Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

RANI RUSPITA - 857494782 - Rangkuman Modul 9 Dan 10 Strategi Pembelajaran Di SD

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

RANGKUMAN

MODUL 9 KEGIATAN REMIDIAL DAN KEGIATAN PENGAYAAN


MODUL 10 PENGELOLAAN KELAS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Strategi Pembelajaran di
SD PDGK4105

RANI RUSPITA (857494782)

PGSD MS-Kelas F
UPBJJ BANDUNG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2022
MODUL 9
KEGIATAN REMEDIAL DAN KEGIATAN PENGAYAAN

KB 1 : KEGIATAN REMEDIAL
A. Hakikat, Tujuan, Dan Fungsi Kegiatan Remedial

1. Hakikat Kegiatan Remedial

Dalam Random House Webster’s College Dictionary (1991), Remedial


diartikan sebagai intended to improve poor skill in specified field. Remedial
adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki keterampilan yang
kurang baik dalam suatu bidang tertentu.Kalau kita kaitkan dengan kegiatan
pembelajaran, kegiatan remedial dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilaksanakan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang kurang
berhasil.Dari pengertian tersebut diketahui bahwa suatu kegiatan pembelajaran
dianggap sebagai kegiatan remedial apabila kegiatan pembelajaran tersebut
ditujukan untuk membantu siswa yang mengalam kesulitan dalam memahami
materi pelajaran atau dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.
Her (ujian ulang) dapat dianggap sebagai remedial, apabila sebelum her
diberikan, guru melaksankan kegiatan pembelajran yang membantu siswa
memahami materi pelajaran yang belum dikuasainya sehingga siswa menguasai
kompetensi yang diharapkan.Tetapi, apabila guru langsung memberikan ujian
ulang tanpa melakukan pembelajaran tambahan yang membantu siswa mengatasi
kesulitan yang dihadapinya maka pelaksanaan her tersebut tidaklah termasuk
kegiatan remedial.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan remedial
adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.
2. Tujuan dan Fungsi Kegiatan Remedial
Secara umum, tujuan kegiatan remedial adalah sama dengan pembelajran
biasa, yaitu membantu siswa mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Secara khusus,
kegiatan remedial bertujuan untuk membantu siswa yang belum menguasai
materi pelajaran melalui kegiatan pembelajaran tambahan.
Sebagai salah satu upaya membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar,

2
kegiatan remedial memiliki beberapa fungsi yang penting bagi keseluruhan
proses pembelajaran. Warkitri, dkk. (1991) menyebutkan enam fungsi remedial
dalam kaitannya dengan proses pembelajaran. Keenam fungsi kegiatan remedial
tersebut adalah fungsi korektif, pemahaman, penyesuaian, pengayaan, akselerasi,
dan terapeutik.
a. Fungsi Korektif

Memperbaiki cara mengajar dan cara belajar. Kegiatan remedial


mempunyai fungsi korektif bagi kegiatan pembelajaran karena melalui
kegiatan remedial guru memperbaiki cara mengajarnya dan siswa
memperbaiki cara belajarnya. Misalnya, guru mengetahui bahwa yang
menyebabkan siswa belum menguasai materi pelajaran adalah karena
kurangnya kesempatan untuk berlatih maka guru harus memperbaiki kegiatan
pembelajarannya dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berlatih.Atau apabila siswa tidak menguasai materi karena penjelasan guru
terlalu abstrak maka guru harus menggunakan berbagai metode dan media
yang mempermudah pemahaman siswa terhadap konsep yang dibahas.
b. Fungsi Pemahaman

Kegiatan remedial mempunyai fungsi pemahaman karena dalam


kegiatan remedial akan terjadi proses pemahaman baik pada diri guru
maupun diri siswa. Bagi guru, untuk melaksanakan kegiatan remedial, guru
terlebih dahulu harus memahami kelebihan dan kekurangan kegiatan
pembelajaran yanng dilaksanakannya, serta mengevaluasi kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakannya. Berdasarkan hasil pemahaman ini,
guru memperbaiki kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakannya.
Dengan kegiatan remedial siswa akan lebih memahami kelabihan dan
kelemahan cara belajarnya. Sebelum kegiatan remedial, guru mengajak siswa
mengevaluasi kegiatan belajarnya.Apakah mereka memperhatikan penjelasan

guru dan mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan sungguh-sungguh?


Dengan pemahaman ini siswa diharapkan akan memperbaiki sikap dan cara
belajarnya sehingga dapat menjadi lebih baik.
c. Fungsi Penyesuaian

Kegiatan remedial memiliki fungsi penyesuaian karena pelaksanaan


kegiatan remedial disesuaikan dengan kesulitan dan karakteristik individu
3
siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Karena semua aspek kegiatan remedial disesuaikan dengan
kemampuan dan karakteristik individu siswa, proses pembelajaran tidak akan
menjadi beban bagi siswa melainkan siswa akan termotivasi belajar dengan
giat.
d. Fungsi Pengayaan

Kegiatan remedial mempunyai fungsi pengayaan bagi proses pembelajaran


karena melalui kegiatan remedial guru memanfaatkan sumber belajar. Dalam
kegiatan remedial guru dapat meminta siswa untuk membaca buku lain
yanng ada kaitannya dengan materi yang belum dipahami. Guru juga
menerapkan metode mengajar dan alat bantu yang bervariasi. Misalnya,
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi, guru
dapat meminta siswa untuk diskusi atau kerja kelompok atau mungkin
dengan menggunakan alat peraga yang bervariasi. Kegiatan tersebut
merupakan pengayaan dalam proses pembelajaran.
e. Fungsi Akselerasi

Kegiatan remedial memiliki fungsi akselerasi terhadap proses


pembelajaran karena melalui kegiatan remedial guru dapat mempercepat
penguasan siswa terhadap materi pelajaran dengan menambah waktu dan
frekuensi pembelajaran. Tanpa remedial siswa yang mengalami kesulitan
dalam pemahaman akan tertinggal oleh temannya yang telah menguasai
materi pelajaran.
f. Fungsi Terapeutik

Kegiatan remedial mempunyai fungsi terapeutik karena melalui


kegiatan remedial guru dapat membantu mengatasi kesulitan siswa yang
berkaitan dengan aspek sosial-pribadi. Biasanya siswa yang merasa dirinya
kurang berhasil dalam belajar sering merasa rendah diri atau terisolasi dalam
pergaulan dengan teman-temannya.Dengan membantu mencapai prestasi
belajar yang lebih baik melalui kegiatan remedial berarti guru telah membantu
siswa meningkatkan rasa percaya diri.
Itulah 6 fungsi kegiatan remedial dalam proses pembelajaran. Dari
uraian di atas jelaslah bahwa kegiatan remedial memiliki fungsi penting dalam
membantu pengembangan kemampuan siswa secara optimal.
4
5
3. Perbedaan Kegiatan Remedial dari Pembelajaran Biasa

Secara sepintas kegiatan remedial tidak jauh berbeda dengan


pembelajaran biasa. Guru harus merumuskan tujuan pembelajaran,
mengembangkan alat evaluasi, memilih dan mengorganisasikan materi pelajaran,
dll. Tetapi kalau kita kaji lebih dalam, kedua bentuk pembelajran tersebut
berbeda.Perbedaan kegiatan remedial dengan pembelajaran biasa.
Agar menjadi lebih jelas, marilah kita kaji perbedaan kegiatan remedial
dari pembelajaran biasa dengan menganalisis komponen-komponen suatu
pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah:
a. Tujuan Pembelajaran

Rumusan tujuan bersifat individual. Kegiatan pembelajaran


dilaksanakan untuk mencapai kompetensi atau tujuan yang telah
ditetapkan.Dalam pembelajaran biasa, tujuan pembelajaran yang dirumuskan
guru berlaku bagi semua siswa.Jadi, bersifat klasikal.Sementara itu, dalam
kegiatan remedial tujuan pembelajaran yang dirumuskan guru bersifat
individual, tergantung pada kesulitan siswa. Tujuan pembelajaran yang harus
dikuasai siswa A mungkin berbeda dari tujuan pembelajaran yang harus
dikuasai siswa B, tergantung pada kompetensi atau tujuan pembelajaran yang
belum dikuasai.
b. Materi Pembelajaran

Materi sesuai dengan kesulitan yang dihadapi. Materi pelajaran dipilih dan
diorganisasikan berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Materi yang dibahas dalam remedial akan berbeda antara materi untuk siswa
yang satu dengan siswa yang lainnya, sesuai dengan kesulitan yang
dihadapinya.

c. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dalam kegiatan remedial akan berbeda dari kegiatan


pembelajaran biasa. Dalam pembelajaran biasa, yang berpartisipasi adalah
seluruh siswa. Guru memperlakukan siswa semua sama. Sementara itu,
dalam kegiatan remedial, pembelajaran hanya diikuti oleh siswa-siswa yang
memiliki kesulitan belajar tertentu.Kegiatan remedial ini dapat dilakukan
secara individu atau kelompok sesuai dengan kesulitan dan karakteristik

6
siswa yang mengikuti kegiatan remedial.

d. Evaluasi

Alat evaluasi bersifat individual dan kelompok. Evaluasi dilaksanakan untuk


mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.Alat
evaluasi yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran biasanya bersifat
klasikal sedangkan dalam kegiatan remedial alat evaluasiya bersifat
individual atau kelompok.
Dari uraian tersebut dapat disimpulan bahwa pembelajaran biasa menerapkan
pendekatan klasikal, sedangkan kegiatan remedial menerapkan pendekatan
individual atau kelompok.

B. PENDEKATAN DALAM KEGIATAN REMEDIAL


Warkitri dkk. (1991) mengemukakan tiga pendekatan dalam kegiatan
remedial.Ketiga pendekatan tersebut adalah pendekatan yang bersifat preventif,
kuratif, dan pengembangan. Berikut ini akan dibahas ketiga pendekatan tersebut.
1. Pendekatan Yang Bersifat Preventif

Kegiatan remedial dipandang bersifat preventif apabila kegiatan remedial


dilaksanakan untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan dalam
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Kegiatan remedial yang bersifat
preventif dilaksankan sebelum kegiatan pembelajaran biasa dilaksankan.
Guru yang sudah berpengalaman, dari keakrabannya dengan siswa, telah mengetahui
kelemahan siswanya. Dari beberapa kegiatan guru mengetahui bahwa siswa A
mempunyai kelemahan dalam mengerjakan soal-soal matematika sehingga guru

memberi kesempatan untuk berlatihh lebih banyak lagi. Bagi yang belum banyak
pengalaman, anda dapat menggunakan jenis alat evaluasi pretest.
Pretest adalah salah satu jenis alat evaluasi yang digunakan guru sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Berdasarkan hasil pre-test guru dapat mengelompokkan
siswa menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok yang mampu menguasai kompetensi
yang telah ditetapkan lebih cepat, kelompok yang sesuai dengan waktu yang
ditetapkan, dan yang tidak akan mampu menguasai kompetensi sesuai waktu yang
ditetapkan. Kegiatan remedial yang diberikan kepada siswa yang tidak mampu
menguasai kompetensi dengan waktu yang disediakan disebut remedial bersifat
preventif.
7
2. Pendekatan Yang Bersifat Kuratif

Kegiatan remedial dipandang bersifat kuratif apabila pelaksanaan kegiatan remedial


ditujukan untuk membantu mengatasi kesulitan siswa setelah siswa mengikuti
pembelajaran biasa. Kegiatan remedial yang bersifat kuratif dilaksanakan karena
berdasarkan hasil evaluasi pada kegiatan pembelajaran biasa diketahui bahwa siswa
belum mencapai kriteria keberhasilan atau kompetensi minimal yang telah ditetapkan.
3. Pendekatan Yang Bersifat Pengembangan

Kegiatan remedial dipandang bersifat pengembangan apabila kegiatan remedial


dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pemebelajaran biasa. Melalui kegiatan
remedial yang bersifat pengembangan, guru mengharapkan agar siswa yang
mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan secara bertahap
dan segera dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya.

C. JENIS-JENIS KEGIATAN REMEDIAL


Berikut ini beberapa bentuk kegiatan remedial yang dapat dilaksanakan guru (Suke,
1991):
1. Mengajarkan Kembali

Melalui bentuk kegiatan ini, guru menjelaskan kembali materi yang belum
dipahami atau dikuasai siswa.Saat menjelaskan materi tersebut, guru harus
berorientasi pada kesulitan yang dihadapi siswa.
2. Menggunakan Alat Peraga
Untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran, guru sebaiknya
menggunakan alat peraga dan memberi kesempatan siswa untuk menggunakan
alat peraga tersebut.
3. Kegiatan Kelompok

Diskusi ataupun kerja kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa
mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi yang dituntut.Yang perlu
diperhatikan guru dalam menerapkan kerja kelompok dalam kegiatan remedial
ialah dalam menentukan anggota keompok.
4. Tutorial

Kegiatan tutorial ialah guru meminta bantuan siswa lain yang lebih pandai untuk
membantu siswa menghadapi kesulitan dalam menguasai kompetensi yang telah
8
ditetapkan atau guru dapat juga meminta siswa dari kelas yang lebih tinggi untuk
membantu adik kelasnya.
5. Sumber Belajar Yang Relevan

Selain dengan mengajarkan kembali, kegiatan kelompok dan tutorial, guru juga
dapat menggunakan sumber belajar lain dalam membantu siswa menguasai
kompetensi yang telah ditetapkan. Guru meminta siswa untuk mengunjungi saatu
instansi tertentu yang berkaitan dengan materi yang belum dikuasainya.

D. PRINSIP PELAKSANAAN REMEDIAL


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan remedial (Suke, 1991) :
1. Guru harus mengelompokkan siswa yang mengalami remedial sesuai dengan
pemahaman siswa tentang materi pembelajaran.

2. Bantuan yang diberikan hendaknya sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa.
Tugas atau kegiatan yang diberikan dalam kegiatan remedial jangan terlalu
banyak.

3. Dalam menentukan kegiatan remedial guru hendaknya mempertimbangkan jenis


kesulitan yang dihadapi siswa serta faktor penyebab kesulitan tersebut.

4. Melalui kegiatan remedial ini, guru tidak hanya mengharapkan siswa akan mampu
menguasai kompetensi yang belum dikuasainya, tetapi juga timbulnya motivasi
pada diri siswa untuk belajar lebih giat dan lebih tekun sehingga untuk menguasai
kompetensi berikutnya siswa diharapkan tidak akan mengalami kesulitan.

9
E. PRINSIP PEMILIHAN KEGIATAN
Wardani (1991) menyatakan bahwa dalam memilih bentuk kegiatan dan metode yang
akan diterapkan dalam kegiatan remedial guru perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Memanfaatkan latihan khusus, terutama bagi siswa yang mempunyai daya
tangkap lemah.

2. Menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki siswa. Dengan memperhatikan


kekuatan yang dimiliki siswa diharapkan siswa akan dapat lebih cepat mengatasi
kesulitan yang dihadapinya. Dalam hal ini, guru hendaknya lebih mengenal gaya
belajar setiap siswa.

3. Memanfaatkan penggunaan media yang multi-sensori.

4. Memanfaatkan permainan sebagai sarana belajar, terutama bagi siswa yang


kurang memiliki motivasi untuk belajar.

F. PROSEDUR KEGIATAN REMEDIAL


Langkah-langkah kegiatan remedial :
1. Analisis Hasil Diagnosa

Melalui kegiatan diagnosa, guru akan mengetahui para siswa yang perlu mendapat
bantuan. Untuk keperluan kegiatan remedial, tentu yang menjadi sorotan adalah
siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar yang ditunjukkan dengan
tidak tercapainya kriteria keberhasilan belajar.
2. Menemukan Penyebab Kesulitan

Sebelum kita mulai merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu kita harus
mengetahui mengapa siswa mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi
yang diharapkan atau menguasai materi pelajaran. Faktor penyebab kesulitan ini
harus diidentifikasi oleh guru karena gejala kesulitan yang sama yang ditunjukkan
oleh siswa dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda.
3. Menyusun rencana Kegiatan Remedial

10
Setelah kita mengetahui siswa yang perlu mendapatkan kegiatan remedial dan
kompetensi-kompetensi yang belum dikuasai setiap siswa serta faktor penyebab
kesulitan. Selanjutnya kita menyusun rencana pembelajaran sebagai berikut :
a. Merumuskan kompetensi atau tujuan pembelajaran.

b. Menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan kompetensi

c. Memilih dan merancang kegiatan remedial sesuai dengan masalah dan faktor
penyebab kesulitan serta karakteristik siswa.

d. Merencanakan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan remedial

e. Menentukan jenis, prosedur, dan alat penilaian untuk mengetahui tingkat


keberhasilan siswa.

4. Melaksanakan Kegiatan Remedial

Biasanya kegiatan remedial dilaksanakan di luar jam belajar biasa. Oleh karena
itu, dituntut kerelaan dari guru untuk menyediakan waktu tambahan di luar jam
belajar, untuk membantu siswa yang memerlukan.
5. Menilai Kegiatan Remedial

Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah dilaksanakan,


kita harus melaksanakan penilaian.

KB 2 : KEGIATAN PENGAYAAN

A. HAKIKAT KEGIATAN PENGAYAAN

Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok


cepat dalam memanfaatkan kelebihan waktu yang dimilikinya sehingga mereka
memiliki pengetahuan yang lebih kaya dan keterampilan yang lebih baik.
Kegiatan pengayaan ini berkenan dengan kegiatan pendalam materi pelajaran
yang sedang dipelajari, bukan pembahasan materi pelajaran baru.
Tujuan kegiatan pengayaan adalah memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memperdalam penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar
yang sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang optimal.

11
B. JENIS KEGIATAN PENGAYAAN

Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pengayaan, guru menerapkan


pendekatan individual. Menurut Guskey (1989), kegiatan pengayaan biasanya bersifat
belajar mandiri. Kegiatan pengayaan lebih bersifat fleksibel dibandingkan dengan
kegiatan remedial.Yang penting, kegiatan pengayaan hendaklah merupakan kegiatan
yang menyenangkan dan merangsang kreatifitas siswa. Kegiatan yang dapat
dirancang dan dilaksanakan guru :
1. Tutor Sebaya

Melalui kegiatan tutor sebaya, pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan
meningkat karena di samping mereka harus menguasai konsep atau ide yang akan
dijelaskan mereka juga harus mencari teknik untuk menjelaskan konsep atau ide
tersebut. Untuk dapat berperan sebagai tutor yang baik, siswa harus mampu
memberikan penjelasan yang dapat dimengerti oleh temannya, mampu
memandang suatu konsep atau ide dari berbagai sudut pandang. Melalui tutor
sebaya, siswa kelompok cepat dapat meningkatkan pemahamannya terhadap
materi pelajaran di samping mengembangkan kemampuan kognitif tinggi.
2. Mengembangkan Latihan

Siswa yang cepat dalam belajar dapat diminta untuk membuat soal-soal latihan
untuk dikerjakan oleh teman-temannya.Soal-soal yang dikembangkan tersebut
harus disertai dengan kunci jawaban.
Memberikan kesempatan untuk terlibat dalam suatu proyek.Kegiatan ini dapat
dilakukan untuk pendalaman materi yang menuntut banyak latihan.
3. Mengembangkan Media dan Sumber Pembelajaran

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghasilkan suatu karya yang


berkaitan dengan materi yang dipelajari merupakan suatu yang menarik bagi siswa
kelompok cepat.Hasil karya tersebut dapat berupa model, permainan atau karya
tulis yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
4. Melakukan Proyek

Memberikan tugas kepada siswa dalam melakukan suatu proyek atau


laporan, melalui kegiatan ini motivasi belajar siswa akan meningkat. Mereka akan

12
berusaha untuk mempelajari materi pelajaran berikutnya dengan baik sehingga
mereka akan mendapat kesempatan lagi untuk melakukan proyek
5. Memberikan Permainan, Masalah atau Kompetisi Antar siswa

Dalam kegiatan pengayaan guru dapat memberikan tugas kepada siswa yang
memecahkan suatu masalah atau permainan yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Di samping mereka berusaha untuk memecahkan masalah atau
permainan yang diberikan, melalui kegiatan ini mereka juga akan belajar satu
sama lain dengan membandingkan strategi atau teknik yang mereka pergunakan
dalam memecahkan permasalahan atau permaian yang diberikan.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM


MELAKSANAKAN KEGIATAN PENGAYAAN

Warkitri, dkk. (1991) mengemukakan tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam
memilih dan melaksanakan kegiatan pengayaan:
1. Faktor Siswa

Kesesuaian kegiatan pengayaan dengan minat siswa akan lebih mendorong siswa
berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, kegiatan pengayaan yang tidak sesuai
dengan minat siswa akan melemahkan semangat siswa dalam mempelajari
sesuatu. Faktor yang harus dipertimbangkan guru dalam menentukan kegiatan
pengayaan menurut Arikunto (1986) :
a. Kegiatan di luar kelas lebih disukai siswa daripada kegiatan di dalam kelas.

b. Kegiatan yang melakukan aktivitas lebih disukai siswa daripada hanya


dilakukan di belakang meja.

c. Kegiatan menemukan sesuatu yang baru lebih merangsang minat siswa


daripada kegiatan yang sifatnya penjelasan.

d. Kegiatan yang cept menunjukkan hasil lebih disukai siswa daripada kegiatan
yang menuntut waktu yang cukup lama.

2. Faktor Manfaat Edukatif

Melalui kegiatan pengayaan ini diharapkan pengetahuan atau keterampilan,


bahkan nilai/sikap yang dimiliki siswa akan semakin meningkat.

13
3. Faktor Waktu

Guru harus mampu menyesuaikan jenis kegiatan pengayaan dengan kebutuhan


siwa dan juga dengan waktu yang tersedia. Apabila waktu pengayaan sudah habis,
siswa hendaknya telah menguasai materi pengayaan secara utuh dan siswa sudah
dapat melihat hasilnya.

MODUL 10
PENGELOLAAN KELAS

KB 1 : HAKIKAT PENGELOLAAN KELAS


A. PENGERTIAN PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan Kelas adalah serangkaian tindakan guru yang ditujukan untuk
mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dengan menciptakan
hubungan yang interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional yang positif dan
efektif.
Pengertian pengelolaan kelas menurut para tokoh adalah sebagai berikut :
a. Serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk mendorong munculnya tingkah
laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku yang tidak
diharapkan (Weber, 1997).
b. Serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk megembangkan
hubunganinterpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif
(Weber, 1977).
c. Cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak
terjadi
kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan
akademis dan sosial (Winzer, 1995).

B. PERBEDAAN PENGELOLAAN KELAS DARI PEMBELAJARAN


Pembelajaran adalah segala kegiatan yang dilakukan guru untuk membantu
siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan kegiatan pengelolaan kelas
adalah segala kegiatan atau usaha yang dilakukan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi kelas yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien. Memberikan pujian atau penghargaan sesegera mungkin,

14
menciptakan dan emmelihara hubungan yang sehat antara guru dan siswa, sert
antarsiswa, serta menerapkan normanorma kelompok yang produktif merupakan
contoh dari kegiatan pengelolaan kelas.

C. PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PROSES


PEMBELAJARAN
Pentingnya Pengelolaan Kelas Dalam Proses Pembelajaran Salah satu tugas
guru dalam membantu siswa belajar ialah menciptakan situasi kelas yang hangat,
aman, dan sehat. Situasi kelas yang penuh keakraban akan memberikan rasa aman dan
kebebasan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam
situasi belajar yang seperti inilah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru akan
dapat dicapai.

KB 2 : PENATAAN LINGKUNGAN SEKOLAH


A. PENATAAN LINGKUNGAN KELAS
Pengelolaan kelas yang efektif bermula dari penataan ruangan kelas dan
isinya. Lingkungan fisik kelas harus ditata atau diatur untuk mendukung aktivitas
belajar yang dikembangkan guru secara individual. Perubahan tujuan pembelajaran
dan perubahan kegiatan belajar yang dilakukan sisw amenuntut perubahan dalam
penataan lingkungan fisik kelas. Ini berarti bahwa guru hendaknya menyesuaikan
penataan ruangan kelas terhadap kegiatan pembeljaran yang dilaksanakan.
Meskipun barang-barang yang ada di dalam kelas kurang memadai keadaanya,
melalui penataan ruangan kelas yang efektif, barang-barang tersebut menjadi
bermanfaat.
1. Prinsip-prinsip Penataan Lingkungan Fisik Kelas
Penataan Lingkungan Kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat
keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran (Winzer, 1995).
Prinsip-prinsip Penataan Lingkungan Fisik Kelas Menurut Louisell (1992),
ketika menata lingkungan fisik kelas, guru harus mempertimbangkan 5 hal berikut
ini:
a. Keleluasaan Pandangan (visibility)

15
Yaitu penempatan atau penataan barang-barang di dalam kelas tidak
mengganggu pandangan siswa dan guru sehingga siswa secara leluasa dapat
memandang guru atau benda/kegiatan yang sedang berlangsung.
b. Mudah dicapai ( Accesibility)
Yaitu siswa mudah menjangkau barang-barang yang mereka butuhkan dan
siswa dapat dengan mudah bergerak dan tidak mengganggu siswa lainnya yang
sedang bekerja.
c. Keluwesan (Flexibility)
Yaitu barang-barang yang ada didalam kelas hendaknya mudah utuk ditata
dan dipindahkan sesuai dnegan tuntutan kegiatan pembelajar yang akan
dilakukan siswa dan guru
d. Kenyamanan
Yaitu lingkungan kelas yang ditata dapat memberikan kenyamanan baik
bagi siswa maupun gru sendii. Prinsip kenyamanan ini berkaitan dengan
temperatur ruangan, cahaya, suara dan kepadatan kelas. Kenyamanan ruangan
kelas akan sangat berpengaruh terhadap konsentrasi dan produktivitas siswa dan
guru dalam kegiatan pembelajaran.
e. Keindahan
Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan berpengaruh positif terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Ruangan kelas yang menyenangkan
juga akan meningkatkan pengembangan nilai keindahan pada diri siswa karena
siswa melihat langsung/contoh yang dilakukan guru dalam menata kelas

2. Penataan Tempat Duduk


Yaitu guru harus menata tempat duduk siswa sesuai dengan strategi
pembelajaran yang telah diterapkan untuk memperlancar kegiatan pembelajaran.
Pengaturan tempat duduk brjejer menghadap guru tepat untuk kegiatan klasikal,
yaitu untuk menyampaikan informasi yang harus diketahui oleh seluruh siswa serta
meningkatkan jumlah kerja yang dilakukan siswa.

B. PENATAAN LINGKUNGAN PSIKO-SOSIAL KELAS.


Iklim psiko-sosial kelas berpengaruh terhadap hasil belajar, konsep diri, rasa
harga diri, dan sikap siswa terhadap sekolah. Iklim psiko-sosial kelas berkenaan
dengan hubungan sosial-pribadi antara guru dan siswa serta antar siswa.

16
Hubungan yang

17
harmonis antara guru dan siswa serta antar siswa akan dapat menciptakan iklim psiko-
sosial kelas yang sehat, dan efektif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Oleh karena itu dalam mengelola kelas, guru harus dapat menciptakan
hubungan sosio-emosional yang harmonis baik antara guru dengan siswa maupun
antarsiswa.
1. Karakteristik guru
Berkenaan dengan pengelolaan iklim psiko-sosial kelas, Bandura (Good
dan Brophy) menyatakan bahwa keberhasilan guru dalam mengelola iklim psiko-
sosial kelas dipengaruhi oleh karakteristik guru itu sendiri. Berikut ini beberapa
karakteristik yang harus dimiliki oleh guru :
a. Disukai oleh siswanya
b. Memiliki persepsi yang realistik tentang dirinya dan siswanya.
c. Akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru-siswa
d. Bersikap positif terhadap pertanyaan/respons siswa
e. Sabar, teguh dan tegas
2. Hubungan sosial antarsiswa
Hubungan sosial yang kurang baik antarsiswa dapat mengganggu lancarnya
kegiatan pembelajaran. Untuk menciptakan hubungan sosial yang baik antarsiswa
dapat dilaksanakan dengan adanya kegiatan belajar kelompok. Di dalam belajar
kelompok siswa dapat saling mengenal, berkomunikasi dengan jelas, saling
bertanya dan mengemukakan pendapat serta saling membantu.
Agar kegiatan kelompok dapat berhasil dengan baik guru harus
memperhatikan hal-hal berikut :
a. Perilaku yang diharapkan
b. Fungsi kepemimpinan
c. Pola persahabatan siswa
d. Norma/aturan
e. Kemampuan berkomunikasi
f. Kebersamaan

Anda mungkin juga menyukai