kesehatan untuk melaksanakan saran-saran pebaikan
mutu pelayana kesehatan.
Memantau pelaksanaan saran-saran perbaikan yang diajukan serta
menyusun saran-saran tindak lanjut.
Menyarankan system insentif sehubungan dengan pelaksanaan
Program Mutu Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
c. Menjabarkan ruang lingkup kegiatan yang diselenggaraka

oleh

organisasi pelaksana Program Menjaga Mutu.


d. Menetapkan aspek pelayanan kesehatan yang dipandang penting
untuk diperhatikan.
e. Menetapkan tolak ukur dan ambang batas untuk aspek pelayanan
kesehtan yang dipandang penting tersebut.
2. Kegiatan Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan Program Menjaga Mutu dapat dibedakan atas tujuh
(7) macam yakni:
Menetapkan

masalah

mutu

pelayanan

kesehatan

yang

diselenggarakan.
Menetapkan prioritas masalah mutu pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan.
Melakukan analisi masalah mutu pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan.
Melakukan kajian masalah mutu pelayanan kesehatan secara lebih

mendalam.
Menetapkan dan menyusun upaya penyelesaian masalah mutu
pelayanan kesehatan.
80

Melaksanakan upaya

kesehatan.
Melakukan pemantauan dan menilai kembali masalah mutu

penyelesaian

masalah

mutu

pelayanan

pelayanan kesehatan yang diselesaikan.


Jika diperhatikan kegiatan pelaksanaan Program Menjaga Mutu ini segera
terlihat kegiatan yang dimaksud pada dasarnya identik dengan kegiatan
lingkaran pemecahan masalah (Problem solving cycle) yang jika
disederhanakan dapat digambarkan sebagai berikut:

MENETAPKAN MASALAH
DAN PRIORITAS MASALAH MUTU

MENYUSUN
PENYEBAB
SARAN TINDAK
PENYEBAB
LANJUT

MENETAPKAN
DAN PRIORITAS
MASALAH MUTU

MENILAI
HASIL-HASIL
YANG
DICAPAI

MENETAPKAN CARA
DAN PRIORITAS CARA
PERBAIKAN MUTU
PELAYANAN

MELAKSANAKAN
PRIORITAS CARA
PERBAIKAN MUTU

Gambar 3.3: Lingkaran Pemecahan Masalah.


Menetapkan masalah dan prioritas masalah mutu pelayanan kesehatan.

81

Yang dimaksud dengan masalah mutu disni adalah kesenjangan antara


penampilan pelayanan kesehatan (what is) dengan standar yang telah ditetapkan
(what should be).
Karena mutu pelayanan kesehatan menunjuk pada unsure keluaran
(output), maka yang dimaksud dengn standar disini adalah standar keluaran,
yang pengukuran dapat dilakukan dengan mempergunakan indikator keluaran.
Untuk dapat menetapkan masalah mutu, ada beberapa langkah pokok yang
harus dilakukan yakni :

Menyusun daftar masalah mutu


Untuk dapat menyusun daftar masalah digunakan tekhnik kesepakatan
kelompok (group decision making) yaqng dapat dibedakn menjadi dua (2)
macam.
Pertama, tehnik curah pendapat (brain stroming technique).
Kedua, tehnik kelompok nominal (nominal group technique)

Melakukan konfirmasi daftar masalah mutu


Untuk dapat melakukan daftar konfirmasi masalah mutu, lakukanlah kajian
data, yakni dengan melakukan survey sederhana untuk daftar masalah yang
telah disusun. Hasil konfirmasi daftar masalah adalah tersusunnya daftar
masalah yang sebenarny.

Menetapkan priortas masalah mutu


(votting technique) atau tehnik kriteria untuk dapat menetapkan prioritas
masalah mutu lakukannlah pemilihan. Cobalah mengusahakan adanya kata
sepakat (consensus). Tetapi jika tidak tercapai dapat di lakukan pungutan
suara dengan mempergunakan tekhnik pemungutan suara matrik (Kriteria
matrix technique).

Merumuskan pernyataan masalah mutu


Syarat suatu rumusan pernyataan masalah yang benar banyak macamnya.
Yang terpenting harus dapat menjawab lima (5) pertanyaan pokok yakni apa
masalahnya, siapa yang terkena masalah, berapa besar masalahnya, dimana
masalah itu terjadi, serta bila mana masa itu terjadi.

Menetapkan sumber masalah


82

Untuk dapat menetapkan sumber masalah gunakanlah air Bantu yang


dikenal nama bagan alur (flow chart).
Menetapkan penyebab dan prioritas penyebab masalah mutu pelayanan
KEBIDANAN
Untuk dapat menetapkan penyebab masalah (cause of problem) perhatian
hendaknya ditujukan pada unsure masukan (input), proses (process) dan
ataupun lingkungan (environment) pelayanan kesehatan. Setiap kesenjangan
yang ditemukan adalah penyebaba masalah mutu pelayanan kesehatan, ada
beberapa langkah pokok yang harus dilakukan :

Menyusun daftar penyebab masalah mutu


Untuk dapat menyusun daftar penyebab masalah mutu, manfaatkan lah
sumber masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Gunakanlah tekhnik
curah pendapat dan atau tekhnik mengemukan pendapatnya secara bebas.
Pakailah hokum sebab-akibat. Penyebab masalah disini ialah setiap
sebab yang berhasil di identifikasikan. Untuk membantu penyusunan
daftar penyebab masalah mutu dapat di pergunakan diagram tulang ikan
(fish bone diagram). Atau disebut pula sebagai diagram sebab-akibat (cause
effect diagram).

Menyederahnakan daftar penyebab masalah mutu


Untuk dapat menyederhankan daftar penyebab masalah mutu, lanjutkan lah
pembahasan anggota Tim Penjaga Mutu, dapat dengan mengunakan tekhnik
curah pendapat atau tekhnik kelompok nominal. Usahakan adanya
consensus. Tetapi jika consensus tidak tercapai, lakukanlah pilihan.

Melakukan konfirmasi penyebab masalah mutu


Untuk dapat melakukan konfirmasi penyebab masalah, lakuaknlah kajian
data, dapat yang berasal dari laporan bulanan, registrasi klinik atau rekam
medis (data retrospektif) atau dengan melakukan suatu survey khusus (data
prospektif).

Menetapakan prioritas penyebab masalah mutu


Untuk dapat menetapkan prioritas penyebab masalah, gunakan alat bantu
bkhusus yang disebut dengan nama diagram preto.
3. Alat-alat pemecahan masalah (quality Improve-ment Tools)
a. Fishbone diagram
83

Disebut juga dengan :


Diagram tulang ikan, oleh karena digambarkan membentuk tulang
ikan.
Cause-effect

diagram

oleh

karena

dipergunakan

untuk

mencari/mengalih kemungkinan penyebab (cause) dari suatu masalah


(effect)
Ishikawa diagram ; alat ini pertama kali diperkenalkan/ditemukan
oleh ishikawa.
Manfaat/ dipergunakan untuk :
Problem identification.
Mencari kemungkinan penyebab.
Mengidebtifikasi penyebab dari suatu varisi
Type :
Menurut katagori : fishbone diagram
Katagori yang biasa dipergunakan adalah :
- Man, money, material, method.
- Clien, workers, supplier, equipment, proses.
- Apa, bagaimana, mengapa, dimana.
- Dsb.
Sebagai mata rantai penyebab : tree diagram.
Langkah-langkah :

Tuliskan problem statement pada bagian kanan tengah (kepala ikan).


Buat garis horizontal dengan anak panah menunjuk ke kepala
Tetapkan katogori utama dari penyebab.
Buat garius dengan anak panah menunjuk ke garis horizontal.
Lakukan brainstorming (curah pendapat) dan fokuskan pada masing-

masing katagori.
Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan untuk
katogori utama lainnya
Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, cobalah untuk
membuat list sub penyebab dan letakakan pada cabang yang lebih
kecil.
Setelah semua ide/pendapat tercatat, lakukan klasifikasi (dat untuk
menghilangkan duplikasi, tidak sesuai dengan masalah, dll

84

Yang perlu diperhatikan:

Fishbone

diagram

hanya

menggambarkan

tentang

hypothesa/kemungkinan suatu penyebab, bukan fakta/penyebab yang

sesungguhnya, untuk diperlukan pengumpulan data untuk memastiakn.


Effect (masalah) perlu diidentifikasi dan di pahami dengan jelas
sehingga

tidak

terjadi

keracunandalam

mencari

kemungkinan

penyebabnya.
Alat ini merupakan cara terbaik untuk mengidentifikasi kemungkinan
penyebab secara terfokus sehingga dapat dihindari kemungkinan

terlewatnya penyebab yang penting yang mungkin terjadi.


Pastikan anggota Tim dapat terlibat secara penuh dalam proses
penyusunan fishbone diagram tersebut.

85

CONTOH
Sarana

Manusia

Sarana Penyuluhan kurang

Bidan tidak bertempat tinggal di


Wilayah kerja
Transportasi
Kurang

Obat untuk risti kurang

Peran Lintas sector kurang

Bidan pendamping dukun

tidak berfungsi
Dukun praktek banyak
Peran Kader KPKIA kurang
Pada tahun 1997 cakupan
persalinan oleh Nakes yang
dilakuakan oleh Bidan di
Puskesmas Sukamulia
tercapai 71% dari target 80%
Dana Transport petugas

Penyuluhan Kurang

Protap Kurang

Kurang

kurang

Kerjasama dukun bidan

Kurang
R/R kurang tertib

Dana pendamping dukun

Pelayanan oleh dukun

lebih lengkap

Tingkat ekonomi

Bidan belum dilatih

Budaya percaya dukun

Kegawatdaruratan KIA

tinggi

rendah
Tingkat pendidika
rendah

Data Bumil
Tidak akurat

Distribusi Nakes tidak


Dokter belum dilatih POED

Metode

Medan sulit

Dana

86

b. Flow chart (diagram alur)


Adalah penyajian frafik sederhana tentang bagaimana proses
terjadi/berjaln, serta menunjukan alur/langkah-langkah.
Type :
Se3derhana (first level flow chart)
Detailed/terinci (second level flow chart)
Dilengkapai ndengan orang yang terlibat dalam langkah/kegiatan
tersebut (deployment flow chart atau matrix flow chart)
Apa :

Alat ini daapt membantu dalam melukiskan bagaimana sesuatu

terlaksana dan area mana dapat ditingkatkan.


Membantu dalam menemukan kunci dari

suatu proses,

menggambarkan secara jelas kapan berakhirnya suatu proses dan

proses berikutnya. Dimulai.


Dengan menggunakan flow chart dpat membantu memahami
suatu proses terjadi/bekerja.

Manfaat :

Alat ini dapat membantu mengidentifikasi :


- Anggota tim secara tepat.
- Siapa yang menyediaqkan out put.
- Menetapkan area yang penting untuk memonitoring dan
pengumpulan data.
- Area yang perlu untuk ditingkatkan
- Hypothesa/kemungkinan penyebab terjadi.
Dapat dipergunakan untuk menggambarkan.
- Alur pasien.
- Alur informasi.
- Alur pelayanan.

Symbol yang diperlukan


Aktivitas

Keputusan

Pengukuran

Arah

SYMBOL YANG

DIPERGUNAKAN

87

Dokumentasi

Awal; akhir

Contoh :
Pasien datang

Cari Kartu
Status Pasien

Pulang

Tim
bang
Pasien

Catat dalam
kartu status

Suluh

Konsultasi
dokter

Catat
berat
badan
pasien

Klasifik
asi
Normal
?

Pulang

Suluh

C. Multiple Kriteria Utillity Assessment (MCUA)


MCUA adalah suatu tekhnik yang metode yang digunakan untukn
membantu Tim dalam mengambil keputusan dari beberapa alternative, yang
dapat berupah masalah pada langkah Penentuan Prioritas Masalah atau
88

pemecahan masalah pada langkah Penatapan Pemecahan Masalah Terpilih,


dengan menggunakan bebrapa kriteria secara sistimatis.
Yang dimaksud dengan kriteria adalah suatu batsan yang dipergunakan
untuk menyaring alternative-alternatif sesuai dengan kebutuhan.
Kriteria dapat dibedakan dua aspek, yaitu dampak pelayanan dan untuk
pemecahan (solusi). Pada aspek dampak pelayanan bebrapa contoh kiteria
antara lain : penyebaran penyakit, pengaruh terhadap kesehatan pasien
penaruh terhadap kesehatan masyarakat, urgecy (mendesak), seriousness
(kegawatan), growth (meluas). Kriteria untuk pemecahan (solusi) antara
lain : kemudahan, baiaya. Waktu, komitmen, kejelasan.
Langkah :
a. Pertama-tama harus ditetapkan alternative-alternatif yang perlu di kaji
prioritasnya. Daftar alternative ini di peroleh pada langkah identifikasi
masalah.
b. Kemudian tentukan kriteria untuk menyaring masalah-masalah yang
telah diidentifikasikan. Criteria ini harus bersifat saling terpisah dan
berbeda tajam (mutually exclusive).
c. Selanjutnya lakukan pembobotan yaitu kepentingan relative masingmasing kriteria. Bobot diberikan berdasarkan perbandingan secara
vertical antar kriteria. kriteria yang paling penting memperoleh bobot
tertinggi (misalnya 10, apabila skalahnya adalah : 1 samapi 10), dan
yang paling kurang penting di beri bobot rendah.
Kriteria-kriteria lainnya akan mendapatkan bobot yang mencerminkan
kepentingan relative masing-masing kriteria terhadap kriteria yang paling
tinggi.
Hanya ada satu kriteria yang mempunyai bobot tertinggi, sedangkan
kriteria-kriteria yang lainnya mempunyai bobot yang lebih rendah.
d. Langkah berikutnya adalah menentukan skor uuntuk masing-masing
alternatiof terhadap tiap-tiap kriteria. Skor di tentukan berdasarkan
perbandingan horizontal antar alternative terhadap kriteria. Kisaran
(range) skor dapat diberikan antar 1=10.
Pada dasarnya, pemberian bobot maupun skor dilakukan berdasarkan
consensus sangat sulit di capai maka di hitung rata-rata nilai yang
diberikan oleh para anggota tim.
e. Setelah memberikan skor untuk masing-masing alternative terhadap
setiap kriteria, skor di kalikan dengan bobot dan hasilnya dijumlahkan
89

sehingga di peroleh total untuk masiing-massing alternative. Perbedaan


jumlah antar alternatif dianggap bermakna bila lebih besar dari 15%.

Kesalahan penggunaan :

Jika digunakan untuk hal-hal selain penyusunan prioritas. MCUA tidak


digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin. Untuk

diperlukan data.
Pemilihan criteria kuarng tajam. Kriteria harus saling tidak

berhubungan.
Pemilihan alternative kurang tepat.
Terlalu banyak kriteria sehingga membuat kriteria menjadi tidak tajam.

Kesalah interpretasi :

Terlalu percaya pada angka-angka.


Mengasumsikan perbedaan yang kecil sebagai sesuatu yang bermakna.
Tidak menggunakan kisaran yang penuh

Contoh :
Berikut ini adalah contoh permasalahan memilih calon istri:
Alternatif
Kriteria
Penampilan
Kepribadian
Kekayaan
Jumlah

Bobot
10
8
4

Hana
Skor
10
4
8

SxB
100
32
32
164

Ida
Skor
6
10
4

SxB
60
80
16
156

Ina
Skor
6
6
10

SxB
60
48
40
148

Tampaknya orang tersebut memilih sicantik Hana (walaupun ia memiliki


peribadiaan yang rendah) dan bukan ina yang punya keperibadian tinggi.
d. Brainstorming (curah pendapat)
Adalah

suatu

metode

untuk

dapat

mengakibatkan/mendapatkan

ide/gagsan/pendapat tentang suatu topic/masalah tertentu, bebas dari kritik dari


setiap anggota tim dalam periode waktu yang singkat.
Manfaat brainstorming ini dapat dipergunakan untuk :

Mendapatkan pendapat/ide/gagasan/tentang :
- Problem/masalah.
90

- Pemecahan masalah.
- Input untuk pengumpulan data.
- Item/variable yang digunakan dalam monitoring.
Pengembangan kreatifitas dari anggota tim.
Memacu keterlibatan seluruh peserta (anggota tim).

Type :

Structured : setiap anggota tim menyampaikan ide/gagasan sesuai dengan

giliran / rotasi.
Unstructured : setiap peserta yang mempunyai ide/ gagasan dapat
langsung menyampaikan.

Langkah-langkah :

Tetapkan suatu topic/masalah.


Beri waktu beberapa saat kepada anggota untuk memahami dan

memikirkannya.
Tetapkan waktu yang akan dipergunakan untuk brainstorming (30-40

menit).
Anggota tim menyampaikan ide/gagasan/pendapatnya :
- Structured brainstorming, sesuai dengan rotasi masing-masing
anggota mendapatkan gilirannya, apabila belum mempunyai/apabila
belum

mempunyai/mendapat

menyampaikan.
- Unstructured brainstorming,

ide/gagasan
masing-masing

dapat
anggota

lansung
setiap

mendapatkan ide/gagassan dapat langsung menyampaikan.


Tuliskan setiap ide/gagasan tersebut pada flichart/papan tulis sehingga

dapat dilihat dari seluruh anggota.


Teruskan brainstorming smpai waktu yang telah ditetapkan habis.
Lakukan klarifikasi, hilangkan sesuatu yang menyimpang dari tofic dan

duplikasi yang terjadi.


Buatlah list yang pendek yang sangat dekat/berhubungan dengan topic
yang di bahas

Yang perlu diperhatikan :

Topic yang dibahas perlu di pahami oleh semua peserta/anggota.


Apabila tedapat beberapa anggota yang mendominasi, gunakan
structured brain storming, sehingga seluruh anggota mempunyai

kesempatan yang sama.


Jangan memberikan komentar, krtik dan pertanyaan pada saat

brainstorming.
Lakukan klarifikasi setelah brainstorming selesai.
91

Semuaa pendapat/ide/gagasan yang disampaikan harus ditulis pada


papan sehingga dapat dilihat oleh seluruh anggota/peserta.

e. Force field analysis.


Alat ini dikembang kan oleh Kurt Levine
Dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi kekuatan yang membantu
dan kekuatan yang menghambat untuk mencapai hasil atau pemecahan

masalah.
Melukiskan situasi sebagai keseimbangan antara 2 (dua) kekuatan :
- Satu kekuatan untuk mempertahankan.
- Kekuatan lainnya untuk merubah.
Memfokuskan perhatian pada cara untuk mengatasi/mengurangi

kekuatan yang menghambat.


Dipergunakan apabila permaslahn menyangkut perilaku.

Langkah-langkah :

Teatapkan pernyataan/pemecahan masalah dan pastikan bahwa seluruh

anggota memahami.
Lakukan brainstorming (curah pendapat) pada fakto-faktor yang

mendukung dan mewnghambat.


Lakukan klarifikasi .
Tetapkan berapa besar kekuatan tersebut menghambat dan membantu.

Yang perlu diperhatikan :

Apabila terdapat kekuatan yang signifikan, maka akan mempengaruhui


POA yang disusun, untuk itu perlu mempertimbnagkan seluruh faktor.

Contoh :
Perugas Cukup

Petugas bisa bahasa

Faktor

Daerah setempat

Pendorong

Medan

Jarak

Tingkat

Kader

Jam kerja

Sulit

rumah ke

pendidikan

tidak

hanya

92

Rumah jauh
C. MELAKUKAN

rendah

PENILAIAN

aktif

MUTUPELAYANAN

siang
KEBIDANAN

MELALUI
1. Observasi / Pengamatan langsung.
Lakukan pengamatan langsung terhadap petugas pelayanan yang sedang
melakukan pelayanan kebidanan terhadap pasien, istilah Daftar Tilik :
(denganya atautidak) sesuai kegiatan apa yang telah di lakukan oleh
petugas.
2. Wawancara :
Wawancara terhadap petugas
Pengamat melakukan wawancara terhadadap petugas yang diamati untuk
mengetahui tingkat pengetahuan petugas yang bersangkutan tentang
pelayanan yang telah dilakukan.
Wawancara terhadp pasien
Dilakukan pula wawaqncara terhadap pasien yang diamati, sewaktu
pasien akan meninggalkan tempat pelayanan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan pasien mengenai bagaimana penanganan pelayanan,
misalnya : penyuluhan, kapan harus kembali atau cara minum obat.
Tujuan : memperoleh informasi yang rincih dan akurat dalam rangka
pembuktian kejadian/peristiwa yang seharusnya terjadi adalah benar-benar
tejadi.
Kebijakan Oprasional :

Komunikasi yang dilakukan oleh tim penilai harus dua arah.


Dalam wawancara harus diusahakan tidak ada informasi yang hilang
Dalam wawancara kata-kata tidak spesifik harus lebih di spespikan,

missal :
kendaraan
Spesifik adalah mobil.
Dalam wawancara digunakan kata-kata kunci :
- Mengapa
- Dimana
- Apa
- Kapan
- Siapa
- Bagaimana
Dalam wawancara usahakan untuk bisa menyelidiki system atau
menguji system. Untuk itu tim penilai menggunakan pertanyaan
hypothesis misalnya :
- apa yang terjadi jika ...
- bagaimana tanggapan anda bila ..
93

Untuk sistematika dalam wawancara maka tim penilai menggunakan

check list sebagai panduan wawancara


Gunakan panduan fish bone diagram untuk melakukan wawancara
dalam (deep interview)

3. Dokumentasi
a. pendokumentasian manajemen asuhan kebidanan
Pengertian
Bentuk pendekatan yang dilakukan oleh bidan dalam memberikan
asuhan kebidaban dengan menggunakan pemecahan masalah.
Asuhan kebidanan merupakan suatu pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk menorganisasikan dari tindakan
berdasarkan teori ilmia penemuan keterampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis untuk npengambilan suatu keputusan yang berfokus
pada klien (varney,1997)
Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masaalh yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan fikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan
yang berfokus pada klien (PUSDIKNAKES-WHO-JHPIGGU,2003:30)
b. Methode pendokumentasian.
1. Pengertian
Adalah suatu system pencatatn dan pelaporan informasi tentang
kondisi dan perkembangan kesatan pasien dan semua kegiatan y6ang
dilakukan oleh petugas kesehatan (konsep kebidanaan,2003.
Proses penatalaksanaan asuhan kebidanan atau manajemen kebidanaan
merupakan langka-langkah yang berurutan dimulai dari pengumpulan
data dasar dn di akhiri dengan evaluasi
Proses manajemen keb. Ini merupakan uratan langkah saling
berhubungan, berkrsinambungan. Untuk mengevaluasi efektivitas dari
rencana asuhan diperlukan proses dalam mengumpulkan data,
mengevaluasinya dan membuat rencana asuhan kembali.
2. Tujuan pendokumentasian
a) Sebagai sarana komunikasi antar petugas kesehatan.

94

Dokumentasi dapat dibagikan diantara petugas kesehatan, hal ini


penting jika dilakukan rujukan untuk mengetahui sejauh mana
kondisi klinis klien dan asuhan yang diberikan kepada klien,
sehingga dapat dilakukan penanganan lebih lanjut.
b) Sebagai aspek financial ekonomi.
c) Merupakan data untuk mengganti penggantian (biaya) yang wajar
dan informasi penghematan biaya.
d) Bermanfaat bagi penelitian.
e) Sumber informasi statistic untuk standarisasi dan penelitian
kesehatan.
f) Mempunyai aspek legal.
Dokumentasi dapat berperan sebagai pembela atau advokasi yang
dapat dijadikan sebagai bukti dalam pengusutan kasus-kasus
seperti mal praktek, penganiayaan atau pemerkosaan.
SOAP
S = subyektif, menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
dari anamnesa.
O = obyektif, menggambarkan pendokumentasian hasil pemerksaan fisik klien, hasil
laboratorium.
A= assessment, menggambarkan hasil pendokumentasian hasil analisa dan
intervensi data subyektif dalam suatu identifikasi.

1) Diagnosa/masalah.
2) Antisipasi diagnosa lain/masalah potensil
P = Planning, menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assessment.
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Kasus Terfokus Denagn SOAP dan 7
Langkah Varneys.
Ibu hamil
Biodata.
Subjektif.
a)
b)
c)
d)

Keluhan ibu pada kehamilan.


Riwayat kehamilan sekarang.
Hasil tes kehamilan.
Pergerakan janin yang dirasakan pertama.
95

e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)

Keluhan yang dirasakan.


Pola makan.
Pola eliminasi
Aktivitas sehari-hari.
Kontrasepsi yang terakhir digunakan.
Riwayat kehamialan, persalinan, dan nifas yang lalu.
Riwayat penyakit yang pernah/sedang diderita.
Riwayat psikososial.
Riwayat kesehatan keluarga.

Objektif
a) Keadaan Umum.
b) Tanda-tanda vital.
c) Tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan atas.
d)
Pemeriksaan fisik: kelopak mata, konjungtiva, sclera, mulut dan gigi,
pemeriksaan kelenjar tyroid dan getah bening, jantung, peruh, pembesaran
payudara, putting susu, nyeri pinggan, posisi tulang belakang, ekstrimitas
atas/bawah, odem, reflex patella, varises, abdomen (bekas luka operas, linea,
strie).
Pemeriksaan palpasi Leopold : TFU, fundus teraba bokong, sebelah kanan/kiri
teraba punggung atau ekstrimitas, bagian terendah kepala, sejauh mana kepala
masuk pintu panggul
Auskultasi : bunyi jantung janin, frekuensi, puctum maximum.
Anogenital : perineum, vulva vagina, pengeluaran pervagina normal, hemoroid
tidak ada. Interpretasi data dibuat dari hasil pengkajian.
Pemerikasaan penunjang, pemeriksaan Hb dan urine.
Assesemen
a) Interpensi data dibuat daru hasil pengkajian.
b) Diagnosa dibuat dengan dasar HPHT dan TFU, sudah atau belum pernah
hamil, sudah atau belum pernah melahirkan.
c) Diagnosa janin dibuat dengan dasar BJJ, punctum maximum, bagian
terendah janin.

Planning.
a) Memberitahukan hasil pemeriksaan.
96

b) Menjelaskan tentang nutrisi yang adekuat yaitu peningkatan konsumsi


makanan hingga 300 kalori/perhari,makanan yang mengandung protein
seperti ikan, telur, tempe, dan zat besi seperti hati, sayur-sayuran serta
minuman cukup cairan.
c) Jelaskan tentang personal hygien, mandi dua kali sehari dan menjaga
kebersiahan yanglebih pada daerah lipatan kulit (ketiak, bawah payudara
dan daerah genetalia).
d) Berikan obat Fe dan vitamin.
e) Jelaskan tentang tanda bahaya kehamilan seperti perdarahan pervagina,
sakit kepala yang luar biasa, mata berkunang-kunang, pembengkakan pada
wajah dan tangan, nyeri ulu hati, ketuban pecah sebelum waktunya, janin
tidak bergerak seperti biasanya dan demam yang tinggi.
f) Rencanakan kunjungan berikutnya sesuai kehamilan.

BAB VI
GUGUS KENDALI MUTU

97

Secara sederhana, gugus kendali mutu adalah system partisipasi manjemen


dimana karyawannya memberikan saran dan usaha untuk mengikatkan perusahaan
secara lebih baik. Namun demikian, ada pula beberapa definisi lain yaitu:
1. Gugus

Kendali Mutu (GKM) adalah suatu kelompok kecil dari para

karyawan yang bekerja dalam bidang tugas yang sama, dengan mengadakan
pertemuan untuk mengenal, menganalisa dan memecahkan masalah kualitas.
Keanggotaannya secara sukarela.
2. Menurut IAQC, GKM adalah suatu kelompok karyawan pabrik yang berkerja
dalam bidang tugas yang sama. Biasanya yang didiskusikan mengenai
masalah kualitas, menyelidik penyebabnya. Mengusulkan pemecahan dan
melakukan tindakan perbaikan sebatas wewenang mereka.
3. Menurut General Electric, GKM bukanlah suatu System atau mode
ataupun program, melainkan filsafat hidup (way of life), suatu perubahan
dalam cara berpikir seseorang. Hal ini tidak akan mengakibatkan perubahan
terhadap struktur organisasi atau manajemen. Tetapi akan membawa
perubahan terhadap sikap hubungan anda dengan orang yang ada dalam
lingkungan pekerja.
4. GKM adalah suatu aktifitas dari suatu setiap karyawan yang mempunyai
tanggung jawab terhadap kualitas di orgnisasi dan mempunyai tujuan
meningkatkan pengembangan individu dan menjadikan tempat kerja yang
menyenangkan.
Dari definisi tersebut diatas dapat diambil hal-hal pokok mengenai gugus, yitu:
1. Gugus adalah kelompok kecil yang mengadakan pertemuan secara berkala pd
waktu yang telah ditentukan.
2. Keangotaan gugus berdasarkan sukarela
3. Masalah yang tidak hanya diidentifikasi (dikenali), tetapi juga diselidiki dan
dipecahkan.
4. Tujuan GKM adalah pengembangan setiap individu dan peningkatan
keserasian tempat kerja (menjadikan tempat kerja yang menyenangkan)
Dalam program kendali mutu ada 11 dasar pokok yang perlu di ketahui :
1. Program GKM merupakan bersifat pembangunan manusia (People
Building) : program ini hanya akan terleksana apabila keinginan yang
sungguh-sungguh dari pihak manajemen untuk membantu para karyawan
agar dapat tumbuh dan berkembang melalui GKM.

98

2. GKM merupakan program sukarela : ini merupakan unsure kedua paling


penting dari program, dan unsure yang satu ini nampaknya sulit diterima oleh
pihak manjemen. Ini merupakan bukti nyata bagi anggota GKM bahwa hal
tersebut merupakan keuntungan bagi mereka.
3. Partisipasi dari setiap orang: GKM merupakan program yang menghendaki
adanya partisipasi, oleh karena itu pimpinan gugus harus waspada terhadap
orang yang nampaknya tenang.
4. Para anggota saling menolong untuk dapat berkembang : karena semua
anggota tidak sama kemmpuannya dalam memahami dan menggunakan
teknik GKM, maka merupakan hal yang penting bahwa semua anggota dapat
maju berkembang.
5. Proyek merupakan usaha kelompok dan bukan usaha perorangan :suatu GKM
merupakan sebuah kelompok, suatu usaha tim. Segala sesuatu yang
dilakukan oleh gugus, dikerjakan harus menarik minat dan berharga untuk
semua anggota.
6. Latihan diberikan kepada para karyawan dan manajemen : karyawan perlu
mengetahui teknik yang efektif untuk memcahkan masalah mereka, bila tidak
mereka akan frustsi atas kekurangan kemampuan mereka. Pihak manajemen
pun harus mendapatkan latihan sesuai dengan peran mereka agar dapat
memberikan dukungan.
7. Kreatifitas harus di dorong : suasana yang bebas dari rasa ketakutan untuk
mengeluarkan ide harus diciptakan. Ide yang tampaknya gila/main-main
seringkali timbul sebagai suatu pemecahan yang praktis.
8. Proyek hendaknya berhubungan dengan pekerja para anggota: proyek yang
ditangani oleh gugus harus ada hubungannya dengan bidang pekerjaan
mereka karena angota gugus adalah orang yang ahli dalam bidang
pekerjaannya sendiri, bukan dalam bidang pekerjaan orang lain.
9. Pihak manajemen harus memberikan dukungan : GKM pada awalnya tidak
akan mempunyai dorongan untuk berkembang dan menjadi dewasa, kecuali
bila seseorang manajeman bersedia memberikan sedikit waktu, saran dan
terlibat dalam GKM.
10. Perkembangan kesadaran akan peningkatan kualitas : semua hal diatas tidak
akan bergunakecuali kalau langkah-langkah tersebut menimbulkan kesadaran
dipihak para anggota agar selalu berpikir mengenai prosedur untuk
meningkatkan kualitas dan mengurangi kesalahan.
99

11. Penurunan mentalitas kami dan mereka : GKM bila dilaksanakan secara
benar akan membantu perusahaan untuk menurunkan mentalis kami dan
mereka dari para karyawan. Sejak setiap orang didorong untuk
berpartisipasi dalm memecahkan masalah, perasan berkembang bahwa
semua karyawan merupakan suatu kesuatuan dan tergantung pada masingmasing pihak untuk mencoba menghasilkan produk yang berkualitas baik.
Faktor yang menghambat GKM
1. Menentang.
Banyak perusahaan merasa bahwa program ini akan mengubah organisasi
atau menambah jumlah orang sehingga mengakibatkan beban keuangan yang
besar bagi perusahaan. Karyawan diperusahaan juga menentang adanya
perubahan, karena mereka khawatir bahwa hal ini akan menyebabkan mereka
harus memperlakukan orang berbeda.
2. Tidak ada waktu Gugus Kendali Mutu
Banyak orang merasa bahwa mereka betul-betul tidak mempunyai waktu
untuk melaksanakan pekerjaan gugus kendali mutu. Mereka sibuk bekerja
selama delapan jam sehari dan tidak mempunyai waktu lagi untuk bekerja
lebih keras bagi perusahaan.
3. Hilangnya Wewenang Manajemen
Ini adalah hambatan yang tidak beralasan, partisipasi manajemen bukan
berarti hilangnya wewenang. Manajemen men masih memiliki hak untuk
kata akhir didalam pemecahab permasalahan. Sesunguhnya apa yang
terjadi dalam bahwa dalam karyawan dari semua tingkat turut terlibat dalam
hal pemecahan masalah. Beberapa masalah yang dipecahkan. Mungkin
merupkan masalah yang tidak pernah dapat dipecahkan sebelumnya. Dengan
pemasukan yang lebih banyak, dapat dibuat yang lebih baik.
4. Para Anggota Merasa Diperalat
Beberapa anggota gugus kendali mutu merasa dirinya diperalat. Namun
bagaimana juga, setiap karyawan harus ingat bahwa perusahaan bukanlah
terdiri dari pihak manajemen saja. Pera karyawan pun ikut membentuk
perusahaan dan tidk ada salahnya membantu perushaan untuk mengembang
kualitasnya yang lebih baik dan mengurangi pemborosan.
Faktor yang mendorong GKM
100

1. Membentuk iklim yang serasi


Suatu hal yang penting dilkukan ialah bahwa perusahaan perlu
menciptakansuatu iklim yang baik untuk program gugus kendali mutu.
Berbagai tingkat manajemen di dalam organisasi perlu untuk menerima ide
partsipasi

manajemen

(participative

manajement).Pimpinan

program

mempunyai tanggung jawab untuk menyebarkan ide yang baik mengenai


program gugus kendli mutu tersebut. Perlu diatur adanya pertemuan sehingga
banyak orang dapat mengatahui filsafat dasar program tersebut.
2. Mendapat keterlibatan dari manajemen atas
Kataerlibatan dari manajemen atas penting sakali untuk programjenis
ini. Laporan mnengenai perusahaan lain yang program semacam ini perlu
dipersiapkan dan disajikan kepada manajemen atas. Sekali konsep dasar
diperkenalkan, penerima dan dukungan formal akan dapat tercapai dengan
mudah.
Dianjurkan untuk tidak memulai tipe program ini tanpa adanya dukungan
yang formal dari manajemen atas.
3. Memilih karyawan yang dapat tepat dibidang yang tepat
Salah satu slogan biasa digunakan dalam program ini adalah apa yang
dapat kita kerjakan bersama adalah tidak terbatas. Ini menunjukan bahwa
keberhasilan datangnya dari usaha kerjasama banyak orang. Mnajer atau
pemimpin program haruslah mempunyai semangat, mengenai karyawan, dan
dapat bekerja sama.
4. Mmilih sasaran
Gugus kendali mutu bukanlah obat mujarab untuk segala hal.
Perusahaan perlu memilih sasaran yang akan dicapai oleh program tersebut
dan membuatnya agar jelas. Seperti misalnya. Hughes Aircraft Company
memutuskan untuk mengembangkan komunikasi di dalam perusahaan.
Sedangkan Mercury Marine Comperation tujuan pokoknya terletak pada
peningkatan kualitas. Ada sejumlah sasaran tersebut harus dijelaskan lebih
dahulu kepada para karyawan sehingga tidak ada lagi kebingungan dn
harapan yang keliru bagi program ini.
5. Membeberkan progrm kepda orang
Suatu ide yang baru dipahami secara jelas oleh semuanya yang terlibat
program tersebut. Ide pertisipasi dan pembagian wewenang merupakan hal
101

yang baru bagi masyarakt amerika dan memerlukan waktu pematangan


sebelum program tersebut di mulai. Sekalipun tidak ada perubahan didalam
struktur organisasi perusahaan, namun ada perubahan di dalam pemikiran.
6. Informasi dan komunikasi
Sekali program ini dimulai, maka perlu disebar luaskan informasi
mengenai ini keseluruhan perusahaan. Komunikasi yang dilakukan tepat
pada waktunya sangatlh penting! Apabila diabikan. Maka perluasan program
kemungkinannya akan membawa komsekuensi yang cukup berat. Desas
desus akan menjalar dengan cepat.
7. Janganlah agar program gugus kendali mutu bersifat sukarela.
Ini adalah salah satu pokok dari program gugus kendali mutu.
Memaksa karyawn untuk berpartisipasi tidak akan mendorong mereka untuk
mau bekerja. Seperti pepatah, Anda dapat mengiring kuda ke sungai tetapi
anda tidak dapat memaksanya untuk meminumnya.
Hal ini sama juga berlaku disini. Karyawan harus menyadari perlunya
diperoleh gugus kendali mutu dan memahami keuntungan yang dapat
diperoleh dari program tersebut. Dasar filafat dan pelaksanaan gugus kendali
mutu adalah untuk memanfaat masyarkat. Dan sekali konsep tersebut
diterima oleh para karyawan maka pertisipasi akan menjadi semakin lancar.
8. Sikap terbuka dn positif
Program gugus kendali mutu memerlukan sikap terbuka.
Setiap orang dalam program tersebut mempunyai hak untuk mengtahui apa
saja yang terjadi dalam program tersebut. Semua informasi harus tersedia
bagi setiap anggota dan bilamana mereka memrlukan bantuan, harus
diberikan secepatnya.
Pihak manajemen harus bersikap positif baik dalam pemikiran maupun
dalam tindakan. Dalam program tipe ini selalu ada naik dan turunnya (ups
dan down), karena itu perlu dijaga agar semangat yang tetap hangat,
inspitrasi tetap tinggi dan berusaha untuk mencapai langit
9. Mengikuti kemajuan dan perusahaan yang ada.
Program kendali mutu telah dilaksanakan di jepang 18 tahun terakhir
ini sampai sekarang. Program ini dapat dilaksanakan di negara lain sepanjang
diasuh secara layak dan diawasi fasilisator. Hal ini dedasarkan pada filsafat
102

pengembangan manusia yang sehat. Dalam hal ini ad unsur kepercayaan dan
saling bekerjasama.
Program ini mengkombinasi antara penggunaan statistic, dinamika
kelompok dan kepuasan kerja. Hal ini tetap ada di perusahaan selama diikuti
dan diberikan tuntutan oleh suatu panitiayang dibentuk oleh manajemen dan
para karyawan, baik yang anggota maupun yang bukan anggota serikat
buruh. Dengan demikian panitia harus mendorong dan mendukung tindakan
yang bersifat membangun/kontruktif. Dismping itu juga, harus waspada
terhadap bahaya yang ada dan segera mengambil tindakan perbaikan.

CONTOH KEGIATAN GUGUS KENDALI MUTU (GMK)


GUGUS KENDALI MUTU
BOUGENVILLE
MENURUNKAN JUMLAH BALITA
DIBAWAH GARIS MERAH (BGM)
DI KECAMATAN TAMAN SARI
DARI 1,27% MENJADI 0,5% DALAM WAKTU
5 BULAN
PUSKESMASKECAMATN TAMANSARI
Jalan Madu No. 10 Jakarta Barat
TAHUN 2009
GUGUS BOUGENVILLE

Fasilitator

: drg. Lucia Djuw

Ketua

: Asep Dadang Kosasih

Sekretaris

: Abdul Rohmat Hidayat

Anggota

: 1. Evi Rimahayani
2. Hj. Endang Ismoyowati
3. Ana Zzunaenah
4. Andi Kurnadi
103

Pembentukan

: 4 Mei 2009

Pendidikn

: D3 s.d S1

Umur

: 25 th s.d 53 th

Lama Pertemuan

: 120 menit

Periode Kegiatan

: Mei 2009 s/d September 2009

Makna dari Nama Gugus

Bougenville selalu memberikan keindahan pada musim kemarau.


Artinya : Gugus Bougenville ingin memberikan kesejukan pada saat orang lain
kesusahan
LANGKAH 1
MENENTUKAN TEMA DAN JUDUL
PENENTUAN TEMA
NO
1

Indikator

Hasil

Deviasi

Deviasi

(%)

dibawah garis 1,27

0,5

60,6

60,6

37,6

37,6

50

110,6

31

68,6

90

30,4

141

19

87,6

100

20

161

12,4

100

merah
Kasus

kumulatif

program
(%)
Kasus belita

Kumulatif

drop

out
3

Target

10

tuberkolusis
Cakupan
kunjungan K4
ibu

hamil 62,6

mencapai
4

target
Cakupan
kunjungan K4
ibu

hamil 80

mencapai
terget
161

100

Kesimpulan:
Berdasarkan data tersebut diatas, prioritas masalah tertinggi adalah Jumlah kasus
balita dibawah garis merah (BGM), sehingga gugus sepakat mengambil tema :
104

MENURUNKAN JUMLAH BALITA DIBAWAH GARIS MERAH (BGM) DI


KECAMATAN TAMANSRI
MENENTUKAN JUDUL
DATA PERSENTASE KASUS BALITA DI BAWAH GARIS MERAH (BGM)
DI PUSKESMAS KECAMATAN TAMANSARI TAHUN 2008
No

KELURAHAN

JML

KASUS BGM

PERSENTASE

1.

Mangga Besar

BALITA
351

0.55

2.
3.
4.
5.
6.

Tangki
Glodok
Pinangsia
Keagungan
Krukut

623
329
515
539
1577

11
5
14
5
21

1.6
1.6
2.7
1.92
1.33

7.

Maphar

831

1.60

8.

Tamansari
JUMLAH

678
5435

6
69

0.88
1.27

Kesimpulan:
Berdasarkan data tersebut diatas, gugus bougenville sepakat mengambil judul:
MENURUNKAN JUMLAH BALITA DIBAWAH GARIS MERAH
(BGM) DARI 1,27 % MENJADI 0,5 %
DIKECAMATAN TAMANSARI DALAM WAKTU 5 BULAN

LANGKAH II : MENCARI PENYEBAB DOMINAN

Diagram Ishikawa
Orang

Bahan

Ibu kurang
Tidak
petetamendap
huan tentang
105 at ASI
Tidak semua
Eksklusi
Pemahama
Kurang
Petugas
posyandu
f
n kaderPembacaa Kesadaran mengenai
Tidak
Penyuluhan
Kader
kesehatan
Pelaksa
Deteksi
menggunakan
Ketersediaan PMT di
Ibu
tentang
Memiliki
terhadap
ibu
kurang
yang
ASI
naan
Balita
Rumah
Rumah
Ventilasi
&
dini
penyediaan
PMT
n
hasil
Cara
ASI
timbangan
keluarga
kurang
Jumlah
kurang
pengunaan
jamban
focus
Kader
datang
Keluarga
Lingkunga
tidak
Kepenge
Kurang
Tidak
Konselin
Rumah
Rumah
Posyand
sering
kurang
pengab
pencahayaa
terhadap
kurang
Lingkung
penimbang
pengunann
tidak
kader
sehat
(dacin)
dacin
masih
banyak
sendiri
terhadap
Alat memprioritaskan
keposyan
1standar
n kumuh
-punya
Pe- g BGM
Sempit Carau
sakit
sehat
dan
n rumah
BGM
Kontraka
an tidak
ya susah
keluar
an
tugas
terbatas
kurang
maslah
du kurang
Asupan Gizi
kurang

Menrunkan
jumlah
BGM di
Kecamatan
Tamansari

LANGKAH III
MENGUJI DAN MENENTUKAN PENYEBAB DOMINAN
HUBUNGAN ANTARA PENYEBAB MASALAH DENGAN
106

BALITA DI BAWAH GARIS MERAH


DI KECAMATAN TAMANSARI TAHUN 2009
NO
1
2
3

PENYEBAB MASALAH
R
Kesadara
mengenai
0.81
penyediaanPMT keluarga
Petugas kesehatan yang datang ke
0.86
posyandu kurang
Kader kurang fokus dalam

DERAJAT

27

97

28

101

masalah

26

94

0.26

32

0.30

10

36

1.27

100

360

balita

dibawah

garis 0.80

merah (BMG)
Tidak
semua

menggunkan timbangan standar


Ventilasi dan pencahayaan rumah

posyandu

kurang

Kesimpulan :
Dari kelima penyebab masalah, yang menunjukan korelasi yang sangat kuat dengan
balita di bawah garis (BMG) adalah :
1. Kesadaran mengenai penyediaan PMT keluarga kurang
2. Petugas kesehatan yang datang ke posyandu kurang
3. Kader kurang fokus terhadap maslah balita di bawah garis merah (BMG)

LANGKAH IV
MEMBUAT RENCANA DAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN

No
1

Faktor
penyebab

Why
mengapa

Kesadaran
mengenai
penyedian
PMT keluarga
kurang

Supaya
semua
keluarga
yang
memiliki
balita BMG

What apa

Where dimana

Meningka
tkan
frekuensi
penyuluha
n gizi

Posyandu dan
puskesmas

107

When
kapan
Minggu
ke 1dan 2
bulan
Agustus
2009

Who siapa
Anah
Z
Evi
R
Asep DK
Dr. Nalia

How
bagaiman
a
Penyuluha
n
dan
konseling

How
much
100%

menyediaka
n PMT

Petugas
kesehatan
yang datang
ke posyandu
kurang

Supaya
seluruh
posyandu
dapat
terpntau
oleh petugas
kesehatan

Penambah
an tenaga
kesehatan
menjadi 1
orang
petugas
per,
posyandu

Posyandu
yang ada di
kecamatan
tamansari

Minggu
ke 3 bulan
Juli 2009

Seluruh
pegawai
puskesma
s
dan
petugas
kesehatan
swasta

Kader kurang
fokus dalam
BMG

Supaya
kader lebih
mengerti
tentang
BMG dan
gizi buruk

Bimbinga
n secara
khusus
tentang
BMG dan
gizi buruk

Puskesmas
kecamatan
tamansari

Minggu
ke 1 bulan
Juli 2009

Seluruh
kader
kesehatan

Berkerja
sama
antara
puskesma
s
dan
fasilitas
kesehatan
swasta
Pelatihan
kepada
seluruh
kader
tentang
BMG dan
gizi buruk

100%

100%

Melaksanakan Perbaikan atau Penanggulangan


Sebelum
Perbaikan

Langkah
Perbaikan

Kesadaran
mengenai
penyediaan
PMT keluarga
kurang

Pengetahuan
kurang tentang
PMT
masih
sangat kurang

Meningkatkan pendekatan
persuasife,kepada keluarga
BGM. Asupan gizi keluarga
ditingkatkan

2.

Petugas
kesehatan
yang dating
ke posyandu
kurang

Satu kelurahan
hanya didatangi
2-3
petugas
kesehatan

Satu posyandu didatangi


oleh satu petugas kesehatan

3.

Kader kurang
focus
terhadap
masalah
BGM

Belum seluruh
kader mengerti
tentang
balita
BGM

Pelatihan kepada seluruh


kader tentang BGM dan
melakukan
inofasi
perubahan
bentuk
timbangan dacing

No

Faktor
Dominan

1.

Monitoring

Keputusan
GKM

Pemantauan kenaikan
BB
di
Posyandu,
melakukan kunjungan
kepada semua balita
BGM yang tidak dating
ke posyandu
Evaluasi
absensi
terhadap
kehadiran
petugas kesehatan

Perbaikan
dinyatakan
berhasil

Petugas
melakukan
cross chek laporana
BGM
dari
kader
(melakukan konfirmasi
status gizi terhadap
balita BGM)

Perbaikan
dinyatakan
berhasil

Perbaikan
dinyatakan
berhasil

Keterangan:
Berdasarkan perbaikan tersebut diatas dan kesepakatan gugus, maka gugus mendapatkan:

Target terhadap judul

Target terhadap judul (initial goal) : 100%

Target terhadap tema

: 100%

: 100

LANGKAH V
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN
PERBANDINGAN FAKTOR PENYEBAB MASALAH SEBELUM DAN
SESUDAH PERBAIKAN

108

Pencapaian :
178 45
X 100 % = 74%
178
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pencapaian, gugus berhasil memperbaiki masalah yang ada antara
lain:

Kesadaran mengenai penyediaan pemberian makanan tambahan (PMT)


keluarga kurangnya dari 60% menjadi 15%

Petugas kesehatan yang dating ke posyandu kurang dari 57% menjadi 10%

Kader kurang focus terhadap masalah balita dibawah garis merah (BGM) dari
61% menjadi 20%

Perbandingan terhadap Tema


PERBANDINGAN TERHADAP TEMA SEBELUM DAN SESUDAH
PERBAIKAN

109

Pencapaian :
1,27 0,8
X 100 % = 37%
1,27
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil perhitungan pencapaian diatas maka dapat diketahui bahwa gugus
telah berhasil menurunkan penyimpangan (deviasi) jumlah balita dibawah garis
merah (BGM) sebesar 37 %.

Perbandingan Terhadap Judul


PERBANDINGAN TERHADAP JUDUL SEBELUM DAN SESUDAH
PERBAIKAN

110

Sumber : Data Primer


Pencapaian :
69 46
X 100 % = 33%
69
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pencapaian diatas maka dapat diketahui bahwa gugus telah berhasil
menurunkan jumlah balita dibawah garis merah (BGM) sebesar 33% dari 69 kasus
(1,27%) menjadi 46 kasus (0,8%) di kecamatan Tamansari dalam waktu 5 bulan. Tapi
gugus masih belum berhasil mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 0,5 %.

LANGKAH VI
PEMBUATAN USULAN STANDAR (STANDARISASI)

111

Standar Prosedur:

Untuk Petugas Kesehatan


a. Berikan bimbingan dan arahan kepada kader kesehatan tentang cara-cara
untuk mendeteksi dini terhadap kasus bayi dibawah garis merah (BGM)
b. Berikan penyuluhan kepada masyarakat terutama kepada ibu yang
mempunyai bayi dibawh garis merah (BGM)
c. Buat pembagian tugas wilayah kader untuk memantau bayi dibawah
d.
e.
f.
g.

garis merah (BGM)


Dampingi kader pada saat ada kegiatan posyandu
Evaluasi seluruh hasil kegiatan posyandu
Berikan penyuluhan kepada masyarakat secara rutin
Bawa hasil kegiatan posyandu

Untuk kader Posyandu


a. Laksanakan kegiatan posyandu sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan
b. Laksanakan pengisian formulir balita dengan benar
c. Gunakan timbangan yang sesuai dengan standar
d. Berikan arahan, bimbingn dan penyuluhan kepada ibu-ibu yang dating
ke posyandu
e. Pantau terus balita yang ada diwilayah masing-masing
f. Berikan makanan tambahan kepada balita yang datang keposyandu
terutama balita digaris kuning dan merah
g. Monitor terus secara rutin balita yang ada dibawah garis merah dan
laporkan kepada petugas puskesmas
h. Lebih sensitive terhadap balita garis kuning dan BGM

Untuk Masyarakat
a. Bawa balita ke posyandu secara rutin satu bulan sekali
b. Bawa segera ke fasilitas kesehatan apabila balita sakit
c. Berikan makanan tambahan kepada bayi diatas 6 bulan
d. Laporkan segera kepada kader atau petugas kesehatan apabila ada
kekurangan atau tetangga yang mempunyai balita kurus.

Standar Hasil
Setelah dilakukan perbaikan dan monitor secara rutin satu bulan sekali kasus
balita dibawah garis merah dikecamatan Tamansari.

LANGKAH VII
ACTION

112

Delapan Langkah Pemecahan Masalah:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Identifikasi Masalah
Analisa Sebab
Menentukan Penyebab Dominan
Rencana Perbaikan atau/solusi
Melaksanakan Kegiatan Perbaikan
Memeriksa hasil Perbaikan Dan Menilai/check and Evaluation
Standarisasi
Cegah terulangnya Masalah
Rencana Penyelesaian Masalah Berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (2000), Pelaksanaan jaminan mutu pelayanan kesehatan gugus 1,
Jakarta
Depkes RI (2002), Pedoman Supervisi jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan,
Jakarta
Depkes RI (2002), Standar Pelayanan Mutu, Jakarta
Depkes RI (2000), Pelaksanaan Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Gugus 2,
Jakarta
Dinas Kesehatan RI (2002), Pedoman audit MUTU volume 5 edisi 1, Jakarta
Dinas Kesehatan RI (2002) Modul pelatihan gugua kendali mutu volume 3 edisi 1,
Jakarta
Nevizond Chatab, (1997), Dokumentasi Sistem Mutu ISO 9000, Andi Yogyakarta
113

Pelayanan Kesehatan natenal dan neonatal YBP-SP tahun 2005


Seminar Ilmiah (2006), Manajemen Pelayanan Jaminan Mutu, Jakarta
Syaifudin, A.B, (2002), Buku Panduan Praktis Pelayanan Keluarga Berencana,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadrjo, Jakarta
Syaifudin, A>B (2001), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta

114

Anda mungkin juga menyukai