Ijaz Al Quran
Ijaz Al Quran
Ijaz Al Quran
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Ulumul Qur`an
Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah dan Hukum Islam
Oleh:
AHMAD SULTAN
742302023055
IFTIRANI RAMADANI
742302023051
Terakhir tidak ada yang lebih sempurna selain Allah SWT sang Pencipta
dan tidak ada seorang pun yang tidak luput dari kesalahan termasuk penulis. Saran
dan kritik yang membangun tentu sangat berguna bagi penulis untuk meraih hasil
yang maksimal.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Definisi dan Makna Mukjizat.........................................................................3
B. Tujuan dan Fungsi Mukjizat Al-Qur’an..........................................................4
C. Macam-Macam Mukjizat................................................................................6
D. Aspek – Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an.......................................................8
E. Hikmah Adanya Kemukjizatan Al-Qur’an...........................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya diperkuat oleh
kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW
untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang teran, serta
membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah SAW menyampaikan al-
Quran itu kepada para sahabatnya dan orang-orang Arab asli sehingga mereka
dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka yang kemudian untuk
disampaikan kembali kepada seluruh umat manusia. Apabila mereka mengalami
ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat, mereka menanyakan kepada
Rasulullah SAW terkait dengan mukjizat yang relevansinya menunjukkan
kehebatan mukjizat al-Quran. Sebab mengemukakan sesuatu makna dalam
berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah satu bentuk pun tidak dapat
ditandingi oleh sastrawan Arab. Merupakan tantangan dahsyat dan bukti bahwa
al-Quran itu datang dari Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dan makna i’jaz al-Quran?
2. Apa sajakah tujuan dan fungsi mukjizat al-Qur’an?
3. Apa saja macam-macam mukjizat al-Qur’an dan aspek-aspeknya?
4. Apa hikmah dari adanya mukjizat al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian I’jaz menurut bahasa berasal dari kata I’jaz adalah isim mashdar
dari ‘ajaza-yu’jizu-i’jazan yang mempunyai arti “ketidakberdayaan atau
keluputan” (naqid al-hazm). Kata I’jaz juga berarti “terwujudnya
ketidakmampuan” dinamai mu’jiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak
lain amat menonjol sehingga mampu membungkamkan lawan, maka ia dinamai
mukjizat.
Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain, sebagai “suatu hal
atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai
bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau
mendatangkan hal serupa, tetapi mereka tidak mampu melayani tantangan itu.
Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai sesuatu yang
luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui para nabi dan rasul-Nya, sebagai bukti
atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.2
َأَم ٌرَخ اِرٌق ِلْلَع اَد ِة َم ْقُرْو ٌن ِبالَّتَح ِّدْي َس اِلُم عِن اْلُمَع اَر َضِة
Artinya:
“Suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai dengan unsur tantangan,
dan tidak akan dapat ditandingi.”3
Setiap nabi yang diutus Allah selalu dibekali mukjizat. Di antara fungsi
mukjizat adalah meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap apa
yang dibawa oleh nabi tersebut. Mukjizat ini selalu dikaitkan dengan
perkembangan daan keahlian masyarakat yang dihadapi tiap-tiap nabi.6
Dari pengertian i’jaz dan mukjizat di atas, dapatlah diketahui bahwa tujuan
I’jazul Qur’an itu banyak, di antaranya yaitu:
5
Muhammad Ali Ash Shobuni, op.cit, h. 183.
6
Ibid.
Qur’an, yang telah ditantangkan kepada mereka dalam berbagai tingkat
dan bagian Al-Qur’an.
4. Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang
tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya. Mereka ingkar
tidak mau beriman mempercayai kewahyuan Al-Qur’an dan sombong
tidak mau menerima kitab suci itu. Mereka menuduh bahwa kitab itu hasil
lamunan atau buatan Nabi Muhammad sendiri. Kenyataannya, para
pujangga sastra Arab tidak mampu membuat tandingan yang seperti Al-
Qur’an itu, walaupun hanya satu ayat.7
C. Macam-Macam Mukjizat
Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok yaitu
mukjizat yang bersifat material indrawi lagi tidak kekal dan mukjizat imaterial,
logis, lagi dapat dibuktikan sepanjang masa dengan secara nyata (rasional).
Mukjizat Nabi-nabi terdahulu kesemuanya merupakan jenis pertama. Mukjizat
mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat
disaksikan atau di jangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat Nabi
tersebut menyampaikan risalahnya. 8
Mukjizat jenis ini diderivasikan pada kekuatan yang muncul dari segi fisik
yang mengisyaratkan adanya kesaktian seorang Nabi. Secara umum dapat diambil
contoh adalah mukjizat Nabi Musa dapat membelah lautan, mukjizat Nabi Daud
dapat melunakkan besi serta mukjizat Nabi-nabi dari bani Israil yang lain.
Kesemuanya bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat Nabi
tersebut berada, dan berakhir dengan wafatnya masing-masing Nabi. Ini berbeda
dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW. yang sifatnya bukan indrawi atau
material, namun dapat dipahami oleh akal. Maka ia tidak dibatasi oleh suatu
tempat atau masa tertentu. Mukjizat al-Quran dapat dijangkau oleh setiap orang
yang menggunakan akalnya di mana dan kapan pun.9
7
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya : Dunia Ilmu, 2000), h. 270.
8
Rosihon Anwar, op.cit, h. 192
9
Ibid.
Adapun dalil yang menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an yang merupakan
sebuah tantangan untuk mendatangkan hal serupa dengan Al-Qur’an di antaranya
yaitu :
Artinya : “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti
kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan
bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”13
Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang
kebenaran Al-Qur’an itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua
ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW.
10
Q.S. Al-Israa’ : 88
11
Q.S. Ath-Thur : 34
12
Q.S. Hud : 13
13
Q.S. Al-Baqarah : 23-24
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya ‘Al Jami’ li Ahkamil Qur’an, mengatakan :
“Yang dimaksud firman Allah ( )َف ِإْن َّلْم َتْفَع ُل ْو ا, adalah usaha yang telah lewat.
Adapun ()َو َلْن َتْفَع ُلْو ا, adalah usaha yang akan datang. Ini melemahkan semangat
mereka, bahkan dapat menggoyahkan jiwa mereka, agar kelemahan mereka
setelah itu akan lebih nyata, dan inilah sebagian perkara ghaib yang telah
dikabarkan Al-Qur’an sebelum terjadinya.”14
14
Muhammad Ali Ash Shobuni, op.cit, h. 126.
15
Ibid, h. 132.
16
Abdul Djalal, op.cit, h. 280.
17
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Semarang : Pustaka
Hayam Wuruk, 2002), h. 320.
Namun secara garis besar dapat dipahami bahwasannya aspek-aspek yang
merupakan nilai dari kemukjizatan Al-Qur’an meliputi :
Segi pertama : Keindahan bahasa dan uslub Al-Qur’an. Segi bahasa dan
uslubnya sangat indah dan amat menarik merupakan kemukjizatan Al-Qur’an
yang pertama, karena memiliki kekhususan yang tinggi, sehingga amat
mengherankan dan bahkan dapat melemahkan manusia yang mendengarkannya.
Hal ini terbukti dengan banyaknya orang masuk Islam karena mendengarkan Al-
Qur’an. Keunggulan bahasa Al-Qur’an itu terbukti banyak tidak adanya yang
mampu menandinginya, padahal Nabi Muhammad SAW telah lama
mencanangkan tantangan untuk membuat kitab seperti Al-Qur’an kepada semua
manusia. Kenyataannya, para pakar pujangga bahasa Arab dan ahli sastranya tidak
sanggup menandinginya, dari dahulu hingga sekarang.18
Segi kedua : Cara penyusunan bahasanya tampak baik, tertib, dan berkaitan
satu dengan yang lain, sehingga tidak kelihatan adanya perbedaan-perbedaan
antara surah satu dengan yang lain, meski Al-Qur’an itu diturunkan secara
berangsur-angsur sedikit demi sedikit selama 22 tahun lebih. Tidak kelihatan
sedikitpun adanya perbedaan gaya bahasa, loncatan kata, dan kelainan ungkapan.
Bahkan, tampak kebulatan dan kesinambungan serta keterkaitan antara satu
18
Abdul Djalal, op.cit, h. 281.
dengan yang lain, sehingga pembaca tidak menduga kalau turunnya Al-Qur’an
secara berangsur-angsur dalam waktu yang lama.19
Segi ketiga : Berisi beberapa ilmu pengetahuan, yang banyak memberi acuan
makhluk kepada kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dalam
Al-Qur’an banyak berisi benih dari berbagai cabang ilmu pengetahuan, bermaam-
macam argumentasi lautan kehidupan di dunia dan akhirat.20
Segi keempat : Yang membuktikan bahwa Al-Qur’an itu mu’jiz atau menjadi
mukjizat ialah karena kitab suci itu bisa memenuhi segala kebutuhan manusia,
baik yang berupa petunjuk-petunjuk dalam berbagai segi kehidupan, ataupun
berwujud tuntunan dalam bermacam-macam peribadatan, maupun yang berbentuk
benih-benih dalam beraneka disiplin ilmu pengetahuan di sepanjang zaman. Hal
ini tidak pernah terjadi di dalam kitab suci lain ataupun agama lain.21
Rasulullah SAW yang menerima al-Qur'an dan yang paling tahu tentang
kandungannya, melukiskan al-Qur'an sebagai “Di dalamnya kabar masa lampau,
berita masa akan datang, tidak lekang oleh panas, tidak lapuk oleh hujan, tidak
terhenti keajaibannya, dan tidak pula usang oleh banyaknya diskusi tentangnya.”
Sungguh tepat ilustrasi yang menyatakan bahwa al-Qur'an bagaikan intan yang
memancarkan berbagai cahaya, cahaya yang dipandang pada posisi tertentu
berbeda dengan cahaya yang dipancarkannya pada posisi yang lain. Bahkan dapat
berbeda dan beragam akibat keragaman yang memandang, tetapi kesemuanya
dapat dinilai benar dan jitu.
24
Ibid.
25
Muhammad Ali Ash Shobuni, op.cit, h. 119
Jadi tidak mungkin mukjizat Nabi penghabisan hanya berupa sesuatu yang
bersifat indrawi yang hanya dapat disaksikan sekelompok manusia pada waktu
terjadinya, dan kemudian setelah rasul pulang ke rahmatullah habislah mukjizat
itu dan tidaak dapat lagi disaksikan oleh orang sesudahnya.26
Dari sini jelas perbedaan antara mukjizat Nabi Muhammad SAW dan
mukjizat nabi-nabi yang lain. Mukjizat Nabi Muhammad SAW adalah satu
kesatuan rangkaian dalam Al-Qur’an. Ia dijamin langgeng dari hari ke hari.
Sehingga Allah SWT mewarisi bumi dan penghuninya. Adapun mukjizat para
rasul lainnya amat terbatas dalam jumlah dan masanya. Hilang bersama lenyapnya
zaman dan mati bersama kematian para rasul itu. Bagi orang yang hendak
mencarinya sekarang hanya akan mendapatkan khabarnya belaka dan tidak ada
saksi lain baginya melainkan Al-Qur’an, dan itu merupakan kenikmatan yang
telaah diberikan kepada kitab-kitab lainnya, sekaligus para rasul yang sama sekali
tidak diberikan oleh agama-agama lain semuanya. Allah Azza Wa Jalla telaah
berfirman pada Surah Al-Maidah ayat 48 yang berbunyi,
Artinya : “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya
satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu.”
26
Ibid.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Ash Shobuni, Muhammad Ali, 2001, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, Jakarta :
Pustaka Amani
Chirzin, Muhammad, 1998, Al-Quran dan Ulumul Quran, Yogyakarta : PT. Dana