Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Mpi 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 33

MATERI INTI 2.

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DAN MANAJEMEN RISIKO K3


DI FASYANKES

I. DESKRIPSI SINGKAT
Dengan meningkatnya pemanfaatan Fasyankes sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan, penerapan manajemen risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di
Fasyankes mutlak harus dilaksanakan. baik sumber daya manusia (SDM) di
Fasyankes, pasien dan pengunjung/pengantar, kontraktor maupun masyarakat sekitar
Fasyankes, perlu mendapat perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan
/kecelakaan kerja yang dapat ditimbulkan oleh proses kegiatan pemberian pelayanan
maupun kondisi lingkungan Fasyankes
Fasyankes dalam kegiatannya harus menciptakan kondisi yang aman, nyaman dan
sehat. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan manajemen risiko K3 secara terintegrasi
dan menyeluruh sehingga risiko Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Kerja dapat
diminimalisir.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan identifikasi potensi
bahaya dan melakukan pengendalian risiko K3 di Fasyankes

B. Tujuan khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
1. Melakukan identifikasi potensi bahaya
2. Melakukan penilaian risiko K3
3. Melakukan pengendalian risiko K3 di Fasyankes

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
A. Melakukan Identifikasi Bahaya.
1. Fisik
2. Kimia
3. Biologi
4. Psikososial
5. Ergonomi
6. Keselamatan
B. Menerapkan Konsep dasar Manajemen Risiko
1. Pengertian
2. Ruang Lingkup
3. Tahapan Manajemen Risiko
a. Persiapan manajemen Risiko
b. Identifikasi Risiko
c. Penilaian risiko K3
d. Pengendalian risiko K3 di Fasyankes

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 95
IV. METODE
Metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
 Ceramah dan tanya jawab
 Diskusi kasus
 Observasi Lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


Media dan alat bantu yang digunakan adalah sebagai berikut:
 Bahan tayang
 Modul
 LCD
 Laptop
 Spidol
 Laser pointer
 Whiteboard/ flipchart dan spidol
 Lembar kasus
 Panduan diskusi kasus
 Panduan observasi lapangan

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian materi


1. Fasilitator menyampaikan materi dengan power point mulai dari pokok bahasan 1
dan 2 dengan menggunakan metode ceramah-tanya/jawab.
2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta mengenai hal-hal yang belum
dipahami terkait materi yang disampaikan.
3. Pada pokok bahasan 2, fasilitator memberikan latihan cara mengidentifikasi
bahaya

Langkah 3. Diskusi Kasus


1. Fasilitator membagi peserta menjadi 4-5 kelompok
2. Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan diskusi
3. Fasilitator membagikan kasus ke setiap kelompok dan memberikan kesempatan
kepada setiap kelompok untuk melakukan diskusi
4. Fasilitator memberi kesempatan kepada perwakilan tiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya selama 10 menit dan 5 menit proses tanya-
jawab untuk setiap kelompok

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 96
5. Fasilitator memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi setiap kelompok

Langkah 4. Rangkuman
1. Fasilitator melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan kepada peserta
terkait materi yang telah disampaikan
2. Fasilitator membuat rangkuman materi yang telah disampaikan

VII. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1

A. IDENTIFIKASI BAHAYA POTENTIAL DI FASYANKES

Fasyankes sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya bagi kesehatan. Potensi
bahaya tersebut terdapat di setiap ruangan baik di dalam maupun di luar gedung,
potensi tersebut dapat timbul dari lingkungan tempat kerja, proses kerja, cara kerja, alat
dan bahan kerja yang dapat memungkinkan terjadinya penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja
Tujuan pengenalan potensi bahaya dan penyakit di fasyankes diharapkan SDM dapat
melakukan pengendalian dengan benar sehingga terhindar dari berbagai masalah
kesehatan akibat dari pekerjaanya yaitu PAK dan KAK

Beberapa metode untuk mengidentifikasi atau mengenali bahaya potensial yang ada di
fasilitas pelayanan kesehatan adalah:
- Melakukan inspeksi unit-unit yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan: dengan
melakukan survei jalan selintas (walkthrough survey) untuk melakukan pengamatan
terhadap jenis kegiatan, alur kerja, pekerja yang berisiko, metode atau prosedur
kerja, peralatan dan material/bahan yang digunakan, serta kondisi lingkungan kerja
di masing-masing unit kerja.
- Melakukan konsultasi dan diskusi dengan SDM
- Melakukan peninjauan ulang terhadap informasi yang ada, seperti peninjauan ulang
terhadap alur kerja, metode atau prosedur kerja, serta peralatan dan material/bahan
yang digunakan di unit kerja

Metode yang paling sering dilakukan untuk melihat bahaya potential di Fasyankes bisa
dilakukan dengan SURVEY JALAN SEPINTAS (walk through survey) yang terdiri dari 3
aktivitas utama yaitu:
 Lihat (see), yaitu melakukan identifikasi atau rekognisi bahaya di lingkungan kerja
 Pikirkan (think), yaitu melakukan evaluasi terhadap potensi bahaya yang termatai
dan ditemukan.
 Kendalikan (Do), yaitu merumuskan upaya pengendalian terhadap bahaya yang ada.
Jenis bahaya potential di tempat kerja meliputi :
1. Bahaya potential fisik yang meliputi bahaya kebisingan, pencahayaan, suhu/
tekanan panas, radiasi vibrasi dan debu
2. Bahaya potential penggunaan bahan kimia
3. Bahaya potential ergonomi
4. Bahaya potential biologi
5. Bahaya potential psikososial

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 97
6. Bahaya potential kecelakaan kerja

Berikut beberapa contoh bahaya potential di Fasyankes :

Tabel 2.1. Contoh Bahaya Potential di Fasyankes berdasrkan jenis bahaya potential

FISIK KIMIA ERGONOMI BIOLOGI PSIKOSOSIAL KECELAKAAN


KERJA
Kebisingan Disinfektan Postur yang AIDS, berhubungan Tertusuk jarum
bila salah dalam Hepatitis B dengan bahan
Cytotoxics melakukan dan Non A- berbahaya dan Terpeleset
Pencahayaa pekerjaan Non B
Formaldehyd infeksius
n yang Terjatuh
kurang e Cytomegalov
Pekerjaan irus Beban kerja
Tersengat
Debu di Solvents yang listrik
berulang Rubella Jam kerja
ruang obat
Gas-gas sisa ulang panjang
pembakaran (repetitive Tuberculosis
Getaran alat
(CO, CO2, Kerja gilir
dari mesin
Sox, NOx) Pekerjaan
gigi
statik yang Kondisi kritis
Radiasi dari dilakukan Konflik peran
kamar secara
rontgen manual Understaffing

Suhu panas
atau suhu
terlalu dingin

Berikut adalah contoh potensi bahaya yang ada di suatu Fasyankes :

Tabel 2.2. Potensi bahaya secara khusus berdasarkan Ruangan di Fasyankes


Ruangan Bahaya Fisik Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
Kimia Biologi psikososial Ergonomi kecelakaan
kerja
Ruang tunggu dan  Pencahayaan  Debu  Virus  Hubung  Duduk Terpeleset,
pendaftaran/rekam kurang  Bahan  Bakteri an terlalu terjatuh
medic  Suhu/kelemba Pember  Jamur petugas lama >2 Tersandung,
ban sih  Vektor dan dengan jam tanpa Tergores,
 Radiasi ruangan binatang klien bergerak Tersetrum,
computer pembawa  Pengatur  Ruang Tertimpa
(untuk monitor penyakit an dan kerja barang,
jenis Shift kerja sempit, Ancaman
tabung/CRT)  Beban tidak benda tajam
kerja sesuai
berlebih standar
 Posisi kerja
tidak

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 98
Ruangan Bahaya Fisik Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
Kimia Biologi psikososial Ergonomi kecelakaan
kerja
natural
 Penempat
an alat
kerja
termasuk
komputer
tidak
ergonomis

Ruang periksa  Pencahaya  Debu  Virus  Shift kerja  Posisi  Terpeleset,


umum an kurang  Bahan  bakteri  Jam kerja monoton > terjatuh,
 Suhu/kelem Disinfekt  Jamur panjang 2jam  Tersandung,
baban udara an  Vektor  Pekerjaan tergores,
kurang nyaman  Antiseptik dan monoton  Tata letak  Tersetrum,
 Merkuri binatang  hubungan ruang  Tertimpa
pembawa dengan barang,
penyakit klien ancaman
 Hubunga benda
n antara tajam,
rekan Tertusuk
kerja dan jarum
pimpinan
Ruang periksa gigi  Pencahayaan  Merkuri  Virus bakteri  Shiftkerja  Posisi  Tertusuk
Getaran (amalgm)  Jamur  Jam kerja tidak jarum
 Kebisingan  Silikat  Vektor dan panjang natural  Jari tergigit
 Radiasi  Klorethil binatang  Pekerjaan (tidak pasien
 lampu halogen  Klorin pembawa monoton ergonomi)  Tersetrum
penyakit  Hubungan  Menggen  Terpeleset
dengan ggam,  Tersembur
klien gerakan pasien
 Hubungan berulang  Tertendang
antara  Berdiri
rekan lama
kerja dan
pimpinan
Ruang  Suhu  Disinfek  Percikan  Stress  Posisi tidak  Tertusuk
KIA/KB/Imunisasi  Kelembaban tan darah dan kerja natural jarum
 Pencahayaan  Merkuri cairan tubuh  Shift  Beban  Tersayat alat
 Radiasi alat (ekskreta) kerja manual tajam
 Virus HIV,  Jam (angkat  Terpeleset
hepatitis B kerja angkut  Tersetrum

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 99
Ruangan Bahaya Fisik Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
Kimia Biologi psikososial Ergonomi kecelakaan
kerja
 bakteri panjang pasien  Tersandung
 Jamur  Terjatuh

Ruang  Pencahayaan  Bahan  Bakteri  Stress  Posisi  Terpeleset,


konseling/KIE kurang Penghar  Virus  Hubung monoton >  Terjatuh,
 Suhu/kelemba um  Jamur an 2jam  Tersandung
ban ruangan  Vektor dengan  Tata letak
 Radiasi  Desinfekt klien/pas ruang
komputer an ien  Work
 Debu  Hubung station
an tidakergo
interpers nomis
onal
pegawai
Ruang sterilisasi  Pencahayaan  Klorin,  Virus  Kerja  Berdiri  Kesetrum
kurang  Formalde  Bakteri monoton lama  Tertusuk
 Suhu panas hyde  Jamur  Hubung  Angkat benda tajam
dari alat  Cairantubuh an antar angkut  Terpeleset
sterilitator rekan barang
 Bising dari alat kerja
 Getaran
 Gelombang
elektromagne
Tik
Laboratorium  Suhu dan  Reagen  Bakteri Beban kerja  Posisi tidak •Tertusuk
kelembaban  Desinfek  Virus Shift kerja natural jarum
 Getaran tan  Jamur  Posisi •Tergores
 Pencahayaan  Media/kult  Parasit Statis benda tajam
 Sinar UV ur  Limbah •Ledakan
 Aerosol infeksius bahan kimia

 Percikan •Kebakaran

Kontaminasi •Tumpahan
bahan kimia,
atau specimen
Ruang tindakan  Suhu  Disinfekt Cairan tubuh Shift kerja Posisi Tertusuk
 Kelembaban an mengandung Hubungan janggal jarum,
 Pencahayaan  Alkohol Virus , interperson Berdiri lama Tersayat
 kloretil Bakteri, al benda tajam
jamur

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 100
Ruangan Bahaya Fisik Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
Kimia Biologi psikososial Ergonomi kecelakaan
kerja
Ruang rontgen •Radiasi pengion Bahan cuci •Bakteri Hubungan  Angkat •Terpeleset,
•Suhu dan film •Virus interperson angkut terjatuh
kelembaban •Jamur, al  Posisi •Tersandung,
•Pencahayaan Vektor dan kerja tidak tergores,
kurang binatang natural tersetrum,terti
pengganggu mpa barang

Ruang USG/EKG •Radiasi •Debu •Bakteri Hubungan Pekerjaan •Tersetrum


• gelombang Tinta printer •Virus, interperson yang •Tersandung
suara Jamur, al monoton
 Pencahayaan Vektor
•Suhu ruang
Farmasi •Suhu dan •Bahan  Jamur •Kerja •Angkat •Terpeleset,
kelembaban larutan  Virus monoton angkut terjatuh
 Pencahayaan antiseptik  Vektor •Beban •Posisi kerja •Tersandung,
kurang maupun kerja tidak natural, tergores,
desinfektan berlebih Gerakan tersetrum,
•Debu •Hubungan berulang Tertimpa
Obat dan dengan (repetitif) barang
bahan klien atau saat
lainnya pasien menggerus
 Hubunga obat
n dengan
rekan
kerja
Ruang Rawat Inap •Suhu •Disinfektan  Virus •Shift kerja 
•Posisi tidak Tertusuk
•Kelembaban •Obat-  Bakteri  Beban natural benda tajam
pencahayaan obatan  Jamur kerja •Angkat- atau alat
 Debu  Parasit  Hubungan angkut medis,
 Vector interperson pasien, Tersandung,
al barang terpeleset,
(Manual terjatuh,
handling) tersetrum
Ruang pimpinan/  Pencahaya  Bahan Tungau •Stress  Duduk  Terpeleset,
Ruang an kurang Kimia Legionella •Beban terlalu terjatuh
administrasi/  Suhu/kelemb Penghar pada AC kerja lama >2  Tersandung,
Ruang rapat aban yang um berlebih jam kurang tergores,
kurang ruangan •Job desk bergerak tersetrum,
nyaman  Debu yang tidak  Ruang  tertimpa
 Radiasi jelas kerja barang
computer Hubungan sempit,

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 101
Ruangan Bahaya Fisik Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
Kimia Biologi psikososial Ergonomi kecelakaan
kerja
(untuk interperson tidak
monitor jenis al pegawai sesuai
tabung/CRT) standar
 Posisi kerja
tidak
natural
 Penempat
an alat
kerja
termasuk
komputer
tidak
ergonomis
Ruang administrasi Kelembaban Debu Jamur  Beban  Duduk Terpeleset,
Pencahayaan kerja lama >2 Terjatuh
berlebih jam Tersandung,
 Kerja  Posisi Tergores,
monoton kerja yang Tersetrum,
 Hubungan tidak Tertimpa
interperso natural barang
nal  Tata letak
komputer
 Tata letak
ruang
Gudang obat Suhu dan  Bahan Jamur Kerja Angkat Terpeleset,
kelembaban larutan vector monoton angkut Terjatuh
Pencahayaan obatantis (tikus, Beban kerja Posisi kerja Tersandung,
kurang eptik kecoak) berlebih tidak natural Tergores,
maupun Tersetrum,
desinfekt Tungau Tertimpa
an Legionella barang,
 Debu pada AC Terbakar
Obat
Gudang logistic Suhu dan  Bahan Jamur, Kerja Angkat Terpeleset,
kelembaban larutan vector monoton angkut Terjatuh
Pencahayaan obat (tikus, Beban kerja Posisi kerja Tersandung,
kurang antiseptik kecoak) berlebih tidak natural Tergores,
maupun Tersetrum,
desinfekt Tertimpa
an barang
 Debu

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 102
Ruangan Bahaya Fisik Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
Kimia Biologi psikososial Ergonomi kecelakaan
kerja
Dapur atau pantry  Suhu panas Debu  Bakteri Hubungan Angkat  Lantai licin
 Kelembaban  Vektor interperson angkut  Tabung gas
 Pencahayaan  Binatang al manual
pembawa Postur
penyakit janggal

Ruang ASI Suhu dan


Kelembaban

Toilet  Kelembaban  Bahan  Bakteri Terpeleset,


 Pencahayaan kimia (E.coli) terjatuh
 Desinf  Parasit
ektan  Virus
Ruang Laundry  Suhu  Deterjen  Virus  Kerja  Manual  Terpeleset
 Kelembaban  Klorin  Bakteri monoton handling  Tersetrum
 Getaran  Disinfekt  Jamur  Beban (angkat  Tersandung
 Bising an  Bahan linen kerja angkut)  Tersundut
 Bahan yang berlebih  Repetitif setrika
Pewangi terkontamin  Hubung  Postur  Ledakan gas
asi pasien an janggal/
infeksius interpers statis
onal
Ruang genset Suhu  Bahan - - -  Tersengat
Kebisingan bakar listrik
Getaran  Gas CO  Ledakan
 Keracunan
gas CO
Ruang TPS
(Tempat  Suhu  Gas  Virus  Angkat-  Tersayat
Penampungan  Kelembaban metana  Bakteri angkut benda
sementara limbah  Pencahayaan  Bau  Jamur tajam
alami tajam  vektor  Tertusuk
 B3 jarum
(bohlam
pecah,
batu
baterai
bekas,
botol
tinta,

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 103
Ruangan Bahaya Fisik Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
Kimia Biologi psikososial Ergonomi kecelakaan
kerja
pengha
rum
ruangan
(spray)
bekas,
dll)

Potensi bahaya umum yaitu potensi bahaya dan kemungkinan masalah kesehatan dan
atau kecelakaan kerja yang mungkin timbul yang sama terdapat di setiap ruangan seperti
tabel di bawah ini:
Tabel 2.3. Potensi bahaya Umum di Fasyankes
No. Potensi Jenis Bahaya Masalah Kesehatan/ Kecelakaan Kerja
Bahaya
1 Fisik  Pencahayaan  Gangguan mata Tertusuk bena
 Suhu/kelembaban  Kepanasan, kedinginan tajam
 Ventilasi  Stress
 Pengap
2 Biologi  Lalat,  Diare,
 kecoa,  Pes,
 tikus,  Malaria,
 nyamuk, kucing  Demam Berdarah,
 Typhoid,
 TORCH
3 Ergonomi  Posisi Duduk terlalu Gangguan Muskuloskeletal Kram
lama (> 6 jam)
 Posisi berdiri (> 4
jam)
4 Psikososial  Hubungan sesama  StresKerja Terjatuh
petugas/interpersona
l  Kelelahan
 Beban kerja  Stres kerja
 Shift kerja  Stres kerja
 Kesejahteraan
5 Sanitasi  Sampah non medis  Pencemaran
 Air bersih lingkungan, penularan
 Jamban penyakit Infeksi
6 Gaya Hidup  Pola makan  Gangguan gizi 
 Olahraga  Penyakit tidak menular
 Merokok  Gangguan paru
 Perilaku kerja  PAK, KAK

No. Potensi Jenis Bahaya Masalah Kesehatan/ Keselamatan Kerja


Bahaya
7 Kontruksi  Bangunan (dinding,   Kecelakaan
bangunan tangga, lantai, atap) akibat tertimpa,
tersandung,
Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 104
 Pintu masuk/keluar terpeleset
 Tata letak ruangan  Terbentur,
 Ukuran ruangan tertabrak
 Kenyamanan
terganggu
Listrik:  Terbentur,
 Kabel terkelupas kenyamanan
 Instalasi yang tidak terganggu
standar
 Hubungan arus  Luka setrum
pendek.  Luka bakar,
 Beban listrik kebakaran
berlebihan
 Kebakaran
 Kebakaran

POKOK BAHASAN 2

B. KONSEP DASAR MANAJEMEN RISIKO


1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup manajemen Risiko Mencakup identifikasi dan penilaian bahaya
potensial untuk mengetahui seberapa besar risiko yang mungkin terjadi tindakan
penanganannya, serta skala prioritas penanganan yang harus dilakukan
Mencakup seluruh proses pelayanan atau kegiatan yang dilakukan di Fasyankes
termasuk kegiatan yang dilakukan oleh pihak ketiga

Tujuan Manajemen Risiko


 Menghindarkan /meminimalisir bahaya potensial di tempat kerja agar
terhindar dari gangguan kesehatan, PAK dan KAK
 Meminimalisasi meluasnya efek yang tidak diinginkan
 Melaksanakan program manajemen secara efisien
 Menjadi dasar untuk penyusunan program yang tepat
 Memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi dengan meminimalkan
kerugian

2. TAHAPAN MANAJEMEN RISIKO


Manajemen risiko merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari proses
organisasi. Manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang
sistematis, terkoordinasi dan tepat waktu dalam rangka mengendalikan risiko,
yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari suatu risiko.

Prinsip dasar dalam manajemen risiko K3 dikenal dengan singkatan HIRARC,


yang terdiri dari Hazard Identification, Risk Assessment dan Risk Control
yang merupakan alur berkelanjutan dan dijalankan secara bertahap.
Proses HIRARC ini harus terus dievaluasi secara berkesinambungan untuk
memastikan efektivitas dari pengontrolan risiko sumber bahaya. Proses HIRARC
dimulai lagi dari awal apabila terjadi perubahan pada sistem atau pengenalan alat
dengan potensi sumber bahaya baru.

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 105
Langkah-langkah HIRARC:

 Hazard identification : identifikasi semua sumber bahaya potensial yang ada di


tempat kerja.
 Risk Assessment : menilai tingkat risiko timbulnya kecelakaan kerja atau PAK
dari sumber bahaya tersebut.
 Risk Control atau kontrol terhadap tingkat risiko kecelakaan kerja dan PAK

Mengacu kepada AS/NZS 4360 tahun 2004 yang diadopsi ke dalam ISO 31000,
proses implementasi manajemen risiko terdiri atas beberapa aktivitas dan
tahapan.:
a. Persiapan Manajemen Risiko
b. Identifikasi Risiko
c. Analisis Risiko
d. Pengendalian Risiko

a. PERSIAPAN MANAJEMEN RISIKO

Persiapan manajemen risiko dilakukan untuk menentukan parameter (baik parameter


internal maupun eksternal) yang akan diambil dalam upaya manajemen risiko,
termasuk penentuan ruang lingkup dan kriteria risiko K3 di tempat kerja. Kegiatan
penetapan konteks dalam penilaian risiko K3 ini meliputi:
1) Memahami peraturan perundangan K3 yang berlaku

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 106
2) Pembentukan tim pelaksana manajemen risiko K3
3) Penentuan wewenang dan tanggung jawab tim pelaksana manajemen risiko
K3
4) Penentuan ruang lingkup manajemen risiko K3, seperti misalnya : Penentuan
semua aktivitas di tempat kerja termasuk pelayanan kesehatan, penentuan
jenis bahaya yang akan dikelola, meliputi bahaya fisik, biologi, kimia,
ergonomi, atau psikososial
5) Penentuan metode analisis risiko K3, seperti metode kualitatif atau
semikuantitatif
6) Penentuan waktu pelaksanaan evaluasi risiko K3 , Pengembangan
kriteria/matriks risiko K3, bagaimana cara menentukan tingkat kemungkinan
(likelihood), pada tingkat risiko dikategorikan dapat diterima (acceptable atau
tolerable)
Dalam pengembangan kriteria/matriks risiko K3, faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan antara lain untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
memiliki kebutuhan untuk mengelola risiko yang sederhana dapat
menggunakan metode kualitatif.

b. IDENTIFIKASI RISIKO

Pengertian bahaya dan Risiko ::

1) Bahaya (hazard), yaitu suatu keadaan/kondisi/peralatan/metode


kerja/material yang dapat mengakibatkan (berpotensi) menimbulkan kerugian
baik bagi keselamatan maupun kesehatan pekerja,

2) Risiko, yaitu kemungkinan/peluang suatu hazard menimbulkan dampak pada


keselamatan dan kesehatan , yang bergantung pada,
a. Pajanan, Frekuensi, Konsekuensi
b. Dose - Response

3) Probabilitas: Kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya sesuatu.

4) Konsekuensi: Dampak yang ditimbulkan akibat pajanan bahaya seperti


penyakit akibat kerja, kecelakaan akibat kerja, bahkan kematian.

Identifikasi risiko adalah upaya untuk mengenali sesuatu atau keadaan atau bahaya
yang berpotensi menimbulkan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Identifikasi bahaya potensial ini bukan hanya kegiatan
mengenali bahaya potensial itu sendiri tetapi juga mempelajari karakteristik bahaya
potensial secara spesifik dan mengidentifikasi pekerja yang berisiko sehingga
tindakan pengendalian yang tepat dapat ditentukan.

Pada umumnya, risiko dapat disebabkan karena aspek-aspek berikut dan interaksi
antar aspek tersebut, seperti:
- Lingkungan kerja fisik
- Peralatan dan material/bahan yang digunakan
- Proses kerja dan bagaimana proses kerja tersebut dilaksanakan
- Desain pekerjaan dan manajemen

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 107
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola. Identifikasi
harus dilakukan terhadap semua risiko, baik risiko terhadap keselamatan maupun
kesehatan di tempat kerja.

Langkah langkah Identifikasi RISIKO

Langkah-langkah untuk proses identifikasi bahaya dan pengendalian risiko adalah :


1) Tentukan jenis pekerjaan/proses/kegiatan
2) Buat potensi bahaya dan risikonya
misalnya : potensi bahaya tindakan bedah minor  dapat menyebabkan luka
sayat akibat pisau bedah
3) Beri penilaian untuk masing-masing kemungkinan terjadi dan tingkat
keparahannya. Dapat dibuat skala 1 ( low risk) sd 5 ( extreme risk).
misalnya : kemungkinan sangat jarang: nilai =1
keparahan : luka ringan (nilai 1 )
Kemungkinan X keparahan = 1 x 1  low risk
4) Buat pemetaan risiko berdasarkan tingkat keparahan
5) Buat pengendalian risiko sesuai hierarki ( eliminasi, substitusi, rekayasa teknis,
pengendalian administrasi, APD/Alat Pelindung Diri)

Tabel 2.4.. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko di Fasyankes antara lain :
Faktor Komponen yang berperan
Organisasi dan Manajemen  Sumber dan keterbatasan keuangan
 Struktur organisasi
 Standar dan tujuan kebijakan
 Safety culture
Lingkungan pekerjaan  Kualifikasi staf dan tingkat keahlian
 Beban kerja dan pola shift
 Desain, ketersediaan dan pemeliharaan alkes
 Dukungan administratif dan manajerial
Tim  Komunikasi verbal
 Komunikasi tulisan
 Supervisi dan pemanduan
 Struktur tim
Individu dan staf  Kemampuan dan ketrampilan
 Motivasi
 Kesehatan mental dan fisik
Penugasan  Desain penugasan dan kejelasan struktur penugasan
 Ketersediaan dan pemanfaatan prosedur yang ada
 Ketersediaan dan akurasi hasil tes
Karakteristik pasien  Kondisi ( Keparahan dan kegawatan)
 Bahasa dan komunikasi
 Faktor sosial dan personal

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 108
c. ANALISIS/PENILAIAN RISIKO K3

Risiko harus dilakukan analisis dan evaluasi risiko untuk mengetahui mana yang
risiko tinggi, sedang dan rendah. Hasil penilaian dilakukan intervensi atau
pengendalian. Intervensi terhadap risiko mempertimbangkan pada kategori risiko
yang tinggi.
Untuk mengetahui kategori risiko tinggi, sedang, atau rendah secara teori dilakukan
dengan rumus:

RISIKO = EFFEK X PROBABILITAS

Tujuan dari analisis risiko:


1) Sebagai data awal untuk menilai apakah risiko K3 yang ada di tempat kerja dapat
diterima, atau tidak dapat diterima
2) Sebagai data awal dalam mengambil keputusan guna menyusun program
pengendalian risiko
Dalam melakukan analisis risiko, terdapat berbagai metode penilaian yakni analisis
risiko secara kualitatif dan semi kuantitatif.

1) Analisis Kualitatif
Dalam analisis kualitatif, tingkat risiko dinilai dengan menggunakan skala deskriptif
saja, dengan menggunakan sebuah formulir analisis risiko yang sederhana namun
komprehensif.
Analisa risiko dapat dilakukan dengan metode kualitatif dengan melihat efek
bahaya potensial (efek) dan kemungkinan terjadinya (probabilitas).
Efek paparan dapat dikategorikan menjadi ringan, sedang, berat (Lihat Tabel 2.5).
Probabilitas dapat dibedakan menjadi hampir tidak mungkin, mungkin, dan sangat
mungkin (Lihat Tabel 2.6).
Untuk menentukan kategori risiko sesuai rumus di atas dapat dilihat pada Tabel 2.7
Secara sederhana risiko tinggi dapat dilihat dan diketahui dari seberapa sering
(frekuensi) paparan tersebut kepada SDM Fasyankes dan durasi (lama) paparan
pada SDM Fasyankes. Contoh yang termasuk kategori risiko tinggi di Fasyankes
adalah tertusuk jarum suntik dan bahaya faktor biologi seperti bakteri, virus, jamur.
Ruang risiko tinggi pada Fasyankes terjadi pada karyawan di ruang poli umum,
UGD, dan poli gigi.

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 109
Tabel 2.5. Kategori Efek/Dampak/Konsekuensi
Dampak/
Efek pada Pekerja
Konsekuensi
Ringan Sakit atau cedera yang hanya membutuhkan P3K dan
tidak terlalu mengganggu proses kerja

Gangguan kesehatan dan keselamatan yang lebih serius


dan membutuhkan penanganan medis, seperti alergi,
Sedang dermatitis, Low Back Pain, dan menyebabkan pekerja
absen dari pekerjaannya untuk beberapa hari

Gangguan kesehatan dan keselamatan yang sangat serius


dan kemungkinan terjadinya cacat permanen hingga
Berat kematian, contohnya amputasi, kehilangan pendengaran,
pneumonia, keracunan bahan kimia, kanker

Tabel 2.6 Kategori Kemungkinan/Probabilitas


Kemungkinan/ Deskripsi
Probabilitas

Tidak mungkin Tidak terjadi dampak buruk terhadap kesehatan dan


keselamatan

Mungkin Ada kemungkinan bahwa dampak buruk terhadap


kesehatan dan keselamatan tersebut terjadi saat ini

Sangat Sangat besar kemungkinan bahwa dampak buruk terhadap


Mungkin kesehatan dan keselamatan terjadi saat ini

Tabel 2.7.Matriks Risiko


Dampak/keparahan
Matriks Risiko
Ringan Sedang Berat

Tidak Risiko Risiko Risiko


mungkin rendah rendah sedang

Mungkin
Kemungkinan

Risiko Risiko Risiko


rendah sedang tinggi

Sangat Risiko Risiko Risiko


mungkin sedang tinggi tinggi

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 110
Penjelasan tingkat risiko di atas dapat membantu untuk menentukan prioritas risiko
yang harus dikendalikan. Kategori risiko tinggi dan tidak dapat diterima harus segera
dikendalikan.
Risiko dengan tingkat sedang juga perlu diperhatikan terutama jika ada potensi
gangguan kesehatan yang menimbulkan hilangnya hari kerja. Sebaliknya, risiko
dengan tingkat rendah tidak menjadi prioritas untuk dikendalikan, namun apabila
terdapat pengendalian yang mudah untuk dilakukan dan biayanya rendah, hal tersebut
dapat dipertimbangkan untuk diimplementasikan segera.
Pengendalian risiko berdasarkan skala prioritas tingkat risiko sebagaimana tertera
pada tabel berikut.

Tabel 2.8. Skala Tingkat Risiko


Tingkat
Deskripsi Pengendalian
Risiko

Ada kemungkinan rendah bahwa


cedera atau gangguan kesehatan
Risiko
minor terjadi saat ini, dengan Prioritas 3
rendah
dampak kesehatan yang ringan
hingga sedang

Konsekuensi atau keparahan


dari cedera dan gangguan
Risiko
kesehatan tergolong kategori Prioritas 2
sedang
serius meskipun probabilitas
kejadiannya rendah

Kemungkinan besar terjadi


Risiko gangguan kesehatan dan cedera
Prioritas 1
tinggi yang moderate atau serius atau
bahkan kematian.

Berikut terlampir contoh kategori risiko K3 di Fasyankes berdasarkan ruang yang harus
dilakukan pengendalian risiko, namun penggunaannya harus di sesuaikan dengan
penilaian dan analisis risiko yang ada di ruang Fasyankes setempat

Tabel 2.9. Contoh Kategori Risiko Berdasarkan Ruangan


No.
Tingkat
Ruangan Faktor Potensi Bahaya Dampak Probabilitas
Bahaya

1 Ruang Pendaftaran Ergonomi


 Posisi Kerja  Gangguan otot dan rangka Sering Tinggi
 Cara Kerja

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 111
Biologi
 Bakteri  Tertular penyakit dari pasien Sering Tinggi
 Virus
Psikososial
 Shift kerja  Stress kerja Sering Tinggi
3 Poli gigi Ergonomi
 Posisi Kerja  Gangguan otot dan rangka Sering Tinggi
 Cara Kerja
Biologi
 Bakteri  Tertular penyakit dari pasien Sering Tinggi
 Virus
Kecelakaan Kerja  Hepatitis
 Tertusuk jarum  HIV Sering Tinggi
4 Poli KIA Biologi
 Biologi  tertular penyakit dari pasien Sering Tinggi
 Virus  terkena percikan darah,
droplet, cairan tubuh
Ergonomi
 Posisi Kerja  Gangguan otot dan rangka Sering Tinggi
 Cara Kerja
Kecelakaan Kerja  Hepatitis
 Tertusuk jarum  HIV Sering Tinggi

5 Rawat inap Biologi


 Biologi  Tertular penyakit dari pasien Sering Tinggi
 Virus  Terkena percikan darah,
droplet, cairan tubuh
Ergonomi
 Posisi Kerja  Gangguan otot dan rangka Sering Tinggi
 Cara Kerja
 Cara angkat
dan angkut
pasien
Psikososial
 Shift kerja  Stress kerja Sering Tinggi
Kecelakaan Kerja  Hepatitis
 Tertusuk jarum  HIV Sering Tinggi
6 Ruang Tindakan Fisik
• Suhu panas • Gangguan kulit Sering Sedang
• Cepat lelah

Biologi
 Biologi  Tertular penyakit dari pasien Sering Tinggi

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 112
 Virus  Terkena percikan darah,
droplet, cairan tubuh
Kecelakaan Kerja  Hepatitis
 Tertusuk jarum  HIV Sering Tinggi
7 Ruang apotik Kimia
• Debu partikel Gangguan pernapasan, iritasi Sering Tinggi
• Larutan (obat cair)
• Desinfektan
Ergonomi
 Posisi Kerja  Gangguan otot rangka Sering Tinggi
 Cara Kerja
8 Gudang obat Ergonomi
 Posisi Kerja  Gangguan otot rangka Sering Tinggi
 Cara Kerja
Kimia Gangguan pernafasan, Sering Tinggi
 Debu partikel iritasi,keracunan
 Larutan (obat cair)
 Desinfektan
9 Ruang Bersalin Biologi
 Biologi  Tertular penyakit dari pasien Sering Tinggi
 Virus  Terkena percikan darah,
droplet, cairan tubuh
Kimia
 Desinfektan Batuk, iritasi,keracunan Sering Tinggi
Ergonomi
 Posisi Kerja  Gangguan otot rangka Sering Tinggi
 Cara Kerja
Kecelakaan Kerja  Hepatitis
 Tertusuk jarum  HIV Sering Tinggi
10 Laboratorium Biologi
 Biologi  Tertular penyakit dari pasien Sering Tinggi
 Virus  Terkena percikan darah,
droplet, cairan tubuh
Kimia
 Reagen Iritasi, luka bakar, dan keracunan Sering Tinggi
Ergonomi
 Posisi Kerja Gangguan otot rangka Sering Tinggi
 Cara Kerja
Kecelakaan Kerja  Hepatitis
 Tertusuk jarum  HIV Sering Tinggi
11 R. administrasi Ergonomi
 Posisi Kerja Gangguan otot rangka Sering Tinggi
 Cara Kerja

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 113
Psikososial
 Beban kerja  Stress kerja Sering Tinggi
 Hubungan antar
pegawai
12 Gudang Ergonomi
barang/alkes  Posisi Kerja Gangguan otot rangka Sering Tinggi
 Cara Kerja
 Cara angkat dan
angkut
Biologi
 Jamur  Gangguan kulit Sering Tinggi
 Vektor  Gangguan pernapasan
Fisik
• Suhu panas • Gangguan kulit Sering Sedang
• Cepat lelah

Kimia
 Debu  Gangguan Pernapasan Sering Sedang
13 Dapur Fisik
 Suhu panas  Gangguan kulit Sering Tinggi
 Dehidrasi
Kecelakaan Kerja
 Terpeleset  Trauma Sering Tinggi
 Terpotong  Luka potong
 Tersiram minyak  Luka bakar
panas
Ergonomi
 Posisi Kerja  Gangguan otot rangka Sering Tinggi
 Cara Kerja

Contoh : Analisis Risiko berdasarkan KEGIATAN


a) Tentukan risiko yang dapat muncul dari aktivitas/kegiatan yang diamati
b) Tentukan risiko yang muncul dari aktivitas kerja tersebut dalam hal KESELAMATAN

AKTIVITAS EFFEK
Menyuntik pasien Tertusuk jarum suntik bekas pakai

Mengambil foto Rontgen Terkena radiasi mesin Rontgen


Membersihkan tumpahan muntahan atau Kontaminasi /terkenan
darah darah/muntahan
Mengganti lampu mati Tersengat listrik
Terjatuh dari tangga

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 114
c) Tentukan Nilai besarnya efek/dampak/konsekuensi
( Kategori Effek/dampak : tentukan berdasrkan kesepakatan  contoh Tabel 5)

AKTIFITAS EFFEK E P RISIKO


Menyuntik pasien Tertusuk jarum suntik 3
bekas pakai
Mengambil foto Terkena radiasi mesin 4
Rontgen Rontgen
Membersihkan Kontaminasi 2
tumpahan /terkenan
muntahan atau darah/muntahan
darah
Mengganti lampu Tersengat listrik 4
mati
Terjatuh dari tangga 5

d) Tentukan Nilai besarnya kemungkinan/peluang


(Kategori Peluang/probabilitas Tentukan berdasrkan kesepakatan Lihat pada
Tabel 6)
AKTIFITAS EFFEK E P RISIKO
Menyuntik pasien Tertusuk jarum suntik 3
B
bekas pakai
Mengambil foto Terkena radiasi mesin 4
D
Rontgen Rontgen
Membersihkan Kontaminasi 2
tumpahan /terkenan
D
muntahan atau darah/muntahan
darah
Mengganti lampu Tersengat listrik 4
C
mati
Terjatuh dari tangga 5 D

e) Tentukan skala tingkat risiko ( berdasar warna)

AKTIFITAS EFFEK E P RISIKO


Menyuntik pasien Tertusuk jarum suntik
B H
bekas pakai 3
Mengambil foto Terkena radiasi mesin 4
D H
Rontgen Rontgen
Membersihkan Kontaminasi
tumpahan /terkenan 2
D L
muntahan atau darah/muntahan
darah
Mengganti lampu Tersengat listrik 4
C M
mati
Terjatuh dari tangga 5 D E

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 115
f) Hitunglah Nilai besarnya kemungkinan/peluang, dengan mengkalikan E X P

AKTIFITAS EFFEK E P RISIKO


Menyuntik pasien Tertusuk jarum suntik
B H
bekas pakai 3
Mengambil foto Terkena radiasi mesin 4
D H
Rontgen Rontgen
Membersihkan Kontaminasi
tumpahan /terkenan 2
D L
muntahan atau darah/muntahan
darah
Mengganti lampu Tersengat listrik 4
C M
mati
Terjatuh dari tangga 5 D H

g) Tentukan Skala Prioritas yang harus dilakukan.

2) Analisis Semi Kuantitatif


Dalam analissis semi kuantitatif, skala kualitatif diberi angka numerik. Sebagai
contoh, konsekuensi, kemungkinan dan tingkat risiko di kategorikan ke dalam skala
numerik seperti yang dapat dilihat pada Tabel terlampir.

Tabel 2.10. Kategori Effek.dampak terhadap Keselamatan dan Kesehatan

Kategori Dampak terhadap Keselamatan dan kesehatan

1 Tidak ada dampak


2 Membutuhkan P3K
3 Membutuhkan perawatan medis
4 Menyebabkan cacat permanen
5 Menyebabkan kematian

Tabel 2.11 Kategori probabilitas/Kemungkinan

Kategori Keterangan

1 – sangat jarang Terjadi sekali dalam lima tahun


2 – jarang Terjadi sekali dalam 2-5 tahun
3 – mungkin Terjadi sekali dalam 1-2 tahun
4 – sering Terjadi beberapa kali dalam setahun
5 – sangat sering Terjadi dalam hitungan minggu atau bulan

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 116
Tabel 2.12. Matriks Risiko
Dampak
X 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5

Kemungkinan 2 2 4 6 8 10
3 3 6 9 12 15
4 4 8 12 16 20

5 5 10 15 20 25

Tabel 13. Tingkat Risiko


KxD Tingkat risiko Keterangan warna
1–3 Rendah
4–6 Sedang
8 – 12 Bermakna
15 – 25 Tinggi

EVALUASI RISIKO

Evaluasi Risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisis risiko dengan
kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko dan atau besarnya dapat di terima
atau di toleransi. Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar.
Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa bahaya dibuat tingkatan
prioritas manajemennya.
Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam
kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja
tanpa harus melakukan pengendalian.

Hasil evaluasi risiko diantaranya adalah:


- Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada.
- Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
- Gambaran tentang kerugian yang mungkin terjadi baik dalam parameter biaya
ataupun parameter lainnya.
- Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian.
Evaluasi risiko sebaiknya mencakup beberapa elemen sebagai berikut:
1) Inspeksi periodik serta monitoring aspek keselamatan dan higiene industri
2) Wawancara nonformal dengan pekerja
3) Pemeriksaan kesehatan
4) Pengukuran pada area lingkungan kerja (monitoring lingkungan). Standar yang
dipakai di Indonesia adalah Nilai Ambang Batas (NAB) sesuai SNI (Standar
Nasional Indonesia SNI 19-0232-2005) yang merupakan standar faktor bahaya

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 117
di tempat kerja sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat
menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40
jam seminggu.
5) Pengukuran sampel personal
Hasil inspeksi dan pengukuran (baik pada lingkungan kerja maupun personal)
kemudian dibandingkan dengan standar-standar yang berlaku baik nasional atau
internasional, antara lain:
1. NAB ( Nilai Ambang Batas), dapat digunakan untuk :
- Melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai upaya untuk
mencegah dampaknya terhadap kesehatan
- Sebagai kadar standar untuk perbandingan
2. Occupational Safety and Health Administration (OSHA)
- OSHA – PEL (Permissilble Exposure Limit), yaitu konsentrasi maksimum dari
suatu substansi di udara yang diatur oleh OSHA dimana pekerja mungkin
terpajan.
- OSHA – REL (Recommended Exposure Limit), yaitu pajanan maksimum
terhadap bahan kimia atau fisika yang direkomendasikan di tempat kerja.
OSHA – REL dimaksudkan untuk mencegah efek kesehatan pada pekerja.
3. American Conference of Governmental Industrial Hygiensists (ACGIH) –
Threshold Limit Value (TLV)
- TLV – TWA (Time-weighted Average), yaitu rata-rata konsentrasi pajanan
bahaya selama 8 jam kerja/hari. Pajanan lebih dari 8 jam/hari atau lebih dari
40 jam kerja/minggu dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan pekerja.
- TLV – STEL (Short-term Exposure Limit), yaitu konsentrasi pajanan
maksimum yang diperbolehkan dalam waktu 15 menit selama maksimal 4
kali pada setiap hari kerja. Masing-masing periode pajanan harus berjarak
minimal 60 menit setelah periode pajanan sebelumnya.
- TLV – C (Ceiling), yaitu konsentrasi pajanan substansi bahaya yang tidak
boleh dilewati, walaupun dalam waktu yang singkat.
Sumber: CDC, 1988

Tahapan evaluasi juga meliputi penentuan kategori tingkat risiko K3, apakah
termasuk dalam kategori Dapat Diterima, Moderat, atau Penting.
Kategori tingkat risiko ini penting untuk menentukan prioritas pengendalian risiko
dan jangka waktu pengendaliannya.

Tabel 12.3. Evaluasi dan Prioritas Pengendalian Risiko


Kategori Kategori
Nilai Prioritas Jangka Waktu
Nilai Tingkat
Risiko Pengendalian Pengendalian
Risiko Risiko
Dapat Membutuhkan
Diterima pengendalian
1–3 Rendah Prioritas 4
dalam waktu 1
tahun
Membutuhkan
pengendalian
4–6 Sedang Moderat Prioritas 3
dalam waktu 6
bulan

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 118
Membutuhkan
pengendalian
8 – 12 Bermakna Prioritas 2
dalam waktu 3
bulan
Membutuhkan
pengendalian
segera
15 – 25 Tinggi Penting Prioritas 1
(maksimal
dalam waktu 1
bulan)

d. PENGENDALIAN RISIKO
Pengendalian risiko K3 adalah suatu upaya pengendalian potensi bahaya yang
ditemukan di tempat kerja.
Pengendalian risiko perlu dilakukan sesudah menentukan prioritas risiko, metode
pengendalian dapat diterapkan berdasarkan hierarki dan lokasi pengendalian
Pengendalian risiko merupakan tahapan terakhir dalam manajemen risiko. Bila
tingkat risiko belum dapat diterima, maka risiko harus dikendalikan sampai kepada
tingkat risiko yang dapat diterima. Beberapa metode pengendalian dapat
diterapkan, dan dapat dilihat berdasarkan lokasi pengendaliannya, atau
berdasarkan hierarkinya.
Berdasarkan lokasinya, pengendalian risiko dapat dilakukan di sumber, di media
antara sumber dan pekerja, ataupun dilakukan pada pekerja.
Metode yang dapat diterapkan berdasarkan lokasi pengendaliannyadapat dilihat
pada Tabel berikut:

Tabel 2.14. Metode Pengendalian Bahaya berdasarkan Lokasi Pengendaliannya


Eliminasi
Substitusi
Modifikasi sumber atau proses
Sumber
Automatisasi
Isolasi/containment/enclosure sumber bahaya
Local exhaust ventilation
Ventilasi general/penghawaan dengan jendela
Menjauhi sumber
Media
Jadwal kerja
Cara kerja aman
Pekerja Prosedur kerja
Alat pelindung diri

Hierarki pengendalian merupakan upaya pengendalian mulai dari


efektivitas yang paling tinggi hingga rendah, sebagai berikut:

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 119
Gambar Hierarki Pengendalian Risiko K3 dari NIOSH (National Institute For
Occupational Safety and Health)

Berikut penjelasan dari hierarki pengendalian:


1) Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah pengendalian yang menjadi pilihan pertama
untuk mengendalikan pajanan karena menghilangkan bahaya dari tempat
kerja. Namun, beberapa bahaya sulit untuk benar-benar dihilangkan dari
tempat kerja.
2) Substitusi
Subtitusi merupakan upaya penggantian bahan, alat atau cara kerja dengan
alternatif lain dengan tingkat bahaya yang lebih rendah sehingga dapat
menekan kemungkinan terjadinya dampak yang serius. Contohnya:
a) mengganti tensi air raksa dengan tensi digital,
b) mengganti kompresor tingkat kebisingan tinggi dengan tipe yang
kebisingan rendah (tipe silent kompresor).
3) Pengendalian Teknik
Pengendalian teknik merupakan pengendalian rekayasa desain alat dan/atau
tempat kerja. Pengendalian risiko ini memberikan perlindungan terhadap
pekerja termasuk tempat kerjanya. Untuk mengurangi risiko penularan
penyakit infeksi, harus dilakukan penyekatan menggunakan kaca antara
petugas loket dengan pengunjung/pasien. Contoh pengendalian teknik yaitu:
Untuk meredam suara pada ruang dengan tingkat bising yang tinggi seperti:
a) di poli gigi khususnya menggunakan unit dental dan kompresor.
b) pada ruang genset.
4) Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi berfungsi untuk membatasi pajanan pada pekerja.
Pengendalian administrasi diimplementasikan bersamaan dengan

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 120
pengendalian yang lain sebagai pendukung. Contoh pengendalian
administrasi diantaranya:
a) Pelatihan/sosialisasi/penyuluhan pada SDM Fasyankes.
b) Penyusunan prosedur kerja bagi SDM Fasyankes.
c) Pengaturan terkait pemeliharaan alat.
d) Pengaturan shift kerja.
5) Alat Pelindung Diri
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam mengendalikan risiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes merupakan hal yang sangat
penting, khususnya terkait bahaya biologi dengan risiko yang paling tinggi
terjadi, sehingga penggunaan APD menjadi satu prosedur utama di dalam
proses asuhan pelayanan kesehatan.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh SDM dari potensi bahaya di Fasyankes. Alat pelindung diri tidak
mengurangi pajanan dari sumbernya hanya saja mengurangi jumlah pajanan
yang masuk ke tubuh. Alat pelindung diri bersifat eksklusif (hanya melindungi
individu) dan spesifik (setiap alat memiliki spesifikasi bahaya yang dapat
dikendalikan). Implementasi alat pelindung diri seharusnya menjadi
komplementer dari upaya pengendalian di atasnya dan/atau apabila
pengendalian di atasnya belum cukup efektif.

Jenis-jenis APD yang dapat tersedia di Fasyankes sesuai dengan kebutuhan


sebagai berikut:
a) Penutup kepala (shower cap)
b) Kacamata Khusus (safety goggle)
c) Pelindung wajah (face shield)
d) Masker
e) Sarung Tangan (hand schoon/sarung tangan karet)
f) Jas Lab dan Apron (apron/jas lab)
g) Pelindung kaki (safety shoes dan sepatu boots)
h) Coverall

Tabel 2.15. APD dan Lokasi Pemakaian


No APD Lokasi pemakaian APD
1. Penutup kepala Laboratorium, ruang sterilisasi, ruang
tindakan, ruang KIA, dapur
2. Kacamata khusus Laboratorium, ruang tindakan dokter
gigi, ruang sterilisasi, ruang insersi IUD,
pertolongan persalinan, ruang
pembuatan kacamata
3. Pelindung wajah Laboratorium, ruang tindakan dokter
gigi, ruang persalinan
4. Masker Ruang persalinan, ruang tindakan
untuk kasus infeksi, balai pengobatan,
ruang tindakan dokter gigi, balai
pengobatan, laboratorium, loket, ruang
rekam medik, ruang farmasi, dapur,

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 121
No APD Lokasi pemakaian APD
cleaning service, ruang pembuatan
kacamata, unit transfusi darah
5. Apron Ruang sterilisasi, ruang persalinan,
radiologi, ruang tindakan dokter gigi,
ruang tindakan untuk kasus infeksi
6. Sarung tangan Ruang tindakan, ruang KIA, ruang
tindakan dokter gigi, ruang sterilisasi,
laboratorium, dapur, cleaning service,
optik, ruang farmasi, unit tansfusi darah
7. Sepatu boot Tempat pembuangan limbah, ruang
laundry, pertolongan persalinan
8. Jas lab Ruang farmasi, laboratorium
9. Coverall Ruang observasi khusus dalam
pelayanan kekarantinaan kesehatan

Untuk faktor risiko biologi yang sangat infeksius dan bahan kimia,
dapat menggunakan bentuk APD secara lengkap atau merujuk pada
juknis terkait.
Alat Pelindung Diri dalam Konsep Pengendalian Lingkungan Kerja
Menurut Permenakertrans No 08/MEN/VII/2010, Alat Pelindung Diri
(APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemapuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Alat pelindung diri
tidak mengurangi pajanan dari sumbernya hanya saja mengurangi
jumlah pajanan yang masuk ke dalam tubuh pekerja. Sifat dari alat
pelindung diri ialah eksklusif (hanya melindungi individu) dan spesifik
(setiap alat memiliki spesifikasi bahaya yang dapat dikendalikan).
Alat pelindung diri memerlukan pemeliharaan yang tepat dan ada
beberapa yang bersifat sekali pakai. Implementasi alat pelindung diri
seringkali menjadi komplementer dari upaya pengendalian di atasnya
dan/atau apabila pengendalian di atasnya belum cukup efektif

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 122
REFERENSI:

1. NIOSH Guidelines for Protecting the Safety and Health of Health Care Workers,
1998
2. PP No 50 Tahun 2012 tentang SMK3
3. Permenkes No 52 Tahun 2018 tentang K3 di Fasyankes
4. Pedoman K3 Puskesmas
5. Pedoman Manajemen Risiko di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 123
LAMPIRAN 1

PANDUAN DISKUSI KELOMPOK

Tujuan:
Peserta dapat melakukan identifikasi, analisis risiko K3, dan pengendaliannya

Petunjuk:
1. Peserta dibagi dalam 4-5 kelompok
2. Masing-masing kelompok memilih salah satu unit kerja di Fasyankes yang akan
dibuatkan matriks risikonya
3. Tentukan ruang lingkup dan formulir yang akan digunakan, identifikasi semua
bahaya yang ada di unit kerja tersebut
4. Diskusikan dengan kelompok, lakukan analisis risiko dengan menentukan tingkat
probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkat
risiko yang ada dengan mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas x
konsekuensi)
5. Lakukan penentuan prioritas dari seluruh bahaya yang sudah teridentifikasi dan
diketahui angka atau level risikonya
6. Tentukan program pengendalian risiko yang dibutuhkan
7. Kelompok mempresentasikan hasil latihan yang sudah dikerjakan oleh kelompok
masing-masing

Waktu: 135 menit

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 124
Form 1. : IDENTIFIKASI BAHAYA POTENSIAL
BAGIAN : .................................................
Tanggal :
Kelompok : ...............................................

Bahaya Potensial Gangguan Risiko


Lokasi kesehatan kecelakaan
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psiko-sosial
/Bagian/Ruangan (dapat gunakan yang mungkin kerja
Brief survey)

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 125
Form 2 : MATRIKS ANALISIS RISIKO DAMPAK KESEHATAN
Bahaya Fisik
SUMBER ANALISIS KATEGORI
BAHAYA RISIKO
BAHAYA AKIBAT BAHAYA TINGKAT
E P R RISIKO

Bising

Getaran

Debu

Panas

Radiasi

Bahaya
gravitasi
(terpeleset,
tersandung,
jatuh)

Bahaya listrik

Bising

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 126
Form 3 : MATRIKS ANALISIS RISIKO DAMPAK KESEHATAN
Bahaya Ergonomi
SUMBER ANALISIS RISIKO KATEGORI
BAHAYA BAHAYA AKIBAT E P R TINGKAT
Ergonomi BAHAYA RISIKO
(misal)

Pekerjaan yang
dilakukan secara
manual

Postur yang salah


dalam
melakukan
pekerjaan

Pekerjaan yang
berulang

RESUME HASIL EVALUASI RISIKO


AREA RISIKO KATEGORI KATEGORI PRIORITAS JANGKA WAKTU USUL
YANG NILAI TINGKAT PENGENDALIAN PENGENDALIAN
DITEMUKAN RISIKO RISIKO PENGENDALIAN

Modul Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasyankes

hal 127

Anda mungkin juga menyukai