School Work">
Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Alat Pengukuran Dasar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

PENGUKURAN

Dalam melakukan pengukuran selalu dimungkinkan terjadi kesalahan . Oleh karena


itu , kita harus menyertakan angka angka kesalahan agar kita dapat memberi penilaian yang
wajar dari hasil pengukuran . Dengan menyertakan kesalahan atau batas toleransi terhadap
suatu nilai yang kita anggap benar , kita dapat mempertanggungjawabkan hasil pengukuran .
A. Kesalahan Pengukuran
Besaran fisika tidak dapat di ukur secara pasti dengan setiap alat ukur . Hasil pengukuran
selalu mempunyai derajat ketidakpastian . Pada saat kita menggunakan penggaris untuk
mengukur besaran panjang , bacaan akan di ambil ke skala millimeter terdekat . Misalnya ,
hasil pengukuran dapat dinyatakan 234 1 mm . Hal ini mengimplikasikan bahwa kita
mengambil bacaan dengan berpikir bahwa nilai terbaik adalah 234 mm , tetapi bahwa nilai
tidak akan jatuh di luar rentang dari 233 ke 235 mm . Nilai

1 disebut ketidakpastian

(uncertainly) bacaan . Orang biasanya menyebut ketidakpastian sebagai kesalahan (error) .


Walaupun sebenarnya kata kesalahan lebih mengarah pada pengertian kekeliruan yang
telah dilakukan , padahal permasalahannya tidaklah demikian .
Kesalahan pengukuran dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu kesalahan sistematis dan
kesalahan acak . Kesalahan sistematis adalah kesalahan yang sebab sebabnya dapat di
identifikasi dan secara prinsip dapat dieleminasi . Sumber kesalahan sistematis adalah :
a) Kesalahan alat : akibat kalibrasi yang kurang baik
Contoh
: Termometer yang menunjukkan nilai 20C dalam air membeku dan
2020C dalam air mendidih . Termometer ini secara konsisten menunjukkan nilai yang
terlalu tinggi .
b) Kesalahan pengamatan: akibat kesalahan paralaks (kesalahan sudut pandang terhadap
suatu titik ukur )
c) Kesalahan lingkungan :
Contoh
: Daya listrik yang bocor akan menyebabkan arus yang
terukur secara konsisten dan terlalu rendah .
d) Kesalahan teoretis
: akibat penyederhanaan system model atau aproksimasi dalam
persamaan yang menggambarkannya .
Contoh
: Apabila gaya gesek yang bekerja selama percobaan tetapi
tidak dimasukkan dalam teori , maka hasil percobaan dan teori akan secara konsisten
tidak cocok .

Kesalahan acak sering dapat dikuantisasi melalui analisis statistic , sehingga efek
kesalahan acak terhadap besaran atau hokum fisika dapat ditentukan . Kesalahan acak
dihasilkan dari ketidakmampuan pengamat untuk melakukan pengukuran secara presisi .
B. Penulisan Hasil Pengukuran
Cara memperkirakan dan menyatakan kesalahan pengukuran , bergantung pada cara
pengukuran yang dilakukan , yaitu pengukuran berulang ataukah pengukuran tunggal
.Hasil pengukuran dituliskan sebagai

x=x x

. Untuk mengetahui secara nyata

tingkat kesalahan dan ketelitian , selain hasil pengukuran , juga dituliskan kesalahan dan
taraf ketelitian yang dirumuskan sebagai berikut :
Kesalahan mutlak
= x
x
Kesalahan relative
=
x
Kesalahan persen

Kesalahan ketelitian

( xx ) x 100
(1 xx ) x 100

C. Angka Penting
Ketika akan menuliskan hasil pengukuran maka perlu di pahami dengan baik mengenai
angka penting . Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran ,
yang terdiri dari angka eksak (pasti) dan saru angka taksiran (angka terakhir) . Adapun
aturan dari angka penting sebagai berikut :
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting
Contoh : 4,57 memiliki 3 angka penting
2. Angka nol yang terletak diantara dua angka bukan nol adalah angka penting
Contoh : 2,03 memiliki 3 angka penting
3. Semua angka nol yang terletak pada deretan akhir dari angka angka yang ditulkis di
belakang koma decimal adalah angka penting .
Contoh : 0,3340 memiliki 4 angka penting
4. Angka-angka nol yang diogunakan hanya untuk tempat titik decimal adalah bukan
angka penting .
Contoh : 0,0334 memiliki 3 angka penting
5. Semua angka sebelum orde pada notasi ilmiah adalah angka penting .
Contoh : 2,50 x 103 memiliki 3 angka penting .

ALAT-ALAT UKUR
A. PANJANG
Pada pengukuran besaran panjang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat
ukur , misalnya mistar , jangka sorong , micrometer sekrup , meteran kain , meteran
tanah dan meteran besi .
1. MISTAR

Pengertian

:Alat ukur yang berskala sentimeter dan millimeter


Fungsi
:Digunakan untuk mengukur panjang suatu benda
Prinsip
:Pembacaan hasil pengkuran dapat dibaca langsung .
Cara kerja
:
- Siapkan terlebih dahulu benda yang akan di ukur panjangnya .
3

Letakkan mistar tepat di sisi permukaan benda yang akan diukur misalnya saja

panjang gabus .
Posisikan mistar dan gabus tepat sejajar dengan mata ketika akan membaca

penunjukkan skalanya .
- Selanjutnya tinggal membaca hasil penunjukkannya .
Batas Skala/Batas Ukur
:
= 0 90 cm
Jumlah Skala
:
= 900
NST Mistar
:
= Batas ukur / Jumlah Skala
= 90 cm / 900
= 0, 1 cm
Penulisan Fisika
:
1
= 2 x NST Mistar
1
= 2

x 0,1 cm

= 0,05 cm
Artinya , penulisan hasil pengukurannya harus 2 angka di belakang koma .
Hasil Pengukuran
:
HP = NST Mistar x Penunjukan Skala

2. JANGKA SORONG

Pengertian

Fungsi

Prinsip

:Alat ukur yang memiliki skala utama dan skala nonius .


:Digunakan untuk mengukur diameter luar , diameter
dalam dan kedalaman suatu benda .
: Nilai skala utama = 1 mm dan banyaknya skala nonius
tidak selalu sama antara mistar geser yang satu dengan
yang lainnya . Ada yang yang mempunyai 10 skala ,

ada yang 20 skala bahkan ada yang mempunyai 50


skala
nonius .

Cara kerja
:
- Siapkan terlebih dahulu benda yang akan di ukur misalnya benda yang akan
-

diukur diameter luarnya seperti cincin.


Sebelumnya , buka mulut jangka sorong dengan memutar ke kiri sekrup yang

berada tepat di atas mistar geser a.


Letakkan cincin pada mulut jangka sorong . Lalu , rapatkan mulut jangka sorong

terhadap cincin tersebut dengan menggeser mistar gesernya .


Setelah cincin tidak dapat bergerak lagi maka kunci jangka sorong dengan

memutar ke kanan sekrupnya .


Kemudian ukur berapa penunjukkan skala pada skala utama dan skala nonius

(skala geser ) .
NST Skala Utama(SU)
- Batas Ukur
- Jumlah Skala
- NST Skala Utama

:
= 0 - 15 cm
= 150
= Batas Ukur/Jumlah Skala
= 15 cm / 150
= 0,1 cm
- Jumlah Skala Nonius = 20
NST Jangka Sorong
:
= NST Skala Utama/Jumlah Skala Nonius
= 0,1 cm/20
= 0,005 cm
Penulisan Fisika
:
= 1 x NST Jangka Sorong
=1 x 0,005 cm
= 0,005 cm
Artinya , penulisan hasil pengukurannya harus 3 angka di belakang koma

Hasil Pengukuran
:
HP = ( PSU x NST SU ) + ( NST Jangka Sorong x Penunjukan Skala Nonius)

10

Gambar 1.2 : Cara menentukan pengukuran pada mistar geser

Pada gambar 1.2, penunjukan nol skala nonius terhadap skala utama
adalah 4,2 lebih. Sedang skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama
adalah skala ke-3, maka hasil pengukurannya adalah :
HP = 4,2 cm + 3 (NST).
HP = 4,2 + 3 (0,01) = (4,2 + 0,03) cm.
HP = 4,23 cm.

3. MIKROMETER SEKRUP

Pengertian

:Alat ukur

yang memiliki

skala utama dan skala

putar .
Fungsi

:Digunaka

n untuk mengukur panjang , ketebalan ,


diameter bola dan diameter kawat yang sangat kecil .
Prinsip
: Skala utama memiliki skala mm dan 0,5 mm . Skala
nonius mempunyai 50 skala dengan laju putar 0,5 mm/
putaran . Oleh karena itu 1 skala nionius sama dengan
0,01 mm=0,001 cm .

Cara kerja
:
- Siapkan terlebih dahulu benda yang akan di ukur misalnya benda yang akan
-

diukur ketebalannya.
Sebelumnya , buka mulut micrometer sekrup dengan memutar ke kanan kunci
yang berada tepat di sisi lengkung micrometer .

Letakkan benda tersebut pada mulut mikrometer. Lalu , rapatkan mulut


mikrometer terhadap benda tersebut dengan memutar skala putarnya hingga

benda dan mulut micrometer hamper bertemu .


Untuk membuat micrometer lebih rapat dengan benda maka putar bagian yang

berada pada ujung skala putar hingga terdengar bunyi KLIK 1 kali .
Setelah cincin tidak dapat bergerak lagi maka kunci micrometer dengan memutar

kuncinya ke kiri .
Kemudian ukur berapa penunjukkan skala pada skala utama dan skala nonius
(skala putar ) .

NST Skala Utama(SU)


- Batas Ukur
- Jumlah Skala
- NST Skala Utama

:
= 5 mm
= 10
= Batas Ukur/Jumlah Skala
= 5 mm / 10
= 0,5 cm
- Jumlah Skala Putar
= 50
NST Mikrometer Sekrup :
= NST Skala Utama/Jumlah Skala Nonius
= 0,5 mm/50
= 0,01 mm
Penulisan Fisika
:
1
= 2 x NST Mikrometer Sekrup
1
= 2

x 0,01 mm

= 0,005 mm
Artinya , penulisan hasil pengukurannya harus 3 angka di belakang koma

Hasil Pengukuran
:
HP = ( PSU x NST SU ) + ( NST Micrometer Sekrup x Penunjukan Skala Putar)
Hasil pengukuran dari suatu mikrometer dapat

ditentukan dengan cara

membaca penunjukan ujung bagian skala putar terhadap skala mendatar dan
garis mendatar pada bagian skala mendatar terhadap skala berputar.
ujung skala putar
35
30

SU (SM)
garis mendatar

25

SP (SN)

Gambar 1.3 : Cara menentukan pengukuran mikrometer sekrup


7

Penunjukan ujung SP terhadap skala mendatar = 6 skala atau 6 x 0,5 mm


= 3.,0 mm. Penunjukan garis mendatar pada skala utama terhadap SP = 30
skala atau

30 x 0,01 mm = 0,30 mm. Hasil pengukurannya adalah 3,0 mm +

0,30 mm = 3,30 mm.

B. MASSA
Pengukuran massa pada umumnya menggunakan neraca . Neraca yang biasa di jumpai
adalah nerasa ohauss 310 , neraca ohauss 311 , neraca ohauss 2610 dan neraca pegas .
Dapat pula dengan menggunakan timbangan . Timbangan diantaranya adalah timbangan
dewasa , timbangan baby , timbangan kue , timbangan beras , timbangan daging dan
timbangan emas .

1. Neraca Ohauss 310

Pengertian

Fungsi
Prinsip

:Alat ukur yang digunakan untuk mengukur beban


maksimum 310 g dengan 2 penunjukan skala yaitu
skala utama dan skala putar .
:Digunakan untuk mengukur massa beban hingga 310 g
:
Nilai

skala

utamanya

dijumlahkan

dan untuk

akan

skala noniusnya akan dilihat saat berimpit dengan 0 .

Cara kerja
:
- Sebelum menggunakan alat , terlebih dahulu alat di kalibrasi .
- Kemudian siapkan beban yang akan di ukur .
- Letakkan beban pada posisinya kemudian massa beban akan di ukur .
- Geser penunjuk nilai pada lengan I . Jika penunjuk keseimbangan masih belum
bergerak maka geser lagi penunjuk nilainya hingga penunjuk keseimbangan

mulai bergerak .
Kemudian geser penunjuk nilai pada lengan II. Jika penunjuk keseimbangan

sudah hampir sejajar dengan garis 0 hentikan geseran .


Selanjutnya , putar ke kanan skala putarnya secara perlahan hingga penunjuk

keseimbangan akhirnya sejajar dengan garis 0 .


Kemudian lihat penunjukan skala pada lengan I , lengan II , skala putar dan skala

noniusnya .
NST Neraca Ohauss 310
Lengan I
- Batas Ukur
- Jumlah Skala
- NST Lengan I

= 0 - 200 g
=2
= Batas Ukur/Jumlah Skala
= 200 g / 2
= 100 g

Lengan II
-

Batas Ukur
Jumlah Skala
NST Lengan II

= 0 100 g
= 10
= Batas Ukur/Jumlah Skala
= 100 g / 10
= 10 g

Skala Putar
-

Batas Ukur
Jumlah Skala
NST Skala Putar

Skala Nonius
- Batas Ukur
- Jumlah Skala

NST Skala Nonius

Penulisan Fisika

= 0 10 g
= 100
= Batas Ukur/Jumlah Skala
= 10 g / 100
= 0,1 g
= 0 0,10 g
= 10

= Batas Ukur/Jumlah Skala


= 0,10 g / 10
= 0,01 g
:
9

1
2

1
= 2

x NST Skala Nonius


x 0,01 g

= 0,005 g
Artinya , penulisan hasil
pengukurannya harus 3 angka di
koma

belakang

Hasil Pengukuran
HP = ( P. Skala Lengan I

:
x NST

Lengan I ) + ( P. Skala

Lengan

II x NST Lengan II ) +

( P. Skala

Putar x NST Skala Putar ) + ( P. Skala Nonius x NST Skala Nonius )


Catatan :
Skala Putar = skala yang berimpit dengan 0 pada skala nonius

2. Neraca Ohauss 311

Pengertian

:Alat ukur yang digunakan untuk mengukur beban


maksimum 311 g dengan penunjukan skala yaitu skala

utama .
Fungsi
:Digunakan untuk mengukur massa beban hingga 311 g
Prinsip
: Nilai skala utamanya akan dijumlahkan .
Cara kerja
:
- Sebelum menggunakan alat , terlebih dahulu alat di kalibrasi .
- Kemudian siapkan beban yang akan di ukur .
- Letakkan beban pada posisinya kemudian massa beban akan di ukur .

10

Geser penunjuk nilai pada lengan I . Jika penunjuk keseimbangan masih belum
bergerak maka geser lagi penunjuk nilainya hingga penunjuk keseimbangan

mulai bergerak .
Geser penunjuk nilai pada lengan II . Jika penunjuk keseimbangan masih belum
bergerak maka geser lagi penunjuk nilainya hingga penunjuk keseimbangan

mulai bergerak .
Geser penunjuk nilai pada lengan III . Jika penunjuk keseimbangan sudah mulai

bergerak kemudian lanjutkan dengan menggeser lengan IV


Kemudian geser penunjuk nilai pada lengan IV secara perlahan-lahan hingga

penunjuk keseimbangan sejajar dengan garis 0 .


Kemudian lihat penunjukan skala pada lengan I , lengan II , lengan III dan

lengan IV .
NST Neraca Ohauss 311
Lengan I
- Batas Ukur
- Jumlah Skala
- NST Lengan I

= 0 - 200 g
=2
= Batas Ukur/Jumlah Skala
= 200 g / 2
= 100 g

Lengan II
-

Batas Ukur
Jumlah Skala
NST Lengan II

= 0 100 g
= 10
= Batas Ukur/Jumlah Skala
= 100 g / 10
= 10 g

Lengan III
-

Batas Ukur
Jumlah Skala
NST Skala Putar

Lengan IV
- Batas Ukur
- Jumlah Skala
- NST Skala Nonius

Penulisan Fisika
1
= 2 x NST Lengan IV

= 0 10 g
=1
= Batas Ukur/Jumlah Skala
= 10 g / 1
= 10 g
= 0 0,1g
= 10
= Batas Ukur/Jumlah Skala
= 0,1 g / 10
= 0,01 g
:

11

1
= 2

x 0,01 g

= 0,005 g
Artinya , penulisan hasil pengukurannya harus 3 angka di belakang koma

Hasil Pengukuran
:
HP = ( P. Skala Lengan I x NST Lengan I ) + ( P. Skala Lengan II x NST Lengan II )
+ ( P. Skala Lengan III x NST Skala Lengan III ) + ( P. Skala Lengan IV x NST
Lengan IV )

3. Neraca Ohauss 2610

Pengertian

Fungsi

:Alat ukur yang digunakan untuk mengukur beban


maksimum 2610 g dengan penunjukan skala yaitu
skala utama .
:Digunakan untuk mengukur massa beban hingga 2610

g
Prinsip
: Nilai skala utamanya akan dijumlahkan .
Cara kerja
:
- Sebelum menggunakan alat , terlebih dahulu alat di kalibrasi .
- Kemudian siapkan beban yang akan di ukur .
- Letakkan beban pada posisinya kemudian massa beban akan di ukur .
- Geser penunjuk nilai pada lengan I . Jika penunjuk keseimbangan masih belum
bergerak maka geser lagi penunjuk nilainya hingga penunjuk keseimbangan

mulai bergerak .
Geser penunjuk nilai pada lengan II . Jika penunjuk keseimbangan sudah mulai

bergerak maka lanjutkan untuk menggeser lengan III .


Kemudian geser penunjuk nilai pada lengan III secara perlahan-lahan hingga

penunjuk keseimbangan sejajar dengan garis 0 .


- Kemudian lihat penunjukan skala pada lengan I , lengan II dan lengan III
NST Neraca Ohauss 2610
Lengan I
- Batas Ukur
= 0 - 100 g
- Jumlah Skala
= 10
- NST Lengan I
= Batas Ukur/Jumlah Skala
12

= 100 g / 2
= 10 g
Lengan II
-

Batas
Ukur
=0

500 g
Jumlah
Skala
=5

Lengan II

NST

= Batas Ukur/Jumlah Skala


= 500 g / 5
= 100 g

Lengan III

Batas Ukur
Jumlah Skala
NST Skala Putar

Penulisan Fisika
1
= 2 x NST Lengan III
1
= 2

= 0 10 g
= 100
= Batas Ukur/Jumlah Skala
= 10 g / 100
= 0,1 g
:

x 0,1 g

= 0,05 g
Artinya , penulisan hasil pengukurannya harus 2 angka di belakang koma

Hasil Pengukuran
:
HP = ( P. Skala Lengan I x NST Lengan I ) + ( P. Skala Lengan II x NST Lengan II )
+ ( P. Skala Lengan III x NST Skala Lengan III )

4. Neraca Pegas

13

Pengertian

:Alat ukur yang digunakan untuk mengukur beban


maksimum 500 g dengan cara digantungkan .
Fungsi
:Digunakan untuk mengukur massa beban hingga 500 g
Prinsip
: Penunjukan skalanya dapat dibaca langsung .
Cara kerja
:
- Sebelum menggunakan alat , terlebih dahulu alat di kalibrasi .
- Kemudian siapkan beban yang akan di ukur .
- Letakkan beban pada posisinya yaitu pada gantungan yang terletak di bawah
-

neraca kemudian massa beban akan di ukur .


Perhatikan garis merahnya yang akan sejajar dengan skala .
Kemudian ukur massanya .

Batas Skala/Batas Ukur


:
= 0 500 g
Jumlah Skala
:
= 50
NST Neraca Pegas
:
= Batas ukur / Jumlah Skala
= 500 g / 50
= 10 g
Penulisan Fisika
:
1
= 2 x NST Neraca Pegas
1
= 2

x 10 g

=5g
Artinya , penulisan hasil pengukurannya tidak memakai koma .
Hasil Pengukuran
:
HP = NST neraca pegas x Penunjukan Skala

14

C. WAKTU
Pada pengukuran besaran waktu kita dapat menggunakan alat ukur stopwatch dan jam .
Jenis stopwatch cukup banyak dan biasanya memiliki tiga tombol yaitu tombol start ,
stop dan reset . Tombol start biasanya berwarna hijau yang berfungsi untuk menjalankan
stopwatch dan tombol stop biasanya berwarna merah berfungsi untuk menghentikan
stopwatch . Sedangkan , tombol reset biasnya terletak di tengah dan berwarna putih
berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk ke posisi nol .
1. Stopwatch (30 sekon)

Pengertian

tombol

:Alat ukur yang berskala sekon .


:Digunakan untuk mengukur waktu
:Pembacaan hasil pengkuran dapat dibaca langsung .
:
reset (terletak d sisi kiri atas

pada stopwatch

dan kemudian lepaskan ,

sehingga jarum

penunjuk ada pada posisi nol

.
Tekan

lepaskan

tersebut
Tekan

untuk
dan

tersebut

saat

Fungsi
Prinsip
Cara kerja
- Tekan

dan

selesai .
- Kemudian baca
Batas Skala/Batas
= 0 30 sekon
Jumlah Skala
:
= 60
NST Stopwatch
= Batas ukur / Jumlah Skala
= 30 sekon / 300
= 0, 1 sekon
Penulisan Fisika
:

kembali

tombol

memulai pengukurannya
lepaskan
lagi
tombol
pengukuran

waktu

telah

penunjukan skalanya .
Ukur
:

15

1
2

1
= 2

x NST Stopwatch
x 0,1 sekon

= 0,05 sekon
Artinya , penulisan hasil pengukurannya harus 2 angka di belakang koma .
Hasil Pengukuran
:
HP = NST Stopwatch x Penunjukan Skala

2. Stopwatch (60 sekon)

Pengertian

:Alat ukur yang berskala sekon .


Fungsi
:Digunakan untuk mengukur waktu
Prinsip
:Pembacaan hasil pengkuran dapat dibaca langsung .
Cara kerja
:
- Tekan tombol reset (terletak d sisi kiri atas pada stopwatch dan kemudian
lepaskan , sehingga jarum penunjuk ada pada posisi nol .
- Tekan dan lepaskan kembali tombol tersebut untuk memulai pengukurannya
- Tekan dan lepaskan lagi tombol tersebut saat pengukuran waktu telah selesai .
- Kemudian baca penunjukan skalanya .
Batas Skala/Batas
Ukur
:
= 0 60 sekon
Jumlah Skala
:
= 300
NST Stopwatch
:
= Batas ukur /
Jumlah Skala
= 60 sekon / 300
= 0, 2 sekon
Penulisan Fisika
:
1
= 2 x NST
Stopwacth
1
= 2

x 0,2 sekon

= 0,1 sekon
Artinya , penulisan hasil pengukurannya harus 1 angka di belakang koma .
Hasil Pengukuran
:
16

HP = NST Stopwatch x Penunjukan Skala


3. Jam

Pengertian

:Alat ukur yang berskala jam .


Fungsi
:Digunakan untuk mengukur waktu
Prinsip
:Pembacaan hasil pengkuran dapat dibaca langsung .
Cara kerja
:
- Jarum jam akan mulai bergerak ke arah kanan .
- Jarum panjang menunjukkan menit
- Jarum pendek menunjukkan jam
- Jarum berwarna merah menunjukkan detik
- Kemudian hitunglah waktunya .
Batas Skala/Batas Ukur
:
= 0 12 jam
Jumlah Skala
:
= 60
NST Stopwatch
= Batas ukur / Jumlah Skala
= 12 jam / 60
= 0, 2 jam
Penulisan Fisika
:
1
= 2 x NST
1
= 2

x 0,2

Jam
jam

= 0,1 jam
Artinya ,

penulisan hasil pengukurannya

harus 1 angka
Hasil
HP = NST Jam

di belakang koma .
Pengukuran
x Penunjukan Skala

17

D. SUHU
Pada pengukuran besaran suhu dapat digunakan thermometer seperti thermometer
badan , termometer celcius dan thermometer ruangan . Termometer terbuat dari bahan
kaca dengan di dalamnya adalah air raksa . Pada thermometer sangat sensitive terhadap
suhu .
1. Termometer Badan

Pengertian

:Alat ukur yang berskala Celcius .


Fungsi
:Digunakan untuk mengukur suhu badan
Prinsip
:Pembacaan hasil pengkuran dapat dibaca langsung .
Cara kerja
:
- Pastikan penunjukan skala pada thermometer di bawah 370 C
- Jika belum , maka goyangkan thermometer agar penunjukannya segera turun .
- Setelah itu , letakkan thermometer pada badan untuk selang waktu tertentu untuk
-

mengukur suhu badan biasanya diletakkan di ketiak .


Setelah waktu berakhir maka, ambil termometernya dan kemudian membaca

penunjukan skalanya .
Batas Skala/Batas Ukur
= 350C - 420C
Jumlah Skala
= 80
NST Termometer

:
:
:
18

= Batas ukur / Jumlah Skala


= 80C / 80
= 0,10C
Penulisan Fisika
:
1
= 2 x NST Termometer Badan
1
= 2

x 0,10C

= 0,050C
Artinya , penulisan hasil pengukurannya harus 2 angka di belakang koma .
Hasil Pengukuran
:
HP = NST Termometer Badan x Penunjukan Skala

2. Termometer Celcius

Pengertian

:Alat ukur yang berskala Celcius .


Fungsi
:Digunakan untuk mengukur suhu badan
Prinsip
:Pembacaan hasil pengkuran dapat dibaca langsung .
Cara kerja
:
- Pastikan penunjukan skala pada thermometer di bawah 370 C
- Letakkan thermometer pada zat yang akan di ukur dan dalam penggunaan
thermometer jangan memegang badan thermometer tetapi hanya memegang
-

ujung atas dari thermometer .


Letakkan thermometer untuk selang waktu tertentu .
Setelah waktu berakhir maka, ambil termometernya dan kemudian membaca
penunjukan skalanya .

Batas Skala/Batas Ukur :


= 00C - 2000C

Jumlah Skala
= 200

NST Termometer Celcius:

= Batas ukur / Jumlah Skala


= 2000C / 200
19

= 10C
Penulisan
1
= 2 x
1
= 2

Fisika

NST Termometer Celcius


10C

= 0,50C
Artinya ,

penulisan hasil pengukurannya harus 1

angka di
Hasil
HP = NST

belakang koma .
Pengukuran
:
Termometer Celcius x Penunjukan Skala

3. Termometer Ruangan

Pengertian

:Alat ukur yang berskala Celcius dan Fahrenheit .


Fungsi
:Digunakan untuk mengukur suhu ruangan
Prinsip
:Pembacaan hasil pengkuran dapat dibaca langsung .
Cara kerja
:
- Alat hanya diletakkan di ruangan .
- Garis merah yang berada pada thermometer kemudian perlahan akan bergerak
naik ataupun turun bergantung dari suhu ruangan
- Setelah garis merah tersebut berhenti maka pengukuran suhu pun selesai .
- Pembacaan hasil pengukuran kemudian dapat dilakukan .
Batas Skala/Batas Ukur
:
0
0
= 40 C - 50 C
Jumlah Skala
:
= 45
NST Termometer Ruangan :
20

= Batas ukur / Jumlah Skala


= 90C / 45
= 0,20C
Penulisan Fisika
:
1
= 2 x NST Termometer Ruangan
1
= 2

x 0,20C

= 0,10C
Artinya , penulisan hasil pengukurannya harus 1 angka di belakang koma .
Hasil Pengukuran
:
HP = NST Termometer ruangan x Penunjukan Skala

E. KUAT ARUS
Pada

pengukuran

dilakukan

dengan

besaran panjang dapat


menggunakan

berbagai

alat ukur , misalnya

mistar , jangka sorong ,

micrometer sekrup ,

meteran kain , meteran

tanah dan meteran

besi .

1. Amperemeter

Pengertian

:Alat ukur yang berskala amperemeter


Fungsi
:Digunakan untuk mengukur kuat arus listrik
Prinsip
:Pembacaan hasil pengkuran dapat dibaca menurut skala
atas dan skala bawah .
Cara kerja
:
- Buatlah rangkaian listrik terlebih dahulu .
- Hubungkan kutub positif yaitu nilai dari kuat arus yang akan digunakan dengan
-

masukan rangkaian .
Hubungkan juga kutub negative dari amperemeter ke keluaran rangkaian listrik .
Hubungkan pula masukan dan keluaran dari amperemeter ke power supply .
Nyalakan power supply dan perhatikan gerakan jarus pada amperemeter .
Selanjutnya tinggal membaca hasil penunjukkannya .
21

Batas Skala/Batas Ukur


:
Batas ukur atas
= 0-50 A
Bata ukur bawah
= 0-100 A
Jumlah Skala
:
= 50
NST Amperemeter
:
NST atas
=
= Batas ukur atas / Jumlah Skala
= 50 A / 50
=1A
NST bawah =
= Batas ukur bawah / Jumlah Skala
= 100 A / 50
=2A
Penulisan Fisika
:
Untuk Skala Atas
1
= 2 x NST Amperemeter
1
= 2

x1A

= 0,5 A
Artinya , penulisan hasil pengukurannya harus 1 angka di belakang koma .
Untuk Skala Bawah
1
= 2 x NST Amperemeter
1
= 2

x2A

=1A
Artinya , penulisan hasil pengukurannya tidak memakai koma .
Hasil Pengukuran
:
Skala Penunjukan x NST Amperemeter
HP =
x Batas Ukur
jumlah skala maksimum

2. Multimeter

22

Pengertian

:Alat ukur yang berskala amperemeter dan voltmeter


Fungsi
:Digunakan untuk mengukur kuat arus listrik dan
tegangan
Prinsip
:Pembacaan hasil pengkuran dapat dibaca menurut skala
atas dan skala bawah .
Cara kerja
:
- Hubungkan kedua kutub yaitu kutub positif dan kutub negative ke alat yang akan
diukur kuat arusnya .
- Selanjutnya tinggal membaca hasil penunjukkannya .
Batas Skala/Batas Ukur
:
Batas ukur atas
= 0-10 A
Bata ukur bawah
= 0-10 A
Jumlah Skala
:
= 50
NST Multimeter
:
NST atas
=
= Batas ukur atas / Jumlah Skala
= 10 A / 50
= 0,2 A
NST bawah =
= Batas ukur bawah / Jumlah Skala
= 10 A / 50
= 0,2 A
Penulisan Fisika
:
Untuk Skala Atas
1
= 2 x NST Multimeter
1
= 2

x 0,2 A

= 0,1 A
Artinya , penulisan hasil pengukurannya harus memakai 1 angka dibelakang koma
Untuk Skala Bawah
1
= 2 x NST Multimeter
1
= 2

x 0,2 A

= 0,1
Artinya , penulisan hasil pengukurannya harus 1 angka di belakang koma .
Hasil Pengukuran
:
Skala Penunjukan x NST Amperemeter
HP =
x Batas Ukur
jumlah skala maksimum

23

24

Anda mungkin juga menyukai