Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Listrik Tenaga Surya Untuk Rumah - Agus Haris

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Listrik Tenaga Surya untuk Rumah

(judul asli: Memasang Solar Home System atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya Mini untuk Rumah)
Oleh: Agus Haris W

Catatan: SHS (Solar Home System) yang saya rangkai dalam tulisan ini sudah mengalami modifikasi untuk meningkatkan efisiensi maupun safety. Perubahan-
perubahan modifikasi dicatat di bagian akhir tulisan ini.
*****
DISCLAIMER: SHS yang saya rangkai ini hanyalah sebatas uji coba sebagai bagian dari hobi saya tentang elektronika. Sistem/rangkaian yang dipaparkan dalam
tulisan ini tidak merujuk pada standar mana pun, namun tetap memerhatikan aspek safety kelistrikan pada umumnya. Sistem/rangkaian dalam tulisan ini tidak
disarankan diaplikasikan oleh pihak/kontraktor mana pun untuk layanan instalasi profesional tanpa adanya riset kelaikan untuk umum. Anda yang ingin
membangun SHS di rumah, disarankan berkonsultasi dengan kontraktor profesional di kota/daerah Anda, dan tidak disarankan untuk memasangnya sendiri.
*****
Saya mempunyai salah satu hobi yang cukup berbeda dengan profesi yaitu ‘elektronika’. Sejak SMP sudah suka utak-atik dan bikin radio, walky talky, dll.
Berkaitan dengan hobi tersebut, dalam tulisan ini saya akan mencoba berbagi tentang solar home system (SHS) yang sudah saya pasang di rumah.
Ide untuk membuat PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) mini untuk perumahan atau SHS ini sebenarnya sudah lama. Ketika tinggal di Jerman, perumahan di
seberang kampus saya dulu ternyata atap-atap rumahnya banyak yang dipasang panel surya. Benar-benar inspiratif karena di negara yang musim panasnya
hanya seperempat tahun saja sudah mulai menggunakan energi yang bersumber dari matahari. Indonesia yang terletak di daerah tropis seharusnya mulai
melirik sumber energi terbarukan ini.
Masalah keekonomian, memang perlu hitung-hitungan apakah SHS ini bisa dibilang lebih irit dari listrik PLN atau tidak, tulisan ini tidak mengarah ke sana. Yang
jelas investasi awal memang besar, namun setelahnya tidak memerlukan biaya operasional. Kita hanya perlu melakukan perawatan saja terutama untuk aki
sebagai penyimpan energi listrik.

Gambar 1. Skema SHS


Untuk membuat SHS setidaknya harus ada empat komponen
utama seperti pada Gambar 1 yaitu:
1. Panel surya
2. Solar charge controller
3. Aki
4. Inverter DC ke AC

1. Panel Surya
Panel surya adalah alat yang digunakan untuk mengubah sinar
matahari menjadi listrik. Dalam sinar matahari terkandung
energi dalam bentuk foton. Ketika foton ini mengenai
permukaan sel surya, elektron-elektronnya akan tereksitasi dan
menimbulkan aliran listrik. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip
fotoelektrik. Sel surya dapat tereksitasi karena terbuat dari material semikonduktor yang mengandung unsur
silikon. Silikon ini terdiri atas dua jenis lapisan sensitif: lapisan negatif (tipe-n) dan lapisan positif (tipe-p).
Terdapat setidaknya dua jenis panel surya yaitu polikristalin dan monokristalin. Panel surya monokristalin
merupakan panel yang paling efisien yang dihasilkan dengan teknologi terkini dan menghasilkan daya listrik per
satuan luas yang paling tinggi. Monokristal dirancang untuk penggunaan yang memerlukan konsumsi listrik besar
pada tempat-tempat yang beriklim tropis. Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik di
tempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan.
Panel surya polikristalin merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak karena difabrikasi dengan
proses pengecoran. Tipe ini memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis
monokristalin untuk menghasilkan daya listrik yang sama. Panel surya jenis ini memiliki efisiensi lebih rendah
dibandingkan tipe monokristalin, sehingga memiliki harga yang cenderung lebih rendah. Keunggulan tipe
polikristalin adalah panel surya masih dapat mengkonversi energi yang lebih tinggi pada cuaca yang berawan
jika dibandingkan dengan tipe monokristalin.

2. Solar Charge Controller


Solar controller adalah alat yang digunakan untuk mengontrol proses pengisian muatan listrik dari panel surya ke
aki dan juga pengosongan muatan listrik dari aki ke beban seperti lampu, inverter, TV, dll. Terdapat setidaknya
dua jenis solar controller yaitu yang menggunakan teknologi PWM (pulse width modulation) dan MPPT
(maximum power point tracking). Solar controller PWM akan melakukan pengisian muatan listrik ke aki dengan
arus yang besar ketika aki kosong, dan kemudian arus pengisian diturunkan secara bertahap ketika aki semakin
penuh. Teknologi ini memungkinkan aki akan terisi dalam kondisi yang benar-benar penuh tanpa menimbulkan
‘stress’ pada aki. Ketika aki penuh solar controller ini akan menjaga aki tetap penuh dengan tegangan float
tertentu.
Untuk membuat rangkaian SHS bisa bekerja, maka tegangan output dari panel surya harus lebih besar daripada
tegangan aki yang akan diisi muatan listrik. Apabila tegangan output panel surya sama atau bahkan malah
kurang dari tegangan aki, maka proses pengisian muatan listrik ke aki tidak akan terjadi. Umumnya panel surya
dapat mempunyai tegangan output sekitar 18 volt, masuk ke solar controller yang mempunyai tegangan output
antara 14,2 – 14,5 volt untuk pengisian aki 12 volt. Dengan demikian akan terdapat kelebihan tegangan sekitar
(18 – 14,5 = 3,5) volt. Pada solar controller dengan teknologi MPPT, kelebihan tegangan ini akan dikonversikan
ke penambahan arus pengisian aki, sehingga teknologi ini mempunyai efisiensi yang lebih tinggi daripada PWM.

3. Aki
Aki adalah media penyimpan muatan listrik. Secara garis besar aki dibedakan berdasarkan aplikasi dan
konstruksi. Berdasarkan aplikasi maka aki dibedakan untuk engine starter (otomotif) dan deep cycle. Aki

Juli 2016 - From: www.itokindo.org (free pdf - Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat) 1
otomotif umumnya dibuat dengan pelat timbal yang tipis namun banyak sehingga luas permukaannya lebih besar
(Gambar 2). Dengan demikian aki ini bisa menyuplai arus listrik yang besar pada saat awal untuk menghidupkan
mesin. Aki deep cycle biasanya digunakan untuk sistem fotovoltaik (solar cell) dan back up power, dimana aki
mampu mengalami discharge hingga muatan listriknya tinggal sedikit.

Gambar 2. Jenis aki starter (otomotif) (a) dan deep cycle (b)

Jenis aki starter atau otomotif sebaiknya tidak mengalami discharge hingga melampaui 50% kapasitas muatan
lsitriknya untuk menjaga keawetan aki. Apabila muatan aki basah sampai di bawah 50% dan dibiarkan dalam
waktu lama (berhari-hari tidak di-charge kembali), maka kapasitas muat aki tersebut akan semakin berkurang
sehingga menjadi tidak awet. Berkurangnya kapasitas muat aki tersebut karena proses pembentukan kristal
sulfat yang menempel pada pelat ketika muatan aki tidak penuh (di bawah 50%). Keawetan aki berkaitan dengan
banyaknya discharging pada kedua jenis aki tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Siklus pengisian pada jenis aki otomotif dan deep cycle
Secara konstruksi aki dibedakan menjadi tipe basah (konvensional, flooded lead acid), sealed lead acid (SLA),
valve regulated lead acid (VRLA), gel, dan AGM (absorbed glass mat); dimana semuanya merupakan aki yang
berbasis asam timbal (lead acid). Tabel 2 menunjukkan voltase yang diperlukan untuk proses absorption
charging (dengan arus maksimum) dan float charging (untuk mencegah self discharge) pada jenis-jenis aki
tersebut.

Tabel 2. Voltase charging untuk berbagai jenis aki


Gambar 3. Model gelombang inverter

4. Inverter
Inverter adalah perangkat yang digunakan untuk
mengubah arus DC dari aki menjadi arus AC dengan
tegangan umumnya 220 volt. Alat ini diperlukan untuk
SHS karena menyangkut instalasi kabel yang banyak
dan panjang. Apabila beban bukan untuk instalasi
rumah, misalnya hanya untuk menghidupkan satu lampu
atau alat dengan voltase 12 VDC dan tidak
menggunakan kabel yang panjang (seperti PJU:
Penerangan Jalan Umum), inverter tidak diperlukan.
Apabila jumlah beban banyak dan kabel panjang dan
tetap menggunakan arus DC 12 volt tanpa inverter, maka
akan banyak sekali listrik yang hilang di kabel (losses).
Selain itu jika menggunakan inverter yang mengubah
menjadi arus AC 220 volt, ini akan sesuai dengan listrik PLN sehingga bisa dibuat listrik hibrid (gabungan listrik
PLN dan SHS) dengan instalasi kabel dan lampu yang sama.
Terdapat tiga jenis inverter dilihat dari gelombang output-nya yaitu pure sine wave, square wave, dan modified
sine wave (Gambar 3).

Juli 2016 - From: www.itokindo.org (free pdf - Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat) 2
Inverter pure sine wave mempunyai bentuk gelombang sinus murni seperti listrik dari PLN. Bentuk gelombang ini
merupakan yang paling ideal untuk peralatan elektronik pada umumnya.
Inverter square wave mempunyai bentuk gelombang kotak sebagai hasil dari proses swicthing sederhana.
Bentuk gelombang ini tidak ideal dan dalam banyak kasus dapat merusak peralatan elektronik rumah tangga.
Inverter modified sine wave mempunyai gelombang yang dimodifikasi mendekati bentuk sinus. Bentuk
gelombang ini dapat merusak peralatan yang bersifat sensitif.
Inverter square wave sebaiknya dihindari supaya tidak merusak peralatan elektronik, sedangkan inverter
modified sine wave sebaiknya tidak digunakan untuk peralatan yang mengubah listrik menjadi gerakan seperti
pompa, kipas angin, printer, dll. Inverter modified sine wave merupakan inverter yang banyak dijual di pasaran,
sedangkan inverter pure sine wave jarang ada di pasaran karena harganya yang mahal, sekitar 10 kali lipat
harga inverter modified sine wave.

Merangkai Solar Home System


Rangkaian SHS sebenarnya sangatlah sederhana seperti pada Gambar 1 di atas. Panel surya yang saya
gunakan sebanyak 6 yang terdiri dari 2 panel 50 watt peak (Wp) dan 4 panel 100 Wp, masing-masing
mempunyai tegangan output 18 volt. Untuk menghindari losses listrik yang besar, SHS yang saya pasang
menggunakan sistem solar controller 24 volt, bukan 12 volt. Supaya tegangannya mencukupi untuk pengisian
aki, maka panel surya harus diseri. Dua kali dua (2 x 2) panel 100 Wp diseri menghasilkan tegangan 36 volt dan
arus maksimum 2 x 5,8 A, kemudian dua kali panel 50 Wp juga diseri menghasilkan tegangan 36 volt dan arus
maksimum 3A. Dua rangkaian tersebut kemudian diparalel sehingga diperoleh panel surya total 36 volt dan arus
maksimum 14,6 A (Gambar 4).

Gambar 4. Skema kombinasi panel surya

Untuk panel surya saya pilih yang tipe monokristalin karena komplek perumahan yang berada di sekitar sawah
dimana tidak ada halangan sinar matahari yang cukup berarti sepanjang pagi hingga sore kecuali
awan/mendung. Sehingga tipe monokristalin ini akan memberikan efisiensi konversi energi yang lebih baik.
Gambar 5 dan Gambar 6 adalah foto panel surya yang saya pasang di atas genting rumah.

Gambar 5. Panel surya 4×100 Wp, di atas genting yang menghadap ke timur

Juli 2016 - From: www.itokindo.org (free pdf - Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat) 3
Gambar 6. Panel Surya 2×50 Wp, di atas genting yang menghadap ke barat

Output dari panel surya dialirkan ke solar controller yang kemudian diatur untuk pengisian aki dan juga beban ke
inverter (Gambar 7). Hal yang harus diperhatikan adalah besarnya kabel koneksi. Berhubung arus yang akan
mengalir ke solar controller dan kemudian ke aki dan inverter cukup besar, maka kabel harus menyesuaikan.
Acuan singkatnya untuk arus sebesar 10 A maka kabel yang dipasang setidaknya mempunyai ukuran luas
penampang minimal 2,5 mm2, jika kurang dari itu maka kabel bisa panas dan terbakar.

Gambar 7. Koneksi solar controller

Solar charge controller yang digunakan seperti pada


gambar di bawah, dengan kapasitas 30 A (Gambar 8).
Menurut saya ini adalah jenis controller yang cukup bagus
karena beberapa alasan.
Pertama, controller ini menggunakan teknologi MPPT
sehingga efisiensi dalam pengisian aki lebih tinggi. Sesuai
spesifikasi panel surya yang saya rangkai, arus pengisian
adalah 14,6 A, namun dengan solar controller ini kelebihan
tegangan panel surya dikonversi ke arus pengisian
sehingga totalnya menjadi maksimal kurang lebih 18 A.
Kedua, parameter bisa diubah-ubah sesuai dengan tipe
aki. Sebagai contoh tegangan pengisian (charging) ‘float’
bisa diubah-ubah. Tegangan charging float untuk aki basah
umumnya 13,5 volt untuk aki 12 volt atau 27 volt untuk aki
24 volt. Jenis aki lain mempunyai tegangan charging float
yang berbeda. Parameter lain yang bisa diubah adalah
tegangan aki minimum ketika aliran listrik ke beban harus diputus. Ketika terjadi proses discharging karena
digunakan oleh beban, maka tegangan aki akan terus berkurang. Ketika tegangan yang menurun tersebut
sampai pada tegangan minimum yang ditentukan tadi, maka solar charge controller otomatis akan memutuskan
aliran ke beban supaya aki tidak terjadi over-discharging. Fitur ini sangat penting ketika kita tidak menggunakan
jenis aki deep cycle. Dari beberapa fitur yang disebut di atas, sudah jelas controller ini sangat fleksibel.
Ketiga, controller ini sangat informatif dengan parameter-parameter semua ditampilkan dalam layar LCD seperti
arus dan tegangan charging, serta arus dan tegangan discharging.
Keempat, seperti jenis controller pada umumnya, disertai fitur program otomasi untuk pengaturan kapan aliran
beban disambung dan diputus, apakah dengan timer atau dengan indikator sinar matahari (ON ketika gelap di
sore hari, dan OFF ketika terang di pagi hari).

Gambar 8. Solar Charge Controller MPPT 12/24 volt (Auto), 30 A.

Jenis aki yang digunakan adalah aki basah sebanyak


2×100 Ah dan 2x60Ah yang dikombinasi seri dan paralel
seperti skema Gambar 7 di atas. Dari konfigurasi tersebut
diperoleh aki 24 volt dengan kapasitas muatan 160 Ah. Di
sini saya sengaja memilih jenis aki basah karena lebih
murah dari jenis aki lain (Gambar 9). Dengan jenis solar
charge controller seperti dijelaskan di atas, penggunaan
aki basah saya pikir tidak terlalu menjadi masalah. Hanya
saja kita memang harus rajin memeriksa level air aki
setidaknya setiap 2 bulan sekali.

Juli 2016 - From: www.itokindo.org (free pdf - Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat) 4
Selain itu penempatan aki basah dalam ruang tertutup atau di dalam rumah juga cukup beresiko, karena selama
proses charging aki akan mengeluarkan uap air aki yang berbau menyengat dan tidak bagus bagi manusia.
Untuk mengantisipasinya, saya pasang selang ventilasi dari lemari kecil tersebut melewati dalam tembok
bersama kabel-kabel dan kemudian dihisap dengan kipas hisap yang biasanya untuk laptop di atas plafon
rumah.

Gambar 9. Aki Basah 160 Ah 24 Volt

Inverter yang digunakan adalah jenis pure sine wave


(Gambar 10). Sebelumnya saya menggunakan jenis
modified sine wave dari berbagai merk dan spesifikasi
yang ternyata memang bermasalah atau tidak cocok
untuk beberapa alat elektronik di rumah seperti lampu
jenis LED merk tertentu, sensor gerak dengan saklar
relay, sensor cahaya dengan saklar relay, dll.
Sehingga saya beralih ke inverter pure sine wave
supaya benar-benar lebih aman untuk semua
peralatan elektronik di rumah. Sampai saat ini dengan
jenis inverter ini tidak ada masalah untuk semua
peralatan elektronik.

Gambar 10. Inverter Pure Sine Wave 24 Volt

Load atau beban disetel tersambung aliran listrik


hanya ketika gelap (malam hari), dan ketika siang
aliran listrik ke beban (inverter) akan diputus oleh
solar controller. Beban yang terpasang adalah semua
lampu di rumah, televisi, beberapa stop contact
tertentu yang salah satunya untuk laptop. Beban
dibagi dalam 4 saklar seperti Gambar 11 dan Gambar
12 di bawah.

Gambar 11. Panel Saklar

Gambar 12. Pembagian Beban Listrik pada 4 Saklar

Listrik di rumah dibuat sistem hibrid, yaitu menggunakan sumber listrik dari PLN dan PLTS. Saklar yang
mengarah ke atas artinya menggunakan listrik PLN terus menerus selama 24 jam. Saklar mengarah ke bawah
artinya menggunakan listrik PLN dan SHS yang berganti secara otomatis ketika petang dan pagi hari (sistem
hibrid). Untuk yang terakhir ini, sistem otomasi cukup sederhana yaitu hanya menggunakan saklar elektrik
(relay). Ketika solar controller memutus aliran ke beban, maka relay secara pasif akan menghubungkan aliran ke
listrik PLN. Ketika gelap (petang) aliran ke beban tersambung sehingga menggerakkan relay yang kemudian
mengganti sambungan listrik ke SHS.
Juli 2016 - From: www.itokindo.org (free pdf - Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat) 5
Rata-rata beban SHS dari petang hari hingga malam jam 9 sekitar 200 Watt, sedangkan setelah jam 9 malam
hingga pagi hari beban SHS rata-rata sekitar 100 Watt. Beban ini relatif kecil karena semua lampu sudah berupa
lampu LED. Selain itu TV juga sudah menggunakan TV LED. Jika dihitung muatan listrik yang terpakai setiap
malam rata-rata 60 Ah dari aki 24 volt. Karena muatan aki total adalah 160 Ah (24 volt) maka masih tersisa
setiap pagi hari rata-rata 100 Ah, dimana ini masih jauh di atas 50% kapasitas muat aki, sehingga masih relatif
aman supaya aki basah ini tetap awet.
Untuk charging dari panel surya, dengan mengasumsikan penyinaran matahari maksimum terjadi selama 5 jam
sehari dengan arus 14,6 A maka akan tersimpan muatan sebesar 14,6 A x 5 jam = 73 Ah. Di luar 5 jam
penyinaran maksimum tersebut, panel surya masih tetap melakukan charging namun dengan arus yang lebih
kecil. Sehingga penggunaan 60 Ah setiap malam umumnya akan terkompensasi dengan pengisian aki pada
siang hari.
Hitungan di atas hanyalah perkiraan kasar karena tidak memasukkan faktor efisiensi alat-alat.
Dalam kondisi musim penghujan proses charging bisa jadi akan kurang dari 50 Ah setiap harinya, sehingga aki
semakin lama akan semakin terkuras habis setelah berhari-hari kondisi hujan (mendung). Untuk mengantisipasi
supaya aki tetap terjaga dalam kondisi full setiap menjelang petang hari, dipasang juga charger aki biasa yang
bersumber dari listrik PLN (Gambar 13).

Gambar 13. Charger Aki Konvensional

Charger konvensional ini disetel secara otomatis


akan hidup setiap harinya menjelang petang (jam 4
sore) untuk mengecek kapasitas aki apakah sudah
full muatannya atau belum. Penyetelan otomatisnya
menggunakan timer. Apabila kondisi aki belum full,
maka charger konvensional akan melakukan
pengisian aki. Apabila aki sudah full, maka charger
konvensional tidak akan melakukan pengisian aki.
Yang harus diperhatikan di sini adalah ketika charger
konvensional hidup maka secara otomatis koneksi
aki dan panel surya ke solar controller harus
terputus. Mekanisme ini dilakukan dengan
memasang saklar elektrik (relay).
Tentang biaya, perangkat-perangkat yang saya sebut di atas dibeli pada kuartal ke-3 tahun 2013 dengan harga
pada saat itu. Harga panel surya sebenarnya sangat bervariasi di pasaran, tergantung merk. Panel surya yang
saya beli merk-nya Sunrise buatan China dengan garansi 25 (dua puluh lima) tahun. Harga panel yang 100 Wp
adalah Rp 1,8 juta, sedangkan panel yang 50 Wp Rp 1 juta. Harga aki basah 2×100 Ah dan 2×60 Ah total adalah
Rp 2,7 juta. Solar charge controller MPPT 30 A harganya Rp 0,6 juta. Inverter pure sine wave 500 W (1200 W
surge) harganya Rp 1,4 juta. Sehingga biaya keempat perangkat utama SHS adalah sekitar Rp 14 juta.
Perangkat pendukung lain seperti kabel instalasi, saklar elektrik (relay), lampu-lampu LED, dll juga harus
disiapkan.

SHS yang terpasang di rumah dilihat secara keseluruhan seperti pada Gambar 14 berikut.

Gambar 14. Solar Home System

Juli 2016 - From: www.itokindo.org (free pdf - Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat) 6
Sedangkan Gambar 15 di bawah ini adalah sebagian peralatan yang setiap malam dinyalakan dengan listrik
bertenaga surya.

Gambar 15. Sebagian peralatan yang


dinyalakan dengan listrik bertenaga surya.

Juli 2016 - From: www.itokindo.org (free pdf - Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat) 7
Tulisan ini saya buat untuk berbagi kepada siapa saja yang kebetulan tertarik utak-atik tentang SHS. Semua peralatan utama
SHS saya beli secara online, baik dari penjual dalam negeri (panel surya, aki) maupun luar negeri (solar charge controller,
inverter pure sine wave). Semoga pada tertarik dan semakin banyak komunitas yang memakai listrik bertenaga surya, karena
negara Indonesia terletak di daerah tropis, maka tenaga matahari adalah sumber energi alternatif yang sangat melimpah.
Energi matahari, energi terbarukan, energi hijau….

Materi tulisan ini sebagian diambil dari beberapa sumber:


1. http://www.projectfreepower.com
2. http://www.cmacpower.co.za
3. http://www.panelsurya.com
4. http://www.sunpowerplus.co.nz
5. http://solarpanelindonesia.wordpress.com
6. http://panel-surya.blogspot.com

Terima kasih banyak kepada CV. Aneka Surya (http://www.anekapanel.com) atas suplai panel surya dan juga konsultasi
gratis yang ramah selama ini.

Perhatian: SHS yang saya pasang ini sudah mempertimbangkan banyak aspek keamanan dan standar
pemasangan. Jika Anda tertarik dengan SHS dan belum mengerti tentang kelistrikan secara umum dan
SHS secara khusus, jangan memasangnya sendiri, sebaiknya meminta kepada kontraktor yang ada di
daerah Anda untuk mendesain dan memasangnya.

UPDATE:
1. Karena banyak keterbatasan kapasitas maupun isu gas asam yang timbul, SHS/PLTS di rumah sudah diganti
dengan aki VRLA (valve regulated lead acid) deep cycle sebanyak 2 buah masing-masing 110 Ah (2 x 100 Ah).
Berikut foto setelah diganti dengan aki VRLA:

Aki VRLA Deep Cycle 2 x 100 Ah

2. Selain itu juga dipasang desulfator aki merk CLEN. Desulfator mungkin belum banyak yang mengetahui
manfaatnya, termasuk saya di awal pemasangan PLTS/SHS di rumah juga belum pernah mendengarnya.
Namun setelah baca-baca referensi melalui internet ternyata saya merasa perlu untuk memasang desulfator.
Kegunaannya adalah untuk menghancurkan kristal-kristal timbal sulfat yang menempel pada lempeng anoda.
Timbal sulfat adalah hal yang biasa di dalam reaksi kimia aki, namun ketika kristal-kristal timbal sulfat menumpuk
dan saling mengunci karena aki terlalu lama dibiarkan kosong muatan listriknya (lama tidak di-charge), maka
kristal-kristal tersebut akan sulit terlarut kembali ketika aki di-charge sehingga akan menurunkan kapasitas aki
atau aki menjadi soak. Aki yang soak bisa disebabkan oleh banyak faktor misalnya kerusakan fisik pada sel aki,
penumpukan kristal sulfat (sulfation), dll. Statistik menunjukkan 84% aki yang soak disebabkan oleh sulfation.
Dengan demikian penggunaan desulfator saya rasa bisa menjadi langkah untuk memperpanjang usia aki.
Saya menggunakan desulfator merk CLEN yang bisa musti-voltage dari 12 hingga 48 Volt. Pemasangannya
cukup mudah yaitu dengan memasang kabel berwarna merah ke terminal positif aki dan kabel hitam ke terminal
negatif aki. Jika sudah dipasang maka sesuai dengan fungsinya, desulfator akan mencegah sulfation atau dapat
pula menghancurkan kristal-kristal timbal sulfat yang sudah lama menumpuk, sehingga aki menjadi ‘seperti baru’
lagi. Untuk lebih detil tentang desulfator bisa dilihat di link ini: .

Juli 2016 - From: www.itokindo.org (free pdf - Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat) 8
Berikut gambar desulfator yang terpasang di SHS. Desulfator ini hanya saya fungsikan sekali dalam sebulan
selama 2 hari non-stop.

Desulfator aki asam timbal (lead acid) CLEN.

3. Berhubung banyak yang menanyakan tentang skema rangkaian. Berikut ini adalah skema rangkaian SHS di
rumah saya dengan kondisi paling akhir.

Skema rangkaian SHS update Mei 2015

http://www.agusharis.net/blog/?p=353

Juli 2016 - From: www.itokindo.org (free pdf - Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat) 9

Anda mungkin juga menyukai