Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Askeb Catin

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN INDIVIDU

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PADA


CALON PENGANTIN Nn. Y DENGAN PERSIAPAN PRAKONSEPSI
DI PUSKESMAS DAWAR BLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

Oleh :
AFIF FIRONIKA
NIM : 2022082511

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
TAHUN 2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Pada Pra Konsepsi ni dilaksanakan sebagai


dokumen/laporan praktik Semester 1 yang telah dilaksanakan di Puskesmas Dawar Blandong
Kabupaten Mojokerto pada tanggal 24 April 2023 – 06 Mei 2023, disahkan oleh pembimbing
pada :
Hari :
Tanggal :

Jombang, 2023
Mahasiswa

AFIF FIRONIKA
NIM. 2022082511

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik Program Studi


Puskesmas Dawar Blandong Profesi Bidan STIKES Husada Jombang

Istiqomah, SST Wahyu Anjas Sari, SST., M. Kes


NIP. 19680507 199901 2 001 NPP. 011006075

Mengetahui,
Ketua STIKES Husada Jombang Ketua Program Studi Profesi Bidan
STIKES Husada Jombang

Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes, MM Semi Naim, SSt., MM, M. Kes
NPP. 010201901 NPP. 01403002

2ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “Praktik Asuhan Kebidanan pada Bayi, Balita dan
anak pra sekolah di Puskesmas Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto, Laporan ini disusun
sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas pada Pendidikan Profesi Bidan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Husada Jombang.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk dan saran
dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes. MM.selaku Ketua STIKES Husada Jombang, yang
telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Semi Naim, SST, MM, Mkes selaku Ketua Program Stusi Pendidikan Profesi
Bidan STIKES Husada Jombang.
3. Istiqomah, SST selaku pembimbing Lahan Praktek
4. Bdn. Wahyu Anjas Sari, SST., M. Kes selaku pembimbing akademik dalam
penyusunan laporan stase ini Suami tercinta serta anaku dan orangtuaku yang
senantiasa memberikan motivasi.
5. Suami tercinta, anak – anak, orang tua, dan adik – adik tercinta yang senantiasa
memberikan motivasi.
6. Teman-teman sejawat khususnya di Puskesmas Moropelang Kabupaten Lamongan
yang telah membantu dan selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian laporan
studi kasus ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal baik
yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
penulis pada khususnya.
Jombang, .......................... 2023
Penulis
(Afif Fironika)

iii
3
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktik ............................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ......................................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Konsep Dasar Pranikah.................................................................................................. 4
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Remaja ..................................................................... 13
2.3 Sistem Pendokumentasian SOAP ................................................................................... 18
BAB 3 TINJAUAN KASUS .............................................................................................. 19
BAB 4 PEMBAHASAN..................................................................................................... 23
BAB 5 PENUTUP .............................................................................................................. 25
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 25
5.2 Saran ............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA

4iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Calon pengantin merupakan kelompok sasaran yang startegis dalam upaya peningkatan
kesehatan masa sebelum hamil. Menjelang pernikahan, banyak calon pengantin yang tidak
mempunyai cukup pengetahuan dan informasi tentang kesehatan reproduksi dalam
berkeluarga, sehingga setelah menikah kehamilan sering tidak direncanakan dengan baik
serta tidak di dukung oleh status kesehatan yang optimal. Hal ini tentu saja dapat
menimbulkan dampak negatif seperti adanya resiko penularan penyakit, komplikasi
kehamilan, kecacatan bahkan kematian ibu dan bayi. Pemberian komunikasi informasi dan
edukasi tentang kesehatan reproduksi kepada calon pengatin sangat diperlukan untuk
memastikan setiap calon pengantin mempunyai pengetahuan yang cukup dalam
merencanakan kehamilan dan mempersiapkan keluarga yang sehat (Kemenkes, 2018).
Status kesehatan periode prakonsepsi berperan penting untuk mempersiapkan
kehamilan. Menjaga status gizi optimal pada periode prakonsepsi merupakan waktu yang
tepat untuk mengurangi risiko terjadinya masalah gizi saat kehamilan seperti kekurangan
energi kronis (KEK). Masalah kesehatan yang sering dialami wanita prakonsepsi selain KEK
dan dapat mempengaruhi selama masa kehamilan adalah anemia. Oleh karena itu penting
adanya tindakan pencegahan anemia mulai dari masa prakonsepsi (Fariski C.; Dieny F.;
Wijayanti H.;, 2019).
Pada tahun 2009 Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) telah bekerjasama
dengan Kantor Urusan Agama (KUA) dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di tiap
Kecamatan, sehingga sudah dapat melaksanakan kursus pranikah bagi calon pengantin
selama 1-7 hari sebelum melakukan pernikahan. Materi pemberian kursus pranikah antara
lain program kesehatan reproduksi tentang upaya menjaga kesehatan ibu hamil dan
melahirkan, pentingnya program keluarga berencana (KB), hukum syariah tentang
perkawinan dalam islam, seperti menyucikan hadas besar dan
kecil serta manajemen keuangan (BKKBN, 2009). Calon pengantin perlu dibekali
pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi dan hak-hak reproduksi sehingga
calon pengantin siap menjadi seorang ibu dan seorang ayah (Hidayat, Dita;, 2018).
Terintegrasinya program komponen kesehatan reproduksi melalui Pembekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) kesehatan
Reproduksi. Menurut data Kemenkes RI (2018) menyatakan keputusan tentang kesehatan

1
reproduksi dan seksual bagi calon pengantin. Perwujudan generasi tersebut dimulai dari
menyiapkan calon penganin (Catin) yang memiliki status tingkat kesehatan yang baik
terutama calon pengantin perempuan yang kelak akan hamil dan melahirkan anak-anak
bangsa dengan tingkat kecerdasan yang luar biasa (bkkbn 2018)
Berdasarkan upaya peningkatan kesehatan masa sebelum hamil, persiapan kondisi fisik,
mental dan sosial harus disiapkan sejak dini yaitu dimulai dari masa remaja. Selain remaja,
upaya peningkatan kesehatan masa sebelum hamil juga diberikan kepada pasangan calon
pengantin (CATIN) dan wanita usia subur. Pelayanan peningkatan kesehatan tersebut di
mulai dari Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan hal
tersebut maka penulis ingin memberikan konseling bagi calon pengantin untuk kesiapan
dalam mengahdapi kehamilan yang direncanakan dan pentingnya kesehatan reproduksi untuk
mencegah terjadinya penyakit kelamin.

1.2 Tujuan Praktik


1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan edukasi dan pelayanan kesehatan pada calon pengantin
wanita.
1.2.2 Tujuan Khusus:
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Nn.B usia 28
tahun calon pengantin wanita dengan persiapan prakonsepsi di wilayah kerja
Puskesmas Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data objektif pada Nn.B usia 28
tahun calon pengantin wanita dengan persiapan prakonsepsi di wilayah kerja
Puskesmas Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto.
3. Mahasiwa mampu merumuskan analisa data pada Ny.B usia 28 tahun calon
pengantin wanita dengan persiapan prakonsepsi di wilayah kerja Puskesmas
Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto.
4. Mahasiswa mampu menyususn rencana tindakan pada Ny.B usia 28 tahun
calon pengantin dengan persiapan prakonsepsi di wilayah kerja Puskesmas
Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto.
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan pada Ny.B usia 28 tahun calon
pengantin dengan persiapan prakonsepsi di wilayah kerja Puskesmas Dawar
Blandong Kabupaten Mojokerto.

2
1.3 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai asuhan kebidanan
tentang calon pengantin dengan persiapan prakonsepsi
b. Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan mahasiswa lain untuk meningkatkan proses pembelajaran dan
diharapkan menjadi bahan bacaan bagi mahasiswi kebidanan STIKES Husada
Jombang
2. Manfaat praktis
a. Bagi Penulis
Dapat mempraktekan teori secara langsung dilapangan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada pasien calon pengantin dengan persiapan prakonsepsi.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan mahasiswa lain untuk meningkatkan proses pembelajaran dan
data dasar untuk asuhan kebidanan pada pasien calon pengantin dengan persiapan
prakonsepsi.
c. Bagi klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan pada pasien calon pengantin dengan
persiapan prakonsepsi yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Serta
mendapat pengetahuan dan pemahaman mengenai status kesehatanya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pranikah


2.1.1 Definisi Pra Nikah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata pranikah adalah
sebelum menikah. Sedangkan pernikahan atau perkawinan sendiri merupakan akad
atau janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan
awal dari kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi ketenangan
(sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas dasar saling cinta dan kasih
(mawaddah wa rahmah) (kemenkes RI 2018).
Dalam UU pernikahan No.1 Tahun 1974 pernikahan adalah ikatan batin antara
pria dan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa (Kumalasari,Intan
2018).
Program Kementerian Kesehatan dalam membantu mewujudkan pernikahan
yang sehat yaitu membentuk suatu program penyuluhan dan screening Pra Nikah. Pre
marital screening check up atau tes pranikah merupakan serangkaian tes yang harus
dilakukan pasangan sebelum menikah (kemenkes RI 2018).
2.1.2 Tujuan Pemeriksaan Pra Nikah
Tujuan dalam menjalankan pre marital check up (pemeriksaan kesehatan pra
nikah) merupakan sebuah tindakan pencegahan yang wajib dilakukan untuk mencegah
terjadinya permasalahan kesehatan pada diri sendiri, pasangan, maupun keturunan ke
depannya (Kemenkes RI 2018). Beberapa keuntungan melakukan pemeriksaan
kesehatan pra nikah, antara lain:
1. Mencegah berbagai macam penyakit pada calon bayi, seperti penyakit
thalassemia, diabetes melitus, dan penyakit lainnya.
2. Pemeriksaan pranikah dilakukan untuk mengenal riwayat kesehatan diri sendiri
maupun pasangan, sehingga tidak ada penyesalan di kemudian hari, khususnya
bagi riwayat keturunan yang dihasilkan.
3. Membuat calon mempelai semakin mantap, lebih terbuka, dan lebih yakin satu
sama lain mengenai riwayat kesehatan keduanya.

4
2.1.3 Tahaan Pre Marital Screening
Menurut Kemenkes RI 2018 terdapat tahapan-tahapan dalam melakukan
screening pra nikah yaitu:
1. Pemeriksaan Fisik Secara Lengkap
Pemeriksaan pre marital yang pertama terdiri atas pemeriksaan umum,
yakni uji pemeriksaan fisik secara lengkap. Berikut beberapa prosedur
pemeriksaan antara lain:
- Pemeriksaan tanda vital: suhu, nadi, tekanan darah, frekwensi nafas.
- Pemeriksaan status gizi : Berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,
tanda-tanda anemia.
Hal ini dilakukan karena umumnya status kesehatan dapat dilihat lewat
tekanan darah. Umumnya, tekanan darah tinggi dapat berbahaya bagi kandungan
sebab membuat tumbuh kembang janin dalam kandungan terhambat. Selain itu,
pemeriksaan pre marital juga dapat mengetahui apakah pasangan tersebut
mempunyai beberapa riwayat penyakit ataukah tidak,misalnya diabetes.
2. Pemeriksaan Penyakit Hereditas
Penyakit hereditas biasanya diturunkan dari kedua orang tua, misalnya
gangguan kelainan darah yang membuat penderitanya tidak bisa memproduksi
hemoglobin (sel darah merah) secara normal. Salah satunya yaitu dengan
pemeriksaan laboratorium. Dimana serangkaian tes darah akan ditempuh calon
pengantin, mencakup leukosit, hematokrit, trombosit, Hb, eritrosit, hingga laju
endap darah. Untuk perempuan, pemeriksaan tingkat Hb akan membantu
mereka mengetahui risiko thalassemia (Kemenkes RI 2019).Diantaranya:
a. Tes golongan darah dan rhesus
Pemerikaan ini penting dilakukan untuk mengetahui kecocokan antara
rhesus dengan efeknya terhadap ibu beserta sang anak. Rh-negatif pada
perempuan dan Rh-positif pada pria berisiko menimbulkan ketidaksesuaian
yang berakibat fatal pada anak.
b. Deteksi hepatitis B
Dengan tes ini, Anda dan pasangan akan terhindar dari kemungkinan
transmisi hepatitis B melalui hubungan seksual. Hepatitis B termasuk
penyakit berbahaya karena akan menyebabkan cacat fisik hingga kematian
pada bayi yang dilahirkan.

5
c. Tes TORCH
TORCH adalah jenis penyakit yang ditimbulkan Toxoplasma, Rubella,
dan Herpes. Penularannya sendiri bisa datang dari konsumsi makanan mentah
hingga kontak dengan kotoran hewan peliharaan. Anda atau pasangan
sebaiknya melakukan tes ini untuk menghindari keguguran dan kelahiran
prematur.
d. Pemeriksaan HIV/AIDS
Jenis tes ini bersifat wajib karena sudah tercantum dalam Surat Edaran
Menteri Kesehatan. Biasanya, tes HIV/AIDS ditujukan kepada perempuan
hamil. Pemeriksaan pun akan dilakukan dengan memakai sampel darah Anda
dan pasangan.
e. Tes gula darah
Mengetahui kadar gula darah bukan hanya akan menyelamatkan Anda
dari diabetes. Pasangan yang menjalani pemeriksaan gula darah dapat
mengantisipasi komplikasi dari penyakit tersebut. Khususnya pada
perempuan hamil yang hormonnya kurang stabil.
f. Tes urin
Terakhir, Anda dan pasangan disarankan untuk mengambil tes urin
lengkap. Lewat pemeriaan ini, Anda akan mengetahui penyakit sistematik
atau metabolik. Penilaiannya didasarkan pada warna, bau, hingga jumlah urin
yang dikeluarkan.
3. Pemeriksaan Penyakit Menular
Pemeriksaan yang ketiga meliputi pemeriksaan terhadap penyakit
menular, diantaranya seperti hepatitis B, hepatitis C, dan HIV-AIDS. Pemeriksaan
tersebut penting sekali dilakukan, mengingat penyakit- penyakit menular tersebut
sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
4. Pemeriksaan Organ Reroduksi
Pemerikaan ini berkaitan dengan kesuburan serta organ reproduksi untuk
pria maupun wanita. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa kondisi
kesehatan organ reproduksi diri sendiri dan pasangan.
5. Pemeriksaan Alergi
Walaupun seringkali dianggap sepele, melakukan pemeriksaan alergi
sangatlah penting karena alergi yang tidak disadari dari awal dan tidak ditangani
dengan tepat dapat berakibat fatal.

6
2.1.4 Konseling Perencanaan Kehamilan Sehat
Konseling Perencanaan kehamilan sehat harus diberikan kepada pasangan
yang hendak menikah atau merencanakan kehamilan dengan tujuan untuk
mempersiapkan kehamilan sehat sehingga dapat meminimalkan resiko komplikasi saat
kehamilan maupun persalinan (Kemenkes RI,2018). Perencanaan kehamilan adalah
pengaturan kapan usia ideal dan saat yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak
kehamilan dan jumlah anak (Yunita, Evi; Pratami, Evi; Maharani, Titi;, 2020).
Perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah :
a. Terlalu muda (<20 tahun)
b. Terlalu tua (>30 tahun)
c. Terlalu dekat jarak kehamilan (<2 tahun)
d. Terlalu sering hamil (>3 anak)
Bila terjadi kehamilan dengan 4 terlalu akan berdampak tidak baik untuk
kesehatan ibu dan anak. Kehamilan perlu direncanakan karena tiap catin diharapkan
memiliki kesehatan yang baik dan terhindar dari penyakit.
Adapun konseling perencanaan kehamilan sehat menurut Kemenkes (2018)
pada lembar balik kesehatan reproduksi dan seksual
bagi calon pengantin yang diberikan dalam perencanaan kehamilan sehat
meliputi sebagai berikut:
1. Persiapan Fisik
Persiapan fisik meliputi persiapan tanda-tanda vital, pemeriksaan status gizi
(TB, BB, IMT, LILA, Tanda-tanda anemia), pemeriksaan golongan darah rutin,
pemeriksaan urin rutin, dan pemeriksaan lain atas indikasi seperti gula darah,
malaria, TORCH, Hepatitis B, HIV/AIDS, tiroid, dan lain-lain).
2. Persiapan Gizi
KIE persiapan gizi penting untuk dilakukan untuk memastikan calon ibu
sudah melakukan perbaikan status gizi sebelum hamil. Pada persiapan gizi terlebih
dahulu di ukur status gizi ibu, kemudian bidan menghitung IMT sebagai dasar
memberikan konseling gizi seimbang. Dalam persiapan gizi, calon pengantin
diedukasi untuk mengkonsumsi asam folat untuk menghindari terjadinya defisiensi
asam folat yang dapat menyebabkan gangguan pada masa organogenesis.

7
Setelah dilakukan pengukuran timbang berat badan, tinggi badan dan
lingkar lengan atas, bidan melakukan penghitungan IMT sebagai dasar dalam
memberikan konseling. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Hasil pengukuran status gizi dijadikan dasar oleh bidan untuk


memberikan konseling gizi seimbang seperti pada gambar berikut:

Berdasarkan gambar di atas, dalam merencanakan kehamilan sehat, calon


pengantin/calon ibu harus memahami mengenai gizi seimbang dan menerapkan 4
pilar gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari dan ditambah mengkonsumsi asam
folat untuk membantu memenuhi kebutuhan asam folat dalam tubuh. Untuk calon
pengantin yang mengalami anemia defisiensi besi, suplementasi Fe sangat
dibutuhkan dan perlu dilakukan evaluasi kenaikan kadar Hb sebelum terjadi
kehamilan.
3. Skrining Status Imunisasi TT
Imunisasi TT menjadi salah satu program yang wajib dilakukan oleh calon
pengantin sebagai syarat mendaftar menikah. Hal ini merupakan upaya untuk
mencegah terjadinya tetanus neonatorum. Adapun penjelasan imunisasi TT tertera
pada gambar berikut ini :

8
Berdasarkan gambar di atas, bidan dituntut untuk memiliki keahlian dalam
menggali informasi mengenai status imunisasi TT pada calon pengantin.
4. Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi
KIE yang dapat diberikan untuk menjaga kesehatan organ reproduksi wanita
meliputi :
a. Menggunakan pakaian dalam berbahan katun menyerap
b. Membersihkan area kewanitaan dari arah vagina ke dubur
c. Mengganti pembalut maksimal 4 jam sekali
d. Tidak perlu menggunakan cairan pembersih vagina terlalu sering
e. Jangan mengenakan pembalut tipis terlalu sering
f. Gunakan handuk kering dan bersifat pribadi
5. Penyakit yang perlu diwaspadai
Menurut Kemenkes RI (2018), Fisik dan mental yang sehat merupakan
pondasi awal keluarga dalam mewujudkan generasi yang berkualitas, oleh karena
itu pasangan calon pengantin harus terbebaskan dari penyakit yang dapat
mempengaruhi kesehatan janin dan tumbuh kembang anak. Terdapat beberapa
penyakit yang perlu diwaspadai pada masa sebelum dan selama kehamilan, antara
lain :
a. Anemia
Anemia adalah kondisi hemoglobin (Hb) di dalam darah kurang dari normal
(12 mg/Dl). Anemia dapat menimbulkan resiko pada kehamilan dan persalinan
(Kemenkes RI,2018).
b. Kekurangan gizi
Kondisi kurang gizi dalam keadaan terus menerus dapat mengakibatkan
Kekurangan Energi Kronik (KEK). KEK adalah keadaan dimana seseorang
mengalami kekuarangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun (Kemenkes RI,2018).

9
c. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit menular berupa peradangan hati yang
disebabkan oleh virus Hepatitis B, yang dapat ditularkan melalui darah atau
cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi, seperti cairan serebrospinal, cairan
vagina dan cairan tubuh lainnya. Apabila salah satu catin menderita HbSAg
dapat menularkan kepada pasangannya dan keturunannya (Kemenkes RI,2018)
d. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah ≥200 mg/dL (pemeriksaan gula darah
sewaktu) (Kemenkes RI,2018).
e. Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sekelompok parasite
plasmodium yang hidup dalam sel darah merah (Kemenkes RI, 2018). dapat
menyebabkan Anemia dan pada catin perempuan kelak dapat mempengaruhi
kesehatan ibu hamil dan janinnya. Anemia pada kehamilan dapat menyebabkan
keguguran, lahir premature, dan berat bayi lahir rendah (Kemenkes RI,2018).
f. TORCH
TORCH adalah singkatan dari Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan
Herpes Simpleks. Keempat penyakit tersebut merupakan infeksi yang bisa
menular dari ibu hamil terhadap janin yang dikandungnya. Jika seorang ibu
hamil menularkan infeksi tersebut ke janinnya, maka hal fatal bahkan risiko
cacat lahir bisa terjadi pada kesehatan janin (Emma Kasyi, 2018).
g. Thalasemia

10
h. Hemofilia

i. HIV-AIDS (Human Immunodeficiency Virus). Pencegahan dan penanganan


Infeksi Menular Seksual dan HIV/AIDS bagi calon pengantin sangat penting,
baik bagi calon pengantin perempuan maupun laki-laki, mengingat calon
pengantin merupakan salah satu populasi rentan terhadap penularan penyakit
tersebut. Perilaku calon pengantin yang berisiko tinggi terhadap Infeksi
Menular Seksual dan HIV/AIDS antara lain penyalahgunaan narkoba,
penggunaan jarum suntik bersama, seks tidak aman, tato dan tindik (Kemenkes
RI,2017).
j. Infeksi Menular Seksual (IMS) Menurut Kemenkes RI (2013) Infeksi menular
Seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke
orang yang lain melalui kontak seksual. Semua teknik hubungan seksual baik
lewat vagina, dubur atau mulut baik berlawanan jenis kelamin maupun dengan
sesama jenis kelamin bisa menjadi sarana penularan penyakit kelamin.
Kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular Infeksi
Menular Seksual adalah kelompok remaja sampai dewasa muda sekitar usia
(15-24 tahun). Penyakit yang tergolong infeksi menular seksual adalah sebagai
berikut :
(1) IMS yang disebabkan bakteri yaitu, Gonorhea, infeksi genital non
spesifik, sifilis, ulkus mole, limfomagranuloma venerum, vaginosis
bacterial.
(2) IMS yang disebabkan virus yaitu, herpes genetalis, kondiloma
akuminata, infeksi HIV dan AIDS, hepatitis B, Moluskus kontagiosum.
(3) IMS yang disebabkan jamur yaitu, kandidiosis genetalis
(4) IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit yaitu, trikomoniasis,
pedikulosis pubis, skabies.
11
2.1.5 Program Pemerintah dalam Persiapan Prakonsepsi
Program pemerintah dalam persiapan prakonsepsi untuk mencegah terjadinya
stunting pada anak, Pendampingan Keluarga Bagi Calon Pengantin.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat
kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi
badannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan (Perpres, 2021).

Ada 5 (lima) kondisi faktor yang dekat dengan resiko melahirkan anak
stunting pada Catin:
1. indeks Massa Tubuh yang tidak normal
2. Lingkar Lengan Atas yang KEK
3. Anemia
4. 4 Terlalu (terlalu muda, tua, sering, dekat)
5. Merokok, Rokok dapat meningkatkan resiko stunting melalui dua cara, yaitu:
Dalam hal kesehatan, asap rokok dapat menganggu proses penyerapan gizi pada
anak, serta ibu hamil yang terpapar asap rokok memiliki risiko bayi yang lahir
prematur dan memiliki berat badan kurang (BBLR).

12
2.1.6 Persiapan Calon Pengantin Dalam 1000 Hari HPK
Sebelum menjelang pernikahan catin harus mengetahui informasi terkiat
kesehatan, baik dari segi fisik (gizi baik, tidak anemia, psikis, dan sosial karena masa
sebelum hamil sampai dengan 1000 HPK merupakan masa-masa emas yang perlu
diperhatikan calon pengantin untuk mempersiapkan mendapatkan keturunan yang
berkualitas.
Sebelum memasuki pernikahan perlunya memperhatikan asupan zat gizi yang
cukup untuk mencapai kematangan seksual agara tercapainya keluarga yang sehat dan
mebdapatkan keturunan yang berkualitas sehingga pentingnya untuk merencanakan
kehamilan dengan baik, oleh karena itu konsumsi gizi seimbang akan menentukan
kesehatan organ reproduksi. Gizi seimbang diperoleh dari beranekaragam makanan
(Dewantari, 2013).
1000 HPK atau 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah masa awal kehidupan yang
dimulai saat dalam kandungan sampai 2 tahun pertama setelah kelahiran. HPK Dibagi
menjadi 3 tahap periode 1000 HPK, yaitu :
1. 270 hari (9 Bulan masa kehamilan)
2. 180 hari (6 bulan masa pemberian ASI eksklusif)
3. 550 hari (18 bulan masa pemberian ASI + MPASI) pertama setelah kelahiran.
Tujuan utama 1000 HPK yaitu mempercepat Perbaikan Gizi. Pentingnya 1000
Hari Pertama Kehidupan (HPK). 1000 HPK terdiri dari 9 bulan dalam kandungan
hingga anak berusia 2 tahun. Perkembangan masa otak 70—80% terjadi pada 1000
HPK. Sehingga masa kritis pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sangat
ditentukan pada masa 1000 HPK.

2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Remaja


Langkah-langkah Asuhan Kebidanan menurut Varney:
2.2.1 Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan secara lengkap dan akurat dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara keseluruhan. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara:
a. Data Subjektif
1. Biodata
Data remaja
Nama : untuk membedakan klien satu dengan yang lain.
Umur : untuk memastikan usia dan sebagai identitas.
Agama : untuk memperoleh informasi tentang agama yang dianut
dan memberikan asuhan sesuai kepercayaan.
13
Suku/bangsa : untuk mengetahui adat istiadat sehingga mempermudah
dalammelaksanakan tindakan kebidanan.
Pendidikan : untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan atau
dalam memberikan informasi mengenai suatu hal dengan
menggunakan cara yang sesuai dengan pendidikan.
Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal klien Nomor telp : untuk
mengtahui nomor yang bisa dihubungi Data orangtua
Nama orang tua : untuk mengetahui nama orangtua remaja
Usia orang tua : untuk mengetahui usia ibu berkaitan dengan pola asuh.
Pendidikan : untuk mengetahui pendidikan berkaitan dengan pola asuh.
Pekerjaan : untuk mengetahui pekerjaan berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan anak.
2. Keluhan
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan oleh klien sehingga dapat
memberikan asuhan yang sesuai..
3. Riwayat menstruasi
Menarche : untuk mengetahui kapan pertama kali mens.
Siklus : untuk mengetahui siklus mens normal/tidak. Siklus mens
normalnya 21 -35 hari
Lama haid : untuk mengetahui lama menstruasi normal/tidak.
Normalnya 3-7 hari karena haid tiap perempuan berbeda-
beda
Nyeri : untuk mengetahui adakah nyeri haid/tidak.
HPHT : untuk mengetahui kapan hari pertama haid terakhir remaja\
Frekuensi : untuk mengetahui frekuensi ganti pembalut dalam sehari.
Apabila penggunaan pembalut kurang dari 2 berarti jumlah
darah sedikit, penggunaan pembalut 2-4 perhari berarti
normal, penggunaan pembalut lebih dari 5 berartibanyak
(Purwaningsih, 2010).
4. Riwayat perkawaninan
Untuk mengathui status perkawinan dan berapa kali menikah.
5. Riwayat kesehatan
Untuk mengetahui riwayat kesehatan remaja saat ini dan terdahulu.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga saat ini dan terdahulu.
14
7. Aktivitas sehari-hari
a) Kegiatan sehari-hari : kegiatan yang dilakukan klien
b) Apakah merokok : ya/tidak, frekuensi sering/jarang
c) Aktivitas olahraga : sering/jarang/tidak pernah
d) Seksual : pernah berhubungan seksual/tidak
e) Obat-obatan terlarang : tahu/tidak tahu, pernah/sering menggunakan
f) Pola nutrisi : frekuensi makanan dan minuman, jenis
makanan dan minuman, makanan yang tidak
disukai, status makanan sesuai gizi
seimbang/kadang-kadang/tidak. (Ade, 2019).
g) Pola istirahat : menggambarkan pola istirahat dan tidur,
berapa jam tidur, kebiasaan sebelum tidur
misalnya membaca, mendengarkan music,
kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu
luang.
h) Pola eliminasi : berapa kali, adakah masalah dalam
BAB/BAK.
i) Pola personal hygiens : dikaji untuk mengetahui apakah klien selalu
menjaga kebersihan tubuh terutama pada
aderah genetalia.
b. Data Objektif
1. Keadaan umum
Kesadaran : Bagaimana keadaan klien baik atau tidak.
Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : tekanan darah normal yaitu ada remaja usia 13–18
tahun, batas normal tekanan sistoliknya berkisar
antara 112–128 mmHg dan diastolik berkisar antara
66–80 mmHg.
2. Nadi : nadi normal berkisar antara 60-80x/menit.
3. Respirasi : untuk mengetahui pernafasan dalam 1 menit,
pernafasan harus berada dalam rentang yang
normal, yaitu sekitar 20-30x/menit

15
4. Pemeriksaan fisik
Kepala : untuk mengetahui warna dan kebersihan kepala.
Muka : untuk mengetahui adanya pembengkakan/tidak.
Mata : untuk melihat sklera dan konjungtiva tidak anemis.
Hidung : untuk mengetahui adanya pengeluaran sekret dan
kelainan.
Telinga : untuk mengetahui adanya pengeluaran serumen.
Mulut : untuk mengetahui gigi, gusi, dan bibir dalam keadaan
normal.
Leher : untuk mengetahui adanya pembengkakan kelenjar
tiroid, limfe dan vena jugularis.
Payudara : untuk mengetahui ukuran, bentuk, ada nyeri/tidak.
Abdomen : untuk mengetahui adakah nyeri perut/tidak.
Punggung : untuk mengetahui apakah ada kelainan.
Genetalia : untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi
Ekstremitas : untuk mengetahui adanya kelainan/tidak.
Anus : untuk mengetahui adanya hemoroid/ tidak .
Pemeriksaan antopometri
Berat badan : untuk mengetahui apakah BB klien ideal.
Tinggi badan : untuk mengatahui apakah TB klien sesuai usia.
Lingkar panggul : untuk mengetahui nilai normal panggul
Lingkar pinggul : untuk mengetahui nilai normal pinggul
Rasio Lpa/Lpi : untuk menentukan distribusi lemak di perut, rasio
normal wanita > 0,80 - > 0,90
LILA : untuk mengetahui apakah klien KEK/tidak Nilai
normal : 23,5-25 cm
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kadar Hb untuk mendeteksi anemia agar persiapan
prakonsepsi maksimal ibu dan janin sehat.
2.2.2 Intrepretasi Data Diagnosa kebidanan
Nn. “X” usia…..tahun calon pengantin wanita dengan persiapan prakonsepsi
2.2.3 Identifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial
Tidak ada
2.2.4 Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera (Antisipasi)
Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera dilakukan oleh bidan atau
untuk konsultasi, kolaborasi serta melakukan rujukan terhadap
penyimpanganabnormal.
16
2.2.5 Intervensi
Diagnosa : Nn. “X” usia.....tahun calon pengantin dengan persiapan prakonsepsi.
Tujuan : catin mengetahui tentang kebutuhan gizi yang sesuai dengan kebutuhan
dirinya, faktor resiko yang ditimbulkan jika terjadi kelainan segera
mendapatkan penanganan.
Intervensinya adalah :
a. Jalin komunikasi interpersonal
b. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan antopometri
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum pasien, dan status gizi klien
pranikah.
c. Berikan edukasi kesehatan mengenai gizi seimbang untuk persiapan prakonsepsi.
Rasional : pengetahuan dan pendidikan gizi seimbang bertambah, mampu
menerapkannya pada dirinya.
d. Kaji kelengkapan status imunisasi TT.
Rasional : untuk mengetahui pencapaian status TT klien mencapai TT5.
e. Berikan tablet tambah darah, dan menjelaskan cara meminumnya
Rasional : TTD diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya anemia
f. Diskusikan kontrasepsi yang akan dilakukan klien jika mennunda kehamilan.
Rasional : mendapatkan kontrasepsi yang sesuai untuk menunda kehamilan.
2.2.6 Pelaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011:6). Bidan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based
kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
2.2.7 Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan segera setelah selesai
melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera didokumentasikan.

17
2.3 Sistem Pendokumentasian SOAP
Sistem pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan SOAP yaitu :
S : Data Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian asuhan kebidanan hasil pengumpulan dari
klienmelalui anamnesa.
O : Data Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien dan test
diagnosiklain yang dirumuskan dala data focus untuk mendukung asuhan.
A : Assesment / Analisa
Menggunakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dalam
identifikasi.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi perencanaan
berdasarkan assessment.

18
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengkaji : Afif Fironika


Tanggal : 30 April 2023
Pukul : 09.00 WIB
Data Subjektif
a. Biodata
Calon Istri Calon Suami
Nama : Nn. Y Nama : Tn. B
Umur : 25 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa, Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Mojokerto
Nomor tlp : 081xxxxxxxx
b. Keluhan
Klien mengatakan bahwa tidak ada keluhan.
c. Alasan datang
Klien datang bersama dengan calon suaminya dan ingin memeriksakan diri sebagai
calon pengantin wanita.
d. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari (Teratur)
Lama : 6-7 hari
Volume : ganti 4-5 pads/hari
Disminorae : Kadang-kadang
Fluor Albus : tidak
e. Riwayat Penyakit Sekarang
Perempuan
- Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular (Hepatitis B, Infeksi
Menular Seksual, HIV-AIDS).
- tidak memiliki riwayat penyakit menahun (hipertensi, diabetes mellitu, dll)
- tidak memiliki riwayat penyakit menurun (Thalasemia, Hemofilia, Diabetes mellitus).

19
f. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu dan tidak pernah dirawat
dirumah sakit.
g. Riwayat Penyakit Keluarga
- Klien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular (Hepatitis B,
Infeksi Menular Seksual, HIV-AIDS).
- tidak memiliki riwayat penyakit menahun (ginjal, jantung, dll)
- tidak memiliki riwayat penyakit menurun (Thalasemia, Hemofilia,
Diabetes mellitus).
h. Sexsuality (aktivitas seksual)
Hubungan sexual pranikah : tidak pernah sama sekali keduanya.
i. Screening Imunisasi TT
Klien mendapatkan imunisasi dasar lengkap Status imunisasi TT klien lengkap/TT5
j. Pola Kebiasaan Sehari-hari Perempuan
Pola Makan : Klien makan 3 kali sehari, dengan porsi sedang
Pola Aktivitas Fisik : Klien jarang olahraga
Pola Personal Hygine : Mandi 2 kali sehari, ganti celana dalam sesering mungkin
ketika terasa lembab dan minimal 2 kali sehari.
k. Pola Psikososial
- Rencana pernikahan didasarkan atas dasar suka sama suka, dan saling mencintai.
- Rencana menunda atau langsung memiliki anak : langsung memiliki anak.
- Rencana jumlah anak : klien masih dalam proses diskusi dengan calon pasangan

Data Objektif
a. Keadaan Umum Perempuan
Kesadaran : composmentis
TTV :
a) Tekanan darah : 110/80 mmHg
b) Nadi : 80 x/mnt
c) RR : 20 x/mnt
d) Suhu : 36˚C
e) BB : 60 Kg
f) TB : 160 cm
g) Lila : 26 cm
h) IMT : 23
20
b. Pemeriksaan Fisik
Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda, palpebra tidak oedem.
c. Program Terapi yang diperoleh
tidak ada
d. Pemeriksaan Penunjang
Perempuan
 Hb : 12,9 mg/dL.
 Golongan Darah : B+.
 HbsAg : Non Reaktif (NR)
 Deteksi dini masalah kesehatan jiwa (Self Reporting Questionnaire - 20) dengan nilai
jawaban ya <5 sehingga tidak terdeteksi adanya masalah psikologis.
Laki-Laki
 HB : 14,3 mg/dl
 Golongan Darah : O+
 HbsAg : Non Reaktif (NR)
 Deteksi dini masalah kesehatan jiwa (Self Reporting Questionnaire - 20) dengan nilai
jawaban ya <5 sehingga tidak terdeteksi adanya masalah psikologis.

Analisa Data
Nn.”Y” usia 25 tahun calon pengantin dengan persiapan prakonsepsi.

Penatalaksanaan
Tanggal : 30 April 2023
Pukul : 09.00 WIB
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan klien dalam keadaan sehat.
2. Berkolaborasi dengan teknisi laboratorium pemeriksaan darah yakni, Hb, Golongan
darah, dan Rhesus.
Hasil pemeriksaan laboratorium normal.
3. Mendiskusikan tentang,
- menjaga kesehatan reproduksi
- perencanaan kehamilan sehat
- pengetahuan tentang masa subur
Klien kooperatif dalam berdiskusi dan mampu memahami.
21
4. Mendiskusikan menghitung masa subur untuk membatu proses fertilisasi dan mengenali
tanda-tanda masa subur, yaitu:
- perubahan lendir serviks,
- dorongan seksual meningkat,
- temperature tubuh meningkat
- payudara lebih lunak.
Klien kooperatif dalam berdiskusi dan memahami penjelasan yang diberikan.
5. Memberikan edukasi tentang pencegahan stunting yang dapat dilakukan sejak masa
prakonsepsi.
Klien memahami penjelasan yang diberikan.
6. Memberikan edukasi untuk pencegahan kanker serviks, dengan cara dianjurkan untuk
melakukan IVA test (Inspeksi Visual Asamasetat) setiap 1 tahun sekali setelah aktif
melakukan hubungan seksual.
Klien mengerti penjelasan yang diberikan.

22
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari asuhan kebidanan yang telah diberikan terhadap Nn”Y”“ catin dengan persiapan
prakonsepsi maka penulis mengambil pembahasan antara fakta dan teori sebagai berikut.
Berdasarkan data subjektif alasan klien Nn”Y”“ datang sendiri untuk memeriksakan diri
sebagai calon pengantin wanita dan dengan status imunisasi TT lengkap. Sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa dalam menjalankan pre marital check up (pemeriksaan kesehatan pra nikah)
merupakan sebuah tindakan pencegahan yang wajib dilakukan untuk mencegah terjadinya
permasalahan kesehatan pada diri sendiri, pasangan, maupun keturunan ke depannya (Kemenkes
RI, 2018). Dalam penelitian mengatakan, calon pengantin wanita perlu dibekali pengetahuan yang
cukup tentang kesehatan reproduksi dan hak-hak reproduksi sehingga calon pengantin siap
menjadi seorang ibu (Hidayat, Dita;, 2018). Imunisasi TT menjadi salah satu program yang wajib
dilakukan oleh calon pengantin sebagai syarat mendaftar menikah. Hal ini merupakan upaya untuk
mencegah terjadinya tetanus neonatorum (Kemenkes RI, 2018). Dalam pembahasan ini tidak
terdapat kesenjangan antara fakta dan teori, status kesehatan pada periode prakonsepsi berperan
penting untuk mempersiapkan kehamilan dan tindakan yang dilakukan oleh klien yang datang
untuk memeriksakan dirinya merupakan waktu yang tepat untuk mengurangi risiko terjadinya
masalah baik gizi maupun masalah lain pada saat kehamilannya nanti.
Berdasarkan riwayat kesehatan klien dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit baik
penyakit menular (Hepatitis B, Infeksi Menular Seksual, HIV- AIDS), menurun (Thalasemia,
Hemofilia, Diabetes mellitus) ataupun menahun (ginjal, jantung, dll). Dalam hal ini menurut
Kemenkes 2018 menyatakan bahwa pasangan pembawa sifat thalassemia beresiko menurunkan
penyakit thalassemia kepada anak kandung dan keturunannya, begitu juga pada pembawa sifat
hemophilia, adapun penyakit Infeksi Menular Seksual yang dapat ditularkan saat melakukan
hubungan seksual (Kemenkes RI, 2018). Dalam pembahasan ini tidak terdapat kesenjangan antara
fakta dan teori, dimana seorang calon pengantin idealnya tidak memiliki riwayat penyakit baik
menurun, menular ataupun menahun sehingga tidak membahayakan pada saat pasangan menikah
dan memiliki anak keturunan.
Dalam pengkajian data objektif didapatkan hasil BB: 60 kg, TB: 160 cm, dan IMT : 23
(normal), LiLa 26 cm, kadar Hb: 16 mg/dL, HbsAg NR. Sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa asupan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang. Asupan
rendah secara terus menerus dapat menyebabkan gizi kurang dan rendah nya kadar hemoglobin
karena kebutuhan zat gizi terutama protein dan zat besi yang tidak terpenuhi. Kualitas diet adalah
salah satu indikator yang dapat menggambarkan pola konsumsi makanan seseorang (Fariski,

23
Cindy; Dieny, Fillah; Wijayanti, Hartanti;, 2020). Masalah kesehatan yang sering dialami wanita
prakonsepsi selain KEK dan dapat mempengaruhi selama masa kehamilan adalah anemia. Oleh
karena itu penting adanya tindakan pencegahan anemia mulai dari masa prakonsepsi (Fariski C.;
Dieny F.; Wijayanti H.;, 2019). Dalam pembahasan ini tidak terdapat kesenjangan antara fakta dan
teori, dimana klien kerap menerapkan pola hidup sehat sehingga status gizi klien terpantau sehat
dan klien dapat dikatakan telah siap secara fisik dalam untuk merencanakan kehamilan.
Berdasarkan data penunjang yaitu pemeriksaan kadar Hb, didapatkan hasil 12,9 mg/dL dan
Golongan darah B dengan rhesus +. Sesuai teori yang menyatakan bahwa kandungan kadar Hb
normal pada yaitu >12 mg/Dl, dimana anemia sering dialami oleh perempuan karena kurangnya
asupan atau konsumsi makanan yang mengandung zat besi, pengaturan pola makan yang salah,
gangguan haid/haid abnormal, dan penyakit lainnya seperti kecacingn, malaria. Anemia pada calon
pengantin wanita dapat menyebabkan bayi lahir premature, janin mengalami kelainan bawaan,
anemia pada bayi yang dilahiran, dan resiko mengalami perdarahan saat melahirkan. Dan pada
penderita thalassemia kadar hemoglobin rendah karena akibat kekurangan protein pembentuk sel
darah merah yang menyebabkan sel darah merah mudah pecah, sehingga mengalami kurang darah
berat yang dapat mengancam jiwa (Kemenkes RI, 2018). Pada pemeriksaan golongan darah
terdapat pemeriksaan rhesus, dimana seorang ibu dengan Rh
negatif yang mengandung bayi rhesus positif berisiko mengalami gangguan kesehatan
yang akan menimpa anak, terutama pada kehamilan kedua dan seterusnya. Jika hasil tes darah
menunjukkan faktor Rh positif, tidak ada tindak lanjut yang perlu dilakukan. Lain halnya ketika
hasil Rh menyatakan tidak memilikinya, alias negative. Jika bayi berikutnya kembali Rh positif,
antibodi ini dapat melewati plasenta dan merusak sel darah merah bayi. Kondisi ini dapat
menyebabkan anemia yang mengancam jiwa, suatu kondisi di mana sel merah lebih cepat
dihancurkan daripada digantikan oleh tubuh bayi (Kemenkes RI, 2018). Dalam pembahasan ini
tidak terdapat kesenjangan antara fakta dan teori dimana hasil kedua mempelai norma dan rhesus
menyatakan sama sama +, dalam hal ini untuk perencanaan kehamilan dapat dilakukan segera
setelah pernikahan.
Analisa data yang ditegakkan dalam asuhan kebidanan ini yaitu calon pengantin dengan
persiapan prakonsepsi, karena sesuai dengan hasil dari pengkajian data subjektif maupun data
objektif yang telah dilakukan, dalam penatalaksanaan yang telah dilakukan terkait menjaga
kesehatan reproduksi, perencanaan kehamilan, penyakit yang perlu diwaspadai catin, pengetahuan
tentang masa subur, gizi seimbang, dan deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara secara
dini, sehingga dapat membantu klien mempersiapkan kehamilan secara aman, sehat dan selamat
bagi ibu dan bayi.

24
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan holistik Prakonsepsi Nn. Y dengan persiapan
prakonsepsi di wilayah kerja Puskesmas Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto penulis
dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Pada pengkajian data subjektif didapatkan tidak ada keluhan dan klien datang ke
puskesmas ingin memeriksakan diri sebagai calon pengantin. Pada riwayat keseahatan
klien dan keluarga tidak ada riwayat penyakit menular, menurun, maupun menahun.
2. Pada pengkajian data objektif didapatkan hasil pemeriksaan fisik dan pengukuran
antropometri normal dengan TTD: 110/80, BB:60, TB: 160 cm, LILA 25cm, IMT 23.
3. Pada hasil pemeriksaan penunjang dalam batas normal yakni HB 12.9mg/dl, golongan
darah B dan rhesus positif
4. Analisa data yang dirumuskan yakni Nn. Y usia 25 tahun calon pengantin dengan
persiapan prakonsepsi di wilayah kerja Puskesmas Dawar Blandong Kabupaten
Mojokerto
5. Rencana tindakan pada catin Nn. Y dengan persiapan prakonsepsi di wilayah kerja
Puskesmas Puskesmas Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto yaitu, memberikan
edukasi tentang kesehatan reproduksi, memberikan informasi tentang menghitung
masa subur untuk membantu masa fertilisasi dan memberikan informasi tentang
mempersiapkan kehamilan yang sehat.
6. Evaluasi tindakan yang dilakukan pada catin Nn. Y usia 25 tahun dengan persiapan prakonsepsi
telah terlaksana dan klien bisa kooperatif dan paham.
5.2 Saran
1. Bagi Klien
Diharapkan klien dapat menerapkan edukasi yang telah diberikan sehingga mejadi
calon pengantin dengan persiapan prakonsepsi yang matang.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada prakonsepsi sehingga klien mendapatkan
penanganan yang sesuai dan optimal.

25
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. (2009). BKKBN dan BP4 KUA Tingkatkan Kerjasama Bekali Pengetahuan Memasuki Kehidupan
Berkeluarga. Jakarta: Tribunnews.
BKKBN. (2018). Buku Saku Pembekalan Calon Linto dan Dara Baro ... Dan Seksual Bagi Catin Terhadap
Pengetahuan Catin Tentang Reproduks. Jakarta: BKKBN.
Fariski C.; Dieny F.; Wijayanti H.;. (2019). KUALITAS DIET, STATUS GIZI DAN STATUS ANEMIA
WANITA PRAKONSEPSI ANTARA DESA DAN KOTA.
Journal of The Indonesian Nutrition Association, 1(43), 11-24.
Fariski, Cindy; Dieny, Fillah; Wijayanti, Hartanti;. (2020). KULATITAS DIET, STATUS GIZI DAN
STATUS ANEMIA WANITA PRAKONSEPSI ANTARA DESA DAN KOTA. GIZI INDONESIA,
1(43), 11-24.
Hidayat, Dita;. (2018). Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.Jakarta: Trans Info
Media.
Irwan;. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: Deepublish. Kemenkes RI . (2018).
Epidemi Obesitas. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI . (2019). 7 Jenis Tes dalam Cek Pra-Nikah yang akan Dijalani Calon Pengantin. Jakarta:
Direktorat Promosi kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat.
Kemenkes RI. (2018). BUKU SAKU BAGI PENYULUH PERNIKAHAN KESEHATAN REPRODUKSI
CALON PENGANTIN. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2018). Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2018). Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Pra Nikah. Jakarta: Direktorat Promosi
Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat.
Kemenkes RI. (2018). Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Pra Nikah. Jakarta: Direktorat Promosi
Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat.
Kumalasari, Intan; Andhyantoro;. (2014). Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.
Yunita, Evi; Pratami, Evi; Maharani, Titi;. (2020). PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN
HOLISTIK PADA PRAKONSEPSI. Surabaya: Poltekkes Kemenkes Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai