Laporan Hasil Diskusi Kelompok Kecil Blok 9 Modul 5 Infeksi Jaringan Keras Gigi
Laporan Hasil Diskusi Kelompok Kecil Blok 9 Modul 5 Infeksi Jaringan Keras Gigi
Laporan Hasil Diskusi Kelompok Kecil Blok 9 Modul 5 Infeksi Jaringan Keras Gigi
BLOK 9 MODUL 5
Infeksi Jaringan Keras Gigi
Disusunoleh :Kelompok1
Tutor :
drg. Musnar Munir, Sp. KGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat TuhanYangMaha Esa karena atas
limpahan rahmat sertahidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang
berjudul “Infeksi Jaringan Keras Gigi” ini tepat pada waktunya. Laporan ini kami
susun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari Diskusi Kelompok Kecil
(DKK) kami.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini sangat
terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil Diskusi
Kelompok Kecil (DKK) ini.
Kelompok I
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..................................................................................................1
C. Manfaat Penulisan................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
A. Skenario................................................................................................................2
C. Identifikasi Masalah.............................................................................................3
D. Analisa Masalah...................................................................................................4
E. Strukturisasi Konsep............................................................................................8
F. Learning Objective................................................................................................8
G. Sintesis...............................................................................................................8
BAB III.............................................................................................................................8
A. Kesimpulan.........................................................................................................23
B. Saran...................................................................................................................23
Daftar Pustaka...............................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa dan pembaca
dapat mengetahui, memahami serta menambah wawasannya dalam
pemahaman mengenai infeksi pada jaringankeras gigi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Skenario
2
3. Abses : terbentuknya pus pada suatu ronga, terjadi hancurnya
jaringan disebabkan pathogen.
4. Palatum : atap rongga mulut, terbagi menjadi palatum durum
(keras) dan palatum mole (lunak).
5. Perjalaan : penyebaran.
6. Peradangan : upaya tubuh sebagai perlindungan diri dan respon
dari suatu organisme terhadap infeksi.
7. Jaringan periapical : jaringan yang berada didekat apeks gigi
(sementum dan tulang alveolar sekitar).
8. Rontgen panoramic : teknik radiografi temasuk struktur wajah dan
struktur pendukung, pemeriksaan penunjang.
9. Surat rujukan : surat yang ditujukan setelah pemeriksaan untuk
menindaklanjuti, ditujukan ke instansi pemerintah.
10. Gigi depan atas kiri : Gigi 21 (FDI).
11. Karies : infeksi jaringan keras yang disebabkan oleh bakteri yang
menghasilkan asam, (proses demineralisasi).
C. Identifikasi Masalah
1. Apa klasifikasi dari karies?
2. Apa ciri-ciri dari karies?
3. Apa yang menyebabkan gigi karies?
4. Apa faktor yang mempengaruhi terjadinya karies?
5. Bagaimana karies berkembang menjadi pulpitis?
6. Kenapa bisa terjadi abses?
7. Bagaimana penyebaran infeksi?
8. Bagaimana proses penjalaran ke bibir?
9. Bagaimana penatalaksanaannya?
10. Apa tujuan dari melakukan rontgen panoramik?
11. Apa yang menyebabkan gigi pada kasus di skenariowalaupun telah
menyikat gigi tetap berlubang?
3
D. Analisa Masalah
1. Klasifikasi karies:
Lokasi (kedalaman)
o Superficialis (pada enamel)
o Media (kurang dari setengah dentin)
o Profunda (lebih dari setengah dentin)
Berdasarkan G. J. Mount (site and size)
Site
o Site 1. Defek pada pit, fisur dan email pada
permukaan oklusal gigi posterior atau permukaan
halus lainnya (aku artiin mungkin bisa jadi
restorasinya).
o Site 2. Area proksimal email gigi.
o Site 3. Bagian sepertiga servikal email, atau jika
terjadi resesi, bagian akar yang tampak tersebut.
Size
o Size 0. Merupakan lesi awal demineralisasi.
Perawatannya dengan mengeliminasi penyebab dan
tidak memerlukan perawatan lanjutan.
o Size 1. Kavitas pada permukaan yang minimal, tidak
melibatkan dentin. Perawatan dengan remineralisasi,
dan dapat digunakan bahan restorasi untuk mencegah
akumulasi plak lanjutan.
o Size 2. Adanya keterlibatan dentin. Perawatan dengan
preparasi kavitas dimana gigi tersebut masih kuat untuk
mendukung restorasi.
o Size 3. Lesi yang lebih besar dimana cusp atau tepi
insisal terbelah. Perawatan dengan preparasi kavitas
4
yang besar sehingga restorasi dapat menyediakan
dukungan yang cukup untuk struktur gigi yang tersisa..
o Size 4. Karies yang luas dengan kehilangan struktur
gigi yang sangan besar (seperti kehilangan satu cusp).
Berdasarkan G. V. Black
o I. Pit
o II. Interproksimal
o III. Proksimal Gigi Anterior
o IV. Proksimal + tepi incisal gigi anterior
o V. Pada bukal atau labial mendekati dentino-enamel
junction atau cemento-enamel Junction
o VI. Cusp Posterior
2. Ciri – ciri karies:
Terdapat white spot yang disebabkan oleh demineralisasi
email
Ngilu => dentin sudah terpapar (mempengaruhi saraf pada
gigi)
Pada radiografi => karies tampak radiolusen
Halitosis.
3. Penyebab gigi karies:
Microorganisme (cont. streptococcus mutan)
Host (cont. keadaan anatomi)
Substrat (cont. makanan karbohidrat)
5
Penggunaan obat
Hormon.
5. Karies dapat menjadi pulpitis dikarenakan karies yang terjadi sudah
cukup parah sehingga pulpa terpapar dan infeksi terjadi yang
menyebabkan terjadinya pulpitis.
7. Penyebaran Infeksi:
Berawal dari sisa makanan yang berampur dengan hasil
metabolisme bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans,
Lactobacillus, dll yang berupa asam akan mengakibatkan proses
demineralisasi pada email sehingga terbentuk karies. Proses karies ini
mengakibatkan radang pada pulpa yang dikenal sebagai Pulpitis
Reversibel dan akan berlanjut menjadi Pulpitis Irreversibel. Bila
infeksi dibiarkan jaringan pulpa akan menjadi nekrosis sehingga
infeksinya dapat masuk ke pembuluh darah menuju jaringan periapikal
melalui apeks. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah
memfagosit bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang
mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini maka jaringan sekitarnya akan terdorong
dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme
pertahanan tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika
suatu abses pecah maka infeksi bisa menyebar tergantung kepada
lokasi abses. Sehingga Abses Periapikal dapat didefinisikan sebagai
suatu proses supuratif disekitar ujung akar gigi yang terjadi karena
6
hancurnya jaringan dan merupakan respon inflamasi berlanjut dari
jaringan periapikal terhadap iritasi pulpa.
8. Penyebaran ke bibir:
Seperti yang telah dijelaskan pada pertanyaan sebelumnya.
9. Penatalaksanaan Karies
Penggunaan obat kumur
Pulpitis => perawatan saluran akar
Abses => drainase dan ekstraksi gigi
Pemberian obat analgesik dan antibiotik
Pemeriksaan penunjang (radiografi, dll.)
Restorasi direct
Inlay/onlay
Pengaplikasian fluoride
Diet gula
Dental floss
Sikat gigi rutin
7
Gaya hidup
Air di lingkungan tinggal (pH)
E. Strukturisasi Konsep
F. Learning Objective
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi karies dental.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi karies dental.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi karies dental.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pathogenesis karies dental.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan pathogenesis penjalaran infeksi
dan penanganan.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor pendukung karies dental.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan tindakan preventif.
G. Sintesis
8
Karies gigi atau gigi berlubang adalah suatu penyakit pada jaringan keras
gigi yang ditandai oleh rusaknya email dan dentin disebabkan oleh aktivitas
metabolismebakteri dalamplak yang menyebabkanterjadinya demineralisasi akibat
interaksi antar produk-produk mikroorganisme, ludah danbagian-
bagianyangberasaldarimakanandan email. Proses terjadinya karies pada gigi
melibatkan beberapa faktor yang tidak berdiri sendiri tetapi saling bekerjasama.
9
a) Karies pit dan fissure : Karies ini terjadi di pit dan fissure pada permukaan
oklusal gigi posterior dan permukaan lingual dan bukal pada gigi molar
dan permukaan palatal pada gigi anterior rahang atas.
b) Karies akar : Karies yang terjadi pada permukaan akar.
a) Karies primer : Karies yang muncul pertama kali pada permukaan gigi.
b) Karies sekunder : Karies yang muncul pada bagian yang sudah pernah
terjadi karies dan sudah pernah direstorasi.
10
vi. ICDAS ( Klasifikasi karies berdasarkan keparahan karies )
a) Klas I : Karies Klas I ini berada pada bagian oklusal gigi posterior yaitu
pada pits dan fissure, dari gigi premolar (geraham kecil) dan gigi molar
(geraham besar). Sedangkan pada gigi anterior karies Klas I ini terdapat di
foramen caecum.
b) Klas II : Karies pada Klas II ini terdapat pada bagian approximal dari gigi
premolar atau molar dan biasanya karies meluas sampai ke bagian oklusal.
11
c) Klas III : Karies pada Klas III ini terdapat pada gigi depan pada bagian
approximal, akan tetapi karies Klas III ini belum mencapai 1/3 (sepertiga)
incisal gigi.
d) Klas IV : Karies pada Klas IV ini merupakan lanjutan dari karies Klas III
dimana karies terjadi pada bagian approximal gigi depan dan karies telah
mencapai 1/3 (sepertiga) incisal gigi.
e) Klas V : Karies Klas V ini terdapat pada bagian 1/3 leher gigi baik gigi
depan maupun pada gigi belakang pada bagian labial, lingual, palatal
maupun bukal.
f) Klas VI : Karies Klas VI ini terdapat pada gigi depan bagian incisal edge
dan juga terdapat pada gigi belakang bagian ujjung cups.
12
karena adanya asupan gula. Semua faktor banyak bergantung pada faktor
tersebut yang bisa kita amati pada bagan di bawah ini.
a) Host :
Ada beberapa faktor yang dihubungkan antara gigi dengan karies yaitu
faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia,
dan kristalografis.
b) Mikroorganisme :
Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri, yang terbentuk
pada permukaan gigi. Enamel gigi di rongga mulut akan ditutupi oleh
lapisan yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini terutama terdiri atas
glikoprotein yang diendapkan dari saliva. Sifatnya lengket dan mampu
melekatkan bakteri tertentu pada permukaan gigi. Plak gigi memegang
peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan
lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas
suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak
dibersihkan.
Bakteri penyebab karies yaitu adalah streptococci yang diantaranya
Streptococcusmutans,Streptococcussobrinus,Streptococcussalivarius,Stre
ptococcusmitiordanStreptococcussanguis. Mereka memiliki kemampuan
untuk melekat pada berbagai jenis jaringan, kemampuan mereka untuk
memfermentasi gula (terutama sukrosa) dan menghasilkan konsentrasi
asam. Strain Lactobacilli dan Actinomyces juga ditemukan pada lesi
karies, tetapi tampaknya tidak memiliki peran penyebab langsung pada
karies. Bakteri-bakteri ini dapat berinteraksi dan berkontribusi pada S.
mutans karena dapat bertahan dalam plak ketika substrat gulaberkurang.
c) Substrat :
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikrooranisme yang ada pada
permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam
plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi
asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies.
13
Karbohidrat menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi
bakteri dan sintesa polisakharida. Tidak semua karbohidrat memiliki
derajat kariogenik yang sama. Karbohidrat kompleks misalnya relatif
tidak berbahaya, sedangkan karbohidrat yang derajat molekulnya lebih
rendah seperti gula akan meresap ke dalam plak dan dimetabolisme
dengan cepat oleh bakteri. Sintesa polisakharida sukrosa lebih cepat
daripada glukosa, fruktosa, dan laktosa. Oleh karena itu, sukrosa
merupakan gula yang paling kariogenik, walaupun gula lainnya tetap
berbahaya. Dan karena sukrosa merupakan gula yang paling banyak
dikonsumsi, maka sukrosa merupakan penyebab karies utama.
d) Waktu :
Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi
substrat menempel di permukaan gigi. Adanya kemampuan saliva untuk
mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies,
menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan
perbaikan yang silihberganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam linkungan
gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu,
melainkan dalam bulan atau tahun.
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral
selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies
tersebut terdiri atas periode demineralisasi dan remineralisasi yang silih
berganti. Oleh karena itu, bila ada saliva di dalam lingkungan gigi, maka
karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu,
melainkan dalam hitungan bulan atau tahun. Karena saliva dan cairan
rongga mulut lainnya membantu dalam menetralkan pH dan membersikan
gigi dari bakteri dan deposit lainnya. Dengan demikian sebenarnya
terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan karies ini.
o Teori elektrofisik
Teori ini dikemukakan oleh V. Bartheld (1959)
1. Faktor perusak secara aktif:
14
a) Demineralisasi yang bisa berasal dari makanan, saliva, bakteri, bahan gigi.
b) Proteolisis dapat disebabkan oleh enzim yang dihasilkan oleh Streptokokus.
2. Faktor perusak yang bersifat predisposisi:
a) Lokal, yang meliputi makanan atau diet dan plak. Plak memudahkan
melekatnya bakteri.
b) Umum, yaitu :
15
berserat tidak akan menghilangkan plak dari permukaan atau lubang yang tidak
dapat diakses (area stagnasi).
16
Fase penghancuran kristal enamel non-bakteri
Invasi bakteri pada email
Pembentukan kavitas
Merusak enamel dari bawah setelah menyebar ke dentin
Perubahan yang terlihat paling awal terlihat sebagai tempat buram putih
yang terbentuk tepat di bawah titik kontak. Penampilannya seperti kapur, enamel
keras dan halus ke probe. Perubahan ini bukan karena invasi bakteri, tetapi karena
demineralisasi dan remineralisasi dalam email.
Formasi kavitas
Jika lapisan permukaan utuh, bakteri tidak dapat memasuki email dan
karies hanya dapat berkembang melalui difusi asam melalui plak dan masuk ke
email. Jika serangan asam mencapai tingkat atau frekuensi kritis, demineralisasi
akan melebihi proses remineralisasi.akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada
zona permukaan. Setelah bakteri dapat memasuki lesi, demineralisasi disukai dan
karies berkembang secara mendalam menuju dentin.
17
Karies mula-mula mencapai enamel-dentinjunction di area kecil di bawah
pusat lesi karena bentuk lesi enamel. Kemudian menyebar ke lateral untuk
merusak email. Hal Ini memiliki dua efek utama. Pertama, enamel kehilangan
dukungan dentin dan karenanya sangat melemah. Kedua, diserang dari bawah.
Setelah dentin dihancurkan dan mahkota melemah, email mulai runtuh di bawah
tekanan pengunyahan dan untuk fragmen di sekitar tepi rongga (saat itu jelas
secara klinis).
Dental karies merupakan penyakit yang bergantung dengan diet, yang dapat
ditularkan dan diperantarai melalui mikrobiologis. Mirip dengan penyakit
periodontal yang dapat menular dengan lingkungan disekitarnya. Mikroorganisme
yang menyebabkan karies gigi dapat ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak
segera seteah erupsi gigi. Studi menunjukkan bahwa semakin besar pencegahan
18
penularan dari ibu ke anak, semakin kecil kemungkinan untuk terkena karies.
Pada saat karies telah terbentuk, pencegahan berfokus pada mitigasi (tindakan
mengurangi) faktor yang berkontribusi terhadap penyakit dental karies itu sendiri.
Penyakit dental karies tidak dapat dianggap sepele sebab penyakit ini mampu
berkembang menjadi penyakit infeksi yang dimana dapat menyebabkan beberapa
komplikasi. Penjalaran dental karies ini dapat dimulai dari terbentuknya lesi putih
pada permukaan gigi yang dimana bakal tempat kolonisasi bakteri Streptococcus
yang dimana bakteri ini dapat memproduksi asam yang dapat memulai proses
dimineralisasi pada jaringan keras gigi yang lambat laun dapat menyebabkan
permukaan enamel gigi menjadi berlubang dan bahkan dapat terus meluas dan
bertambah dalam hingga menembus dentin dan atap pulpa. Apabila telah
menembus atap pulpa gigi yang awalnya hanya karies pada permukaan saja
berkembang menjadi pulpitis (peradangan pada pulpa gigi) yang mana apabila
tidak segera diobati dan dilakukan perawatan dapat menyebabkan penyakitnya
berkembang menjadi infeksi odontogenik yang salah satunya ialah infeksi
periapikal tidak hanya sampai disitu saja apabila infeksi periapikal ini tidak segera
diatasi maka infeksinya dapat menjadi lebih parah dan menyebar ke beberapa
daerah diwajah melalui 3 jalur penyebaran yaitu: perlekatan otot, aliran darah, dan
melalui pembuluh limfatik.
i. Pulpitis reversible:
a) Rasa sakit singkat, dengan nyeri menusuk tajam.
b) Distimulasi oleh suhu panas dan dingin.
c) Pada saat di stimuli rasa sakit hilang dalam hitungan detik atau menit
sesaat setelah stimuli dihilangkan.
ii. Pulpitis irreversible:
a) Sakit yang datang tiba-tiba, sakit yang menusuk.
b) Stimuli suhu panas atau dingin.
19
c) Pada saat di stimuli rasa sakit hilang dalam waktu yang lama sesaat setelah
stimuli dihilangkan bisa dalam hitungan menit atau jam.
iii. Abses periapikal
iv. Abses pada spasium
v. Penanganan :
a) Ekstraksi.
b) Perawatan endodontik.
c) Pemberian antibiotik.
d) Perawatan pembedahan.
20
monosakarida dan disakarida. Konsumsi karbohidrat yang tinggi
merupakan faktor penting untuk terjadinya karies.
b) Kontrol plak : Kontrol plak dengan menyikat gigi sangat penting sebelum
menyarankan hal-hal yang lain kepada pasien. Agar berhasil, hal-hal yang
harus diperhatikan adalah :
Pemilihan sikat gigi yang baik serta penggunaannya.
Cara menyikat gigi yang baik.
Frekuensi dan lamanya menyikat gigi.
Penggunaan pasta fluor.
Pemakaian bahan disklosing
c) Penggunaan fluor : Penambahan fluor pada air dapat menambah
konsentrasi ion fluor dalam struktur apatit gigi yang belum erupsi. Ini
berarti struktur apatit gigi akan lebih tahan pada lingkungan asam dan
meningkatkan potensi terjadinya remineralisasi. Fluor bekerja dengan tiga
cara yaitu :
Dapat memperlambat perkembangan lesi karies dengan menghambat
proses demineralisasi.
Meningkatkan ketahanan email terhadap asam dan meningkatkan proses
remineralisasi.
Bereaksi dengan hidroksiapatit membentuk fluorapatit.
d) Kekurangan cairan saliva : Kekurangan cairan saliva biasanya merupakan
hasil dari penurunan sekresi saliva. Petunjuk klinis dan visual yang
membantu dokter gigi untuk mendeteksi adanya xerostomia adalah :
Gambaran jaringan mukosa yang kering.
Pasien sering menghisap bibir.
Pasien mengeluh sering minum.
Pasien dengan indeks karies yang tinggi tetap memiliki diet non-
kariogenik yang normal dan berusaha untuk menjaga kebersihan rongga
mulut yang baik.
21
Ada beberapa kondisi sistemik yang menyebabkan xerostomia, contohnya
sindrom sjorgens, rematik, dan lain-lain.
Pasien secara rutin menggunakan obat-obatan yang menyebabkan
hiposaliva.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karies gigi atau gigi berlubang adalah suatu penyakit pada jaringan
keras gigi yang ditandai oleh rusaknya email dan dentin disebabkan oleh
aktivitas metabolisme bakteri dalam plak yang menyebabkan terjadinya
demineralisasi akibat interaksi antar produk-produk mikroorganisme,
ludah dan bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email. Proses
terjadinya karies pada gigi melibatkan beberapa faktor yang tidak berdiri
sendiri tetapi saling bekerjasama.
B. Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik
dari segi diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk
itu kami menerima kritik dan saran dari dosen-dosen yang mengajar, baik
yang sebagai tutor ataupun dosen yang memberi materi kuliah, dari rekan-
rekan semua dan dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan kami.
23
Daftar Pustaka
24