Pembelajaran Membaca - MGMP
Pembelajaran Membaca - MGMP
Pembelajaran Membaca - MGMP
Nurhayati Pandawa
Hairudin
Mislinatul Sakdiyah
Penyunting
Farida Ariani
KATA PENGANTAR
Dengan mengacu pada Undang-Undang Guru dan Dosen yang tertuang dalam
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 tahun 2005, PPPPTK
Bahasa, dalam upaya untuk menghasilkan guru-guru yang kompeten dan
profesional, menyelenggarakan beragam kegiatan diklat dalam rangka
pencapaian standar kompetensi guru serta program sertifikasi. Oleh karenanya,
pengembangan bahan ajar ini diharapkan dapat menjadi sumber belajar bagi
para guru.
Akhir kata, kritik yang membangun untuk perbaikan bahan ajar ini dapat
Saudara kirimkan ke PPPPTK Bahasa, Jalan Gardu, Srengseng Sawah,
Jagakarsa, Jakarta 12640; Telepon (021) 7271034, Faksimili (021) 7271032,
dan email: admin@pppptkbahasa.net
Ttd.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB V PENILAIAN..........................................................................................32
A. Konsep Membaca...........................................................................32
B. Konsep Pembelajaran Membaca....................................................32
C. Rancangan Pembelajaran Membaca .............................................32
ii
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................34
LAMPIRAN
Silabi Pembelajaran Membaca ...............................................................35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan
maupun tertulis. Dalam pembelajarannya keempat aspek keterampilan
berbahasa disajikan dalam porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara
terpadu. Bahan pembelajaran pemahaman diambil dari bahan mendengarkan
dan membaca, yang meliputi pengembangan kemampuan untuk menyerap
gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang dilisankan atau
ditulis. Bahan pemahaman tersebut mencakup pula karya sastra, baik asli
Indonesia maupun terjemahan (daerah/asing).
Berdasarkan hal itulah, modul (suplemen) ini disusun untuk melengkapi bahan
belajar mandiri (BBM) yang telah ada. Modul ini khusus tentang membaca dan
pembelajarannya. Pada akhirnya, dengan membaca modul (suplemen) ini, guru
akan lebih memahami konten (isi) tentang membaca dan dapat
menyampaikannya dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
B. Tujuan
Modul suplemen membaca ini memuat beberapa hal, yaitu: (1) konsep
membaca, (2) konsep pembelajaran membaca, dan (3) perancangan
C. Alokasi Waktu
2. 15 menit Brainstorming:
3. 50 menit Diskusi:
4. 40 menit Presentasi:
6. 30 menit Simpulan:
7. 20 menit Penilaian:
8. 10 menit Refleksi:
Penulisan modul ini ditujukan untuk guru-guru SMP sebagai peserta MGMP
pada kegiatan program BERMUTU.
A. KONSEP MEMBACA
1. Pengertian Membaca
2. Tujuan Membaca
Rivers dan Temperly (1978) mengajukan tujuh tujuan utama dalam membaca
yaitu:
3. Jenis-jenis Membaca
Membaca Membaca
Nyaring dalam Hati
Membaca Membaca
Ekstensif Intensif
Membaca Membaca
Membaca Telaah Isi Telaah Bahasa
Survei
Membaca
Sekilas
Membaca Membaca Membaca
Dangkal Teliti Bahasa
Membaca Membaca
Pemahaman Sastra
Membaca
Kritis
Membaca Ide-
ide
Jenis membaca menurut Nurhadi (1987:143) ada tiga macam, yakni membaca
literal, membaca kritis, dan membaca kreatif. Pada materi ini jenis membaca
yang akan dibahas adalah membaca nyaring, membaca ekstensif, dan
membaca intensif. Berikut ini jenis-jenis membaca tersebut akan dibahas satu
persatu.
1. Membaca Nyaring
2. Membaca Ekstensif
Membaca sekilas atau skimming adalah membaca dengan cepat untuk mencari
dan mendapatkan informasi secara cepat. Dalam hal ini pembaca melakukan
kegiatan membaca secara cepat untuk mengetahui isi umum suatu bacaan
atau bagian-bagiannya. Membaca sekilas merupakan salah satu teknik dalam
membaca cepat.
3. Membaca Intensif
Membaca Pemahaman
Menurut Tarigan (1990:37) dilihat dari kemampuan membacanya, ada tiga jenis
keterampilan membaca pemahaman, yaitu: 1) membaca literal, 2) membaca
kritis, dan 3) membaca kreatif. Masing-masing jenis keterampilan membaca
tersebut mempunyai ciri-ciri tersendiri. Oleh karena itu, dalam hubungannya
dengan pengajaran membaca, tiga keterampilan membaca pemahaman ini
perlu diajarkan secara terus-menerus. Setiap pertanyaan bacaan dalam buku
teks harus selalu mencerminkan keterampilan membaca tersebut.
1) Kemampuan membaca literal adalah kemampuan pembaca untuk mengenal
dan menangkap isi bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya,
pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal (tampak
jelas) dalam bacaan. Informasi tersebut ada dalam baris-baris bacaan
(Reading The Lines). Pembaca tidak menangkap makna yang lebih dalam
lagi, yaitu makna di balik baris-baris. Yang termasuk dalam keterampilan
membaca literal antara lain keterampilan: 1) mengenal kata, kalimat, dan
paragraf; 2) mengenal unsur detail, unsur perbandingan, dan unsur utama; 3)
mengenal unsur hubungan sebab akibat; 4) menjawab pertanyaan (apa,
siapa, kapan, dan di mana); dan 5) menyatakan kembali unsur
perbandingan, unsur urutan, dan unsur sebab akibat.
4. Teknik Membaca
Keterampilan membaca yang perlu dilatihkan kepada siswa antara lain: latihan
membaca dengan kecepatan tertentu, latihan mengukur kecepatan membaca,
latihan menempatkan secara tepat titik pandang mata, latihan memperluas
jangkauan pandang mata. Berikut ini beberapa teknik membaca dan
penjelasannya.
SQ3R
a. S (Survey)
Kegiatan pertama yang perlu dilakukan pada saat survey buku adalah
memperhatikan judul buku dan mengajukan pertanyaan tentang topik yang
terkandung di dalamnya. Lalu melihat nama penulis dan atributnya yang
biasanya memberikan petunjuk isi tulisan. Untuk melihat aktualisasinya, lihat
tahun penerbitannya. Kalau ada baca juga sampul buku bagian belakang yang
memuat pesan penerbit mengenai hal penting dari buku. Sesudah itu kegiatan
yang perlu dilakukan adalah: 1) telusuri daftar isi, 2) baca kata pengantar, 3)
lihat tabel, grafik, dan lain-lain, 4) lihat apendiks, 5) telusuri indeks.
Survey bab dilakukan lebih teliti dibanding survey pada keseluruhan isi buku.
Pada kegiatan survey bab ini, kita bisa mengamati subjudul-subjudul dan
kaitannya, juga amati alat bantu visual yang ada di bab tersebut, misalnya:
grafik, peta, dan lain-lain. Setelah itu kegiatan yang perlu dilakukan pada survey
bab ini adalah: 1) membaca paragraf pertama dan terakhir, membaca ringkasan
(bila ada), dan 3) membaca subjudul yang biasanya memperjelas isi bab
tersebut.
Survey artikel perlu kita lakukan sebelum kita membaca artikel tersebut secara
keseluruhan. Hal ini kita lakukan karena ada bermacam artikel. Ada artikel yang
terus saja ditelan, ada yang perlu diuji kembali, ada yang perlu diringkas,
ditimbang-timbang, atau mungkin langsung dibuang begitu saja. Survey artikel
ini dapat dilakukan dengan tahapan: 1) membaca judul, 2) membaca semua
subjudul, 3) mengamati tabel, 4) membaca kata pengantar, 5) membaca
kalimat pertama subbab, dan 6) memilih bagian yang perlu atau tidak perlu
untuk dibaca.
Survey kliping dilakukan untuk memilih bahan (kliping) baik dari surat kabar
ataupun majalah yang benar-benar memenuhi kebutuhan atau keinginan kita.
Kegiatan suvey kliping dilakukan dengan tahapan: 1) baca judul, 2) baca
penulisnya agar dapat memperkirakan isinya dan dapat membuat keputusan
untuk membaca atau tidak. Selanjutnya lakukan kegiatan seperti pada survey
artikel. Dengan kegiatan survey tersebut kita dapat menentukan dengan cepat
b. Q (Question)
c. R (Read)
Pada kegiatan recite atau recall (mendaras) kita berusaha untuk memperkokoh
diperolehan dari membaca. Pada kegiatan ini apa yang telah diperoleh
dihubungkan dengan informasi yang diperoleh sebelumnya dan kita bersiap diri
untuk pembacaan selanjutnya. Pada kesempatan ini juga dapat membuat
catatan seperlunya. Jika masih mengalami kesulitan, ulangi membaca bab itu
sekali lagi. Sekalipun bahan itu mudah dimengerti, tahap mengutarakan
kembali hal-hal penting itu jangan dilewatkan agar tidak mudah dilupakan. Pada
tahap ini sediakan waktu setengah dari waktu untuk membaca. Hal ini bukan
berarti pemborosan waktu, melainkan memang penting untuk tahap ini.
e. R (Review)
Skanning
Skanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi
tanpa membaca yang lain-lain, jadi langsung ke masalah yang dicari, yaitu fakta
khusus dan informasi tertentu. Skanning sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya untuk mencari: nomor telepon, arti kata pada kamus, entri
pada indeks, angka-angka statistik, acara siaran TV, dan melihat daftar
perjalanan.
Gerakan mata dalam skanning tidak jauh berbeda dengan skimming. Untuk
mengetahui tempat informasi tertentu, bantuan yang baik adalah judul-judul bab
dan subjudulnya. Jika yang dicari itu suatu angka, gerakkan mata dengan cepat
dan berhentilah pada setiap angka yang kiranya mirip, jika kiranya bukan,
jangan ditunda lagi, teruskan bergerak ke bawah. Demikian juga untuk mencari
suatu nama. Jadi, kegiatan skanning adalah untuk mencari informasi khusus.
Karena itu kita perlu terlebih dahulu mengetahui apa yang akan kita cari.
Selain itu, skanning juga dapat dilakukan pada bacaan yang berupa prosa.
Yang dimaksud dengan skanning prosa adalah mencari informasi topik tertentu
dalam suatu bacaan, yaitu dengan mencari letak di bagian mana dari tulisan itu
Seorang penulis, jika ingin hasil tulisannya lebih baik dan tidak hanya mengacu
pada satu sumber saja, melainkan pada beberapa sumber. Untuk itu,
diperlukan cara cepat untuk memperoleh informasi topik tertentu pada
beberapa sumber. Penulis tidak perlu membaca keseluruhan, tetapi cukup
dengan skanning melalui daftar isi dan indeks, serta alat-alat visual, seperti
grafik. Dalam sebuah buku, mungkin topik yang dicari tersebut menyebar di
berbagai bab buku dan harus segera ditemukan dengan mengantisipasi
beberapa kemungkinan. Pencarian tersebut harus cepat agar segera dapat
beralih dari satu buku ke buku lainnya agar informasi tersebut dapat segera kita
kuasai atau dipahami.
Pada saat membaca mungkin kita menemukan beberapa kata sulit. Hal itu
jangan membuat kita memperlambat cara membaca kita. Arti kata sulit tersebut
dapat kita sesuaikan dengan konteks kalimat yang ada. Bila memang kata
tersebut terlalu sulit dan tidak kita pahami maknanya, barulah kita melakukan
skanning kata di kamus. Dalam melakukan kegiatan tersebut, kita perlu
memperhatikan: 1) ejaan kata itu dengan seksama; 2) cara pengucapan,
panjang pendeknya, dan aksen (tekanannya); 3) etimologinya; 4) pengertian
yang sesuai dengan konteks kalimatnya; 5) contoh kalimatnya; dan 6) petunjuk
halaman yang ada di setiap halaman.
Untuk menemukan nomor telepon dengan cepat, kita juga perlu melakukan
skanning nomor telepon. Terlebih dahulu kita memperhatikan halaman pertama
dari buku telepon tersebut yang sangat membantu kita dalam mencari nomor
yang dibutuhkan. Selain itu, juga harus sering melakukan skanning terhadap
acara televisi. Hal ini dilakukan agar tidak duduk bengong di depan televisi,
sementara banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kita harus dapat secara
cepat menemukan acara televisi mana yang benar-benar ingin ditonton.
5. Tahap-tahap Membaca
Tahap I
Membaca bahan yang telah dipelajari, mengucapkannya dengan baik atau
bahan yang mungkin telah diingat. Bahan-bahan tersebut mungkin berupa
percakapan, nyanyian, serangkaian kalimat tindakan ataupun cerita sederhana
mengenai hal-hal yang telah dialami.
Tahap II
Menyusun kata-kata serta struktur- struktur dari bahasa asing yang telah
diketahui menjadi bahan dialog atau paragraf yang beraneka ragam. Pada
tahap ini pembaca perlu dibimbing dalam membaca bahan yang baru disusun.
Tahap III
Membaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur yang masih asing atau
belum biasa. Beberapa percobaan informal telah menunjukkan bahwa pembaca
mengalami sedikit kesulitan bahkan tidak mengalami kesulitan sama sekali
menghadapi sebuah kata baru yang diselipkan di antara tiga puluh kata biasa.
Pada tahap ini,,acapkali teks-teks tata bahasa berisi paragraf-paragraf atau
pilihan-pilihan yang sesuai buat bacaan.
Tahap IV
Pada tahap ini, beberapa spesialis dalam bidang membaca menganjurkan
penggunaan teks-teks sastra yang telah disederhanakan atau majalah-majalah
sebagai bahan bacaan.
Tahap V
Pada tahap ini seluruh dunia buku terbuka, dalam pengertian bahan bacaan
tidak dibatasi (Finocchiaro and Bonomo, 1973:123–125 dalam Tarigan,
1979:18–20).
b. Cara kerja metode motivasi (minat) ialah memotivasi para pemula (pembaca
yang mengalami hambatan dalam kecepatan membacanya) dengan
berbagai macam rangsangan bacaan yang menarik, sehingga tumbuh minat
membacanya. Dari sini kemudian diharapkan muncul kebiasaan membaca
tinggi, yang pada akhirnya meningkat pula kecepatan dan pemahamannya
d. Metode gerak mata adalah metode yang paling banyak dipakai dan
dikembangkan orang saat ini, baik untuk pembelajaran membaca
permulaan, maupun bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kecepatan
membacanya. Cara melatihnya yaitu mengembangkan kecepatan membaca
dengan meningkatkan kecepatan gerak mata, karena kecepatan membaca
itu sendiri berarti kecepatan gerak mata dalam menyelusuri unit-unit bahasa.
Pokok pikiran yang melandasi metode ini adalah semakin panjang dan
semakin luas jangkauan mata (eye span) dalam melihat unit-unit bahasa,
semakin cepat pula kemampuan membacanya. Logikanya, jika kita hanya
membaca unit-unit bahasa yang paling kecil, maka yang harus dibaca itu
jumlahnya semakin besar sehingga menghambat kecepatan membaca.
Sebaliknya, jika yang dibaca itu hanya unit-unit bahasa yang lebih besar,
misalnya frase, frase kompleks, klausa, atau bahkan hanya unit-unit pikiran
saja, maka kecepatan membaca akan terlipat ganda.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi media dalam
pembelajaran membaca sangatlah penting. Dengan menggunakan media siswa
akan tertarik dan mudah dalam memahami informasi.
b. Tersedia, artinya media yang akan digunakan ada dan sudah disiapkan.
c. Murah, artinya media yang digunakan tidak harus mahal tetapi terjangkau
dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
d. Menarik, artinya media yang digunakan adalah media menarik dan sesuai
dengan kebutuhan siswa. Setidaknya ada beberapa kriteria untuk
menentukan media yang menarik bagi siswa yaitu: 1) sesuai dengan
kebutuhan siswa, 2) sesuai dengan dunia siswa, 3) baru, dan 4) menantang.
1. Kriteria kelayakan alat tes, yaitu kesesuaian alat tes dengan tujuan dan
bahan pembelajaran.
2. Kriteria kesahihan alat tes, meliputi: a) kesahihan isi, yaitu menunjuk pada
pengertian apakah alat tes itu mempunyai kesejajaran (sesuai) dengan
tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diajarkan; b) kesahihan konstruk
atau konsep, berkaitan dengan konstruk atau konsep bidang ilmu yang akan
diuji kesahihan tesnya. Konstruk merupakan suatu asumsi, hipotesis yang
berkenaan dengan suatu bidang ilmu. Kesahihan konstruk menunjuk pada
pengertian apakah tes yang disusun itu telah sesuai dengan konsep ilmu
yang diteskan; c) kesahihan ukuran (norma, standar, kriteria) menunjuk pada
pengertian seberapa jauh siswa yang sudah diajar dalam bidang tertentu
3. Kriteria ketepercayaan alat tes menunjuk pada pengertian apakah suatu tes
dapat mengukur secara konsisten sesuatu yang akan diukur dari waktu ke
waktu (Tuckman, 1975:254 dalam Nurgiyantoro 1987:118).
4. Merumuskan indikator.
Dengan demikian maka sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat
atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat
1. Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat
melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku maka tempat itu
dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar,
misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat
pembuangan sampah, kolam ikan dan lain sebagainya.
3. Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu di mana peserta didik
dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai
sumber belajar. Misalnya guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya.
4. Bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman
elektronik, web, dll yang dapat digunakan untuk belajar.
5. Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh
peserta didik dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku
pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi, fiksi dan lain sebagainya.
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru
apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan
seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka
tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya
sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak ada artinya apa-apa.
Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala
bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa
bahan tertulis maupun tidak tertulis.
Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau
mengajar dan material atau bahan. Dalam website Dikmenjur dikemukakan
Lebih lanjut disebutkan bahwa fungsi bahan ajar adalah sebagai berikut.
1. Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya diajarkan kepada siswa.
2. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya dipelajari/dikuasainya.
Materi dan sumber belajar ditentukan dengan memperhatikan hal-hal berikut ini.
KD: Menemukan makna kata tertentu dalam kamus secara cepat dan tepat
sesuai dengan konteks yang diinginkan melalui kegiatan membaca
memindai
1. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung
unsur suara.Jenis media yang tergolong ke dalam media visual adalah: film,
slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang
dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.
Contoh: Membaca adalah membaca tabel, grafik, denah, bagan, dan lain-
lain.
2. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara
juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video,
berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.
Contoh: Membaca cepat teks dalam film asing.
Contoh:
Tidak
No. KD KKM Tuntas Pengayaan Perbaikan
Tuntas
1 2 3 4 5 6 7
Keterangan:
Membaca merupakan proses berpikir atau bernalar (proses aktif dan bertujuan)
yang dilakukan melalui proses mempersepsi dan memahami informasi serta
memberikan makna terhadap bacaan yang dilakukan oleh pembaca. Proses
tersebut dilakukan dengan strategi tertentu melalui kegiatan visual untuk
mencocokkan huruf atau melafalkan lambang bahasa tulis untuk memperoleh
pesan yang disampaikan penulis. Dalam membaca, pembaca mengolah
informasi secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh
pemahaman yang bersifat menyeluruh. Pada akhirnya pembaca dapat
memberikan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan
tersebut.
Jenis membaca ada dua yaitu: (1) membaca nyaring, dan (2) membac dalam
hati.
Membaca dalam hati ada dua jenis yaitu: (1) membaca ekstensif, dan (2)
membaca intensif.
Teknik membaca ada lima langkah yaitu: (1) survey, (2) question, (3) read, (4)
recite (recall), dan (5) review.
Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca ada empat yaitu faktor: (1) kognitif,
(2) afektif, (3) teks bacaan, dan (4) penguasaan bahasa.
A. Konsep Membaca
Bacalah kompetensi dasar membaca pada salah satu kelas dalam standar isi.
Kemudian berdasarkan standar isi tersebut, kerjakan tugas-tugas berikut ini!
Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru dan YA3
Malang.
Soedarso. 2001. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.