Science & Mathematics">
Instalasi Tegangan Menengah
Instalasi Tegangan Menengah
Instalasi Tegangan Menengah
TUGAS II
1. PABRIK
Data pada LVMDP terdiri dari 4 kelompok:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Note : Jarak pabrik terhadap jaringan SUTM yang ada adalah 200m & Genset 65%
2. PERUMAHAN
1. 30 Rumah type 75 dengan daya 2200 VA / 220 V
2. 25 Rumah type 45 dengan daya 1300 VA / 220 V
3. 20 Rumah type 36 dengan daya 900 VA / 220 V
Note : Jarak rumah terjauh terhadap GTT adalah 150 m dan jarak ke SUTM adalah
250 m. Perumahan di supplay oleh GTT tersendiri
3. Penerangan Jalan Umum (PJU)
a. Penerangan jalan menuju pabrik :
1. Lebar jalan 12 m
2. Kuat penerangan yang di minta 12 lux
3. Panjang 400 meter
4. Single side
5. Sumber ikut GTT
b. Penerangan jalan perumahan :
6. Lebar jalan 8 m
7. Kuat penerangan yang di minta 12 lux
8. Panjang 200 meter
9. Single side
10. Sumber ikut GTT
Page 1
Page 2
BAGIAN I
PERENCANAAN PABRIK
Total daya adalah : 300 + 100 + 75 + 250 + 200 + 150 = 1075 kVA
Perencanaan daya terpasang bertujuan untuk penghematan atau menghindari
kontrak langganan daya dari PLN yang berlebihan, dan juga merencanakan besar daya
yang mungkin di pakai, sebab pada kenyataannya tidak mungkin semua beban pada
system di pakai semua secara bersamaan.
Untuk pemakaian sekarang dan juga untuk menunjang masa depan, system ini
mengacu pada jenis bangunan PABRIK INDUSTRI MAKANAN dengan factor
kebutuhan sebagai berikut 0,7 - 0,9. Besar factor kebutuhan pada system ini di
asumsikan sebesar 0,8. Sehingga perhitungan untuk menentukan kebutuhan beban
maksimum yaitu:
Kebutuhan beban maksimum = 0,8 x 1075 kVA = 860 kVA
Di sini di asumsikan bahwa daya tersebut adalah factor kapasitas sebesar 80%, maka
untuk menunjang kebutuhan sekarang dan juga masa depan sehingga perlu di
tambahkan daya cadangan pada system ini. Perencanaan system ini menambahkan
cadangan sebesar 20%, sehingga di rumuskan sebagai berikut:
Kapasitas daya terpasang = kebutuhan beban max + cadangan
Cadangan = 20% x 860 kVA = 172 kVA
Kapasitas daya terpasang = 860 + 172 = 1032 KVA
Berdasarkan perencanaan Daya terpasang tersebut, sehingga langkah selanjutnya yaitu
mencocokan dengan TDL (table Daya dari PLN). Maka dapat di ketahui besar
langganan yang harus di kontrak.
System ini berlangganan PLN 1040 kVA, dengan alasan sebagai berikut:
Langganan di bawah acuan, sebesar 970 kVA. Sehingga mempunyai selisih
sebesar 62 kVA. Prosentase rugi sebesar 6 %
Instalasi Tegangan Menengah
Page 3
Untuk langganan di atas acuan, sebesar 1110 kVA. Mempunyai selisih sebesar
74,16 kVA. Sehingga prosentase rugi sebesar 7,2 %
Oleh sebab itu system ini berlangganan 1040 kVA
B. Pemilihan Trafo
Untuk menentukan besarnya kapasitas transformator yang di pilih hendaknya
mengetahui kebutuhan daya maksimm maupun daya terpasang dari sebuah instalasi /
system instalasi.
System ini di bagi menjadi 6 kelompok, dari keterangan penghitungan di atas.
System ini mempunyai total beban maksimum sebesar 1032 kVA dengan
menggunakan factor kebutuhan sebesar 0,8. Dan kapasitas daya terpasang sebesar
1040 kVA
Pada keadaan tersebut kerja dari belitan trafo dianggap hanya 80%, karena trafo di
Negara asal pembuatnya dirancang atau didesain dengan kondisi 4 musim sedangkan
di Indonesia hanya terdapat 2 musim yang menyebabkan pendinginan trafo tidak
merata. Selain itu factor kebutuhan beban juga diperhitungkan.
Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kapasitas daya dari trafo yaitu:
1.
Load factor
rata dalam suatu jangka waktu tertentu dengan beban maksimum dalam jangka
waktu tersebut, yaitu:
Load factor(f )
2)
Diversity Factor (F )
Diversity atau ke tak serempakan merupakan perbandingan antara jumlah seluruh
beban maksimum dari setiap bagian system dengan beban max dari seluruh
system sebagai suatu kelompok beban
Diversity Factor :
3)
Coincidence Factor :
Yaitu factor keserempakan beban yang nilainya dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Page 4
Coincidence Factor (F ):
4)
Demand Factor :
Demand factor atau factor kebutuhan didefinisikan sebagai perbandingan
antara daya terpakai maksimum dengan daya yang disambung, yaitu:
f =
x 100%
dimana
Pmax
Pinst
= daya tersambung.
Page 5
Untuk pemilihan kelas isolasi, kelas isolasi yang di pilih adalah 24 kv. Hal ini
bertujuan apabila surja datang dari saluran trafo yang serentak tiga fasa, trafo akan
tetap aman. Karena kemungkinan titik netral trafo yang di ketanahkan mengalami
tekanan yang berbahaya, oleh karena itu kelas isolasi yang di pilih berdasarkan
tegangan primer trafo yaitu 20 kv dengan BIL 150 kv.
Supaya pemilihan trafo lebih maksimal maka sebelum memilih trafo yang akan di
gunakan harus membandingkan antara trafo merk satu dengan yang lainya, sistem ini
membandingkan 3 merk terkenal product trafo dari Indonesia maupun luar Indonesia.
Sehingga trafo yang di pilih memiliki spesifikasi minimal sebagai berikut:
Trafo 1
Daya Trafo
1250 KVA
Merk
Trafindo
Jumlah fase
Tiga
Frekuensi pengenal
50 HZ
20KV
0,4 KV
No load Losses
: 2500 W
Load Losses
: 15000 W
Total Losses
: 17500 W
Untuk keterangan yang lebih detail, bisa di lihat pada lampiran katalog trafo Trafindo
Trafo 2
Daya Trafo
1250 KVA
Merk
Schneider Minera
Jumlah fase
Tiga
Frekuensi pengenal
50 HZ
20KV
C. No load Losses
D. Load Losses
E. Total Losses
0,4 KV
: 1350 W
: 13500 W
: 17000 W
Untuk keterangan yang lebih detail, bisa di lihat pada lampiran katalog trafo Schneider
Instalasi Tegangan Menengah
Page 6
Page 7
Drop tegangan.
2)
Sehingga dalam kerjanya trafo menuntut sistem pendinginan yang baik, oleh karena
itu sistem pendinginannya harus mempunyai kinerja yang baik, dari berbagai macam faktor
yang mempengaruhi pendinginan salah satunya adalah sirkulasi udara, karena dalam
perencanaan ini trafo yang digunakan diletakkan dalam ruangan (indoor).Untuk itu kita harus
menghitung seberapa besar celah ventilasi yang dibutuhkan agar sirkulasi udara dapat berjalan
dengan baik.
Menurut PUIL 1977 celah minimal suatu ventilasi trafo adalah 20cm KVA terpasang,
dengan perhitungan sebagai berikut:
Celah ventilasi pada trafo dihitung pada saat load losses pada suhu 65 oC dengan losses
sebesar 13000 Watt = 13 KW hal tersebut dapat dilihat pada data trafo.
Data lain yang diketahui adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
Dengan data diatas dapat dicari volume udara yang dibutuhkan untuk mensirkulasi
panas adalah sebagai berikut:
V=
860 Pv
1116(t 2t 1 )
x (1 at1)
Page 8
dimana:
Pv = rugi trafo (Kw)
t1 = temperatur udara masuk (oC)
t2 = temperatur udara keluar (oC)
= koefisien muai udara
H = ketinggian ruangan (m)
sehingga:
V = 0,668 0,10162
dimana:
H=ketinggian (m)
= koefisien tahanan aliran udara
Koefisien tahanan aliran udara berbeda-beda tergantung pada kondisi daripada tempat
diletakkannya trafo itu sendiri.
Kondisi tempat
Sederhana
Instalasi Tegangan Menengah
4.....6
Page 9
Sedang
7.....9
Baik
9.....10
(jaringan konsen)>20
qc
: 1,287
Karena udara yang keluar memiliki temperatur yang lebih tinggi daripada udara yang
masuk yang diakibatkan proses pendinginan trafo dalam ruangan sehingga terjadi pemuaian
maka ventilasi udara keluar yang dibutuhkan harus lebih besar daripada celah ventilasi udara
masuk, dengan kata lain:
Sehingga:
Page 10
Nilai perhitungan diatas adalah nilai minimum, sehingga pemakaian ventilasi udara di
lapangan bisa memakai ukuran yang lebih besar dari ukuran perhitungan diatas.
Maka digunakan 2 buah ventilasi di bagian atas depan dengan ukuran
60 cm x 400 cm = 24000 cm2
Dan satu buah dibagian bawah dekat trafo
50 x 300 = 15000 cm2.
Ventilasi diberi pelindung agar tidak ada benda atau hewan yang dapat masuk dari luar
2.
Medan listrik berpengaruh dan berbahaya bagi pekerja yang bekerja pada atau dekat
sekali dengan bagian dari jaringan yang bertegangan. Pekerja dapat mempergunakan
perlindungan untuk hal tersebut seperti sangkar faraday dimana kuat medan listrik didalam
pelindung konduktor ini merupakan fungsi dari derajat perlindungannya.
Sangkar pelindung terbuat dari bahan konduktor dan beberapa tahun yang lalu Faraday
telah menunjukkan bahwa kuat medan listrik didalam sangkar adalah nol (0) bila sangkar
berbentuk kotak penuh. Namun jika sangkar tersebut berbentuk kotak penuh sehingga pekerja
didalamnya bebas terhadap medan listrik, maka hal ini tidak dapat dipakai untuk bekerja.
Perlindungan terhadap medan ini hanya dilakukan oleh sangkar yang hanya berbentuk
setengah kotak atau sangkar yang tidak berbentuk kotak penuh, tergantung pada derajat
perlindungan yang kita inginkan.
Dalam perhitungan ini yang perlu diperhatikan adalah system pengaman dari sisi TR
maupun TT pada trafo. Sesuai dengan catalog yang ada jarak aman sisi tegangan tinggi adalah
= 500 mm dengan perkiraan panjang tangan manusia sekitar kurang lebih 500 mm. Sehingga
dapat terhitung sangkar faraday sesuai dengan dimensi trafo yang digunakan.
Dimensi trafo yang digunakan dengan data sebagai berikut :
Panjang (L)
: 1800 mm
Lebar (W)
: 1150 mm
Tinggi (H)
: 1350 mm
Sehingga diperoleh dimensi sangkar faraday terpasang sebagai berikut :
Panjang
:
:
Page 11
Lebar
Tinggi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
2000 + 1800 mm
3800 mm.
(jarak aman trafo+panjang tangan manusia) x 2 + lebar trafo
(500 + 500) x 2 + 1150 mm
2000 + 1150 mm
3150 mm, dibulatkan menjadi 3200 mm
(jarak aman trafo dengan atap) + tinggi trafo
1000 mm + 1350 mm
3350 mm
3350 mm, dibulatkan menjadi 3400 mm.
Nilai penghitunga dimensi sangkar faraday di atas adalah nilai minimal, untuk
pemasangan di lapangan bisa lebih besar dari penghitungan di atas.
Page 12
Kabel sisi out going MVMDP (kubikel pelanggan) menuju primer trafo:
In =
S
3 .20 KV
1250 KVA
3 . 20 KV
= 36,084 A
Page 13
maka kabel ini mempunyai factor koreksi sebesar 0,77 karena hanya ditempatkan 3 buah
penghantar berinti 1. Sehingga penghitungan KHA baru kabel ini sebagai berikut:
KHA = 0,77 x 216,2 A = 168,64 A masih memenuhi dengan KHA yang di rekomendasikan.
I l 3
x A
U=
36,084 8 3
56 35
U =0,255 V
Sedang drop trafo max sisi sekunder dibuat 1,8 %
U =20000 0.018
U =360V
Maka dikatakan aman
Sehingga kabel yang di pilih untuk sisi out going kubikel pelanggan menuju primer trafo
adalah
Supreme N2XSY, 1 (1 x 35 mm2 )/phase
In =
S
3 . 400 V
1250 KVA
3 . 400V
= 1804,22 A
2255,27 A
430 A
6 (hal ini bertujuan untuk menyiasati adanya factor suhu dan juga factor penempatan
kabel yang mempengaruhi KHA kabel), kabel yang di gunakanberinti 1.
Maka KHA sesungguhnya adalah ->6 x 430 A = 2580 A
Page 14
Factor suhu
Suhu sekitar diperkirakan mencapai 35C. sehingga factor koreksi yang di miliki kabel
ini adalah 0,94 %. Maka di dapat KHA baru kabel ini sebagai berikut:
KHA = 0,94% x 2580 A = 2425,2 A
KHA tersebut masih memenuhi KHA penghatar kabel yang di inginkan, bisa di
katakan kabel masih aman.
Factor penempatan
Kabel memiliki faktor koreksi sebesar 0,88 Sehingga penghitungan KHA baru
kabel ini sebagai berikut:
KHA = 0,88 x 2425,2 A = 2134,176 A
KHA di atas masih memenehi KHA kabel yang di rekomendasikan, sehingga kabel
yang di pilih pada system ini sebagai berikut:
Supreme NYY, 6 (1 x 150 mm2) / P dan
Supreme NYY, 3 (1 x 150 mm2) / N
BC = 50 mm2
Dan busbar yang digunakan pada sisi income pengaman utama adalah
Legrand, 4 (75 x 5 )mm/ phase
Legrand, 2 (75 x 5 )mm/Netral
In =
S
3 . 400 V
300 KVA
3 . 380V
= 455,8 A
Page 15
95 mm ->320 A =
569,75 A
320 A
(hal ini bertujuan untuk menyiasati adanya factor suhu dan juga factor penempatan
kabel yang mempengaruhi KHA kabel), kabel yang di gunakan berinti 1.
Maka KHA sesungguhnya adalah ->2 x 320 A = 640 A
Factor Koreksi
Bahwa Faktor koreksi untuk KHA terus menerus pada kabel instalasi tunggal
berisolasi PVC pada suhu keliling 30C dengan suhu penghantar maksimum 70C dan
penempatan trefoil. sehingga factor koreksi yang di miliki kabel ini adalah 88%. Maka
di dapat KHA baru kabel ini sebagai berikut:
KHA = 88% x 640 A = 563,2 A
KHA tersebut masih memenuhi KHA penghatar kabel yang di inginkan, bisa di
katakana kabel masih aman.
Maka kabel yang di gunakan pada beban kelompok 1, adalah sebagai berikut:
Supreme NYY 2 (1 x 95 mm2)/phase
Supreme NYY 1(1 x 95 mm2)/netral
Dan Busbar yang digunakan pada pengaman cabang 1 adalah:
Legrand, 1 (50 x 5) mm/phase
Legrand , 1 (25 x 5) mm/netral
In =
S
3 . 400 V
100 KVA
3 . 380V
= 151,93 A
Page 16
KHA tersebut masih memenuhi KHA penghatar kabel yang di inginkan, bisa di
katakana kabel masih aman.
Maka kabel yang di gunakan pada beban kelompok 2, adalah sebagai berikut:
Supreme NYY 1(1 x 70 mm2 )/phase
Supreme NYY 1(1 x 35 mm2 )/netral
Dan busbar yang digunakan di pengaman cabang 2 adalah:
Legrand,1 ( 15 x 4 )mm/ phase
Legrand,1 (12 x 2 )mm/ netral
In =
S
3 . 400 V
75 KVA
3 . 380V
= 113,95 A
In =
S
3 . 400 V
250 KVA
3 . 380V
= 379,85 A
Page 17
In =
S
3 . 400 V
200 KVA
3 . 380V
= 303,87 A
Page 18
In =
S
3 . 400 V
150 KVA
3 . 380V
= 227,9 A
Page 19
Page 20
Pengaman Cabang 3
S
75 KVA
a. In = 3 . 400 V = 3 . 0,38
= 113,95 A
Pengaman Cabang 4
S
250 KVA
a. In = 3 . 400 V = 3 .0,38
= 379,83 A
Page 21
= 81,3 o
cos 81,3 o
= 0,15
sin 81,3 o
= 0,988
R1
R1
X1
X1
= Z1 .cos . 10-3
= 0,32 x 0,15 x 10-3 = 0,048
= Z1 .sin . 10-3
= 0,32 x 0,988 x 10-3 = 0,316
TRAFO
Di ketahui :
S
R2 =
U = 400 V ;
Wc x U 0 2 x 103
S2
Page 22
Wc
= 13500 W
R2 =
Z 2=
Usc U 2
x
100 S
Z 2=
6
400
x
100 1250
= 1,74
Z 2=7,68
X2 =
7,6821,742
= 7,48
X2= 7,48
cu = 22,5
22,5 x
( 6 x15150 )
= 0,375
X3 = 0,08 x 15 = 1,2
BUSBAR sisi sekunder trafo menuju pemutus daya
L = 0,5 m , A = 75 x 5 mm , cu = 22,5
L
0,5
22,5 x
R4 = A =
75 x 5 x 4 = 0,0075
Karena luas penampangnya lebih dari 240 mm2 maka diabaikan.
X4 = 0,15 x L = 0,15 x 0,5 = 0,075
ARUS HUBUNG SINGKAT 1( pada pengaman Utama(M1))
U0
Isc = 3 R 2 + X 2
t1
t1
Page 23
L
R4 = A
22,5 x
0,5
75 x 5 x 4
= 0,0075
BUSBAR system
L = 1 m , A = 75 x 5 mm , cu = 22,5
L
R4 = A
22,5 x
1
75 x 5 x 4
= 0,015
BUSBAR kelompok 1
L = 0,5m , A = 250 mm2 , cu = 22,5
L
0,5
22,5 x
R7 = A =
250 = 0,045
X7= 0,15 x L = 0,15 x 0,5 = 0,075
ARUS HUBUNG SINGKAT 2 ( pada M2)
U0
Isc = 3 R 2 + X 2
t2
t2
t3
Page 24
t3
t3
Page 25
U0
Isc =
3 R t 32 + X t 3 2
t3
Page 26
: ACB Masterpact NT 16 BC H1 42 kA
dengan arus pengaman 1600 A
Page 27
Page 28
S
3 . 400 V
705
3 . 380
= 1071,137 A
= 250% x In genset
Page 29
G. Pemilihan ATS
Pemilihan ATS digunakan sebagai saklar oleh karena itu ATS harus mampu
memutuskan dan menghubungkan dalam kondisi berbeban. kemampuan ATS minimal
sama dengan arus nominal beban.
Dari data diatas maka dipilih ATS dengan Spesifikasi :
Merk
: CARTEPILAR
Standart
: NEMA
Ampere Rating
: 1200 A
Poles
:4
Height
: 229 (90)
Width
: 117 (50)
Depth
: 72 (28,25)
Refence figure
:E
Weight NEMA 1
: 712 (1570)
Application Rate
:18
In =
S
3 . 400
705
3 . 400
= 1071,137 A
1338,92 A
430
ini bertujuan untuk menyiasati adanya factor suhu dan juga factor penempatan kabel yang
mempengaruhi KHA kabel), kabel yang di gunakan berinti 1.
Maka KHA sesungguhnya adalah ->4 x 430 A = 1720 A
Factor Koreksi
Berdasarkan penempatan trefoil formation dan faktor suhu 30 derajat sehingga factor koreksi
yang di miliki kabel ini adalah 88%. Maka di dapat KHA baru kabel ini sebagai berikut:
KHA = 88% x 1720 A = 1513,6 A
KHA tersebut masih memenuhi KHA penghatar kabel yang di inginkan, bisa di katakana
kabel masih aman. Maka besar penghantar per genset yang digunakan kabel :
Supreme NYY 4 x (1 x 150 mm2) / P dan
Supreme NYY 2 x (1 x 150 mm2) / N
Instalasi Tegangan Menengah
Page 30
BC = 50 mm2
H.
PENTANAHAN
Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ): 100 ohm/m
Luas penampang elektroda adalah 201,02 mm2
r = 8 mm
R pentanahan =
= 13,66
Page 31
= 0,3125
2. Pentanahan Titik Netral Trafo, Panel Mdp Body Genset Panel Genset
Pada pentanahan titik netral trafo, panel MDP, body Genset, dan panel genset
harus mempunyai tahanan maksimum 5 ohm. Dalam pentanahan ini menggunakan
pentanahan system cross dengan catatan:
Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ): 100 ohm/m
Luas penampang elektroda adalah 201,02 mm2
r = 8 mm
R pentanahan =
Page 32
= 13,66
= 0,3125
Page 33
Page 34
In
In Primer
Instalasi Tegangan Menengah
Page 35
Maka dengan perbandingan 36,08: 5 dengan yang ada di pasaran adalah CT 50:5,
maka dapat dipakai CT dengan spesifikasi sbb :
Merk
: Merlin Gerlin
Type
Tranf
: 50:5
T(s)
: 1mAP
Measurement of protection
:5A
7,5 VA class 0,5
Lihat lampiran
2. METERING (CM)
a. Pemilihan PTC (Potensial Transformer)
Merk
: Merlin Gerlin
Type
: VR2Qn/S1
Un
: 24 kV
T(s)
: 1mAP
Primary Voltage
: 20/V3
Secondary Voltage
: 20/V3
1st Secondary
: 30 VA cl.05
2nd Secondary
: 10 VA sp.10
Tegangan maksimal
: 24 kV
: 10/15/20 kV
Tegangan sekunder
: maksimal 100 V
: 500 VA
Page 36
Kelas accuracy
: 0,5
Meter yang akan difungsikan hanya memiliki kemampuan menerima arus sampai 5 A
saja sehingga dibutuhkan CT dengan spesifikasi (Untuk unit Out Going)
Type
Instalasi Tegangan Menengah
: ARJP1/N2F
Page 37
: 50/ 5A
Arus Rating
: 4kA
Lihat lampiran
c. Pemilihan DS (Disconecting switch)
DS adalah saklar pemisah yang digunkan untuk memasukkan da memutuskan
arus dalam kondisi tidak boleh berbeban/ tidak ada arus.
KHA = In x 1,5
= 36,08 x 1,5
=54,135A.
PEMILIHAN KOMPONEN KUBIKEL
1. Pemilihan Disconnecting Switch (DS).
Disconnecting switch merupakan peralatan pemutus yang dalam kerjanya
(menutup dan membuka) dilakukan dalam keadaan tidak berbeban, karena alat ini
hanya difungsikan sebagai pemisah bukan pemutus.
Jika DS dioperasikan pada saat keadaan berbeban maka akan terjadi flash over
atau percikan-percikan api yang dapat merusak alat itu sendiri.
Fungsi lain dari disconnecting switch adalah difungsikan sebagai pemisah
tegangan pada waktu pemeliharaan dan perbaikan, sehingga dperlukan saklar
pembumian agar tidak ada muatan sisa.
Karena DS dioperasikan sebagai saklar maka perhitungannya adalah
I=
S
1250
1,15=
1,15=41,497 A
3 20
3 20
Page 38
Ipengaman=
S
1250
2,5=
2,5=90,21 A
3 20
3 20
Daya trafo
= 1250 kVA
I primer
= 36,08 A
V primer
= 20 kV
Vsekunder
= 400V
Daya trafo
= 1250 kVA
I primer
= 36,08 A
V primer
= 20 kV
Page 39
I sekunder
= 1156,07 A
Vsekunder
= 230 / 380 V
Page 40
reaktif
Menurunkan pemakaian KVA total
Optimasi jaringan
Meningkatkan daya yang bisa disuplai oleh trafo
Menurunkan susut tegangan
Menurunkan rugi rugi kabel
Diketahui data pabrik sebagai berikut :
Page 41
= 356,685 kVAr
Sn
= 860 kVA
: Schneider Varplus
: 95 kVAr
Step
:4
Qc
3 0,38
400
3 0,38
=607,74
Besar KHA kabel adalah :
KHA= 125
KHA=607,74 125
KHA=759,67 A
Page 42
150 mm ->430 A :
759,67
430
Factor Koreksi
Faktor koreksi untuk KHA terus menerus pada kabel instalasi tunggal berisolasi PVC
pada suhu keliling 30C dengan suhu penghantar maksimum 70C yang dipasang
posisi trefoil 3 fasa. sehingga factor koreksi yang di miliki kabel ini adalah 88%. Maka
di dapat KHA baru kabel ini sebagai berikut:
KHA = 88% x (2x 430) A = 756,8 A
KHA tersebut masih memenuhi KHA penghatar kabel yang di inginkan, bisa di
katakana kabel masih aman.
Maka kabel yang di gunakan pada beban kelompok 2, adalah sebagai berikut:
Supreme NYY 2(1 x 150 mm2 )/phase
Dan busbar yang digunakan di pengaman cabang 2 adalah:
Legrand,1 ( 63 x 5 )mm/ phase dg KHA 800 A
Page 43
K. PEMILIHAN ARESTER
Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Oleh karena itu
pemilihan arrester harus sesuai dengan peralatan yang dilindunginya.Karena kepekaan
arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan tegangan sistem.
Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar yang
sesuai dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan
perlindungan yang baik.
Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang datang berkekuatan 150
KV dalam waktu 0,1s, jarak titik penyambaran dengan transformator 5 Km.
Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan nominal
sistem. Pada arrester yang dipakai PLN adalah :
Vmaks = 110% x 20 KV
= 22 KV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 28 KV.
Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah dalam
keadaan gangguan pada tempat dimana penagkal petir, dengan tegangan rms fasa ke
fasa tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan Untuk menetukan
tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan ground digunakan persamaan :
Vrms =
=
Instalasi Tegangan Menengah
Page 44
= 15,5 KV
Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa dengan
ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :
Vm(L - G)
=
= 12,6 KV
Koefisien pentanahan =
= 0,82
Keterangan :
Vm
E =
E=
= 133,3 KV
Keterangan :
Instalasi Tegangan Menengah
Page 45
Eo
= tahanan arrester ()
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi
oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi teganagn flasover dan probabilitas tembus
isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e adalah :
e =1,2 BIL saluran
Keterangan :
BIL
I =
Z adalah impedansi saluran yang dianggap diabaikan karena jarak perambatan
sambaran tidak melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu dengan yang
GTT yang lain berjarak antara 8 KM sampai 10 KM. ( SPLN 52-3,1983 : 11 )
R =
tegangan impuls100
arus pemuat
=
= 42
I =
Instalasi Tegangan Menengah
Page 46
= 15,8 KA
Keterangan :
E
Eo
ea
= impedansi surja ()
= tahanan arrester ()
Page 47
e = 1,2 x 150 KV
e = 180 KV
Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest
voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,2/50 s.
Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik
ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut. Sehingga dipilih BIL
arrester yang sama dengan BIL transformator yaitu 150 KV
MP
Keterangan :
MP
Ep
125
= ea +
= 133,3 KV+
Page 48
8,3
= 26,6x
= 0,31 m
BIL
BIL
PETIR
ARRESTER
TRAF0
(150 KV)
(125 KV)
(KV)
KONDIS
I
KETERANGAN
Tegangan masih
di bawah rating
transformator
120 KV
< 150 KV
<125 KV
Aman
maupun arrester
Tegangan masih
memenuhi
125 KV
<150 KV
=125 KV
Aman
batasan keduanya
Tegangan lebih
diterima arrester
130 KV
<150 KV
>125 KV
Aman
dan dialirkan ke
tanah
Masih memenuhi
batas tegangan
tertinggi yang
150 KV
=150 KV
>125 KV
Aman
Tidak
200 KV
>150 KV
>125 KV
Page 49
aman
bisa diterima
arrester.
Arrester rusak,
transformator
rusak
Page 50
UPS adalah kependekan dari Uninteruptable Power System yaitu batere dengan
inverter yang berfungsi sebagai penstabil tegangan dan penanggung daya untuk beberapa
waktu saat padam listrik.
Pada perencanaan kali ini terdapat beban yang tidak boleh mati. Yaitu beban pada kelompok 6
yaitu sebesar 150 kVA
Maka UPS yang digunakan adalah :
Merk
: BORRI
Type
: B9000FXS
Daya (kVA)
: 160 kVA
Daya (kW)
: 144 kW
Tegangan
: 380 V 3 phase
Page 51
BAGIAN II
PERHITUNGAN PJU DAN GTT PERUMAHAN
A. PERHITUNGAN KUAT PENERANGAN JALAN UMUM
ILLUMINASI
Hal yang ingin di capai dalam teknik penerangan
1. Menyelenggarakan, mengatur dan meningkatkan segi ekonomis dalam
penerangan.
2. Memperbaiki teknik dekorasi
3. Mengusahakan tercapainya suasana santai bagi mata.
Besaran besaran dalam teknik penerangan dan satuanya.
1. Fluk cahaya / = F (lumen)
Kapasitas pada energy yang di pancarkan untuk menghasilkan sesuatu cahaya
yang terlihat dalam 1 detik.
2. Intensitas cahaya / I (candela)
Adalah kerapatan cahaya / jumlah energy radiasi yang di pancarkan ke suatu
arah tertentu
3. Effisiensy
Jumlah fluk yang di keluarkan terhadap satuan daya (lumen/watt)
4. Illuminasi (kuat penerangan) = E (lux) lumen/m2
Adalah fluk cahaya yang jatuh pada suatu permukaan bidang dengan luas
tertentu.
Dimana kuat penerangan di pengaruhi oleh:
E berbanding lurus dengan I
1
E berbanding terbalik dengan kwadrat jaraknya E r 2
Page 52
atau
W
Tinggi Tiang
Page 53
Space Tiang
Space Tiang
Space Tiang
Space Tiang
: 12 lux
2.
With (W)
3.
:6m
4.
Spacing (s)
: 24 m
5.
: 5
6.
: 0.5 m
7.
: 0.75
:6m
W OH 60,5
=
=0,916
H
6
B/H (pavementside) =
OH 0,5
=
=0,083
H
6
Page 54
E .W . S
U.M.K
12 x 6 x 24
F = 0,3 x 0,75 x 0,75
= 10240 lumen
Type
Order code
: 928480009899
Base
Luminous
Tegangan nominal
Cos phi
: E40
: 14000
: 220V
: 0,8 menggunakan Kapasitor 0,9
Lampu penerangan jalan umum di pasang dengan menyesuaikan kondisi di lapangan untuk
perencanaan ini PJU di letak kan setiap jarak 24 m terpisah antara satu dengan yang lainya
peletakan jarak antar tiang tersebut sudah memenuhi peraturan/sudah di rencanakan dengan
sebaik mungkin. Untuk posisi tiang, perencanaan ini mengacu pada central Twin Bracket .
Dengan demikian jumlah lampu yang akan di pasang dapat di ketahui melalui dimensi denah
yang sudah di rencanakan.
Jumlah lampu yang di gunakan untuk penerangan jalan pada perumahan ini adalah :
Jalan Pabrik sebanyak :
400 m
=16,667 buah
24 m
16 Tiang dengan daya sebesar 150 W tiap lampu
Karena sistem penerangan adalah model Central maka banyak Lampu adalah :
2 x 16
= 32 Buah
Page 55
S=
P
cos p hi
150 W
0,9
= 166,67 VA
W
Tinggi Tiang
Space Tiang
Space Tiang
Space Tiang
Space Tiang
= Tinggi Tiang
= 8 meter
= 3 s/d 5 Tinggi Tiang
= 4 * Tinggi Tiang
=4*8
= 32 meter
: 12 lux
9.
With (W)
10.
:8m
11.
Spacing (s)
: 32 m
12.
: 5
13.
: 0.5 m
14.
: 0.75
:8m
Page 56
B/H (roadside) =
W OH 80,5
=
=0,93
H
8
B/H (pavementside) =
OH 0,5
=
=0,0625
H
8
Page 57
Jadi besanya lumen yang harus diberikan untuk tiap tiap lampu yang di gunakan
sebesar :
F=
E .W . S
U.M.K
12 x 8 x 32
F = 0,28 x 0,75 x 0,75
2048
0,1575
= 19504,76 lumen
Type
Order code
Base
: E40
Luminous
Tegangan nominal
Cos phi
: 27000
: 220V
: 0,8 dengan menggunakan kapasitor 0,9
Lampu penerangan jalan umum di pasang dengan menyesuaikan kondisi di lapangan untuk
perencanaan ini PJU di letak kan setiap jarak 32 m terpisah antara satu dengan yang lainya
peletakan jarak antar tiang tersebut sudah memenuhi peraturan/sudah di rencanakan dengan
sebaik mungkin. Untuk posisi tiang, perencanaan ini mengacu pada single-side dengan
formasi sejajar. Dengan demikian jumlah lampu yang akan di pasang dapat di ketahui melalui
dimensi denah yang sudah di rencanakan.
Jumlah lampu yang di gunakan untuk penerangan jalan pada perumahan ini adalah :
Jalan Pabrik sebanyak :
200 m
=6,25 bua h
32m
Terhitung 6 lampu dengan daya sebesar 250 W
Tetapi untuk jumlah lampu diseluruh perumahan adalah sebanyak 16 lampu.
Penghitungan Daya Lampu Pju Perumahan
P = S cos phi
S=
P
cos p hi
250 W
0,9
= 277,78 VA
Page 58
Page 59
PEMBAGIAN JURUSAN
GTT dibagi atas 4 Jurusan, yaitu :
1. Jurusan 1 : 16 Rumah type 75
: 20 Rumah type 36
2. Jurusan 2 : 14 Rumah type 75
: 25 Rumah type 45
3. Jurusan 3 : PJU
4. Jurusan 4 : Cadangan
PEMBAGIAN GROUP PER FASA
Setiap tiang idealnya menyupply sedikitnya 4-6 sambungan. Maka dipilih
1. Jurusan 1
Instalasi Tegangan Menengah
Page 60
8 x 2200 VA
= 17600 VA
8 x 2200 VA
= 17600 VA
= 5,334 kVA
PJU Perumahan
Fasa R = 6 x 277,78 VA
= 1666,68 VA
Fasa S = 5 x 277,78 VA
= 1388,9 VA
Fasa T = 5 x 277,78 VA
= 1388,9 VA
Total Fase R
= 2000,04 VA + 1388,9 VA
= 3388,9 VA
Page 61
Total Fase S
= 1666,7 VA + 1666,68 VA
= 3333,4 VA
Total Fase T
= 1666,7 VA + 1388,9 VA
= 3055,6 VA
FASA S
FASA T
Page 62
industri yang tumbuh dengan pesat, pertambahan penduduk yang semakin meningkat dan
sebagainya.
Masalah-masalah yang timbul disini adalah untuk perencanaan tahunan untuk
memperbesar kapasitas penjualan tenaga listrik, untuk menanggulangi pertambahan beban
tersebut dan menjaga ke handalan di bidang listrik.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, kita harus mengetahui besar pertambahan beban
puncak untuk tahun-tahun mendatang. Untuk mengasumsikan kebutuhan tahunan, kebutuhan
beban sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu.
Ada beberapa macam cara mengasumsikan pertumbuhan beban, tetapi secara garis
besar dapat dibagi menkadi dua yaitu:
o Secar grafis.
o Secara analisis.
a) Secara Grafis.
Dengan menggunakan data-data grafis dari tahun sebelumnya, yaitu dari kurva
tahunan dan besarnyadaya(kW), maka dapat di asumsikan pertumbuhan beban untuk
tahun-tahun mendatang dengan metode extrapolar. Metode ini adalah dengan menarik
garis-garis pertumbuhan beban untuk tahun-tahun berikutnya.Dengan demikian hasil yang
diperoleh dari penganalisaan secara grafis tidak sepenuhnya akurat. Oleh karena itu cara
ini digunakan hanya sebagai pembanding.
b) Secara Analisis.
Dalam metode ini mengasumsikan kebutuhan tenaga listrik digolongkan dalam beberapa
kelompok konsumen, yaitu:
1) Konsumen perumahan(residensial).
o Jumlah anggota perumahan = A orang per rumah
o Jumlah perumahan =
o Jumlah langganan dari perumahan = (2) X electrification ratio
Dimana electrification ratio = perbandingan antara jumlah konsumen rumah
tangga yang memakai tenaga listrik dengan jumlah seluruh rumah tangga.
o Jadi jumlah kebutuhan tenaga listrik untuk konsumen Residensial adalah
Instalasi Tegangan Menengah
Page 63
Konsumen industri.
Kebutuhan menurut permintaan dari para konsumen industri
2200 VA x 30 rumah
1300 VA x 25 rumah
900 VA x 20 rumah
= 66000 VA
= 32500 VA
= 18000 VA
= 1,553 kVA.
o Dengan asumsi setiap rumah memiliki anggota keluarga sebanyak 5 jiwa per rumah
maka jumlah total penduduk = 5 x 75 = 375 jiwa.
o Pertumbuhan penduduk tiap tahun(dimisalkan) = 2% per tahun.
Dari data-data diatas kita dapat meramalkan pertumbuhan beban pada perumdin tersebut
yaitu:
1) Electrification ratio
Page 64
= 1.
Page 65
FaktorKebersamaa
en
24
0,85
6 10
0,80
11 20
0,7
21 40
0,6
> 40
0,4
Data-data yang diperlukan adalah TOTAL DAYA TERPASANG yang sudah di hitung
di atas, yaitu:
Jurusan 1
Rumah type 75
= 16 rumah x 2200
= 35200 VA
Rumah type 36 = 20 x 900
= 18000 VA
Total daya
= 35200 VA + 18000 VA
= 53200 VA
Jumlah sambungan jenis heterogen adalah mencapai 36 sambungan, sehingga :
53200 VA x 0,6 = 31920 VA
= 31,92 kVA
Jurusan 2
Rumah type 75 = 14 x 2200
= 30800 VA
Rumah type 45 = 25 x1300
= 32500 VA
Total daya
= 30800 VA + 32500 VA
= 63300 VA
Jumlah sambungan jenis heterogen adalah mencapai 39 sambungan, sehingga :
63300 VA x 0,6 = 37980 VA
= 37,98 kVA
Jurusan 3
PJU
= 9,779 kVA
Instalasi Tegangan Menengah
Page 66
20
99,6 kVA=19,92 kVA
100
Kapasitas trafo
Namun pada dasarnya trafo dengan kapasitas 119,52 kVA di pabrika tidak tersedia. Sehingga
perencanaan ini memilih trafo dengan kapasitas di atas dari kapasitas penghitungan di atas.
Perencanaan ini memilih besar kapasitas trafo sebesar 160 KVA. Berdasarkan peraturan yang
ada trafo dengan kapasitas 160 KVA termasuk kategori trafo tiang (GTT).
Untuk perencanaan ini, penentuan besar rating daya trafo sudah di ketahui langkah
selanjutnya perancang membandingkan beberapa product trafo buatan asing maupun local,
Yang nantinya di rasa perancang cocok untuk di gunakan. untuk perbandingan secara umum,
Instalasi Tegangan Menengah
Page 67
perancang melihat hari sisi kebisingan (dB), temperatura oil, lilitan, kelas isolasi,
pendinginan, tapping, effisiency & regulasi, bukti pengujian yang di jelaskan pada katalog
trafo. Perancang membandingkan 3 product trafo, yaitu:
1. Merk TRAFINDO
Daya Trafo
160 KVA
Jumlah fase
Tiga
Frekuensi pengenal
50 HZ
20KV
0,4 KV
Impedansi
4%
No Load Losses
400 Watt
Load Losses
2000 Watt
Total Losses
2400 Watt
2. Merk SCHNEIDER
Daya Trafo
160 KVA
Jumlah fase
Tiga
Frekuensi pengenal
50 HZ
20KV
0,4 KV
Impedansi
4%
No Load Losses
300 Watt
Load Losses
2350 Watt
Total Losses
2650 Watt
Dengan demikian perancang memilih merk trafo TRAFINDO, yang di rasa cocok untuk di
gunakan. dengan spesifikasi secara umum:
Spesifikasi di atas masih terbilang secara umum, untuk keterangan lebih lengkapnya bisa lihat
pada katalog trafo merk TRAFINDO yang sudah di lampirkan.
Instalasi Tegangan Menengah
Page 68
Page 69
System pentanahan.
Page 70
= 4,62 A x 2,5
= 11,55 A
Nilai tersebut adalah nilai maksimum sedangkan dalam perencanaan ini digunakan CO
dengan perhitungan 120 % dikalikan dengan arus pengenal transformator pada sisi primer,
yaitu 5,52 A, 20 % diambil dari pertimbangan factor pengembangan.
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari beban
kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipili CO dengan arus
sebesar 100 A.
Page 71
E. ARRESTER
Arrester dipakai sebagai alat
pemilihan arrester harus sesuai dengan peralatan yang dilindunginya. Karena kepekaan
arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan tegangan sistem.
Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar yang
sesuai dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan
perlindungan yang baik.
Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang datang berkekuatan
400 KV dalam waktu 0,1s, jarak titik penyambaran dengan transformator 5 Km.
Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan
nominal sistem. Pada arrester yang dipakai PLN adalah :
Vmaks
= 110% x 20 KV
= 22 KV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 28 KV.
Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah dalam
keadaan gangguan pada tempat dimana penagkal petir, dengan tegangan rms fasa ke
fasa tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan Untuk menetukan
tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan ground digunakan persamaan :
Vrms
=
Instalasi Tegangan Menengah
Page 72
= 15,5 KV
Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa dengan ground pada
sistem 3 phasa didapatkan persamaan :
Vm(L - G)
Koefisien pentanahan
= 12,6 KV
= 0,82
Keterangan :
Vm
Vrms
=
= 133,3 KV
Keterangan :
I
e
Page 73
= tahanan arrester ()
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang
dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi teganagn flasover dan
probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga
e adalah :
e =1,2 BIL saluran
(23)
Keterangan :
BIL
R =
=
= 42
I =
= 15,8 KA
Keterangan :
E = tegangan yang sampai pada arrester (KV)
Instalasi Tegangan Menengah
Page 74
= jarak perambatan
(25)
Keterangan :
I
Page 75
Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest
voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,2/50 s.
Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik
ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut. Sehingga dipilih BIL
arrester yang sama dengan BIL transformator yaitu 150 KV
Ep= ea +
126
= 133,3 KV+
8,3
= 26,6x
Page 76
= 0,31 m
BIL
BIL
S PETIR
ARRESTE
TRAF0
(KV)
KONDISI
KETERANGAN
(125 KV)
(150 KV)
Tegangan masih di bawah
120 KV
< 150 KV
<125 KV
Aman
125 KV
<150 KV
=125 KV
Aman
batasan keduanya
Tegangan
130 KV
<150 KV
>125 KV
Aman
200 KV
=150 KV
>150 KV
>125 KV
>125 KV
Aman
diterima
ke
tanah
Masih
150 KV
lebih
memenuhi
batas
Tidak
Arrester
aman
transformator rusak
rusak,
Page 77
Page 78
3. In
=
= 34,64 A.
4. KHA = 1,25 In
= 43,3 Ampere.
5. Dari table KHA penghantar AAAC (PUIL 2000) didapat luas penampang penghnatar
sebesar 16 mm (KHA 110 A) tetapi dilapangan penghantar untuk saluran SUTM
paling kecil adalah 35 mm , maka dipilih penghantar AAAC dengan luas penampang
35 mm . hal tersebut dilakukan untuk menekan rugi-rugi sepanjang saluran SUTM,
contohnya seperti drop tegangan yang terlau besar.
In
Page 79
= 243,09 A.
KHA = 1,25 In
=303,86 Ampere.
Menggunakan Kabel NYY berinti tunggal. Dari Katalog didapat luas penampang
penghantar sebesar 95 mm (KHA 320 A), Kerena jarak kabel menuju panel dekat
maka rugi-rugi tidak begitu besar.
Dengan Busbar :
Legrand, (32 x 5mm)/phase dengan KHA 450 A
Legrand, (32 x 2mm)/netral
2. Besar Penghantar Perjurusan
Jurusan 1
Penghantar dari pengaman menuju pipa jurusan
Total besar daya : 53200 VA
53200
I nominal=
660
I nominal=80,6 A
Besar KHA
KHA=80,6 Ax 1.25
KHA=100,75
Maka besar pengahantar yang digunakan adalah NYY dengan besar 25 mm2. Tetapi
untuk mengantisipasi drop dan untuk mengantisipasi pengahantar panas maka
digunakan penghantar dengan besar 50 mm2
Penghantar TC
Dari table KHA penghantar TC (BUKU PLN) didapat luas penampang penghnatar
sebesar 25 mm (KHA 103 A), maka dipilih penghantar TC dengan luas
penampang yang lebih besar yaitu 70 mm . hal tersebut dilakukan untuk menekan
rugi-rugi sepanjang saluran SUTR, contohnya seperti drop tegangan yang terlau
Instalasi Tegangan Menengah
Page 80
besar, yang diakibatkan oleh suhu sekitar dan jarak pemasangan Digunakan kabel
TC 3X70mm +1X50mm .
Jurusan 2
Penghantar dari pengaman menuju pipa jurusan
Total besar daya : 53200 VA
I nominal=
63300
660
I nominal=95,9
Besar KHA
KHA=95,9 Ax 1.25
KHA=119,875 A
Maka besar pengahantar yang digunakan adalah NYY dengan besar 25 mm2. Tetapi
untuk mengantisipasi drop dan untuk mengantisipasi pengahantar panas maka
digunakan penghantar dengan besar 50 mm2.
Dan busbar yang digunakan adalah busbar :
Legrand
Kabel TC
Dari table KHA penghantar TC (PUIL 2000) didapat luas penampang penghantar sebesar 35
mm (KHA 125 A), maka dipilih penghantar TC dengan luas penampang yang lebih besar
yaitu 70 mm . hal tersebut dilakukan untuk menekan rugi-rugi sepanjang saluran SUTR,
contohnya seperti drop tegangan yang terlau besar, yang diakibatkan oleh suhu sekitar dan
jarak pemasangan Digunakan kabel TC 3X70mm +1X50mm .
Jurusan 3
Penghantar dari pengaman menuju pipa jurusan
Page 81
Besar KHA
KHA=14,815 A x 1.25
KHA=18,52 A
Maka besar pengahantar yang digunakan adalah NYY dengan besar1,5 mm2. Tetapi
untuk mengantisipasi drop dan untuk mengantisipasi pengahantar panas maka
6. In
=
= 11,54 A.
7. KHA = 1,25 In
= 14,4 Ampere.
8. Dari table KHA penghantar kabel tanah NA2XSEYBY (PUIL 2000) didapat luas
penampang penghnatar sebesar 35 mm (KHA 127 A ditanah & 139 A diudara ), maka
dipilih penghantar XLPE dengan luas penampang 35 mm .
Page 82
G. PERENCANAAN PHB TR
Page 83
Perhitungan Pengaman
Pengaman Utama
Besar In yang mengalir pada pengaman adalah sama dengan In trafo :
= In x 0,8
Page 84
Pengaman Jurusan
Pengaman jurusan menggunakan NH fuse. Setiap jurusan dibagi menjadi 3 fasa, yaitu R, S
dan T. Besar pengaman adalah :
Ipengaman= x 1,15
daya beban
V
a. Jurusan 1
Fasa R
Arus yang mengalir pada jurusan 1 fasa R adalah sebesar :
daya beban
=
V
=
17600
220
= 80 A
Fasa S
Arus yang mengalir pada jurusan 1 fasa R adalah sebesar :
daya beban
=
V
=
17600
220
= 80 A
Fasa T
Arus yang mengalir pada jurusan 1 fasa R adalah sebesar :
daya beban
=
V
=
18000
220
= 81,82 A
Total daya
3 x 220
I pengaman=
(17600+17600+18000)
3 x 220
Page 85
I pengaman=
53200
660
I pengaman=80,6 Ax 1,15
I pengaman=92,65 A
19800
220
= 90 A
Fasa S
Arus yang mengalir pada jurusan 1 fasa R adalah sebesar :
daya beban
=
V
=
21400
220
=97,27 A
Fasa T
Arus yang mengalir pada jurusan 1 fasa R adalah sebesar :
daya beban
=
V
=
22100
220
= 100,45 A
Total daya
3 x 220
(19800+21400+22100)
I pengaman=
3 x 220
Instalasi Tegangan Menengah
Page 86
I pengaman=
63300
660
I pengaman=95,9 A x 1,15
I pengaman=110,285
Pengaman yang digunakan adalah NH fuse type gG/gL 100 A
c. Jurusan 3
Fasa R
Arus yang mengalir pada jurusan 1 fasa R adalah sebesar :
daya beban
=
V
=
3388,9
220
= 15,4 A
Fasa S
Arus yang mengalir pada jurusan 1 fasa R adalah sebesar :
daya beban
=
V
=
3333,4
220
= 15,152 A
Fasa T
daya beban
V
3055,6
220
= 13,889 A
Total daya
3 x 220
Page 87
(3388,9+3333,4+3055,6)
I pengaman=
3 x 220
I pengaman=
9777,9
x 1,15
660
I pengaman=14,815 A x 1,15
I pengaman=17,03 A
Page 88
= 81,3 o
cos 81,3 o
= 0,15
= 0,32 m
Page 89
sin 81,3 o
R1
R1
X1
X1
= 0,988
= Z1 .cos . 10-3
= 0,32 x 0,15 x 10-3 = 0,048
= Z1 .sin . 10-3
= 0,32 x 0,988 x 10-3 = 0,316
TRAFO
Di ketahui :
S
R2 =
Wc x U 0 2 x 103
S2
R2 =
2400 x 400 x 10
2
160
Z 2=
Usc U 2
x
100 S
Z 2=
4 4002
x
100 160
= 4%
U = 400 V ;
Wc
= 15
Z 2=40
X2 =
40215 2
X2= 37,08
cu = 22,5
22,5 x
( 955 )
= 1,18
X3 = 0,08 x 5 = 0,4
ARUS HUBUNG SINGKAT 1 (pengaman utama)
Page 90
= 2400 W
U0
Isc =
3 Rt 12 + X t 12
BUSBAR
L = 0,5 m , A = 32 x 5 mm , cu = 22,5
L
1
22,5 x
R4 = A =
32 x 5 = 0,14
X4 = 0,15 x L = 0,15 x 1 = 0,15
ARUS HUBUNG SINGKAT 2( pada pengaman jurusan)
U0
Isc = 3 R 2 + X 2
t1
t1
Page 91
I.
PENTANAHAN
Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ): 100 ohm/m
Luas penampang elektroda adalah 201,02 mm2
r = 8 mm
R pentanahan =
= 13,66
Page 92
= 0,3125
Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ): 100 ohm/m
Luas penampang elektroda adalah 201,02 mm2
r = 8 mm
R pentanahan =
= 13,66
Page 93
= 0,3125
Page 94
TM2
TM3
TM4
TM5
TM5C
TM8
TM8C
TM8X
TM10
TM10C
TM11
TM12
TM15
TMTP
TMTP3
TMV
Tiang B1
5 dengan konstruksi tiang 12 meter 200 daN (tinggi tiang dipilih 12 meter
karena pemasangan tiang tersebut berada dijalan raya).
2) Tiang B2
: karena merupakan tiang penyangga lurus maka digunakan TM
5 dengan konstruksi tiang 12 meter 200 daN (tinggi tiang dipilih 12 meter
karena pemasangan tiang tersebut berada dijalan raya).
Page 95
3) Tiang B3
TM 5 dengan konstruksi tiang 12 meter 200 daN (tinggi tiang dipilih 12 meter
karena pemasangan tiang tersebut berada dijalan raya).
4) Tiang B4
5 dengan konstruksi tiang 12 meter 200 daN (tinggi tiang dipilih 12 meter
karena pemasangan tiang tersebut berada dijalan raya).
5) Tiang B5
TM 5 dengan konstruksi tiang 12 meter 200 daN (tinggi tiang dipilih 12 meter
karena pemasangan tiang tersebut berada dijalan raya).
6) Tiang B6
TM 5 dengan konstruksi tiang 12 meter 200 daN (tinggi tiang dipilih 12 meter
karena pemasangan tiang tersebut berada dijalan raya).
7) Tiang B7
5 dengan konstruksi tiang 12 meter 200 daN (tinggi tiang dipilih 12 meter
karena pemasangan tiang tersebut berada dijalan raya).
8) Tiang B8
maka
TM 5 dengan konstruksi tiang 12 meter 200 daN (tinggi tiang dipilih 12 meter
karena pemasangan tiang tersebut berada dijalan raya).
10) Tiang B8C2
TM 5 dengan konstruksi tiang 12 meter 200 daN (tinggi tiang dipilih 12 meter
karena pemasangan tiang tersebut berada dijalan raya).
11) Tiang B8C3
TM 5 dengan konstruksi tiang 12 meter 200 daN (tinggi tiang dipilih 12 meter
karena pemasangan tiang tersebut berada dijalan raya).
12) Tiang B8C4
: 2 TIANG 11 METER
Tambahan
Page 96
Antara tiang B8 TM8 dengan B8C1 diberi tambahan Guard Net, karena
saluran kabel SUTM tersebut melewati jalan raya.
TR2
TR3
TR4
TR5
TR6
TR6A
TR7
TR8
TR9
b. Tiang B8A1D1
Page 97
Tiang B8A1B1
Page 98
Dmax =
D=
Keterangan:
o D
= andongan (m).
o W
o d
o T
o LO
Karena untuk tempat yang direncanakan berada pada daerah datar maka sama seperti diatas.
Besar andongan ditentukan sebesar 2 % dari panjang antar tiang penghantar.
Instalasi Tegangan Menengah
Page 99
Page 100
SUTR
JURUSAN 1
B8A1D2A1 : beban yang dipikul = 10 buah rumah 900 VA
Jarak antar B8A1D2 B8A1D2A1 adalah 40 m. Untuk andongan maka di tambahkan 2 %
Sehingga panjang penghantar adalah 40,8 m.
In =
9000
220
= 40,9 A
B8A1D2 : beban yang dipikul = 8 buah rumah 2200 VA
Jarak antar B8A1D1 - B8A1D2 adalah 35 m. Untuk andongan maka di tambahkan 2 %
Sehingga panjang penghantar adalah 35,7 m.
In =
17600
220
= 80 A
B8A1D1 : beban yang dipikul = 8 buah rumah 2200 VA
Jarak antar GTT B8A1D1 adalah 20 m. Untuk andongan maka di tambahkan 2 %
Sehingga panjang penghantar adalah 20,4 m.
In =
17600
220
= 80 A
B8A1D1A1 : beban yang dipikul = 10 buah rumah 900 VA
Jarak antar B8A1D1 B8A1D1A1 adalah 40,8 m. Untuk andongan maka di tambahkan
2%
Sehingga panjang penghantar adalah 40,8 m.
In =
9000
220
= 40,9 A
JURUSAN 2
B8A1B3A1 :beban yang di pikul = 5 rumah 1300 VA
Instalasi Tegangan Menengah
Page 101
Page 102
JURUSAN 2
V = 5% x 220 = 11 V
Page 103
Page 104