Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Bab 1 DM TN K

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN DIABETES


MELLITUS DI RUANG PDL LAKI-LAKI RSUD PALEMBANG BARI
Disusun Untuk Menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan
di RSUD Palembang BARI

KELOMPOK 1
ACHMAD DELIAR NUR NASUTION 22222001
ALDI IRAWAN 22222004
FEBIOLA 22222025
INDRIANA EKA YULIANTI 22222033
JOKO PRASETYO 22222034
PRATI TRI ANGGRAINI 22222051
RESKA HARIYANI 22222057
SANDRA WIDI ASTUTI 22222065
SRI DEVY MAHARANI 22222070
TIARA WULANDARI 22222073

Pembimbing Klinik :
Wenny Vintara, S.Kep., Ners

Pembimbing Akademik :
Marwan Riki Ginanjar, S.Kep., Ns., M.Kep

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN DIABETES


MELITUS DI RUANG NIFAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PALEMBANG BARI TAHUN 2022

Palembang, 23 November 2022

Menyetujui :
Pembimbing Klinik (CI) Dosen Pembimbing

Wenny Vintara, S,Kep., Ners Marwan Riki Ginanjar., M.Kep

Mengetahui,
Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI

Bembi Ferizal, S.ST.Pi.,MM


NIP.198707012010011001
VISI, MISI DAN MOTTO RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PALEMBANG BARI

VISI
 Menjadi Rumah Sakit unggul, amanah dan terpercaya di Indonesia
MISI
 Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada
keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan
profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat
 Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan
 Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan
pelatihan di Indonesia.
MOTTO
 Kesembuhan dan kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Tn. K di Ruang PDL Laki-Laki Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI tahun 2022” tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam menjalankan praktik klinik Profesi Ners di RSUD Palembang BARI tahun 2022.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankan kami
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Hj. Makiani, SH.,MM.,MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI
2. Heri Shatriadi, M.Kes selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang
3. Dr.Amalia, M.Kes sebagai Wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI
4. Dr.Alfarobi, M.Kes sebagai Wakil Direktur Umum Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI
5. Bembi Farizal, S.ST.Pi.,MM sebagai Kepala Bagian Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat)
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
6. Bety Maryanti, SKM.,M.Kes sebagai kepala Sub Bagian Kerjasama Dan Pendidikan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
7. Hj. Masrianah, S.Kep.,Ns.,M.Kes Kabid Pelayanan Keperawatan RSUD Palembang
BARI
8. Ismardi, S.Kep.,Ns sebagai Koordinator Pembimbing Klinik RSUD Palembang BARI
9. dr. H. Yulius Fitora, M.Kes Kepala Instalani Rawat Inap RSUD Palembang BARI
10.Wenny Ventiara, S.Kep., Ners Pembimbing Klinik RSUD Palembang BARI
11.Marwan Riki Ginanjar, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembimbing Akademik IKesT
Muhammadiyah Palembang
12. Seluruh karyawan dan karyawati RSUD Palembang BARI
13. Seluruh dosen dan staf IKesT Muhammadiyah Palembang
Kami menyadari laporan kasus ini masih banyak kekurangan, dengan demikian saran
dan kritik yang sangat membantu kami harapkan dan kami terima dengan senang hati.
Kami berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
tenaga kesehatan lain pada khususnya.
Palembang, 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pola penyakit negara berkembang saat ini mengalami pergeseran dari
penyakit infeksi ke penyakit akibat gaya hidup, yang ternyata berhubungan
dengan adanya perubahan aspek sosial, ekonomi, dan demografi pada masyarakat
di masing-masing negara (Srisiri et al., 2017). Indonesia merupakan salah satu
negara berkembang yang mengalami pergeseran pola ini meskipun angka kejadian
infeksi di Indonesia masih cukup tinggi. Sementara itu, kejadian penyakit tidak
menular seperti hipertensi dan diabetes melitus terus mengalami peningkatan
(Sudoyo et al., 2014). Menurut Gowshall dan Robinson (2018), penyakit tidak
menular sejauh ini merupakan penyebab kematian pertama di dunia. Pada tahun
2016, sebanyak 75% dari 57 juta kematian yang terjadi secara global diakibatkan
oleh penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular yang menjadi penyebab
kematian utama secara berturut-turut adalah penyakit kardiovaskular, kanker,
penyakit pernapasan kronik dan diabetes melitus (Wamai, Kengne, dan Levitt,
2018).
Diabetes melitus adalah penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan
hiperglikemia akibat adanya gangguan pada sekresi insulin dan/atau kerja insulin
(Wu et al., 2014). Penyakit ini dapat menimbulkan kerusakan jangka panjang
berupa disfungsi atau kegagalan organ tubuh khususnya mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular
yang angka kejadiannya akan terus meningkat dimasa yang akan datang (Tjekyan,
2014).
Menurut International Diabetes Federation (2017), sebanyak 425 juta
penduduk di seluruh dunia menderita diabetes melitus pada tahun 2017 dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 629 juta penduduk pada tahun 2045. IDF
memperkirakan terdapat 212,4 juta penduduk dunia dengan diabetes melitus tidak
terdiagnosis dan berisiko mengalami komplikasi. Hasil studi yang dilakukan oleh
2

Shaw, Sicree, & Zimmet (2010) juga menunjukkan adanya peningkatan


prevalensi diabetes secara global dimana prevalensi diabetes pada usia 20-79
tahun adalah 6,4% (285 juta penduduk) pada tahun 2010 dan akan meningkat
menjadi 7,7% (439 juta penduduk) pada tahun 2030. Wilayah Pasifik Barat dan
Asia Tenggara merupakan wilayah dengan angka kejadian diabetes melitus
terbanyak di dunia. Pada tahun 2017, sekitar 8,5% (138 juta penduduk) dewasa di
wilayah Pasifik Barat dan 8,3% (75 juta penduduk) di wilayah Asia Tenggara
mengalami diabetes melitus (Mirasol, 2017). Hasil Riskesdas tahun 2013
menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia berdasarkan
diagnosis dokter mencapai 2,1% pada penduduk usia 15 tahun dengan angka
kejadian terbanyak pada rentang usia 55-64 tahun. Prevalensi ini mengalami
peningkatan dari tahun 2007 dimana jumlah pasien diabetes melitus yang
terdiagnosis hanya sekitar 1,1% (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Berdasarkan
provinsinya, prevalensi diabetes melitus tertinggi adalah Sulawesi Tengah (3,7%)
diikuti Sulawesi Utara sebanyak 3,6% dan Sulawesi Selatan sebanyak 3,4%
(Harista dan Lisiswanti, 2015). Di Sumatera Selatan, prevalensi diabetes melitus
berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk usia 15 tahun juga mengalami
peningkatan yaitu 0,4% pada tahun 2007 kemudian meningkat menjadi 0,9% pada
tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Sedangkan di Kota Palembang, prevalensi diabetes
melitus tipe 2 di 78 RT mencapai 3,2% dari 12.501 penduduk (Tjekyan, 2014).
Peningkatan prevalensi diabetes melitus ini telah dihubungkan dengan
berbagai faktor risiko baik yang dapat dimodifikasi maupun yang tidak dapat
dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras dan etnik,
usia, jenis kelamin, dan riwayat diabetes melitus dalam keluarga. Sedangkan
faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi obesitas abdominal/sentral,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, merokok, dan konsumsi
alkohol (Fatimah, 2015).
Menurut Tjekyan (2014), usia lebih dari 45 tahun di negara berkembang
dan usia lebih dari 65 tahun di negara maju dapat meningkatkan risiko terjadinya
diabetes melitus tipe 2. Peningkatan angka kejadian diabetes melitus juga
dihubungkan dengan adanya riwayat DM dalam keluarga dimana risiko untuk
3

terkena diabetes melitus meningkat hingga dua sampai enam kali lipat pada pasien
yang memiliki orang tua atau saudara kandung penderita DM (Fatimah, 2015).
Kemudian, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Nguyen et al. (2011) dengan
data dari National Center for Health Statistics (NHANES) di Amerika Serikat
menunjukkan sekitar 80,3% pasien diabetes mengalami kelebihan berat badan
(IMT 25) dan 49,1% mengalami obesitas (IMT 30). Selain itu, penelitian oleh
Lastra, Syed, & Kurukulasuriya (2014) menunjukkan bahwa sekitar 50% pasien
hipertensi mengalami resistensi insulin dan kontrol tekanan darah yang baik dapat
mencegah serta memperlambat progresivitas terjadinya komplikasi mikrovaskular
dan makrovaskular.
Mengingat besarnya masalah yang ditimbulkan oleh diabetes melitus,
Kementrian Kesehatan RI memprioritaskan pengendalian diabetes melitus
diantara gangguan penyakit metabolik lainnya. Salah satu pendekatan dalam
pengendalian diabetes melitus adalah dengan mengendalikan berbagai faktor
risiko di fasilitas layanan primer seperti dokter keluarga, praktik swasta, dan
puskesmas (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Puskesmas merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya. Berdasarkan data pasien diabetes melitus di Kota Palembang,
terdapat sekitar 4.352 pasien diabetes melitus dengan penderita terbanyak berada
di wilayah kerja Puskesmas Merdeka dengan total kunjungan sebanyak 776 pasien
atau sekitar 17,83% (Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2016).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan pada klien diabetes mellitus melalui penuyusunan seminar proposal
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. K Dengan Diabetes Mellitus di
Ruang PDL Laki-Laki RSUD Palembang Bari”
4

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu mengaplikasikan serta mampu melaksanakanilmu tentang
Asuhan Keperawatan secara komprehensif dengan proses pendekatan yang
meliputi aspek bio, psiko, spiritual, dalam bentuk pendokumentasian padaTn.K
dengan masalah keperawatan Diabetes Mellitus diruang PDL Laki-Laki RSUD
Palembang BARI.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melaksanakan pengkajiankeperawatanpada Tn.A dengan masalah
keperawatan Diabetes Mellitus di RSUD Palembang BARI.
b) Mampu merumuskandiagnosiskeperawatanpada Tn.A dengan masalah
keperawatan Diabetes Mellitus di RSUD Palembang BARI.
c) Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada Tn.A dengan masalah
keperawatan Diabetes Mellitus di RSUD Palembang BARI.
d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn.A dengan masalah
keperawatan Diabetes Mellitus di RSUD Palembang BARI.
e) Melakukanevaluasitindakankeperawatanpada Tn.A dengan masalah
keperawatan Diabetes Mellitus diRSUD Palembang BARI.
f) Mampu melaksanakan discharge planning

C. Waktu dan Tempat


Asuhan keperawatan dan pengumpulan data dilakukan pada tanggal
November 2022 di ruangan PDL Laki-laki RSUD Palembang BARI.
5
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, R. N. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Medical Journal of Lampung


University. Vol 4(5): 93–101, (http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/
majority/article/view/615, Diakses 15 Juni 2019).
Gowshall, M., & Robinson, S. D. T. 2018. The Increasing Prevalence of Non-
communicable Disease in Low-Middle Income Countries: the view from
Malawi. International Journal of General Medicine. Vol 11: 255–264,
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29988742, Diakses 11 Juni 2019).
Harista, R. A., & Lisiswanti, R. 2015. Depresi pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2. Medical Journal of Lampung University, Vol 4(9): 73–77,
(http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1411,Diak
ses 12 Juni 2019).
International Diabetes Federation. 2017. IDF Diabetes Altas Eighth edition 2017.
Juni 2019).
Lastra, Guido., Syed, Sofia., Romayne, Kurukulasuriya. 2014. Type 2 Diabetes
Mellitus and Hypertension: An Update. Endocrinology and Metabolism
Clinics of North America. Vol 43(1): 103-122.
(https://www.ncbi.nlm,nih.gov/pmc/articles/PMC3942662/#!po=58.6066,Di-
akses 9 Juli 2019).
Mirasol, R. C. 2017. A Consensus of Key Opinion Leaders on the Management of
Pre-diabetes in the Asia Pasific Region. Journal of the ASEAN Federation of
Endocrine Societies. Vol 32 (1), (http://asean-endocrinejournal.org/index.php
Nguyen, N. T., Nguyen, X. M. T., Lane, J., & Wang, P. 2011. Relationship
between obesity and diabetes in a US adult population: Findings from the
national health and nutrition examination survey, 1999-2006. Obesity
Surgery. Vol 21(3): 351–355, (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
Shaw, J. E., Sicree, R. a, & Zimmet, P. (2010). Global estimates of the prevalence
of diabetes for 2010 and 2030. Diabetes Research and Clinical Practice. Vol
Srisiri, J., Leethongdee, S., Homchampa, P., & Schelp, F. P. 2017.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiadi, S. 2014.
Tjekyan, R. S. 2014. Angka Kejadian dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2
di 78 RT Kotamadya Palembang Tahun 2010. Majalah Kedokteran
Sriwijaya. Vol 46(2): 85–94, (https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/
article/view/2688, Diakses 11 Juni 2019).
Wamai, R. G., Kengne, A. P., & Levitt, N. 2018. Non-communicable Diseases
Surveillance: Overview of Magnitude and Determinants in Kenya from
STEPwise Aprroach Survey of 2015. BMC Public Health. Vol 18(3): 1224,
(https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-018-60
Wu, Y., Ding, Y., Tanaka, Y., & Zhang, W. 2014. Risk factors contributing to
type 2 diabetes and recent advances in the treatment and prevention.
International Journal of Medical Sciences. Vol 11(11): 1185-1200,
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25249787, Diakses Juni 11 2019).

Anda mungkin juga menyukai