Laporan Pendahuluan Pembuatan Medium - M Arif Fadhlurrahman - 03031381924073 - Kamis (10.30-13.00) WIB
Laporan Pendahuluan Pembuatan Medium - M Arif Fadhlurrahman - 03031381924073 - Kamis (10.30-13.00) WIB
Laporan Pendahuluan Pembuatan Medium - M Arif Fadhlurrahman - 03031381924073 - Kamis (10.30-13.00) WIB
NIM : 030313818924073
Shift/Kelompok : Kamis (10.30-13.00) WIB/III
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.5. Hipotesis
1) Mikroba tetap akan tumbuh pada medium yang telah rusak, namun
pertumbuhannya tidak sebaik pada medium segar (Basarang, 2020).
2) Penentuan kombinasi medium didapat dengan cara menentukan rasio
komponen yang tepat agar mikroba dapat melakukan metabolisme
(Sunaryanto dan Handayani, 2015).
3) Media harus dalam kondisi yang steril untuk menumbuhkan mikroba
yang diperlukan (Sujaya, 2017).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
yang dapat digunakan untuk pengujian vitamin, baik vitamin asam-asam amino,
antibiotik, dan lain sebagainya. Medium khusus merupakan medium untuk
menentukan tipe pertumbuhan mikroba dan mengadakan perubahan kimia.
2.1.3. Medium Berdasarkan Bentuknya
Medium padat dapat diartikan sebagai medium yang mengandung
banyak agar atau zat pemadat, kurang lebih 15% agar sehingga mediumnya
menjadi padat. Medium padat bisa dibedakan menjadi tiga jenis menurut
bentuknya, yaitu medium tegak, medium miring, dan medium lempeng. Tiga
medium tersebut dapat dibedakan berdasarkan arah dan posisi dari tabung reaksi
yang digunakan pada saat pengamatan berlangsung (Yuwono, 2019).
2.2. Saboroud Dextrose Agar Medium
Fungi patogen di dalam laboratorium mikrobiologi yaitu didiagnosis
dengan beberapa pemeriksaan, seperti pemeriksaan sediaan langsung, pembiakan,
tes imunologi, biopsi jaringan, dan pemeriksaan menggunakan sinar wood.
Pembiakan ataupun kultur jamur pada umumnya menggunakan pembenihan pada
beberapa media, antara lain Saboroud Dextrose Agar (SDA), Potato Dextrose
Agar (PDA), dan Coal Meal Agar (CMA) (Mutiawati, 2016). Media yang
digunakan sebagai media pertumbuhan fungi Aspergillus sp. di laboratorium.
Salah satunya adalah media SDA, dengan penambahan beberapa antibiotik
kloramfenikol untuk mencegah pertumbuhan bakterinya. Komposisi dari media
SDA adalah pepton yang dapat berperan sebagai sumber nitrogennya, dextrose
sebagai sumber karbohidratnya, agar-agar sebagai bahan tambahan untuk pemadat
serta kloramfenikol untuk pencegahan pertumbuhan bakteri (Getas, 2014).
2.3. Medium Perkembangan Tanaman Sukun
Tanaman sukun adalah tanaman yang menghasilkan buah dengan
kandungan gizi tinggi, dan potensial dijadikan sebagai bahan makanan pokok
alternatif pengganti beras (Adinugraha dan Kartikawati, 2012). Komposisi gizi
sukun yaitu mengandung karbohidrat 25%, protein 1,5%, dan lemak 0,3%. Buah
sukun juga banyak mengandung unsur mineral, serta vitamin B1, B2, dan C.
Kandungan air buah sukun cukup tinggi yaitu 69,3% serta proses penanaman jauh
lebih mudah dibandingkan dengan padi yang cukup sulit untuk ditanam.
6
Pembuatan sari pati buah sukun dapat dilakukan dengan cara sukun
dihancurkan menggunakan blender, ditambahkan aquadest, kemudian disaring
menggunakan kain kasa sehingga tidak ada lagi kotoran atau ampas sukun dalam
sari buah sukun. Ekstraknya didiamkan selama satu malam untuk mendapatkan
endapan atau pati, kemudian filtrat dibuang dan endapannya dikeringkan.
Penimbangan sari pati buah sukun dilakukan dengan mengikuti aturan jumlah
penimbangan pada media SDA sebagai media kontrolnya. Sari pati sukun yang
telah bersih dan kering akan ditimbang, dilarutkan dengan aquadest, kemudian
ditambahkan agar-agar batang yang berfungsi sebagai pemadatnya.
Campuran tersebut kemudian disterilisasi menggunakan autoclave pada
suhu 121°C selama 15 menit, pada tekanan satu atm, lalu dituang pada cawan
petri secara aseptik. Jamur Aspergillus niger diinokulasi setelah dingin dengan
cara menambahkan antibiotik kloramfenikol metode single dot pada media sari
pati sukun. Kelangsungan hidup fungi Aspergillus niger memerlukan protein
sebagai sumber nutrisi yang harus tersedia didalam medium pertumbuhan.
Fungi Aspergillus niger juga memerlukan kondisi habitat yang memiliki
kelembaban yang tinggi dan ketersediaan oksigen yang cukup. Mikroorganisme
yang telah dipindahkan dan dibiakkan ke dalam suatu medium awalnya akan
mengalami fase adaptasi dan penyesuaian sel dengan lingkungan pembentukan
enzim untuk menguraikan substrat (Roosheroe dkk, 2014). Jamur mengalami fase
akselerasi setelah fase adaptasi dan fase lag yang kemudian akan berkembang
menjadi fase aktif. Jamur Aspergillus niger memiliki kemampuan untuk
membelah dengan cepat. Jamur Aspergillus niger akan mengalami pertumbuhan
secara konstan dan terus-menerus menuju fase eksponensialnya. Fase tersebut
merupakan fase yang dimana pada bagian dari fase perbanyakan dan
perkembangbiakkan dari jumlah sel jamur sebelum dikembangbiakkan.
Aktivitas sel akan meningkat dan dipengaruhi oleh medium tempat
tumbuhnya, seperti kandungan nutrien dan kondisi lingkungan termasuk suhu dan
kelembaban udara pada mediumnya (Manfaati, 2011). Kondisi ini membuktikan
bahwa syarat-syarat pada pertumbuhan mikroorganisme. Khususnya Aspergillus
niger, seperti konsentrasi substrat, baik protein, karbohidrat, mineral dan vitamin,
serta pH pada modifikasi media sari pati buah sukun memenuhi untuk
7
Inokulasi bakteri E.coli dan Bacillus subtilis dengan metode streak plate
kemudian diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam. Pertumbuhan bakteri
dapat diamati berdasarkan tingkat kesuburan, ketebalan garis streak, dan
kepadatan koloni bakteri yang ditumbuhkan pada media pertumbuhannya.
Pertumbuhan E.coli pada media ubi jalar putih ditinjau dari garis streak
yang terbentuk tebal, ukuran koloni bakteri kecil, dan pertumbuhan E.coli subur.
Kepadatan koloni yang terbentuk padat, warna koloni putih, koloni terlihat jelas,
mudah diamati, dan jumlah koloni banyak serta mudah untuk diamati. Perlakuan
Bacillus subtilis pada media ubi jalar putih memiliki pertumbuhan yang baik.
Ditinjau dari aspek garis streak yang terbentuk tebal, ukuran koloni bakteri kecil,
dan pertumbuhan Bacillus subtilis subur. Kepadatan koloni terliha berbentuk
padat, berwarna putih, koloni terlihat jelas, mudah diamati, dan koloni banyak
pada pertumbuhan Bacillus subtilis. Pertumbuhan bakteri E.coli dan Bacillus
subtilis yang subur karena pada ubi jalar putih memiliki kandungan karbohidrat
yang sangat tinggi. Pertumbuhan mikroba pada ubi jalar putih tidak jauh berbeda
dengan pertumbuhan bakteri pada media kontrolnya (Hartati, 2017).
Pertumbuhan kedua bakteri yang ada dalam media nutrient agar yaitu
dapat diamati dari ketebalan garis streak yang sangat tebal, ukuran koloni besar,
kepadatan koloni cukup padat, dan warna koloni bakteri yaitu putih susu. Koloni
bakteri dapat terlihat dengan jelas dan sangat mudah untuk dilakukan analisa dan
pengamatan. Beberapa faktor tersebut merupakan kandungan nutrisi dari mikroba,
proses pembuatan ekstrak, dan kandungan serat pada umbi. Faktor lainnya adalah
pada saat musim pemanenan umbi-umbian, penyimpanan dan pengawetan, serta
pengaruh dari perubahan nilai (pH) menggunakan autoklaf (Ariyanti, 2016).
2.5. Autoclave
Sterilisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang secara efektif
membunuh atau menghilangkan mikroorganisme yang dapat berpindah (seperti
jamur, bakteri, virus) dari permukaan peralatan. Mikroorganisme dapat
dikendalikan yaitu dihambat atau dimatikan dengan menggunakan berbagai
proses. Metode sterilisasi dapat dibagi menjadi dua kelompok umum yaitu fisik
dan kimia meskipun sterilisasi dapat dicapai dengan bahan kimia tertentu,
umumnya metode fisik lebih handal. Salah satu metode paling efektif untuk
9
Ikan seberat 2 gram yang sudah dibungkus dengan potongan kain berpori
dimasukkan ke dalam 10 liter media pemeliharaan rotifer pada saat pengkulturan.
Media awal dituangkan ke rotifer sebanyak 7,5 liter ke dalam ember berukuran 70
liter setelah pakan dimasukkan. Rotifer yang dikultur diberikan aerasi selama 24
jam. Media kultur rotifer disampling sebanyak 1 mL untuk diilakukan isloasi.
Identifikasi morfologi dapat dilakukan berdasarkan warna, ukuran,
elevation, margin, dan bentuk koloninya menggunakan acuan pada Leboffe dan
Pierce (2012) setelah dilakukan isolasi bakteri dari media kultur rotifer. Hasil dari
identifikasi tersebut didapatkan bakteri Bacillus sp. yang dapat dilihat ciri-cirinya
pada Tabel.2.6.1 dan Gambar.2.6.1 yang tertera di bawah ini.
Kode Ukuran Warna Elevation Margin Whole
Bakteri Colony
Tabel 2.6.1. Morfologi Bakteri Berdasarkan Warna, Ukuran, Elevation, Margin dan
Whole Colony
13
14