RESPIRASI
RESPIRASI
RESPIRASI
Oleh Offering G
Hestin Atas asih (120342422468)
1.a). Ventilasi sendiri didefinisaikan sebagai gerakan gas keluar dan masuk
paru2. Proses ventilasi di otot paru2 sangat memerlukan energi. Otot
paru2 sendiri dalam proses pernafasan memerlukan suatu keadaan
pengencangan otot dan system dalam mengalirkan udara
Pada istilah ventilasi ada beberap definisi yang perlu dipahami antara lain:
Volume ekspirasi adalah total volume udara pernafasan per menit (VE)
Volume Tidal adalah jumlah volume udara setiap bernafas (VT)
Frekuensi nafas adalah jumlah pernafasan permenit.
Inspirasi
Kontraksi diafragma menyebabkan
diafragma mendatar
muskulus interkostalis eksternal
kontraksi,
volume paru bertambah, tekanan
di dalam paru yang di sebut
tekanan intrapulmonik turun dari
760 mmHg menjadi 758 mmHg
terjadilah inspirasi
ekspirasi
Karena muskulus interkostalis
eksternal relaksasi
diafragma juga relaksasi lengkungan
diafragma bergerak dari datar kembali
melengkung
tekanan intrapleural kembali pada
tingkat pra-inspirasinya ( 756 mmHg ),
Membran dasar elastik alveoli dan
serabut elastik dalam bronkioli serta
duktus alveolaris kembali dalam
bentuk relaksasinya
volume paru-paru berkurang. Tekanan
interpulmonik naik menjadi 763
mmHg,
1.b). respirasi eksternal adalah pertukaran gas antara paru paru dengan
aliran darah. Respirasi ini terjadi karena pengaruh kimiawi pada aktifitas
syaraf tidak sadar. Ada dua macam otot mekanis yang mempengaruhi
proses respirasi yaitu musculo membranous diaphragma
yang memisahkan rongga dada dengan rongga perut (bergerak atas
bawah) dan otot intercostal (mengelilingi rongga dada) yang
menyebabkan dada mengembang mengempis. Aktifitas syaraf tadi akan
menimbulkan kontraksi otot yang mengubah volume rongga dada. Aktifitas
syaraf sadar juga mungkin menyebabkan respirasi meskipun hanya terjadi
kadang-kadang, dan dibatasi oleh internal body homeostasis.
Ada dua macam respirasi eksternal yaitu inspirasi ( memasukkan udara luar
ke dalam paru
paru), dalam kondisi normal terdiri atas 79% nitrogen, 20.96% oksigen,
0.04% karbondioksida), dan ekspirasi (mengeluarkan udara dari paru
paru), dalam kondisi normal terdiri atas 79% nitrogen, 17% oksigen, 4%
karbondioksida).
Proses respirasi dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada
dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar
maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih
besar maka udara akan keluar
1.c). Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paruparu. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat
yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran oksigen
(O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan pernapasan
eksternal.
Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang
diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3) . Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase,
karbondioksida (CO2) air (H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.
Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb) melepaskan ion-ion hidrogen
(H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan berikatan
dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2).
Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena adaperbedaan tekanan parsial
antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan
karbondioksida pada darah dan udara berbeda.
Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial oksigen
pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi daripada
konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan berdifusi menuju darah
pada alveolus paru-paru.
Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan
parsial karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada darah akan lebih
kecil di bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida pada
darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung.
2.a). Efek Bohr ialah pengaruh Karbon dioksida terhadap kurva oksigen terlarut dari
darah. Pergeseran kurva ke sebelah kanan berarti suatu pengurangan dalam afinitas dari
hemoglobin untuk oksigen. Efek Bohr ialah sifat dari hemoglobin yang pertama kali
digambarkan oleh psikologis Denmark Christian Bohr pada 1904, yang menyatakan
bahwa dalam persentasi karbon dioksida, keafinitasan oksigen untuk pigmen respirasi
disosiasi, yaitu hemoglobin; karena efek bohr, peningkatan level karbon dioksida dalam
darah atau penunrunan pH menyebabkan hemoglobin bergabung dengan oksigen
dengan afinitas lemah. Efek fasilitas transport oksigen seperti hemoglobin membungkus
oksigen di dalam paru-paru, tetapi kemudian melepaskan ke jaringan-jaringan yang
paling membutuhkan oksigen. Ketika jaringan tersebut metabolismnya meningkatan.
Produksi karbon dioksidanyapun meningkat. Karbon dioksida dengan cepat dijadikan
molekul bikarbonat dan proton asam oleh enzim karbonik anhydrase CO2+ H2O Gagal
bereaksi H+ + HCO3.
Hal ini menyebabkan pH jaringan menurun dan juga meningkatkan oksigen terlarut dari
hemoglobin, memperbolehkan jaringan tersebut memperoleh oksigen yang cukup sesuai
kebutuhannya.
2.b). Hipoksia sendiri adalah suatu keadaan di mana tubuh sangat kekurangan
oksigen sehingga selgagal melakukan metabolisme secara efektif. Dahulu keadaan
ini disebut anoksia, yang ternyatasetelah dipelajari pemakaian istilah anoksia ini
tidak tepat. Berdasarkan penyebabnya hipoksiadibagi menjadi 4 kelompok, yakni
:1. Hipoksia hipoksik (dahulu = anoksia anoksik) :Adalah keadaan hipoksia yang
disebabkan karena kurangnya oksigen yang masuk paru-parusehingga oksigen
tidak dapat mencapai darah dan gagal untuk masuk dalam sirkulasi
darah.Kegagalan ini bisa disebabkan adanya sumbatan / obstruksi di saluran
pernapasan, baik olehsebab alamiah (misalnya penyakit yang disertai dengan
penyumbatan saluran pernafasan sepertilaringitis difteri, status asmatikus,
karsinoma bronchonenik, dan sebagainya) atau olehtrauma/kekerasan yang
bersifat mekanik, seperti tercekik, penggantungan, tenggelam dansebagainya.2.
Hipoksia anemik (anoksia anemik)Adalah keadaan hipoksia yang disebabkan
karena darah (hemoglobin) tidak dapat mengikat ataumembawa oksigen yang
cukup untuk metabolisme seluler, seperti pada keracunan karbonmonoksida,
karena afinitas CO terhadap hemoglobin jauh lebih tinggi dibandingkan
afinitasoksigen dengan hemaoglobin (Ingat teori pertukaran / difusi O2 dan CO2
serta kurva disosiasi).
D. Udara residu Merupakan udara yang tersisa di dalam paru-paru, yang berfungsi untuk menjaga
agar paru-paru tetap dalam keadaan mengembang. Besarnya udara residu adalah 1000 ml.
E. udara minimal Volume udara pernapasan berkisar 500 - 3500 ml. Dari 500 ml udara yang
dihirup, hanya 350 ml yang sampai di alveolus , sisanya hanya sampai saluran pernapasan. Jumlah
oksigen yang diperlukan sehari untuk tiap individu sebesar 300 cc.
F. Kapasitas inspiratori merupakan yang sama dengan volume tidal ditambah dengan volume
cadangan inspirasi. Kira-kira 3500 ml jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang, mulai pada
tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru-parunya sampai jumlah maksimum.
G. Kapaistas residu fungsiona sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume sisa.
Jumlah udara yang tersisa di dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal kira-kira 2300 ml.
H. Kapasitas vital sama dengan volume cadangan ditambah dengan volume tidal dan volume
cadangan ekspirasi. Jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah ia
mengisinya sampai batas maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya yaitu
sekitar 4600 ml.
G. Kapasitas total paru-paru adalah volume maksimum pengembangan paru-paru dengan usaha
inspirasi yang sebesar-besarnya, kira-kira 5800 ml.