Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Skripsi Yetty Ikhwany Daulay

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 93

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DENGAN

PERAWATAN LUKA PERINEUM DIWILAYAH KERJA


PUSKESMAS BATANG BULU
TAHUN 2021

SKRIPSI

OLEH

YETTY IKHWANY DAULAY


20061078

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
2022
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DENGAN
PERAWATAN LUKA PERINEUM DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BATANG BULU
TAHUN 2021

SKRIPSI

OLEH

YETTY IKHWANY DAULAY


20061078

Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan
pada Program Studi Kebidanan Program Sarjana Fakultas Kesehatan
Universitas Aufa royhan di Kota Padangsidimpuan

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
2022
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Mahasiswa : Yetty Ikhwany Daulay
NIM : 20061078
Program Studi : Kebidanan Program Sarjana

Menyatakan bahwa:
1. Skipsi dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Luka
Perineum di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021” adalah
asli dan bebas dari plagiat.
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan dari Komisi
pembimbing dan masukan dari Komisi Penguji
3. Skripsi ini merupakan tulisan ilmiah yang dibuat dan ditulis sesuai dengan
pedoman penulisan serta tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain, kecuali dikutip secara tertulis
dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan dalam tulisan saya dengan
disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik serta sanksi lainnya sesuai
dengan norma yang berlaku
Demikian pernyataan ini dibuat, untuk dapat dipergunkan sebagaimana mestinya.

Padangsidimpuan, Februari 2022


Pembuat Pernyataan

Yetty Ikhwany Daulay


NIM 20061078
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yetty Ikhwany Daulay


Nim : 20061078
Tempat/Tanggal Lahir: P.Sidempuan, 30 Juli 1984
Jenis Kelamin : Perempuan
No, Telp/Hp : 082274534228
Email : yettydly@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1. SDN INPRES Sadabuan, Tahun Lulus 1997
2. SMPN 4 Padang Sidempuan, Tahun Lulus 2000
3. SMAN 6 Padang Sidempuan, Tahun Lulus 2003
4. AKBID Henderson Pematang Siantar, tahun Lulus 2006
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITA AUFA ROYHAN DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

Laporan Penelitian, Februari 2022


Yetti Ikhwany Daulay
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas dengan Perawatan Luka Perineum di Wilayah
kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021

Abstrak

Angka kematian ibu di Indonesia tahun 2020 sebesar 205 per 100.000 KH. Penyebab kematian
ibu di Indonesia pada tahun 2020 masih didominasi oleh perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan dan infeksi masa nifas khususnya infeksi pada luka perineum. Tujuan penelitian
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu nifas dengan perawatan luka perineum
di Wilayah kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu nifas yang
berkunjung ke Wilayah kerja Puskesmas Batang Bulu yang berjumlah 35 orang. Teknik
pengambilan sampel yaitu accidental sampling. Metode analisis data yaitu analisis univariat
dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan
perawatan luka perineum dengan nilai p = 0,000 < α = 0,05, dan ada hubungan antara sikap
dengan perawatan luka perineum dengan nilai p = 0,000 > α = 0,05. Disarankan agar ibu nifas
lebih aktif menggali informasi tentang kesehatan ibu khususnya mengenai perawatan luka
perineum, baik informasi dari pelayanan kesehatan maupun dari lingkungan. Petugas kesehatan
agar lebih aktif dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya
kepada ibu mengenai kesehatan ibu nifas khususnya tentang perawatan luka perineum pada ibu
nifas.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Ibu Nifas, Luka Perineum


Daftar Pustaka : 44 (2010-2021)
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

hidayah-Nya hingga penulis dapat menyusun Skripsi dengan judul “Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas dengan Perawatan Luka Perineum di Wilayah

kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021”.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

kebidanan di Program Studi Kebidanan Program Sarjana Fakultas Kesehatan

Universitas Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Dr. Anto J, Hadi, SKM, M.Kes, MM, selaku Rektor Universitas Aufa

Royhan di Kota Padangsidimpuan

2. Arinil Hidayah, SKM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan.

3. Nurelilasari Siregar, SST, M.Keb, selaku Ketua Program Studi Kebidanan

Program Sarjana Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan di Kota

Padangsidimpuan.

4. Lola Pebrianthy, SST, M.Keb, selaku pembimbing utama yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dalam menyelesaikan Skripsi ini.

5. Ns. Mei Adelina Harahap, M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang

telah meluangkan waktu untuk membimbing dalam menyelesaikan Skripsi

ini.
ii

6. Seluruh Dosen dan Tenaga Kependidikan pada Program Studi Kebidanan

Program Sarjana Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan di Kota

Padangsidimpuan.

7. Kedua Orangtua saya yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan

kepada saya untuk dapat menyelesaikan Studi pada Program Studi

Kebidanan Program Sarjana sampai pada penyelesaian skripsi ini.

8. Kepada teman-teman seangkatan terima kasih saya ucapkan atas

kebersamaan yang telah kita lalui.

Kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan guna perbaikan

dimasa mendatang. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan masyarakat. Aamiin.

Padangsidimpuan, Februari 2022

Penulis
iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSYARATAN
LEMBAR PENGESAHAN
HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR .. ................................................................................. i
DAFTAR ISI…............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 7
1.4.1 Bagi Responden ............................................................ 7
1.4.2 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan .............................. 7
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya.. ........................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………....... 8
2.1 Nifas ......................................................................................... 8
2.1.1 Defenisi Nifas. .............................................................. 8
2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas .......................................... 11
2.1.3 Tahapan dalam Masa Nifas.. ........................................ 11
2.1.4 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas .......................................... 12
2.2 Perawatan Luka Perineum.. ...................................................... 15
2.2.1 Defenisi Perawatan Luka Perineum.. ........................... 15
2.2.2 Tujuan Perawatan Luka Perineum.. ............................. 15
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Luka Perineum 16
2.2.4 Hal yang Perlu Diperhatikan Selama Masa Nifas. ....... 18
2.2.5 Perawatan pada Tindakan Pasca Episiotomi.. .............. 24
2.2.6 Perawatan Apabila Terjadi Infeksi.. ............................. 25
2.2.7 Prinsip-prinsip Pencegahan Infeksi.. ............................ 26
2.3 Pengetahuan.............................................................................. 27
2.3.1 Defenisi Pengetahuan.. ................................................. 27
2.3.2 Pengukuran Pengetahuan.. ........................................... 28
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.. ...... 30
2.4 Sikap.. ...................................................................................... 31
iv

2.4.1 Defenisi Sikap.. ............................................................ 31


2.4.2 Ciri-ciri Sikap............................................................... 31
2.4.3 Karakteristik Sikap....................................................... 33
2.5 Kerangka Konsep.. ................................................................... 34
2.6 Hipotesis Penelitian.. ................................................................ 34
BAB 3 METODE PENELITIAN.. .............................................................. 35
3.1 Jenis dan Desain Penelitian.. .................................................... 35
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.. .................................................. 35
3.2.1 Lokasi Penelitian.. ........................................................ 35
3.2.2 Waktu Penelitian. ......................................................... 35
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.. ............................................. 36
3.3.1 Populasi.. ...................................................................... 36
3.3.2 Sampel.. ........................................................................ 36
3.4 Etika Penelitian......................................................................... 36
3.5 Instrumen Penelitian.. ............................................................... 37
3.6 Prosedur Pengumpulan Data.. .................................................. 38
3.7 Defenisi Operasional ............................................................... 39
3.8 Pengolahan dan Analisis Data.. ................................................ 40
3.8.1 Pengolahan Data.. ......................................................... 40
3.8.2 Analisis Data.. .............................................................. 41
BAB 4 HASIL PENELITIAN.. ................................................................... 42
4.1 Analisis Univariat.. .................................................................. 42
4.1.1 Karakteristik Responden............................................... 42
4.1.2 Pengetahuan. ................................................................. 43
4.1.3 Sikap ........................................................................... .. 43
4.2 Analisis Bivariat.. ..................................................................... 44
4.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Perawatan Luka
Perineum.. ..................................................................... 44
4.2.2 Hubungan Sikap dengan Perawatan Luka
Perineum.. ..................................................................... 45
BAB 5 PEMBAHASAN.. ............................................................................. 46
5.1 Gambaran Karakteristik Responden.. ....................................... 46
5.1.1 Karakteristik Berdasarkan Umur.. ................................ 46
5.1.2 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan.. ....................... 47
5.1.3 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan............................ 48
5.2 Pengetahuan.............................................................................. 49
5.3 Sikap ...................................................................................... 51
5.4 Perawatan Luka Perineum.. ...................................................... 52
5.5 Hubungan Pengetahuan dengan Perawatan Luka Perineum.. .. 54
5.6 Hubungan Sikap dengan Perawatan Luka Perineum.. ............. 56
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.. ...................................................... 58
6.1 Kesimpulan.. ............................................................................. 58
6.2 Saran.. . ..................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ........................................................................... 35


Tabel 3.2 Defenisi Operasional ..................................................................... 39
vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Konsep ........................................................................... 34


vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat izin survey penelitian dari Universitas Aufa Royhan di Kota


Padangsidimpuan
2. Surat balasan izin penelitian
3. Lembar Permohonan Menjadi Responden
4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)
5. Kuesioner Penelitian
6. Lembar Konsultasi
Frequencies
[DataSet1] C:\Users\use\Documents\SPSS JUNA.sav

Pengetahuan
Perawatan tentang
Sikap Ibu
Pendidika Pekerja Luka PerawatanLuka
Umur ibu n ibu an Perineum Perineum
7 7 7 7
N Valid 7

Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 1,43 2,14 1,71 1,43 2,00 1,43
Std. Error of Mean 0 0 0 0 0 0
Median 1,00 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00
Mode 1 2 2 1 1 1
Minimum 1 1 1 1 1 1
Maximum 3 3 2 2 2 2
Sum 7,43 10,14 8,71 6,43 7,00 6,43

Frequency Table

Umur ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 4 57,1 57,1 57,1

2 2 28,6 28,6 100,0


3 1 14,3 14,3

Total 7 100,0 100,0


Pendidikan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
57,1 57,1
Valid 1 4 57,1

2 2 28,6 28,6 100,0


3 1 14,3 14,3

Total 7 100,0 100,0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Petani 5 71,4 71,4 71,4

IRT 2 28,6 28,6 100,0

Total 7 100,0 100,0

Perawatan Luka Perineum

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
57,1 57,1
Valid Tidak dilakukan 4 57,1

Dilakukan 3 42,9 42,9 100,0

Total 7 100,0 100,0

Pengetahuan tentang Perawatan Luka Perineum

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
57,1 57,1
Valid Kurang 4 57,1

Baik 3 42,9 42,9 100,0

Total 7 100,0 100,0

Crosstabs
[DataSet1] C:\Users\use\Documents\SPSS JUNA.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan tentang 7 100,0% 0 ,0% 7 100,0%


Perawatan Luka Perineum
* Perawatan Luka Perineum

Pengetahuan tentang Perawatan Luka Perineum * Perawatan Luka Perineum Crosstabulation

Perawatan Luka Perineum

Tidak Dilakukan Dilakukan Total

Pengetahuan tentang Kurang Count 3 1 4


Perawatan Luka Perineum Expected Count 42,8 14,3 57,1

Baik Count 2 1 3

Expected Count 28,6 14,3 42,9


Total Count 5 2 7

Expected Count 71,4 28,6 100,0

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1,74a 1 ,001


Continuity Correctionb 1,58 1 ,006
Likelihood Ratio 2.36 1 ,002
Fisher's Exact Test ,003 ,000
Linear-by-Linear Association 1,32 1 ,002
N of Valid Cases 7

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,45.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
[DataSet1] C:\Users\use\Documents\SPSS JUNA.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sikap Ibu 7 100,0% 0 ,0% 7 100,0%


* Perawatan Luka Perineum

Sikap Ibu * Perawatan Luka Perineum Crosstabulation

Perawatan Luka Perineum

Tidak Dilakukan Dilakukan Total

Sikap Ibu Negatif Count 3 1 4

Expected Count 42,8 14,3 57,1

Positif Count 2 1 3

Expected Count 28,6 14,3 42,9


Total Count 5 2 7

Expected Count 71,4 28,6 100,0

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1,72a 1 ,003


Continuity Correctionb 1,36 1 ,001
Likelihood Ratio 1,43 1 ,002
Fisher's Exact Test ,005 ,000
Linear-by-Linear Association 2,49 1 ,002
N of Valid Cases 7

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,45.
b. Computed only for a 2x2 table
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan luka perineum adalah proses pemenuhan kebutuhab dasar

manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai

dengan sehat (Hidayat, 2004). Perineum adalah bagian pembukaan pintu bawah

panggul yang terletak diantara vulva dan anus. Perineum terdiri atas otot Fascia

Urogenitalis serta diafragma pelvis (Wiknjosastro, 2007). Perawatan perineum

adalah upaya memberikan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan cara

menyehatkan daerah antara kedua paha yang di batasi antara lubang dubur dan

bagian alat kelamin luar pada wanita yang habis melahirkan agar terhindar dari

infeksi ( Kumalasari, 2015 ).

Kesehatan ibu mengacu pada kesehatan wanita selama kehamilan,

persalinan dan masa nifas. Setiap tahap harus menjadi pengalaman yang positif,

memastikan wanita dan bayinya mencapai potensi penuh untuk kesehatan dan

kesejahteraan. Meskipun kemajuan penting telah dicapai dalam dua dekade

terakhir, sekitar 295.000 wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan

persalinan pada tahun 2017. Penyebab langsung yang paling umum dari cedera

dan kematian ibu adalah kehilangan darah yang berlebihan, infeksi, tekanan darah

tinggi, aborsi yang tidak aman, dan gangguan persalinan, serta penyebab tidak

langsung seperti anemia, malaria, dan penyakit jantung (Kemenkes RI, 2014).

Infeksi masa nifas adalah kondisi yang terjadi ketika bakteri masuk dan

menginfeksi rahim serta daerah sekitarnya setelah seorang perempuan melahirkan


2

Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah dengan penanganan tepat

waktu oleh tenaga kesehatan profesional yang bekerja di lingkungan yang

mendukung. Setiap hari di tahun 2017, sekitar 810 wanita meninggal karena

penyebab yang dapat dicegah terkait kehamilan dan persalinan. Afrika Sub-Sahara

dan Asia Selatan menyumbang sekitar 86% (254.000) dari perkiraan kematian ibu

global pada tahun 2017. Afrika Sub-Sahara saja menyumbang sekitar dua pertiga

(196.000) kematian ibu, sementara Asia Selatan menyumbang hampir seperlima

(58.000). Wanita meninggal akibat komplikasi selama dan setelah kehamilan dan

persalinan.

Sebagian besar komplikasi ini berkembang selama kehamilan dan

sebagian besar dapat dicegah atau diobati. Komplikasi lain mungkin ada sebelum

kehamilan tetapi memburuk selama kehamilan, terutama jika tidak ditangani

sebagai bagian dari perawatan wanita. Komplikasi utama yang menyebabkan

hampir 75% dari semua kematian ibu adalah perdarahan hebat (kebanyakan

perdarahan setelah melahirkan), infeksi (biasanya setelah melahirkan) tekanan

darah tinggi selama kehamilan, komplikasi dari persalinan, aborsi tidak aman.

Sisanya disebabkan oleh atau terkait dengan infeksi seperti malaria atau terkait

dengan kondisi kronis seperti penyakit jantung atau diabetes (WHO, 2019).

Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dapat

menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Menurut data World

Health Organization (WHO), angka kematian ibu di dunia pada tahun 2015 adalah

216 per 100.000 kelahiran hidup atau diperkirakan jumlah kematian ibu adalah

303.000 kematian dengan jumlah tertinggi berada di negara berkembang yaitu

sebesar 302.000 kematian. Target kematian ibu tahun 2020 = 16 kematian ibu
3

(91,5/100.000 KH), sedangkan jumlah kematian ibu sampai bulan agustus 2020 =

27 kematian ibu (227,22/100.000 KH). AKI secara nasional = 306/100.000 KH

(SUPAS 2015) targer AKI RPJMN 2024 = 183/100.000 KH, Target AKI global

SDGs = 70/100.000 KH. Penyebab utama kematian ibu: pendarahan, PE-

Eklampsia dan penyakit penyerta (WHO 2020)

Angka kematian ibu (AKI) di indonesia tercatat 177 kematian per 100.000

kelahiran hidup pada 2017. Rasio itu sudah lebih baik dari belasan tahun

sebelumnya yang lebih dari 200 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Kendati,

AKI indonesia masih ketiga tertinggi di Asia Tenggara (Badan Pusat Statistik ,

2021)

Negara yang mempunya AKI yang lebih besar dari Indonesia adalah

Myanmar (250 kematian per 100.000 kelahiran hidup) dan Laos (185 kematian

per 100.000 kematian hidup). AKI di Kamboja, Timor Leste, dan Filifina juga

masih diatas 100 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Upaya percepatan

penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu

mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan

ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di pasilitas

pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bago ibu dan bayi, perawatan

khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana

termasuk KB pasca persalinan.

Berdasarkan laporan profil kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2017, jumlah

kematian ibu tercatat sebanyak 205 kematian, lebih rendah dari data yang tercatat

pada tahun 2016 yaitu 239 kematian. Bila jumlah kematian ibu dikonversi ke

angka kematian ibu, maka AKI di Sumatera Utara adalah sebesar 85/100.000
4

kelahiran hidup. Angka tersebut diperkirakan belum menggambarkan AKI yang

sebenarnya pada populasi. Berdasarkan hasil supas tahun 2015, AKI di Indonesia

sebesar 305/100.000 kelahiran penduduk, angka ini masih cukup tinggi

dibandingkan dengan target SDGs tahun 2020 sebesar 70/100.000 kelahiran

hidup. Berdasarkan hasil survey AKI dan AKB yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sebesar 268 per 100.000 kelahiran hidup. AKI

di Kabupaten Tapanuli Selatan sebesar 3 kematian dari 6.516 kelahiran hidup

(Profil Kesehatan Provinsi Sumut, 2017).

Penyebab kematian ibu di Indonesia pada tahun 2019 masih didominasi

oleh perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi

(207 kasus) (Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2018). Penelitian

menunjukan bahwa hanya 47% infeksi potensial yang terjadi pada hari ketujuh,

dengan 78% infeksi terjadi pada hari ke-14, dan 90% pada hari ke-21. Infeksi

masa nifas masih berperan sebagai penyebab utama kematian ibu terutama di

Negara berkembang seperti Indonesia ini, masalah ini terjadi akibat dari

pelayanan kebidanan yang masih jauh dari sempurna. Faktor penyebab lain

terjadinya infeksi nifas diantaranya, daya tahan tubuh yang kurang, perawatan

nifas yang kurang baik karna adanya luka perineum, kurang gizi/mal nutrisi,

anemia, hygiene yang kurang baik, serta kelelahan (BKKBN, 2013).

Luka perineum adalah robekan yang terjadi di daerah perineum sewaktu

persalinan.Perineum berperan dalam persalinan karena merupakan bagian luar

dari dasar panggul. Perineum yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya

rata-rata 4 cm
5

Akibat perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi

perineum lembab dan akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang

dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum. Infeksi tidak hanya

menghambat proses penyembuhan luka tetapi juga menyebabkan kerusakan

jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri,

baik panjang maupun kedalaman luka. Perawatan luka perineum bertujuan untuk

mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan

(Kumalasari, 2015).

Menurut Devita R, 2019 menyatakan adanya hubungan secara statistik

antara pengetahuan dengan perawatan luka perineum dengan 𝜌value (0,000) <𝛼

(0,05). Karena Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa responden

yang berpengetahuan baik cenderung akan melakukan perawatan luka perineum

dengan baik dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan kurang baik.

Hal ini dikarenakan ibu yang tingkat pengetahuannya baik lebih memahami cara

dan manfaat perawatan luka perineum, sedangkan ibu yang tingkat

pengetahuannya kurang baik cenderung kurang memahami cara dan manfaat

perawatan luka perineum.

Menurut penelitian Ernatihari,2011. Ada hubungan antara sikap ibu nipas

dengan perawatan luka perineum karena didalam perawatan luka perineum

diperlukan sikap positif dan pengetahuan yang baik tentang perawatan luka

perineum untuk mendukung tindakan yang di lakukan.

Menurut survey pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Batang Bulu

secara observasi dan wawanca pada bulan November 2021 terdapat ibu nifas

sebanyak 7 orang, dimana 5 ibu nifas mengalami penyembuhan luka perineumnya


6

≥ 7 hari dikarenakan ibu tidak mengetahui cara perawatan luka perineum yang

benar dan kurangnya waktu ibu dalam melakukan personal hygiene karena terlalu

sibuk mengurus bayinya. Dan 2 orang ibu nifas yang penyembuhan luka

perineumnya dalam waktu 7 hari dikarenakan ibu nifas sudah mengetahui cara

perawatan luka perenium yang baik.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik mengambil judul

“Hubungan pengetahuan dan sikap ibu nifas dengan perawatan luka perineum di

Wilayah kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021”

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu nifas dengan

perawatan luka perineum di Wilayah kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu nifas dengan

perawatan luka perineum di Wilayah kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik ibu nifas di di Wilayah kerja

Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021

2. Untuk mengetahui bagai mana pengetahuan yang dimiliki ibu dalam

perawatan luka perineum di Wilayah kerja Puskesmas Batang Bulu

Tahun 2021

3. Untuk mengetahui sikap ibu dalam perawatan luka perineum di

Wilayah kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021


7

4. Untuk mengidentifikasi apakah terdapat hubungan antara

pengetahuan ibu nifas dengan perawatan luka perineum di Wilayah

kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021

5. Untuk mengidentifikasi apakah terdapat hubungan antara sikap ibu

nifas dengan perawatan luka perineum di Wilayah kerja Puskesmas

Batang Bulu Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan ibu

tentang perawatan luka perineum.

1.4.2 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Dapat memberikan gambaran secara objektif kepada Puskesmas mengenai

pengetahuan dan sikap ibu mengenai perawatan luka perineum dan

sebagai dasar untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu

berkaitan dengan perawatan masa nifas

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai gambaran informasi atau data untuk melakukan penelitian lebih

lanjut yang berkaitan dengan perawatan luka perineum.


8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nifas

2.1.1 Defenisi Nifas

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak satu jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Masa pasca persalinan

adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi. Bagi ibu yang mengalami

persalinan untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan

yang sangat bermakna selama hidupnya. Keadaan ini ditandai dengan perubahan

emosional, perubahan fisik secara dramatis, hubungan keluarga dan aturan serta

penyesuaian terhadap aturan yang baru. Termasuk didalamnya perubahan dari

seorang perempuan menjadi seorang ibu disamping masa pasca persalinan

mungkin menjadi masa perubahan dan penyesuaian sosial atau pun perseorangan

(individu) (Saifuddin, 2014).

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Marmi, 2012). Waktu masa nifas

yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40 hari, dimulai sejak melahirkan

atau sebelum melahirkan (yang disertai tanda-tanda kelahiran). Jika sudah selesai

masa 40 hari akan tetapi darah tidak berhenti atau tetap keluar darah, maka

perhatikanlah bila keluarnya disaat ada (kebiasaan) haid, maka itu darah haid atau

menstruasi. Akan tetapi, jika darah keluar terus dan tidak pada masa-masa
9

haidnya dan darah itu uterus tidak berhenti mengalir, maka ibu harus segera

memeriksakan diri kebidan atau dokter (Sari, 2015).

Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan

angka kematian ibu dan bayi di indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam

menanggulangi kematian ibu dan bayi dibanyak negara, para pakar kesehatan

menganjurkan upaya pertolongan difokuskan pada periode intrapartum. Upaya ini

terbukti telah menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir

yang disertai dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam

keselamatan jiwa. Namun, tidak semua intervensi yang sesuai bagi suatu negara

dapat dengan serta merta dijalankan dan memberi dampak menguntungkan bila

diterapkan dinegara lain (Saleha, 2013).

Secara garis besar terdapat tiga proses penting dimasa nifas, yaitu sebagai

berikut:

1. Pengecilan rahim atau involusi

Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat

mengecilkan serta membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah selnya.

Pada wanita yang tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram dengan ukuran kurang

lebih sebesar telur ayam. Selama kehamilan, rahim makin lama akan makin

membesar. Bentuk otot rahim mirip jala berlapis tiga dengan serat-seratnya yang

melintang kanan, kiri dan transversal. Diantara otot-otot itu ada pembuluh darah

yang mengalirkan darah ke plasenta. Setelah plasenta lepas, otot rahim akan

berkontraksi atau mengerut, sehingga pembuluh darah terjepit dan perdarahan

berhenti. Setelah bayi lahir, umumnya berat rahim menjadi sekitar 1000 gram dan

dapat diaraba kira-kira setinggi 2 jari dibawah umbilicus. Setelah 1 minggu


10

kemudaian beratnya berkurang jadi sekitar 500 gram. Sekitar 2 minggu beratnya

sekitar 300 gram dan tidak dapat diraba lagi.

Secara alamiah rahim akan kembali mengecil perlahan-lahan kebentuknya

semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar 40-60 gram. Pada saat ini

dianggap bahwa masa nifas sudah selesai. Namun sebenarnya rahim akan kembali

keposisinya yang normal dengan berat 30 gram dalam waktu 3 bulan setelah masa

nifas. Selama masa pemulihan 3 bulan ini, bukan hanya rahim saja yang kembali

normal, tapi juga kondisi tubuh ibu secara keseluruhan.

2. Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal

Selama hamil darah ibu relatif lebih encer karena cairan darah ibu banyak,

sementara sel darahnya berkurang. Bila dilakukan pemeriksaan kadar

hemoglobinnya (Hb) akan tampak sedikit menurun dari angka normalnya sebesar

11-12 gr%. Jika hemoglobinnya terlalu rendah, maka bisa terjadi anemia atau

kekurangan darah. Oleh karena itu, selama hamil ibu perlu diberi obat-obatan

penambah darah, sehingga sel-sel darahnya bertambah dan konsentrasi darah atau

hemoglobinnya normal atau tidak terlalu rendah. Setelah melahirkan, system

sirkulasi darah ibu akan kembali sepeerti semula. Darah kembali mengental,

dimana kadar perbandingan sel darah dan cairan darah kembali normal.

Umumnya hal ini terjadi pada hari ke 3 sampai ke 15 pascapersalinan.

3. Proses laktasi atau menyusui

Proses ini timbul setelah plasenta atau ari-ari lepas. Plasenta mengandung

hormone penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat

penghambatan ASI. Setelah plasenta lepas, hormon plasenta itu tidak dihasilkan

lagi, sehingga terjadi produksi ASI. ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan.
11

Namun, hal yang luar biasa adalah sebelumnya payudara sudah terbentuk

kolostrum yang sangat baik untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan

antibodi pembunuh kuman (Saleha, 2013).

2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa

kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkiran 60% kematian ibu akibat kehamilan

terjadi setelah persalinan dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam

pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian

bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian BBL terjadi

dalam waktu 7 hari setelah lahir (Saifuddin, 2014).

Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi 2, yaitu:

1. Tujuan umum

Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.

2. Tujuan khusus

a. Menjaga kebersihan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya

b. Melaksanakan skrinning yang komprehensif

c. Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada

ibu dan bayinya

d. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat.

e. Memberikan pelayanan keluarga berencana (Walyani dkk, 2017).

2.1.3 Tahapan dalam Masa Nifas

Dalam masa nifas terdapat 3 periode yaitu:


12

1. Periode immediate postpartum atau puerperium dini adalah masa segera

setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat

banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu,

bidan harus dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

pengeluaran lokea, tekanan darah, dan suhu.

2. Periode intermedial atau early postpartum (24 jam-1 minggu) difase ini

bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada

perdarahan, lokea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya dengan

baik.

3. Periode late postpartum (1-5 minggu) diperiode ini bidan tetap melakukan

perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. Pelayanan nifas

merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai standart pada ibu mulai 6 jam

sampai dengan 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa

nifas penting diberikan pada ibu dan bayi, karena merupakan masa krisis

baik ibu dan bayi. 60 % kematian ibu terjadi setelah persalinan, dan 50 %

kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama. Demikian dengan

halnya dengan masa neonates juga merupakan masa krisi dari kehidupan

bayi. Dua pertiga dari kematian bayi terjadi 4 minggu setelah persalinan, dan

60 % kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari setelah lahir (Sari, 2015).

2.1.4 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

a. Gizi

`Ibu nifas dianjurkan untuk makan diet berimbang, cukup karbohidrat,

protein, lemak, vitamin dan mineral. Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi


13

800 kalori/hari pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun

kedua 400 kalori. Jadi jumlah kalori tersebut adalah tambahan dari kebutuhan

kalori perharinya. Misal pada ibu dengan kebutuhan perhari 1800 kalori plus

tambahan 800 kalori sehingga kalori yang dibutuhkan sebanyak 2600 kalori.

Demikian pula pada 6 bulan selanjutnya dibutuhkan rata-rata 2300 kalori dan

tahun kedua 2200 kalori. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter didapat dari air minum

dan 1 liter dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain.

Mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari. Mengkonsumsi

vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat

meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan

kelangsungan hidup anak. Pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi bergantung

pada vitamin A yang terkandung dalam ASI.

b. Istirahat dan Tidur

Anjurkan ibu untuk:

1) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan

2) Tidur siang atau isturahat selagi bayi tidur

3) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan

4) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu

untuk istirahat pada siang hari kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam

Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat:

1) Mengurangi jumlah ASI

2) Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan

3) Depresi

c. Senam Nifas
14

Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan

setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang

dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Selama kehamilan dan

persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti dinding perut menjadi

kendor, longgarnya liang senggama dan otot dasar panggul. Untuk

mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima,

senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Ibu tidak perlu

takut untuk banyak bergerak, karena dengan ambulasi dini (bangun dan bergerak

setelah beberapa jam melahirkan) dapat membantu rahim untuk kembali kebentuk

semula.

Tujuan senam nifas:

1. Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu

2. Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat kandungan

3. Membantu memulikan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul,

perut dan perineum terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan

dan persalinan

4. Memperlancar pengeluaran lochea

5. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan

6. Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan

persalinan

7. Meminilisasi timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya

emboli, trombosia dan lain-lain (Dewi dan Sunarsih, 2012).


15

2.2 Perawatan Luka Perineum

2.2.1 Definisi Perawatan Luka Perineum

Perawatan luka perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk

menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang

dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik

seperti pada waktu sebelum hamil (Nugroho dkk, 2014).

2.2.2 Tujuan Perawatan Luka Perineum

Tujuan dari perawatan luka perineum menurut Kumalasari (2015) yaitu

sebagai berikut:

a. Menjaga kebersihan daerah kemaluan

b. Mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu

c. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan

membrane mukosa

d. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan

e. Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan

f. Membersihkan luka dari benda asing atau debris

g. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat

Perawatan luka perenium menurut APN

a. Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering

b. Menghindari pemberian obat tradisional

c. Menghindari pemakaian air panas untuk berendam

d. Mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3-4 kali sehari

e. Kontrol ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk

pemeriksaan penyembuhan luka


16

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Luka Perineum

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi luka perineum yaitu sebagai

berikut:

1. Gizi

Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi

kesehatan setelah melahirkan. Ibu nifas harus mengkonsumsi

makanan yang mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh ibu

nifas dan untuk persiapan produksi ASI, bervariasi dan seimbang,

terpenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, zat besi, vitamin dan

mineral untuk mengatasi anemia dan mempercepat penyembuhan

luka perineum.

2. Ambulasi

Ambulasi setelah melahirkan sangatlah penting dilakukan. Oleh

karena itu, ibu harus istirahat. Mobilisasi yang dilakukan tergantung

pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Mobilisasi

sebaiknya diklakukan secara bertahap. Diawali dengan gerakan

miring kekanan dan kekiri diatas tempat tidur, duduk kemudian

berjalan setelah 2-3 jam pertama setelah melahirkan. Ambulasi dini

(early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah melahirkan

dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu

post partum diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya dan berjalan

24-28 jam setelah melahirkan.


17

3. Obat-obatan

a. Steroid : dapat menyamarkan adanya infeksi dengan

mengganggu respon inflantasi normal.

b. Antikoagualan : dapat menyebabkan hemoragi.

c. Antibiotik spectrum luas/spesipik : efektif bila diberikan segera

sebelum pembedahan untuk patologi spesipik atau kontaminasi

bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena

koagulasi intravascular.

4. Keturunan

Status genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan diri dalam

penyembuhan luka salah satu sifat genetik yang mempengaruhi

adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga

menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan

protein-kalori.

5. Sarana prasarana

Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam

perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan

perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptic.

6. Budaya dan keyakinan

Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum,

misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan

mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi

penyembuhan luka. Ibu nifas terkadang memiliki kepercayaan/tradisi

yang diperoleh dari orang tuanya, kakek atau nenek. Mereka


18

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu (Notoatmodjo, 2014).

2.2.4 Hal yang Perlu Diperhatikan Selama Masa Nifas

1. Kebersihan diri (personal hygiene)

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan pada ibu untuk menjaga

kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti

pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap

bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan

antiseptic dan selalu ingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan

kebelakang. Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi,

baik pada luka jahitan maupun kulit. (Walyani dkk, 2017).

Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh

karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.

Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk

tetap dijaga (Saleha, 2013). Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk

menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut:

a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum

b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan

sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan

daerah disekitar vulva, terlebih dahulu, dari depan kebelakang,

kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati ibu untuk

membersihkan vulva setiap kali selesai BAB/BAK.


19

c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah

dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.

d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kelaminnya

e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu

untuk menghidari menyentuh daerah tersebut.

Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak bengkak/memar dan

mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi. Anjuran yang dapat

diberikan kepada ibu antara lain:

a. Menjaga kebersihan alat genetalia, dengan mencucinya menggunakan

sabun dan air, kemudian daerah vulva sampai anus harus kering

sebelum memakai pembalut wanita, setiap kali membuang air besar

atau kecil, pembalut diganti minimal 3 kali sehari.

b. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah

membersihkan daerah genetalia

c. Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara

membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan

kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah disekitar anus.

Bersihkan vulva setiap kali buang air besar atau kecil

d. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah

dicuci dengan baik dan keringkan dibawah matahari atau disetrika


20

e. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kemaluannya

f. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada

ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau

cuci menggunakan sabun.

2. Pakaian

Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat

karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna

untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar

didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga

dengan pakaian dalam, agar tdak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya

akibat lochea (Sari, 2015).

3. Rambut

Setalah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat

gangguan perubahan hormone sehingga keadaannya menjadi lebih tipis

dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda

antara satu wanita dengan wanita yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan

akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut denga condionert yang cukup,

lalu menggunakan sisir yang lembut (Sari, 2015).

4. Kebersihan kulit

Setelah persalian, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan

dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan

pembengkakan pada wajah, kaki, betis dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam

minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat


21

yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit

tetap kering (Sari, 2015).

5. Perawatan Payudara

Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan tetapi juga

setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara betujuan untuk

melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehigga

memperlancar pengeluaran susu. Agar tujuan perawatan ini dapat tercapai, perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Lakukan perawatan payudara secara teratur

b. Pelihara kebersihan sehari-hari

c. Pemasukan gizi ibu harus leih baik dan lebih banyak untuk mencukupi

produksi ASI

d. Ibu harus percaya diri akan kemampuan dirinya menyusui bayi

e. Ibu harus merasa nyaman dan santai

f. Hindari rasa cemas dan stress karena akan menghambat reflex

oksitosin Perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin,

yaitu 1-2 hari setelah bayi lahir dan dilakukan 2 kali sehari

(Sulistyawati, 2015).

6. Vagina

Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae kembali.

Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap seperti ukuran

sebelum hamil pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah melahirkan. Rugae akan

terlihat kembali pada minggu ke-3 atau ke-4. Estrogen setelah melahirkan sangat
22

berperan dalam penebalan mukosa vagina dan pembentukan rugae kembali

(Maryunani, 2012).

Langkah-langkah untuk menjaga kebersihan vagina yang benar adalah:

a. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK

dan BAB air yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh

dari arah depan kebelakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang

menempel disekitar vagina baik itu dari air seni maupun feses yang

mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka jahitan.

b. Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptic

karena dapat berfungsi sebagai pelindung kuman. Yang penting jangan

takut memegang daerah tersebut dengan seksama.

c. Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga

kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam

cairan antiseptic selama 10 menit. Lakukan setelah BAK/BAB.

d. Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya

diganti. Bila seperti itu caranya maka akan percuma saja. Bukankah

pembalut tersebut sudah dinodai darah dan kotoran. Berarti bila

pembalut tidak diganti, maka vagina akan tetap lembap dan kotor.

e. Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lebut. Lalu

kenakan pembalut baru. Ingat pembalut mesti diganti setiap habis

BAK/BAB atau minimal 3 jam sekali atau bila sudah dirasakan tak

nyaman lagi

f. Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep

antibiotik yang diresepkan oleh dokter (Anggraini, 2010).


23

7. Perineum

Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya setelah

melahirkan, perineum menjadi agak bengkak/ edema/ memar dan mungkin ada

luka jahitan bekas robekan aatau episiotomy, yaitu sayatan untuk memperluas

pengeluaran bayi. Proses penyembuhan luka episiotomi sama seperti luka operasi

lain. Perhatikan tanda-tanda infeksi pada luka episiotomy seperti nyeri, merah,

panas, bengkak, atau keluar cairan tidak lazim. Penyembuhan luka biasanya

berlangsung 2-3 minggu setelah melahirkan (Maryunani, 2012).

8. Perawatan Perineum dan Vagina

Setelah melahirkan, biasanya perineum agak menjadi bengkak atau memar

dan mungkin ada luka jahitan bekas luka robekan atau episiotomi. Ada beberapa

hal yang dapat dianjurkan oleh ibu, antara lain ibu harus:

a. Membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah

sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian

membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang

air kecil atau besar.

b. Mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.

Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan

keringkan dibawah matahari atau disetrika.

c. Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihkan daerah kelaminnya

d. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, maka ibu harus

menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci

menggunakan sabun.
24

Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi,

meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka

perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan

sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan,

baru kemudian daerah anus. Sebelum dan sesudahnya ibu dianjurkan untuk

mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari. Bila pembalut

yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai, pembalut dapat dipakai kembali

dengan dicuci, dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika. (Sari, 2015).

Pada prinsipnya, urgensi kebersihan pada vagina pada saat nifas dilandasi

beberapa alasan, yaitu:

a. Banyak darah dan kotoran yang keluar dari vagina

b. Vagina berada dekat saluran buang air kecil dan buang air besar yang

tiap hari kita lakukan

c. Adanya luka perineum yang bila terkena kotoran dapat terinfeksi

d. Vagina merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki kuman untuk

kemudian menjalar kerahim.

2.2.5 Perawatan pada Tindakan Pasca Episiotomi

Jika persalinan normal sampai memerlukan tindakan episiotomi, ada

beberapa hal yang harus dilakukan agar proses pemulihan berlangsung seperti

yang diharapkan. Inilah cara perawatan setelah episiotomi:

1. Untuk menghindari rasa sakit kala buang air besar, ibu dianjurkan

memperbanyak konsumsi serat seperti buah-buahan dan sayuran. Dengan

begitu tinja yang dikeluarkan menjadi tidak keras dan ibu tak perlu
25

mengejan. Kalau perlu, dokter akan memberikan obat untuk melembekan

tinja.

2. Jika kondisi robekan yang terlalu luas pada anus, hindarkan banyak bergerak

pada minggu pertama karena bisa merusak otot-otot perineum.

Banyakbanyaklah duduk dan berbaring. Hindari berjalan karena akan

membuat otot perineum bergeser.

3. Jika kondisi robekan tidak mencapai anus, ibu disarankan segera melakukan

mobilisasi setelah cukup beristirahat

4. Setelah buang air kecil dan besar atau pada saat hendak mengganti pembalut

darah nifas, bersihkan vagina dan anus dengan air seperti biasa. Jika ibu

benar-benar takut untuk menyentuh luka jahitan disarankan untuk duduk

berendam dalam larutan antiseptic selama 10 menit. Dengan begitu, kotoran

berupa sisa air seni dan feses juga akan hilang

5. Bila memang dianjurkan dokter, luka dibagian perineum dapat diolesi salep

antibiotik

Bagi ibu yang melahirkan secara normal, sering kali mendapat luka jahitan

pada daerah perineum (apisiotomi). Agar tidak terkena infeksi, ibu dianjurkan:

1. Mengganti pembalut setiap kali selesai buang air besar dan buang air kecil

2. Membersihkan daerah kemaluan/vagina dengan cara berjongkok perlahan-

lahan sehingga daerah vagina dapat bersih secara keseluruhan (Maryunani,

2012).

2.2.6 Perawatan Apabila Terjadi Infeksi

Infeksi bisa terjadi karena ibu kurang telaten melakukan perawatan pasca

persalinan. Ibu takut menyentuh luka yang ada diperineum sehingga memilih
26

tidak membersihkannya. Padahal, dalam keadaan luka, perineum rentan didatangi

kuman dan bakteri sehingga mudah terinfeksi. Gejala-gejala infeksi yang dapat

diamati adalah:

1. Suhu tubuh melebihi 37,5 0C

2. Menggigil, pusing dan mual

3. Keputihan

4. Keluar cairan seperti nanah dari vagina

5. Cairan yang keluar disertai bau yang sangat

6. Keluarnya cairan disertai dengan rasa nyeri

7. Terasa nyeri diperut

8. Perdarahan kembali banyak padahal sebelumnya sudah sedikit. Misalnya

seminggu setelah melahirkan, pendarahan mulai berkurang tapi tiba-tiba

darah kembali banyak keluar.

Bila ada tanda-tanda seperti diatas, segera periksakan diri kedokter. Infeksi

vagina yang ringan biasanya ditindaklanjuti dengan penggunaan antibiotik yang

adekuat untuk membunuh kuman-kuman yang ada (Sulistyawati, 2015).

2.2.7 Prinsip-prinsip Pencegahan Infeksi

1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap

dapat menularkan penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik

(tanpa gejala)

2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi

3. Permukaan benda disekitar vulva, peralatan dan benda-benda laninnya yang

akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak utuh, lecet
27

selaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi hingga setelah

digunakan, harus diproses secara benar.

4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah

diproses dengan maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi

5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi

hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan PI secara

benar dan konsisten (JNPK-KR, 2012).

Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen

lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus

diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir,

keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi

infeksi karena bakteri, virus dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan

resiko penurunan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan

pengobatannya, seperti misalnya Hepatitis dan HIV/AIDS (JNPK-KR, 2012).

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau responden

terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit (penyebab,
28

cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan

lingkungan, keluarga berencana dan sebagainya (Notoatmodjo, 2014).

2.3.2 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur berdasarkan jenis penelitiannya,

kuantitatif atau kualitatif :

a. Penelitian kuantitatif

Penelitian kuantitatif pada umumnya akan mencari jawaban atas

fenomena, yang menyangkut berapa banyak, berapa sering, berapa lama dan

sebagainya, maka biasanya menggunakan metode wawancara dan angket (self

administered):

1. Wawancara tertutup atau wawancara terbuka, dengan menggunakan

instrument (alat pengukur/pengumpul data) kuesioner. Wawancara

tertutup adalah suatu wawancara dimana jawaban responden atas

pertanyaan yang diajukan telah tersedia dalam opsi jawaban,

responden tinggal memilih jawaban mana yang mereka anggap paling

benar atau paling tepat. Sedangkan wawancara terbuka, dimana

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka, sedangkan

responden boleh menjawab apa saja sesuai dengan pendapat atau

pengetahuan responden sendiri.


29

2. Angket tertutup atau terbuka. Seperti halnya wawancara, angket juga

dalam bentuk tertutup dan terbuka. Instrument atau alat ukurnya

seperti wawancara, hanya jawaban responden disampaikan lewat

tulisan. Metode pengukuran melalui angket ini sering disebut “self

administered” atau metode mengisi senidiri.

b. Penelitian Kualitatif

Pada umumnya penelitian kualitatif bertujuan untuk menjawab bagaimana

suatu fenomena itu terjadi, atau mengapa terjadi. Misalnya penelitian kesehatan

tentang demam berdarah disuatu komunitas tertentu. Penelitian kuantitatif

mencari jawaban seberapa besar kasus demam berdarah tersebut, dan berapa

sering demam berdarah ini menyerang penduduk dikomunitas ini. Sedangkan

penelitian kualitatif akan mencari jawaban mengapa komunitas ini sering terjadi

kasus demam berdarah, dan mengapa masyarakat tidak mau melakukan 3 M, dan

seterusnya. Metode-metode pengukuran pengetahuan dalam metode penelitian

kualitatif ini antara lain :

1. Wawancara mendalam

Mengukur variabel pengetahuan dengan menggunakan metode

wawancara mendalam, adalah penelitian mengajukan suatu pertanyaan

sebagai pembuka, yang akhirnya memancing jawaban yang sebanyak-

banyaknya dari responden. Jawaban responden akan diikuti pertanyaan

yang lain, terus menerus, sehingga diperoleh informasi atau jawaban

responden sebanyak-banyaknya dan sejelas-jelasnya.


30

2. Diskusi Kelompok Terfokus (DKT)

Dsikusi kelompok terfokus atau “focus group discussion” dalam

menggali informasi dari beberapa orang responden sekaligus dalam

kelompok. Penelitian mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yang akan

memperoleh jawaban yang berbeda-beda dari semua responden dalam

kelompok tersebut. Jumlah kelompok dalam diskusi kelompok

terfokus seyogianya tidak terlalu banyak, tetapi juga tidak terlalu

sedikit, antara 6-10 orang (Notoatmodjo,2014).

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor Internal

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah

sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari

nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita


31

waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

3. Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang

lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.

Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

b. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

2. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

dari sikap dalam menerima informasi (Wawan dan Dewi, 2014).

Adanya pengaruh dari budaya lain atau budaya luar dapat

menyebabkan perubahan pada kehidupan masyarakat (William F

Ogburn).

2.4 Sikap

2.4.1 Defenisi Sikap

Menurut Damiati, dkk (2017), sikap merupakan suatu ekpresi perasaan

seseorang yang merefleksikan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap suatu


32

objek. Menurut Sumarwan (2014), sikap merupakan ungkapan perasaan

konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga

menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat

dari objek tersebut.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap

merupakan tanggapan reaksi seseorang terhadap objek tertentu yang bersifat

positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka atau tidak

suka, setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek tertentu.

2.4.2 Ciri-ciri Sikap

Menurut Sunyoto (2012), sikap mempunyai ciri antara lain:

a. Sikap bukan pembawaan manusia sejak lahir, melainkan dibentuk atau

dipelajari sepnajnag perkembangan orang itu didalam hubungan dengan

objeknya.

b. Sikap dapat berubah-ubah dan dapat dipelajari, oleh karena itu sikap dapat

berubah pada orang bila terdapat keadaan dan syarat tertentu yang

memudahkan sikapnya pada orang itu sendiri.

c. Sikap itu tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung hubungan

pada satu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas

d. Objek sikap merupakan suatu hal tertentu atau kumpulan dari hal-hal

tersebut. Sikap dapat di berkenaan dengan suatu objek yang serupa.


33

2.4.3 Karakteristik Sikap

Menurut Sumarwan (2014) sikap terdiri dari beberapa karakteristik, yaitu:

a. Sikap selalu memiliki objek, yaitu selalu mempunyai sesuatu hal yang

dianggap penting, objek sikap dapat berupa konsep abstrak seperti

konsumerisme atau berupa sesuatu yang nyata.

b. Konsistensi sikap, sikap merupakan gambaran perasaan seorang konsumen,

dan perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya. Karena itu, sikap

memiliki konsistensi dengan perilaku.

c. Sikap Positif, negatif dan netral berarti setiap orang memiliki karakteristik

balance dari sikap antara individu satu dengan yang lainnya.

d. Intensitas sikap, sikap seorang konsumen terhadap suatu merek produk akan

variasi tingkatannya, ketika konsumen menyatakan derajat tingkat kesukaan

terhadap suatu produk, maka ia mengungkapkan ntensitas sikapnya.

e. Resistensi sikap adalah seberapa besar sikap seorang konsumen bisa

berubah.

f. Persistensi sikap adalah karakteristik sikap yang menggambarkan bahwa

sikap akan berubah karena berlalunya waktu.

g. Keyakinan sikap adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap

yang dimilikinya.

Teori sikap dan perilaku (Theory of Attitudes and Behavior) yang

dikembangkan oleh Triandis (1980), menyatakan bahwa perilaku seseorang

ditentukan oleh sikap yang terkait dengan apa yang orang-orang ingin lakukan

serta terdiri dari keyakinan tentang konsekuensi dari melakukan perilaku, aturan-

aturan sosial yang terkait


34

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar

variabel, baik variabel yang diteliti maupun variabel yang tidak diteliti. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap sedangkan variabel

dependen dalam penelitian ini adalah perawatan luka perineum.

Variabel Dependen Variabel Independen

Pengetahuan

Perawatan Luka Perineum

Sikap

Gambar 2.1 Kerangka konsep

2.6 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2014) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka

pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.

1. Ha: Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu nifas dengan perawatan

luka perineum

2. Ho: Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu nifas dengan

perawatan luka perineum


35

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Desain ini

menggunakan pendekatan cross sectional study dengan tujuan untuk mengetahui

hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu nifas dengan perawatan luka

perineum di Wilayah kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021 yang diamati

pada periode waktu yang sama.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Batang Bulu tahun

2021, karena masih banyak ibu yang kurang paham tentang perawatan luka

perineum.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus – Desember 2021.

Tabel 3.1. Waktu Penelitian

Agust Sept Okt Nov Des Jan-Feb


Perumusan Masalah
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan Data
Seminar Akhir
36

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di Wilayah

kerja Puskesmas Batang Bulu dengan jumlah 35 orang pada bulan November

tahun 2021.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang berada di

Wilayah kerja Puskesmas Batang Bulu berjumlah 35 orang. Teknik pengambilan

sampel yaitu accidental sampling yaitu tekhnik pengambilan sampel dengan cara

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat

sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Kriteria Inklusi:

1) Ibu melahirkan pervaginam

2) Tidak ada penyulit dalam persalinan

3) Kondisi fisik dan psikologis ibu dalam keadaan sehat

4) Bersedia menjadi responden.

3.4 Etika Penelitian

1. Informed Consent (persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama


37

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya

(Hidayat, 2017).

3.5 Instrumen Penelitian

Alat atau instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner kategori

sebagai berikut:

1. Identitas responden, secara umum berisi nama, umur, pendidikan dan

pekerjaan

2. Kuesioner pengetahuan menggunakan penelitian sebelumnya yang dilakukan

Arami (2017). Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan menggunakan

kuesioner yang berisi 10 pernyataan, setiap pernyataan diberikan bobot nilai 1

jika jawaban benar dan 0 jika jawaban salah ( Notoatmodjo, 2012). Nilai

maksimal = 10 dan nilai minimal = 0. Berdasarkan jumlah nilai yang

diperoleh responden, maka tingkat pengetahuan dapat dikategorikan sebagai

berikut:

1) Kurang, apabila skor yang diperoleh responden 1-5, dengan nilai ≤ 50%.

2) Baik, apabila skor yang diperoleh responden 6-10, dengan nilai ≥50 %

3. Kuesioner sikap menggunakan penelitian sebelumnya yang dilakukan

Lestariatik (2015). Pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan

kuesioner yang berisi 5 pernyataan. Setiap pernyataan diberikan bobot nilai 1

jika jawaban benar dan diberikan bobot nilai 0 jika salah. Nilai tertinggi
38

berjumlah 5 dan terendah adalah 0. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh

responden, maka sikap dapat dikategorikan sebagai berikut :

1) Sangat setuju dengan skor 5

2) Setuju dengan sekor 4

3) Ragu-ragu dengan skor 3

4) Tidak setuju dengan sekor 2

5) Sangat tidak setuju dengan skor 1

4. Kuesioner perawatan luka perineum menggunakan penelitian sebelumnya

yang dilakukan Arami (2017). Kuesioner perawatan luka perineum terdiri

dari 5 pernyataan, setiap pernyataan diberikan bobot nilai 1 jika jawaban

benar dan 0 jika jawaban salah. Nilai maksimal = 5 dan nilai minimal = 0.

Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka perawatan luka

perineum dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Kurang (Tidak dilakukan), apabila nilai yang di peroleh responden kurang

dari 3, dengan skor < 50%

2. Baik (Dilakukan), apabila nilai yang diperoleh responden lebih dari 3,

dengan skor > 50%

3.6 Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan dengan menetapkan tema judul penelitian, konsultasi dengan

dosen pembimbng, melakukan studi pendahuluan dan revisi.

2. Mengurus surat permohonan izin survey pendahuluan dari Universitas Aufa

Royhan, mengirim permohonan izin kepada Kepala Puskesmas Batang Bulu

3. Menentukan besarnya sampel dengan teknik sampling yaitu accidental

sampling.
39

4. Peneliti meminta kesediaan responden untuk menjadi bagian dari penelitian

ini dan menandatangani lembar informed consent. Kemudian peneliti

mengajukan kontrak waktu kepada seluruh responden.

5. Responden diberikan kuesioner, setelah kuesioner di isi oleh responden,

kemudian peneliti mengumpulkan dan memeriksa kelengkapannya.

6. Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan data.

3.7 Defenisi Operasional

Tabel 3.2. Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Defenisi Alat Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur Ukur
1 Pengetahuan Pengetahuan yang Kuesioner Ordinal 1. Kurang, jika skor
dimiliki ibu tentang 1-5, dengan nilai
perawatan luka ≤50%.
perineum yang 2. Baik, jika skor 6-
dimulai dari sejak 1 10, dengan nilai
jam setelah ≥50%
lahirnya plasenta
sampai dengan
enam minggu (42
hari) setelah
melahirkan
2 Sikap Sikap yang dimiliki Kuesioner Ordinal 1. Negativ < 50 %
ibu mengenai 2. Positif > 50 %
perawatan luka
perineum
40

3 Perawatan Perawatan yang Kuesioner Ordinal 1. Kurang (tidak


luka dilakukan ibu untuk dilakukan),
perineum menyehatkan apabila nilai
daerah antara paha yang diperoleh
yang dibatasi vulva responden <3,
dan anus pada ibu
dengan skor
yang dalam masa
antara kelahiran <50%
plasenta sampai
dengan kembalinya 2. Baik
organ genetik. (dilakukan),
apabila nilai
yeng diperoleh
responden >3
dengan skor
>50%

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis data, data yang telah terkumpul diolah dengan

tujuan mengubah data menjadi informasi. Pengolahan data dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Editing berfungsi untuk meneliti kembali apakah isian dalam lembar

kuesioner sudah lengkap. Editing dilakukan ditempat pengumpulan data,

sehingga jika ada kekurangan data dapat segera dilengkapi.

2. Coding

Pengkodean/ coding adalah klarifikasi bentuk jawaban- jawaban yang ada

didasarkan dengan jenis- jenisnya, kemudian diberi kode sesuai dengan

karakter masing- masing yang berupa angka untuk memudahkan dalam

pengolahan data
41

3. Tabulating

Merupakan langkah memasukan data-data hasil penelitian kedalam tabel-tabel

sesuai kriteria..

4. Cleaning

Langkah ini digunakan untuk menghilangkan data yang tidak perlu.

5. Data entry

Pada langkah ini, data–data yang diperoleh dimasukan kedalam lembar kerja

komputer untu memudahkan pengolaham data (Arikunto, 2013).

3.8.2 Analisis Data

Setelah data-data yang penulis perlukan terkumpul, maka langkah

selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan dua acara, yaitu:

1. Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012).

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini dilakukan analisis

bivariat pada setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Uji

statistik yang digunakan adalah uji chi square dengan nilai α = 0,05 yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel.


42

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu nifas

dengan perawatan luka perineum di Wilayah kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun

2021

4.1 Analisis Univariat

4.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden di Wilayah kerja


Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021

Karakteristik F %
Umur (Tahun)
< 20 4 57,1
20 – 35 2 28,6
>35 1 14,3

Pendidikan
SD 1 14,3
SMP 4 57,1
SMA 2 28,6
Perguruan Tinggi 0 0

Pekerjaan
PNS 0 0
Pegawai Swasta 0 0
Wiraswasta 0 0
IRT 2 28,6
Petani 5 71,4
Jumlah 7 100,0

Hasil Tabel 4.1 Ditinjau dari segi umur mayoritas responden berusia <20

tahun sebanyak 4 orang (57,1%), minoritas berumur > 35 tahun sebanyak 1 orang

(14,3%). Pendidikan responden mayoritas SMP sebanyak 4 orang (57,1%), dan

minoritas responden berpendidikan SD sebanyak 1 orang (14,3%).


43

Mayoritas responden bekerja sebagai Petani sebanyak 5 orang (71,4%) dan

minoritas bekerja sebagai IRT sebanyak 2 orang (28,6%).

4.1.2 Pengetahuan

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pengetahuan responden di Wilayah kerja


Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021

Pengetahuan F %
Kurang 4 57,1
Baik 3 42,9

Jumlah 7 100,0

Hasil tabel 4.2 mayoritas responden memiliki pengetahuan Kurang

sebanyak 4 orang (57,1%) dan minoritas responden memiliki pengetahuan Baik

sebanyak 3 orang (42,9%).

4.1.3 Sikap

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi sikap responden Wilayah kerja Puskesmas


Batang Bulu Tahun 2021

Sikap F %
Negatif 4 57,1
Positif 3 42,9
Jumlah 7 100,0

Hasil tabel 4.3 Mayoritas responden memiliki sikap Negatif sebanyak 4

orang (57,1%) dan minoritas responden memiliki sikap Positif sebanyak 3 orang

(42,9%).
44

4.1.4 Perawatan luka perineum

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi perawatan luka perineum di Wilayah kerja


Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021
Perawatan luka perineum F %
Tidak dilakukan 4 57,1
Dilakukan 3 42,9
Jumlah 7 100,0

Hasil tabel 4.4 mayoritas responden tidak melakukan perawatan luka

perineum sebanyak 4 orang (57,1%) dan minoritas responden melakukan

perawatan luka perineum sebanyak 3 orang (48,%).

4.2 Analisis Bivariat

4.2.1 Hubungan pengetahuan dengan perawatan luka perineum

Tabel 4.5 Hubungan pengetahuan dengan perawatan luka perineum di


Wilayah kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021

Perawatan luka perineum p-


Tidak Dilakukan Jumlah value
Pengetahuan dilakukan

F % F % F %
Kurang 3 42,9 1 14,3 4 57,1
Baik 2 28,6 1 14,3 3 42,9 0,000

Jumlah 5 71,4 2 28,6 7 100,0

Hasil tabel 4.5 dari 4 responden dengan pengetahuan Kurang mayoritas

tidak melakukan perawatan luka perineum sebanyak 3 orang (42,9%) dan

minoritas melakukan perawatan luka perineum sebanyak 1 orang (14,3%).

Sedangkan dari 3 responden dengan pengetahuan Baik mayoritas responden

melakukan perawatan luka perineum sebanyak 1 orang (14,3%) dan minoritas

tidak melakukan perawatan luka perineum sebanyak 2 orang (28,6%).

Hasil uji nilai p = 0,000 (p < 0,05) hal ini mengidentifikasikan Ho ditolak,

artinya ada hubungan pengetahuan dengan perawatan luka perineum di

Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021.


45

4.2.2 Hubungan sikap dengan perawatan luka perineum

Tabel 4.6 Hubungan sikap dengan perawatan luka perineum di Wilayah


kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021
Perawatan luka perineum
p-
Tidak
Dilakukan Jumlah value
Sikap dilakukan
F % F % F %
Negatif 3 42,8 1 14,3 4 57,1
0,000
Positif 2 28,6 1 14,3 3 42,9
Jumlah 5 71,4 2 28,6 7 100,0

Hasil tabel 4.6 Dari 4 responden dengan sikap Negatif mayoritas

responden tidak melakukan perawatan luka perineum sebanyak 3 orang (42,8%)

dan minoritas melakukan perawatan luka perineum sebanyak 1 orang (14,3%).

Sedangkan dari 3 responden dengan sikap Positif mayoritas responden melakukan

perawatan luka perineum sebanyak 2 orang (28,6%) dan minoritas tidak

melakukan perawatan luka perineum sebanyak 1 orang (14,3%).

Hasil uji nilai p = 0,000 (p > 0,05) hal ini mengidentifikasikan Ho

diterima, artinya ada hubungan sikap dengan perawatan luka perineum di

Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021.


46

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Karakteristik Responden

5.1.1 Karakteristik Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas umur responden <20 tahun yaitu

sebanyak 4 orang (57,1%). Usia adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun

yang dihitung dari kelahiran hingga saat ini (Hartanto, 2015). Menurut

Winkjosastro (2014), usia reproduksi yang aman untuk kehamilan dan persalinan

adalah 20-30 tahun sebab kehamilan di usia < 20 tahun dan > 35 tahun sering

terjadi penyulit (komplikasi) baik pada ibu maupun janin. Usia reproduksi yang

untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun, kematian maternal pada

wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih

tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian

maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.

Faktor usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

penyembuhan luka. Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari

pada orang tua. Sebab fungsi penyatuan jaringan pada kulit ibu post partum yang

sudah tidak usia reproduktif telah mengalami penurunan akibat faktor usia.

Penelitian ini didukung oleh Sampe (2014), yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara usia dengan proses penyembuhan luka episiotomi. Adanya

hubungan antara usia dengan lama penyembuhan luka perineum pada penelitian

ini disebabkan karena banyak responden dengan rata-rata usia <20 tahun sebanyak

57,1%.
47

Berdasarkan teori tersebut peneliti berasumsi bahwa mayoritas umur

responden yaitu <20 tahun merupakan umur dimana seseorang berada dalam

kategori reproduksi yang belum matang, dimana seorang wanita mempunyai

fungsi reproduksi yang belum matang akan lebih besar resiko selama kehamilan

hingga persalinan. Usia 20-35 tahun merupakan usia dimana seseorang sudah

dianggap matang baik secara fisiologis, psikologis dan kognitif. Faktor usia

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka.

Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada orang tua. Sebab

fungsi penyatuan jaringan pada kulit ibu post partum yang sudah tidak usia

reproduktif telah mengalami penurunan akibat faktor usi

5.1.2 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden berpendidikan SMP

sebanyak 4 orang (57,1%), dan minoritas berpendidikan SD sebanyak 1 orang

(14,3%). Pendidikan merupakan kegiatan atau proses belajar yang terjadi dimana

saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila

didalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak

mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Pendidikan dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka semakin mudah untuk menerima informasi, sehingga makin baik

pengetahuannya, akan tetapi seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu

berpengetahuan rendah (Wawan dan Dewi, 2011).

Pendidikan bagi seorang ibu sangat penting terutama dalam memelihara

kesehatan diri dan keluarganya. Secara emosional ibu yang sudah siap untuk

melahirkan dan memiliki anak diharapkan mampu memelihara kesehatan diri dan
48

anaknya khususnya melakukan perawatan setelah melahirkan. Pendidikan ibu

akan memberikan dampak terhadap kesehatan ibu dan keluarganya.

Keterbatasan pendidikan ibu akan menyebabkan keterbatasan dalam

penanganan terhadap kesehatan diri dan keluarganya, semakin tinggi tingkat

pendidikan formal yang diperoleh, semakin tinggi pula pengetahuan tentang

kesehatan khususnya pengetahuan tentang perawatan setelah melahirkan, salah

satunya adalah perawatan luka perineum yang tepat (Sulistyawati, 2015).

Sesuai teori tersebut peneliti berasumsi bahwa pendidikan sangat penting

untuk seorang ibu dan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan ibu terutama

dalam hal kesehatan ibu nifas. Ibu dengan pendidikan tinggi akan memiliki

pengetahuan lebih baik dalam hal kesehatan khususnya kesehatan ibu. Semakin

tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi, sehingga makin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya bila pendidikan yang

kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru

yang diperkenalkan. Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempermudah

seseorang menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki.

5.1.3 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden bekerja sebagai Petani

sebanyak 5 orang (71,4%), dan minoritas responden bekerja sebagai IRT

sebanyak 2 orang (28,6%). Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk

mencari nafkah yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini

menunjukkan jika pekerjaan erat kaitannya dengan pendapatan. Dalam penelitian

ini sebagian besar responden bekerja sebagai Petani. Seorang ibu rumah tangga
49

atau ibu yang tidak bekerja lebih banyak melakukan kegiatan di dalam rumah

sehingga diharapkan memiliki waktu yang lebih untuk melakukan perawatan

khususnya perawatan luka perineum yang dilakukan oleh ibu nifas untuk

mempercepat kesembuhan lukanya.

Berdasarkan teori diatas, peneliti berasumsi bahwa ibu yang bekerja juga

dapat melakukan perawatan luka perineum karena setelah melahirkan ibu

diberikan waktu untuk istirahat guna memulihkan kesehatannya. Bekerja bukan

merupakan alasan ibu untuk tidak mempunyai waktu untuk melakukan perawatan

luka perineum. Ibu yang melakukan perawatan perineum secara tepat akan lebih

cepat mengalami kesembuhan.

5.2 Pengetahuan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 7 responden

menunjukan hasil tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum

di Puskesmas Btang Bulu tahun 2021 terdapat responden yang berpengetahuan

kurang yaitu sebanyak 4 orang (57,1%) dan responden yang pengetahuannya Baik

sebanyak 3 orang (42,9%). Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia

diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau responden

terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit (penyebab,

cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan

lingkungan, keluarga berencana dan sebagainya (Notoatmodjo, 2014).


50

Pengetahuan responden ditunjukkan dengan kemampuan responden menjawab

dengan benar pertanyaan yang berkaitan dengan perawatan luka perineum pada

ibu nifas. Pengetahuan ibu dijadikan dasar untuk berperilaku salah satunya dalam

melakukan perawatn luka perineum. Pengetahuan diperoleh dari pendidikan,

pengamatan ataupun informasi yang didapat seseorang. Dengan adanya

pengetahuan seseorang dapat melakukuan perubahan-perubahan sehingga tingkah

laku dari orang dapat berkembang (Damayanti, 2014).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

menurut Wawan dan Dewi (2014) terdiri dari faktor internal yaitu pendidikan,

pekerjaan, umur, dan faktor eksternal yaitu lingkungan dan sosial budaya.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, dalam memahami informasi tentang

perawatan luka perineum sehingga meningkatkan pengetahuannya tentang infeksi

luka perineum. Dalam penelitan ini pengetahuan tentang perawatan luka perineum

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden dimana tingkat pendidikan

responden paling banyak adalah tingkat pendidikan Rendah (SD SMP )sebesar

57,1%.

Berdasarkan teori diatas, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu nifas

sangat berhubungan dengan perawatan luka perineum. Semakin baik pengetahuan

ibu maka ibu akan melakukan perawatan luka perineum dengan benar sehingga

dapat mempercepat kesembuhan luka perineum. Ibu dengan pengetahuan kurang

cenderung tidak melakukan perawatan luka perineum karena ketidaktahuannya

atau ibu merasa perawatan luka perineum bukan merupakan hal yang sangat

penting sehingga ibu melakukannya jika ada waktu luang saja.


51

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Rumah

Sakit Bersalin Fitri Candra Wonogiri tahun 2013 tentang pengetahuan ibu nifas

dengan perawatan luka perineum terdapat 1 responden (3,3%) yang

berpengetahuan baik, 22 responden (73,4%) yang berpengetahuan cukup,

sedangkan penelitian Arami (2020) menunjukkan hasil bahwa ibu nifas dengan

pengetahuan baik ada 25 responden (38,5%), dan ibu nifas dengan pengetahuan

buruk ada 40 responden (61,5%).

5.3 Sikap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Batang Bulu

tahun 2021 mayoritas responden memiliki sikap Positif yaitu sebanyak 4 orang

(57,1%), dan responden yang memiliki sikap Negatif sebanyak 3 orang (42,9%).

Sikap responden yang tidak melakukan perawatan luka perineum dengan benar

mempunyai alasan bahwa akan memakan banyak waktu dan kurangnya

pemahaman dalam melakukan vulva hygiene yang benar.

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap objek tertentu sebagai suatu penghayatan yang terdiri dari menerima,

merespon, menghargai dan bertanggungjawab. Sikap akan diikuti atau tidak oleh

suatu tindakan berdasarkan pada sedikit atau banyaknya pengalaman seseorang.

Sikap mempunyai segi motivasi yang berarti segi dinamis menuju suatu tujuan,

berusaha untuk mencapai suatu tujuan. Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula

bersifat negatif. Dalam sikap positif kecenderungan untuk mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan sikap negatif terdapat

kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci atau tidak menyukai objek


52

tertentu. Ini bisa disebabkan oleh karena lokasi responden tersebut berdekatan

dengan petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan sehingga memudahkan

mendapatkan pengobatan (Azwar, 2013).

Berdasarkan teori diatas, peneliti berasumsi bahwa ibu dengan sikap baik

memiliki kesadaran untuk melakukan perawatan luka perineum dengan benar.

Kesadaran responden akan pentingnya cara membersihkan luka perineum yang

benar akan mempengaruhi proses penyembuhan luka perineum, dimana jika

perawatan luka perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan luka perineum

menjadi lembab dan akan menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat

menimbulkan infeksi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Widyastuti et al., (2016)

menunjukkan sikap ibu nifas di RSUD Wonosari Gunung Kidul yaitu positif 43

orang (81,1%) dan negatif 10 orang (18,9%). Penelitian ini sejalan dengan

Anggraini (2015) penelitian ini dilakukan pada 53 responden dengan hasil rata-

rata sikap responden sebagian besar positif sejumlah 49 responden (92,5%), dan

sebagian kecil memiliki sikap negatif yaitu 4 responden (7,5%).

5.4 Perawatan Luka Perineum

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 7 responden,

mayoritas responden tidak melakukan perawatan luka perineum sebanyak 4 orang

(57,1%) dan 3 responden (42,9%) melakukan perawatan luka perineum.

Perawatan luka perineum adalah perawatan khususnya perineum bagi wanita

setelah melahirkan mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah

infeksi dan meningkatkan penyembuhan. Prinsip-prinsip dasarnya, yaitu

mencegah kontaminasi dari rectum, menangani dengan lembut pada jaringan yang
53

terkena trauma. membersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri

(Bahiyatun, 2013).

Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi,

meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka

perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan

sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan,

baru kemudian daerah anus. Sebelum dan sesudahnya ibu dianjurkan untuk

mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari. Bila pembalut

yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai, pembalut dapat dipakai kembali

dengan dicuci, dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika (Sari, 2015).

Menurut asumsi peneliti, sebagian besar responden belum melakukan

perawatan luka perineum dengan baik dan benar dikarenakan kurangnya

pengetahuan responden yang dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa responden

berada pada kategori pengetahuan kurang dan cukup. Responden yang memiliki

pengetahuan yang baik akan melakukan perawatan luka perineum dengan baik

dan benar. Jika perawatan luka perineum tidak dilakukan dengan benar maka luka

perineum akan lama terjadi penyembuhan dan dapat menyebabkan infeksi.

Aktivitas berat dan berlebih juga merupakan faktor yang mengganggu

penyembuhan luka karena dapat menghambat perapatan tepi luka.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handayani (2012) dengan

judul gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum

yang benar di RSUD Surakarta diperoleh hasil pengetahuan baik, dengan sebagian

responden telah mengetahui cara perawatan luka perineum yang benar. Sedangkan

penelitian yang dilakukan Devita (2018) menunjukkan bahwa responden yang


54

melakukan perawatan perineum dengan baik sebanyak 26 orang dan 6 orang

melakukan perawatan perineum dengan cara kurang baik.

5.5 Hubungan Pengetahuan dengan Perawatan Luka Perineum

Berdasarkan hasil analisa bivariat antara variabel pengetahuan ibu nifas

dengan perawatan luka perineum, terdapat ibu nifas yang berpengetahuan Kurang

yang melakukan perawatan luka perineum sebanyak 1 orang (14,3%) sedangkan

ibu nifas yang berpengetahuan Kurang dan yang tidak melakukan perawatan luka

perineum ada sebanyak 3 orang (42,9%). Kemudian berdasarkan hasil analisa

statistik dengan uji chi-square terdapat bahwa (p-value 0,000) berarti Ho ditolak

artinya terdapat hubungan pengetahuan dengan perawatan luka perineum di

Wilayah kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021.

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses

sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open

behavior (Donsu, 2017). Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas

penggabungan atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek

yang diketahui. Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu

(Nurroh 2017). Sedangkan menurut Mubarak (2011) pengetahuan merupakan

segala sesuatu yang diketahui berdasarkan pengalaman manusia itu sendiri dan

pengetahuan akan bertambah sesuai dengan proses pengalaman yang dialaminya.

Berdasarkan asumsi peneliti, pengetahuan responden tentang perawatan

luka perineum ini masih kurang maksimal. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh

kurangnya informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan tentang perawatan

luka perineum itu sendiri secara detail. Selain itu, tingkat pendidikan ibu yang
55

rendah membuat para ibu tidak mengetahui cara perawatan luka dengan baik dan

benar, rasa takut juga sangat mempengharuhi ibu tentang melakukan cara

perawatan luka seperti takut membersihkan vulva karena tidak tahu cara

membersihkannya, dan dapat juga dipengaruhi oleh pemahaman ibu tentang

pentingnya perawatan ini secara berkelanjutan untuk mencegah terjadinya infeksi

tertentu pada masa nifas tersebut. Faktor predisposisi lainnya yang mendukung

kurangnya pengetahuan ini adalah ketidakpedulian ibu tentang pentingnya

perawatan luka perineum tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Haris dan Harjanti (2011), hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan

tingkat pengetahuan teknik keperawatan dengan kesembuhan luka perineum pada

ibu nifas di BPS Kota Semarang, dengan hasil perhitungan uji chi-square

diperoleh p-value = 0,00. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Ratih (2017)

dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang perawatan luka

perineum di rumah bersalin Rossita yang menunjukkan hasil bahwa ada hubungan

yang signifikan antara pengetahuan dengan perawatan luka perineum dengan

nilai p = 0,02.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Arami (2017) yang berjudul

hubungan pengetahuan ibu nifas dengan perawatan luka perineum di Klinik

Pratama Lista Kelambir Lima Hamparan Perak Kab. Deli Serdang Tahun 2017,

dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan ibu

nifas dengan perawatan luka perineum di Klinik Pratama Lista Kelambir Lima

Hamparan Perak Kab. Deli Serdang Tahun 2017 dengan nilai p =0,00.
56

5.6 Hubungan Sikap dengan Perawatan Luka Perineum

Berdasarkan hasil analisa bivariat antara variabel sikap dengan perawatan

luka perineum terdapat ibu nifas yang memiliki sikap Positif yang melakukan

perawatan luka perineum sebanyak 1 orang (14,3%) sedangkan ibu nifas yang

memiliki sikap Positif dan yang tidak melakukan perawatan luka perineum

sebanyak 2 orang (28,6%). Kemudian berdasarkan hasil analisa statistik dengan

uji chi-square terdapat bahwa (p-value = 0,000) berarti Ho ditolak artinya terdapat

hubungan sikap dengan perawatan luka perineum di Wilayah kerja Puskesmas

Batang Bulu Tahun 2021

Menurut Azwar (2013), sikap adalah tingkatan afeksi (perasaan), baik

yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek

psikologi. Dengan demikian, perasaan dalam merespon suatu objek dapat positif

yaitu perasaan senang, menerima, terbukadan lain-lain dan dapat negatif yaitu

perasaan tidak senang, tidak menerima, tidak terbuka dan lain-lain. Sikap

seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang cukup baik.

Menurut asumsi peneliti responden sudah memiliki sikap yang baik

terhadap perawatan luka perineum tetapi masih ada yang belum melakukan

perawatan perineum dengan benar. Kemungkinan responden belum mengerti

tentang cara melakukan perawatan luka perineum yang benar dan takut jika salah

dalam melakukannya dapat memperparah atau menghambat kesembuhan luka

tersebut. Petugas seharusnya lebih focus dalam memperhatikan kesehatan ibu

terutama ibu nifas. Diharapkan petugas dapat menyampaikan informasi tentang

perawatan luka perineum kepada masyarakat khusunya ibu nifas.


57

Terdapat empat faktor yang mempengaruhi perilaku hidup sehat yaitu

motivasi, kemampuan, persepsi, dan kepribadian. Hal ini berkaitan dengan faktor-

faktor yang mempengaruhi sikap seseorang seperti informasi dari petugas

kesehatan tentang PHBS dalam hal ini tentang vulva hygiene. Pengetahuan yang

baik diikuti dengan sikap ibu yang positif sedangkan pengetahuan yang kurang

lebih cenderung bersikap negatif. Sikap ibu untuk melakukan perawatan luka

perineum dipengaruhi informasi yang diterima mengenai perawatan tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ratih (2017) dengan judul

hubungan pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang perawatan luka perineum di

rumah bersalin Rossita yang menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang

signifikan antara sikap dengan perawatan luka perineum dengan nilai p = 0,04.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Qomarasari (2021) yang

berjudul hubungan sikap ibu nifas dengan perawatan luka perineum di

puskesmas Cimanggis kota Depok dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada hubungan yang positif dan secara statistik signifikan antara sikap ibu nifas

dengan perawatan luka perineum dengan nilai p = 0,000. Ibu yang mempunyai

sikap positif mempunyai kemungkinan 0,69 kali lebih besar untuk melakukan

perawatan luka perineum dibandingkan dengan ibu yang mempunyai sikap

negatif.
58

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil

kesimpulan :

1. Mayoritas responden berada pada usia <20 tahun, dan mayoritas responden

berpendididkan SMP

2. Mayoritas responden berpengetahuan kurang dalam perawatan luka

perineum.

3. Mayoritas responden memiliki sikap positif dalam perawatan luka perineum.

4. Terdapat hubungan antara sikap ibu nifas dengan perawatan luka perineum di

Puskesmas Batang Bulu dengan nilai p = 0,000.

5. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu nifas dengan perawatan luka

perineum di Puskesmas Batang Bulu dengan nilai p = 0,000.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan di atas, maka dapat diberikan

saran sebagai berikut :

1. Responden

Ibu nifas lebih aktif menggali informasi tentang perawatan luka perineum.

2. Institusi Pelayanan Kesehatan

Disarankan kepada petugas kesehatan agar lebih aktif dalam memberikan

pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya kepada ibu mengenai

perawatan masa nifas khususnya tentang perawatan luka perineum.


59

3. Peneliti Selanjutnya

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian

lebih lanjut berkaitan dengan perawatan luka perineum.


60

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka


Rihana

Arami, N. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas dengan Perawatan Luka


Perineum di Klinik Pratama Lista Kelambir Lima Hamparan Perak Kab.
Deli Serdang Tahun 2017. Skripsi. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Medan. Medan

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Azwar S. (2013). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Bahiyatun. (2013). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC

BKKBN, (2013). Angka Kematian Ibu Melahirkan. 21 Maret 2021.


<http://www.menegpp.go.id/v2/indeks.phhp/datadaninformasi/kesehatan>

Damayanti, I. P. , dkk. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kompherenshif


Pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir. Ed.1. Cet.1. Yogyakarta:
Deepulish.

Damiati, dkk. (2017). Perilaku Konsumen. Depok: Raja Grafindo Persada

Devita, R. (2019). Hubungan Antara Pengetahuan dan Paritas Ibu dengan


Perawatan Luka Perineum di Bidan Praktik Mandiri Ratna Wilis
Palembang Tahun 2018. Jurnal Keperawatan. Vol. 9, No. 1. Pp. 70-75

Dewi, V. N. L. dan Sunarsih, T. (2012). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.


Jakarta: Salemba Medika

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2018). Profil Kesehatan Dinas


Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Medan: Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara

Donsu, J. D. T. (2017). Psikologi Keperawatan Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Handayani. (2012). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Perawatan


Luka Perineum yang Benar di RSUD Surakarta Tahun 2012. Skripsi.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada. Surakarta

Haris dan Harjanti. (2011). Hubungan Pengetahuan Teknik Perawatan dengan


Kesembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas di BPS Kota Semarang..
61

Jurnal Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang. Vol. 1, No.2. Pp.


213-221

Hartanto, H. (2015). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan.

Manuntungi,A. (2019). Faktor-Faktor yang mempengaruhi lamanya


penyembuhan luka perineum pada ibu nifas diruang perawatan rumah
sakit mitra manakarra mamuju. STIKES ST. Fatimah Mamuju Vol.1,No 3
Agustus 2019.

Hidayat, A. A. A. (2017). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data


: Contoh Aplikasi Studi Kasus. Jakarta : Salemba Medika
JNPK-KR. (2012). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

Kemenkes RI. (2014). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Gavi

Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kesehatan


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kumalasari, (2015). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:


Salemba medika

Lestariatik, F. (2015). Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Perawatan Luka
Perineum di Klinik Delima Belawan. Karya Tulis Ilmiah. Universitas
Sumatera Utara. Medan

Marmi. (2012). Asuan Kebidanan pada Masa Nifas “Peurperium Care”.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maryunani, A. (2012). Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen


Laktasi. Jakarta: CV. Trans Info Media

Mubarak, W. (2011). Promosi Kesehatan Masyarakat untuk Kebidanan. Jakarta.


Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


62

Nugroho, T., dkk. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3).
Yogyakarta : Nuha Medika

Nurroh, S. (2017). Filsafat Ilmu. Assignment Paper of Filosophy of Geography


Science: Universitas Gajah Mada

Qomarasari, D. (2021). Hubungan Sikap Ibu Nifas dengan Perawatan Luka


Perineum di Puskesmas Cimanggis Kota Depok. Bunda Edu-Midwifery
Journal (BEMJ). Vol 4, No. 1. Pp. 9-13

Ratih, R .H. (2018). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang
Perawatan Luka Perineum di Rumah Bersalin Rossita Pekanbaru 2017.
Jurnal Kebidanan. Vol. 1. No. 1. Pp. 64-68

Saifuddin, A. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharohardjo

Saleha, S. (2013). Asuhan Kebidanan 3. Yogyakarta: Rhineka Cipta

Sampe et al. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyembuhan


Luka Episiotomi. Jurnal STIKES Nani Hasanuddin Makasar. No. 4, Vol.
3. Pp. 303-312.

Sari, E. P. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta: CV. Trans Info Media

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistyawati, A. (2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Andi

Sumarwan, U. (2014). Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam


Pemasaran. Bogor : Ghalia Indonesia.

Sunyoto, D. (2012). Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran. Cetakan Pertama.


Yogyakarta: CAPS

Walyani, dkk. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta
: PT. Pustaka Baru Press

Wawan, A. dan Dewi, M. (2014). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

Widyastuti, D. (2016). Gambaran Sikap Ibu Nifas tentang Perawatan Luka


Perineum Di RSUD Wonosari Gunung Kidul. Skripsi. Universitas Alma
Ata. Togyakarta
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Responden Penelitian

Dengan Hormat
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasisiwi Universitas
Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan Program Studi Ilmu Kebidanan Fakultas
Kesehatan.
Nama : Yetty Ikhwani Daulay
NIM : 20061078
Dengan ini menyampaikan bahwa saya akan mengadakan penelitian
dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas dengan Perawatan
Luka Perineum di Wilayah kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun 2021”.
Data yang diperoleh hanya digunakan untuk keperluan penelitian.
Kerahasiaan data dan identitas saudari tidak akan disebarluaskan.
Saya sangat menghargai kesediaan saudari untuk meluangkan waktu
menandatangani lembaran persetujuan yang disediakan ini. Atas kesediaan dan
kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

Penulis
2

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(Informed Consent)

Setelah dijelaskan maksud penelitian, saya bersedia menjadi responden

dalam penelitian yang dilakukan oleh saudari Yetty Ikhwany Daulay, mahasiswi

Universitas Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan yang sedang mengadakan

penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas dengan

Perawatan Luka Perineum di Wilayah kerja Puskesmas Batang Bulu Tahun

2021”.

Demikianlah persetujuan ini saya tandatangani dengan sukarela tanpa ada

paksaan dari pihak manapun.

Responden

(…..……………………)
3

KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS


DENGAN PERAWATAN LUKA PERINEUM DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATANG BULU
TAHUN 2021

A. INDENTITAS RESPONDEN

1. Nama : …………….

2. Umur : …………….

3. Pendidikan : ……………..

4. Pekerjaan :

(1). PNS (2). Pegawai Swasta

(3). Wirasasta (4). IRT

(5). Petani (6). Lain-lain

B. PENGETAHUAN

Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara benar pada
pernyataan dibawah ini.

1. Menurut ibu, apakah yang disebut dengan masa nifas?


a. Masa setelah melahirkan sampai lahirnya plasenta
b. Masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah
melahirkan
2. Tujuan asuhan masa nifas normal adalah…….
a. Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh
anak.
b. Membantu ibu agar cepat pulih
3. Ada beberapa kebutuhan dasar ibu nifas, antara lain:
a. Gizi, istirahat dan senam nifas
b. Mandi, berjemur dan menyusui
4. Apa yang dimaksud dengan perineum?
4

a. Daerah antara vulva dan anus


b. Luka yang terjadi pada saat melahirkan
5. Perawatan luka perineum adalah …..
a. Pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu
b. Cara yang dilakukan untuk membersihkan perineum
6. Tujuan dari perawatan luka perineum adalah….
a. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan
membrane mukosa
b. Memeriksa apakah terjadi infeksi pada perineum ibu
7. Cara yang baik untuk membersihkan kemaluan ibu nifas adalah ….
a. Dilakukan dari belakang (anus) kedepan (kemaluan).
b. Dilakukan dari depan kebelakang, kemudian membersihkan daerah
sekitar anus.
8. Berapa kali dalam sehari sebaiknya ibu mengganti pembalut?
a. 2 x sehari
b. Setiap kali ke kamar mandi
9. Bagaimana cara membersihkan vagina pada masa nifas?
a. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan
BAB air yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari
arah depan kebelakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang
menempel disekitar vagina.
b. Menghindari menyentuh luka, lakukan pembersihan vagina dari arah
belakang ke depan
10. Sebutkan tanda-tanda infeksi pada masa nifas…
a. Terasa nyeri diperut, menggigil, pusing dan mual
b. Tekanan darah tinggi dan bengkak pada kaki
5

C. SIKAP
Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara benar pada
pernyataan dibawah ini

Tidak
No Setuju
Pernyataan Setuju
. (S)
(TS)
Melakukan perawatan luka robek di
daerah kemaluan ibu saat melahirkan
1
berguna untuk mencegah terjadinya
infeksi.
Setelah ibu nifas buang air besar (BAB)
atau buang air kecil (BAK) sebaiknya
2 mengeringkan bagian luka
kemaluannya dengan handuk bersih
atau tisu.
Melakukan perawatan luka robek di
daerah kemaluan harus dilakukan tiap
3
hari karena untuk mempercepat proses
penyembuhan luka.
Ibu nifas seharusnya mengganti
4
pembalutnya 2 kali dalam 1 hari.
Ibu nifas sebaiknya mengkonsumsi
5
makan yang mengandung gizi.
6

D. PERAWATAN LUKA PERINEUM


Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.

1. Mengganti pembalut 2 kali sehari


a. Dilakukan b. Tidak Dilakukan
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat luka kemaluan
a. Dilakukan b. Tidak Dilakukan
3. Meminum obat yang diberikan oleh petugas kesehatan
a. Dilakukan b. Tidak Dilakukan
4. Mencuci kemaluan dengan memakai sabun.
a. Dilakukan b. Tidak Dilakukan
5. Mengeringkan daerah kemaluan setelah selesai cebok
a. Dilakukan b. Tidak Dilakukan
MASTER TABEL

Pend Pengetahuan Jlh Kat Sikap Jlh Kat Perawatan Perineum


No. Peke
Umur Kat idika Jlh Kat
Resp rjaan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P1 P2 P3 P4 P5 P6
n
1 32 1 2 2 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 2 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 1 1 0 1 1 5 2
2 23 2 2 2 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 5 2 4 3 3 3 3 3 3 3 25 3 1 1 1 0 0 1 4 2
3 31 2 1 2 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 3 1 3 2 3 3 2 3 3 3 22 2 1 0 1 0 1 1 4 2
4 37 1 2 2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3 1 3 3 2 3 2 3 3 3 22 2 1 0 1 0 0 1 3 1
5 30 2 2 2 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 7 2 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 1 1 0 1 1 5 2
6 25 2 1 2 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6 2 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 0 1 0 1 1 4 2
7 29 2 2 2 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 4 2 3 3 3 2 2 3 3 3 22 2 1 0 1 0 0 1 3 1
8 30 2 2 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3 1 3 2 3 2 3 3 3 3 22 2 1 0 1 0 1 1 4 2
9 39 1 1 2 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 3 1 3 2 2 3 3 3 3 3 22 2 1 0 1 0 0 1 3 1
10 27 2 2 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 5 2 3 3 3 3 3 2 3 3 23 3 1 1 1 1 1 1 6 2
11 26 2 2 2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3 1 3 3 2 3 2 3 3 3 22 2 1 0 1 0 0 1 3 1
12 35 2 2 2 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 7 2 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 1 1 1 1 1 6 2
13 36 1 1 2 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 5 2 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 1 1 1 1 1 6 2
14 29 2 2 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 5 2 3 3 3 2 3 3 3 3 23 3 1 1 1 1 1 1 6 2
15 32 2 2 2 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 5 2 3 2 3 2 3 3 3 3 22 2 1 0 1 1 0 1 4 1
16 28 2 2 2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3 1 3 3 2 2 3 3 3 3 22 2 1 0 1 0 1 1 4 2
17 25 2 1 2 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 3 1 3 3 2 2 3 3 3 3 22 2 1 0 1 0 0 1 3 1
18 23 2 2 2 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 6 2 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 0 1 1 0 1 4 2
19 32 2 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 5 2 4 3 3 3 3 3 3 3 25 3 1 1 1 1 1 1 6 2
20 36 1 2 2 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7 2 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 0 1 0 1 1 4 2
21 33 2 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 3 1 3 3 2 3 3 2 3 3 22 2 1 0 1 0 0 1 3 1
22 30 2 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 5 2 3 3 2 3 3 2 3 3 22 2 1 0 1 0 0 1 3 1
23 31 2 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 3 1 3 3 3 3 2 2 3 3 22 2 1 0 1 0 0 1 3 1
24 18 1 2 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 5 2 3 3 3 3 3 2 3 3 23 3 1 0 1 1 1 1 5 2
25 27 2 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 5 2 3 3 3 3 3 2 3 3 23 3 1 0 1 0 0 1 3 1
26 19 1 2 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 4 2 3 3 3 2 3 2 3 3 22 2 1 0 1 0 0 1 3 1
27 30 2 2 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6 2 3 3 3 2 3 2 3 3 22 2 1 0 1 1 0 1 4 2
28 35 2 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 3 1 3 3 2 3 2 3 3 3 22 2 1 0 1 0 0 1 3 1
29 29 2 1 2 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 2 3 4 3 3 3 2 3 3 24 3 1 0 1 0 0 1 3 1
30 27 2 2 2 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 5 2 3 3 2 3 3 3 2 3 22 2 1 0 1 0 0 1 3 1
31 38 1 2 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 5 2 4 4 3 3 3 2 3 3 25 3 1 1 1 0 1 1 5 2
32 36 1 1 2 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 22 2 1 0 1 0 0 1 3 1
33 23 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 22 2 1 0 1 0 0 1 3 1
34 21 2 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 5 2 3 3 3 2 3 2 3 3 22 2 1 0 1 0 0 1 3 1
35 37 1 2 2 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 4 2 3 2 3 3 2 3 3 3 22 2 1 0 1 0 0 1 3 1

Ket:

Umur Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Sikap Perawatan Perineum


1 = < 20 dan > 35 tahun 1 = Rendah (SD, SMP) 1 = Tidak bekerja 0 : Salah 1 = Kurang (0-3) 2 = Cukup (12-22) 0 : Salah 1 = Tidak dilakukan (0-3)
2 = 20-35 tahun 2 = Menengah (SMA) 2 = Bekerja 1 : Benar 2 = Cukup (4-7) 3 = Baik (23-32) 1 : Benar 2 = Dilakukan (4-6)

Anda mungkin juga menyukai