Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Spektrofotometri Sinar Tampak II

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

Spektrofotometri Sinar Tampak (Visible) 7 KomentarPosted by Emel Seran pada 4 Juli 2011 http://wanibesak.wordpress.

com/2011/07/04/spektrofotometri-sinar-tampak-visible/ Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299149 kJ/mol. Elektron pada keadaan normal atau berada pada kulit atom dengan energi terendah disebut keadaan dasar (ground-state). Energi yang dimiliki sinar tampak mampu membuat elektron tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang memiliki energi lebih tinggi atau menuju keadaan tereksitasi. Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut warna komplementer. Misalnya suatu zat akan berwarna orange bila menyerap warna biru dari spektrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna hitam bila menyerap semua warna yang terdapat pada spektrum sinar tampak. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut. Panjang gelombang (nm) 400 435 435 480 480 490 490 500 500 560 560 580 580 595 595 610 610 800 Warna warna yang diserap Ungu Biru Biru kehijauan Hijau kebiruan Hijau Hijau kekuningan Kuning Jingga Merah Warna komplementer (warna yang terlihat) Hijau kekuningan Kuning Jingga Merah Ungu kemerahan Ungu Biru Biru kehijauan Hijau kebiruan

Pada spektrofotometer sinar tampak, sumber cahaya biasanya menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram. Wolfram merupakan salah satu unsur kimia, dalam tabel periodik unsur wolfram termasuk golongan unsur transisi tepatnya golongan VIB atau golongan 6 dengan simbol W dan nomor atom 74. Wolfram digunakan sebagai lampu

pada spektrofotometri tidak terlepas dari sifatnya yang memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni 5930 C.

Gambar 2 jenis spektronic-20 yang bekerja pada rentang panjang gelombang sinar tanpak. Gambar atas merupakan spectronic-20 lama yang sudah jarang bahkan mungkin tidak diproduksi lagi. Sedangkan gambar kedua adalah spectronic-20 terbaru.

Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah panjang gelombang dimana suatu zat memberikan penyerapan paling tinggi yang disebut maks. Hal ini disebabkan jika pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang sama, maka data yang diperoleh makin akurat atau kesalahan yang muncul makin kecil. Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi, karena b atau l harganya 1 cm dapat diabaikan dan merupakan suatu tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan makin tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi yang dihasilkan makin rendah. (Hukum Lamber-Beer dan syarat peralatan yang digunakan agar terpenuhi hukum Lambert-Beer Baca Pengertian Dasar Spektrofotometer Vis, UV, UV-Vis) Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan linear (AC) apabila nilai absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 A 0,8) atau sering disebut sebagai daerah berlaku hukum Lambert-Beer. Jika absorbansi yang diperoleh lebih besar maka hubungan absorbansi tidak linear lagi. Kurva kalibarasi hubungan antara absorbansi versus konsentrasi dapat dilihat pada Gambar.

Gambar Kurva hubungan absorbansi vs konsentrasi

Faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi vs konsentrasi tidak linear: 1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna. 2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik. 3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).

Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna, sehingga analisis yang didasarkan pada pembentukan larutan berwarna disebut juga metode kolorimetri. Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini disebut reagen pembentuk warna (chromogenik reagent). Berikut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh reagen pembentuk warna: 1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam waktu beberapa jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam cendawan bila disimpan. Oleh sebab itu harus dibuat baru dan kurva kalibarasi yang baru harus dibuat saat setiap kali analisis. 2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat. 3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara stoikiometrik. 4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan pengukuran. 5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa, sehingga warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi komponen tersebut saja. 6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam larutan yang dapat mengubah zat pereaksi atau komponen komponen yang dianalisa menjadi suatu bentuk atau kompleks yang tidak berwarna, sehingga pembentukan warna yang dikehandaki tidak sempurna. 7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang dikehendaki dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.

Setelah ditambahkan reagen atau zat pembentuk warna maka larutan tersebut harus memiliki lima sifat di bawah ini: 1. Kestabilan warna yang cukup lama guna memungkinkan pengukuran absorbansi dengan teliti. Ketidakstabilan, yang mengakibatkan menyusutnya warna larutan (fading), disebabkan oleh oksidasi oleh udara, penguraian secara fotokimia, pengaruh keasaman, suhu dan jenis pelarut. Namun kadang-kadang dengan mengubah kondisi larutan dapat diperoleh kestabilan yang lebih baik. 2. Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi (warna harus cukup tua) yang berarti bahwa absortivitas molarnya () besar. Hal ini dapat dikontrol dengan mengubah pelarutnya. Dalam hal ini dengan memilih pereaksi yang memiliki kepekaan yang cukup tinggi. 3. Warna larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-variasi kecil kecil dalam nilai pH, suhu maupun kondisis-kondisi yang lain. 4. Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang dipakai. 5. Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum Lambert-Beer.

Menentukan konsentrasi sampel dengan cara kurva kalibrasi Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan rumus yang diturunkan dari hukum lambert beer (A= a . b . c atau A = . b . c). Namun ada cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu spesi yang ada dalam suatu larutan yakni dengan cara kurva kalibarasi. Cara ini sebenarnya masih tetap bertumpu pada hukum Lambert-Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan konsentrasi zat dengan kurva kalibarasi: 1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam melakukan analisis Maching kuvet harus dilakukan agar kesalahannya makin kecil. 2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti. Konsentrasi larutan standar dibuat dari yang lebih kecil sampai lebih besar dari konsentrasi analit yang diperkirakan. 3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai panjang gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang gelombang berapa, absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang gelombang yang menghasilkan absorbansi paling besar atau paling tinggi disebut panjang gelombang maksimum (lmaks).

4. Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada panjang gelombang maksimum. 5. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar, kemudian alurkan pada grafik absorbansi vs konsentrasi sehingga diperoleh suatu kurva yang disebutkurva kalibarasi. Dari hukum Lambart-Beer jika absorbansi yang dihasilkan berkisar antara 0,2-0,8 maka grafik akan berbentuk garis lurus, namun hal ini tidak dapat dipastikan.

Misalkan absorbansi yang dihasilkan dari larutan standar yang telah dibuat adalah Absorbansi konsentrasi 0,2 2 ppm 0,3 4 ppm 0,4 6 ppm 0,5 8 ppm 0,6 10 ppm 0,7 12 ppm 0,8 14 ppm 0,9 16 ppm

Grafiknya adalah

6. Ukurlah absorbansi larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Setelah diperoleh absorbansinya, masukan nilai tersebut pada grafik yang diperoleh pada langkah 5. Misalkan absorbansi yang diperoleh 0,6. Maka jika ditarik garis lurus konsentrasi sampel akan sama dengan konsentrasi larutan standar 10 ppm. Maka grafiknya sebagai berikut:

Selain dengan cara diatas konsentrasi sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi linear:

persamaan di atas dapat dihitung dengan bantuan kalkulator. Setelah diperoleh persamaan di atas, absorbansi sampel yang diperoleh dimasukan sebagai nila y sehingga diperoleh nila x. Nilai x yang diperoleh merupakan konsentrasi sampel yang dianalisis.

SPEKTROFOTOMETRI Spektofotometri Annekhusnul 2012, bandung http://wwkhusnul.blogspot.com/2012/06/spektrofotometri.html

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spectrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang di transmisikan atau yang di absorpsi.

Pada umumnya ada beberapa jenis spektrofotometri yang sering digunakan dalam analisis secara a. b. c. kimiawi, Spektrofotometri Spektrofotometri UV Spektrofotometer antara Vis (ultra lain: (visibel) violet) UV-VIS

Dan lain-lain tetapi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah spektrofotometri UVVIS, tetapi untuk lebih jelasnya akan dijelaskan terlebih dahulu secara singkat spektrofotometri di atas.

1.

Spektrofotometri

Visibel

Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun.. selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak(visible). Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 C) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu.Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible.

Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan stabil.

2.

Spektrofotometri

UV

Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium.Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti dua, mengacu pada intinya yang memiliki dua pertikel.Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi.Spektrofotometri UV memang lebih simple dan mudah dibanding spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi

sample. Namun harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa.

3.

Spektrofotometri

UV-VIS

Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna. Spektroskopi ultraviolet-visible atau spektrofotometri ultravioletvisible (UV-Vis atau UV / Vis) melibatkan spektroskopi dari foton dalam daerah UVterlihat. Ini berarti menggunakan cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet (UV) dan dekat dengan inframerah (NIR)) kisaran. Penyerapan dalam rentang yang terlihat secara langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat. Di wilayah ini dari spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi elektronik. Teknik ini melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi berkaitan dengan transisi dari ground state ke eksited state. Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu : a. b. c. Interaksi E Dimana h v = frekuensi foton , = E Penyerapan Penyerapan oleh oleh transisi transisi electron electron oleh cahaya dan = = energy tetapan molekul ikatan d dan dan f electron dari anti ikatan. kompleks muatan. sbb : hv (joule/second) plank

molekul

Penyerapan antara energy

perpindahan dapat digambarkan

Faktor-faktor spektrofotometer

yang dalam

sering

menyebabkan

kesalahan konsentrasi

dalam

menggunakan analit:

mengukur

suatu

Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu

larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.

dari

Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau

sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).

Spektrum

UV,

VIS,

UV-VIS

dan

IR

Data-data yang dikeluarkan oleh UV atau VIS dapat berupa absorbansi atau transmitansi yang langsung dibaca pada spektrofotometer. Namun untuk UV, VIS, UV-VIS dan IR data yang dikeluarkan dapat berupa spektrum jika telah dihubungkan dengan komputer. Spektrum yang dikeluarkan oleh UV, VIS dan UV-VIS berupa pita yang lebar sedangkan pada pita yang dikeluarkan oleh IR berupa garis atau puncak tajam. Pita melebar dari UV-VIS disebabkan karena energi yang dimiliki selain menyebabkan transisi elektronik terjadi pula rotasi dan vibrasi elektron dalam molekul. Sedangkan pada IR hanya terjadi vibrasi elektron maka spektrum yang dihasilkan berupa garis atau puncak tajam. Selain pada IR, spektrum berupa garis dapat terjadi pula pada spektroskopi NMR karena hanya terjadi rotasi elektron.

Spektrum yang dihasilkan dari setiap spektroskopi berbeda antara satu dengan yang lainnya. Para kimiawan spektrum UV, VIS maupun IR dapat dibedakan dengan mudah. Spektrum yang dihasilkan oleh UV, VIS dan UV-VIS tidak berbeda jauh namun sangat sangat berbeda bila dibanding spektrum IR. Untuk membedakannya dapat dilihat pada gambar:

Gambar spektrum UV. Namun spektrum dari spektrofotometer VIS dan UV-VIS menyerupai spektrum UV

Gambar spektrum IR. Pita tertinggi mengarah ke bawah sedangkan pada UV pita yang paling tinggi mengarah ke atas hal ini disebabkan spektrofotometer IR ditulis dalam bentung bilangan gelombang

Metode SPEKTROFOTOMETRI http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2073809-metode-spektrofotometri/ II. SPEKTROFOTOKOPI UNTUK PENENTUAN KADAR PROTEIN 1. Tujuan Praktikum Praktikum mengenai Spektrofotokopi untuk penentuan kadar protein bertujuan untuk : a. Mengetahui metode penentuan kadar protein sampel b. Menentukan kadar protein suatu bahan dengan alat Spektrofotometer c. Menentukan kadar protein sample 2. Dasar Teori Sifat protein jika dilarutkan dengan asam klorida dan enzim protease akan menghasilakan asam amino karboksilat. Disisi lain protein dapat mengalami denaturasi yaitu perubahan struktur protein yang menimbulakn perubahan sifat fisika, kimia dan biologi bila Protein apabila dipanaskan dapat mengakibatkan gelombang elektromagnetik tertentu contohnya bisa, kokain kuman-kuman dan lain-lain Metode Spektrofotokopi dengan untraviolet yang yang diserap bukan cahaya tampak cahaya ultra ungu ( Ultraviolet ). Dalam Spektrofotokopi ultra ungu energi cahaya tampak terserap digunakan untuk transfuse electron. Karena energi Cahaya Ultraviolet dapat menyebabkan transfuse electron ( Hendayana, 1997 ) Pengukuran kadar protein dengan metode Lowry adalah dasar penggunaan Spektrofotometer. Metode ini dapat menggunakan kadar protein sampai dengan 5 Mikrogram. Warna biru yang terjadi oleh pereaksi folin ciacalteu disebabkan reaksi antara protein dengan Cu dalam larutan alkakis dan terjadi reaksi garam fosfotungstat dan garam fosfomolibdat oleh tirosin dan triptopan. Kurva yang menunjukkan standart merupakan kurva alibrasi dari sederet larutan standar larutan-larutan itu. Larutan ittu sebaiknya mempunyai komposisi yang sama dengan komposisi cuplikan. Jarang sekali digunakan satu larutan standar untuk menentukan absorbtivitas molar, hasil tidak pernah didasarkan pada literatur absobtivitas molar. Protein dengan garam fostotungstat pada suasana alkalis akan memberikan warna biru yang intensitasnya tergantung pada konsentrasi protein yang tertera.Pada. konsentrasi protein diukur berdasarkan atas opticial dencinty pada panjang gelombang tertentu untuk mengetahui banyaknya protein dalam larutan.

C. Alat, Bahan dan Cara Kerja 1. Alat a. Tabung reaksi b. Rak tabung reaksi c. Pipet d. Gelas Ukur e. Pengaduk f. Spektrofometer 2. Bahan a. Reagen A ( Larutan Na2 Co3 dalam NaOH ) b. Reagen B ( Larutan Cu So4 dalam aquades ) c. Reagen C ( Larutan k-tartat dalam aquades ) d. Reagen D ( Larutan A:B:C=20:1:1 ) e. Reagen E ( Larutan folin ciocalteau dalam aquades ) f. Larutan standart BSA g. Sampel jagung h. Sampel kedelai i. Aquades 3. Cara kerja a. Perlakuan pada larutan standart

1. Membuat larutan standart dengan konsentrasi 0; 0,06; 0,12; 0,18 ; 0,24 ; 0,30 2. Diambil larutan standart dari masing-masing konsentrasi 3. Ditambahkan air sampai dengan 1ml kedalam masing-masing Larutan standart tersebut 4. Ditambahkan 1ml reagen D kedalam masing-masing larutan 5. Digojog 15 menit didiamkan selama 45 menit 6. Diukur absorbasi dari masing-masing larutan pada masing-masing pada 540 nm 7. Dibuat grafik regresi liniernya

b. Perlakuan pada sample jagung dan kedelai

1. 2. 3. 4. 5.

Diambil 1ml sampel damasukkan kedalam tabung reaksi Ditambah 1 ml reagen D, digojog dibiarkan 15 menit Ditambah reagen E, digojog 15 menit dibiarkan 45 menit Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm Dibuat kurva standart dengan cara larutan standart BSA diperlukan pada konsentrasi 0; 0,06 ; 0,12 ; 0,18 ; 0,24 dan 0,30 6. Dibuat kurva regresi liniernya 7. Dihitung kadar Protein dalam larutan sampel

E.

Pembahasan

Disetiap larutan HCL mulai dari 1,0M; 1,2M; 1.4M; 1,6M; 1,8M; 2,0M, dan apabila di setiap larutan dimasukkan pita Mg@2cm akan bereaksi, semua itu karena pita tersebut bereaksi dan laju reaksinya dipengaruhi oleh: teori tumbukan, konsentrasi, luas permukaan sentuhan, dan katalisator Pada luas permukaan sentuhan dijelaskan bahwa semakin luas permukaan zat padat semakin banyak tempat terjadinya tumbukan antar partikel zat yang bereaksi. Demikian juga dengan katalisator, yakni suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi tanpa dirinya mengalami perubahan yang kekal dalam hal ini terjadi katalisator homogen.

Kecepatan reaksi atau laju reaksi merupakan berkurangnya jumlah pereaksi untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya jumlah hasil reaksi untuk setiap satuan waktu.

F.

Kesimpulan

a. Pembuatan kurva standar dari larutan standar juga digunakan untuk menentukan kadar protein sampel.

b. Dari data konsentrasi larutan BSA diperoleh persamaan garis regresi : Y = 0,0465 + 0,854X c. Kadar protein tertinggi untuk sampel pada percobaan ini adalah jagung.

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2073809-metodespektrofotometri/#ixzz2Kq1p85tz

Spektrofotometri
http://id.scribd.com/doc/57180673/Spektrofotometri Besi merupakan salah satu elemen kimiawi yang banyak terdapat di perairan dan tanah.Besi di perairan terdapat sebagai Fe2+ dan Fe3+. Analisis spektrofotometri campuran Fe2+ danFe3+ secara umum merupakan metode tidak langsung yang dilakukan secara bertahap. Ortho-fenantrolin (atau o-fenantrolin) sebagai agen pengompleks dapat berikatan dengan Fe2+ danFe3+ membentuk kompleks berwarna berbeda, sehingga diharapkan Fe2+ dan Fe3+ dalam campuranbisa ditentukan secara langsung sebagai senyawa kompleks dengan metode spektrofotometri.Penentuan kompsosisi kompleks dan absorptivitas molar dilakukan pada panjanggelombang maksimum masing-masing kompleks. Konsentrasi Fe2+ dan Fe3+ sebagai kompleks o-fenantrolin secara simultan diukur menggunakan Spektofotometer Uv-Vis dalam suasana asampada panjang gelombang maksimum 428 dan 531 nm, secara kuantitatif konsentrasi Fe2+ danFe3+ ditentukan menggunakan persamaan Lambert Beer.Kompleks [Fe(o-fenantrolin)3]2+ berwarna merah dengan absorptivitas molar sebesar1138,7 Lcm-1mol-1 pada panjang gelombang 428 nm dan 2282,7 Lcm-1mol-1 pada panjanggelombang 531 nm, sedangkan [Fe(o-fenantrolin)2(H2O)2]3+ berwarna kuning denganabsorptivitas molar 279,67 Lcm-1mol-1 pada panjang gelombang428 nm dan 85,8-1mol-1 pada

panjang gelombang 531 nm. Konsentrasi Fe2+ dan Fe3+ dapat ditentukan secaraLcmsimultan dengan spektrofotometri tampak menggunakano-fenantrolin sebagai agenpengompleks. Uji ketelitian pengukuran terhadap metode ini memperoleh data, untuk Fe2+ danFe3+ masing-masing adalah 99,167% dan 69,236% eprints.undip.ac.id/5975/2/Abstrak_FitriY.pdf Spektrofotometri Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatulajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengandetektor fototube . Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri.Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsienergi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu :A = log ( Io / It ) = a b cKeterangan : Io = Intensitas sinar datangIt = Intensitas sinar yang diteruskana = Absorptivitas b = Panjang sel/kuvetc = konsentrasi (g/l)A = Absorban http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/spektrofotometri/ Penentuan kadar besi (II) biasanya dilakukan dengan metode spektrofotometri sinar tampakmenggunakan reagen pengkompleks 1,10-Fenantrolin. Akan tetapi, metode analisis ini membutuhkanpereaksi dalam jumlah banyak, biaya cukup mahal dan buangan yang dihasilkan bersifat toksik bagilingkungan. Metode cyclic flow injection analysis (cy-FIA) merupakan solusi penghematan pereaksi danwaktu analisis. Penentuan kadar besi (II) menggunakan metode cy-FIA dengan deteksi spektrofotometri (=510 nm) telah dikembangkan dan dievaluasi. Carrier yang digunakanmerupakan campuran 1,10fenantrolin dan EDTA dalam buffer pH 5. Evaluasi terhadap metode inimenunjukkan kinerja analitik yang baik, ditunjukkan dengan nilai kebolehulangan (%KV,n=6) sebesar1,97% untuk konsentrasi 0,4 mgL-1 dan 0,86% untuk 0,8 mgL-1, serta limit deteksi sebesar 0,03 mgL-1. Kurva kalibrasi menunjukkan kelinieran yang baik pada rentang konsentrasi 0,4-1,5 mgL-1 dengan nilai R2 = 0,990, serta keajegan garis dasar dapat dipertahankan hingga 30 kali injeksi. Analisis besi (II) pada sampel air sungai Cidurian memberikan konsentrasi sebesar 0,52 mgL-1 dengan

%recovery sebesar 95,45%. Berdasarkan hasil evaluasi kinerja analitik dari metode yangdikembangkan, dapat disimpulkan bahwa metode cy-FIA ini mampu menjadi metode analisis besi (II)yang cepat, akurat, hemat dan ramah lingkungan. http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-syatchahel-34070

Anda mungkin juga menyukai