Makalah 1 Geografi Tanah
Makalah 1 Geografi Tanah
Makalah 1 Geografi Tanah
KELAS X (10) K
KELOMPOK 6
RAFFY ADITYA P.
VIONA MELATIH
MAPEL : GEOGRAFI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari makalah ini adalah “Tanah dan Proses Pembentukan Tanah”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya
kepada guru mata pelajaran Geografi Yang telah memberikan tugas terhadap
kami. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya .Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan.Semoga makalah ini
dapat berguna bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan
pada umumnya.
Tertanda,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1Kesimpulan..............................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tanah (pedosfer) adalah lapisan kulit bumi yang tipis terletak di bagian
paling atas permukaan bumi. Material yang tidak padat, sebagai media untuk
menumbuhkan tanaman (SSSA,Glossary of Soil Science Term). Menurut
Dokuchaev: Tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri dari
panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi.
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena
tanahmendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air
sekaligus sebagai penopang akar.
Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi
akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habita thidup berbagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk
hidup dan bergerak. Adapun yang melatar belakangi penulisan makalah ini yaitu
karena masih banyak diantara kita yang sudah sering melihat serta memanfaatkan
tanah dalamkehidupan sehari-hari namun belum mengetahui apa itu tanah dan
bagaimana bisa terbentuknya tanah. Untuk memahami proses pembentukan tanah,
maka kita harusmemahami faktor-faktor pembentuk tanah.
PEMBAHASAN
Tanah ( bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak
bumi yang tersusun dari mineraldan bahan organik .Tanah sangat vital peranannya
bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan
dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar . Struktur
tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk
bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk
hidup dan bergerak.Ilmu yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah
dikenal sebagai ilmu tanah.Dari segiklimatologi, tanah memegang peranan
penting sebagai penyimpan air dan menekanerosi, meskipun tanah sendiri juga
dapat tererosi.Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang
lain.Air dan udara merupakan bagian dari tanah.Tanah (pedosfer) adalah lapisan
kulit bumi yang tipis terletak di bagian paling atas permukaan bumi. Material
yang tidak padat, sebagai media untuk menumbuhkan tanaman (SSSA,Glossary
of Soil Science Term). Menurut Dokuchaev: Tanah adalah suatu benda fisis yang
berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian
paling atas dari kulit bumi.
1. Iklim
Faktor İklim yang memengaruhi pembentukan tanah adalah curah hujan dan
suhu udara. Dalam proses pembentukan tanah, unsur curah hujan yang paling
berperan adalah Jumlah curah hujan dan intensitas hujan. Jumlah curah hujan
berpengaruh terhadap jumlah air yang meresap ke dalam tanah. Jumlah air
tersebut akan berpengaruh terhadap reaksi kimia yang terjadi di dalam tanah.
2. Organisme
Bahan induk tanah adalah bahan pemula tanah yang tersusun dari bahan
organik dan/atau mineral, Bahan Induk dapat berasal dari bahan tanah yang
terendapkan akibat proses transportasi dan dapat berupa batuan. Batuan dapat
menjadi bahan induk karena akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah
yang terdapat di permukaan bumi sebagian besar memperlihatkan sifat kimia yang
sama dengan bahan induknya. Susunan kimia dan mineral bahan Induk akan
memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya.
4. Topografi
Topografi yang berkaitan dengan faktor pembentuk tanah adalah tinggi
rendahnya lereng yang berpengaruh pada aliran permukaan. Arah aliran air
mengikuti bentuk relief yaitu dari daerah tinggi menuju daerah yang lebih rendah.
Hal itu akan memengaruhi pelapukan batuan dan tingkat erosi yang terjadi.
Keadaan topografi suatu daerah akan memengaruhi hal- hal sebagai berikut:
a.) Tebal atau tipisnya lapisan tanah, daerah yang memiliki topografi miring
dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi. Daerah yang
datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
b.) Sistem drainase/pengaliran, kemampuan tanah meloloskan air serta lama
tergenang akan berdampak pada sifat kimia tanah. Daerah yang
drainasenya jelek dan sering tergenang menjadikan tanah bersifat asam.
5. Waktu
Semakin lama waktu pembentukan tanah, maka semakin tebal pula tanah
yang terbentuk. Waktu pembentukan tanah berbeda-beda bergantung pada bahan
induknya. Tanah yang berasal dari bahan induk batuan keras memerlukan waktu
yang lama untuk pembentukan tanahnya dibandingkan dengan yang terbentuk dari
batuan lunak. Bahan induk berupa material lepas seperti abu vulkanik
memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan bahan induk berupa
material keras.
a. Tanah vulkanis.
Tanah vulkanis terbentuk dari material-material vulkanis. Tanah
vulkanis dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1.) Tanah andosol.
Terbentuk dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butiran kasar dan
belum mengalami pelapisan. Memiliki ciri-ciri yaitu berbutir kasar, berwarna
kelabu hingga kuning, dan kadar bahan organik rendah. Dapat dimanfaatkan
untuk pertanian palawija, tebu, dan kelapa. Tanah regosol dapat ditemukan di
daerah lereng gunung berapi, pantai, dan bukit pasir pantai yang meliputi
Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara.
c. Tanah litosol
Tanah litosol merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan. Tanah
litosol memiliki ciri-ciri yaitu kedalaman tanah dangkal (<30 cm), tekstur
beraneka ragam umumnya berpasir, tidak berstruktur, terdapat kandungan batu
dan kerikil, serta memiliki kesuburan yang bervariasi. Tanah litosol hanya dapat
ditumbuhi alang-alang. Persebarannya di topografi berbukit, pegunungan, dan
lereng miring sampai curam yang terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura,
Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Sumatra.
d. Tanah podsol
Jenis tanah ini terbentuk di daerah yang memiliki suhu rondah dan curah
hujan tinggi. Tanah podsol memiliki ciri-ciri yaitu berwarna pucat, kandungan
pasir kuarsa tinggi, sangat masam, peka terhadap erosi, dan kurang subur. Tanah
podsol umumnya dimanfaatkan untuk pertanian palawija. Penyebaran di daerah
beriklim basah, curah hujar lebih dari 2.000 mm/tahun tanpa bulan kering, dan
topografi pegunungan meliputi daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan
Papua.
e. Tanah laterit
Terbentuk dari tanah yang tercuci air hujan sehingga unsur hara telah hilang
meresap dan mengalir ke dalam tanah. Bercirikan warna cokelat kemerah-
merahan da tidak berstruktur. Persebarannya meliputi Kalimantan Barat,
Lampung, Banten, dan Sulawes Tenggara.
f. Tanah mergel
Tanah mergel terbentuk dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir, da tanah
liat karena peristiwa air hujan. Jenis tanah ini tidak subur sehingga
pemanfaatannya terbatas untuk hutan jati. Persebarannya meliputi Yogyakarta,
Priangan Selatan di Jawa Bara Pegunungan Kendeng di Jawa Tengah, Kediri,
Madiun, dan Nusa Tenggara.
Terbentuk dari pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan
tinggi Bercirikan warna putih hingga hitam, kedalaman tanah yang dangkal, dan
unsur hara yang rendah. Pemanfaatannya terbatas untuk palawija dan hutan jati.
Tersebar di daerah Gunungkidul, Yogyakarta.
2) Tanah mediteran.
Terbentuk dari hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen
lainnya. Memiliki ciri-ciri yaltu warna putih kecokelatan, keras, dan tidak subur.
Dapat dimanfaatkan untuk pertanian lahan kering dan hutan jati. Persebarannya
meliputi pegunungan Jawa Timur, Nusa Tenggara, Jawa Tengah, Sulawesi,
Maluku, dan Sumatra.
a. Metode vegetatif.
Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah menggunakan
tanaman atau tumbuhan untuk mengontrol erosi akibat dari air hujan dan
aliran permukaan. Ada beberapa cara mengawetkan tanah melalui metode
vegetatif antara lain sebagai berikut.
1) Penanaman secara berbaris, merupakan cara cocok tanam dengan
ditanam secara berselang-seling memotong lereng atau garis
kontur. Pada daerah yang hampir datar jarak tanaman diperbesar,
pada kemiringan lebih dari 8% jarak tanaman dirapatkan.
Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi dan mempertahankan
kesuburan tanah.
2) Penanaman berganda, dikenal dengan tumpang sari atau tumpang
gilir dengan tujuan meningkatkan produktivitas lahan dan
menyediakan proteksi tanah dari erosi kinetik air hujan dan aliran
permukaan.
3) Penanaman bergilir, dikenal dengan rotasi tanaman yaitu
penanaman tanaman secara bergantian dalam satu lahan dengan
urutan waktu tertentu. Penanaman satu macam tanaman secara
terus-menerus dapat mengakibatkan hilangnya tanah oleh erosi.
4) Reboisasi atau penghutanan kembali, merupakan penanaman
kembali hutan-hutan yang mengalami kerusakan dengan jenis
tanaman tahunan.
b. Metode mekanik/teknik.
Metode mekanik adalah metode pengawetan tanah melalui teknik
pengolahan tanah, Beberapa cara yang umum dilakukan pada metode
mekanik yaitu sebagai berikut:
c. Metode kimia.
Metode kimia dilakukan dengan bahan kimia untuk memperbaiki
struktur tanah. Struktur tanah merupakan sifat fisik yang menentukan
erosi. Bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan kemantapan
struktur tanah disebut soil conditioner atau pemantap tanah. Tanah dengan
struktur mantap tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan sehingga air
infiltrasi tetap besar dan aliran permukaan tetap kecil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi intinya kualitas tanah dipengaruhi oleh batuan induk yang menjadi
penyusun tanah tersebut. Tanah terbentuk melalui proses yang panjang hingga
dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari, misalnya untuk pertanian. Jenis
tanaman yang tumbuh pada satu tempat berbeda dengan tanaman yang tumbuh
pada tempat lain karena bergantung pada struktur tanahnya dan asal bahan
pembentuk tanah tersebut.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena masih banyak sekali
kekurangan _ keekurangan dalam penulisan. Untuk makalah yang akan datang
agar dikaji lebih lanjut bagi mengenai tanah dan pembentukan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Bowles, Joseph E. 1991.
Erlangga, Jakarta.
. Erlangga. Jakarta.
. 1980.
Mekanika Tanah 1
Mekanika Tanah 2