Kepuasan Kerja (Studi Kasus CV. Aneka Jaya)
Kepuasan Kerja (Studi Kasus CV. Aneka Jaya)
Kepuasan Kerja (Studi Kasus CV. Aneka Jaya)
MAKALAH
Oleh :
202210088
Dosen Pengampuh :
MUJAHIDIN TOLITOLI
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Makalah dengan judul “Kepuasan Kerja Studi Kasus Cv.
Aneka Jaya ” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam kesempatan kali ini penyusun ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Terutama kepada
Bapak Muhammad Irvan, S.Kom.,MM. sebagai dosen pengampuh yang telah membimbing
penyusun sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
PENYUSUN
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PEDAHULUAN....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Kepuasan Kerja..........................................................................................................6
2.2 Teori Kepuasan Kerja..................................................................................................................7
2.3 Komponen Kepuasan Kerja.........................................................................................................9
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja................................................................10
2.5 Korelasi Kepuasan Kerja.............................................................................................................12
2.6 Mengukur Kepuasan kerja.........................................................................................................13
2.7 Studi Kasus Pada CV. Aneka Jaya.............................................................................................16
BAB III................................................................................................................................................18
PENUTUP...........................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19
BAB I
PEDAHULUAN
Banyak sekali pekerja yang melakukan pekerjaan rutin, yang tidak atau hanya sedikit
menuntut inisiatif yang tanggungjawab, dengan sedikit harapan untuk maju atau berpindah ke
jenis pekerjaan yang lain. Banyak juga pekerja yang berada jauh dibawah kemampuan
intelektual mereka atau yang mereka anggap menurunkan martabat mereka dibandingkan
dengan pendidikan yang telah mereka peroleh. Di banyak sektor industry, pekerjaan telah
sangat “dirasionalisasikan”, dipecah-pecah dalam tugas-tugas yang sederhana, monoton dan
menjemukan, yang hanya cocok bagi sebuah robot yang tidak dapat berpikir, sehingga
merupakan penghinaan bagi martabat, aspirasi, dan tingkat budaya manusia abad dua puluh
ini (Fraser, 1992: 52).
Ketika seseorang mendapatkan kepuasan kerja dan mempunyai komitmen yang tinggi
terhadap organisasi, karyawan akan memberikan pelayanan yang baik dan begitu juga
sebaliknya, ketika karyawan saja tidak mengalami kepuasan maka pelayanan yang diberikan
kepada konsumen, dalam hal ini mahasiswa dan dosen bisa tidak memuaskan. Kepuasan
kerja diartikan sebagai tanggapan emosional seseorang terhadap aspek-aspek di dalam atau
pada keseluruhan pekerjaannya (Nawawi, 1998). Keadaan emosional atau sikap seseorang
tersebut akan diperlihatkan dalam bentuk tanggung jawab, perhatian, serta
perkembangan kinerjanya
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pegertian Dari Kepuasan Kerja
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pegertian Dari Kepuasan Kerja
PEMBAHASAN
Kepuasan kerja merupakan respon afektif atau emosional dari sebuah pekerjaan
(Krieter &Kinicki, 2004). Salah seorang bisa merasakan kepuasan di satu aspek dan di aspek
yang lain. Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan perasaan
positif tentang suatu pekerjaan yang merupakan hasil evaluasi dari beberapa karakteristik.
Dari pengertian tersebut, perasaan positif maupun negatif yang dialami karyawan
menyebabkan seseorang dapat mengalami kepuasan maupun ketidak puasan kerja merupakan
masalah yang kompleks, karena berasal dari berbagai elemen kerja, misalnya terhadap
pekerjaan mereka sendiri, gaji/upah, promosi, supervisi, rekan kerja, ataupun secara
keseluruhan.
Dari berbagai penelitian yang telah banyak dilakukan, ketika karyawan ditanya
tentang respon dari pekerjaan yang telah mereka lakukan, hasilnya bervariasi untuk berbagai
elemen kerja, Dari hasil penelitian, secara umum karyawan merasakan kepuasan secara
keseluruhan (Robbins & Judge, 2007). Dalam pekerjaan, banyak sekali elemen yang
berpengaruh terhadap kepuasan dan ketidak puasan. Seseorang dapat mengalami kepuasan
untuk satu elemen pekerjaan, tetapi tidak untuk elemen pekerjaan yang lain. Elemen-elemen
pekerjaan itu adalah: pekerjaan mereka sendiri, gaji/upah, promosi, supervisi, rekan kerja,
dan pekerjaan secara keseluruhan.
Definisi kepuasan kerja diambil dari pendapat Wexley dan Yulk (1977) yang
menjelaskankepuasan kerja sebagai perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Seperti
dikemukakan oleh Tiffin (dalam As’ad, 2003) kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap
dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan
dengan sesama karyawan
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter (1961). Porter mengukur kepuasan kerja
seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang
dirasakan; Difference between how much of something there should beand how much
there is now. Kemudian Locke (1969) menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang
bergantung kepada discrepancy antara should be (expectation, needs, or values) dengan
apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai melalui
pekerjaan. Dengan demikian, orang akan merasa puas bila tidak ada perbedaan antara
yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas minimal yang
diinginkan telah dipenuhi. Apabila yang diperoleh ternyata lebih besar daripada yang
diinginkan, maka akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat discrepancy, tetapi
merupakan discrepancy yang positif. Sebaliknya semakin jauh kenyataan yang dirasakan
itu dibawah standar minimum sehingga menjadi negative discrepancy, maka makin besar
pula ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaan.
Equity theory dikembangkan oleh Adams (1963). Adapun pendahulu dari teori ini
adalah Zlaznik (1958) dikutip dari Locke (1969). Prinsip dari teori ini adalah bahwa
orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung apakah ia merasakan adanya
keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi.
diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas,
sekantor maupun di tempat lain.
l. Input adalah: “ anything of value that the employee perceives that he contributes to
his job “. Ini berarti input adalah segala sesuatu yang berharga yang dirasakan
karyawan sebagai sumbangan terhadap pekerjaannya. Dalarn hal ini misalnya:
education, experience, skill, amount of effort expected, number of hours worked,
and personal tools dan sebagainya.
3. Comparison Person. Yang dimaksud comparison person ialah kepada orang lain
dengan siapa karyawan membandingkan rasio input-outcomes yang dimilikinya.
Cornparison person ini merupakan seseorang di perusahaan yang sama, atau tempat
lain, atau bisa pula dengan dirinya sendiri di waktu lampau (the comparison person
may be someone in the same organization. someone in a diffirent organization, or
even the person himself in a previous job)
Teori ini memfokuskan pada isu: apakah kepuasan dan ketidakpuasan kerja berakar
dari kondisi yang sama atau keduanya merupakan hasil dari perangkat faklor yang
berbeda. Teori ini menyatakan bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja
sebenarnya berasal dari sumber yang bertolak belakang. Faktor-faktor yang berkontribusi
pada sikap positif (kepuasan kerja) disebut motivator. Sedangkan faktor-faktor yang
mencegah terjadinya reaksi negative (ketidakpuasan kerja) disebut hygiens. Teori ini
menyatakan pula bahwa kepuasan kerja datang dari kepuasan akan kebutuhan tingkat
tinggi. Sedangkan ketidakpuasan kerja berhubungan dengan kondisi tidak berhasil
memuaskan kebutuhan tingkat rendah seperti kepuasan sosial. kebutuhan fisiologis.
Terkait dengan teori dua faktor yang dikemukakan oleh Herzberg, Robbins
menyatakan, bahwa kepuasan kerja lebih sering berkaitan dengan prestasi, pengakuan,
karakteristik pekerjaan, tanggung jawab dan kemajuan. Herzberg memberikan label
faktor ini sebagai motivator karena masing-masing berhubungan dengan usaha yang kuat
dan prestasi yang baik. Ia menghipotesiskan bahwa motivator menyebabkan seseorang
berpindah dari suatu keadaan tanpa kepuasan menjadi puas. Sedangkan ketidakpuasan
pekerjaan terutama berkaitan dengan faktor-faktor dalam konteks pekerjaan atau
lingkungan. Secara khusus, kebijakan dan administrasi perusahaan, pengawasan teknis,
gaji, hubungan antar pribadi dengan pengawas, dan kondisi kerja. Herzberg memberikan
label pada faktor ini sebagai faktor hygiene. Menurut interpretasi Herzberg, seorang
individu tidak akan mengalami ketidakpuasan kerja pada saat ia tidak memiliki kejutan
dengan faktor hygiene.
2) Perbedaan (Discrepancies)
4) Keadilan (Equity)
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di tempat kerja.
Selain penyebab kepuasan kerja, ada juga faktor penentu kepuasan kerja. Diantaranya
adalah sebagai berikut :
Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja adalah tenggang rasa
(consideration). Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana atasan membantu
tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja.
Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikan antar pribadi yang mencerminkan
sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa, misalnya keduanya mempunyai pandangan
hidup yang sama. Tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan atasan adalah jika
kedua jenis hubungan adalah positif. Atasan yang memiliki ciri pemimpin yang
transformasional, maka tenaga kerja akan meningkat motivasinya dan sekaligus dapat
merasa puas dengan pekerjaannya.
Teman kerja merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai
dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis
pekerjaannya.
4) Promosi (promotion)
Promosi merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk
memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
1) Motivasi
Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan signifikan.
Karena kepuasan dengan pengawasan/supervisi juga mempunyai korelasi
signifikan dengan motivasi, atasan/manajer disarankan mempertimbangkan
bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan pekerja sehingga mereka
secara potensial dapat meningkatkan motivasi pekerja melalui berbagai usaha
untuk meningkatkan kepuasan kerja.
2) Pelibatan Kerja
Hal ini menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan dengan
peran kerjanya. Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan kepuasan
kerja, dan peran atasan/manajer perlu didorong memperkuat lingkungan kerja yang
memuaskan untuk meningkatkan keterlibatan kerja pekerja.
4) Organizational commitment
5) Ketidakhadiran (Absenteism)
Antara ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif yang kuat. Dengan
kata lain apabila kepuasan meningkat, ketidakhadiran akan turun.
6) Perputaran (Turnover)
7) Perasaan stress
8) Prestasi kerja/kinerja
Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja. Dikatakan
kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas akan
lebih produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja
atau prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih produktif akan mendapatkan
kepuasan.
Konsep ini merupakan konsep satu dimensi, semacam ringkasan psikologi dari semua
aspek pekerjaan yang disukai atau tidak disukai dari suatu jabatan. Pengukuran ini
dilakukan dengan menggunakan kuesioner satu pertanyaan (soal). Cara ini memiliki
sejumlah kelebihan, diantaranya adalah tidak ada biaya pengembangan dan dapat
dimengerti oleh mereka yang ditanyai. Selain itu cara ini cepat, mudah diadministrasikan
dan diberi nilai. Kuesioner satu pertanyaan menyediakan ruang yang cukup banyak bagi
penafsiran pribadi dari pertanyaan yang diajukan. Responden akan menjawab berdasarkan
gaji, sifat pekerjaan, iklim sosial organisasi, dan sebagainya .
Yaitu suatu pendekatan terhadap pengukuran kepuasan kerja yang tidak menggunakan
asumsi bahwa semua orang memiliki perasaan yang sama mengenai aspek tertentu dari
situasi kerja, pendekatan ini dikembangkan oleh Porter. Kuesioner Porter didasarkan pada
pendekatan teori kebutuhan akan kepuasan kerja. Kuesioner ini terdiri dari 15 pertanyaan
yang berkaitan dengan kebutuhan akan rasa aman, penghargaan, otonomi, sosial, dan
aktualisasi diri. Berdasarkan kebutuhan dan persepsi orang itu sendiri mengenai
jabatannya, tiap responden menjawab tiga pertanyaan mengenai masing-masing
pertanyaan: (1) Berapa yang ada sekarang? (2) Berapa seharusnya? (3) Bagaimana
pentingnya hal ini bagi saya?. Berdasarkan tanggapan terhadap pertanyaan mengenai
pemenuhan kebutuhan kerja tersebut, kepuasan kerja diukur dengan perbedaan antara
“Berapa yang ada sekarang?” dan “Berapa yang seharusnya?”, semakin kecil perbedaan,
maka semakin besar kepuasannya. Nilai yang terpisah dihitung untuk masing-masing dari
lima kategori kebutuhan. Pertanyaan “Bagaimana pentingnya hal ini bagi saya?”
memberikan ukuran kekuatan relatif dari masing-masing kebutuhan bagi tiap responden.
Sementara itu menurut Robbin 10 ada dua pendekatan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran kepuasan kerja yaitu :
1. Single Global Rating (Metode Angka Nilai Global Tunggal)
Metode angka nilai global tunggal tidak lebih dari meminta individu-individu untuk
meminta karyawan untuk menjawab beberapa pertanyaan terkait dengan variabel-variabel
relevan yang mempengaruhi kepuasan kerja tersebut. Kemudian karyawan/responden
menjawab dengan melingkari suatu bilangan antara 1 sampai dengan 5 dengan kategori
jawaban dari “Sangat Puas” sampai dengan “Sangat Tidak Puas.” Metode ini mengenali
unsur-unsur utama dalam suatu pekerjaan dan menanyakan perasaan karyawan mengenai
tiap unsur tersebut. Unsur-unsur yang lazim digunakan seperti faktor sifat dasar pekerjaan,
kompensasi, sikap pimpinan, kesempatan promosi, dan hubungan dengan rekan kerja.
Faktor-faktor ini dinilai pada suatu skala baku dan kemudian dijumlahkan untuk
menciptakan skor kepuasan kerja keseluruhan.
2. Summation Scoren, yaitu dengan mengidentifikasi elemen kunci dalam pekerjaan dan
menanyakan perasaan pekerja tentang maing-masing elemen. Faktor spesifik yang
diperhitngkan adalah sifat pekerjaan, supervisi, upah, kesempatan promosi dan hubungan
dengan rekan kerja. Pendapat lain, Greenberg dan Baron menunjukkan tiga cara untuk
melakukan pengukuran kepuasan kerja yaitu :
Dengan metode ini orang menjawab pertanyaan dari kuesioner yang menggunakan
rating scales sehingga mereka melaporkan reaksi mereka pada pekerjaan mereka.
b) Critical incidents
c) Interviews
Dengan melakukan wawancara tatap muka dengan pekerja dapat diketahui sikap
mereka secara langsung dan dapat mengembangkan lebih dalam dengan menggunakan
kuesioner yang terstruktur.
2.7 Studi Kasus Pada CV. Aneka Jaya
Dalam era globalisasi saat ini di Indonesia banyak perusahaan dihadapkan pada
keadaan kompetisi yang semakin ketat dan dituntut untuk meningkatkan kualitas kerja yang
efektif dan efisien.
Jumlah Jumlah
Tahun Jumlah Awal Karyawan Karyawan Jumlah Akhir Turnover
Karyawan Keluar Masuk Karyawan Rate
2019 48 3 2 47 2,1 %
2020 47 5 1 43 8,9 %
2021 43 7 1 37 15,0 %
Sumber: CV. Aneka Jaya
Berdasarkan tabel diatas maka diketahui turnover karyawan pada CV Aneka Jaya dalam
waktu 3 tahun terakhir mengalami kenaikan presentase turnover dari tahun 2019 – 2021 dari
2,1% - 15,0%. Dari data turnover di atas dapat diasumsikan tingkat turnover mengalami
kenaikan karena kurangnya kepuasan kerja karyawan yang dirasakan karyawan CV Aneka
Jaya
Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan antara lain yaitu gaji, pekerjaan
itu sendiri, rekan kerja, atasan, promosi, dan lingkungan kerja (Sudaryo dkk, 2018:92). Faktor
yang menjadi penyebab karyawan CV Aneka Jaya merasa kurang puas seperti rendahnya
kompensasi, dan lingkungan kerja yang kurang baik, dan hal tersebut menyebabkan suasana
kerja menjadi kurang nyaman.
Adapun permasalahan yang terjadi terkait kompensasi pada CV Aneka Jaya yaitu
kepuasan karyawan yang masih kurang atas rendahnya kompensasi yang diberikan pihak
perusahaan, gaji yang diterima masih di bawah standar UMR sehingga tidak sesuai dengan
kebutuhan hidupnya. Dan karyawan yang telah berpendidikan sarjana dengan yang lulusan
SMA/SMK memiliki gaji yang sama. Bonus yang diberikan oleh perusahaan rendah dan
tidak sesuai dengan hasil kinerja karyawan hal tersebut mengakibatkan naiknya turnover, dan
karyawan hanya diberikan bonus dan THR oleh perusahaan sekali dalam setahun sehingga
karyawan merasa kompensasi yang diberikan perusahaan belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Dengan kondisi sekarang harga kebutuhan pokok yang semakin hari
terus meningkat. Maka dari itu karyawan menginginkan adanya kenaikan kompensasi agar
kebutuhan pokok mereka tercukupi.
Faktor selanjutnya yang bisa mempengaruhi kepuasan kerja yaitu lingkungan kerja.
Karyawan akan merasa puas dan betah jika bekerja di tempat yang baik, karena bisa
menambahkan semangat kerja dan memberi pengaruh positif, sehingga kepuasan kerja
karyawan dapat bertambah.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan tentang menyenangkan atau tidaknya
pekerjaan mereka. Ada perbedaan yang penting antara perasaan ini dengan dua unsur lainnya
dari sikap pegawai. Kepuasan kerja adalah bagian dari kepuasan hidup. Sifat lingkungan
seseorang di luar pekerjaan mempengaruhi perasaan di dalam pekerjaan. Demikian juga
halnya, karena pekerjaan merupakan bagian penting kehidupan, kepuasan kerja
mempengaruhi kepuasan hidup seseorang.