Creative Writing, jjjj">
Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Bab I Pintu Sorong Print

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412)

KELOMPOK 7

BAB I
PERCOBAAN PINTU SORONG
A. Pendahuluan
Sejak dahulu diketahui bahwa air merupakan kebutuhan pokok manusia.
Pemanfaatannya untuk menunjang kehidupan manusia dirasa makin hari makin
berkembang. Mulai dari makan minum dan sanitasi sampai pada produksi
barang industri, penerangan dan irigasi. Semua dari hal tersebut tentu banyak
mengandalkan potensi sumber air, diantaranya air sungai, air tanah, dan
sebagainya. Sehubungan dengan pemanfaatan air untuk irigasi dan kebutuhan
yang lain, seringkali dibuatlah bangunan air seperti waduk, saluran, pintu air,
terjunan, bendung dan lain sebagainya guna mengatur dan mengendalikan air
tersebut. Untuk menyalurkan air ke berbagai tempat guna keperluan irigasi,
drainase, air bersih dan sebagainya sering dibuat saluran dengan menggunakan
saluran terbuka. Pada pengoperasiannya untuk membagi air, mengatur debit
dan sebagainya kadang-kadang diperlukan suatu alat yang disebut pintu air.
Banyak macam dan jenis pintu air dan salah satu diantaranya adalah pintu
sorong (sluice gate).
Untuk itulah maka dirasa perlu untuk mempelajari bagaimana sebuah
pintu sorong berpengaruh dalam sebuah aliran air pada saluran air terbuka.
B. Maksud dan Tujuan
1. Menentukan koefisien kecepatan (Cv).
2. Menentukan koefisien kontraksi (Cc).
3. Mengamati aliran air pada pintu sorong.
4. Menentukan gaya tekan yang bekerja pada pintu sorong untuk distribusi
tekanan non hidrostatik (Fg).
5. Menentukan gaya tekan yang bekerja pada pintu sorong untuk distribusi
tekanan hidrostatik (Fh).
6. Menentukan besarnya kehilangan tinggi tenaga akibat loncatan air (H)

FAKULTAS TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412)


KELOMPOK 7

7. Menentukan hubungan kedalaman aliran sebelum dan sesudah loncatan


air (ya, yb).
C. Alat dan Bahan
1. Satu set model saluran air terbuka yang terbuat dari kaca dan dilengkapi
dengan pipa air, pompa air dan manometer air raksa.
2. Model pintu sorong
3. Alat pengukur kedalaman air (Point Gauge)
4. Alat ukur panjang (jangka sorong)
D. Prosedur Percobaan
1. Kedudukan saluran diatur hingga dasar horizontal.
2. Pintu sorong dipasang hingga tetap vertikal.
3. Bukaan Yg diatur antara 10 35 mm, kemudian debit ditentukan dengan
mengukur Y0,Y1, dan H pada manometer.
4. Dengan harga debit yang sama dengan nomor 3, pintu sorong diatur
sehingga besar Y0 antara 50 -250 mm, kemudian diukur Yg, Y1, H.
5. Debit diubah dengan mengatur katup pompa dan pintu sorong sehingga
Y0, sama dengan harga Y0 pada nomor 4 diatas, kemudian diukur Yg, Y1,
H (dalam pengaturan pintu sorong perlu kesabaran dan hati-hati).
6. Dengan debit yang masih sama, pintu sorong diatur sehingga harga Y0
dan Y1 sama seperti nomor 3 diatas.
7. Percobaan diulangi untuk debit yang berbeda
E. Data Hasil Percobaan
Tabel I.1. Data hasil percobaan di laboratorium
No

H
(mmHg)

200

237

260

295

320

Yg
(mm)
18,5
20
21,5
18,5
20,5
22
23,5
20,5
22,5
24

Y0
(mm)
138,5
128
128
147,4
135,1
112,6
112,6
151
131,4
116,8

Y1
(mm)
12,2
11,2
13
14
13,3
13,6
14,2
14,3
14,7
14,8

Ket

FAKULTAS TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412)


KELOMPOK 7

370

25,5
22,5

116,8
157,6

15,9
16,4

F. Perhitungan
F. 1. Dasar Teori

FAKULTAS TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412)


KELOMPOK 7

Yg

Y1

F1

FAKULTAS TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412)


KELOMPOK 7

Gambar 1.1. Aliran dibawah pintu sorong dengan dasar horizontal


Y0 = tinggi muka air di hulu.
Y1 = tinggi muka air di hilir.
Yg = tinggi ujung bawah pintu sorong dari dasar saluran.
Persamaan Bernoulli dapat diterapkan hanya di dalam kasus dimana
kehilangan energi diabaikan dari satu potongan ke potongan yang lain, atau
bilamana tinggi kehilangan energi sudah diketahui.
(Bambang Triatmodjo, 1996)
Menentukan Cv, Cc, Cd
Aliran dibawah pintu sorong adalah sebuah contoh aliran konvergen ;
dimana persamaan untuk debit diperoleh dengan cara menyamakan energi di
penampang 0 dan 1.

Jadi : H O H1
Garis energi pada penampang 1 adalah paralel (karena permukaan bebas
paralel dengan dasar saluran), maka distribusi tekanan adalah hidrostatik.
Energi spesifik dinyatakan dengan unsur elevasi sedemikan rupa,
sehingga dasar saluan dianggap sebagai datum, z = 0, jadi:

EY

V2
2g

Harga minimum dari energi spesifik berada pada kondisi aliran kritis,
kedalamannya disebut kedalaman kritis (Yc). Aliran pada kedalaman yang lebih
tinggi dari Yc dinamakan aliran subkritis dan bila lebih rendah dari Yc
dinamakan aliran superkritis. Kedalaman kritis dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
(Fathurrazie Shadiq, 2008)
Q2
Yc 2
b .g

1/3

Karena distribusi kecepatan pada penampang adalah seragam dengan


demikian tinggi energi total (H) dari setiap garis arus adalah:

FAKULTAS TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412)


KELOMPOK 7

Ho / Yo /

YO

V
V
P/
P/
0 Y1
1 H1
.g 2g
.g 2g
2

VO
V
Y1 1
2g
2g

... (1)

Subtitusikan harga kecepatan yang dinyatakan dalam Q, kedalam persamaan


(1):
YO

Q2
Q2

1
2
2
2g.b 2 .YO
2g.b 2 .Y1

maka, didapat:

b.YO . 2g.Y1
YO
1
Y1

b.Y1. 2g.YO
Y1
1
YO

atau

... (2)

Reduksi kecil dalam debit akibat adanya tahanan kekentalan antara


penampang 0 dan 1, diperhitungkan dengan memasukkan koefesien C v
kedalam persamaan (2) :
Q

Cv.b.Y 1. 2g.YO
Y1
1
Yo

... (3)

Harga Cv berkisar antara 0,95 dan 1,00 (0,95 < C v <1), tergantung pada
bentuk pola aliran (dinyatakan oleh perbandingan Yg/Yo) dan gesekan.
Kedalaman hilir (Y1) dapat dinyatakan sebagai bagian daripada
ketinggian lubang pintu sorong:
Y1 = Cc.Yg

FAKULTAS TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412)


KELOMPOK 7

Dimana Cc adalah koefesien kontraksi yang biasanya diberi harga 0,61.


Koefesien kontraksi hampir tidak tergantung pada perbandingan Yg/Yo.
Sehingga persamaan (3) menjadi:
Q

Cv.Cc.b.Yg . 2g.Y O
Cc.Yg
1
YO

Persamaan diatas kadang-kadang ditulis sebagai berikut:


(Bambang Triatmodjo, 1996)
Q Cd.b.Yg. 2g.Yo

... (4)

Dimana Cd (koefisien debit) adalah fungsi dari Cv, Cc, Yg, & Yo.
Persamaan untuk aliran tenggelam, adalah sebagai berikut:
Q K.Cd.b.Yg. 2g.Yo
Dimana K adalah faktor aliran tenggelam.
Menentukan Debit Aliran Aktual (Qact)
Garis Energi

Garis Tekanan

d1

d2

Z1
H

Z2

Gambar 1.2 Venturimeter

Persamaan Bernoulli
E1 = E2
2

Z1

(Hukum Kekekalan Energi)

P1 V1
P
V2

2
Z2
air 2g air
2g
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412)


KELOMPOK 7

Karena saluran horizontal, maka Z1 = Z2


2

P1 P2 V2 V1

air
2g

... (1)

Hukum Kontinuitas
A1.V1 = A2.V2
V1

A 2 .V2
A1

0,25.3,14.d .V
0,25.3,14.d
2

d .V
V1 2 4 2
d1
2

... (2)

Substitusikan persamaan (2) ke dalam persamaan (1) :


4

P1 P2

air

V2

d 2 .V2
d1

2g

2
V2 1 d 2
4
.d 1
P1 P2

air
2g

...(3)

Dalam kondisi keseimbangan didapat :


P1 + air (H + y) = P2 + air.y + Hg.H
P1 + air.H + air.y = P2 + air.y + Hg.H
P1 + air.H = P2 + Hg.H

Hg
P1
P
H 2
H
air
air air
Hg H
P1
P
2
- H
air air
air

( Hg - air ) H
P1 P2

air
air
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412)


KELOMPOK 7

P1 P2
H( Hg air )
air
; dimana Hg = 13,6 ; air = 1
P1 - P2
12,6 H
air

... (4)

Persamaan (4) disubstitusikan ke dalam persamaan (3) :


4

2
V2 1 d 2 4
d1

12,6H
2g
4

2
12,6 H.2g V2 1 d 2 4
d1

25,2H .g

V2

d
1 2

d1
4

Q = A2 . V2

0,25. 3,14 . d 2 . (25,2 . H . g) 12


2

1 d

4
2

/d 1

... (5)

Dari data diketahui :


d1 = 3,15 cm
d2 = 2,00 cm
g

= 981 cm/det2

maka persamaan (5) menjadi :


Qact = 361,63
Dimana :

... (Hasil Kalibrasi 3 Maret 2006)

Qact = Debit nyata yang melewati ambang (cm3/det)


H

= Selisih tinggi air raksa pada manometer (cmHg)

FAKULTAS TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412)


KELOMPOK 7

Menghitung energi spesifik (Es)


Energi pada tampang lintang saluran, yang dihitung terhadap dasar saluran,
disebut dengan energi spesifik atau tinggi spesifik. Jadi energi spesifik adalah
jumlah dara energi tekanan dan energi kecepatan disuatu titik yang diberikan
oleh bentuk berikut:
Es=Y +

V2
2g

Penurunan Rumus Gaya Dorong Pada Sekat


Komponen gaya horisontal pada saluran :
a. Gaya distribusi hidrostatik dihulu sekat (F0).
b. Gaya distribusi hidrostatik di hilir sekat (F1).
c. Gaya geser pada dasar saluran.
d. Gaya yang bekerja pada sekat (Fg).
Untuk mencari gaya teoritis yang bekerja pada sekat, Fg diabaikan karena
disini pengamatan hanya dilakukan pada jarak yang relatif pendek sehingga
dasar saluran dapat dianggap licin sempurna.
Keseimbangan gaya :
F = F0 F1 Fg
F = 0,5..g (Y0/Y1 1 ) Fg

(5)

Akibat gaya-gaya ini pada air maka momentum aliran sekat bertambah.
(Fathurrazie Shadiq, 2008)
Prinsip momentum :
F = m.dv
F = q.v1 q.v0
Dimana :
q = debit per satuan lebar
q=Q/b

...(6)

Hukum Kontinuitas :
A0.V0 = A1.V1
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412)


KELOMPOK 7

b.Y0.V0 = b.Y1.V1
V1 = Y0.V0 / Y1

(7)

Persamaan (6) dan (7) disubtitusikan ke persamaan (5) menjadi :

Y
Q 2 .
F 2
. 1 1
Yo ...11
b .Y1
Persamaan (11) ini didistrubisikan ke dalam persamaan (8) menjadi :
1 Y1

Yo
2 Yo

2
Fg 0,5.g.Y1 .
1 Q .
Y2

b 2 .Y1
1

Fg = 0,5.g..(Yg)
Menghitung gaya tekan yang bekerja pada pintu sorong untuk distribusi
tekanan hidrostatik.
Fh=0,5 . g(Y 0Y g )
F. 2. Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan untuk Q (debit) berubah dan Yg tetap, dimana untuk
mendapatkan Q, Cc, Cv, dan Cd.
Untuk contoh perhitungan ini digunakan data percobaan yang pertama
H

= 200 mm/Hg

= 981 cm/det2

= 82,5 mm

Yg

= 18,5 mm

Y0

= 138,5 mm

Y1

= 12,2 mm

Y4

= 39,2 mm

=1000 kg/m3 = 1000000 g/ 1000000000 mm3 = 10-3 g/mm3

Menghitung Debit (Q) sebenarnya


a. Debit (Q)
Q 253,773 H

253,773 200
= 3588,892 mm3/det
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412)


KELOMPOK 7

b. Penampang saluran (A)


A = Y.b ; b = 82,5 mm
A0 = Y0.b = 138,5 82,5 = 11426,25 mm2
A1 = Y1.b = 12,2 82,5 = 1006,5 mm2
A4 = Y4.b = 39,2 82,5 = 3234 mm2
c. Kecepatan (V)
V

Q
A

Vo

3588,892
0,314 mm/det
11426,25

V1

3588,892
3,566 mm/det
1006,5

V4

3588,892
1,110 mm/det
3234

d. Energi spesifik (E atau H)

Es Y

V2
2g

0,314 2
V02
E 0 Y0
138,5
138,500005 mm
2g
2 9810
3,566 2
V12
E 1 Y1
12,2
12,201 mm
2g
2.9810
E 4 Y4

1,110 2
V42
39,2
539,20007 cm
2g
2.9810

e. Koefisien kecepatan aliran (Cv)


y

Q 1 1
y

Cv
b.y1 2g.y 0

12,2
1
18,5

3588,892
Cv

82,5 12,2 2.9810.138,5


= 0,003
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412)


KELOMPOK 7

f. Koefisien kontraksi (Cc)


Cc

y 1 12,2

0,659
y g 18,5

g. Koefisien debit (Cd)


Q
3588,892
Cd

0,014
b.Yg . 2g.Y 0 82,5.18,5. 2.9810.138,5
h. Menentukan Fg
Fg = 0,5.g..(Yg)
= 0,5 . 9810 . 10-3 . 18,5
= 90,7425 g/mm.det2

i. Menentukan Fh
Fh 0 ,5..g.Y0 Y1
0,5.10 -3.9810.138,5 - 12,2

= 619,5015 g/mm.det2
j. Menghitung tinggi tenaga akibat loncatan air (H)
Y -Y 3
4 1
H 4.Y1 .Y4

39,2 12,2

4 12,2 39,2

= 70,988 mm
k. Menghitung angka Froude

Untuk Fr pada Y0 (Fr0)

Fr0
Fr0

V0
g.Y0
0,314
9810.138,5

0,0003

FAKULTAS TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

PRAKTIKUM HIDROLIKA (HSKB 412)


KELOMPOK 7

Jenis aliran subkritis, karena Fr < 1

V1

Fr1

g.Y1

Fr1

3,566
9810.12,2

Untuk Fr pada Y1 (Fr1)

0,010

Jenis aliran sub kritis, karena Fr < 1

Fr4

V4
g.Y 4

Untuk Fr pada Y4 (Fr4)


1,110
9810.39,2

0,002

Jenis aliran sub kritis, karena Fr < 1


l. Menghitung rasio Yg/Yo
Yg/Yo= 18,5/138,5
= 0,1336
Hasil perhitungan selanjutnya ada pada tabel I.2., tabel I.3.
dan tabel I.4.

FAKULTAS TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA


F. 1 Tabel Hasil Perhitungan
H
(mmHg)

Yg
(mm)

Y0
(mm)

Y1
(mm)

Yg/Yo

H'
(mm)

Y4
Q
b
A0
A1
A4
V0
V1
V4
0,13357
3
2
(mm) (mm
/det) (mm)
(mm10,289
)
(mm2)
(mm2)
(mm/det) (mm/det) (mm/det)
200
18,5
138,5
12,2
39,2
3588,92
323,4
3,1409 35,6574
11,0975
0,15625 8,25 1142,625
12,912 100,65
200
20
128
11,2
39,6
3588,92
8,25
1056
92,4
326,7
3,3986
38,8411
10,9854
0,16797
12,075
237
21,5
128
13
43
3906,816
8,25
1056
107,25
354,75
3,6996 36,4272
11,0129
0,12551
13,393
237
18,5
147,4
12
42
3906,816
8,25
1216,05
99
346,5
3,2127 39,4628
11,2751
Cd 8,25 F
Fh
Fr0
Fr1
Fr3 10,2058
g
260E0
20,5E1 135,1 E2 13,3 CC 48,6 CV4091,999
1114,575
109,725
400,95
3,6714
37,2932
0,15174
17,013
260
22
112,6
13,6
47,7
4091,999
8,25
928,95
112,2
393,525
4,4050 36,4706
10,3983
2
(mm) 23,5
(mm)112,6(mm)14,2
(g/mm.det15,281
) (g/mm.det2)
0,19538 8,25
295
48,1
4358,729
928,95
117,15
396,825
4,6921 37,2064
10,9840
138,501 12,2648 39,2063
0,66
0,02790,2087
0,0143
90742,5014,260
619501,50 0,0026946 0,1030708
0,017896
Tabel I.2. Data hasil perhitungan Q, A, dan
V
128,001 11,2769 39,6062
0,56
0,0306 0,0137
98100,00
572904,00 0,0030329 0,1171786
0,017625
128,001 13,0676 43,0062
0,60
0,0291 0,0139
105457,50
564075,00 0,0033016 0,1020045
0,016956
147,401
42,0065
0,0151
90742,50
664137,00 0,0026717 0,1150172
0,017566
Tabel
I.3. Data 12,0794
hasil perhitungan
E, Cv,0,65
Cd, Cc, E0,0298
Fr
c,Fg, Fh, dan
135,101 13,3709 48,6053
0,65
0,0294 0,0149
100552,50
597429,00 0,0031891 0,1032451
0,014781
Tabel I.4. Data hasil perhitungan Yg/Yo dan H
112,601 13,6678 47,7055
0,62
0,0312 0,0152
107910,00
485595,00 0,0041912 0,0998478
0,015201
112,601 14,2706 48,1061
0,60
0,0317 0,0151
115267,50
482652,00 0,0044644 0,0996871
0,01599

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA


G. Analisa Hasil Percobaan

Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo

Grafik Cc vs Yg/Yo
0.18
0.15
0.12

yG/yO 0.09
0.06
0.03
0.00
0.50

0.60

Cc

Gambar 1.3 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 200 mmHg

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

0.70

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

Grafik Cc vs Yg/Yo
0.18
0.15
0.12

yG/yO 0.09
0.06
0.03
0.00
0.50

0.60

Cc

Gambar 1.4 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 237 mmHg

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

0.70

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

Grafik Cc vs Yg/Yo
0.24
0.21
0.18
0.15

yG/yO 0.12
0.09
0.06
0.03
0.00
0.50

0.60

Cc

Gambar 1.5 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 260 mmHg

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

0.70

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

Grafik Cc vs Yg/Yo
0.24
0.21
0.18
0.15

yG/yO 0.12
0.09
0.06
0.03
0.00
0.50

0.60

0.70

Cc

Gambar 1.6 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 295 mmHg

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

0.80

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

Grafik Cc vs Yg/Yo
0.24
0.21
0.18
0.15

yG/yO 0.12
0.09
0.06
0.03
0.00
0.50

0.60

Cc

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

0.70

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA


Gambar 1.7 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 320 mmHg

Grafik Cc vs Yg/Yo
0.24
0.21
0.18
0.15

yG/yO 0.12
0.09
0.06
0.03
0.00
0.50

0.60

0.70

Cc

Gambar 1.8 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 370 mmHg


Analisa Grafik:

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

0.80

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA


Grafik Cc vs Yg/Yo merupakan grafik yang menggambarkan hubungan antara koefisien kontraksi (Cc) dengan rasio
kedalaman air di bawah pintu sorong terhadap kedalaman air di hulu (Yg/Yo). Berdasarkan grafik di atas, secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa grafik mempunyai kecenderungan berbanding lurus (lihat Gambar 1.3, Gambar 1.4, Gambar 1.5,Gambar 1.6,
Gambar 1.7 dan Gambar 1.8). Artinya, semakin besar harga Cc, maka semakin besar harga Yg/Yo. Demikian pula sebaliknya. semakin
kecil harga Cc, maka semakin besar harga Yg/Yo.

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

Grafik Hubungan Cv vs Yg/Yo

Grafik Cv vs Yg/Yo untuk Yg Konstan


0.18
0.15
0.12

yG/yO 0.09
0.06
0.03
0.00

0.1

CV

Gambar 1.9 Grafik Hubungan Cv vs Yg/Yo pada H = 200 mmHg

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

Grafik Cv vs Yg/Yo untuk Yg Konstan


0.18
0.15
0.12

yG/yO 0.09
0.06
0.03
0.00

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

CV

Gambar 1.10 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 237 mmHg

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

Grafik Cv vs Yg/Yo untuk Yg Konstan


0.24
0.21
0.18
0.15

yG/yO 0.12
0.09
0.06
0.03
0.00
0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

CV

Gambar 1.11 Grafik Hubungan Cc vs Yg/Yo pada H = 260 mmHg

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

Grafik Cv vs Yg/Yo untuk Yg Konstan


0.24
0.21
0.18
0.15

yG/yO 0.12
0.09
0.06
0.03
0.00
0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

CV

Gambar 1.12 Grafik Hubungan Cv vs Yg/Yo pada H = 295 mmHg

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

Grafik Cv vs Yg/Yo untuk Yg Konstan


0.24
0.21
0.18
0.15

yG/yO 0.12
0.09
0.06
0.03
0.00
0.9

CV

Gambar 1.13 Grafik Hubungan Cv vs Yg/Yo pada


H = 320 mmHg

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

Grafik Cv vs Yg/Yo untuk Yg Konstan


0.24
0.21
0.18
0.15

yG/yO 0.12
0.09
0.06
0.03
0.00
0.8

0.9

CV

Gambar 1.14 Grafik Hubungan Cc vs


Yg/Yo pada H = 370 mmHg
Analisa Grafik:
Grafik Cv vs Yg/Yo merupakan grafik yang menggambarkan hubungan antara koefisien kecepatan (C v) dengan rasio
kedalaman air di bawah pintu sorong terhadap kedalaman air di hulu (Y g/Yo). Berdasarkan grafik di atas, secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa grafik berbentuk linier turun (lihat Gambar 3.3, Gambar 3.4 dan Gambar 3.5). Artinya, semakin besar harga Cv,
maka semakin kecil harga Yg/Yo. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil harga Cv, maka semakin besar harga Yg/Yo.

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA


H. Kesimpulan
1. Pada hasil percobaan nilai Cv, Cc, dan Cd, nilai Cv sedikit menyimpang dari teori, misalnya nilai C v teori berkisar antara (0,95 <
Cv < 1) Kemungkinan besar kesalahan ini terjadi karena kurang ketelitian dalam menentukan tinggi aliran dalam percobaan.
2. Untuk nilai dari Cc ini sangat dipengaruhi oleh faktor besar kecilnya nilai Y 1 (tinggi muka air di hilir) dan juga besar kecilnya
nilai Yg (tinggi ujung bawah pintu sorong dari dasar saluran). Hal tersebut dikarenakan nilai Cc diperoleh dari pembagian antara
Y1 dengan Yg. Dengan melihat dari nilai hasil pembagian tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Cc akan < 1 jika nilai Y g lebih
besar jika dibanding dengan nilai Y1 dan nilai Cc akan > 1 jika nilai Yg lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai Y1 serta Cc
akan bernilai 1 jika nilai Yg sama besar dengan nilai Y1.
3. Berdasarkan perhitungan mengenai menentukan jenis aliran berdasarkan angka Froude maka dapat diperoleh adanya perubahan
jenis aliran dari aliran sub kritis menjadi aliran super kritis dari atau pada kedalaman Y0 sampai Y1. Kemudian aliran berubah
kembali dari super kritis menjadi sub kritis pada kedalaman Y1 sampai Y4.
4. Jika profil aliran air kita amati secara keseluruhan (Lampiran), maka dapat disimpulkan bahwa kedalaman air di titik a atau
aliran air sebelum terjadi loncatan air akan lebih rendah dibandingkan kedalaman air di titik b setelah loncatan air. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan luas penampang di titik a dan titik b pada kondisi dimana debit yang mengalir pada
penampang a sama dengan debit yang mengalir pada penampang b, hal ini akan berpengaruh terhadap nilai kecepatan aliran
pada penampang a dan b, dimana jika luas penampang 1 lebih kecil dari penampang 2 maka kecepatan aliran di tampang 1
lebih besar dari penampang 2.

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

Daftar Pustaka
1. Shadiq, F. 2008. Hidrolika Praktis dan Mudah. Banjarmasin: Penerbit Pustaka Banua
2. Triadmodjo, B. 1996. Hidraulika. Yogyakarta: BETA OFFSET

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

I. Lampiran
1. Sketsa Alat

ALIRAN MELALUI PINTU SORONG


KELOMPOK XII

Anda mungkin juga menyukai