Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Faktor Pendukung Dan Penghambat

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengelolaan Kelas

Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1. Faktor-Faktor Pendukung
Menurut Nawawi (1989: 116) faktor yang mendukung pengelolaan kelas antara lain:
a)kurikulum, b)bangunan dan sarana, c) guru, d) murid, dan e) dinamika kelas.
Maka dalam hal ini, penulis akan menguraikan satu persatu faktor-faktor yang mendukung
pengelolaan kelas tadi:
a. Kurikulum
Sebuah kelas tidak boleh sekedar diartikan sebagai tempat siswa berkumpul untuk mempelajari
sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian juga sebuah sekolah bukanlah sekedar sebuah gedung
tempat murid mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan.
Sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik
anak-anak yang tidak hanya harus didewasakan dari segi intelektualitasnya saja, akan tetapi
dalam seluruh aspek kepribadiannya. Untuk itu bagi setiap tingkat dan jenis sekolah diperlukan
kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam
perkembangannya. Kurikulum yang dipergunakan di sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap
aktifitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang berdaya guna bagi pembentukan
pribadi siswa.
Sekolah yang kurikulumnya dirancang secara tradisional akan mengakibatkan aktifitas kelas
akan berlangsung secara statis. Sedangkan sekolah yang diselenggarakan dengan kurikulum
modern pada dasarnya akan mampu menyelenggarakan kelas yang bersifat dinamis.
Kedua kurikulum di atas kurang serasi dengan kondisi masyarakat Indonesia yang memiliki
pandangan hidup Pancasila. Di satu pihak kurikulum tradisional yang berpusat pada guru akan
diwarnai dengan sikap otoriter yang mematikan inisiatif dan kreatifitas murid. Di pihak lain
kurikulum modern yang menekankan kebebasan atas dasar demokrasi liberal sehingga tidak
memungkinkan diselenggarakan secara efektif kegiatan belajar secara klasikal untuk
pengembangan pribadi sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu diperlukan usaha untuk mengintregasikan kedua kurikulum tersebut dalam
kehidupan lembaga formal di Indonesia agar serasi dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat.
Kurikulum harus dirancangkan sebagai pengalaman edukatif yang menjadi tanggung jawab
sekolah dalam membantu anak-anak mencapai tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan
secara berencana, sistematik, dan terarah serta terorganisir.
b. Gedung dan Sarana Kelas
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah
dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan dengan kurikulum yang
dipergunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat berubah sedang ruangan atau gedung
bersifat permanen, maka diperlukan kreatifitas dalam mengatur pendayagunaan ruang/gedung.
Sekolah yang mempergunakan kurikulum tradisional pengaturan ruangan bersifat sederhana
karena kegiatan belajar mengajar diselenggarakan di kelas yang tetap untuk sejumlah murid yang
sama tingkatannya. Sekolah yang mempergunakan kurikulum modern, ruangan kelas diatur

menurut jenis kegiatan berdasarkan program-progam yang telah dikelompokkan secara


integrated. Sedangkan sekolah yang mempergunakan kurikulum gabungan pada umumnya
ruangan kelas masih diatur menurut keperluan kelompok murid sebagai suatu kesatuan menurut
jenjang dan pengelompokan kelas secara permanen (Rohani dan Ahmadi, 1991: 140).
c. Guru
Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan
guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara muridmurid dalam suatu kelas. Guru adalah seseorang yang ditugasi mengajar sepenuhnya tanpa
campur tangan orang lain (Rusyan, 1991: 135).
Setiap guru harus memahami fungsinya karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara
bertindak dan berbuat dalam menunaikan pekerjaan sehari-hari di kelas dan di masyarakat. Guru
yang memahami kedudukan dan fungsinya sebagai pendidik profesional, selalu terdorong untuk
tumbuh dan berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap pendidikan.
Persiapan yang harus diikuti, sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (Nawawi, 1989:
121).
d. Murid
Murid merupakan potensi kelas yang harus dimanfaatkan guru dalam mewujudkan proses belajar
mengajar yang efektif. Murid adalah anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang, dan
secara psikologis dalam rangka mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan
formal, khususnya berupa sekolah. Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan
yang sangat penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis.
Setiap murid memiliki perasaan diterima (membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta
dalam kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggung jawab terhadap
kelas yang secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangannya masingmasing (Nawawi, 1989: 125-127).
e. Dinamika Kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan oleh setiap guru kelas
untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya. Dinamika kelas pada dasarnya berarti
kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui
kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Untuk itu setiap wali atau guru kelas
harus berusaha menyalurkan berbagai saran, pendapat, gagasan, keterampilan, potensi dan energi
yang dimiliki murid menjadi kegiatan-kegiatan yang berguna.
Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara statis, rutin dan membosankan. Kreativitas
dan inisiatif yang baik perwujudannya tidak sekedar terbatas didalam kelas sendiri, tetapi
mungkin pula dilaksanakan bersama kelas-kelas yang lain atau oleh seluruh kelas. Setiap kelas
harus dilihat dari dua segi. Pertama, kelas sebagai satu unit atau satu kesatuan utuh yang dapat
mewujudkan kegiatan berdasarkan program masing-masing. Kedua, kelas merupakan unit yang
menjadi bagian dari sekolah sebagai suatu organisasi kerja atau sebagai subsistem dari satu total
sistem. Kedua sudut pandang itu harus sejalan dalam arti semua kegiatan kelas yang dapat
ditingkatkan menjadi kegiatan sekolah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi semua murid

(Nawawi, 1989:130).
2. Faktor-Faktor Pengambat
Selain faktor pendukung tentu juga ada faktor penghambatnya. Dalam pelaksanaan pengelolaan
kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat. Hambatan tersebut bisa datang dari guru sendiri,
dari peserta didik, lingkungan keluarga ataupun karena faktor fasilitas (Nawawi, 1989: 130).
a. Guru
Guru sebagai seorang pendidik, tentunya ia juga mempunyai banyak kekurangan. Kekurangankekurangan itu bisa menjadi penyebab terhambatnya kreativitas pada diri guru tersebut. Diantara
hambatan itu ialah :
1) Tipe kepemimpinan guru
Tipe kepemimpinan guru (dalam mengelola proses belajar mengajar) yang otoriter dan kurang
demokratis akan menimbulkan sikap pasif peserta didik. Sikap peserta didik ini akan merupakan
sumber masalah pengelolaan kelas (Rohani dan Ahmadi, 1991: 151).
Siswa hanya duduk rapi mendengarkan, dan berusaha memahami kaidah-kaidah pelajaran yang
diberikan guru tanpa diberikan kesempatan untuk berinisiatif dan mengembangkan kreatifitas
dan daya nalarnya (Masnur dkk, 1987:109).
2) Gaya guru yang monoton
Gaya guru yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi peserta didik, baik berupa ucapan
ketika menerangkan pelajaran ataupun tindakan. Ucapan guru dapat mempengaruhi motivasi
siswa . Misalnya setiap guru menggunakan metode ceramah dalam mengajarnya, suaranya
terdengar datar, lemah, dan tidak diiringi dengan gerak motorik/mimik. Hal inilah yang dapat
mengakibatkan kebosanan belajar.
3) Kepribadian guru
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersifat hangat, adil, obyektif dan bersifat fleksibel
sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Artinya
guru menciptakan suasana akrab dengan anak didik dengan selalu menunjukkan antusias pada
tugas serta pada kreativitas semua anak didik tanpa pandang bulu.
4) Pengetahuan guru
Terbatasnya pengetahuan guru terutama masalah pengelolaan dan pendekatan pengelolaan, baik
yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis, sudah barang tentu akan mengahambat
perwujudan pengelolaan kelas dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pengetahuan guru
tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan (Wijaya dan Rusyan, 1994: 136).
5) Pemahaman guru tentang peserta didik
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta didik dan latar belakangnya
dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik
dan latar belakangnya. Karena pengelolaan pusat belajar harus disesuaikan dengan minat,
perhatian, dan bakat para siswa, maka siswa yang memahami pelajaran secara cepat, rata-rata,
dan lamban memerlukan pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya. Semua hal di atas
memberi petunjuk kepada guru bahwa dalam proses belajar mengajar diperlukan pemahaman
awal tentang perbedaan siswa satu sama lain (Wijaya dan Rusyan, 1994: 136).

b. Peserta didik
Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu dalam suatu masyarakat kecil
yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari satu kesatuan
masyarakat disamping mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati
hak-hak orang lain dan teman-teman sekelasnya.
Kekurangsadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota suatu kelas
atau suatu sekolah dapat merupakan faktor utama penyebab hambatan pengelolaan kelas. Oleh
sebab itu, diperlukan kesadaran yang tinggi dari peserta didik akan hak serta kewajibannya
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
c. Keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap
otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif dan apatis. Problem
klasik yang dihadapi guru memang banyak berasal dari lingkungan keluarga. Kebiasaan yang
kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang
berlebihan atau terlampau terkekang merupakan latar belakang yang menyebabkan peserta didik
melanggar di kelas.
d. Fasilitas
Fasilitas yang ada merupakan faktor penting upaya guru memaksimalkan programnya, fasilitas
yang kurang lengkap akan menjadi kendala yang berarti bagi seorang guru dalam beraktivitas.
Kendala tersebut ialah :
1. Jumlah peserta didik di dalam kelas yang sangat banyak
2. Besar atau kecilnya suatu ruangan kelas yang tidak sebanding dengan jumlah siswa
3. Keterbatasan alat penunjang mata pelajaran (Rohani dan Ahmadi, 1992: 152-154).
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com
http://grosirlaptop.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai