Dinamika Loyalitas Konsumen 2950
Dinamika Loyalitas Konsumen 2950
Dinamika Loyalitas Konsumen 2950
DISUSUN OLEH :
NAMA KELOMPOK 4:
1.MEGA AGUSTINA
2.DHEA OKTAVIANI
3.NADIA RAHMATIKA
Dosen Pembimbing:
GERHANA ADJIE,S.E.,M.M
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Loyalitas Konsumen dan Pelanggan ” pada mata kuliah Studi Manajemen
Pemasaran . Tidak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan
kami Nabi besar Muhammad SAW, yang telah mengarahkan kepada kita satu-
satunya agama yang di ridhoi Allah SWT, yakni agama Islam.
Akhir kata kami menyadari bahwasanya bila segala urusan telah selesai,
maka akan tampak kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran selalu kami
tunggu demi peningkatan kualitas dan mutu dari makalah yang kami susun ini.
Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I……………............................................................................................1
A. Pendahuluan……..................................................................................1
B. Rumusan Masalah……….....................................................................2
C. Tujuan…...............................................................................................2
BAB II……......................................................................................................3
E. Studi Kasus...........................................................................................13
BAB III……………………………….............................................................15
A. Kesimpulan...........................................................................................15
B. Saran ....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara harfiah loyal berarti setia, atau loyalitas dapat diartikan sebagai suatu
kesetiaan. Kesetiaan ini timbil tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran
sendiri pada masa lalu. Usaha yang dilakukan untuk menciptakan kepuasaan
konsumen lebih cenderung mempengaruhi sikap konsumen. Sedangkan konsep
loyalitas konsumen lebih menekankan kepada perilaku pembeliannya.
3
a. Pengertian pelanggan
Dilihat dari segi perbaikan kualitas, definisi pelanggan adalah setiap orang
yang menuntut pemberian jasa (perusahaan) untuk memenuhi suatu standar
kualitas pelayanan tertentu, sehingga dapat memberi pengaruh pada performansi
(performance) pemberi jasa (perusahaan) tersebut. Dengan kata lain, pelanggan
adalah orang-orang atau pembeli yang tidak tergantung pada suatu produk, tetapi
produk yang tergantung pada orang tersebut. Oleh karena pelanggan ini pembeli
atau pengguna suatu produk maka harus diberi kepuasan.
4
produk/jasa yang disukai secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun
pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk
menimbulkan perilaku untuk berpindah.
5
1. Memberikan Salam pada pelanggan.
Pemberian salam pada pelanggan sangatlah bermakna. Ini banyak diterapkan
pada perusahaan jasa Perbankan maupun Perhotelan. Saat kita pertama kali masuk
pintu Bank atau Hotel sudah disambut dengan salam oleh satpam dengan
mengucap salam “Selamat pagi BP/IBu telah datang ke kantor kami,ada yang
perlu saya bantu?” Perasaan kita jadi Nyes karena kita merasa di orangkan untuk
menunggu lamapun tidak terasa jenuh. Kalau tidak ada sapaan dari perusahaan
menunggu 30 menit aja serasa tiga jam dan sangat menjemukan. Dalam interaksi
tatap muka sapaan yang tepat mengurangi stress pelanggan. Mengapa pelanggan
merasa stress ? Ingatlah mereka berada pada tempat yang tidak mereka kenal.
Mereka mungkin merasa tidak nyaman. Anda bekerja disana setiap hari
sedangkan mereka/pelnggan hanya sedang berkumjung, Pada sat pelanggan
membutuhkan pelayanan dari teller dengan sapaan yang ramah dan lembut
biasanya teller akan menyapa dengan sapaan ,apa yang perlu saya bantu Bp/Ibu ?
dan saat selesai mereka akan bilang terimakasih dan,masih ada yang perlu saya
bantu lagi,ibu X? Dengan menyebut nama kita serasa akrab sekali dan mereka
mengenal kita dan ini yang sangat dibutuhkan pelanggan ini salah satu cara untuk
membidik pelanggan agar mereka tetap loyal dan tidak lari ke perusahaan lain.
6
3. Berbicaralah dengan Pelanggan Sapalah langsung pelanggan dalam
10 detik saat dia memasuki kantor atau Toko kita.
Sesibuk apapun bahkan walau kita sedang telepun berikanlah waktu sebentar
untuk menyapa pelanggan walau hanya dengan berkata hallo atau selamat
pagi.Pada saat kita berbelanja pemilik took sedang melayani pembeli yang lain
dan kita sudah antri lama kita berharap pemilik toko akan menyapa kita walaupun
kita belum terlayani tetapi ternyata tidak ada sapaan dari mereka kita akan merasa
tidak diorangkan dan kita akan membatalkan pembelian kita. Padahal untuk
mendapatkan seorang pelanggan baru akan besar ongkosnya daripada
mempertahan kan seorang pelanggan lama.
4. Senyumlah.
Budaya senyum banyak diterapkan di Rumah Sakit Rumah Sakit,bahkan
sudah nerupakan motto”Senyumanmu adalah Kesehatanmu”. Kalau semua
karyawan di Rumah Sakit baik bagian
administrasi ,paramedis( perawat,bidan) ,dokter bag. laboratorium, farmasi, bag
Gizi, clening service ,satpam dan lain-lain menerapkan budaya senyum niscaya
akan membantu kesembuhan pasien.
7
lontarkan pelanggan/Konsumen tentang produk kita dan pelajarilah bagai mana
mengartikulasikan jawabannya.
ii. Bersikaplah Ramah
Seperti yang sering orang katakan, layanan Konsumen dimulai dengan
senyuman. Bila anda berada dalam situasi tetap muka, salam hangat harus menjadi
hal pertama yang pelanggan lihat dan dengar ketika mereka meminta bantuan.
Bahkan ketika menangani permintaan pelanggan melalui telepon, senyum bisa di
tuangkan melalui tekanan suara. Jadi, pastikan anda siap untuk bersikap ramah.
8
d. Demonstrates in immunity to the pull of the competition (menunjukkan
kekebalan terhadap tarikan dari pesaing/ tidak mudah terpengaruh oleh
bujukan pesaing)
Manfaat loyalitas pelanggan
Menurut Kotler, Hayes, dan Bloom (dalam Buchari Alma 2002:275) ada enam
alasan mengapa perusahaan harus menjaga dan mempertahankan konsumennya:
a. Pelanggan yang sudah ada memiliki prospek yang lebih besar untuk
memberikan keuntungan kepada perusahaan.
b. Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam menjaga dan memperthankan
pelanggan yang sudah ada, jauh lebih kecil daripada mencari pelanggan
baru.
c. Pelanggan yang percaya kepada suatu lembaga dalam suatu urusan bisnis,
cenderung akan percaya juga pada urusan bisnis yang lain.
d. Jika sebuah perusahaan lama memiliki banyak pelanggan lama, maka
perusahaan tersebut akan mendapatkan keuntungan karena adanya
efisiensi. Pelanggan lama sudah barang tentu tidak akan banyak lagi
tuntutan, perusahaan cukup menjaga dan mempertahankan mereka. Untuk
melayani merekabisa digunakan karyawan-karyawan baru dalam rangka
melatih mereka, sehingga biaya pelayanan lebih murah
e. Pelanggan lama tentunya telah banyak memiliki pengalaman positifyang
berhubungan dengan perusahaan, sehingga mengurangi biaya psikologis
dan sosialisasi.
f. Pelanggan lama akan berusaha membela perusahaan, dan mereferensikan
perusahaan tersebut kepada teman-teman maupun lingkungannya.
Indikator dari loyalitas pelanggan menurut Kotler & Keller (2006 ; 57) adalah
Repeat Purchase (kesetiaan terhadap pembelian produk); Retention (Ketahanan
terhadap pengaruh yang negatif mengenai perusahaan); referalls (mereferensikan
9
secara total esistensi perusahaan). Hill (1996 ;332) menjelaskan bahwa tingkatan
loyal terbagi atas 6 tingkat, yaitu :
1. Suspect, Bagian ini termasuk semua pembeli produk atau jasa dalam
pemasaran, jadi suspects adalah menyadari akan produk atau jasa
perusahaan atau tidak mempunyai kecenderungan terhadap pembelian.
2. Prospects, Prospects adalah pelanggan potensial yang mempunyai daya
tarik terhadap perusahaan tetapi belum mengambil langkah untuk
melakukan bisnis dengan perusahaan.
3. Customers, Suatu tipe pembelian produk (walaupun dalam kategori ini
termasuk beberapa pembelian ulang) yang tidak memiliki loyalitas pada
perusahaan.
4. Clients, Pembelian ulang yang menunjukkan loyalitas pada perusahaan
tetapi lebih memiliki dorongan pasif daripada aktif terhadap perusahaan.
5. Advocates, Client yang memberikan dorongan yang positif pada
perusahaan dengan merekomendasikannya kepada orang lain.
6. Partners, Partners adalah hubungan yang sangat erat antara konsumen
dengan supplier yang keduanya saling memperlihatkan keuntungan.
10
jenis ini karena mereka tidak akan pernah menjadi pelanggan yang
loyal, merekahanya memberikan sedikit kontribusi terhadap
keuangan perusahaan (Griffin, 2005).
11
3. Biaya perusahaan menurut menurun karena perusahaan tidak perlu
mengeluarkan uang untuk memikat pelanggan secara berulang.
Selain itu, konsumen yang merasa puas akan bercerita ke
konsumen lain, dengan demikian bisa mengurangi kebutuhan
perusahaan untuk memasang iklan atau melakukan proomosi.
4. Perusahaan lebih terlindungi dari persaingan harga, karena
pelanggan yang loyal kecil kemungkinan terpikat diskon.
5. Pelanggan yang puas cenderung mencoba lini produk perusahaan
yang lain, dengan demikian membantu perusahaan mendapatkan
pelanggan yang lebih besar.
Sedangkan menurut Solihin ( 2004 ), ada beberapa keuntungan yang akan di
peroleh perusahaan bila memiliki konsumen yang loyal, yaitu :
1. Sales Growth,
Pertumbuhan penjualan yang berlangsung dalam jangka panjang
tidak dapat di capai oleh perusahaan tanpa adanya loyalitas
konsumen terhadap produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan,
menaikkan pangsa pasar dan menurunkan biaya untuk
mendapatkan konsumen-konsumen yang loyal teerhadap
perusahaan dan menginformasikan kepada calon – calon konsumen
baru perusahaan. Dengan demikian, akan mengurangi biaya untuk
mendapatkan konsumen, bahkan akan menambah laba perusahaan,
artinya konsumen- konsumen yang loyal terhadap perusahaan akan
cenderung memesan lebih banyak terhadap produk perusahaan.
2. Profitability
Sejalan dengan meningkatkan penjualan, perusahaan memiliki
peluang besar untuk memperoleh laba apabila produk perusahaan
memiliki pertumbuhan penjualan yang baik.
12
3. Referral
Konsumen yang loyal dan terpuaskan kebutuhannya dengan
produk atau jasa yang di hasilkan perusahaan akan memberikan
saran penggunaan produk atau jasa kepada orang lain.
13
sertakan mereka dalam proses tersebut dan beri pelatihan informasi dukungan
dan imbalan agar mau melakukan hal tersebut.
7. Pemasaran untuk loyalitas yang dimaksud adalah pemasaran yang
menggunakan program- program yang memberikan nilai tambah perusahaan
dan produk atau jasa dimata konsumen.
Menurut Kotler, Hayes dan Bloom (2002:391) yang dikutip oleh Buchari Alma
dam bukunya Manajemen Pemasaran & Pemasaran Jasa (2002:275) ada 6 (enam)
alasan mengapa perusahaan harus menjaga dan mempertahankan konsumennya :
1. Pelanggan yang sudah ada, prospeknya dalam memberikam keuntungan
cenderung lebih besar.
2. Biaya menjaga dan mempertahankan pelanggan sudah ada, jauh lebih kecil
daripada biaya mencari pelanggan baru.
3. Pelanggan yang sudah percaya pada suatu lembaga dalam suatu urusan bisnis,
cenderung akan percaya juga dalam urusan/bisnis yang lain. Misalnya
lembaga pendidikan yang sudah diyakini sebagai lembaga yang baik dalam
bidang teknologi, juga dipercaya dan akan dimintai orang bila mengadakan
kursus membuka jurusan baru dalam bidang bahasa atau olahraga.
4. Jika pada suatu perusahaan banyak langganan lama akan memperoleh
keuntungan karena adanya peningkatan efisiensi. Langganan lama pasti tidak
akan banyak lagi tuntutan, perusahaan cukup menjaga dan memperhatikan
mereka. Untuk melayani mereka bisa digunakan karyawan-karyawan baru
dalam rangka melatih mereka, sehingga biaya pelayanan lebih murah. Tentu
karyawan junior ini telah diberi pengarahan terlebih dulu, agar tidak berbuat
sesuatu yang mengecewakan pelanggan.
5. Pelanggan lama ini tentu telah banyak pengalaman positif berhubungan
dengan perusahaan, sehingga mengurangi biaya psikologi dan sosialisasi.
6. Pelanggan lama, akan selalu membela perusahaan, dan berusaha pula menarik
/ memberi referensi teman-teman lain dan lingkungannya untuk mencoba
berhubungan dengan perusan.
14
E. Studi Kasus
(Studi Kasus pada Konsumen Produk Consumer Goods)
Konsumen produk consumer goods Indonesia mau membayar lebih untuk produk-
produk premium. Tidak seperti yang diperkirakan banyak produsen, konsumen
Indonesia tidak loyal pada merek tertentu. Isi keranjang belanjaan mereka
cenderung homogen. Mereka memilih ukuran keranjang dan kemasan produk
yang kecil dan berbelanja berulang kali. Dan mereka dipengaruhi oleh social
media dan pemasaran digital.
Meski pasar dikuasai oleh sejumlah pemain besar, bukan berarti tidak ada
kesempatan bagi small players maupun new players. Namun untuk memenangkan
pasar Indonesia, mereka harus memahami betul karakteristik konsumen, termasuk
bagaimana sikap dan perilaku mereka yang cenderung berubah ketika kondisi
pasar fluktuatif.
“Kami merangkum temuan ini dari penelitian mendalam, antara lain melalui
wawancara dengan sejumlah pimpinan senior di berbagai perusahaan consumer
goods, wawancara dengan para ahli pasar, mendalami pengetahuan pribadi
konsumen, dan melakukan survei dengan data sekunder. Hasilnya, kami
mengidentifikasi setidaknya ada lima karakteristik konsumen Indonesia yang
perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan consumer goods untuk memenangkan
pasar,” ungkap Nader Elkhwet, Partner Bain & Company di Jakarta.
15
Merujuk pada hasil riset Kantar World Panel Survei 2012, merek-merek shampoo
premium seperti Dove, Clear, Pantene, Head & Shoulders, Sunsilk, dan Rejoice
tercatat tumbuh lebih cepat dibandingkan merek-merek non-premium (merek
massal). Jika pada 2007 total revenue shampoo premium di Indonesia mencapai
Rp 3 triliun, dengan pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 11%, pada 2012
revenue-nya menjadi Rp 4,9 triliun.
“Tidak diragukan lagi, pasar premium yang tumbuh lebih cepat dibandingkan
pasar non-premium dikarenakan perusahaan multinasional dan lokal yang
menawarkan merek-merek premium cenderung memiliki jaringan distribusi dan
ruang pajang yang luas, yang memungkinkan mereka untuk menjangkau lebih
banyak pelanggan. Namun, kami juga percaya bahwa konsumen Indonesia
percaya pada janji kualitas atau manfaat fungsional yang lebih tinggi yang
ditawarkan produk-produk bermerek. Bahkan 60% merek shampoo dapat dijual
dengan harga lebih tinggi karena persepsi tentang kualitas, yang sebagian besar
dibentuk melalui iklan. Dan yang terpenting, mereka bersedia membayar lebih
untuk itu,” ujar Nader.
Hal ini berlaku juga pada kategori makanan dan minuman. Merek-merek premium
seperti Aqua, yang dimiliki oleh Danone, kata Nader, memperoleh 40% dari
volume dan menjual 30% lebih mahal dari harga pasaran untuk kategori air
mineral dalam kemasan, kemungkinan besar karena persepsi kualitas unggul dan
keandalan sumber. Es krim yang ditawarkan oleh Unilever dan Campina,
lanjutnya, dijual 450% lebih mahal, dan kembang gula coklat yang ditawarkan
oleh merek terkenal Mondelez dan Petra dijual 75% lebih mahal karena
keunggulan rasa, bahan-bahan dan kualitas (dikombinasikan dengan iklan TV
yang efektif).
Karakteristik kedua, konsumen Indonesia tidak loyal pada merek tertentu seperti
yang diperkirakan banyak produsen. Banyak produsen consumer goods cenderung
melebih-lebihkan tingkat loyalitas konsumen untuk merek dan produk mereka.
Penelitian global Bain menunjukkan bahwa perilaku konsumen berada pada dua
16
titik ekstrem, loyalis dan repertoar. Sebagian besar konsumen menunjukkan
perilaku loyalis dan repertoar secara bersamaan, tergantung pada kategori.
Perilaku loyalis adalah berulang kali membeli merek yang sama untuk keperluan
tertentu. Kategori loyalis umumnya ditemukan pada konsumen atau pembeli susu
formula bayi, susu kental dan popok bayi. Sebaliknya, konsumen menunjukkan
perilaku repertoar ketika mereka membeli merek yang berbeda pada kesempatan
atau kebutuhan tertentu. Kategori repertoar umumnya mencakup kopi instan,
biskuit, dan shampoo. Dalam beberapa kategori produk terdapat perilaku belanja
berbeda di berbagai negara.
Di sisi lain, perilaku repertoar tinggi mungkin sering didorong oleh banyaknya
merek buatan lokal dalam beberapa kategori, seperti biskuit. Konsumen Indonesia
juga lebih memilih untuk berbelanja lebih sering dari pada konsumen di banyak
negara lain. Dalam hal ini, penelitian Bain menunjukkan bahwa ada korelasi
antara frekuensi belanja yang tinggi dengan jumlah merek yang dibeli di kategori
repertoar.
17
Terkait distribusi, hal ini berkaitan erat dengan lanskap ritel Indonesia yang
terfragmentasi dan didominasi oleh ritel tradisional dan gerai ritel skala kecil.
Hingga saat ini, total gerai ritel tradisional di Indonesia sangat mendominasi, yaitu
mencapai 2 juta gerai yang terbagi atas physical space sebanyak 1 juta gerai, dan
sisanya adalah mobile points of sale. Sementara modern ritel diperkirakan
berjumlah 19 ribu gerai.
Meski angkanya masih kecil, Bain memprediksi pada 2017 nilai bisnis ritel
modern yang terdiri dari Hypermarket, Supermarket, Convenience &Minimarket
tumbuh hingga 16% dari tahun 2007 yang mencapai sekitar USD 47 miliar.
Sedangkan ritel tradisional yang nilai bisnisnya diprediksi mencapai sekitar USD
100 miliar pada 2017 rata-rata tumbuh 8% per tahun. “Pertumbuhan pasar ritel
modern memang cenderung cepat, namun pasar ritel tradisional akan tetap
mendominasi. Dan kami memperkirakan ritel tradisional akan tetap dominan,
bahkan ketika ritel modern skala kecil meraih pangsa pasar,” tutur Dominik.
“Selain itu, belanja konsumen Indonesia untuk shampoo, sekitar sekali setiap
sembilan hari. Lalu, rata-rata ukuran keranjang untuk mi instan adalah 300 gram
dimana konsumen membeli mi tersebut setiap tiga hari sekali . Hal ini ini merujuk
pada fakta bahwa konsumen Indonesia memiliki daya beli rendah dan lebih
mengandalkan pada pasar tradisional, yang umumnya menawarkan produk dengan
ukuran kemasan yang lebih kecil. Infrastruktur yang kurang berkembang dan
pilihan transportasi juga ikut menyebabkan hal tersebut.”
18
Selain itu, Indonesia juga tercatat sebagai negara keempat dengan lebih dari 60
juta pengguna aktif Facebook dari 1,1 miliar pemilik akun Facebook di seluruh
dunia. DKI Jakarta pun dinobatkan sebagai kota Facebook terbesar kedua di dunia
dengan lebih dari 7 juta pengguna aktif Facebook. Jejaring besar lain yang banyak
digunakan konsumen Indonesia adalah Mig33 dan YouTube.
“Hal tersebut sebagian dikarenakan pasar Indonesia dengan rata-rata usia 28 tahun
memiliki populasi anak muda yang cenderung menjadi pengguna jejaring sosial
paling aktif. Indonesia juga memiliki budaya mobile yang luar biasa, dengan
ketertarikan yang tinggi pada aplikasi-aplikasi social media di seluler.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kelompok 3 Manajemen Pemasaran yang membahas tentang loyalitas
konsumen sangat berharap agar semua teman-teman dan terutama kami sendiri
bisa menerapkan kegiatan loyalitas ini dengan baik, dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menambahkan ilmu pengetahuan kita semua tentang
Manajemen Pemasaran yang baik, serta menjadi Konsumen yang cerdas.
20
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip Dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi
Kedua Belas. Indeks : Jakarta
Tjiptono, Fandy. 2000. Prinsip & Dinamika Pemasaran. Edisi Pertama. J & J
Learning. Yogyakarta
21