Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

MAKALAH KAPITA SELEKTA Ema Della BENAR-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

STRATEGI, SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN IPS

(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Pembelajaran IPS)

Dosen pengampu : Dr. Tusriyanto, M.Pd

Disusun Oleh :

Della Agustin 2201070003

Ema Yuliana 2201070005

PRODI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayah untuk mempermudah kami
dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Strategi, Sumber dan Media Pembelajaran IPS”
tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas dari dosen Dr. Tusriyanto, M.Pd
pada mata kuliah Kapita Selekta Pembelajaran IPS. Kami sangat menyadari bahwa penulisan
makalah ini jauh dari kata sempurna dan tentunya masih banyak kekurangan dalam makalah
tersebut, maka kami harap para pembaca untuk memberi kritik dan saran untuk makalah ini, agar
menjadi lebih baik lagi. Kemudian, apabila terdapat kekeliruan, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat
dalam pembuatan dan penyelesaian makalah ini.

Metro, 5 Mei 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................3

A. Pendekatan Kontekstual (CTL)........................................................................3


B. Model Problem Based Learning.......................................................................6
C. Model Project Based Learning..........................................................................8
D. Konsep Sumber Belajar IPS............................................................................10
E. Jenis-jenis Sumber Belajar IPS.......................................................................13
F. Perkembangan Sumber Belajar Berbasis Kearifan Lokal...............................14
G. Konsep Media Pembelajaran IPS....................................................................15
H. Jenis-jenis Media Pembelajaran IPS...............................................................17
BAB III PENUTUP......................................................................................................23

A. Kesimpulan....................................................................................................23
B. Saran..............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidak hanya bertujuan
untuk meningkatkan kecerdasan intelektual saja. Keterampilan sosial juga diutamakan
sebagai bagian penting yang harus dikembangkan oleh siswa. Kemampuan dalam
mencari, memilih, mengelola, dan menggunakan informasi untuk meningkatkan diri
sendiri, serta kemampuan berkolaborasi dengan berbagai kelompok merupakan aspek
yang krusial bagi siswa agar dapat menjadi warga negara yang aktif dan berpartisipasi di
tengah era globalisasi. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memahami berbagai
model pembelajaran yang sesuai untuk mata pelajaran IPS dan dapat merencanakan serta
melaksanakan pembelajaran IPS dengan efektif guna mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Pemilihan sumber belajar yang relevan dan penggunaan media pembelajaran
juga menjadi hal yang penting untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
yang diajarkan. Oleh karena itu, dalam makalah ini, akan dibahas secara mendalam
mengenai proses pembelajaran IPS di sekolah dasar mulai dari pemilihan sumber belajar,
berbagai model pembelajaran, hingga tahap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
IPS, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum sekolah, seharusnya
disajikan dengan cara yang menarik dan bermakna, dengan mengintegrasikan semua
komponen pembelajaran secara efektif. Selain itu, IPS juga merupakan disiplin ilmu yang
sangat peka terhadap perkembangan masyarakat, oleh karena itu, dalam praktik
pembelajarannya, harus selalu memperhatikan konteks yang sedang berkembang.
Mengadopsi pendekatan-pendekatan pembelajaran efektif yang berasal dari teori
pendidikan modern menjadi sangat penting agar pembelajaran tetap menarik bagi siswa
dan selalu relevan dengan perkembangan konteks yang ada.
Tujuan utama dari IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar mereka
dapat menyadari masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat, memiliki sikap positif
terhadap upaya perbaikan ketimpangan yang terjadi, dan memiliki keterampilan untuk
mengatasi tantangan sehari-hari, baik yang dialami secara pribadi maupun yang dialami
oleh masyarakat secara umum. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan strategi yang

1
mengintegrasikan setiap komponen pembelajaran secara menyeluruh dan koheren. Hal ini
melibatkan pemilihan materi yang tepat, penggunaan metode pembelajaran yang efektif,
pemanfaatan media dan sumber belajar yang relevan, serta proses evaluasi yang mampu
mengukur tingkat pencapaian baik dalam proses maupun hasil pembelajaran terhadap
tujuan pembelajaran. Para pelaku pembelajaran bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa kegiatan belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan
memperhatikan semua aspek tersebut.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Pendekatan Kontekstual (CTL)
2. Apa Itu Model Problem Based Learning
3. Apa itu Model Project Based Learning
4. Konsep Sumber Belajar IPS
5. Apa Saja Jenis-jenis Sumber Belajar IPS
6. Perkembangan Sumber Belajar Berbasis Kearifan Lokal
7. Konsep Media Pembelajaran IPS
8. Apa Saja Jenis-jenis Media Pembelajaran IPS

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pendekatan Kontekstual (CTL)
2. Untuk Mengetahui Model Problem Based Learning
3. Untuk Mengetahui Model Project Based Learning
4. Untuk Mengetahui Konsep Sumber Belajar IPS
5. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Sumber Belajar IPS
6. Untuk Mengetahui Perkembangan Sumber Belajar Berbasis Kearifan Lokal
7. Untuk Mengetahui Konsep Media Pembelajaran IPS
8. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Media Pembelajaran IPS

BAB II
1
Amini, Charizard Jupni Hadifina, dkk, "Strategi Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar", Journal on Education, Vol. 05,
2023, No. 03, hal. 6929

2
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Kontekstual (CTL)


Awalnya, pembelajaran kontekstual diperkenalkan oleh John Dewey, yang
mengembangkannya dari pengalaman pembelajaran tradisionalnya. Pada tahun 1918,
Dewey mengembangkan kurikulum dan metode pembelajaran yang menekankan
pengalaman dan minat siswa. Dewey percaya bahwa siswa akan belajar secara efektif
jika materi yang dipelajari terhubung dengan pengetahuan dan aktivitas yang telah
mereka ketahui dan terjadi di lingkungan sekitar mereka.
Kata "kontekstual" berasal dari kata "konteks", yang merujuk pada hubungan,
situasi, dan kondisi yang melingkupi suatu hal. Konsep Pembelajaran Kontekstual (CTL)
menurut Tim Penulis Depdiknas dapat dijelaskan sebagai pendekatan pembelajaran yang
membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, serta
mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan
pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penelitian sebenarnya (authentic
assessment).
Sementara itu, Howey R, Keneth, 2001) mendefinisikan CTL sebagai:
“Contextual teaching is teaching that enables learning in wich student aploy their
academic understanding and abilities in a variety of in-and out of school context to solve
simulated or real world problems, both alone and with others” (CTL adalah pembelajaran
yang memungkinkan terjadinya proses belajar di mana siswa menggunakan pemahaman
dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk
memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama.2
Raub menjelaskan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, siswa akan secara
aktif membangun pengetahuan melalui proses berpikir, dan bukan sekadar menerima
pengetahuan secara pasif. Mereka akan mengintegrasikan informasi baru dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki untuk membentuk pengetahuan baru, dengan dukungan
2
Idrus Hasibuan, "Model Pembelajaran CTL", Logaritma, Vol. 2, 2014, No. 01, hal. 3

3
dari interaksi sosial baik dengan teman sebaya maupun guru. Menurut Hasrudin, dkk
(2015), pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan jenis pembelajaran yang aktif,
dirancang dengan metode yang memungkinkan pengenalan materi pelajaran melalui
beragam kegiatan pembelajaran yang aktif, sehingga membantu siswa untuk terhubung
dengan lingkungan belajar mereka.
Dalam hal ini, guru perlu memiliki keterampilan untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang mendukung siswa dalam memahami, memberi makna, dan
mengaitkan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Saat ini, masih banyak pandangan
dalam pendidikan yang menganggap pengetahuan sebagai kumpulan fakta yang harus
dihafal. Di kelas-kelas saat ini, fokus masih terpusat pada peran guru sebagai sumber
utama pengetahuan, dengan ceramah sebagai strategi pembelajaran yang dominan. Oleh
karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang memberdayakan siswa lebih
banyak. Ini berarti mencari sebuah model pembelajaran yang tidak mewajibkan siswa
untuk sekadar menghafal fakta, melainkan mengedepankan suatu pendekatan yang
mendorong siswa untuk membangun pengetahuan secara mandiri di dalam pikiran
mereka.
Pendekatan pembelajaran yang hanya fokus pada penguasaan materi dianggap
kurang efektif dalam menciptakan siswa yang aktif, kreatif, dan inovatif. Meskipun siswa
mungkin berhasil dalam mengingat informasi dalam jangka pendek, namun mereka
seringkali tidak terlatih untuk menghadapi dan menyelesaikan tantangan dalam
kehidupan jangka panjang. Itulah sebabnya diperlukan adanya perubahan dalam
pendekatan pembelajaran, yang lebih memberikan makna bagi siswa agar mereka dapat
siap menghadapi tantangan kehidupan saat ini maupun yang akan datang. Salah satu
model pembelajaran yang sesuai untuk hal tersebut adalah pembelajaran kontekstual atau
Contextual Teaching Learning (CTL).
Adapun manfaat dari strategi pembelajaran kontekstual ini bagi peserta didik
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara kritis, logis, dan
sistematis.
2. Pemahaman yang diperoleh peserta didik bisa bertahan lebih lama karena memahami
dengan menerapkan.

4
3. Peserta didik bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar.
4. Meningkatkan kreativitas peserta didik berkaitan dengan permasalahan yang ada di
sekitar yang disesuaikan dengan keilmuan yang didapatkan.

Strategi pembelajaran kontekstual memiliki sejumlah kelebihan, di antaranya


melatih siswa untuk berpikir secara kritis dan kreatif saat mengumpulkan data,
memahami isu, dan mencari solusi untuk masalah (problem solving). Siswa diberi
kebebasan untuk menentukan informasi yang mereka perlukan, serta dapat belajar
bekerja efektif dalam kelompok dan berkolaborasi dengan baik. Proses pembelajaran di
kelas menjadi lebih menarik dan tidak membosankan bagi siswa. Selain kelebihan-
kelebihan tersebut, strategi pembelajaran kontekstual juga memiliki keunggulan lainnya.
yaitu:
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna
Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan kehidupan nyata.
2. Pembelajaran lebih produktif
Dengan pembelajaran CTL akan menjadikan jam belajar yang produktif dan mampu
menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran
menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan
belajar melalui mengalami bukan menghafal.

Di samping kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan sebelumnya, strategi


pembelajaran kontekstual juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah
kesulitan dalam memilih informasi atau materi pembelajaran yang sesuai untuk setiap
siswa di kelas, mengingat perbedaan tingkat kemampuan antar siswa. Selain itu,
penerapan strategi pembelajaran ini membutuhkan waktu yang cukup lama, dan tidak
semua siswa mampu beradaptasi dengan cepat terhadap strategi pembelajaran kontekstual
ini. Selain itu, kelemahan juga muncul karena adanya kesenjangan antara siswa yang
memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Hal ini dapat
mengakibatkan kurangnya rasa percaya diri pada siswa dan menghambat keaktifan

5
mereka dalam proses pembelajaran model kontekstual, karena siswa yang pasif akan
kesulitan mengejar ketertinggalan. Kelemahan dari strategi pembelajaran kontekstual
lebih menekankan keaktifan siswa dibandingkan peran guru, sehingga peran guru tidak
begitu berpengaruh dalam proses pembelajaran siswa. Berikut adalah kelemahan dari
strategi pembelajaran kontekstual yang terkait dengan peran guru atau pengajar antara
lain:
1. Guru harus bertugas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa.
2. Guru harus memberikan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar
tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.3

B. Model Problem Based Learning


Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
mempersembahkan masalah-masalah yang bersifat kontekstual, dengan tujuan
merangsang siswa untuk belajar secara kolaboratif dalam kelompok dalam rangka
memecahkan masalah yang relevan dengan dunia nyata. Pendekatan ini juga bertujuan
untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran, sehingga
mereka dapat mengembangkan pola belajar yang mandiri (Kemendikbud, 2014).
Model pembelajaran berbasis masalah mengatur pembelajaran dengan
menitikberatkan pada pertanyaan dan masalah yang diajukan, menggunakan situasi
kehidupan nyata yang otentik dan bermakna untuk mendorong siswa melakukan
penyelidikan dan eksplorasi, dengan menghindari solusi yang sederhana dan membuka
kemungkinan adanya beragam solusi dari situasi tersebut (Krisna, 2013). Problem Based
Learning ditandai dengan pembentukan kelompok-kelompok kecil yang bersifat
kolaboratif. Proses pembelajaran dalam pendekatan ini dilakukan dengan
mempersembahkan masalah yang nyata, kritis, dan menantang kepada siswa. Pendekatan
ini tidak hanya bertujuan untuk memfasilitasi pemerolehan pengetahuan, tetapi juga
untuk meningkatkan keterampilan komunikasi, kerja tim, pemecahan masalah,
kemandirian dalam belajar, berbagi informasi, dan menghargai orang lain (Wood, 2003)

3
Damayanti Nababan, "Pemahaman Model Pembelajaran Kontekstual dalam Model Pembelajaran (CTL)", Jurnal
Pendidikan Sosial dan Humaniora, Vol. 2, 2023, No. 2, hal. 835

6
Pembelajaran berbasis masalah dapat menjadi sarana untuk memotivasi peserta
didik dalam mengidentifikasi dan meneliti konsep serta prinsip-prinsip yang diperlukan
untuk memecahkan masalah yang diberikan. Peserta didik bekerja dalam kelompok kecil,
menggabungkan keterampilan mereka secara kolektif, berkomunikasi, dan
mengintegrasikan informasi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan (Duch et al,
2001).
Berdasarkan pendapat-pendapat sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa model
Problem Based Learning (PBL) menggunakan masalah dunia nyata sebagai titik awal
bagi peserta didik dalam belajar. Dengan memecahkan masalah tersebut, peserta didik
memperoleh pengetahuan dan konsep yang merupakan inti dari materi pembelajaran yang
sudah mereka ketahui sebelumnya, sehingga terjadi pembentukan pengetahuan baru. Tiga
prinsip dalam pembelajaran PBL, yaitu :
1. Pembelajaran adalah proses konstruktif di mana peserta didik secara aktif
membangun pengetahuannya sendiri. Mereka memahami teori berdasarkan
pengalaman pribadi dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
2. Pembelajaran adalah suatu proses yang didorong oleh motivasi internal (learning
should be a self-directed process). Peserta didik secara aktif menetapkan tujuan
belajar mereka sendiri, kemudian mencari cara untuk mencapainya, termasuk strategi
belajar yang akan digunakan dan sumber belajar yang akan dimanfaatkan. Mereka
juga mempertimbangkan kemungkinan kelemahan yang dapat menghambat
pencapaian tujuan belajar tersebut.
3. Pembelajaran adalah suatu proses kolaboratif di mana peserta didik diajak untuk
berinteraksi satu sama lain, baik dengan sesama anggota kelompok maupun dengan
orang lain. Melalui interaksi ini, peserta didik dapat membentuk pemahaman baru
tentang suatu permasalahan.

Tujuan utama dari problem based learning bukanlah sekadar mentransfer sejumlah
besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan lebih kepada pengembangan
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Selain itu,
pendekatan ini juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri.

7
Siswa bekerja dalam kelompok kecil, menggabungkan kemampuan mereka secara
kolektif, berkomunikasi, dan mengintegrasikan informasi, terutama fokus pada
kemampuan untuk melakukan hal berikut:

a) Berpikir kritis dan mampu menganalisa dan memecahkan masalah kompleks, dunia
nyata,
b) Menemukan, mengevaluasi dan menggunakan sumber belajar yang tepat,
c) Bekerja sama dalam tim dan kelompok kelompok kecil,
d) Menunjukkan ketrampilan komunikasi yang fleksibel dan efektif, lisan, dan tulisan,
dan
e) Menggunakan konten pengetahuan dan kecerdasan ketrampilan yang diperoleh.
Keunggulan model pembelajaran problem based learning adalah:
1) Merupakan teknik yang baik untuk lebih memahami isi pelajaran.
2) Menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi peserta didik.
3) Meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4) Membantu peserta didik mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata.
5) Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Kelemahan model problem based learning adalah:
1) Ketika peserta didik tidak memiliki minat atau kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit dipecahkan, mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2) Keberhasilan pembelajaran melalui problem based learning membutuhkan cukup
banyak waktu untuk mempersiapkan.
3) Tanpa adanya pemahaman dari masalah yang dipelajari maka peserta didik tidak
akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.4

C. Model Project Based Learning

4
Iga Mas Darwati, I Made Purana, "Problem Based Learning (PBL): Suatu Model Pembelajaran Untuk
Mengembangkan Cara Berpikir Kritis Peserta Didik", Widya Accarya, Vol. 12, 2021, No. 1, hal. 63

8
Project Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran di mana peserta didik
menjadi subjek atau pusat pembelajaran, dengan fokus pada proses belajar yang
menghasilkan produk akhir. Dalam model ini, peserta didik memiliki kebebasan untuk
menentukan aktivitas pembelajaran mereka sendiri dan bekerja secara kolaboratif untuk
menyelesaikan proyek pembelajaran hingga menghasilkan produk akhir. Karena itu,
keberhasilan pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh tingkat keterlibatan dan keaktifan
peserta didik.
Project based-learning memungkinkan sistem pembelajaran yang berorientasi
pada siswa, lebih kolaboratif, di mana siswa terlibat secara aktif dalam menyelesaikan
proyek-proyek secara mandiri maupun dalam tim, serta mengintegrasikan masalah-
masalah nyata dan praktis. Tujuan pembelajaran yang diinginkan untuk siswa sangat
bervariasi, termasuk keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan
psikomotor, dan keterampilan proses.
Dalam pendekatan Project-Based Learning, pengajar berperan sebagai fasilitator
yang membantu peserta didik dalam mencari jawaban dari pertanyaan penuntun. Berbeda
dengan pendekatan konvensional di mana pengajar dianggap sebagai otoritas yang
memiliki pengetahuan paling mendalam dan memberikan informasi langsung kepada
peserta didik. Dalam Project-Based Learning, siswa diajarkan untuk bekerja secara
kolaboratif, penilaian dilakukan dengan cara yang autentik, dan sumber belajar dapat
berkembang secara signifikan.
Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan dari project based learning.
Kelebihan dari project based learning sebagai berikut:
a) Memotivasi peserta didik dengan melibatkannya di dalam pembelajaran.
b) Menyediakan kesempatan pembelajaran berbagai disiplin ilmu.
c) Membantu keterkaitan hidup di luar sekolah.
d) Menyediakan peluang unik karena pendidik membangun hubungan dengan peserta
didik sebagai fasilitator.
e) Menyediakan kesempatan untuk membangun hubungan dengan komunitas yang
besar.
f) Membuat peserta didik lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
ada.

9
Kelebihan dari project based learning sebagai berikut:
a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b) Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
c) Banyak pendidikan yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana pendidik
memegang peran utama di kelas.
d) Banyaknya peralatan yang harus dibeli.
e) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
f) Ada kemungkinan peserta didik ada yang kurang aktif dalam kerja kelompok,
sehingga dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara
keseluruhan.5
Dapat disimpulkan bahwa dalam model pembelajaran project based learning,
siswa merencanakan dan terlibat secara intensif dalam sebuah proyek. Ketika mereka
berhasil menyelesaikan proyek tersebut dengan baik, siswa akan merasa puas dengan
pencapaian mereka. Motivasi intrinsik memiliki peranan yang sangat penting, jauh lebih
memotivasi daripada hadiah eksternal yang mungkin diberikan oleh guru, meskipun
keduanya dapat terjadi secara bersamaan. Teorinya, ketika siswa merasakan kepuasan
atas sukses yang mereka capai, maka motivasi mereka untuk belajar dalam kegiatan
berikutnya juga akan meningkat.6

D. Konsep Sumber Belajar IPS


Untuk mencapai tingkat pembelajaran yang optimal, penting untuk memiliki
sumber belajar yang dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dalam mengambil
informasi. Sumber belajar merupakan salah satu faktor kunci yang menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar-mengajar. Ini
merupakan alat bantu yang digunakan untuk membantu siswa meningkatkan performa
belajar mereka. Sumber belajar bisa didapatkan dari mana, siapa dan kapan saja. Namun,

5
Damayanti Nababan, Alisia Klara Marpaung, Angeli Koresy, "Strategi Pembelajaran Project Based Learning (PJBL),
Jurnal Pendidikan Sosial dan Humaniora, Vol. 2, 2023, No. 2, hal. 716
6
Fiki Prasetyo, "Pentingnya Model Project Based Learning Terhadap Pemahaman Konsep di IPS", Seminar Nasional
Pendidikan, Agustus 2019, hal. 821

10
pemahaman umum masyarakat lebih mengarah pada pandangan bahwa sumber belajar
adalah alat yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Menurut Sudjana (sebagaimana dikutip dalam Suratno, 2008), konsep sumber
belajar dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu pengertian yang sempit dan luas.
Pengertian yang sempit mengacu pada bahan belajar cetak seperti buku-buku atau materi
cetak lainnya. Pengertian tersebut menegaskan bahwa sumber belajar adalah alat bantu
dalam pengajaran, yang bisa berupa alat visual atau auditif, untuk memudahkan
penyampaian informasi dalam proses belajar-mengajar. Salah satu konsep lain tentang
sumber belajar dalam pembelajaran adalah peran guru, karena dalam kelas, guru adalah
sumber utama pengetahuan yang menyampaikan materi kepada peserta didik, yang
menjadi satu-satunya sumber informasi bagi mereka. Pemahaman bahwa guru bukanlah
satu-satunya sumber pembelajaran sejalan dengan pandangan Lilawati (2017), yang
menyatakan bahwa guru bukanlah sumber pembelajaran utama bagi siswa. Terdapat
sumber belajar lain yang juga berperan, sehingga pembelajaran dapat tetap dilaksanakan
bahkan tanpa kehadiran seorang guru.
Selama proses pembelajaran, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai
satu-satunya sumber, melainkan juga berinteraksi dengan berbagai sumber belajar lainnya
yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Namun,
kemampuan pendidik atau guru dalam menganalisis, memanfaatkan, dan memilih sumber
belajar secara optimal umumnya masih belum mencapai tingkat yang diharapkan. Oleh
karena itu, diperlukan penjelasan mengenai cara seorang guru dapat efektif
memanfaatkan berbagai sumber belajar yang tersedia untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan peserta didik selama proses pembelajaran.
Menurut sudut pandang lain, sumber belajar adalah segala sesuatu yang ditemui
dan dapat digunakan sebagai medium di mana materi pelajaran ditemukan atau berasal
untuk proses pembelajaran individu (Zain & Dzamarah, seperti yang dikutip dalam
Jailani, 2016). Dengan demikian, segala sesuatu yang direncanakan (by design) atau
alami (by utilization) dan memiliki manfaat baik secara individual maupun kolektif
dianggap sebagai sumber belajar yang dapat mendukung proses belajar siswa. Sumber
belajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengandung pesan yang dapat disampaikan

11
melalui alat atau bisa juga sesuatu yang digunakan untuk mengirimkan pesan yang
terkandung dalam materi pembelajaran yang akan diajarkan (Hafid, 2011).
Sumber belajar yang dipakai dalam pendidikan atau pelatihan adalah sistem yang
terdiri dari beragam materi dan situasi yang disusun secara sengaja untuk memfasilitasi
pembelajaran individual bagi peserta didik. Sumber belajar seperti ini yang sering disebut
sebagai media pendidikan atau media pengajaran. Ada tiga persyaratan agar sumber
belajar cocok bagi siswa yaitu: harus dapat disediakan dengan cepat, harus dapat melatih
siswa untuk memacu diri sendiri dan harus bersifat individual, misalnya semua kebutuhan
siswa harus terakomodir dengan baik. (Parcival dan Elington, 1988).
Dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, sumber belajar menjadi lebih
mudah diakses. Teknologi yang canggih memungkinkan peserta didik memanfaatkannya
sebagai sumber belajar, sementara bagi para pendidik, ini mempermudah dalam
penyampaian informasi. Akses pengetahuan dari lingkungan sekitar juga dapat menjadi
sumber belajar bagi peserta didik.
Sejalan dengan itu Fentim (2014) menjelaskan bahwa "Teachers acknowledged
the importance of teaching and learning resources in schools. Majority of them agreed
that teaching and learning resources help to facilitate students understanding of lessons".
Pendapat tersebut memiliki arti bahwa para pendidik mengakui pentingnya sumber-
sumber belajar dalam proses pembelajaran untuk membantu pendidik dalam
memfasilitasi siswa dalam memahami materi yang telah dipaparkan oleh guru.
Sumber belajar tidak hanya berfungsi untuk mengaktifkan peran guru dalam
proses pembelajaran, tetapi juga harus memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi
dengan berbagai sumber belajar yang tersedia, termasuk media yang digunakan oleh
guru, guru itu sendiri, rekan sekelas, dan lingkungan sekitar. Ini bertujuan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Agar mencapai tujuan pendidikan dan
pembelajaran, guru sebaiknya memilih sumber belajar yang dapat mendukung siswa
dalam memahami materi pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
Karena materi pelajaran adalah elemen penting dalam proses pembelajaran dan menjadi
inti dari kegiatan tersebut. Oleh karena itu, siswa dianggap telah mencapai tujuan

12
pembelajaran apabila mereka menguasai tiga komponen materi pelajaran, yaitu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Winarno, Winarti & Wijianto, 2018).7

E. Jenis Jenis Sumber Belajar Ips

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang
sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya. Sumber belajar diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan
sekitar, benda dan orang yang mengandung informasi yang dapat digunakan sebagai wahana
untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. IPS merupakan salah satu bahan kajian
yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang mencakup ilmu
bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat.
Menurut Prastowo (2015) potensi sumber belajar yang dapat ditemui sangat banyak
dan melimpah, tergantung kreativitas dan kejelian seorang guru dalam memanfaatkan sumber
belajar. Ironisnya masih banyak terdapat guru IPS yang merasa kesulitan dalam mencari
sumber belajar. Banyak diantara guru yang beranggapan bahwa sumber belajar itu harus
dicari di tempat yang jauh dan membutuhkan dana yang banyak. Hal ini dikarenakan tidak
banyak guru yang memahami tentang hakikat dari sumber belajar itu sendiri. Sumber belajar
merupakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan proses belajar, Berdasarkan pengertian
tersebut dapat dipahami bahwa sumber belajar itu tidak hanya buku teks dan LKS, tetapi
masih banyak lagi lainnya. Salah satu hal yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar
adalah lingkugan. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa lingkungan sosial, alam sekitar
maupun lingkungan budaya Seperti yang diterangkan dibawah ini
Dalam konteks pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sumber belajar memiliki
peran yang sangat penting dalam menyediakan informasi yang relevan, akurat, dan bervariasi

7
Hana Sakura P. A, Galih Dani S. R,dkk, Sumber Belajar IPS Berbasis Lingkungan, (Sumedang: UPI Sumedang Press:
2019), hal. 12

13
untuk memahami fenomena sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Berikut adalah beberapa
jenis sumber belajar IPS yang umum digunakan yaitu seperti yang dijelaskan dibawah ini:
a) Buku teks IPS
Yang merupakan sumber belajar yang paling umum digunakan di sekolah-sekolah dan
perguruan tinggi. Buku ini mencakup berbagai topik seperti sejarah, geografi, ekonomi,
dan sosiologi. Isi buku teks biasanya disusun oleh para pakar dalam bidangnya dan telah
melalui proses kurasi untuk memastikan keakuratan dan relevansinya dengan kurikulum
yang berlaku.
b) Jurnal
Jurnal adalah sumber belajar yang sangat berharga dalam IPS karena menyediakan hasil
penelitian terbaru, teori-teori baru, dan analisis mendalam tentang berbagai isu sosial dan
politik. Artikel-artikel dalam jurnal ini biasanya ditinjau oleh para ahli sebelum
dipublikasikan, sehingga keandalannya dapat diandalkan.

c) Artikel: Selain jurnal akademik, artikel-artikel yang tersedia secara online juga menjadi
sumber belajar yang penting dalam IPS. Artikel dari situs web berita, blog akademik, dan
platform media sosial dapat menyajikan berbagai sudut pandang dan informasi terkini
tentang isu-isu sosial yang sedang terjadi.
d) Dokumenter
Dokumenter adalah dimana pembelajaran dilakukan dengan menggunakan film atau
video yang menyajikan informasi tentang berbagai aspek kehidupan sosial, politik, atau
budaya. Dokumenter sering kali menampilkan wawancara dengan ahli, narasi, dan
gambar-gambar yang mendukung untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam
tentang topik tertentu.8
e) Sumber Primer
Sumber-sumber primer merupakan termasuk dokumen-dokumen historis seperti surat
kabar, laporan pemerintah, pidato publik, dan arsip sejarah. Sumber-sumber ini
memberikan akses langsung kepada informasi yang dihasilkan pada saat peristiwa
berlangsung, sehingga dapat menjadi dasar penting untuk penelitian dan analisis.

8
Agung Eko Purwana dkk, pembelajaran IPS MI edisi pertama, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), hlm. 16

14
Pemilihan sumber belajar yang tepat sangat bergantung pada tujuan pembelajaran
dan topik yang sedang dipelajari. Penting bagi pembelajar IPS untuk mempertimbangkan
keberagaman sumber belajar yang digunakan agar mendapatkan pemahaman yang
komprehensif dan mendalam. Dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar IPS,
pembelajar dapat memperoleh pemahaman tentang berbagai isu dan fenomena dalam
Ilmu Pengetahuan Sosial. Penting juga untuk memilih sumber belajar yang sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran dan untuk selalu mempertimbangkan keberagaman
sumber-sumber tersebut untuk mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh .9

F. Perkembangan Sumber Belajar Berbasis Kearifan Lokal

Sumber belajar bagi seorang guru memiliki peran yang sangat penting dalam
penyusunan bahan ajar ,Menurut Prastowo (2015) potensi sumber belajar yang dapat ditemui
sangat banyak dan melimpah, tergantung kreativitas dan kejelian seorang guru dalam
memanfaatkan sumber belajar tersebut ,Perkembangan sumber belajar berbasis kearifan
lokal merupakan refleksi dari upaya untuk mengakui, memahami, dan memperkuat nilai-
nilai, tradisi, dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat setempat.

Menurut Koentjaraningrat nilai budaya diartikan sebagai konsep abstrak yang


berkaitan dengan segala sesuatu yang dianggap penting dan bernilai dalam kehidupan
manusia (Wiwik Pertiwi, Hartati, Pananrangi Hamid, 1998: 9). Kebudayaan merupakan
segala aktivitas intelektual, spiritual, artistik, estetik, cara hidup, kepercayaan dan
kebiasaan hidup yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok masyarakat tertentu
Nilai budaya disebarluaskan oleh masyarakat itu sendiri melalui proses sosialisasi baik
menggunakan lisan maupun tulisan. kebudayaan sebagai hasil kesepakatan dalam proses
sosial yang berlaku pada lokalitas tertentu. Menurut Mintosih, Lestarining, & Herliswani
(1999: 156) mengkaji nilai-nilai budaya lokal pada hakikatnya juga menunjang
perkembangan kebudayaan nasional.

Eksistensi sebuah bangsa tergantung pada eksistensi kebudayaan nasionalnya.


Maka dari itu dengan mengkaji nilai-nilai budaya lokal berarti telah menjaga eksistensi
bangsa itu sendiri. Hal ini dikarenakan puncak kebudayaan nasional merupakan
9
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2003), hlm. 1-2
Agung Eko Purwana dkk, pembelajaran IPS MI edisi pertama, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), hlm. 16

15
akumulasi dan adaptasi dari berbagai macam nilai-nilai luhur budaya lokal kemudian
diakui untuk membentuk kebudayaan nasional. Meskipun demikian nilai budaya
memiliki keterbatasan. Tidak semua nilai budaya bersifat universal. Terdapat nilai-nilai
budaya tertentu yang dianggap baik oleh sebuah kelompok tetapi belum tentu baik
menurut kelompok yang lain. Maka dari itu setiap peserta didik perlu diberikan tentang
pendidikan nilai terutama mengenali nilai-nilai budaya yang terdapat pada lingkungannya
masing-masing sebelum belajar tentang nilai budaya suku lain

Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menggali dan
mengembangkan sumber belajar berbasis kearifan local yaitu:

1) Menghormati Kearifan Lokal


Penting untuk menghormati dan mengakui nilai-nilai, tradisi, dan
pengetahuan yang telah ada dalam masyarakat setempat. Ini termasuk
menghargai cerita rakyat, adat istiadat, kearifan lokal dalam pengobatan
tradisional, pertanian berkelanjutan, dan praktik spiritual.
2) Menggali Sumber-Sumber Lokal10
Langkah pertama dalam mengembangkan sumber belajar berbasis kearifan
lokal adalah dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari komunitas
setempat. Ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tokoh-tokoh
masyarakat, pengamatan langsung, dan studi dokumentasi
3) Bermitra dengan Komunitas Lokal
Penting untuk bermitra dengan komunitas setempat dalam proses
pengembangan sumber belajar. Ini tidak hanya memastikan bahwa sumber
belajar tersebut relevan dan autentik, tetapi juga memperkuat hubungan antara
lembaga pendidikan dan masyarakat.
4) Mengintegrasikan Kearifan Lokal ke dalam Kurikulum
Sekolah dan lembaga pendidikan dapat mengintegrasikan kearifan lokal ke
dalam kurikulum mereka. Ini dapat dilakukan dengan memasukkan cerita
rakyat dalam pembelajaran bahasa, praktik pertanian tradisional dalam

10
Prastya, A., (2016). Strategi Pemilihan Media Pembelajaran Bagi Seorang Guru. Prosiding, Temu Ilmiah Nasional
Guru (TING) VIII, (26 November 2016), 632–641

16
pembelajaran sains, atau nilai-nilai budaya dalam pembelajaran etika dan
moral
5) Menggunakan Teknologi dengan Bijak
Teknologi dapat digunakan sebagai alat untuk memperluas akses terhadap
sumber belajar berbasis kearifan lokal, misalnya melalui platform daring yang
memuat cerita-cerita tradisional atau aplikasi yang memfasilitasi kolaborasi
antara komunitas dan lembaga pendidikan.
6) Melibatkan Generasi Muda
Penting untuk melibatkan generasi muda dalam pengembangan sumber belajar
berbasis kearifan lokal. Hal ini dapat dilakukan melalui program-program
ekstrakurikuler, proyek penelitian, atau kegiatan-kegiatan partisipatif lainnya
yang memungkinkan mereka untuk belajar dan berkontribusi secara aktif
dalam menjaga dan mengembangkan warisan budaya mereka.

Dengan mengembangkan sumber belajar berbasis kearifan lokal, kita tidak


hanya memberikan penghargaan terhadap keberagaman budaya dan pengetahuan,
tetapi juga menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, relevan, dan
berkelanjutan bagi seluruh komunitas pendidikan.

G. Konsep Media Pembelajaran IPS

IPS merupakan kajian yang terpadu dari sejumlah konsep pilihan dari cabang
ilmu sosial dan ilmu lainnya melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta
kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Menurut Nursid Mata
pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap
masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan
masyarakat (Surahman & Mukminan, 2017) Sedangkan Media pembelajaran IPS adalah
alat atau sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membantu siswa
memahami konsep-konsep dalam ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, dan
sosiologi. Media tersebut dapat berupa berbagai jenis seperti media cetak, media

17
audiovisual, dan media digital, yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman, minat
belajar, dan keterlibatan siswa dalam mata pelajaran IPS.

Media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu
komponen sistem pembelajaran. Media pembelajaran adalah komponen integral dari
sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi akan kurang efektif dan proses
pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara
optimal. Konsep media pembelajaran IPS melibatkan penggunaan beragam alat atau
sarana untuk memfasilitasi proses pembelajaran dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Konsep ini didasarkan pada pemahaman bahwa setiap siswa memiliki gaya
belajar yang berbeda, dan penggunaan media pembelajaran dapat membantu
mengakomodasi kebutuhan belajar mereka.11

Pada dasarnya, konsep media pembelajaran IPS mencakup beberapa hal yaitu
seperti:

a. Diversifikasi Media
Media pembelajaran IPS dapat berupa media cetak, seperti buku, majalah
dan leaflet; media audiovisual, seperti video pembelajaran, rekaman audio,
dan presentasi multimedia; serta media digital, seperti perangkat lunak
pembelajaran, aplikasi, dan situs web interaktif. Dengan diversifikasi ini,
siswa dapat mengakses materi pembelajaran dalam berbagai format sesuai
dengan preferensi dan kebutuhan mereka.
b. Interaktivitas
Media pembelajaran IPS sering kali dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar yang interaktif. Hal ini dapat mencakup fitur-fitur
seperti simulasi, kuis interaktif, dan diskusi daring yang memungkinkan
siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
c. Konteks Relevan
Konsep media pembelajaran IPS juga menekankan pentingnya menyajikan
materi pembelajaran dalam konteks yang relevan dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Dengan demikian, siswa dapat melihat hubungan antara
11
Rahmattullah, M., (2011). Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran Film Animasi Terhadap Hasil Belajar.
Jurnal Penelitian Pendidikan, 1(1), 178–186.

18
konsep-konsep IPS dengan situasi nyata di sekitar mereka, sehingga
memudahkan mereka untuk memahami dan menginternalisasi materi
tersebut.
d. Fleksibilitas
Media pembelajaran IPS harus dirancang dengan memperhatikan tingkat
fleksibilitas yang memadai, sehingga dapat diakses dan digunakan oleh
berbagai jenis siswa dengan kebutuhan dan gaya belajar yang berbeda.
Fleksibilitas ini mencakup kemampuan untuk diakses secara daring atau
luring, serta adaptabilitas terhadap tingkat pemahaman dan kemampuan
siswa
e. Evaluasi dan Umpan Balik: Sebagian besar media pembelajaran IPS juga
mencakup fitur evaluasi dan umpan balik yang memungkinkan guru untuk
memantau kemajuan belajar siswa. Ini dapat berupa kuis, tugas, atau
interaksi langsung dengan siswa melalui platform pembelajaran daring.

Dengan memahami konsep media pembelajaran IPS, guru dapat merancang dan
mengimplementasikan strategi pembelajaran yang efektif, mengintegrasikan berbagai
jenis media pembelajaran untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa dalam mata
pelajaran IPS. media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah
satu komponen sistem pembelajaran. Media pembelajaran adalah komponen integral dari
sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi akan kurang efektif dan proses
pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara
optimal. Untuk itu sangat penting kiranya pemilihan media pembelajaran yang tepat
sehingga memberikan banyak manfaat. Dengan menggunakan media pendidikan secara
tepat dan bervariasi dapat di atasi sikap pasif peserta didik. Dalam hal ini media
pembelajaran berguna untuk Menimbulkan semangat belajar Memungkinkan interaksi
yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan.12

H. Jenis Jenis Media Pembelajaran IPS

12
Yulia Suryanti, Munawar toharuddin,(pemanfaatan media pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan
guru IPS terpadu) volume 3(jurnal pengabdian dan pemberdayaan masyarakat) 2019 112

19
Pada jenis-jenis media pembelajaran dalam ilmu pengetahuan sosial itu merujuk
pada berbagai alat ataupun sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi
serta memfasilitasi pembelajaran juga meningkatkan pemahaman bagaimana konsep-
konsep dalam bidang IPS, Di dalam jenis-jenis media pembelajaran IPS itu mencakup
seperti media cetak seperti buku ataupun majalah media elektronik seperti PowerPoint
dan juga video pembelajaran serta media visual seperti peta dan diagram media
pembelajaran IPS juga mencakup beberapa sumber daya audio visual interaktif sosial dan
juga alternatif yang semua dirancang untuk bagaimana meningkatkan efektivitas
pembelajaran IPS melalui pengalaman belajar yang beragam dan terintegrasi,dan dari
macam-macam jenis-jenis tersebut dapat dijelaskan di bawah ini:

1. Media Cetak
Media cetak merupakan sumber informasi tertulis seperti buku teks, buku
panduan, artikel jurnal, dan materi cetak lainnya yang menjadi dasar dalam
pembelajaran IPS. Kelebihannya adalah keberlanjutan informasi dan kejelasan
dalam penyampaian materi, meskipun kurang interaktif dibandingkan dengan
media lainnya.
2. Media Elektronik
Ini meliputi penggunaan teknologi dalam menyampaikan materi IPS, seperti
presentasi PowerPoint, video pembelajaran, dan program komputer interaktif.
Media ini memungkinkan siswa untuk terlibat secara lebih aktif dan menarik
perhatian mereka melalui penggunaan gambar, suara, dan interaksi langsung.
3. Media Audio
Media audio, seperti rekaman suara, podcast, atau wawancara, membantu siswa
dalam memperdalam pemahaman konsep-konsep IPS melalui pendengaran. Ini
dapat menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan informasi tambahan atau
untuk menyoroti contoh kasus dalam pembelajaran IPS.
4. Media Visual
Media visual itu mencakup sepoerti Peta, diagram, grafik, gambar, dan ilustrasi
termasuk dalam kategori media visual. Media ini membantu visualisasi konsep-
konsep IPS yang kompleks, memudahkan siswa untuk memahami informasi
secara lebih mudah melalui representasi visual.

20
5. Media Interaktif
Media ini mencakup simulasi komputer, permainan peran, dan aktivitas diskusi
kelompok yang memungkinkan siswa untuk terlibat secara langsung dalam
pembelajaran. Hal ini mempromosikan pembelajaran aktif dan partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran IPS.
6. Media Sosial
Dalam era digital, media sosial seperti platform online dan jejaring sosial juga
dapat digunakan sebagai alat untuk memperluas diskusi dan berbagi informasi
terkait topik-topik IPS. Ini memungkinkan siswa untuk terlibat dalam
pembelajaran melalui keterlibatan online dan kolaborasi dengan sesama siswa dan
pengajar.
7. Media Alternatif
Media alternatif mencakup sumber daya yang tidak konvensional seperti cerita
rakyat, lagu, film dokumenter, atau artefak budaya. Media ini dapat memberikan
perspektif tambahan atau konteks budaya dalam memahami topik IPS,
memperkaya pengalaman pembelajaran sisw a.

Maka dari itu penejalasan diatas dapat disimpulkan bahwa Secara


keseluruhan, jenis-jenis media pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) menawarkan berbagai cara untuk menyampaikan informasi, memfasilitasi
pembelajaran, dan meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep IPS.
Media-media tersebut mencakup media cetak, media elektronik, media audio,
media visual, media interaktif, media sosial, dan media alternatif. Melalui
penggunaan media pembelajaran yang beragam ini, pembelajaran IPS dapat
menjadi lebih menarik, relevan, dan efektif. Media-media tersebut memungkinkan
siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, memfasilitasi
pemahaman yang lebih baik melalui representasi visual, pendengaran, dan
pengalaman langsung. Selain itu, dengan memanfaatkan teknologi dan sumber
daya digital, media pembelajaran IPS dapat diakses secara fleksibel dan
memungkinkan kolaborasi antara siswa dan pengajar.Dengan demikian,
penggunaan jenis-jenis media pembelajaran dalam IPS menjadi penting dalam

21
menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, dinamis, dan berorientasi
pada hasil yang dapat meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan pemahaman
siswa tentang dunia sosial dan kemanusiaan.13

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengembangan pendidikan ilmu sosial tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan
kecerdasan intelektual saja namun keterampilan sosial juga diutamakan sebagai bagian
penting yang dikembangkan oleh siswa kemampuan dalam mencari memilih mengolah
dan menggunakan informasi untuk meningkatkan diri sendiri serta kemampuan
berkolaborasi dengan berbagai kelompok, dan dari tujuan utama dari IPS adalah untuk
mengembangkan potensi siswa agar mereka dapat menyadari masalah-masalah sosial
yang ada di masyarakat memiliki sikap positif terhadap upaya perbaikan ketimpangan
yang terjadi dan memiliki keterampilan untuk mengatasi tantangan setiap harinya untuk
mencapai hal tersebut diperlukan strategi yang menginterpretasikan setiap komponen
pembelajaran secara menyeluruh dan koheren hal ini melibatkan pemilihan beberapa
materi yang tepat serta menggunakan metode pembelajaran yang efektif dengan
pemanfaatan metode yaitu seperti:
 Seperti model problem based learning
 Model project based learning

Dan untuk bagaimana mencapai tingkat pembelajaran yang optimalmaka


diperlukan juga kreativitas dan kejelihan dari seorang pendidik bagaimana memberikan
media untuk pembelajaran tersebut di dalam pembelajaran IPS Anda banyak sekali jenis-
jenis sumber belajar IPS melalui buku teks IPS jurnal artikel dokumenter sumber primer
yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut , dan di dalam perkembangan
sumber belajar IPS yang berbasis kearifan lokal merupakan pembelajaran yang
memfokuskan pada nilai-nilai kebudayaan serta kebiasaan hidup yang dilakukan oleh
13
Durrotun Nafisah, abd Ghofur,(pengembangan media pembelajaran scan berkat berbasis Android dalam
pembelajaran IPS), volume 1, Juni 2020, halaman 146

22
seseorang pada kelompok masyarakat sehingga peserta didik mengenal nilai-nilai budaya
yang yang terdapat pada lingkungannya masing-masing.

B. SARAN
Dengan penuh kesadaran makalah yang kami buat ini belum sempurna,karena kami
hanyalah manusia biasa dan kesempurnaan hanyalah milik Tuhan yang maha esa, kami
sangat menghargai kritik serta saran dari pembaca demi kebaikan makalah untuk
kedepannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Agung Eko Purwana dkk, pembelajaran IPS MI edisi pertama, (Surabaya: LAPIS-PGMI,
2009), hlm. 16
Agung Eko Purwana dkk, pembelajaran IPS MI edisi pertama, (Surabaya: LAPIS-PGMI,
2009), hlm. 16
Amini, Charizard Jupni Hadifina, dkk, "Strategi Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar",
Journal on Education, Vol. 05, 2023, No. 03, hal. 6929
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2003), hlm. 1-
2
Damayanti Nababan, "Pemahaman Model Pembelajaran Kontekstual dalam Model
Pembelajaran (CTL)", Jurnal Pendidikan Sosial dan Humaniora, Vol. 2, 2023, No.
2, hal. 835
Damayanti Nababan, Alisia Klara Marpaung, Angeli Koresy, "Strategi Pembelajaran
Project Based Learning (PJBL), Jurnal Pendidikan Sosial dan Humaniora, Vol. 2,
2023, No. 2, hal. 716
Durrotun Nafisah, abd Ghofur,(pengembangan media pembelajaran scan berkat berbasis
Android dalam pembelajaran IPS), volume 1, Juni 2020, halaman 146
Fiki Prasetyo, "Pentingnya Model Project Based Learning Terhadap Pemahaman
Konsep di IPS", Seminar Nasional Pendidikan, Agustus 2019, hal. 821
Hana Sakura P. A, Galih Dani S. R,dkk, Sumber Belajar IPS Berbasis Lingkungan,
(Sumedang: UPI Sumedang Press: 2019), hal. 12
Idrus Hasibuan, "Model Pembelajaran CTL", Logaritma, Vol. 2, 2014, No. 01, hal. 3

24
Iga Mas Darwati, I Made Purana, "Problem Based Learning (PBL): Suatu Model
Pembelajaran Untuk Mengembangkan Cara Berpikir Kritis Peserta Didik", Widya
Accarya, Vol. 12, 2021, No. 1, hal. 63
Prastya, A., (2016). Strategi Pemilihan Media Pembelajaran Bagi Seorang Guru.
Prosiding, Temu Ilmiah Nasional Guru (TING) VIII, (26 November 2016), 632–
641
Rahmattullah, M., (2011). Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran Film Animasi
Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 1(1), 178–186.
Yulia Suryanti, Munawar toharuddin,(pemanfaatan media pembelajaran IPS untuk
meningkatkan keterampilan guru IPS terpadu) volume 3(jurnal pengabdian dan
pemberdayaan masyarakat) 2019 112

25

Anda mungkin juga menyukai