Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Ijaz Al Quran

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

I’jaz Al-Qur’an

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Ulumul Qur`an

Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah dan Hukum Islam

Oleh:

AHMAD SULTAN

742302023055

IFTIRANI RAMADANI

742302023051

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2024
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-Nya.
Penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada progam studi Pendidikan Bahasa
Arab mata kuliah Ulumul Qur’an yang mana pada setiap makalah ditentukan oleh
dosen pengampu. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :⁷

1. Bapak . dosen pengampu mata kuliah Ulumul Qur’an


2. Rekan satu tim yang semangat dalam tugas menyelesaikan makalah ini

Terakhir tidak ada yang lebih sempurna selain Allah SWT sang Pencipta
dan tidak ada seorang pun yang tidak luput dari kesalahan termasuk penulis. Saran
dan kritik yang membangun tentu sangat berguna bagi penulis untuk meraih hasil
yang maksimal.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Definisi dan Makna Mukjizat.........................................................................3
B. Tujuan dan Fungsi Mukjizat Al-Qur’an..........................................................4
C. Macam-Macam Mukjizat................................................................................6
D. Aspek – Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an.......................................................8
E. Hikmah Adanya Kemukjizatan Al-Qur’an...........................................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya diperkuat oleh
kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW
untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang teran, serta
membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah SAW menyampaikan al-
Quran itu kepada para sahabatnya dan orang-orang Arab asli sehingga mereka
dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka yang kemudian untuk
disampaikan kembali kepada seluruh umat manusia. Apabila mereka mengalami
ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat, mereka menanyakan kepada
Rasulullah SAW terkait dengan mukjizat yang relevansinya menunjukkan
kehebatan mukjizat al-Quran. Sebab mengemukakan sesuatu makna dalam
berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah satu bentuk pun tidak dapat
ditandingi oleh sastrawan Arab. Merupakan tantangan dahsyat dan bukti bahwa
al-Quran itu datang dari Allah.

Kesadaran akan historisitas dan kontekstualitas pemahaman manusia pada


gilirannya akan bersinggungan dengan ranah al-Quran dan pemaknaannya.
Sebenarnya secara umum disepakati oleh umat Islam bahwa al-Quran adalah
sakral, karena ia adalah Kalamullah yang diturunkan melalui Rasulullah. Namun
ketika melihat fakta bahwa al-Quran memakai bahasa Arab, berbagai informasi
yang disajikan di dalamnya banyak yang memakai logika budaya Arab, kemudian
berbagai istilah yang dipakai di dalamnya juga menggunakan terminologi yang
akrab di kalangan orang Arab saat itu, maka muncullah berbagai kajian dan
pembahasan tentang status original al-Quran, sejauh manakah al-Quran itu
berdimensi ilahiah dan sejauh mana ia berdimensi manusiawi. Telah banyak
kajian bahkan perdebatan terhadap persoalan ini, bukan hanya para orientalis barat
yang ‘berpihak’ yang menyatakan bahwa al-Quran itu tidak memiliki sisi ilahiah
sama sekali karena ia ciptaan Muhammad SAW. Tetapi juga dari kalangan
Islamolog kontemporer yang berasal dari kalangan umat Islam sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dan makna i’jaz al-Quran?
2. Apa sajakah tujuan dan fungsi mukjizat al-Qur’an?
3. Apa saja macam-macam mukjizat al-Qur’an dan aspek-aspeknya?
4. Apa hikmah dari adanya mukjizat al-Qur’an?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Makna Mukjizat

Pengertian I’jaz menurut bahasa berasal dari kata I’jaz adalah isim mashdar
dari ‘ajaza-yu’jizu-i’jazan yang mempunyai arti “ketidakberdayaan atau
keluputan” (naqid al-hazm). Kata I’jaz juga berarti “terwujudnya
ketidakmampuan” dinamai mu’jiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak
lain amat menonjol sehingga mampu membungkamkan lawan, maka ia dinamai
mukjizat.

Pengertian I’jaz secara istilah ialah penampakan kebenaran pengklaiman


kerasulan nabi Muhammad SAW dalam ketidakmampuan orang Arab untuk
menandingi mukjizat Nabi yang abadi, yaitu al-Quran. Adapun dinamakan
mu’jizat, karena manusia semuanya lemah untuk mendatangkan serupa dengan
itu, yang sebenarnya perkara itu adalah luar biasa dan keluar dari batas-batas
sebab yang dikenal. Jadi kemu’jizatan al-Qur’an berarti, kelemahan manusia, baik
secara individu atau kelompok untuk mendatangkan serupa dengan al-Qur’an itu.
Maksud kemu’jizatan al-Qur’an bukan semata-mata untuk melemahkan manusia
atau menyadarkan mereka atas kelemahannya untuk mendatangkan semisal al-
Qur’an, karena hal itu telah menjadi maklum bagi orang yang berakal, akan tetapi
tujuan sebenarnya adalah menjelaskan kebenaran al-Qur’an dan Rasul yang
membawanya.1

Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain, sebagai “suatu hal
atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai
bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau
mendatangkan hal serupa, tetapi mereka tidak mampu melayani tantangan itu.
Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai sesuatu yang
luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui para nabi dan rasul-Nya, sebagai bukti
atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.2

Manna’ Al-Qathan mendefinisikannya demikian :

‫َأَم ٌرَخ اِرٌق ِلْلَع اَد ِة َم ْقُرْو ٌن ِبالَّتَح ِّدْي َس اِلُم عِن اْلُمَع اَر َضِة‬

Artinya:
“Suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai dengan unsur tantangan,
dan tidak akan dapat ditandingi.”3

Dan I’jazul Quran merupakan sebuah keunggulan, kekuatan, keisti-mewaan


al-Quran yang menetapkan kelemahan manusia, baik secara berpisah-pisah
maupun berkelompok-kelompok, untuk mendatangkan sesuatu hal yang serupa
atau yang menyamainya. Dan ini bukan berarti melemahkan manusia dengan
pengertian melemahkan yang sebenarnya. Artinya ia memberi pengertian kepada
mereka tentang kelemahan mereka untuk mendatangkan sesuatu yang sejenis
dengan al-Quran, menjelaskan bahwa al-Quran ini haq dan Rasul yang
membawanya adalah Rasul yang benar.4

B. Tujuan dan Fungsi Mukjizat Al-Qur’an

Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para Nabi dalam menyampaikan


firman Allah SWT. Meskipun dari segi bahasa berarti melemahkan sebagaimana
1
Muhammad Ali Ash Shobuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, (Jakarta : Pustaka
Amani, 2001), h. 120.
2
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, (Bandung : Pustaka Setia, 2012), h. 184.
3
Ibid.
4
Muhammad Chirzin, Al-Quran dan Ulumul Quran, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti
Prima Jaya, 1998), h. 96.
dikemukakan di atas, namun dari segi agama, ia sama sekali tidak dimaksudkan
untuk melemahkan atau membuktikan ketidakmampuan yang ditantang. Mukjizat
ditampilkan oleh Tuhan melalui hamba-hamba pilihan-Nya untuk membuktikan
kebenaran ajaran Ilahi yang dibawa oleh masing-masing Nabi. Tujuannya adalah
tuntunan dan pengarahan Allah itu bermakna. Dan disitulah, letak nilai mukjizat
yang telah diberikan kepada para nabi.5

Setiap nabi yang diutus Allah selalu dibekali mukjizat. Di antara fungsi
mukjizat adalah meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap apa
yang dibawa oleh nabi tersebut. Mukjizat ini selalu dikaitkan dengan
perkembangan daan keahlian masyarakat yang dihadapi tiap-tiap nabi.6

Dari pengertian i’jaz dan mukjizat di atas, dapatlah diketahui bahwa tujuan
I’jazul Qur’an itu banyak, di antaranya yaitu:

1. Membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW yang membawa mukjizat


kitab Al-Qur’an itu adalah benar-benar seorang nabi/rasul Allah. Beliau
diutus untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah SWT kepada umat
manusia dan untuk mencanangkan tantangan supaya menandingi Al-
Qur’an kepada mereka yang ingkar.
2. Membuktikan bahwa kitab Al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah
SWT bukan buatan malaikat Jibril dan bukan tulisan Nabi Muhammad
SAW. Sebab, seandainya kitab Al-Qur’an itu buatan Nabi Muhammad
yang seorang ummi (tidak pandai menulis daan membaca), tentu pujangga-
pujangga Arab yang profesional, dimana mereka tidak hanya pandai
menulis dan membaca tetapi ahli dalam sastra, gramatika bahasa Arab, dan
balaghohnya akan bisaa membuat seperti Al-Qur’an. Kenyataannya,
mereka tidak bisa membuat tandingan seperti Al-Qur’an, sehingga jelaslah
bahwa Al-Qur’an bukan buatan manusia.
3. Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasan manusia,
karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni bahasa Arab tidak
ada yang mampu mendatangkan kitab tandingan yang sama seperti Al-

5
Muhammad Ali Ash Shobuni, op.cit, h. 183.
6
Ibid.
Qur’an, yang telah ditantangkan kepada mereka dalam berbagai tingkat
dan bagian Al-Qur’an.
4. Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang
tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya. Mereka ingkar
tidak mau beriman mempercayai kewahyuan Al-Qur’an dan sombong
tidak mau menerima kitab suci itu. Mereka menuduh bahwa kitab itu hasil
lamunan atau buatan Nabi Muhammad sendiri. Kenyataannya, para
pujangga sastra Arab tidak mampu membuat tandingan yang seperti Al-
Qur’an itu, walaupun hanya satu ayat.7

C. Macam-Macam Mukjizat

Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok yaitu
mukjizat yang bersifat material indrawi lagi tidak kekal dan mukjizat imaterial,
logis, lagi dapat dibuktikan sepanjang masa dengan secara nyata (rasional).
Mukjizat Nabi-nabi terdahulu kesemuanya merupakan jenis pertama. Mukjizat
mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat
disaksikan atau di jangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat Nabi
tersebut menyampaikan risalahnya. 8

Mukjizat jenis ini diderivasikan pada kekuatan yang muncul dari segi fisik
yang mengisyaratkan adanya kesaktian seorang Nabi. Secara umum dapat diambil
contoh adalah mukjizat Nabi Musa dapat membelah lautan, mukjizat Nabi Daud
dapat melunakkan besi serta mukjizat Nabi-nabi dari bani Israil yang lain.
Kesemuanya bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat Nabi
tersebut berada, dan berakhir dengan wafatnya masing-masing Nabi. Ini berbeda
dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW. yang sifatnya bukan indrawi atau
material, namun dapat dipahami oleh akal. Maka ia tidak dibatasi oleh suatu
tempat atau masa tertentu. Mukjizat al-Quran dapat dijangkau oleh setiap orang
yang menggunakan akalnya di mana dan kapan pun.9

7
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya : Dunia Ilmu, 2000), h. 270.
8
Rosihon Anwar, op.cit, h. 192
9
Ibid.
Adapun dalil yang menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an yang merupakan
sebuah tantangan untuk mendatangkan hal serupa dengan Al-Qur’an di antaranya
yaitu :

Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk


membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat
yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain".10

Artinya : “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran


itu jika mereka orang-orang yang benar.”11

Artinya : “Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al


Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-
surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang
kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang
yang benar".”12

Artinya : “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti
kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan
bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”13
Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang
kebenaran Al-Qur’an itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua
ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW.

10
Q.S. Al-Israa’ : 88
11
Q.S. Ath-Thur : 34
12
Q.S. Hud : 13
13
Q.S. Al-Baqarah : 23-24
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya ‘Al Jami’ li Ahkamil Qur’an, mengatakan :
“Yang dimaksud firman Allah ( ‫)َف ِإْن َّلْم َتْفَع ُل ْو ا‬, adalah usaha yang telah lewat.
Adapun (‫)َو َلْن َتْفَع ُلْو ا‬, adalah usaha yang akan datang. Ini melemahkan semangat
mereka, bahkan dapat menggoyahkan jiwa mereka, agar kelemahan mereka
setelah itu akan lebih nyata, dan inilah sebagian perkara ghaib yang telah
dikabarkan Al-Qur’an sebelum terjadinya.”14

D. Aspek- Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an

Al-Qur’anul Adzim adalah Kalamullah yang bernilai mukjizat bagi makhluk.


Baik uslub dan nadzamnya, keindahan penjelasannya, ilmu-ilmu dan hukum-
hukum yang terkandung didalamnya, pengaruh petunjuknya, dan cermatnya
menyibakkan hal-hal ghaib yang sudah lampau atau yang akan datang. Para ulama
telah datang membuktikan rahasia-rahasia penjelasn dan berbagai segi
kemukjizatan Al-Qur’an setelah mereka mempunyai bukti. Seluruh orang Arab
serta ahli bahasa dan bayan telah bersepakat bahwa Al-Qur’an itu sendiri telah
merupakan mukjizat. Yaitu bahwa kemukjizatan Al-Qur’an ini terletak pada
kafashihan lafalnya, keindahan keterangannya, dan uslubnya yang mempunyai
gaya tersendiri yang sama sekali tidak bisa ditiru dari bentuk prosa atau syair.
Bahkan lebih dari itu, Al-Qur’an menyajikan lafal yang memikat yang nampak
jelas pada aturan suara, bagusnya bahasa, dan keindahan yang menghanyutkan.15

Yang dimaksud aspek-aspek dalam kemukjizatan Al-Qur’an ialah hal-hal


yang ada pada Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa kitab itu adalah benar-benar
wahyu Allah SWT, dan ketidakmampuan jin dan manusia untuk membuat hal-hal
yang seperti ada pada Al-Qur’an.16 Segolongan ulama menyatakan, bahwasannya
Al-Qur’an mu’jiz karena menagndung berbagai macam ilmu dan hiknah-hikmah
17
yang sangat mendalam. Meskipun untuk menentukan aspek-aspek I’jazul
Qur’an, para ulama berbeda pandangan.

14
Muhammad Ali Ash Shobuni, op.cit, h. 126.
15
Ibid, h. 132.
16
Abdul Djalal, op.cit, h. 280.
17
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Semarang : Pustaka
Hayam Wuruk, 2002), h. 320.
Namun secara garis besar dapat dipahami bahwasannya aspek-aspek yang
merupakan nilai dari kemukjizatan Al-Qur’an meliputi :

1. Aspek Kemukjizatan Bahasa


2. Aspek Kemukjizatan Ilmiah
3. Aspek Tasyri’
4. Aspek Kemukjizatan Mengetahui Berita-Berita Yang Ghoib
5. Aspek Ilmu dan Hikmah

Adapun dalam makalah ini akan dipaparkan aspek-aspek kemukjizatan Al-


Qur’an yang mengambil pendapat dari Syekh Abd. Adhim Az-Zarqoniy, dosen
Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadits pada jurusan Dakwah wal Irsyad Fakultas
Ushuluddin Universitas Al-Azhar yang mengatakan, “Orang yang mengamati Al-
Qur’an dengan seksama akan mengetahui segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an yang
sangat menakjubkan, sedikitnya ada 7 segi sebagai berikut :

Segi pertama : Keindahan bahasa dan uslub Al-Qur’an. Segi bahasa dan
uslubnya sangat indah dan amat menarik merupakan kemukjizatan Al-Qur’an
yang pertama, karena memiliki kekhususan yang tinggi, sehingga amat
mengherankan dan bahkan dapat melemahkan manusia yang mendengarkannya.
Hal ini terbukti dengan banyaknya orang masuk Islam karena mendengarkan Al-
Qur’an. Keunggulan bahasa Al-Qur’an itu terbukti banyak tidak adanya yang
mampu menandinginya, padahal Nabi Muhammad SAW telah lama
mencanangkan tantangan untuk membuat kitab seperti Al-Qur’an kepada semua
manusia. Kenyataannya, para pakar pujangga bahasa Arab dan ahli sastranya tidak
sanggup menandinginya, dari dahulu hingga sekarang.18

Segi kedua : Cara penyusunan bahasanya tampak baik, tertib, dan berkaitan
satu dengan yang lain, sehingga tidak kelihatan adanya perbedaan-perbedaan
antara surah satu dengan yang lain, meski Al-Qur’an itu diturunkan secara
berangsur-angsur sedikit demi sedikit selama 22 tahun lebih. Tidak kelihatan
sedikitpun adanya perbedaan gaya bahasa, loncatan kata, dan kelainan ungkapan.
Bahkan, tampak kebulatan dan kesinambungan serta keterkaitan antara satu

18
Abdul Djalal, op.cit, h. 281.
dengan yang lain, sehingga pembaca tidak menduga kalau turunnya Al-Qur’an
secara berangsur-angsur dalam waktu yang lama.19

Segi ketiga : Berisi beberapa ilmu pengetahuan, yang banyak memberi acuan
makhluk kepada kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dalam
Al-Qur’an banyak berisi benih dari berbagai cabang ilmu pengetahuan, bermaam-
macam argumentasi lautan kehidupan di dunia dan akhirat.20

Segi keempat : Yang membuktikan bahwa Al-Qur’an itu mu’jiz atau menjadi
mukjizat ialah karena kitab suci itu bisa memenuhi segala kebutuhan manusia,
baik yang berupa petunjuk-petunjuk dalam berbagai segi kehidupan, ataupun
berwujud tuntunan dalam bermacam-macam peribadatan, maupun yang berbentuk
benih-benih dalam beraneka disiplin ilmu pengetahuan di sepanjang zaman. Hal
ini tidak pernah terjadi di dalam kitab suci lain ataupun agama lain.21

Segi kelima : Kemukjizatan Al-Qur’an tampak juga dalam segi cara-caranya


mengadakan perbaikan dan kemaslahatan bagi umat manusia. Al-Qur’an
menempuh cara yang sangat bijaksana sehingga amat mengherankan dalam
mengarahkan umat menuju jalan kebaikan, kemaslahatan, dan kesejahteraan
dalam berbagai segi kehidupan.22

Segi keenam : Adanya berita-berita ghaib dalam Al-Qur’an juga menunjuk-


an bahwa kitab suci tersebut betul-betul wahyu dari Allah SWT. Sebab, berita-
berita ghaib yang menceritakan hal-hal yang telah terjadi ratusan ribu tahun lalu
itu tidak mungkin diketahui oleh Nabi, apalagi bisa menceritakannya, kalau bukan
wahyu dari Allah SWT yang Maha Menegetahui segala rahasia dan kejadian.23

Segi ketujuh : Adanya ayat ‘itab (teguran). Di dalam Al-Qur’an terkadang


terdapat ayat-ayat ‘itab (ayat teguran), yang menegur kekeliruan pendapat Nabi
Muhammad SAW. Kadang-kadang teguran itu secara tegas dan keras, kadang-
kadang secara lunak dan lemah lembut. Orang yang berpikiran sehat, tentu
mengakui bahwa Al-Qur’an itu wahyu Allah SWT, bukan bikinan Nabi
19
Ibid, h. 282-283
20
Ibid, h. 283
21
Ibid, h. 284.
22
Ibid, h. 285.
23
Ibid.
Muhammad SAW. Hal itu dibuktikan dengan adanya ayat-ayat teguran kepada
Nabi tadi. Sebab, seandainya Al-Qur’an itu bikinan Nabi Muhammad sendiri,
tentunya tidak mungkin di dalamnya ada teguran-teguran terhadap dirinya sendiri,
bahkan orang itu biasanya cenderung akan selalu membela dirinya sendiri.24

E. Hikmah Adanya Kemukjizatan Al-Qur’an

Rasulullah SAW yang menerima al-Qur'an dan yang paling tahu tentang
kandungannya, melukiskan al-Qur'an sebagai “Di dalamnya kabar masa lampau,
berita masa akan datang, tidak lekang oleh panas, tidak lapuk oleh hujan, tidak
terhenti keajaibannya, dan tidak pula usang oleh banyaknya diskusi tentangnya.”
Sungguh tepat ilustrasi yang menyatakan bahwa al-Qur'an bagaikan intan yang
memancarkan berbagai cahaya, cahaya yang dipandang pada posisi tertentu
berbeda dengan cahaya yang dipancarkannya pada posisi yang lain. Bahkan dapat
berbeda dan beragam akibat keragaman yang memandang, tetapi kesemuanya
dapat dinilai benar dan jitu.

Mukjizat Nabi Muhammad SAW yaitu Al-Quran yang merupakan risalah


penghabisan, maka ia akan abadi sepanjang masa selama tetapnya manusia. Al-
Qur’an merupakan mukjizat bagi semua manusia. Oleh sebab itu ia datang dalam
bentuk lain, tidak sebagaimana mukjizat-mukjizat terdahulu. Ia datang ke duniadi
saat manusia telah pandai dan berpikir maju. Bahkan risalah Nabi Muhammad
SAW hendak menuntun manusia di saat mereka telah memiliki kepandaian dan
perkembangan akal yang sempurna dalam masyarakatnya. Maka mukjizat beliau
harus mampu memperbaiki akal. Tidak memerlukan macam indrawi apapun.
Itulah Mukjizat yang bersifat ma’ani dan abadi yang senantiasa memperbaiki
derajat manusia di segala bangsa. Itulah mukjizat yang diserukan kepada seluruh
manusia.25
Risalah Nabi SAW adalah lengkap dan abadi. Karena merupakan ‘risalah
penghabisan’. Maka sangat tepat dan bijaksana bahwa mukjizat beliau sesuai
dengan macam risalahnya. Setiap nabi terdahulu datang membawa risalah untuk
kaum tertentu juga risalah itu akan terhenti sebab datangnya risalah berikutnya.

24
Ibid.
25
Muhammad Ali Ash Shobuni, op.cit, h. 119
Jadi tidak mungkin mukjizat Nabi penghabisan hanya berupa sesuatu yang
bersifat indrawi yang hanya dapat disaksikan sekelompok manusia pada waktu
terjadinya, dan kemudian setelah rasul pulang ke rahmatullah habislah mukjizat
itu dan tidaak dapat lagi disaksikan oleh orang sesudahnya.26
Dari sini jelas perbedaan antara mukjizat Nabi Muhammad SAW dan
mukjizat nabi-nabi yang lain. Mukjizat Nabi Muhammad SAW adalah satu
kesatuan rangkaian dalam Al-Qur’an. Ia dijamin langgeng dari hari ke hari.
Sehingga Allah SWT mewarisi bumi dan penghuninya. Adapun mukjizat para
rasul lainnya amat terbatas dalam jumlah dan masanya. Hilang bersama lenyapnya
zaman dan mati bersama kematian para rasul itu. Bagi orang yang hendak
mencarinya sekarang hanya akan mendapatkan khabarnya belaka dan tidak ada
saksi lain baginya melainkan Al-Qur’an, dan itu merupakan kenikmatan yang
telaah diberikan kepada kitab-kitab lainnya, sekaligus para rasul yang sama sekali
tidak diberikan oleh agama-agama lain semuanya. Allah Azza Wa Jalla telaah
berfirman pada Surah Al-Maidah ayat 48 yang berbunyi,
Artinya : “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya
satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu.”

26
Ibid.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemakalah merasa berkewajiban untuk menggaris bawahi bahwa apa yang


terdapat di dalam makalah ini hanyalah sekelumit dari mukjizat Al-Qur'an serta
keistimewaannya itu pun dari tiga aspek yaitu bahasa, ilmiah, dan tasyri'.
Memang tidak mudah memaparkan segala aspek kemukjizatan dan
keistimewaan kitab suci itu lebih-lebih apabila dimaksudkan untuk mengungkap
secara utuh dan tuntas segala aspeknya. Al-Ghazali berkata “Segala ilmu, yang
lalu dan akan datang yang telah punah dan yang akan lahir semuanya dikandung
oleh kitab suci Al-Qur'an.”
Mukjizat yang dimiliki oleh Al-Quran bersifat abadi dan sifat-sifat ini
memiliki sifat yang berbeda dengan mukzijat Rasul sebelum-sebelumnya. Al-
Quran adalah mukjizat ilmiah yang mengajak untuk membahas dan meneliti ayat-
ayat dalam rangka menetapkan hakikat ilmiah yang ditetapkan oleh ilmu
kontemporer. Maka, tidaklah mengherankan apabila Al-Quran menegaskan
pembenaran dan kecocokan terhadap apa yang dihasilkan oleh penemuan-
penemuan ilmu pengetahuan kontemporer setelah ratusan tahun para pakar baru
menemukannya dengan kajian, pembahasan dan penalaran. Mereka dapat
menemukan fenomena-fenomena sosial, politik, hukum, fisika dan lainnnya. Al-
Qur’an telah membawanya terlebih dahulu sebelum segala sesuatu terlintas dalam
pengetahuan menusia waktu diturunkannya. Kemudian muncul secara jelas sinyal-
sinyalnya pada era modern ini.
Dari sinilah, kita harus mengakui bahwa kemukjizatan dan keistimewaan
Al-Qur'an yang dipaparkan oleh siapa pun dan kapan pun belum mencerminkan
keseluruhan mukjizat dan keistimewaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon, 2012, Ulum Al-Quran, Bandung : Pustaka Setia

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, 2002, Ilmu-ilmu Al-Qur’an,


Semarang : Pustaka Hayam Wuruk

Ash Shobuni, Muhammad Ali, 2001, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, Jakarta :
Pustaka Amani

Chirzin, Muhammad, 1998, Al-Quran dan Ulumul Quran, Yogyakarta : PT. Dana

Bhakti Prima Jaya


Djalal, Abdul, 2000, Ulumul Qur’an, Surabaya : Dunia Ilmu

Anda mungkin juga menyukai