Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Audit Siklus Akuisisi Dan Pembayaran Audit II Bahan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Audit Siklus Akuisisi dan Pembayaran: Pengujian

Pengendalian, Pengujian Substantif atas Transaksi dan Utang Usaha

Tujuan keseluruhan dari audit atas siklus akuisisi dan pembayaran adalah untuk mengevaluasi
apakah akun-akun yang dipengaruhi oleh akuisisi barang dan jasa serta pengeluaran kas bagi
akuisisi tersebut disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima
umum. Terdapat tiga kelas transaksi yang dimasukkan dalam siklus :
1. Akuisisi barang dan jasa
2. Pengeluaran kas
3. Retur dan pengurangan pembelian serta diskon pembelian
Sepuluh akun khusus yang terlibat dalam siklus akuisisi dan pembayaran yang ditunjukkan
oleh akun-T.

Fungsi Bisnis dalam Siklus serta Dokumen dan Catatan yang Terkait

Siklus akuisisi dan pembayaran melibatkan keputusan dan proses yang diperlukan untuk
memperoleh barang dan jasa guna mengoperasikan suatu bisnis. Siklus tersebut umumnya
dimulai dengan pembuatan permintaan pembelian oleh karyawan yang berwenang yang
memerlukan barang dan jasa itu, dan berakhir dengan pembayaran utang usaha.
Memproses Pesanan Pembeli
Permintaan akan barang dan jasa oleh personil klien merupakan titik awal bagi siklus
ini. Bentuk pasti dari permintaan itu dan persetujuan yang diperlukan tergantung pada
sifat barang dan jasa serta kebijakan perusahaan. Dokumen yang umum digunakan
meliputi:
1. Permintaan Pembelian. Digunakan untuk meminta barang dan jasa oleh karyawan
yang berwenang berupa permintaan akuisisi seperti atas bahan oleh seorang
mandor ruangan penyimpanan, perbaikan oleh pihak luar oleh personil kantor
atau pabrik.
2. Pesanan Pembelian, adalah dokumen yang digunakan untuk memesan barang dan
jasa dari vendor. Pesanan tersebut mencakup deskripsi, kuantitas, dan informasi
terkait mengenai barang dan jasa yang ingin dibeli perusahaan dan sering kali
digunakan untuk menunjukkan otorisasi akuisisi.
Menerima Barang dan Jasa.
Penerimaan barang dan jasa dari vendor oleh perusahaan merupakan saat dimana
sebagian besar perusahaan mulai mengakui akuisisi dan kewajiban terkait pada
catatannya. Ketika barang telah diterima, pengendalian yang memadai akan
mewajibkan dilakukannya pemeriksaan atas deskripsi, kuantitas, kedatangan yang
tepat waktu, dan kondisi. Laporan penerimaan adalah kertas atau dokumen elektronik
yang dibuat pada saat barang diterima.
Mengakui Kewajiban
Pengakuan kewajiban yang tepat atas penerimaan barang dan jasa memerlukan
pencatatan yang tepat waktu dan akurat. Pencatatan awal akan mempengaruhi laporan
keuangan dan pengeluaran kas aktual, karena itu, perusahaan harus berhati-hati
mencantumkan semua transaksi, hanya akuisisi yg dilakukan, dan pada jumlah yang
tepat. Dokumen dan catatan yang umum meliputi:
1. Faktur Vendor, adalah dokumen yang diterima dari vendor dan menunjukkan
jumlah yang terutang atas suatu akuisisi. Faktur tersebut menunjukkan deskripsi
dan kuantitas barang serta jasa yang diterima, harga, syarat diskon tunai, tanggal
penagihan, dan total jumlahnya.

2. Memo Debet, merupakan dokumen yang diterima dari vendor dan menunjukkan
pengurangan jumlah yang terutang kepada vendor akibat retur barang atau
pengurangan yang diberikan.
3. Voucher, sering digunakan organisasi dalam menetapkan cara yang formal untuk
mencatat dan mengendalikan akuisisi, terutama dengan memungkinkan setiap
transaksi akuisisi diberi nomor urut.
4. File Transaksi Akuisisi, adalah file yang dibuat komputer yang meliputi semua
transaksi akuisisi yang diproses oleh sistem akuntansi selama suatu periode. File
ini berisi semua informasi yang dicantumkan ke dalam sistem dan meliputi
informasi tentang setiap transaksi.
5. Jurnal Akuisisi atau Listing, jurnal tersebut mengindentifikasi apakah akuisisi
dilakukan secara tunai atau dengan piutang usaha. Jurnal atau listing dapat
mencakup periode selama sebulan. Transaksi dicatat ke buku besar, ke file induk
utang usaha.
6. File Induk Utang Usaha, file induk utang usaha mencatat transaksi akuisisi,
pengeluaran kas, serta retur dan pengurangan akuisisi untuk setiap vendor. File
induk ini diperbaharui dari file transaksi akuisisi, retur dan pengurangan, serta
pengeluaran kas yang terkomputerisasi.
7. Neraca Saldo Utang Usaha, mencantumkan jumlah yang terutang kepada setiap
vendor atau dari setiap faktur atau voucher pada suatu titik waktu. Neraca tersebut
dibuat secara langsung dari file induk utang usaha.
8. Laporan Vendor, adalah dokumen yang disiapkan setiap bulan oleh vendor dam
menunjukkan saldo awal, akuisisi, retur dan pengurangan, pembayaran kepada
vendor, dan saldo akhir.
Memroses dan Mencatat Pengeluaran Kas
Pembayaran atas pembelian barang dan jasa merupakan aktifitas yang signifikan bagi
semua entitas. Aktifitas tersebut secara langsung akan mengurangi saldo akun
kewajiban, terutama utang usaha. Dokumen yang terkait termasuk:
1. Cek. Umumnya digunakan untuk membayar akuisisi ketika pembayaran sudah
jatuh tempo. Sebagian besar perusahaan menggunakan cek yang dibuat
melalui komputer berdasarkan informasi yang tercantum dalam file transaksi
akuisisi pada saat barang dan jasa diterima.
2. File Transaksi Pengeluaran Kas, adalah file yang dibuat dengan komputer yang
mencamtumkan semua transaksi pengeluaran kas yang diproses oleh sistem
akuntansi selama masa periode. File ini berisi jenis informasi yang sama
seperti yang dibahas untuk file transaksi akuisisi.

3. Jurnal atau Listing Pengeluaran Kas, adalah laporan yang dibuat dari file
transaksi pengeluaran kas yang mencamtumkan semua transaksi selama setiap
periode waktu. Transaksi yang sama, termasuk semua informasi yang relevan,
akan dicantumkan dalam file induk utang usaha dan buku besar umum.
Bagaimana E-Commerce Mempengaruhi Siklus Akuisisi dan Pembayaran
Tujuan perusahaan menggunakan internet dan e-commerce untuk merampingkan proses
akuisisi barang dan jasa serta proses lainnya seputar manajemen mata rantai suplai. Informasi
mengenai deskripsi produk, penetapan harga, skedul pengiriman, dan syarat lainnya telah
tersedia di internet melalui website vendor dan database yang dapat diakses dengan mudah
lainnya. Beberapa perusahaan menggunakan ekstranet, yang merupakan jaringan kerja
pribadi yang dibangun atas dasar teknologi internet, yang memungkinkan pemasok dan
pelanggan bisnis mengkomunikasikan serta melakukan bisnis secara langsung dalam setting
yang aman. Pengguna ekstranet dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan bisnis
dengan rekan bisnis yang jauh lokasinya, yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan.
Perusahaan lainnya menggunakan lelang business-to-business yang diselenggarakan internet
untuk menegosiasikan pembelian perlengkapan dan jasa yang diperlukan dalam lelang
terbuka. Banyak yang berpendapat bahwa penggunaan internet untuk memperoleh barang dan
jasa menimbulkan efisiensi pasar dan harga yang lebih murah karena pasar online akan
memungkinkan jumlah pemasok dan pelanggan yang lebih besar untuk menegosiasikan
pembelian serta penjualan produk dan jasa.

Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Subtantif atas Transaksi
Pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi untuk siklus akuisisi dan
pembayaran dibagi ke dalam dua bidang, yaitu:
1. Pengujian akuisisi: memroses pesanan pembelian, menerima barang dan jasa, serta
mengakui kewajiban.
2. Pengujian pembayaran, meliputi proses bisnis: memroses dan mencatat pengeluaran
kas.
Memahami pengendalian internal. Untuk memahami pengendalian internal sikus
akuisisi dan pembiayaan, auditor mempelajari bagan arus klien, mereview kuosioner

pengendalian internal, serta melaksanakan pengujian walkthrough untuk transaksi


akuisisi dan pengeluaran kas.
Menilai risiko pengendalian yang direncanakan. Informasi yang diperoleh dari
pemahaman pengendalian internal selanjutnya digunakan untuk menilai risiko
pengendalian dengan mengkaji pengendalian kunci untuk setiap fungsi bisnis siklus
ini. Pengendalian kunci tersebut adalah:
o Otorisasi pembelian
o Pemisahan penyimpanan aktiva dari fungsi lainnya
o Pencatatan yang tepat waktu dan review independen atas transaksi
o Otorasi pembayaran
Menentukan luas pengujian pengendalian
Setelah mengkaji pengendalian kunci, auditor menilai risiko pengendalian. Luas
pengujian pengendalian tergantung keefektifan dan keandalan pengendalian tersebut
untuk mengurangi risiko pengendalian. Setelah efektifitas ditingkatkan, auditor akan
mampu mengurangi pengujian subtantif, banyak waktu bersih yang dapat dihemat.
Merancang pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi akuisisi dan
pengeluaran kas guna memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
Metodologi Perancangan Pengjuian Terinci atas Saldo
Tahap I. Mengidentifikasi resiko bisnis klien yang mempengaruhi utang usaha.
Tahap I. Menetapkan salah saji yang dapat ditolerir dan menilai resiko bawaan untuk siklus
penggajian dan kepegawaian.
Tahap I. Menilai resiko pengendalian untuk siklus penggajian dan kepegawaiaan.
Tahap II. Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi untuk siklus akuisisi dan pembayaran.
Tahap III. Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk utang usaha.
Tahap III. Merancang pengujian atas rincian saldo utang usaha untuk memenuhi tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo. Meliputi prosedur audit, ukuran sampel, item yang akan dipilih,
penetapan waktu.
Akuisisi Modal dan Siklus Pembayaran
AUDIT SIKLUS AKUISISI MODAL DAN PEMBAYARAN KEMBALI MODAL

Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali, berfokus pada akuisisi sumber daya modal
melalui utang berbunga dan ekuitas pemilik dan pembayaran kembali modal tersebut. Siklus
ini juga mencakup pembayaran utang dan dividen.
Empat karakteristik siklus perolehan dan pelunasan kembali modal mempengaruhi secara
siginifikan audit akun-akun berikut :
1. Relatif sedikit transaksi yang mempengaruhi saldo akun, tetapi setiap transaksi seringkali
jumlahnya sangat material. Misalnya, obligasi jarang diterbitkan oleh kebanyakan
perusahaan, tetapi jumlah suatu penerbitan obligasi biasanya besar.
2. Jika tidak dimasukkan satu transaksi tertentu, mungkin jumlahnya akan material.
Misalnya, penghilangan atau salah dibukukan satu transaksi kewajiban tertentu mempunyai
dampak yang material pada laporan keuangan.
3. Terdapat hubungan hukum antara entitas usaha klien dan pemegang saham, obligasi atau
dokumen-dokumen kepemilikan serupa.
4. Terdapat hubungan langsung antara akun bunga dan dividen dengan kewajiban dan
ekuitas. Dalam audit hutang berbunga, diharapkan sekaligus memverifikasi beban bunga
terkait dan hutang bunga.
Adapun empat karakteristik atas siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali akan
memengaruhi audit pada akun-akun berikut:
Jumlah transaksi yang memengaruhi saldo akun hanya sedikit, tetapi setiap transaksi biasanya
sangat material
Misalnya, obligasi tidak sering diterbitkan perusahaan, tetapi penerbitan obligasi biasanya
bernilai besar. Nilai yang besar itu membuat auditor sebagai bagian dari verifikasi akun
neraca akan melakukan verifikasi pada setiap transaksi yang memengaruhi siklus dalam
periode berjalan. Jadwal audit dalam kebanyakan akun siklus ini memasukkan saldo awal
pada setiap akun dan setiap transaksi yang terjadi sepanjang tahun dan saldo akhir.
2. Tidak dimasukkannya atau salah saji suatu transaksi bisa sangat material
Hal ini akan mengakibatkan auditor memprioritaskan penekanan pada akun tersebut terutama
pada tujuan audit yang terkait dengan kelengkapan dan akurasi.

3. Muncul hubungan legal antara entitas klien dengan pemegang saham, obligasi, atau
pemilikan dokumen yang sejenis
Dalam audit transaksi dan jumlah dalam siklus ini, auditor harus hati-hati untuk memastikan
apakah persyaratan legal yang memengaruhi laporan keuangan sudah dipenuhi dan disajikan
dengan wajar serta diungkapkan dalam laporan atau belum.
4. Terdapat hubungan langsung antara akun bunga dan deviden dengan utang dan ekuitas

Dalam audit atas bunga berbunga, auditor harus secara berkesinambungan melakukan
verifikasi beban bunga dan utang bunga terkait. Hal ini juga berlaku atas akun ekuitas
pemilik, deviden yang diumumkan, dan utang deviden.

Akun di dalam Siklus Akuisisi Modal dan Pembayaran Kembali Modal

Akun-akun dalam siklus perolehan dan pelunasan kembali modal pada perusahaan tertentu
tergantung pada jenis aktivitas bisnis perusahaan itu dan bagaimana pendanaannya. Seluruh
perusahaan memiliki modal saham dan saldo laba, tetapi ada juga yang memiliki saham
preferen, tambahan modal, dan saham tresuri. Berikut ini adalah siklus-siklus yang seringkali
ditemukan :

Wesel bayar
Kontrak yang masih harus dibayar
Hutang hipotik
Hutang obligasi
Beban bunga
Bunga yang masih harus dibayar
Kas Bank
Modal saham- Saham biasa
Modal saham- Saham preferen
Kelebihan modal disetor atas nilai pari (par value)
Modal yang disumbangkan
Laba ditahan
Pencadangan laba ditahan
Saham tresuri
Dividen yang diumumkan
Deviden yang terhutang
Akun modal- perusahaan perseorangan

Akun modal- perusahaan persekutuan

Wesel Bayar

Wesel bayar adalah kewajiban hukum kepada kreditor, yang tidak dijamin atau dijamin
dengan aktiva. Umumnya wesel diterbitkan untuk suatu periode antara satu bulan dan satu
tahun, tetapi terdapat juga wesel jangka panjang yang lebih dari setahun. Tujuan audit wesel
bayar adalah untuk menentukan apakah berikut ini benar:

Pengendalian internal atas wesel bayar memadai


Transaksi untuk pokok pinjaman dan bunga yang melibatkan wesel bayar diotorisasi dan
dibukukan dengan semestinya sebagaimana didefinisikan menurut enam tujuan audit terkait
transaksi
Kewajiban atas wesel bayar dan beban bunga terkait beserta hutang yang masih harus dibayar
dinyatakan dengan semestinya sebagaimana didefinisikan menurut delapan dari Sembilan
tujuan audit terkait saldo.
Pengendalian Internal

Terdapat empat pengendalian penting atas wesel bayar :

1. Otorisasi yang memadai atas penerbitan wesel baru

Tanggung jawab atas penerbitan wesel baru harus terletak pada dewan direksi atau
manajemen puncak. Biasanya diperlukan dua tanda tangan pejabat tinggi perusahaan untuk
setiap perjanjian pinjaman.

2. Pengendalian yang mencukupi atas pembayaran pokok pinjaman dan bunga.

Pembayaran bunga dan pokok pinjaman harus dikendalikan sebagai bagian dari siklus
perolehan dan pembayaran. Pada saat wesel diterbitikan, bagian akuntansi harus menerima
satu tembusan seperti pada penerimaan faktur dan laporan penerimaan.

3. Dokumen dan catatan-catatan yang memadai.

Hal ini meliputi penyelenggaraan buku tambahan dan pengawasan terhadap wesel-wesel
kosong atau yang telah dibayar oleh petugas yang bertanggung jawab.

4. Verifikasi yang independen secara periodik.

Secara periodik, catatan-catatan wesel yang dibuat terperinci, harus direkonsiliasikan


terhadap buku besar dan dibandingkan dengan catatan pemegang wesel, oleh karyawan yang
tidak bertanggung jawab atas pencatatan kunci. Pada waktu yang sama, karyawan independen
harus menghitung kembali beban bunga wesel untuk menguji keakuratan dan kecukupan
pencatatan.

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi

Pengujian atas transaksi-transaksi wesel bayar akan mencakup penerbitan wesel serta
pelunasan kembali pokok pinjaman dan bunganya. Pengujian audit ini menjadi bagian dari
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk penerimaan kas dan
pengeluaran kas. Pengujian tambahan atas pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi biasanya dilakukan sebagai bagian dari pengujian saldo karena masing-masing
transaksi memiliki materialitas yang tinggi.

Pengujian pengendalian untuk wesel bayar dan bunga terkait harus menekankan pada
pengujian empat pengendalian internal yang telah dibahas di atas. Sebagai tambahan, seorang
auditor harus melakukan verifikasi pencatatan yang akurat terhadap bukti penerimaan dari
pencairan wesel dan pembayaran pokok dan bunga.

Prosedur analitik

Prosedur analitis sangat penting dalam wesel bayar karena pengujian transaksi beban bunga
dan utang bunga dapat dihilangkan jika hasilnya menguntungkan. Auditor perlu mengadakan
suatu prediksi independen atas biaya bunga, menggunakan rata-rata wesel bayar yang beredar
dan rata-rata tibgkat bunga agar auditor dapat mengevaluasi kewajaran beban bunga dan
menguji bila ada bunga yang tidak diakui.

Pengujian Terinci atas Saldo

Metodologi untuk mendesain pengujian perincian atas saldo dalam siklus akuisis modal dan
pembayaran kembali sama yang diaplikasikan pada akun lainnya. Dalam menentukan
pengujian perincian saldo untuk wesel bayar, auditor mempertimbangkan resiko bisnis, salah
saji yang dapat diterima, resiko bawaan, resiko pengendalian, hasil pengujian pengendalian
dan pengujian substantif atas transaksi dan hasil prosedur analitis.

Auditor seringkali menetapkan salah saji yang dapat diterima pada tingkat rendah karena
mereka hampir selalu dapat mengaudit saldo akun dan transaksi yang memengaruhi saldo
wesel bayar secara keseluruhan. Khususnya, mereka juga menetapkan resiko bawaan pada
tingkat rendah karena menilaiakun yang benar biasanya mudah ditentukan. Auditor biasanya
paling memerhatikan dalam tujuan kelengkapan untuk saldo wesel bayar dan pengungkapan
wesel bayar seperti jaminan dan batasan wesel bayar.

Adapun tiga tujuan audit terkait saldo yang terpenting dalam wesel bayar adalah sebagai
berikut :

1. Wesel bayar yang ada telah dimasukkan (kelengkapan)

2. Wesel bayar di dalam skedul dibukukan secara akurat (keakuratan)

3. Wesel bayar disajikan dan diungkapkan secara semestinya (penyajian dan pengungkapan).

Oleh karena siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali itu biasanya terdiri dari hanya
sedikit transaksi, maka resiko pengendalian dan hasil pengujian substantif atas transaksi
menjadi tidak terlalu penting dalam mendesain pengujian perincian saldo akun seperti wesel

bayar. Untuk kebanyakan transaksi dalam siklus, pertimbangan utama auditor adalah bahwa
setiap transaksi telah diotorisasi dengan benar.

EKUITAS PEMILIK
Terdapat perbedaan utama antara audit ekuitas pemilik pada perusahaan terbuka dan
perusahaan tertutup. Pada perusahaan yang tertutup biasanya hanya terdiri atas sedikit
pemegang saham saja sehingga hanya terdapat sedikit transaksi selama tahun berjalan. Satusatunya transaksi yang termasuk dalam bagian ekuitas pemilik adalah perubahan ekuitas
pemilik atas laba tahunan atau kerugian dan pengumuman deviden. Perusahaan tertutup
jarang membayar deviden dan auditor tidak banyak menghabiskan waktu untuk melakukan
verifikasi ekuitas pemilik meskipun catatan perusahaan tetap harus diuji.
Sedangkan untuk perusahaan terbuka, verifikasi ekuitas pemilik lebih kompleks karena
terdapat lebih banyak pemegang saham dan banyak perubahan individu pada individu
pemegang saham. Transaksi-transaksi ekuitas pemilik yang mungkin terjadi adalah perubahan
ekuitas pemilik disebabkan oleh laba atau rugi tahunan serta pembagian dividen.
Tujuan dari pemeriksaan auditor terhadap ekuitas pemilik adalah untuk menentukan apakah:
1. Struktur pengendalian internal terhadap modal saham dan dividen yang berkaitan
mencukupi.
2. Transaksi-transaksi ekuitas pemilik telah dicatat sesuai dengan keenam tujuan spesifik
audit.
3. Saldo-saldo ekitas pemilik telah disajikan dan diungkapkan sesuai dengan tujuan spesifik
audit rincian saldo.
Adapun Pengendalian Internal yang penting dan diutamakan oleh auditor adalah sebagai
berikut:
1. Otorisasi yang memadai untuk transaksi (transaksi material dan harus disetujui oleh dewan
direksi).

2. Pencatatan yang baik dan pemisahan fungsi.


3. Petugas dan agen pemindahan saham yang independen. Perusahaan yang mengeluarkan
sahamnya di pasar modal, diharuskan menggunakan petugas catat bebas sebagai suatu alat
pengendalian untuk mencegah pengeluaran sertifikat saham yang tidak sah.
Empat hal yang penting dalam audit terhadap modal saham dan tambahan modal disetor di
atas nilai pari:
1. Seluruh transaksi modal saham yang ada telah dicatat (kelengkapan).

Tujuan ini dapat dicapai jika digunakan jasa pencatat atau agen pemindahan saham. Auditor
dapat meminta konfirmasi mengenai transaksi modal saham dan mengenai nilai transaksi
tersebut.

2. Transaksi-transaksi saham yang dicatat telah diotorisasi dan nilainya tepat (keberadaan
dan keakuratan).

Keberadaan biasanya diuji dengan memeriksa notulen rapat dewan direksi. Ketepatan nilai
transaksi saham yang dilakukan secara tunai dapat diverifikasi dengan meminta konfirmasi
tentang jumlahnya kepada agen pemindahan saham dan menelusuri jumlah transaksi saham
yang ada ke dalam penerimaan uang.

3. Modal saham dinilai dengan benar (akurasi).

Saldo akhir dalam akun modal diverifikasi, mulamula dengan menentukan jumlah saham
yang beredar pada tanggal neraca. Konfirmasi dari agen pemindahan merupakan cara
verifikasi termudah. Jika tidak ada agen pemindahan maka auditor mengandalkan pada
pemeriksaan atas catatan saham dan menghitung seluruh saham yang beredar dalam buku
sertifikasi saham, meneliti sertifikat yang dibatalkan dan menghitung sertifikat kosong.

4. Modal saham disajikan dan diungkapkan secara memadai (presentation and disclosure).

Sumber informasi yang digunakan mengenai pengungkapan yang memadai adalah akte
pendirian perusahaan, notulen rapat dewan direksi, dan analisis auditor terhadap transaksitransaksi modal saham.

Audit Modal Saham dan Kelebihan Modal

Auditor harus memerhatikan empat hal berikut dalam hal audit modal saham dan kelebihan
modal atas nilai pari:

Transaksi modal saham yang ada sudah dicatat (tujuan- terkait dengan kelengkapan
transaksi).
Transaksi modal saham yang dicatat benar-benar terjadi dan dicatat secara akurat (tujuanterkait dengan keterjadian dan akurasi transaksi).
Modal saham dicatat secara akurat (tujuan- terkait akurasi saldo).
Modal saham disajikan dan diungkapkan dengan benar (keempat tujuan penyajian dan
pengungkapan).
Audit Atas Dividen

Penekanan pada audit atas dividen adalah pada transaksinya dan bukan saldo akhir, kecuali
jika ada hutang dividen. Keenam tujuan spesifik audit atas transaksi relevan untuk dividen.
Tujuan terpenting dari kontrol terhadap dividen, termasuk yang berkaitan dengan hutang
dividen:

Dividen yang dicatat benar ada (eksistensi).


Dividen yang ada seluruhnya telah dicatat (kelengkapan).
Dividen telah dicatat dengan benar (accuracy).
Dividen yang dibayar kepada pemegang saham adalah benar ada (eksistensi)
Hutang dividen telah dicatat (kelengkapan).
Hutang dividen telah dicatat dengan benar (keakuratan).
Keberadaan dapat dicek dengan meneliti notulen rapat dewan direksi mengenai jumlah
dividen per lembar saham dan tanggal pembayaran dividen. Ketepatan penilaiian suatu
pengumuman pembayaran dividen dapat diaudit dengan menghitung kembali jumlahnya
berdasarkan dividen setiap saham dan jumlah saham beredar. Pengujian untuk melihat apakah
pembayaran dilakukan kepada pemegang saham yang memiliki saham tersebut pada tanggal
pencatatan dividen adalah dengan memilih suatu sample pembayaran dividen yang dicatat
dan menelusuri nama penerima uang pada cancelled check pada catatan dividen, untuk
meyakinkan bahwa penerima uang memang berhak.

Untuk klien yang menyimpan catatan devidennya dan membayar sendiri, auditor dapat
melakukan verifikasi total jumlah deviden dengan menghitung kembali dan merujuk pada
pengeluaran kas. Sebagai tambahan, auditor harus melakukan verifikasi apakah pembayaran
dilakukan kepada pemegang saham yang memiliki saham pada tanggal pencatatan deviden.
Auditor dapat menguji hal tersebut dengan memilih sampel dari catatan pembayaran deviden

dan menelusurinya ke nama pihak yang dibayar pada cek yang dibatalkan ke pencatatan
deviden. Pada waktu bersamaan, auditor dapat melakukan verifikasi jumlah dan keaslian cek
deviden.

Akurasi dalam pengumuman deviden dapat diaudit dengan cara menghitung kembali jumlah
basis deviden per lembar dikalikan jumlah beredar yang beredar. Jika klien menggunakan
agen untuk membagikan deviden, maka totalnya dapat ditelusuri ke dalam jurnal pengeluaran
kas kepada agen dan kemudian dilakukan konfirmasi. Sedangkan untuk pengujian utang
deviden harus dilakukan sehubungan dengan deviden yang diumumkan. Deviden yang tidak
dibayar harus dimasukkan ke dalam kewajiban.
Audit Saldo Laba
Untuk memulai audit atas saldo laba, auditor pertama kali perlu menganalisis saldo laba
perusahaan sepanjang tahun. Skedul audit menunjukkan analisis tersebut, yang biasanya
merupakan bagian dari berkas permanen, termasuk deskripsi setiap transaksi yang
memengaruhi akun.
Untuk memenuhi audit atas pengkreditan saldo laba untuk laba bersih tahun berjalan (atau
debet untuk kerugian), auditor dapat menelusuri jurnal pada saldo laba ke laba bersih dalam
laporan laba rugi. Prosedur ini harus dilakukan setelah seluruh jurnal penyesuaian yang
memengaruhi laba bersih telah diselesaikan.
Kemudian setelah auditor yakin bahwa pencatatan transaksi sudah diklasi-fikasikan dengan
benar sebagai transaksi saldo laba, langkah berikutnya adalah memutuskan apakah pencatatan
tersebut dilakukan dengan akurat. Bukti audit yang diperlukan dalam langkah ini adalah
untuk menentukan akurasi bergantung pada sifat transaksi.
Auditor juga harus mengevaluasi apakah terdapat transaksi yang seharusnya dimasukkan
tetapi ternyata tidak ada. Misalnya jika klien mengumumkan deviden saham, maka nilai pasar
yang diterbitkan harus dikapitalisasi dengan cara mendebet saldo laba dan mengkredit modal
saham. Sama halnya jika dalam laporan keuangan terdapat apropriasi saldo laba, maka
auditor perlu mengevaluasi apakah apropriasi itu masih diperlukan seperti tercatat pada
tanggal neraca ataukah tidak.
Standar akuntansi mensyaratkan adanya penyajian dan pengungkapan informasi sehubungan
dengan saldo laba. Fokus utama auditor adalah untuk menentukan apakah tujuan penyajian
dan pengungkapan saldo laba dipenuhi khususnya yang berkaitan dengan pengungkapan
restriksi atas pembayaran deviden. Biasanya perjanjian dengan pihak bank, pemegang saham,
dan kreditur lainnya membatasi jumlah deviden yang dapat dibayarkan klien. Restriksi ini
harus diungkapkan dalam penjelasan tambahan di laporan keuangan.
Audit Atas Laba Ditahan

Titik awal audit terhadap laba ditahan adalah analisis terhadap laba ditahan untuk seluruh
tahun yang bersangkutan (meliputi keterangan tentang setiap transaksi yang mempengaruhi
laba ditahan).
Audit terhadap pengkreditan atas laba ditahan yang berasal dari laba tahun yang bersangkutan
dilakukan dengan menelusuri jurnal dalam laba ditahan ke dalam laba bersih pada
penghitungan laba rugi. Prosedur ini dilakukan pada saat-saar terakhir audit seluruh ayat
jurnal penyesuaian yang mempengaruhi laba bersih disesuaikan.
Setelah auditor yakin bahwa transaksi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai transaksi laba
ditahan, langkah berikutnya adalah menentukan apakah nilai transaksi tersebut benar.
Pertimbangan penting lainnya dalam audit laba ditahan adalah menilai apakah ada transaksi
yang seharusnya dimasukan tetapi belum dicacat.
Hal penting dalam menentukan apakah laba ditahan diungkapkan dengan benar dalam neraca
adalah keberadaan pembatasan-pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasanpembatasan ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Instrumen Kas dan Keuangan
Instrumen Keuangan
Pengertian Bentuk Instrumen Keuangan
Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai asetentitas dan menimbulkan
liabilitas keuangan atau instrumen ekuitas bagi entitas yang lain. Aset yang timbul dari
kontrak tersebut dinamakan aset keuangan (financial asset), sedangkan liabilitas yang timbul
disebut liabilitas keuangan serta ekuitas yang diterbitkan sudah sering diketahui umum
sebagai instrumen ekuitas.
2.

Konsep Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan Instrumen Keuangan

a.

Pengakuan

Entitas harus mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca jika, dan hanya
jika, entitas menjadi pihak dalam ketentuan-ketentuan kontrak dari instrumen. Penghentian
pengakuan kewajiban keuangan: Entitas harus menghapus kewajiban keuangan (atau bagian
dari kewajiban keuangan) dari neraca jika, dan hanya jika, itu dipadamkan-yaitu ketika
kewajiban yang ditentukan dalam kontrak habis atau dibatalkan atau berakhir.
b.

Pengukuran aset keuangan dan kewajiban keuangan

Ketika aset keuangan atau kewajiban keuangan diakui pada awalnya, suatu entitas harus
mengukurnya pada nilai wajarnya ditambah, dalam hal aset keuangan atau kewajiban
keuangan tidak pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, biaya transaksi yang secara
langsung dengan akuisisi atau isu dari aset keuangan atau kewajiban keuangan.
c.

Penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan

Tujuan pernyataan ini mensyaratkan entitas untuk menyediakan pengungkapan dalam laporan
keuangan yang memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi:

Signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi dan kinerja keuangan suatu entitas.

Sifat dan besarnya risiko yang timbul dari instrumen keuangan dimana entitas terpengaruh
selama periode dan pada saat tanggal pelaporan, serta bagaimana entitas mengelola risiko
tersebut

B. Aset Keuangan
I. Klasifikasi Instrumen Keuangan.
PSAK 50 (1998), efek kedalam 3 kelompok yaitu :
Held to maturity
Trading
Available for sale
Sedangkan menurut PSAK 50 (revisi 2006) dibagi menjadi :
financial asset at fair value through profit or loss/FVTPL, termasuk dalam kelompok ini
adalah trading, instrumen derivatif (kecuali derivatif yang ditetapkan sebagai instrumen
lindung nilai dan efektif)
Held to maturity (HTM)
Loan and receivable
Available for sale (AFS)
Bisa dilihat bahwa yang membedakan dari PSAK lama adalah adanya kelompok Loan and
receivable (jelas bat), inilah mengapa dunia perbankan sangat terimbas dengan penerapan
PSAK baru ini karena dana pihak ketiga yang berisi dana masyarakat dan kredit yang
diberikan memenuhi kriteria sebagai instrumen keuangan dan diperlakukan atas dasar PSAK
50 (revisi 2006). dapat disimpulkan pula bahwa PSAK lama mengklasifikasikan
aset/kewajiban keuangan berdasarkan maksud dan penyajiannya dalam neraca, sedangkan
PSAK baru mengklasifikan aset/kewajiban keuangan berdasarkan pengakuan dan
pengukuran jangka waktu dimiliki bagi aset keuangan dan jangka waktu jatuh tempo bagi
kewajiban keuangan.

Reklasifikasi ulang atas instrumen keuangan yang sebelumnya telah direklasifikasi oleh
manajemen suatu perusahaan bertujuan untuk pemerataan laba atau income smoothing. Hal
ini belum diatur secara jelas dalam PSAK lama. contohnya begini : instrumen keuangan yang
sebelumnya termasuk dalam HTM atau AFS memiliki nilai fair value yang meningkat
kemudian manajemen mereklasifikasinya sebagai trading sehingga dampak dari kenaikan
tersebut langsung dapat dinikmati perusahaan sebagai income pada tahun berjalan (karena
apabila masih duduk sebagai HTM kenaikan/laba hanya dapat dibukukan saat telah jatuh
tempo, sedangkan AFS laba dapat dibukukan saat terjadi penjualan saja. sedangkan apabila
terjadi kenaikan atau penurunan nilai fair valuenya maka hanya akan dicatat sebagai bagian
dari ekuitas,biasanya dicatat dalam akun "Rugi/laba yang belum direalisasi atas
penurunan/kenaikan nilai wajar efek yang tersedia untuk dijual".
Terdapat 3 aturan tambahan dalam PSAK 55 (revisi 2006) yang mengatur mengenai masalah
ini, yaitu :
Reklasifikasi dari kelompok klasifikasi manapun dari atau kefinancial asset at fair value
through profit or loss tidak diperbolehkan
Reklasifikasi Loan and Receivable dari atau ke Held to maturity dan financial asset at fair
value through profit or loss tidak diperbolehkan
Reklasifikasi dari Available for sale menjadi Loan and Receivable tidak diperbolehkan
Aset keuangan adalah aset yang tidak berwujud. Nilai dari aset ini tergantung dari nilai arus
kas atau uang yang akan kita terima dimasa yang akan datang, semakin besar nilai arus kas
yang akan kita terima dimasa yang akan datang maka semakin tinggi nilai dari aset keuangan
tersebut. Pihak yang setuju untuk melakukan pembayaran kas atau klaim atas aset keuangan
tersebut disebut emiten atau issuer sedangkan penerima klaim disebut sebagai investor.
Berikut adalah contoh dari aset keuangan tersebut:
a.

Pinjaman / kredit

b.

ORI atau Obligasi Ritel Republik Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

c.

Saham Preferen yang diterbitkan oleh IBM

C. Kas
1.

Definisi Kas

Kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk
pelunasan piutang, dapat diterima sebagai setoran ke bank dengan jumlah sebesar
nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu.
Kas terdiri dari uang kertas, uang logam, cek yang belum disetorkan, simpanan dalam bentuk
giro atau bilyet, traveller check, cashier check, bank draf dan money order.

2.

Pengendalian

a.

Pengendalian kas ada dua yaitu:

v Pengendalian untuk Penerimaan Kas

Semua penerimaan kas harus segera dicatat

Hendaknya semua penerimaan kas pada hari itu juga harus disetor ke bank

Adanya pemisahan fungsi antara petugas yang menangani penerimaan kas dilakukan
dengan mesin cash register
Pengendalian untuk Pengeluaran Kas
Semua pengeluaran kas harus dilalakukan dengan menggunakan cek, kecuali pengeluaran
yang jumlahnya kecil yang tidak efisien jika dilakukan menggunakan cek dapat dilakukan
dengan menggunakan dana kas kecil.

Cek harus ditandatangani minimal 2 orang pejabat

Cek yang batal digunakan/salah tulis harus diarsir dengan rapi

Hendaknya diberikan cap lunas untuk bukti dan cek yang sudah dikeluarkan

Anda mungkin juga menyukai