Creative Writing, poc">
Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Contoh Proposal Praktik Kerja Lapangan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

PENGELOLAAN PUPUK ORGANIK CAIR

DI PT. AGROLESTARI MAKMUR NUSANTARA


BATANG JAWA TENGAH INDONESIA

Oleh:
TRIMO PRIYANTO
0410081311

USULAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
Pada Program Strata Satu Fakultas Pertanian
Universitas Pekalongan

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEKALONGAN
2015

PENGELOLAAN PUPUK ORGANIK CAIR


DI PT. AGROLESTARI MAKMUR NUSANTARA
BATANG JAWA TENGAH INDONESIA

Oleh:
TRIMO PRIYANTO
0410081311

Usulan Praktek Kerja Lapangan


Diterima dan disetujui
pada tanggal ...

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Dekan Fakultas Pertanian

Ir. Pudjiati Syarif, M.P


NIP. 195407041988032001

Syakiroh Jazilah, SP.,MP


NPP. 111194090

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas curahan rahmat dan
karunia-Nya

sehingga

Usulan

Praktek

Kerja

Lapangan

yang

berjudul

Pengelolaan Pupuk Organik Cair di PT. Agrolestari Makmur Nusantara Batang


Jawa Tengah Indonesia dapat tersusun.
Penyusunan Usulan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan, arahan, dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena
itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan, yang telah berkenan
memberikan ijin untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
2. Ir. Pudjiati Syarif, M.P., selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan.
3. Kepala PT. Agrolestari Makmur Nusantara Batang Jawa Tengah Indonesia
beserta staf yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan.
4. Kedua orang tua dan keluarga besar, yang telah memberikan semangat dan
bantuan dalam penyusunan usulan Praktek Kerja Lapangan ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan usulan Praktek Kerja
Lapangan.
Demikian usulan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis menyadari bahwa
usulan Praktik Kerja Lapangan ini masih kurang sempurna. Penulis berharap
semoga usulan Pratik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Pekalongan,

Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................

ii

KATA PENGANTAR.....................................................................................

iii

DAFTAR ISI..................................................................................................

iv

DAFTAR TABEL..........................................................................................

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................

1.2 Rumusan Masalah...............................................................

1.3 Tujuan................................................................................

1.4 Manfaat .............................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1
2.2
2.3
2.4

Pengertian Pupuk ..............................................................................


Klasifikasi Pupuk ..............................................................................
Pupuk Organik ..................................................................................
Klasifikasi Pupuk organik Cair .........................................................
2.5 Pembuatan Pupuk Organik Cair Secara Umum .................

4
4
6
11
16

III. METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN


3.1 Tempat dan Waktu...............................................................
3.2 Metode Praktek Kerja Lapangan........................................
3.3 Teknik Pengambilan Data ..................................................
3.4 Daftar Pertanyaan ...............................................................
3.5 Jadwal Kegiatan..................................................................

17
17
17
18
18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... .

20

DAFTAR TABEL
No

Uraian
4

Halaman

1.

Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan.................................................. 17

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini banyak lahan pertanian dan perkebunan yang mengalami masalah
dengan tanah yang digunakan untuk tanaman tersebut tumbuh. Kandungan hara
yang sudah mulai berkurang akibat pemakaian pupuk kimia menjadi salah satu
penyebabnya. Tanah dapat menjadi kering dan mengeras dengan cepat, sehingga
menyebabkan penurunan hasil panen. Keadaan tersebut yang harus diubah, yaitu
mengembalikan keadaan tanah dan mendapatkan hasil panen yang berlimpah
(Nugroho P, 2013 ).
Dalam bidang pertanian, istilah pupuk tentunya sudah tidak asing lagi.
Pupuk memiliki peran yang sangat besar dalam menunjang tumbuhnya tanaman.
Pupuk adalah nutrisi penting yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan
tanaman, menjadi lebih subur dan produktif. Tanaman yang tercukupi kebutuhan
pupuknya akan tumbuh dan berkembang dengan maksimal ( Susetya D. 2012 ).
Menurut Susetya D ( 2012 ), pupuk merupakan nutrisi atau
unsur hara yang ditambahkan pada tanaman, yang kekurangan
unsur hara. Nutrisi dalam pupuk dapat berupa bahan organik
atau anorganik ( mineral ). Pupuk berbeda dengan suplemen.
Pupuk mengandung unsur hara yang diperlukan pertumbuhan
tanaman,

sementara

suplemen

seperti

hormon

tumbuhan

membantu kelancaran proses metabolisme.


Pupuk dapat berupa pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk
kimia

merupakan

pupuk

berasal

dari

bahan-bahan

kimia

sehingga sangat berefek negatif pada lingkungan. Setiap tahun


ribuan hektar lahan yang subur berkurang akibat penggunaan pupuk kimia.
Sungguh ironis, menggunakan racun untuk meningkatkan produksi pangan bagi
kehidupan. Tidak heran bila kesehatan dan daya tahan tubuh manusia terus
merosot (Nugroho P, 2013) .

Menurut Soeleman S dan D. Rahayu (2013 ), pupuk organik adalah pupuk


yang berasal dari pembusukan daun-daun atau pengomposan. Pupuk organik
dapat berupa kompos, pupuk hijau, ataupun kotoran hewan.
Pupuk organik merupakan hasil akhir dari perombakan atau peruraian
bagian-bagian atau sisa tanaman dan binatang. Pupuk organik lebih lama diserap
oleh tanman. Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanaman bahan
organik dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu (Susetya D, 2012).
Penggunaan pupuk organik tidak meninggalkan residu yang membahayakan
bagi kehidupan, sehingga mampu memperkaya sekaligus mengembalikan
ketersediaan unsur hara didalam tanah dan tumbuhan dengan aman. Pupuk
organik biasanya berupa zat padat. Pupuk organik juga dapat berupa pupuk cair
(Soeleman S dan D. Rahayu , 2013 ).
Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahanbahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan,
dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu
unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara
cepat mengatasi defisiensi hara ( Hadisuwito S, 2012 ).
Indrakusuma (2000), menambahkan pupuk organik cair selain dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, membantu meningkatkan
produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, dan mengurangi
penggunaan pupuk anorganik.
Menurut Nugroho P (2013), saat ini pengolahan bahan
organik menjadi pupuk organik cair mulai banyak diteliti. Sebuah
penelitian di Cina menunjukkan penggunaan limbah cair organik
mampu meningkatkan produksi pertanian 11% lebih tinggi
dibandingkan dengan menggunakan bahan organik lain, bahkan
penggunaan pupuk kimia sintetik untuk pupuk dasar mulai
tergeser dengan keunggulan pupuk organik cair.
Berdasarkan pertimbangan hal tersebut, maka dilaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) mengenai Pengelolaan Pupuk Organik Cair di PT. Agrolestari
Makmur Nusantara Batang Jawa Tengah Indonesia.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1.

Bagaimana

Pengelolaan

Pupuk

Organik Cair di PT. Agrolestari Makmur Nusantara Batang Jawa Tengah


Indonesia ?
2.

Bagaimana cara aplikasi pupuk organik cair


pada tanaman ?

3.

Bagaimana

prosedur

pemasaran

yang

dilakukan oleh PT. Agrolestari Makmur Nusantara Batang Jawa Tengah


Indonesia?
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan Praktek Kerja Lapangan antara lain:
1.
Untuk
mengetahui Pengelolaan Pupuk Organik Cair di PT. Agrolestari
Makmur Nusantara Batang Jawa Tengah Indonesia.
2.

Untuk

mengetahui

Untuk

mengetahui

cara aplikasi pupuk organik cair pada tanaman.


3.

prosedur pemasaran yang dilakukan oleh pihak PT. Agrolestari Makmur


Nusantara Batang Jawa Tengah Indonesia.
1.4 Manfaat
Manfaat dilakukan praktek kerja lapangan antara lain:
1. Dapat menambah pengetahuan tentang Pengelolaan Pupuk
Organik Cair di PT. Agrolestari Makmur Nusantara Batang Jawa Tengah
Indonesia.
2. Dapat menegetahui cara aplikasi pupuk organik cair pada tanaman.
3. Dapat mengetahui prosedur pemasaran yang dilakukan oleh pihak PT.
Agrolestari Makmur Nusantara Batang Jawa Tengah Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pupuk


Pupuk merupakan material yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan
hara yang diperlukan tanaman agar mampu berproduksi dengan baik, dengan cara
ditambahkan pada media tanam atau tanaman (Nugroho P, 2013). Pupuk adalah
suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam
tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta dapat memperbaiki sifat
fisik, kimia dan biologi tanah, atau kesuburan tanah (Hasibuan, 2006).
Pupuk adalah zat hara yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang
dengan baik sesuai genetis dan potensi produksinya. Pupuk dapat dibuat dari
bahan organik maupun non-organik (sintetis). Pupuk organik bisa dibuat
dalam bermacam- macam bentuk meliputi cair, curah, tablet, pellet, briket,
granul. Pemilihan bentuk ini bergantung pada penggunaan, biaya, aspek
aspek pemasaran lainnya (Hadisuwito,2012).
Menurut Nugroho P (2013), pupuk mengandung satu atau lebih unsur hara
bagi tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik , dihasilkan oleh
kegiatan alam atau di olah manusia di pabrik. Unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman adalah C,H,O ( ketersediaan di alam masih melimpah), N,P,K,Ca,Mg,S (
hara makro, kadar dalam tanaman >100 ppm), Fe,Mn,Cu,Zn,Cl,Mo,B (hara
mikro, kadar dalam tanaman <100 ppm).
2.2 Klasifikasi Pupuk

Menurut Susetya D ( 2012 ), pupuk dalam arti luas diklasifikasikan


sebagai berikut :
1. Berdasarkan asalnya :
a. Pupuk alam, yakni pupuk yang terdapat didalam alam atau dibuat
dengan bahan alam tanpa proses yang berarti. Misalnya, pupuk kompos,
pupuk kandang, guano, dan pupuk hijau.
b. Pupuk buatan, yakni pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya, tsp,
urea, rustika, NPK, dan nitroposka. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan
mengubah sumber daya alam melalui proses fisika ataupun kimia.
2. Berdasarkan senyawanya :
a. Pupuk organik yakni pupuk yang berupa senyawa organic. Kebanyakan
pupuk alam tergolong pupuk organik. Misalnya, pupuk kandang, dan
kompos.
b. Pupuk anorganik atau mineral, yakni pupuk dari senyawa anorganik.
Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.
3. Berdasarkan fasanya :
a. Pupuk padat, yakni pupuk yang umumnya mempunyai kelarutan
beragam mulai yang mudah larut dalam air sampai yang sukar larut air.
b. Pupuk cair, yakni pupuk berupa cairan yang cara penggunaanya
dilarutkan terlebih dahulu dengan air.
4. Berdasarkan cara penggunaannya :
a. Pupuk daun, yakni pupuk yang cara pemupukannya dilarutkan terlebih
dahulu dalam air, kemudian disemprotkan pada permukaan daun.
b. Pupuk akar atau pupuk tanah, yakni pupuk yang diberikan kedalam
tanah disekitar akar agar diserap oleh akar tanaman.
5. Berdasarkan reaksi fisiologisnya :
a. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis asam, yakni pupuk yang bila
diberikan kedalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih
macam (pH menjadi lebih rendah). Misalnya ZA dan urea.
b. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basa, yakni pupuk yang bila
diberikan ketanah menyebabkan pH tanah cenderung naik. Misalnya,
pupuk chili saltpeter dan kalsium sianida.
6. Berdasarkan macam hara tanaman :
a. Pupuk makro, yakni pupuk yang mengandung hara makro saja,
misalnya NPK, nitroposka, dan gandsalin.
b. Pupuk mikro, yakni pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja,
misalnya mikrovet, mikroplek, dan metalik.

c. Campuran makro dan mikro, misalnya pupuk gandsalin, bayfolan, dan


rustika. Dalam penggunaanya, kedua jenis pupuk ini sering dicampur
dan ditambahkan dengan zat pengatur tubuh (hormone tubuh).
2.3 Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang dibuat dari sisa panen, serbuk
gergaji, kotoran hewan, limbah rumah tangga, dan limbah industri. Komposisi
hara dalam pupuk organik sangat tergantung dari sumbernya. Menurut sumbernya,
pupuk organik dapat diidentifikasi berasal dari pertanian dan non pertanian. Dari
pertanian, dapat berupa sisa panen dan kotoran ternak. Sedangkan dari non
pertanian, dapat berasal dari sampah organik kota, limbah industri, dan
sebagainya. (Suriadikarta, 2006)
Menurut Susetya D ( 2012 ), pupuk organik merupakan hasil akhir
dan atau hasil antara dari perubahan atau peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman
dan hewan. Misalnya bungkil, guano,tepung tulang dan sebagainya. Karena pupuk
organik berasal dari bahan organik yang mengandung segala macam unsur maka
pupuk ini pun mengandung hampir semua unsur (baik makro maupun mikro).
Hanya saja, ketersediaan unsur tersebut biasanya dalam jumlah yang sedikit.
Pupuk organik diantaranya ditandai dengan ciri-ciri :
1. Nitrogen terdapat dalam bentuk persenyawaan organik sehingga
mudah dihisap tanaman.
2. Tidak meninggalkan sisa asam anorganik didalam tanah.
3. Mempunyai kadar persenyawaan C organik yang tinggi, misalnya
hidrat arang.
Pupuk organik (kompos) merupakan hasil perombakan bahan organik oleh
mikrobia dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N
yang rendah. Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N
sekitar 30, sedangkan kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20.
Bahan organik yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas 30 akan
terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah
akan terjadi kehilangan N
berlangsung.

Kompos

karena

menguap

yang dihasilkan

selama

dengan

proses

fermentasi

perombakan
menggunakan

teknologi mikrobia efektif dikenal dengan nama bokashi. Dengan cara ini
proses pembuatan kompos dapat berlangsung lebih singkat dibandingkan cara
konvensional (Yuwono, 2006).
Saat ini, pembuatan pupuk organik hanya dilakukan dalam skala industri
karena minimnya tenaga kerja di pedesaan. Hanya sedikit petani yang dapat
memproduksi kompos untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagian petani membeli
kompos dari pabrik lokal maupun kompos impor. Pemakaian pupuk organik
semakin meningkat dari tahun ke tahun, sehingga diperlukan regulasi atau
peraturan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh pupuk organik agar
memberikan manfaat maksimal bagi pertumbuhan tanaman dan di sisi lain tetap
menjaga kelestarian lingkungan (Suriadikarta, 2006).
Bahan organik ini akan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme
sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk organik termasuk pupuk
majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur dan
mengandung unsur mikro. Jika dilihat dari bentuknya, pupuk organik
dibedakan menjadi dua, yakni pupuk organik padat dan cair. (Hadisuwito,2012)
1. Pupuk Organik padat
Pupuk organik padat adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan,
dan manusia yang berbentuk padat. Dari bahan asalnya, pupuk organik
padat dibedakan lagi menjadi pupuk kandang, humus, kompos dan pupuk
hijau.
a. Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari kotoran
ternak, baik kotoran padat maupun campuran sisa makanan dan air seni
ternak.
Hampir semua kotoran hewan dapat digunakan sebagai bahan baku
pupuk kandang. Kotoran hewan seperti kambing, domba, sapi, ayam
merupakan kotoran yang paling sering digunakan untuk dijadikan pupuk
kandang (Hadisuwito,2012).
Pupuk kandang tidak hanya membantu pertumbuhan, tetapi juga dapat
membantu menetralkan racun logam berat didalam tanah. Selain itu,
pupuk kandang dapat memperbaiki struktur tanah, membantu penyerapan

unsur hara dan mempertahankan suhu tanah. Pupuk kandang yang telah siap
digunakan memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya sudah tidak tampak,
dan baunya telah berkurang.
Jika belum memiliki cirri-ciri tersebut, pupuk kandang belum bisa digunakan.
Para petani biasanya menggunakan pupuk kandang dengan cara disebar
dan dibenamkan. Namun, penggunaan yang paling baik adalah cara
dibenamkan. Pasalnya, penguapan unsur hara akibat proses kimia dalam
tanah dapat dikurangi. (Hadisuwito,2012)
b. Pupuk Hijau
Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari tanaman atau bagian
tanaman tertentu yang masih segar, lalu dibenamkan ke dalam tanah.
Bagian tanaman yang sering digunakan untuk pupuk hijau adalah daun,
tangkai dan batang yang masih muda. Umumnya, semua jenis tanaman bisa
dijadikan sebagai pupuk hijau. Namun, jenis tanaman yang paling bagus
untuk pupuk hijau adalah jenis tanaman yang akarnya bersimbiosis
dengan mikroorganisme pengikat nitrogen.Pupuk hijau bermanfaat untuk
meningkatkan bahan organik tanah dan unsur hara, khususnya nitrogen.
(Hadisuwito,2012)
c. Kompos
Kompos berasal dari sisa bahan organik, baik dari tanaman, hewan, dan
limbah organik yang telah mengalami dekomposisi atau fermentasi. Pada
dasarnya, pupuk kandang dan pupuk hijau merupakan bagian dari
kompos. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos diantaranya
adalah jerami, sekam padi, pelepah pisang, gulma, sayuran busuk, sisa
tanaman jagung dan sabuk kelapa.
Sementara itu, bahan dari hewan ternak yang sering digunakan untuk
kompos diantaranya kotoran ternak, urin, pakan ternak yang terbuang
dan cairan biogas. (Hadisuwito,2012)
d. Humus
Humus merupakan hasil dekomposisi tumbuhan berupa daun, akar, cabang,
ranting dan bahan secara alami. Proses dekomposisi ini dipengaruhi
oleh cuaca diatas permukaan tanah dan dibantu oleh mikroorganisme
tanah. Antara humus dengan pupuk hijau sebenarnya memiliki kemiripan.
Perbedaannya hanya terletak pada prosesnya. Humus terbentuk secara alami

dan sebagian besar terjadi dihutan.Sementara itu, pupuk hijau terbentuk


dengan bantuan campuran tangan manusia. (Hadisuwito,2012)
2. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahanbahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan
manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur . Kelebihan dari
pupuk organik ini adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat,
tidak bermasalah

dalam pencucian hara, dan juga mampu menyediakan

hara secara cepat. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk


organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman meskipun sudah
digunakan sesering mungkin.

Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan

pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa


langsung dimanfaatkan oleh tanaman. (Hadisuwito,2012)
Menurut Susetya D ( 2012 ), beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan pupuk organik adalah sebagai berikut :
a. Kandungan air.
Bila dibandingkan dengan pupuk anorganik, kadar air dalam pupuk
organik sangat tinggi. Oleh karena itu, diperlukan proses pengeringan
hingga mencapai kadar air 30 35%.
b. Bentuk pupuk.
Bentuk pupuk kompos berkaitan dengan cara aplikasinya. Kompos
berbentuk tepung akan sulit diaplikasikan karena mudah hilang menjadi
debu. Banyak petani di Taiwan tertarik pada bentuk granular, sedangkan
peneliti di Jepang mengembangkan formula baru dalam bentuk pellet
untuk mempermudah penanganannya.
c. Kematangan kompos.
Ada beberapa indikator kematangan kompos, antara lain rasio C/N, pH,
KTK, warna, suhu, dan aroma kompos. Selama proses pengomposan,
bahan

organik

mentah

mengalami

proses

perombakan

oleh

mikroorganisme berupa fungi dan bakteri. Suhu dalam tumpukan kompos


(hip) akan meningkat sejalan dengan aktibitas dekomposisi, demikian pula
kadar karbon total akan menurun, sementara kandungan nitrogen
meningkat. Pada akhir proses pengomposan telah terbentuk kompos yang

10

matang, suhu akan menurun, dan rasio C/N menurun. Pemakaian kompos
yang kurang matang akan merugikan pertumbuhan tanaman karena
pengaruh panas yang tinggi serta adanya senyawa yang bersifat fitotoksik.
d. Kombinasi bahan dasar kompos.
Pabrik kompos di Asia pada umumnya memproduksi kompos dari
beberapa macam bahan dasar, seperti kombinasi antara limbah
agroindustri dan kotoran ternak. Akibatnya, tipe dan kualitas kompos yang
dihasilkan sering berubah ubah sehingga menyulitkan produsen
menstandarisasi produknya dan pemberian informasi dalam label yang
tepat.
e. Bahan beracun.
Masalah utama dalam produksi kompos adalah hadirnya logam / bahan
beracun berbahaya bagi kesehatan manusia dan pertumbuhan tanaman.
Bahan dasar kompos yang banyak digunakan dan mengandung bahan
berbahaya adalah sampah kota dan limbah cair (sewage sludge). Logam
berat yang sering terdapat dalam bahan tersebut adalah Cd, Pb, dan Cr.
Unsur unsur ini akan terserap oleh tanaman dan termakan manusia dan
akhirnya mengkontaminasi seluruh rantai makanan. Untuk kondisi di
Indonesia, kriteria tentang kandungan logam berat dalam pupuk organik
ditentukan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 2 bulan Februari
2006.
f. Patogenitas.
Pupuk organik dapat membawa pathogen dan telur serangga yang
menganggu tanaman. Pupuk kandang seringkali mengandung benih gulma
atau bibit penyakit pada manusia. Pupuk kandang juga mempunyai bau
yang tidak enak bagi lingkungan, meskipun tidak beracun. Sedangkan
pupuk hijau mungkin menimbulkan alleopati bagi tanaman pokok.
g. Kotoran ternak.
Kotoran ternak yang dikomposkan menimbulkan masalah keracunan
spesifik. Senyawa fitotoksik seperti asam lemak yang mudah menguap
(volatile fatty acid) yang terbentuk bila kotoran ternak disimpan dalam
kondisi anaerob. Aerasi yang baik serta pembalikan kompos secara teratur

11

merupakan tindakan yang sangat penting. Kotoran ternak banyak


mengandung bahan aditif yang berasal dari pakan ternak, terutaman jenis
unggas.
2.4 Klasifikasi Pupuk Organik Cair
2.4.1
Pupuk Kandang Cair
Pupuk kandang dapat pula digunakan dalam bentuk cair. Pupuk
kandang cair dapat dibuat dengan mencampur kotoran hewan dengan air lalu
diaduk. Setelah larutan tercampur rata simpanlah di tempat yang teduh dan
tidak

terkena

sinar matahari langsung dengan memberi penutup/pelindung.

Biarkan agar terjadi proses fermentasi seblum digunakan. Penyimpanan pupuk


kandang cair dilakukan dalam kondisi tertutup agar udara tidak dapat masuk.
Hal ini dilakukan untuk menekan kehilangan nitrogen dalam bentuk gas
amoniak

yang

menguap.

Dengan menyimpannya terlebih dahulu sebelum

digunakan akan meningkatkan kandungan fosfat dan membuat kandungan hara


menjadi seimbang. Penggunaan pupuk kandang cair juga akan meningkatkan
efisiensi penggunaan fosfat oleh tanaman. (Hadisuwito,2012)
Dalam penggunaan pupuk kandang perlu diwaspadai dalam pengggunaan
langsung dalam tanaman adalah kemungkinanadanya kandungan gulma,
organisme penyebab penyakit yang terkandung dalam pupuk kandang/kotoran
hewan. Penggunaan secara langsung kemungkinan besar akan terjadi panas karena
proses penguraian. (Hadisuwito,2012)
Pupuk kandang merupakan pupuk organik dapat berperanan sebagai bahan
pembenah tanah.Pupuk kandang dapat mencegah erosi, pergerakan tanah dan
retakan tanah. Pupuk kandang dan pupuk organik lainnya meningkatkan
kemampuan tanah mengikat kelembaban, memperbaiki struktur tanah dan
pengatusan tanah.Pupuk kandang memacu pertumbuhan dan perkembang
bakteri dan mahluk tanah lainnya. Pupuk kandangan mempunyai kandungan unsur
N, P, K rendah, tetapi banyak mengandung unsur mikro.
nitrogen dalam pupuk

kandang

akan

dilepaskan

Kandungan unsur

secara

perlahan-lahan.

12

Dengan demikian pemberian pupuk kandang yang berkelanjutan akan membantu


dalam membangun kesuburan tanah dalam jangka panjang (Hadisuwito,2012).
Nilai dari pupuk kandang tidak hanya didasarkan pada pasokan jumlahnya
tetapi jumlah nitrogen dan zat yang terkandung. Nitrogen yang dilepaskan dengan
adanya aktivitas mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman.
Berbagai contoh di atas memperlihatkan bahwa banyak sekali bahan yang dapat
digunakan sebagai pupuk. Memang dalam penggunaannya pupuk organik ini
memiliki kelemahan dibandingkan dengan pupuk kimia. Meskipun begitu
pupuk

organik memiliki banyak kelebihan yang tidak dapat digantikan oleh

pupuk kimia.

Selain itu penggunaan pupuk organik dapat melepaskan

ketergantungan petani dari dunia luar dalam hal ini pabrik pupuk. Dengan
membiasakan kembali penggunaan pupukorganik akan menjadikan petani
tidak menjadi tidak terombangambingkan oleh perusahaan-perusahaan pupuk
baik kimia maupun pabrik pupuk organik. (Hadisuwito,2012)
2.4.2
Pupuk Organik Cair Dari Urine Sapi
Pupuk organik Cair (POC) yang salah satu bentuknya berupa kompos
cair dapat dibuat secara sederhana. Pembuatan pupuk cair untuk diolah menjadi
produk lain yang lebih berguna masih sangat jarang dilakukan, padahal produksi
urin sapi dari seekor sapi dewasa mencapai kurang lebih delapan liter per
hari. Urin sapi mempunyai prospek yang cerah untuk diolah menjadi pupuk
cair karena mengandung unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman
secara lengkap. Unsur-unsur tersebut adalah nitrogen, pospor, dan potassium
dalam jumlah yang sedikit, serta trace element, yaitu seng, besi, mangan, tembaga,
dan lain-lain. Unsur lain

etilenadiaminatetraasetat),

yang

lebih

unsur

ini

penting
sangat

adalah EDTA ( Asam


bermanfaat

untuk

mengembangkan protein sel tunggal di dalam media cairan (Maspary, 2011).


Prinsip pembuatan pupuk cair dengan menggunakan urin sapi
adalah menambahkan bakteri pengurai untuk menguraikan senyawa-senyawa
organik yang terkandung di dalam urin tersebut sehingga bisa langsung
dimanfaatkan oleh tanaman. Urin sapi yang digunakan untuk diolah menjadi

13

pupuk cair yang paling baik adalah urin sapi murni segar, urin sapi ini belum
tercampur dengan cemaran lain yang ada dalam kandang seperti feses, sisa
pakan, dan sisa air minum. Penggunaan urin sapi segar ini lebih baik
kurang dari 24 jam setelah urin dihasilkan oleh sapi. Urin sapi segar dalam
pembuatan pupuk cair membutuhkan bakteri pengurai. Bakteri pengurai yang
umum digunakan adalah berupa
energi

yang

digunakan

oleh

EM4 ataupun botani dan molasses sebagai


bakteri.

EM4 merupakan

Effective

Microorganisme 4 yang berguna untuk memepercepat proses pengomposan


ataupun pada pembuatan pupuk cair. EM4 mengandung sekitar 80 macam
genus mikroorganisme, tetapi hanya ada lima golongan yang paling pokok, yaitu
bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp (BAL), Stre PT.omyces sp, ragi (yeast),
dan

Actinomycetes. Pengelolaan produksi pupuk cair dari urin sapi dapat

berlangsung secara cepat dengan bantuan EM4 ini, yaitu sekitar empat sampai
tujuh hari. Proses pengolahan yang baik dan benar akan menghasilkan pupuk cair
yang tidak panas, tidak berbau busuk, tidak mengandung hama dan penyakit,
serta tidak membahayakan pertumbuhan ataupun produksi tanaman (Maspary,
2011).
Proses pengolahan pupuk cair dengan urin sapi sangat sederhana, yaitu
dengan mencampurkan urin segar, bakteri pengurai dan molasses pada drum
yang terbuka kemudian didiamkan selama satu minggu. Aerator diperlukan agar
proses fermentasi selalu berjalan secara aerob. Kemasakan urin fermentasi
dapat diidentifikasi dari hilangnya bau pada pupuk cair yang diolah.
Pupuk cair juga dihasilkan dalam pembuatan gas bio. Pengolahan
pupuk cair dari urin sapi dan pengolahan pupuk cair dari keluaran gas bio
berbeda. Pupuk cair yang berasal dari keluaran unit gas bio belum dapat
digunakan untuk pemupukan karena belum banyak mengandung oksigen,
sehingga kalau dialirkan ke sungai akan mematikan ikan. Pupuk padat perlu
ditampung di dalam kolam oksidasi dengan lama berkisar kurang lebih dua
minggu untuk memasukkan oksigen ke dalam calon pupuk cair yang telah
dipisahkan.

Kecepatan teroksidasinya pupuk cair tergantung pada luas dan

kedalaman dari kolam tersebut juga kecepatan aliran di dalam kolam. Kolam
oksidasi sebaiknya dibuat dangkal dan diberi sekat-sekat, sehingga aliran

14

calon pupuk cair menjadi lebih lambat. Kelambatan aliran calon pupuk cair
memungkinkan oksigen dapat masuk ke dalamnya (Maspary, 2011).
Mikroba di dalam pupuk cair setelah teroksidasi akan semakin
berkembang. Mikroba di dalam pupuk cair memanfaatkan zat-zat yang tersedia,
sehingga kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical
Oxygen Demand) menurun. Penurunan kadar BOD dan COD tersebut
memungkinkan berkembangnya algae (ganggang). Pertumbuhan algae akan
mempercepat proses oksidasi dan fotosintesis di dalam kolam oksidasi.
Pupuk cair yang telah teroksidasi siap dimanfaatkan untuk menambah unsur
hara

di

sawah,

pot

bunga, ladang, dan lain-lain dengan dialirkan atau

disemprotkan (Maspary, 2011).


Penggunaan pupuk cair ini dengan cara mencampurkan dengan air.
Perbandingan air dengan banyaknya pupuk cair yang digunakan tergantung
dari kandungan pupuk cair yang digunakan. Telur sering ditambahkan dalam
pencampuran yang berfungsi untuk melekatkan urin fermentasi pada daun
sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara maksimal.

Pupuk cair

mempunyai fungsi untuk mencegah kelayuan daun, memberi nutrisi pada


daun,

merangsang pertumbuhan tunas, dan meningkatkan produksi pertanian

secara umum.
2.4.3
Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Kambing
Menurut Hadisuwito (2012), pertanian organik sedang berkembang dan
memerlukan peningkatan pasok pupuk organik. Di antaranya yang berpotensi
dikembangkan di Indonesia ialah pupuk cair dari kotoran/feses (biokultur) dan
dari urine (biourine) kambing. Mutu kedua jenis pupuk cair tersebut dari
ternak kambing cukup bagus untuk diaplikasikan pada tanaman semusim
maupun tanaman perkebunan. I Made Londra dari BPPT. Bali yang menguraikan
cara pembuatan pupuk cair dari limbah kambing mengutarakan

perlakuan

fermentasi yang dilakukan pada pembuatan pupuk cair mampu meningkatkan


kandungan unsur-unsur hara. Pada pembuatan pupuk cair dari kotoran
kambing (biokultur), kandungan unsur K dan C-organik serta N meningkat
secara drastis dibanding tanpa perlakuan. Yakni 962 ppm dibanding 422 ppm
untuk K, 3.414 ppm dibanding 2.811 ppm untuk C-organik, dan 1,22%

15

dibanding 0,27% untuk N. Sedangkan unsur P naik menjadi 84 ppm dibanding 69


ppm.
Pada pembuatan biourine kambing, kandungan unsur K melonjak
menjadi 1.770 ppm dibanding 759 tanpa perlakuan. C-organik naik menjadi
3.773 ppm dibanding 3.390 ppm, dan N 0,89% dibanding 0,34%. Tetapi
unsur P turun menjadi 89 ppm dibanding 94 ppm. Penurunan unsur P pada
biourine disebabkan inokulan yang ada kurang mampu melarutkan P. Sehingga
perlu dicarikan mikroba yang cocok untuk melarutkan lebih banyak P dalam
proses fermentasi biourine. (Hadisuwito,2012)
2.4.4

Biogas

Menurut Hadisuwito (2012), gabungan dari fermentasi bahan organik cair


dengan bahan organik padat dikenal dengan istilah biogas. Bahan baku
pembuatannya berasal dari manusia, hewan,dan tumbuhan.
penggunaan

biogas

memiliki

keuntungan

ganda,

Pada

dasarnya

yaitu gas metana yang

dihasilkan dapat berfungsi sebagai bahan bakar. Selain itu, limbah cair

dan

limbah padat yang dihasilkan sebagai residu bisa digunakan sebagai pupuk.

2.4.5

Pupuk Cair Limbah Organik

Pada dasarnya, limbah cair dari bahan organik bisa dimanfaatkan sebagai
pupuk. Sama seperti limbah padat organik, limbah cair banyak mengandung
unsur hara, khususnya NPK dan bahan organik lainnya. Penggunaan pupuk
dari

limbah

ini dapat membantu memperbaiki struktur dan kualitas tanah.

(Hadisuwito,2012)
2.4.6

Pupuk cair Limbah Manusia

Pupuk cair dari kotoran manusia sebenarnya merupakan campuran antara


kotoran manusia dan cairan yang keluar bersamaan dengan kotoran manusia.
Kotoran manusia merupakan komponen utama dari limbah cair organik
rumah tangga.Kandungan haranya berbeda-berbeda tergantung dari jenis
makanan yang dikonsumsinya. (Hadisuwito,2012)

16

2.5 Pembuatan Pupuk Organik Cair Secara Umum


Menurut Nugroho P (2013), ada banyak sekali metode dan resep pembuatan
pupuk organik cair yang sudah dilakukan oleh banyak orang. Umumnya resep
dan metode ini adalah rahasia perusahaan masing-masing. Tetapi kalau bisa
dikelompokkan pembuatan pupuk organik cair berdasarkan pengelolaan
produksinya adalah: (1) pemasakan atau ekstraksi dan (2) fermentasi. Diantara
metode tersebut , metode fermentasi yang paling banyak digunakan. Sebagai
contoh, fermentasi urine dipertenakan sapi, fermentasi ekstrak tanaman, dan lainlain.
Menurut Nugroho P (2013), yang membedakan kualitas pupuk organik cair
dengan pupuk organik lain umumnya terletak pada komposisi dan jenis bahan
yang digunakan. Resep pembuatan pupuk organik cair sangat beragam, misalnya:
meramu berbagai macam urine binatang, mulai dari urine sapi,domba,dan kelinci.
Ada yang menambahkan madu, royal jelly, dan ramuan herbal lainya.

III. METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 Tempat dan Waktu


1. Waktu
Praktek Kerja Lapangan akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai April
2015 selama 2 bulan.
2. Tempat pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan akan dilaksanakan di PT. Agrolestari Makmur
Nusantara Batang Jawa Tengah Indonesia, Dukuh Manggisan Desa
Amongrogo Kecamatan Limpung Kabupaten Batang.
3.2 Metode Praktek Kerja Lapangan
1.
Observasi yaitu pengambilan data dengan mengikuti, melaksanakan dan
mengamati secara langsung bagaimana cara melakukan Pengelolaan

17

Pupuk Organik Cair di PT. Agrolestari Makmur Nusantara Batang


Jawa Tengah Indonesia.
Interview yaitu pengambilan data melalui pertanyaan secara langsung

2.

kepada pembimbing dan petugas yang ada di PT. Agrolestari Makmur


Nusantara Batang Jawa Tengah Indonesia.
Studi pustaka yaitu mempelajari permasalahan tersebut dari berbagai

3.

literature atau catatan yang ada di PT. Agrolestari Makmur Nusantara


Batang Jawa Tengah Indonesia maupun diluar sebagai pelengkap.
3.3 Teknik Pengambilan Data
1.
Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara observasi di lapangan, wawancara
langsung, dan mengikuti semua kegiatan tentang Pengelolaan

Pupuk

Organik Cair. Wawancara dilakukan pada saat pelaksanaan praktik kerja


lapangan dengan menanyakan langsung kepada pembimbing PKL.

2.

Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari hasil catatan dan studi pustaka serta informasi

lain yang mendukung materi PKL. Catatan atau dokumen yang ada di PT.
Agrolestari Makmur Nusantara Batang Jawa Tengah Indonesia atau sumber sumber lain yang dipelajari dan dikaji untuk mendukung dalam pembahasan
terkait materi PKL.
3.4 Daftar Pertanyaan
3.4.1
Masalah Umum
1. Dimana lokasi PT. Agrolestari Makmur Nusantara Batang Jawa Tengah
Indonesia dan bagaimana faktor-faktor lingkungan di lokasi tersebut,
seperti tanah dan iklim?
2. Bagaimana sejarah singkat, latar belakang, fungsi serta peranan PT.
Agrolestari Makmur Nusantara Batang Jawa Tengah Indonesia?
3. Bagaimana Struktur organisasi di PT. Agrolestari Makmur Nusantara
Batang Jawa Tengah Indonesia?
3.4.2

Masalah Khusus

18

1.
2.
3.
4.

Bagaimana proses pembuatan pupuk organik cair?


Apa saja bahan yang digunakan untuk pembuatan pupuk organik cair ?
Bagaimana cara aplikasi pupuk organik cair pada tanaman?
Bagaimana cara pengemasan produk organik cair di PT. Agrolestari

Makmur Nusantara Batang Jawa Tengah Indonesia?


5. Jenis produk apa saja yang dihasilkan oleh PT. Agrolestari Makmur
Nusantara Batang Jawa Tengah Indonesia.?
6. Bagaimana prosedur pemasaran di PT. Agrolestari Makmur Nusantara
Batang Jawa Tengah Indonesia.?
3.5 Jadwal Kegiatan
Praktik kerja lapangan akan dilaksanakan selama 2 bulan kerja, dari bulan
Maret sampai April 2015 dengan kegiatan seperti tercantum pada Tabel.
Tabel . Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan.
No

Jenis kegiatan

1.
2.
3.
4.

Persiapan
Penyusunan usulan
Pelaksanaan PKL
Penyusunan laporan

Minggu ke
4
5

19

DAFTAR PUSTAKA
Hadisuwito S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. PT. Agromedia Pustaka.
Jakarta Selatan
Hasibuan, B. E.,2006. Ilmu Tanah. USU Perss. Medan
Indrakusuma.2000. Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. PT. Surya
Pratama Alam.Yogyakarta
Maspary.2011. Cara Mudah Fermentasi Urine Sapi Untuk Pupuk Organik Cair.
http://www.gerbangpertanian.com/2011/04/cara-mudahfermentasiurinesapi-untuk .html. Diakses tanggal 13 Maret 2015
Nugroho P.2013. Panduan Membuat Pupuk Kompos Cair. Pustaka Baru Prees.
Yogyakarta
Soeleman S. Dan D. Rahayu.2013. Halaman Organik. PT. Agromedia Pustaka.
Jakarta Selatan
Suriadikarta.2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Jawa Barat
Susetya D. 2012. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik. Pustaka Baru
Press. Yogyakarta
Yuwono. 2006. Pembuatan Kompos. UGM Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai