2876 6798 1 PB
2876 6798 1 PB
2876 6798 1 PB
Abstract
1. PENDAHULUAN
122
menambah tersedianya teknologi dan barang-barang modal lainnya, serta tenaga kerja
yang meningkat sebagai akibat bertambahnya jumlah penduduk yang disertai dengan
peningkatan kualitas tenaga kerja dari segi keterampilan dan pendidikan. Menurut
Subandi (2011:15) pertumbuhan ekonomi didefinisikan dari adanya GDP atau GNP
yang mengalami kenaikan dengan tidak memperhatikan kenaikan tersebut lebih besar
atau lebih kecil dari adanya peningkatan jumlah penduduk, atau terdapat perubahan
dalam struktur perekonomian atau tidak. Dalam pengertian tersebut peningkatan dari
pertumbuhan ekonomi tidak memperhatikan besarnya perkembangan jumlah penduduk
atau perubahan dalam struktur perekonomian.
Perkembangan perekonomian di suatu daerah yang terjadi dari suatu waktu
dibandingkan waktu sebelumnya dapat dilihat menggunakan pertumbuhan ekonomi
sebagai ukuran kuantitatif, maka pertumbuhan ekonomi memiliki nilai berbeda setiap
tahunnya. PDRB dalam tahun tertentu adalah total keseluruhan dari nilai tambah
output akhir berupa hasil dari keseluruhan unit ekonomi atau semua kegiatan
perekonomian suatu daerah ditahun tersebut. Pertumbuhan ekonomi pada 2014 di
Jawa Tengah sampai 2018 mengalami fluktuasi yang cenderung mengalami
peningkatan, namun dibandingkan provinsi lain di Indonesia yang terletak di pulau
Jawa peningkatannya relatif lebih rendah. Letak geografis Jawa Tengah sangat
strategis dan memiliki keanekaragaman sumber daya alam yang melimpah bila diolah
dengan optimal bisa meningkatkan perekonomian di Jawa Tengah. Keragaman alam
yang terdapat di wiayah Jawa Tengah dapat menjadikan setiap daerahnya memiliki
keunggulan masing-masing yang dapat digunakan sebagai peluang yang baik bagi
kemajuan perekonomiannya.
Sumber : BPS
PDRB yang terdapat di Jawa Tengah dari 2014 - 2018 cenderung mengalami
peningkatan. PDRB di Jawa Tengah memiliki perbedaan antar daerah, hal ini
menunjukkan adanya keberagaman antar daerah di Jawa Tengah. Data BPS
menyebutkan pada tahun 2014 total PDRB di Kabupaten / Kota Jawa Tengah sebesar
Rp. 763.219.714. Pada tahun 2015 meningkat menjadi Rp. 805.107.511,97. Pada
tahun 2016 sebesar Rp.849.077.575,89. Pada tahun 2017 sebesar Rp.
893.726.881,95 dan pada 2018 sebesar Rp. 941.074.049,63. Namun demikian jika
dilihat dari jumlah penduduk miskin Jawa Tengah memiliki posisi terbesar kedua dari
34 provinsi yang ada di Indonesia yakni 4506,89 juta jiwa. Kondisi ini terjadi karena
Hal tersebut PDRB Jawa Tengah masih berada dibawah rata-rata pertumbuhan PDRB
per kapita nasional.
Peningkatan perekonomian di Jawa Tengah dapat didorong dari beberapa
faktor diantaranya adalah PMA, PMDN dan tenaga kerja. Investasi mampu memberi
efek dalam perekonomian dan pembangunan. Investasi yang terdapat di daerah-
daerah berperan untuk perkembangan perekonomian di daerah tersebut sebagai
pasokan modal yang ikut menopang jalannya perekonomian. Namun, bukan perkara
yang mudah untuk meningkatkan minat investor untuk berinvestasi. Pertumbuhan
ekonomi pada suatu daerah turut dipengaruhi oleh besarnya investasi atau
penanaman modal pada daerah tersebut karena dengan adanya investasi dapat turut
serta dalam meningkatkan kesejahteraan ada dalam masyarakat. Dengan adanya
investasi dapat menciptakan barang dan modal baru dimana dalam prosesnya
menggunakan faktor produksi sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan (Rofii
& Ardyan, 2017). Penanaman modal yang dilakukan pada suatu daerah, dapat
123
digunakan daerah tersebut untuk mendanai keperluan daerah yang mana bertujuan
untuk memajukan daerahnya agar mampu bersaing dengan dunia luar.
Disamping investasi, faktor penting lain dalam mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi adalah tenaga kerja yang menjadi komponen penting bagi berlangsungnya
kegiatan ekonomi. Menurut Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003,
tenaga kerja adalah setiap orang yang memiliki kemampuan dalam melakukan
pekerjaan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja mencakup penduduk yang
mempunyai kemampuan untuk bekerja dengan batas usia kerja yang 15 – 64 tahun.
Pertumbuhan ekonomi akan meningkat bila suatu negara yang mempunyai penduduk
dengan jumlah yang besar dimana pendidikan penduduknya tinggi, dan juga
penduduknya mempunyai keterampilan baik. Suatau daerah yang memiliki penduduk
dengan jumlah yang besar terutama penduduk pada usia produktif, maka jumlah
tenaga kerja akan mengalami peningkatan sehingga tingkat produksi output barang
ataupun jasa di suatu daerah akan ikut serta mengalami peningkatan. Tenaga kerja
yang memiliki keterampilan yang tinggi dapat mendorong suatu daerah dalam
meningkatkan produktivitasnya, sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan
dapat tercapai. Dari penjelasan tersebut rumusan masalah adalah :
1. Bagaimana PMA berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah ?
2. Bagaimana PMDN berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah?
3. Bagaimana tenaga kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
Tengah ?
4. Apakah nilai PMA, PMDN dan tenaga kerja secara bersama berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah ?
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :
1. Menganalisis pengaruh nilai PMA terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
Tengah.
2. Menganalisis pengaruh nilai PMDN terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
Tengah.
3. Menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
Tengah.
4. Untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh PMA, PMDN, dan tenaga kerja
secara bersamaan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.
2. TINJAUAN PUSTAKA
124
pemerintah, sektor swasta dan masyarakat. Sumber investasi untuk pembangunan
dapat berasal dari anggaran pemerintah daerah yaitu APBD sebagai investasi publik
dan sektor swasta turut serta memberi kontribsi secara positif bagi pembangunan
ekonomi dengan investasi swasta (Muzdalifah & Siregar, 2018). Investasi yang
dilakukan oleh publik maupun swasta dapat mendorong peningkatan produksi.
Tingginya nilai investasi akan menimbulkan efek bagi ekonomi, begitu pula sebaliknya.
Semakin besar nilai investasi dapat meningkatkan kemampuan suatu daerah dalam
meningkatkan barang-barang modal dan menerapakan teknologi yang semakin maju
untuk dapat digunakan dalam meningkatkan produktivitas barang dan jasa. Jumlah
pengangguran juga akan berkurang dengan bertambahnya lapangan pekerjaan.
Namun, jika nilai investasi rendah maka dapat menghambat pembangunan dan
berimplikasi pada produktivitas yang menurun serta jumlah pengangguran yang
meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Para investor atau penanam modal
memiliki keinginan untuk menanamkan modal yang dimilikinya untuk tujuan
peningkatan ekonomi dengan cara memompa proses produksi yang terdapat pada
daerah dimana investasinya berada. Dalam UU no. 1 Th. 1967 PMA diartikan sebagai
PMA secara langsung sesuai dengan peraturan undang-undang dan digunakan untuk
menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam artian para investor yang menanamkan
modalnya di Indonesia menanggung seluruh resikonya secara langsung. PMA
merupakan sumber dana yang bersumber dari pihak eksternal yang dapat
dimanfaatkan oleh daerah untuk mempercepat perekonomian di daerahnya. Modal
asing tersebut dapat digunakan secara produktif dalam pembangunan ekonomi seperti
infrasturktur jalan atau jembatan yang dapat digunakan untuk mempermudah proses
mobilisasi output produksi antar wilayah maupun antar negara agar kegiatan ekonomi
dapat berjalan dengan lancar.
PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan investor dari dalam
negeri untuk menanamkan modalnya dengan modal yang ada di dalam negeri dengan
bertujuan untuk melakukan kegiatan usaha di Indonesia. PMA dapat memainkan peran
penting dalam upaya pembangunan daerah (ABOUDOU, 2010). Investasi langsung
asing sebagai sumber utama modal yang sangat dibutuhkan bagi berlangsungnya
pembangunan suatu negara. Adanya investasi asing dapat dipergunakan untuk
meningkatkan teknologi dan keterampilan manajerial dari sebuah negara. Kriteria dari
PMA yang dapat membedakan investasi asing dari investasi internal yaitu bahwa
investor memiliki tempat tinggal di negara-negara asing. PMA pada tingkat regional
bergantung kebijakan dan strategi nasional, inisiatif, serta tindakan lokal yang jelas
sehingga dapat merangsang minat dari investor (Dobrea, R. C., & Elena, S, 2012).
Diperlukan kebijakan dan strategi untuk merangsang minat dari penanam modal asing
agar mau menanamkan modalnya di suatu daerah. Kebijakan dan strategi yang
diterapkan haruslah memikirkan dampak positif dan negatifnya yang nantinya akan
mempengaruhi perkembangan dari berbagai sektor di daerah-daerah. Dengan
akumulasi modal yang dikumpulkan, suatu negara dapat menginvestasikan kembali
modalnya pada produk yang inovatif dan memiliki kualitas yang baik serta berdaya
saing tinggi. Oleh karena itu, akan menciptakan efisiensi dan output yang produksi
akan mampu menyebar ke berbagai daerah bahkan ke berbagai negara. Proses
produksi pada barang dan jasa yang semakin mengalami peningkatan pada gilirannya
dapat merangsang aktivitas ekonomi serta pertumbuhan dalam perekonomian di masa
depan (Fatihudin, Hidajat, & Syaban, 2015).
Berdasarkan penelitian dari Nuraini (2016), PMDN dan PMA memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi yang ada Provinsi Jambi yaitu secara signifikan dan
positif. Begitupula pada penelitian dari Gupta & Garg (2015) PMA memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi yang ada di India secara signifikan, dimana
membutuhkan waktu selama tiga tahun dalam kontribusinya terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dengan demikian diperlukannya kenaikan PMA secara teratur untuk dapat
membawa peningkatan pada pertumbuhan ekonomi. Adanya investasi atau
penanaman modal dapat meningkatkan produktivitas perekonomian dengan
mewujudkan peralatan produksi dan lapangan pekerjaan.
Bertambahnya tenaga kerja seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan
kemajuan tingkat pendidikan dapat ikut serta meningkatkan perkembangan ekonomi
suatu negara. Lapangan kerja yang tercipta dan meningkat dapat menyebabkan
125
jumlah pengangguran menjadi berkurang. Modal baru yang masuk ke suatu daerah
dari adanya Investasi, dapat menambah output serta pendapatan yang akhirnya dapat
merangsang perekonomian di daerah tersebut. Daerah yang terdapat penduduk
dengan jumlah yang besar terutama yang berada pada usia produktif dapat
meningkatkan tenaga kerja, sehingga kemampuan dalam produksi output barang
ataupun jasa di suatu daerah akan ikut meningkat. Unsur penting dari segi kualitas
tenaga kerja dapat terdiri dari keterampilan yang baik, pengetahuan yang luas dan
tingkat kedisiplinan yang tinggi. Dengan adanya keterampilan tenaga kerja yang baik,
maka barang-barang modal dapat dipergunakan dengan efektif dan efisien. Pendidikan
formal dan non formal bagi tenaga kerja dapat mempengaruhi tingkat keahlian,
kecakapan, dan keterampilan seorang tenaga kerja. Keterampilan dan keahlian dari
seorang tenaga kerja sangat penting terutama dalam era globalisasi ini. Pemerintah
perlu berperan dalam meningkatkan kualitas dari tenaga kerja agar mampu bersaing
dengan tenaga kerja asing yaitu dengan mengalokasikan dana investasi untuk
meningkatkan pembangunan infrastruktur baik infrastruktur pendidikan, infrastruktur
kesehatan, maupun infrastruktur jalan.
3. METODE PENELITIAN
126
hausman menunjukan REM. Dalam mengetahui signifikasi hubungan antar variabel
dilakukan pengujian dengan uji T dan uji F. Koefisien determinasi majemuk (𝑅 2) dan
nilai koefisien β digunakan agar dapat mengetahui pengaruh dari variabel independen
terhadap variabel dependen.
Tujuan dalam penelitian digunakan dalam analisis adanya pengaruh dari PMA,
PMDN, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2014 -
2018. Dengan dilakukannya pengujian maka dapat diperoleh informasi berupa hasil
penelitian. Moodel estimasi diperoleh dengan cara pengujian melalui uji chow dan uji
hausman agar dapat memilih model regresi data panel yang tepat.
Uji chow bertujuan untuk mengetahui teknik regresi data panel yang paling
tepat antara metode FEM dengan CEM. Adapun ketentuannya yaitu :
𝐻0 : CEM
𝐻1 : FEM
Hasil yang diperoleh dari pengujian uji chow diperoleh hasil berupa nilai
probabilitas sebesar 0.0000 yang berarti kurang dari α 5%, dimana 𝐻0 ditolak dan 𝐻1
diterima, sehingga teknik estimasi yang tepat digunakan menurut uji chow ini adalah
model FEM. Oleh karena model FEM terpilih maka diperlukan uji hausman.
Selanjutnya dilakukan uji hausman yang bertujuan memilih teknik regresi data
panel yang tepat antara metode FEM dan REM. Adapun ketentuannya yaitu :
𝐻0 : REM
𝐻1 : FEM
Hasil dari pengujian hausman didapatkan hasil berupa nilai probabilitas sebesar
0.0000 yang berarti kurang dari α 5%, dimana 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima, sehingga
teknik estimasi yang tepat berdasarkan uji hausman yaitu model FEM. Oleh karena itu,
model FEM merupakan model yang tepat dalam penelitian ini. Terpilihnya FEM yang
127
dilakukan pada uji chow dan uji hausman, maka uji lagrange multiper tidak perlu
dilakukan.
Berdasarkan tabel diatas hasil estimasi yang ditunjukan dengan model FEM,
menunjukkan hasil dimana model FEM signifikan dalam uji F. Kinerja model FEM juga
cukup baik dengan nilai dari 𝑅 2 sebesar 0.997938 atau 99,79 % dan nilai Adjusted 𝑅 2
sebesar 0.997381 atau 99,73%.
Hasil uji t
Nilai dari koefisien regresi pada PMA adalah -3.665910, nilai dari probabilitas
0.0001 yaitu kurang dari α 0,05 yang dapat dikatakan PMA mempunyai pengaruh
negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah tahun 2014-
2018.
Nilai koefisien regresi pada PMDN adalah 0.245317, sedangkan nilai probabilitas
0.0070 yaitu kurang dari α 0,05 yang dikatakan PMDN mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah tahun 2014-2018.
Nilai dari koefisien regresi pada tenaga kerja adalah 163.7923, sedangkan nilai
probabilitasnya 0.0000 yaitu kurang dari α 0,05 yang dikatakan tenaga kerja
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
Tengah tahun 2014-2018.
Hasil uji F
F-statistik memiliki nilai adalah 1792.136 dan nilai dari Prob (F-statistic) yaitu
0.000000 yang berarti kurang dari α 0,05 maka dikatakan variabel Independen yang
terdiri dari PMA, PMDN, dan tenaga kerja (TK) secara bersamaan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi di
Jawa Tengah pada tahun 2014-2018.
Nilai 𝑅 2 pada hasil regresi data panel memperlihatkan kemampuan dari variabel
independen yang secara bersamaan menjelaskan variabel dependen. Berdasarkan
regresi 𝑅 2 memiliki nilai yang diperoleh sebesar 0.997938 atau 99,79%. Sisanya
sebesar 0,21% merupakan penjelasan oleh variabel lainnya yang bukan termasuk
model atau bagian dari term of error. Hasil koefisiensi dalam hasil pengolahan data
tinggi yang dapat berarti variabel PMA, PMDN, dan tenaga kerja (TK) akurat
menjelaskan variabel terikat.
Penelitian oleh Arta (2013) dimana PMA, PMDN, dan Angkatan Kerja (AK)
secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di
128
Provinsi Jawa Tengah, memiliki persamaan dengan hasil penelitian ini dimana variabel
independen secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel dependen. Dari
penelitian Muazi & Arianti (2013), PMA dan PMDN di Jawa Tengah pada jangka
pendek dan jangka panjang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.
Dalam penelitian dan pembahasan ini Jawa Tengah dalam kurun waktu 2014
hingga 2018 didapatkan kesimpulan yaitu model dalam regresi data panel yang tepat
adalah model FEM. Diperoleh hasil dimana PMA memiliki pengaruh secara negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah dengan koefisien regresi yaitu -
3.665910. PMDN memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
Tengah dengan koefisien regresi yaitu 0.245317. Tenaga kerja memiliki pengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah dengan koefisien regresi yaitu
163.7923. Variabel penelitian PMA, PMDN, dan Tenaga kerja secara bersama
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.
Dari hasil penelitian penulis saran yang direkomendasikan adalah :
1. Pemerintah daerah diharap mampu membuat iklim yang kondusif dalam
berinvestasi dan proses investasi bagi para investor asing dapat dipermudah agar
PMA meningkat .
2. Pemerintah daerah diharap mampu menjaga stabilitas dalam investasi dan
memperhatikan sektor yang menjadi prioritas untuk menarik para investor dari
dalam negeri agar PMDN meningkat.
3. Pemerintah daerah diharap mampu menciptakan dan memperluas lapangan
pekerjaan, serta melakukan pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan
keterampilan tenaga kerja.
4. Pemerintah daerah diharap mampu meningkatkan investasi dan
mengalokasikannya secara tepat sehingga pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
129
Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 16 (1), 88-92.
Rahman, Y. A., & Chamelia, A. L. (2015). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pdrb
Kabupaten / Kota Jawa Tengah Tahun 2008-2012. Jejak, 8(1), 88–99.
https://doi.org/10.15294/jejak.v8i1.3857
Rofii, A. M., & Ardyan, P. S. (2017). Analisis pengaruh inflasi, penanaman modal asing
(pma) dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di jawa timur. Jurnal
Ekonomi & Bisnis, 2(1), 303–316.
130