Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Hambatan Fisik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB II PEMBAHASAN A. Gangguan Fisik dan Kesehatan 1.

Gangguan Fisik dan Kesehatan Gangguan fisik dan kesehatan (physical and health impairments) adalah kondisi fisik atau medis (biasanya jangka panjang) yang mengganggu performa di sekolah sedemikian rupa sehingga dibutuhkan pendidikan khusus dan jasa yang berkaitan seperti sarana transportasi yang memadai, terapi fisik, layanan kesehatan sekolah, jasa psikologis, cara mengajar, bahan ajar, perlengkapan, atau fasilitas tertentu yang khusus. Siswa yang termasuk dalam kategori ini mungkin memiliki energi dan kekuatan yang terbatas, kewaspadaan

mental yang menurun, atau kontrol otot yang rendah. Kondisi-kondisi fisik yang membuat siswa memenuhi kualifikasi untuk memperoleh layanan khusus meliputi cedera otak karena benturan, cedera tulang belakang, kelumpuhan syaraf otak, ayan, kanker, dan AIDS. Mayoritas siswa yang mengalami gangguan medis dan kesehatan seperti ini masuk ke kelas pendidikan umum selama separuh atau sepenuh hari sekolah. 2. Karakteristik Umum Cukup sulit menggeneralisasi siswa-siswa yang mengalami gangguan fisik dan kesehatan karena kondisi mereka begitu berbeda satu sama lain. Meskipun demikian, ada beberapa karakeristik umum yang patut diperhatikan. a. b. c. Kemampuan belajar yang normal. Stamina yang rendah dan lelah Peluang yang lebih kecil untuk mengalami dan berinteraksi dengan dunia luar yang berhubungan dengan pembelajaran (misalnya, kurang menggunakan transportasi umum, jarang mengunjungi museum, dan kebun binatang). d. Rasa harga diri rendah, rasa tidak aman, atau terlalu bergantung. Dengan bergantung kepada orangtua dan orang lain yang bisa merespons masalah yang mereka alami. 3. Contoh Gangguan Fisik a. Kelemahan Ortopedi (orthopedic impairments) Melibatkan gerakan yang terbatas atau kurangnya pengendalian atas gerakan karena masalah otot, tulang atau tulang sendi. Parahnya, kisaran masalah dengan lemahnya ortopedi ini sangat luas kisarannya. Keusakan ortopedi dapat disebabkan oleh masalah sebelum kelahiran atau masalah sesaat sebelum dan sesudah kelahiran, atau dapat juga disebabkan oleh penyakit

atau kecelakaan selama tahun-tahun masa kanak-kanak. Dengan bantuan peralatan adaptif dan teknologi medis, banyak anak yang menderita kerusakan ortopedis dapat belajar dengan baik di dalam kelas. b. Cerebral Palsy Adalah penyakit yang meliputi kurangnya koordinasi otot, gemetar, atau cara berbicara yang tidak jelas.Penyebab paling umum dari cerebral palsy adalah kurangnya oksigen pada saat kelahiran. Pada jenis cerebral palsy yang paling umum, yang disebut spastic, otot anak kaku dan sulit digerakkan. Otot yang kaku sering menari tungkai ke dalam posisi yang terbalik. Dalam jenis yang tidak begitu umum, ataxia, otot si anak kaku pada satu saat dan terkulai pada saat berikutnya, menjadikan gerakan terlihat janggal dan tersentaksentak. Komputer secara khusus dapat membantu anak-anak yang menderita cerebral palsy untuk belajar. Apabila mereka mempunyai koordinasi untuk menggunakan papan ketik, mereka dapat mengerjakan tugas menulis di komputer. Sebuah pena yang memiliki lampu dapat ditambahkan ke komputer dan digunakan oleh siswa sebagai petunjuk. Banyak anak yang menderita crebral palsy memiliki cara bicara yang tidak jelas. Bagi anak-anak ini, penyatu cara bicara dan suara, papan komunikasi, pencatatan dan pembalik halaman dapat memperbaiki komunikasi mereka. c. Gangguan Kejang Bentuk gangguan kejang (seizure disorder) yang paling umum adalah epilepsi (epilepsy), gangguan neurologis dengan ciri khas adanya serangan sensorimotorik yang berulang-ulang atau kejang-kejang. Epilepsi muncul dengan bentuk yang berbeda-beda. Dalam satu bentuk yang umum disebut kejang singkat, anak mengalami kejang dalam waktu yang singkat (sering kali kurang dari 30 detik) dan terjadi di mana pun, dari beberapa sampai seratus kali dalam satu hari. Sering kali serangan ini muncul sebagai serangan awal yang singkat, terkadang disertai dengan gerakan motorik seperti kejang-kejang di kelopak mata. Bentuk umum lainnya dari epilepsi disebut tonic-clonic, anak kehilangan kesadaran lalu menjadi kaku, gemetar dan bergerak dengan tersentak-sentak. Serangan tonic-clonic yang paling parah berlangsung selama 3-4 menit. Anak-anak yang mengalami serangan ini biasanya diberi satu obat anti serangan atau lebih, yang seringnya efektif dalam mengurangi serangan mendadak, tetapi tidak selalu menghilangkan serangan tersebut. Ketika mereka tidak

mengalami serangan mendadak, siswa-siswa yang menderita epilepsi memperlihatkan perilaku yang normal. Apabila ada seorang anak di kelas yang menderita serangan mendadak, pelajarilah dengan baik prosedur-prosedur untuk mengamati dan membantu seorang anak ketika mengalami serangan mendadak. 4. Metode Penanganan Meskipun kita tidak perlu memodifikasi kurikulum akademik agar sesuai dengan kebutuhan siswa-siswa yang mengalami gangguan fisik dan kesehatan, kami ingin mengemukakan beberapa saran berikut: a. Cobalah peka terhadap kebutuhan khusus dan hambatan yang mereka alami,

dan akomodasi kepentingan mereka secara fleksibel. Salah satu siswa mungkin membutuhkan waktu ekstra untuk menyelesaikan tugas menulis. Siswa lainnya mungkin lebih mampu memberikan jawaban terhadap pertanyaan ujian secara lisan dibandingkan menuliskannya di kertas. Sementara yang lainnya mungkin mudah lelah dan perlu waktu istirahat yang lebih sering. Oleh karena itu sebaiknya siswa tersebut tidak dituntut dengan standar kerapihan dan keterbacaan yang sama dengan siswa normal b. Perlu tahu apa yang harus dilakukan dalam kondisi darurat Seorang siswa yang menderita asma akut mungkin mengalami kesulitan bernafas. Siswa yang menderita diabetes bisa saja tiba-tiba pingsan karena kekurangan insulin. Siswa yang menderita epilepsi mungkin kadangkala mengalami grand mal seizure. Kita sebaiknya berkonsultasi dengan petugas medis di sekolah lebih awal agar apabila sewaktu-waktu dibutuhkan kita siap merespons secara tepat setiap peristiwa yang dapat mengancam kehidupan ataupun kesehatan mereka. c. Apabila para siswa dan orang tua mengizinkan, didiklah teman-teman kelasnya

hakikat kondisi ketidakmampuan yang dialami oleh beberapa siswa tersebut. Banyak anak memperlakukan siswa yang mengalami ketidakmampuan fisik dengan baik dan penuh penghargaan, sementara beberapa siswa lainnya tidak. Kadangkala teman-teman sebaya tidak mau tahu hakikat hambatan khusus tertentu, dan informasi yang akurat dapat membantu mereka bersikap lebih toleran dan menerima. Oleh karena itu peran pendidik dan orang tua sangat dibutuhkan dalam hal ini sebagai sarana untuk menjelaskan kepada teman sekelasnya yang tidak mengalami gangguan fisik untuk ikut menjaga dan menghargai siswa

yang mengalami ketidakmampuan fisik agar siswa tersebut merasa aman dan nyaman selama proses belajar.

B. Gangguan Sensori (Visual) Siswa yang mengalami gangguan visual (visual impairments) mengalami malfungsi di mata atau syaraf optik yang menghambat mereka melihat secara normal meskipun mengenakan kacamata. Sebagai akibatnya, performa sekolah mereka turut terganggu. Beberapa siswa buta total, yang lain melihat hanya pola-pola terang dan gelap yang kabur, dan siswa lainnya memiliki medan penglihatan yang terbatas yang membuat mereka melihat hanya area yang sangat kecil. Gangguan visual disebabkan oleh abnormalitas bawaan atau kerusakan entah di mata ataupun jalan kecil visual ke otak. 1. Karakteristik Umum Siswa yang mengalami gangguan visual biasanya memiliki beberapa atau semua karakteristik berikut. a. b. c. Indera lainnya berfungsi normal (pendengaran,sentuhan, dan sebagainya) Secara umum memiliki kemampuan belajar yang sama dengan siswa normal Perbendaharaan kata dan pengetahuan umum yang lebih terbatas, sebagian disebabkan oleh terbatasnya kesempatan untuk mengalami dunia luar melalui fasilitas pendidikan (mis, kurang mampu melihat peta, film, dan materi-materi visual lainnya) d. e. Menurunnya kapasitas untuk meniru perilaku orang lain Tidak mampu mengamati bahasa tubuh orang lain dan tanda-tanda nonverbal, yang membuat mereka terkadang keliru memahami pesan-pesan orang lain. f. Merasa bingung dan cemas (khususnya di tempat orang lalu lalang seperti di ruang makan atau taman bermain) karena memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai peristwa-peristiwa yang sedang berlangsung. g. Di sekolah dasar, kurang memiliki pengetahuan mengenai kebiasaan bahasa tulis (arah ketikan, tanda baca, dan sebagainya). 2. Metode Penanganan Para spesialis biasanya memberikan kepada para siswa pelatihan membaca huruf Braille, orientasi dan mobilitas, serta teknologi komputer yang telah diadaptasi. Selain itu, beberapa strategi berikut ini dapat membantu siswa yang mengalami gangguan visual berhasil dalam kelas pendidikan. a. Perkenalkan siswa tata ruang dan tata letak ruang kelas

Siswa sebaiknya memperoleh kesempatan mengeksplorasi kelas sebelum siswa lainnya tiba-idealnya, sebelum hari pertama sekolah. Disaat itu kita dapat membantu mereka meletakkan objek-objek yang penting (seperti tempat sampah dan peraut pensil) dan menunjukkan bunyi-bunyi khusus (misalnya detak jam dinding) untuk membantu siswa mengenali tempat. b. Gunakan materi-materi visual dengan warna yang kontras Beberapa siswa yang mengalami gangguan parsial dapat menggunakan materi-materi cetakan yang dilengkapi fitur-fitur yang dapat dibedakan dengan jelas, seperti buku-buku yang tercetak besar yang tersedia di hampir semua perpustakaan. Meski demikian, mata siswa bisa jadi mudah lelah, dan karena itu kita sebaiknya membatasi penggunaan materi visual hanya untuk periode waktu yang singkat saja. c. Andalkan modalitas-modalitas lain Kita dapat mendapatkan salinan Braille dari buku dan tugas-tugas wajib atau literatur lainnya. kita juga dapat menyelenggarakan aktivitas menggunakan tangan yang melibatkan benda-benda yang dapat diraba dan dimanipulasi siswa. Peta gambar timbul dari plastik untuk menggambar gunung, lembah, dan garis pantai yang berbentuk tiga dimensi dapat dihiasi dengan tusukan peniti untuk menunjukkan perbatasan atau olesan kecil semir sepatu untuk menunjukkan lokasi kota-kota besar. Dan setiap materi visual yang ekslusif dapat dideskripsikan secara terperinci, mungkin oleh guru, relawan, atau kawan kelas. d. Berikan waktu ekstra untuk belajar dan memperlihatkan performa Belajar dengan mendengarkan seringkali membutuhkan waktu yang lebih banyak dibandingkan belajar dengan melihat. Ketika siswa melihat sesuatu, mereka dapat mengamati sejumlah informasi sekaligus. Meski demikian, ketika terpaksa hanya bisa mendengar, mereka menerimanya secara berurutan atau satu persatu. e. Tentukan prosedur pengajaran yang tepat Sebuah tugas penting dalam menghadapi seorang anak yang memiliki gangguan penglihatan adalah menentukan prosedur (seperti menyentuh atau mendengarkan) dimana anak akan belajar dengan lebih baik. Duduk di depan kelas sering menguntungkan anak yang memiliki gangguan penglihatan. Kemudian dapat juga buku pelajaran yang direkam dari Recording for the Blind and Dyslexic telah memberikan kontribusi untuk kemajuan pendidikan siswa-siswa yang memiliki gangguan penglihatan, persepsi atau keterbatasan lainnya. Lebih dari 90.000 edisi audio dan buku yang terkomputerisasi ini tersedia dan bebas biaya.

C. Gangguan Sensori (Pendengaran) Siswa yang kehilangan pendengaran (hearing loss) mengalami malfungsi telinga atau syaraf-syaraf terkait yang menganggu persepsi terhadap suara dalam rentang frekuensi bicara orang normal. Siswa yang tuli total tidak mengalami sensasi yang memadai untuk memahami semua bahasa yang diucapkan, meski dibantu alat bantu dengar. Siswa yang mengalami kesulitan mendengar memahami beberapa ucapan namun mengalami kesulitan yang luar biasa untuk mendengarnya, biasanya tanda-tanda yang jelas terlihat dari siswa yang mengalami gangguan pendengaran adalah siswa tersebut mendekatkan telinganya ke pengeras suara, sering meminta sesuatu untuk diulang, tidak mengikuti petunjuk atau sering mengeluhkan sakit telinga, demam dan alergi. Kira-kira separuh siswa yang diidentifikasi mengalami kehilangan pendengaran menjalani pendidikan di kelas umum setengah atau sepenuh hari sekolah. 1. Karakteristik Umum Sebagian siswa yang mengalami kehilangan pendengaran memiliki kemampuan intelektual yang normal. Meskipun demikian, mereka memiliki karakteristik-karakteristik berikut. a. Keterlambatan dalam perkembangan bahasa karena kurangnya exposure (paparan) terhadap bahasa lisan, khususnya apabila gangguan dialami saat lahir atau terjadi di awal-awal kehidupan. b. Mahir dalam bahasa sandi, seperti American Sign Language (ASL) atau pengejaan dengan jari. c. d. Memiliki kemampuan untuk membaca gerak bibir (speechreading). Bahasa lisan tidak berkembang sebaik teman-teman sekelasnya, kualitas bicaranya agak monoton dan kaku. e. Keterampilan membaca kurang berkembang, khususnya apabila perkembangan bahasa terhambat. f. g. Pengetahuan umum terbatas karena kurangnya exsposure terhadap bahasa lisan. Mengalami isolasi sosial, keterampilan sosial yang terbatas dan kurangnya kemampuan mempertimbangkan perspektif orang lain karena kemampuan berkomunikasi yang terbatas. 2. Metode Penanganan Para spesialis biasanya memberikan pelatihan keterampilan komunikasi seperti American Sign Language, pengejaan dengan jari, dan membaca gerak bibir. Melalui tambahan-

tambahan ini, kurikulum sekolah reguler cocok untuk siswa yang mengalami kehilangan

pendengaran. Meskipun demikian, beberapa penyesuaian dapat mendorong keberhasilan mereka di kelas pendidikan. a. Meminimalkan kebisingan yang tidak perlu Walaupun siswa menggunakan alat bantu pendengaran, apa yang didengar tetap saja kurang atau terdistorsi. Dengan menggunakan alat bantu pendengaran mereka akan terbantu apabila suara-suara lain yang potensial menganggu dikurangi. Contohnya, bahan-bahan permadani dan papan pengumuman dapat menyerap sejumlah suara asing tertentu, suara kipas angin serta peraut pensil sedapat mungkin dijauhkan karena akan mengganggu mereka dalam menyerap informasi lisan yang mereka butuhkan. b. Lengkapi presentasi auditori dengan informasi visual dan aktivitas konkret Kita dapat menuliskan beberapa hal penting di papan tulis, mengilustrasikan gagasangagasan penting dengan menggunakan gambar, menyediakan bahan-bahan bacaan yang menyerupai bahan yang disampaikan di kelas, dan meminta seorang yang bisa membantu atau siswa sukarelawan untuk mencatat diskusi di kelas. Kita juga dapat melakukan aktivitasaktivitas konkret (seperti bermain peran) agar gagasan-gagasan yang abstrak menjadi lebih mudah dipahami. c. Berkomunikasilah dengan cara-cara sedemikian rupa sehingga membantu siswa

mendengar dan mampu membaca gerak bibir Siswa yang sulit mendengar biasanya lebih mudah memahami kita apabila kita berbicara dengan menggunakan nada suara normal (tidak terlalu keras) dan mengucapkan kata jelas namun normal. Untuk memudahkan siswa membaca gerak bibir, kita sebaiknya berbicara sambil menghadap ke arah mereka dan jangan pernah berbicara sambil duduk di sudut yang gelap atau berdiri menghadap ke jendela atau sinar yang silau. d. Ajarkan American Sign Language dan pengejaan dengan jari ke siswa lainnya Untuk membantu komunikasi siswa yang mengalami kehilangan pendengaran, para anggota di kelas (siswa lain ataupun guru) sebaiknya cukup kompeten dalam American Sign Language dan pengejaan dengan jari. e. Bantuan Medis 1) Implantasi koklea (lewat prosedur pembedahan) 2) Pembuatan saluran di telinga (lewat prosedur pembedahan untuk disfungsi telinga bagian tengah). Cara ini bukan prosedur yang permanen.

3) Bantuan pendengaran dan sistem penguatan suara. 4)Peralatan telekomunikasi, mesin teleks-telepon, dan Radio-Mail (menggunakan internet) D. Hambatan yang Parah dan Majemuk Siswa yang mengalami hambatan yang parah dan majemuk mengalami dua atau lebih hambatan sebagaimana telah dideskripsikan sebelumnya dan perlu melakukan adaptasi yang ekstra keras serta layanan yang sangat khusus agar dapat mengikuti suatu program pendidikan. Meskipun demikian, di kelas pendidikan, beberapa siswa yang mengalami hambatan yang parah dan majemuk ini hanya dapat mengikuti pelajaran separuh hari di kelas. 1. Karakteristik Umum Kita biasanya dapat mengamati banyak dari karakeristik-karakteristik berikut ini pada siswa yang mengalami hambatan parah dan majemuk. a. Tingkat fungsi intelektual bervariasi (beberapa siswa sebetulnya memiliki inteligensi rata-rata, namun tidak terlihat karena hambatan komunikasi) b. Kesadaran yang terbatas akan stimuli dan peristiwa-peristiwa di sekitarnya; periode kewaspadaan dan sikap responsif pada beberapa siswa c. Keterampilan berkomunikasi yang terbatas (seringkali melibatkan bahasa tubuh atau cara-cara nonverbal) d. e. f. g. Perilaku adaptif terbatas (misalnya, keterampilan sosial dan keterampilan merawat diri) Kerusakan sensoris yang ringan atau berat Keterlambangan yang signifikan dalam perkembangan motorik Kebutuhan medis yang besar (misalnya, pengobatan, pemasangan pipa ke pembuluh darah) 2. Metode Penanganan Apabila kita memiliki siswa yang mengalami hambatan parah dan majemuk di kelas, kita tentu saja perlu bekerja sama dengan satu atau lebih spesialis ataupun guru yang dapat membantu pendidikan mereka. Berikut ini adalah sejumlah strategi yang dapat mendorong keberhasilan intervensi yang diberikan dalam komunitas kelas. a. Ajarkan perilaku dan keterampilan yang sangat penting bagi kebaikan umum

siswa dan keberhasilannya di kelas Sebetulnya semua siswa yang mengalami hambatan khusus memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungannya. Kita sebaiknya mengidentifikasi dan mengajarkan perilaku-perilaku yang dapat meningkatkan proses belajar dan performa mereka, barangkali cara komunikasi yang lebih efektif, mengajarkan penggunaan kata-kata yang sederhana atau

keterampilan aritmetika, atau penggunaan perangkat teknologi sesuai dengan kebutuhan khusus mereka. b. Pasangkan siswa tersebut dengan siswa yang mengalami hambatan

ketidakmampauan ataupun dengan siswa normal dalam aktivitas yang sama Siswa yang bekerja secara berpasangan mungkin bekerja ke arah sasaran yang berbeda. Sebagai contoh, ketika melakukan suatu eksperimen sains, salah seorang siswa dalam pasangannya mempraktikkan metode eksperimen ilmiah, sementara pasangannya menguasai konsep-konsep ilmiah dasar atau melatih keterampilan berkomunikasi. c. Pertahankan cara berfikir bahwa semua siswa dapat dan seharusnya

berpartisipasi dalam aktivitas di kelas semaksimal mungkin Banyak guru telah menemukan bahwa ketika mereka tetap berpandangan terbuka tentang apa yang dapat dicapai siswa khususnya ketika mereka berfikir kreatif dan kolaboratif bagaimana mereka dapat mengadaptasi aktivitas kelas reguler untuk mengakomodasi siswa berkebutuhan khusus semua siswa dapat berpartisipasi secara bermakna pada setiap aktivitas kelas.

E. Mendidik anak yang mengalami hambatan fisik dan sensori Selain strategi-strategi yang telah kita identifikasi untuk menangani hambatan fisik yang spesifik, ada beberapa strategi umum yang dapat diterapkan pada semua siswa yang mengalami kendala fisik dan sensoris: a. Pastikan bahwa semua siswa memiliki akses untuk memperoleh sumber daya

dan kesempatan pendidikan yang penting. Kadangkala akses-akses semacam itu melibatkan modifikasi terhadap bahan-bahan ajar; dalam kasus-kasus lain, melibatkan modifikasi pengaturan tata-letak ruang (misalnya lorong di kelas yang diperluas dan penempatan papan buletin sedemikian rupa sehingga dapat dilihat oleh siswa yang duduk di kursi roda) b. Berikan bantuan hanya ketika siswa betul-betul membutuhkannya. Saking antusias dan bersemangatnya membantu siswa yang mengalami kendala fisik dan sensoris, banyak orang dewasa secara tidak sadar melakukan tugas-tugas dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang sebenarnya mampu diselesaikan sendiri oleh siswa tersebut. salah satu tujuan yang kita terapkan bagi siswa yang mengalami gangguan semacam itu adalah mendorong mereka untuk mandiri, tidak melulu bergantung pada orang lain. c. Gunakan teknologi untuk memfasilitasi kegiatan belajar dan performa.

Sebagai contoh, beberapa kalkulator dapat berbicara dan memberikan jawabannya ketika tombol tertentu ditekan. Beberapa perangkat lunak membaca hal-hal yang tampak di layar komputer atau mengubah teks yang di-scan menjadi pesan audio. Beberapa printer dapat mencetak huruf Braille. Secara khusus Joystick yang dimodifikasi secara khusus dan sistem pengenal suara dapat membantu siswa yang memiliki keterbatasan mengontrol ototototnya untuk menggunakan komputer. Dan mesin yang dikenal sebagai perangkat komunikasi tambahan menyediakan percakapan terpadukan untuk siswa yang tidak dapat berbicara secara normal.

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Mengingat pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi generasi penerus bangsa, hendaknya kita harus terus memperbaiki kualitas pendidikan yang ada. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah keberadaan siswa dengan gangguan fisik dan sensori yang juga memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan sama dengan siswa normal. Makalah ini berisi pembahasan mengenai karakteristik siswa yang memiliki gangguan fisik dan sensori agar para pendidik mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi siswa yang berkebutuhan khusus, serta dibahas pula bagaimana cara memberikan pendidikan yang benar kepada siswa tersebut. B. RUMUSAN MASALAH Makalah ini membahas tentang : 1. Bagaimana karakteristik siswa yang mengalami gangguan fisik serta cara penanganannya? 2. Bagaimana karakteristik siswa yang mengalami gangguan sensori (visual dan pendengaran) serta cara penanganannya? 3. Bagaimana karakteristik siswa yang mengalami hambatan yang parah dan majemuk serta cara penanganannya? 4. Bagaimana cara mendidik anak yang mengalami gangguan fisik dan sensori? C. TUJUAN Makalah ini menjelaskan tentang : 1. Karakteristik siswa yang mengalami gangguan fisik serta cara penanganannya. 2. Karakteristik siswa yang mengalami gangguan sensori (visual dan pendengaran) serta cara penanganannya. 3. Karakteristik siswa yang mengalami hambatan yang parah dan majemuk serta cara penanganannya. 4. Cara mendidik anak yang mengalami gangguan fisik dan sensori

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Anak yang memiliki gangguan fisik dan sensori terbagi dalam dua kelompok, yaitu anak yang memiliki gangguan fisik seperti cedera otak karena benturan, cedera tulang belakang, kelumpuhan syaraf otak, ayan, kanker, dan AIDS. Dan juga anak yang memiliki gangguan sensori seperti malfungsi penglihatan yang dapat mengganggu sistem penglihatan mereka dan juga malfungsi pendengaran yang dapat mengganggu sistem pendengaran mereka. Anak yang memiliki gangguan fisik dan sensori mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki mereka memerlukan bentuk pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. B. SARAN Kita tidak boleh membeda-bedakan bentuk pelayanan pendidikan antara siswa normal dengan siswa yang memiliki gangguan fisik dan sensori. Sudah seharusnya mereka hidup berdampingan dan saling membantu, karena mereka juga memiliki hak untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang baik dan mereka juga memiliki hak untuk bisa berteman dengan siapa pun tanpa ada batas-batas pembedaan kelas.

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN SISWA YANG MENGALAMI HAMBATAN FISIK DAN SENSORI

DI SUSUN OLEH : ILMA IFTAHUL ULA VIDYA NILAM KRISNA (105120300111032) (105120301111006)

AULIA FITRAH RAMADANI (105120301111010)

PS. PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Anda mungkin juga menyukai