Makalah Avaluasi Pembelajaran
Makalah Avaluasi Pembelajaran
Makalah Avaluasi Pembelajaran
Avaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu:
Drs. Abdul Khalis Razak Mpd
Oleh :
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumusakan menjadi beberapa rumusan masalah antara lain sebagia berikut:
1. Bagaimanakah konsep dasar evaluasi?
2. Apakah definisi evaluasi, penilaian, pengukuran dan tes?
3. Apakah tujuan evaluasi hasil belajar menurut para ahli?
4. Bagaimanakah ruang lingkup evaluasi pembelajaran?
5. Bagaimanakah model-model evaluasi pembelajaran?
1
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan pembelajaran,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011) hal. 7
3
4
2
Asrul, dkk, Evaluasi Pembelajaran, 2014, (Cet 1, Medan: Ciptapustaka Media), h. 3.
3
Ratnawulan elis, Evaluasi Pembelajaran,2014,(Bandung:Penerbit pustaka) h.29.
4
Ida Farida, Evaluasi Pembelajaran,2017(Bandung:PT Remaja Rosdakarya),h.2.
5
C. Tujuan evaluasi.
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa,
nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan atau
pengukuran. Tujuan dari evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui
efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini dilakukan
oleh semua orang yang bersangkutan, bukan hanya guru melainkan juga
siswa itu sendiri. Sehingga, dari hasil evaluasi, guru dapat mengetahui sampai
dimana kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran, serta mengetahui
dimana kesulitan siswa dalam proses pembelajaran agar dapat dijadikan
sebagai bahan perbaiakan dan pengembangan program pembelajaran.7
Tujuan evaluasi pembelajaran terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus; tujuan umum adalah untuk menghimpun bahan-bahan keterangan
yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf
kemajuan yang dialami peserta didik, setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu dan untuk mengukur dan menilai
sampai dimanakah evektifitas mengajar dan metode-metode mengajar yang
telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan belajar yang
dilaksanakan oleh peserta didik sedangkan tujuan khusus adalah untuk
merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan.
5
Suharsimi arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,2001(Jakarta:PT Bumi
Aksara),h.1.
6
Asrul, dkk, Evaluasi Pembelajaran, 2014, (Cet 1, Medan: Ciptapustaka Media), h. 4.
7
Sukardi, Evaluasi Pendidikan,2009(Jakarta:PT Bumi Aksara).h.10
6
8
Afandi Muhammad, Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar,2013(Semarang:UNISSULA
Press) h.35
8
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Ketiga
ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di anatara ketiga ranah
itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah
karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan
pengajaran. Merujuk pada Taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan ,
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Blom (1956) bahwa
ruang lingkup yang menjadi tujuan daripada pendidikan adalah ranah/ domain
kognitif, afektif dan psikomotor.
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif / Kemampuan Intelektual) Terdapat 6
tingkatan yaitu :
a) Pengetahuan; Kemampuan mengingat/menghafal fakta, istilah,
Prinsip, teori, Proses dan pola Struktur.
b) Pemahaman; Kemampuan mengungkapkan kembali dengan bahasa
sendiri tetang teori, prinsip-prinsip, konsep, sistem, struktur sehingga
melahirkan ide dan gagasan
c) Penerapan; Kemampuan mengaplikan ide dan gagasan dari teori-
teori, prinsip-prinsip, rumus-rumus, abstrak kesituasi yang konkrit.
d) Analisis; Kemampuan menguraikan, mengidentifikasi,
keseluruhan/suatu system yang berhubungan dari ede dangagasan
yang telah diaplikasikan.
e) Sintesis; Kemampuan menyatukan komponen-komponen sehingga
dapat ditarik kesimpulan (suatu hasil yang baru).
f) Evaluasi; Kemampuan untuk mengembangkan suatu ide, situasi,
nilai-nilai dan metode (sintesis) berdasarkan berdasarkan kriteria
(PAP dan PAN).
2. Affektive Domain (Ranah Afektif/ Kemampuan Emosi dan Minat)
Terdapat 5 tingkatan yaitu : a)
a) Penerimaan; Kemampuan menerima dan memahami apa yang
disampaikan oleh pendidik.
9
b) Tahap kedua Inquiry further. Pada tahap ini, berbagai persoalan yang
terlihat atau terdengar dalam tahap pertama diseleksi untuk
mendapatkan perhatian dan penelitian lebih lanjut.
c) Tahap ketiga Seek to explain. Pada tahap ini, evaluator mulai meneliti
sebab akibat dari masingmasing persoalan. Pada tahap ini, faktor-
faktor yang menyebabkan timbulnya persoalan dicoba untuk
ditelusuri. Data semula terpisah satu dengan lainnya mulai disusun
dan dihubungkan dalam kesatuan situasi. Langkah selanjutnya
dilakukan interpretasi data yang diharapkan dapat dijadikan bahan
dalam pengambilan keputusan. Dari langkah-langkah tersebut, faktor
penting dalam evaluasi model ini adalah perlunya kontak langsung
antara evaluator dengan pihak yang dievaluasi. Hal ini disebabkan
model ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan
pentingnya menjalin kedekatan dengan orang dan situasi yang sedang
dievaluasi agar dapat memahami secara personal realitas dan hal-hal
rinci tentang program atau sistem yang sedang dikembangkan. Di
samping itu, faktor lainnya adalah pandangannya yang holistik dalam
evaluasi, yang berasumsi bahwa keseluruhan adalah lebih besar
daripada sejumlah bagianbagian.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi dalam dunia
pendidikan memiliki banyak model dan pendekatan, mulai model yang
dominasi pengukuran secara kuantitatif seperti pada measurement model
hingga model yang menggunakan pendekatan kualitatif seperti Illuminative
model. Dengan mempelajari berbagai model akan memperluas cakrawala
serta wawasan sehingga tidak terpancang pengunaan satu model saja,
melainkan dapat menggabungkan (merger) dua model atau lebih, atau bahkan
mengembangkan model tersendiri. Pada prinsipnya, evaluasi yang baik
adalah yang memenuhi prinsip-prinsip validitas, reliabilitas, objektivitas,
15
9
Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum. 2010. (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya)
1
6
tujuan tertentu saja, bukan lagi menjadi suatu keharusan, seperti ketika model
pertama ditampilkan.
Tes dan pengukuran tidak lagi menjadi parameter kualitas suatu studi
evaluasi yang dilakukan. Perkembangan lain yang menarik dalam model
evaluasi ini adalah adanya suatu upaya untuk bersikap eklektik dalam
penggunaan pendekatan positivisme maupun fenomenologi yang oleh Patton
(1980) disebut paradigm of choice. Walaupun usaha ini tidak melahirkan
model dalam pengertian terbatas tetapi memberikan alternatif baru dalam
melakukan evaluasi. Dalam studi tentang evaluasi, banyak sekali dijumpai
model-model evaluasi dengan format atau sistematika yang berbeda,
sekalipun dalam beberapa model ada juga yang sama. Misalnya saja, Said
Hamid Hasan (2009) mengelompokkan model evaluasi sebagai berikut :
1. Model evaluasi kuantitatif, yang meliputi : model Tyler, model teoritik
Taylor dan Maguire, model pendekatan sistem Alkin, model
Countenance Stake, model CIPP, model ekonomi mikro.
2. Model evaluasi kualitatif, yang meliputi : model studi kasus, model
iluminatif, dan model responsif
Sementara itu, Kaufman dan Thomas dalam Suharsimi Arikunto dan
Cepi Safruddin AJ (2007 : 24) membedakan model evaluasi menjadi delapan,
yaitu :
1. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler.
2. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven.
3. Formatif Sumatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael
Scriven
4. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
5. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
6. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi
dilakukan.
7. CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam.
17
10
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 2012, (Cet 2, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementrian Agama RI), h. 68.
A. Kesimpulan
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah
dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi.
Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar
dan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran adalah kegiatan
pengendalian penjaminan dan penetapan mutu pembelajaran terhadap
berbagai komponen pembelajaran pada setiap jalur dan jenjang pembelajaran
sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Penilaian
(assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar
mahasiswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)
mahasiswa. Pengukuran dalam bahasa inggris berarti measurement, yang
dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu.
Mengukur pada dasarnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas
dasar. Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah
pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat
pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan
dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya tes merupakan alat ukur yang sering digunakan dalam
asesment pembelajaran disamping alat ukur yang lain
Chittenden (1994) secara simpel mengklasifikasikan tujuan penilaian
(assessment purpose) adalah untuk keeping track, checkingup, finding-out,
and summing-up.
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan, Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran
Dalam Perspektif Sistem Pembelajaran. Ruang Lingkup Evaluasi
Pembelajaran Dalam Perspektif Penilaian Proses dan Hasil Belajar. Ruang
Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Penilaian Berbasis Kelas.
Terdapat berbagai model evaluasi menururt Worthen, Blaine R., dan
James R. Sanders (1987). Mereka mengklasifikasi model evaluasi menjadi
model pengukuran (measurement model), model kesesuaian (congruence
18
19
20