Makalah Pengolahan Sampah Organik
Makalah Pengolahan Sampah Organik
Makalah Pengolahan Sampah Organik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara di
dunia. Tidak hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negaranegara maju, sampah selalu menjadi masalah. Rata-rata setiap harinya
kota-kota besar di Indonesia menghasilkan puluhan ton sampah. Sampahsampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk
begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa diapa-apakan lagi.
Dari hari ke hari sampah itu terus menumpuk dan terjadilah bukit sampah
seperti yang sering kita lihat.
Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan mengganggu penduduk di
sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering dihinggapi
lalat. Dan juga dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun terbukti
sampah itu dapat merugikan, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena
selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga
dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini
tidak terlepas dari penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
menanganinya.
1.2
Rumusan Masalah
Ruang Lingkup
1.4.1
Tujuan
manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan
tidak berbau (sering disebut dengan kompos).
Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daundaunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang
sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.
Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar
ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah
organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari
pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75%
terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.
2.2
Organik basah.
Organik kering.
2.3.2
Pengolahan Sampah
sistem penanganan sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja
mereka harus menjadi komponen utama dalam sistem penanganan
sampah di negara berkembang. Salah satu contoh sukses adalah
zabbaleen di Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem
pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu
mengubah/memanfaatkan 85 persen sampah yang terkumpul dan
mempekerjakan 40,000 orang.
Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem untuk
penanganan sampah organik merupakan komponen-komponen terpenting
dari suatu sistem penanganan sampah kota. Sampah-sampah organik
seharusnya dijadikan kompos, vermi-kompos (pengomposan dengan
cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan nutirisinutrisi yang ada ke tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-bahan yang
masih bisa didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan kunci
ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan sampah. Daur-ulang sampah
menciptakan lebih banyak pekerjaan per ton sampah dibandingkan
dengan kegiatan lain, dan menghasilkan suatu aliran material yang dapat
mensuplai industri.
Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara
alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik
yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri
dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan
bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos (compost).
Setiap bahan organik, bahan-bahan hayati yang telah mati, akan
mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Daun-daun yang gugur ke
tanah, batang atau ranting yang patah, bangkai hewan, kotoran hewan,
sisa makanan, dan lain sebagainya, semuanya akan mengalami proses
dekomposisi kemudian hancur menjadi seperti tanah berwarna coklatkehitaman. Wujudnya semula tidak dikenal lagi. Melalui proses
dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara
yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati,
dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan
terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia
maka produk akhirnya adalah kompos (compost).
Pengomposan didefinisikan sebagai proses biokimiawi yang melibatkan
jasad renik sebagai agensia (perantara) yang merombak bahan organik
menjadi bahan yang mirip dengan humus. Hasil perombakan tersebut
disebut kompos. Kompos biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk dan
pembenah tanah.
Kompos dan pengomposan (composting) sudah dikenal sejak berabadabad yang lalu. Berbagai sumber mencatat bahwa penggunaan kompos
sebagai pupuk telah dimulai sejak 1000 tahun sebelum Nabi Musa.
Tercatat juga bahwa pada zaman Kerajaan Babylonia dan kekaisaran
2.5.4
Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat
pembuangan akhir (TPA).
2.5.5
(TPA).
2.5.6
Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa
bau, selokan macet, banjir, tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan
oleh serangga dan binatang pengerat.
2.6
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas.
Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas,
sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan
polusi.
Daur ulang sampah menciptakan lebih banyak pekerjaan, perton sampah
dibandingkan dengan kegiatan lain dan menghasilkan suatu aliran
material yang dapat mensuplai industry. Salah satu contoh sukses adalah
Zabbaleen di Kairo, yang telah berhasil membuat suatu system
pengumpulan daur ulang sampah yang mampu mengubah/memanfaatkan
85% sampah yang terkumpul dan mempekerjakan 40.000 orang.
Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsure hara
secara alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda
organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti
bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana
dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos. Namun
demikian, perkembangan tekhnologi industry telah menciptakan
ketergantungan pertanian terhadap pupuk kimia buatan pabrik sehingga
membuat orang melupakan kompos. Padahal kompos memiliki
keunggulan keunggulan lain yang tidak dapat digantikan oleh pupuk
kimiawi, yaitu kompos mampu :Mengurangi kepekatan dan kepadatan
tanah sehingga memudahkan perkembangan akar dan kemampuannya
dalam penyerapan hara. Meningkatkan kemampuan tanah dalam
mengikat air sehingga tanah dapat menyimpan air lebih ama dan
mencegah terjadinya kekeringan pada tanah. Menahan erosi tanah
sehingga mengurangi pencucian hara.Menciptakan kondisi yang sesuai
untuk pertumbuhan jasad penghuni tanah seperti cacing dan mikroba
tanah yang sangat berguna bagi kesuburan tanah.
3.2
Saran
3.2.1
Pembaca harus dapat mengerti dan lebih mengembangkan
masalah pengolahan sampah melalui tekhnologi tekhnologi terbaru,
agar kita sama sama dapat mengendalikan tumpukan sampah yang
telah menggunung.
3.2.2
Warga sebaiknya mengetahui cara mengendalikan sampah yang
paling sederhana dengan menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk