Volumer 8 Nomor 1 Maret 2019 Dua
Volumer 8 Nomor 1 Maret 2019 Dua
Volumer 8 Nomor 1 Maret 2019 Dua
2303-3401
Volume 8 Nomor 1
Maret, 2019
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas
Tim Editorial Jurnal Kimia Unand
Emil Salim, M.Sc, M.Si
Dr. Syukri
Prof. Dr. Adlis Santoni
Prof. Dr. Rahmiana Zein
Prof. Dr. Syukri Arief
Dr. Mai Efdi
Alamat Sekretariat
Jurusan Kimia FMIPA Unand
Kampus Unand Limau Manis, Padang – 25163
PO. Box 143, Telp./Fax. : (0751) 71 681
Website Jurnal Kimia Unand: www.jurnalsain-unand.com
Corresponding E-mail: salim_emil17@yahoo.com
syukri@fmipa.unand.ac.id
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
DAFTAR ISI
i
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Abstrak: Mikroalga Scenedesmus dimorphus merupakan salah satu jenis mikroalga yang
memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Karbohidrat pada Scenedesmus dimorphus dapat
dihidrolisis menghasilkan glukosa yang merupakan bahan baku bioetanol. Scenedesmus
dimorphus dikultur dalam medium BBM dengan penambahan limbah cair tahu (LCT) dengan
berbagai variasi konsentrasi yaitu BBM + LCT 1,5%, BBM + LCT 2,5%, dan BBM + LCT 3%.
Biomassa kering mikroalga dihidrolisis dengan asam sulfat (H2SO4) dengan melakukan variasi
konsentrasi asam sulfat, waktu, dan suhu hidrolisis untuk mendapatkan kondisi optimum
yang menghasilkan kadar glukosa paling tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa medium
BBM + LCT mampu meningkatkan pertumbuhan mikroalga Scenedesmus dimorphus,
komposisi medium yang menunjukkan pertumbuhan paling baik adalah BBM + LCT 2,5%.
Kondisi hidrolisis terbaik adalah pada konsentrasi asam sulfat 5,4%, waktu 15 menit, dan
suhu 100oC dengan kadar glukosa 17,313 mg/gram biomassa mikroalga dengan efisiensi
hidrolisis 74%.
1
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
2
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
3
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
4
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
5
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
100oC dan waktu hidrolisis 15 menit. [11]. Xiang, Q.et al. Heterogenous Aspect
Kadar glukosa optimum yang didapatkan of Acid Hydrolysis of Cellulose.
dari hasil hidrolisis adalah 17,313 Applied Biochemistry and
mg/gram biomassa kering mikroalga Biotechnology. 2003. 107. Hal 1-3
dengan efisiensi hidrolisis 74%. [12]. Al-Kayyis.; Hasanuk Kiyan.; Hari
Susanti.: Perbandingan Metode
Referensi Somogyi-Nelson dan Anthrone-Sulfat
[1]. Shuba, Eyasu Shumbulo.; Kifle.; pada Penetapan Kadar Gula
Demeke.: Microalgae To Biofuels: Pereduksi dalam Umbi Cilembu
‘Promising’ Alternative and Renewable (Ipomea Batatas L.). Jurnal Farmasi
Energy, Review. Renewable And Sains dan Komunitas. 2016. Hal. 81-
Sustainable Energy Reviews, 2018, 89
81, 743-755. [13]. Lutama, Dawud.; Sugeng Winarso.
[2]. Hyoung, kim kyong.: Bioethanol dkk: Uji Efektifitas Pertumbuhan
Production From Nutrient Stress Spirulina sp pada Limbah Cair Tahu
Induced Microalga Chlorella vulgaris yang Diperkaya Urea dan Super
by Enzymatic Hydrolysis and Phosfat 36 (SP 36). Berkala Ilmiah
Immbolized Yeast Fermentation. Pertanian. Hal. 10
Biortech, 2014.153(10): 47-54. [14]. Widianingsih et al.: Kandungan
[3]. Comparison of pretreatment techno Nutrisi Spirulina platensis yang
logies and fermentation processes of dikultur Pada Media yang Berbeda.
bioethanol from microalgae. Review. Ilmu Kelautan. 2008. Hal.169
Energy Coversation and Management. [15]. Osvaldo, Z. S. et al.: Pengaruh
2018. Halaman 81-94Kee, Phwan Konsentrasi Asam dan Waktu Pada
Chai.: Overview: Proses Hidrolisis dan Fermentasi
[4]. Chaidir, Zulkarnain.; Neri Fadjria.; Pembuatan Bioetanol dari Alang-
Armaini.; Rahadian Zainul.: Isolation alang. 2012. Jurnal Teknik Kimia .No.
and Molecular Identification of 2
Freshwater Microalgae in Maninjau [16]. Taherzadeh, M.; J, Karimi K.: Acid
Lake West Sumatra. Der Pharmacia Based Hydrolysis Processes for
Lettre 2016, 8:1 77- 1 87. Ethanol from Lignocellulosic
[5]. Becker EW.: Microalgae Biotechnology Materials: A Review. BioResources.
and Microbiology. Cambridge: 2007. Hal.472-499
University Press. 1994. Halaman 279. [17]. Wahyudi, et al.: Pengaruh Suhu
[6]. Brown, M.R, et al. Nutritional terhadap Kadar Glukosa dan
Properties Of Microalgae for Konstanta Kecepatan Reaksi pada
Marinculture. Aquaculture, .1997. Hidrolisis Kulit Pisang. Prosiding
151, hal.315-331. Seminar Nasional Teknik Kimia. 2011.
[7]. S.F. Hadiwigeno.; Cholik.; F. Hal.1-6
Sukardi.: Peranan bioteknologi [18]. Qaisum, Fajrina.: Hidrolisis Mikroalga
mikroalga dalam rangka menunjang Tetraselmis Chui Menjadi Glukosa
pengembangan industri perikanan. Menggunakan Solvent Asam Sulfat
Prosiding Seminar Nasional dengan Variasi Waktu Universitas
Bioteknologi Mikroalga.Bogor. 1995, Riau.2015. Hal. 87-91
7-17.
[8]. Dianursanti, Baharuddin Taufiq
Ryzkitana.; Moh. Teguh Gumelar.:
Industrial Tofu Wastewater as a
Cultivation Medium of Microalgae
Chlorella vulgaris .Energy Procedia.
2014. Hal. 56-61
[9]. W.S. Agustini, N.W.S.; D.
Susilaningsih.: Pertumbuhan
Mikroalga Scenedesmus sp. dalam
Limbah Cair Tahu dan Tapioka.
Prosiding Seminar Biologi XIV &
Kongres Nasional Biologi XI. Jakarta.
1997.Hal. 281-287
[10]. Handayani, Sri Seno et al. Fermentasi
Glukosa Hasil Hidrolisis Buah Kumbi
Untuk Bahan Baku Bioetanol. Jurnal
Pijar Kimia. 2016. Hal. 28-33
6
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Abstrak: Mikroalga merupakan salah satu sumber bahan baku produksi biodisel yang sangat
potensial karena dapat menghasilkan lipid secara cepat. Mikroalga yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Chlorella vulgaris yang dikultur dengan variasi medium berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan biomassa dan kandungan lipid dari mikroalga
dengan penambahan fitohormon Indole-3-Butyric Acid (IBA) dan vitamin C. Mikroalga dikultur
dalam medium dengan penambahan variasi konsentrasi IBA yaitu (1,5 mg/L; 2 mg/L dan 2,5
mg/L) dan variasi penambahan vitamin C (4 mg/L, 6 mg/L dan 8 mg/L). Hasil penelitian
menunjukkan IBA dan vitamin C dapat meningkatkan pertumbuhan mikroalga Chlorella
vulgaris, yaitu pada medium D (BBM + IBA 2,5 mg/L) menghasilkan biomassa optimum
sebesar 0,1048 gram. Pada penambahan vitamin C, pertumbuhan optimum terdapat pada
medium G (BBM + Vitamin C 8 mg/L) yaitu sebesar 0,1553 gram. Persentase kandungan lipid
tertinggi pada variasi medium IBA dan vitamin C berturut-turut adalah 5,8 % (BBM + IBA 2,5
mg/L) dan 7,5% (BBM + Vitamin C 6 mg/L). Berdasarkan analisis FAME dengan GC-MS, jenis
asam lemak yang dominan adalah asam palmitat .
7
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
adalah Chlorella vulgaris, yaitu mencapai 5- Volume penggunaan untuk fitohormon ini
58 %. Namun, potensi mikroalga sebagai adalah 1 mL/L.
sumber biodiesel belum layak secara 2.3.3 Pembuatan Larutan Induk Vitamin C
ekonomi, karena rendahnya hasil biomassa Vitamin C ditimbang sebanyak 10 mg
dan lipid yang dihasilkan 5. kemudian dilarutkan dengan akuades steril
Beberapa penelitian telah dilakukan pada labu 100 mL menjadi konsentrasi 100
untuk meningkatkan biomassa dan mg/L. Kemudian dilakukan pengenceran
kandungan lipid mikroalga yaitu dengan menjadi untuk mendapatkan konsentrasi
penggunaan fitohormon dan antioksidan. 4;6;8 mg/L. Volume penggunaan
Berdasarkan penelitian Parsaemehr (2017) darivitamin C yaitu 1mL/L.
telah dilakukan induksi beberapa senyawa 2.3.4 Medium Pertumbuhan Mikroalga
fitohormon auksin dan sitokinin Chlorella vulgaris
(BAP,Kin,IBA, NAA, 2,4-D, MeJA, SA, dan
Eth) serta antioksidan (Cath, Vitamin C, Tabel 2.1 Komposisi medium yang
PG, dan BHA) untuk memanipulasi digunakan
pertumbuhan mikroalga Chlorella Medium Komposisi
protothecoides6. Pada penelitian ini A BBM
digunakan mikroalga Chlorella vulgaris B BBM + IBA 1,5 mg/L
karena Chlorella vulgaris memiliki potensi C BBM + IBA 2 mg/L
sebagai bahan baku biodiesel dengan D BBM + IBA 2,5 mg/L
kandungan lipid yang tinggi. Disamping E BBM + Vitamin C 4 mg/L
itu, belum ada laporan mengenai Chlorella F BBM + Vitamin C 6 mg/L
vulgaris yang ditambahkan fitohormon G BBM + Vitamin C 8 mg/L
Indole -3-Butyric Acid (IBA) dan antioksidan
vitamin C untuk mendapatkan biomassa 2.3.5 Kultivasi Mikroalga Chlorella vulgaris
dan kandungan lipid maksimum. Mikroalga Chlorella vulgaris dikultur pada
medium A, B, C, D, E, F, dan G dalam botol
2. Metodologi Penelitian kaca 500 mL pada kondisi yang sama. Bibit
2.1 Alat yang digunakan 1: 9 dari volume kultur.
Peralatan yang digunakan yaitu Setiap hari dilakukan sampling kultur
perlengkapan kultivasi (pompa akuarium, dengan mengukur nilai Optical Density
selang akuarium, botol kaca 500 mL, karet, (OD) menggunakan spektrofotometer UV-
plastik), peralatan gelas, botol vial, Vis pada panjang gelombang 450 nm.
spektrofotometer Visible, sentrifuge, oven, 2.3.6 Pemanenan dan Pengeringan
autoclave, freezer, mikroskop cahaya, Chlorella vulgaris dipanen pada akhir fase
hotplate, magnetik bar, neraca analitis, eksponensial dengan metoda sentrifuge.
aluminium foil, plastik wrap, GC-MS. Kultur BBM yang divariasikan dengan IBA
dipanen pada hari ke-6, sedangkan kultur
2.2 Bahan variasi dengan vitamin C dipanen pada hari
Bahan-bahan yang digunakan dalam ke-7.
penelitian ini yaitu isolat mikroalga 2.3.7 Ekstraksi Lipid
Chlorella vulgaris, medium BBM (NaNO3, Proses ekstraksi dilakukan dengan
CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O, K2HPO4, menggunakan metode maserasi
KH2PO4, NaCl, EDTA, KOH, FeSO4.7H2O, menggunakan pelarut heksan dengan
H2SO4, H3BO2, ZnSO4.7H2O, MnCl2.4H2O, volume 10 ml untuk 0,1 g biomassa kering
MoO3, Co(NO3)2.6H2O, CuSO4.5H2O), lalu di shaker selama 24 jam. Biomassa
metanol, heksan, H2SO4, asam askorbat, dan supernatan dipisahkan dengan
IBA (Indole 3 Butyric Acid). sentrifuge pada kecepatan 3000 rpm
selama 20 menit. Pelarut diuapkan dan
2.3 Prosedur Penelitian didapatkan lipidnya. Proses ekstraksi
2.3.1 Pengamatan Sel Mikroalga Chlorella diulangi beberapa kali 7.
vulgaris 2.3.8 Proses transesterifikasi
Sel mikroalga Chlorella vulgaris diamati Proses transesterifikasi menggunakan
dengan menggunakan mikroskop cahaya methanol dan H2SO4 96% sebagai katalis
perbedsaran 400x. dengan perbandingan molar dari alkohol/
2.3.2 Pembuatan Larutan Induk IBA (Indole lipid yaitu 10:1. Reaksi dilakukan pada
3 Butyric Acid). suhu 60°C di bawah pengadukan konstan
Sebanyak 10 mg IBA ditimbang dan selama 1,5 jam 8.
dilarutkan dalam akuades sebanyak 100 2.3.9 Analisis Asam Lemak dan Metil Ester
mL menjadi konsentrasi 100 mg/L. Asam Lemak (FAME) dengan GC- MS
Kemudian dilakukan pengenceran untuk Metil ester kemudian di analisis
mendapatkan konsentrasi 1,5;2;2,5 mg/L. menggunakan GC-MS dengan kondisi
8
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
9
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
yang ditambahkan, maka biomassa yang kandungan lipid pada konsentrasi 8 mg/L
dihasilkan juga semakin banyak. Hal ini mengalami penurunan menjadi 6%. Hal
disebabkan karena vitamin C memiliki ini dimungkinkan adanya senyawa
sumber karbon yang dapat digunakan metabolit sekunder lain yang ikut larut
mikroalga sebagai sumber fotosintesis. dalam heksan, mengingat proses ekstraksi
Disamping nitrogen sebagai nutrisi lipid menggunakan metoda maserasi yang
tambahan, karbon juga dapat sederhana. Jika dibandingkan dengan
meningkatkan biomassa mikroalga. Dalam kurva pertumbuhan, medium G
proses fotosintesis, mikroalga (BBM+vitamin C 8 mg/L) optimum
menggunakan karbon sebagai sumber meningkatkan pertumbuhan mikroalga
untuk pertumbuhan. Semakin besar namun mengalami penurunan persentase
konsentrasi vitamin C, maka jumlah lipid. Hal ini disebabkan karna vitamin C
karbon tambahan untuk fotosintesis bersifat sebagai antioksidan, dengan
semakin banyak. Proses fotosintesis dapat penambahan vitamin C 8 mg/L mikroalga
berjalan cepat sehingga kepadatan sel juga mampu bertahan dari kondisi stress
meningkat 10. lingkungan sehingga pertumbuhannya
tidak terganggu.
11
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
12
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
13
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas
*E-mail: nurjelita20@gmail.com
Abstrak: Isolation and purification of triterpenoid compound from jarak merah (Jatropha
gossypofilia Linn) leaves ethyl acetate extract was done by cromatography method. Isolation
was done by silica gel stationary as stationary phase and eluted with SGP (step gradient
polarity). The results of column chromatography separation in E fraction, positively contain
triterpenoid and giving single simple spot on thin layer chromatography plat so purification
was done with recrystallization. The isolation compound was white-solids melted at the
temperatures of 134°C-135°C, it yields triterpenoid compound to testify with Liebermann-
Burchard (LB) on the thin layer chromatography plate giving single stain purplish red spot. The
compound pure was characterized using spectroscopy method. The UV spectrum isolation
compound in methanol solvents showed the existance of maximum uptake of double bond at
λmax = 204 nm. The IR spectrum showed the existance of characteristics of triterpenoid
compounds was geminal dimethyl and also absorptions OH, C-H alifatik, C=C, dan C-O.
14
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
15
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
16
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
4. Kesimpulan
Senyawa hasil isolasi dari ekstrak etil
asetat daun jarak merah (Jatropha
gossypifolia L.) merupakan senyawa
Gambar 3.2. Spektrum UV senyawa golongan triterpenoid berupa padatan putih
hasil isolasi dengan titik leleh 134°C - 135°C. Hal ini
dibuktikan dengan uji kualitatif dengan
Spektrum UV senyawa hasil isolasi pada pereaski Liebermann-Burchard (LB)
gambar 3.2 menunjukkan terdapatnya menunjukkan terbentuknya noda tunggal
puncak serapan maksimum pada λmax =204 berwarna merah keunguan pada KLT
nm dalam pelarut metanol yang terjadi setelah dipanaskan. Berdasarkan data
karena adanya eksitasi elektron dari π → π* spektrum UV menunjukkan adanya
yang menandakan terbentuknya kromofor serapan maksimum ikatan rangkap dari
dari ikatan rangkap (C=C), sehingga senyawa hasil isolasi pada λmax = 204,
senyawa hasil isolasi tersebut tidak sedangkan spektrum IR menunjukkan
membentuk ikatan rangkap yang bahwa adanya serapan hidroksi (OH), C-H
berkonyugasi. alifatik, C-O, C=C, dan gugus ciri khas dari
Hasil karakterisasi menggunakan senyawa golongan triterpenoid yaitu
spektrofotometer FT-IR berupa spektrum IR geminal dimetil.
yang dapat dilihat pada gambar 3.3
menunjukkan bahwa adanya pita serapan 5. Ucapan terima kasih
bilangan gelombang 3434,54 cm-1 yang Penulis mengucapkan terimakasih kepada
menandakan vibrasi ulur pada gugus analis Laboratorium Jurusan Kimia
hidroksi (OH) yang didukung dengan Universitas Andalas dan semua pihak yang
adanya serapan O-H pada bilangan telah membantu penelitian ini.
gelombang 736,06 cm-1. Pada bilangan
gelombang 2936,86 cm-1 mengindikasikan Referensi
terbentuknya pita serapan C-H alifatik [1] Jain, S.; Choudhary, G.P.; Jain, D.K.:
alkana yang diperkuat dengan adanya Pharmacological evaluation and
vibrasi tekuk –CH3 pada bilangan antifertility activity of Jatropha
gelombang 1455,69 cm-1 dan tekukan –CH2 gossypifolia in rats. BioMed Research
pada bilangan gelombang 1365,02 cm-1 International 2013, 1-5.
yang merupakan geminal dimetil serapan [2] Dhale, D. A.; Birari, A. R.: Preliminary
khas dari senyawa golongan triterpenoid. screening of antimicrobial and
Pita serapan gugus C=C ditunjukkan pada phytochemical studies of Jatropha
bilangan gelombang 1643,63 cm-1 yang gossypifolia Linn. Recent Research in
diperkuat dengan adanya vibrasi tekuk C-H Science and Technology 2010, 2 (7),
alifatik alkena pada serapan 826,59 cm-1. 24-28.
Sedangkan pita serapan pada bilangan [3] Oduola, T.; O.G Avwioro; T.B
gelombang 1051,77 cm-1 menandakan Ayanniyi: Suitability of the leaf extract
bahwa adanya vibrasi ulur dari C-O of Jatropha gossyifolia as an
anticoagulant for biochemical and
heamatological analyses. African
17
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
18
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Abstrak: Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan pelembab kulit alami karena mampu mencegah
kerusakan jaringan dan memberikan perlindungan terhadap kulit. Tepung ampas kelapa
merupakan hasil samping dari produksi VCO. Ampas kelapa mengandung senyawa penting
seperti kadar lemak kasar 36,95% dan kadar serat kasar 77,17 % yang berfungsi sebagai
penyerap kotoran yang ada di kulit serta menambah kelembaban kulit sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai scrub dalam pembuatan body scrub. Penelitian ini menggunakan
persentase scrub tepung ampas kelapa (2%, 4%, dan 6%) dan variasi tepung ampas kelapa dan
VCO (1:0-1:1). Produk terbaik dihasilkan dari formulasi persentase scrub tepung ampas kelapa
6%, serta rasio bobot tepung ampas kelapa dan VCO 1:1. Body scrub ini memiliki pH 6,3,
stabilitas emulsi 80,71%. Uji aktivitas antioksidan ditinjau berdasarkan kandungan total
fenolik. Semakin banyak senyawa fenolik yang terkandung maka semakin tinggi antioksidannya.
Total fenolik terbaik sebesar 18,66 µg GAE/mg . Uji organoleptik berdasarkan kesukaan panelis
terhadap produk body scrub dengan parameter tekstur, warna, dan aroma. Rata-rata panelis
menyukai produk dengan persentase scrub tepung ampas kelapa 2%, 4%, dan 6% serta rasio
bobot tepung ampas kelapa dan VCO 1:0 dengan memberikan poin 8 (sangat suka) terhadap
body scrub.
Kata kunci: tepung ampas kelapa, VCO, body scrub, formulasi, dan antioksidan.
19
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
20
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
21
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Gambar 3.2 Produk sediaan body scrub dan 6 g berturut- turut yaitu 7.833 µg
dengan penambahan VCO dan GAE/mg body scrub, 8.833 µg GAE/mg body
tepung ampas kelapa, D (2 g scrub, dan 9.0 µg GAE/mg body scrub. Serta
ampas kelapa : 2 mL VCO), E (4 g total fenolik dari variasi tepung ampas kelapa
ampas kelapa: 4 mL VCO), dan F dan VCO (2 g; 2 mL, 4 g; 4 mL, dan 6 g; 6 mL)
(6 g ampas kelapa: 6 mL VCO) yaitu 12.16 µg GAE/mg body scrub, 13.75 µg
GAE/mg body scrub, dan 18.66 µg GAE/mg
3.2 Derajat Keasaman body scrub. Sediaan body scrub dengan
Hasil uji menunjukkan bahwa pH turun penambahan rasio tepung ampas kelapa dan
seiring dengan meningkatnya penambahan VCO memiliki aktivitas antioksidan yang lebih
scrub ampas kelapa dan VCO yang banyak dibandingkan dengan sediaan body
ditambahkan dalam sediaan body scrub. scrub yang lainnya. VCO mengandung
Derajat keasaman body scrub pada komponen minor berupa senyawa fenolik,
penambahan 2 g, 4 g, dan 6 g berturut- turut salah satu senyawa fenoliknya yaitu tokoferol
ialah 6.8, 6.7, dan 6.6. Pada ampas kelapa [14].
diduga masih memiliki asam lemak bebas,
sehingga semakin banyak ampas kelapa yang 3.5 uji Organoleptik
ditambahkan pada produk akan menurunkan Uji kesukaan atau hedonik adalah parameter
pH. Derajat keasaman body scrub pada yang penting untuk melihat kesukaan dan
penambahan tepung ampas kelapa dan VCO penerimaan konsumen terhadap produk. Pada
(2 g; 2 mL, 4 g; 4 mL, dan 6 g; 6 mL) berturut- uji hedonik para panelis mengungkapkan
turut ialah 6.6, 6.6, 6.3). Peningkatan kesukaan dan ketidaksukaan terhadap
konsentrasi VCO seiring dengan peningkatan produk yang diujikan [15]. Hasil uji hedonik
kandungan asam-asam lemak pada sediaan terhadap parameter tekstur, warna, dan
body scrub [13]. Pengukuran pH ini aroma dari sediaan produk body scrub yang
didasarkan pada SNI 16-4399-1996 sebagi lebih disukai adalah produk dengan
syarat mutu pelembab kulit (4,5-8,0) sehingga penambahan tepung ampas kelapa 2 g; 4 g;
sediaan body scrub yang dihasilkan relatif dan 6 g dengan rasio tepung kelapa dan VCO
aman digunakan. (1:0).
22
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
[3] Syukur, S.; Syafrizayanti.; Zulaiha, S.; [9] Aswal, A.; Karla, M.; Rout, A.: Preparation
Ismet, M.; Fachrial, E. Virgin Coconut Oil and Evaluation of Polyherbal Cosmetic
Increase High Density Lipoprotein (LDL), Cream. Der Pharmacia Lettre, 2013, 5(1),
Lower TriglycerideAnd Fatty Acids Profile 83-88.
(C6-C18) In Blood Serum of Mus [10] Yunilawati. Penggunaan Emulsifier steril
musculus.). Research Journal of Alkohol Etoksilat Derivat Minyak Kelapa
Pharmaceutical, Biological and Chemical Sawit pada Produk Lotion dan Krim. J.
Sciences. 2017, 8(2). Kimia Kemasan. 2011, 33 (1), 83-89
[4] Syukur, S.; dkk. Probiotics and Strong [11] Itam, A., Wulandari, A.; Rahman, M. M.;
Antimicrobial of Bufallo Milk Fermentation dan Ferdinal, N. Studies Preliminary
(dadih) from Different Places in West Phytochemical Screening, Total Phenolic
Sumatera. Reaserach Journal of Content, Antioxidant and Cytotoxic
Pharmaceutical, Biological and Chemical Activities of Alstonia scholaris R. Br
Sciences. 2016, 7, 386-392. Leaves and Stem Bark Extracts. journal of
[5] Asmawit. Optimasi Proses Pembuatan pharmaceutical sciences and research,
VCO untuk Memenuhi Mutu Kosmetik 2018, 10 (3), 518-522.
Lulur. Biopropal Industri, 2010, 1(2), 1-2. [12] Fatimah, F. Stabilitas dan Viskositas
[6] Oktaviyanti, M. Pemanfaatan Limbah Produk Emulsi Virgin Coconut Oil-Madu.
Industri Virgin Coconut Oil (VCO) Di J.Teknol Dan Industri Pangan, 2012,
Padang, Sumatera Barat Sebagai Bahan 23(1).
Baku Makanan Kesehatan. Jurnal Kimia, [13]Raymundo, A.; Franco J. M.; Empis, J.;
Fakultas Matematika Dan Ilmu Sousa, I. Optimatization Of The
Pengetahuan Alam. Universitas Andalas. Composition Of Low-Fat Oil-In-Water
Padang, 2018, 5. Emulsion Stabilized By White Lupin
[7] Zakaria, ZA.; Rofiee, M.S.; Somchit, M.N.; Protein. J Am Oil Chem Soc, 2001, 79,
Zuraini, A.; Sulaiman, M.R.; The, L.K.; 783-790.
Salleh, M.Z.; Long, K. Hepatoprotective [14] Muis, A. Aktsivitas Antioksidan dan
Activity Of Dried- And Fermented- Antifotooksidan Komponen Minor dari
Processed Virgin Coconut Oil. Evidence- Virgin Coconut Oil (VCO). Jurnal Riset
Based Complementary And Alternative Industri, 2009, 3(2), 86-93.
Medicine, 2011, 1-8. [15] Setyaningsih, D. Apriyantono, A.; Sari M.
[8] Sumada, K; Aditya-Palaguna, S.K.; P.: Analisis Sensori untuk Industri
Anggun, L.B. Karakteristik Natrium Silika Pangan dan Agro. IPB Press, Bogor, 2010
dari Geothermal Sludge dan Abu Bagasse.
Jurnal Teknik Kimia, 2017, 11(2), 61.
23
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Abstrak : The aim of this study is to determine quercetin from acetone extract of dragon tail leaf
(Epipremnum pinnatum (L.) Engl) by High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Agilent
1260 using quercetin as standard, chromatographic conditions were the mobile phase of
acetonitrile and 1% acetic acid (10:90) with isocratic elution; flow rate of 0.7 mL/minute; volume
injection 20 µL; detection with DAD detectors at wavelenght 272, 280 and 310 nm; and stationary
phase of column C-18. The result of this study showed that quercetin content in acetone extract of
dragon tail leaf was about 0.1728 mg/g at retention time 19.8 minutes.
24
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
kadar rutin 0,396 mg/g , kuersetin 0,554 sampel ditimbang bersama cawan porselen,
mg/g, luteolin 1,241 mg/g, genistein 0,759 kemudian dioven selama ± 1 jam pada suhu
mg/g, galangin 2,213 mg/g, kurkumin 0,138 105ºC. Setelah itu dimasukkan kedalam
mg/g [10]. desikator selama 15 menit, kemudian
Pada penelitian ini dilakukan ditimbang dan dioven serta didesikator lagi
identifikasi tumbuhan, uji fitokimia flavonoid sampai didapatkan berat konstan sehingga
tumbuhan ekor naga dan penentuan persen kadar airnya (KA) dapat dihitung.
kuersetin dalam ekstrak aseton daun ekor
naga menggunakan metode KCKT, 2.3.4 Ekstraksi sampel
pemisahan fase terbalik dengan fase gerak Sebanyak 2 g daun ekor naga diekstrak
campuran asetonitril dan asam asetat 1% dengan 20 mL pelarut aseton 75 %,
(10:90) dan fase diam kolom C-18. kemudian campuran ditempatkan dalam
sonikator selama 15 menit pada suhu kamar
2. Metodologi Penelitian dan disentrifugasi selama 20 menit pada
2.1 Alat kecepatan 2000 rpm.
Alat yang digunakan pada penelitian ini
adalah KCKT (Kromatografi Cair Kinerja 2.3.5 Penentuan Kuersetin dengan Metode
Tinggi) Agilent 1260 , pipet mikro, sonikator KCKT
Bandelin Sonorex, neraca analitis Kern ABJ, 2.3.5.1 Pengaruh panjang gelombang
Oven LDO-150N, alat sentrifugasi, gerinda, terhadap tinggi puncak serapan
botol vial dan alat-alat gelas yang biasa kuersetin
digunakan dalam penelitian kimia. 1 mL larutan kuersetin 50 mg/L dimasukkan
ke dalam botol vial gelap, dan diukur dengan
2.2 Bahan KCKT Agilent 1260 menggunakan fase gerak
Bahan yang digunakan pada penelitian ini asetonitril dan asam asetat 1% (10:90)
adalah daun ekor naga, aseton.p.a, akuades, dengan elusi isokratik, laju alir 0,7 mL/min,
metanol grade KCKT, asetonitril grade KCKT, volume injeksi 20 µL deteksi dengan detektor
asam asetat glasial, sianidin test (bubuk DAD pada panjang gelombang 272, 280 dan
magnesium dan asam klorida pekat) dan 310 nm, pemisahan dengan fase terbalik
standar kuersetin dengan kemurnian ≥ 95% menggunakan fase diamnya kolom C-18.
(Sigma Aldrich).
2.3.5.2 Pembuatan kurva kalibrasi standar
2.3 Prosedur penelitian
kuersetin
2.3.1 Identifikasi sampel
1 mL larutan kuersetin 10,30,50,70,90 mg/L
Sampel berupa tumbuhan ekor naga
dimasukkan ke dalam botol vial gelap, dan
(Epipremnum pinnatum (L.) Engl) diambil di
diukur dengan KCKT Agilent 1260
daerah jalan Ahmad Yani, Padang. Sampel
menggunakan fase gerak asetonitril dan
daun ekor naga dianalisis taksanomi di
asam asetat 1% (10:90) dengan elusi
Herbarium Universitas Andalas Jurusan
isokratik, laju alir 0,7 mL/min, volume
Biologi.
injeksi 20 µL deteksi dengan detektor DAD
2.3.2 Uji fitokimia kandungan flavonoid pada pada panjang gelombang 272 nm, pemisahan
tumbuhan ekor naga dengan fase terbalik menggunakan fase
Sebanyak 2 gram daun tumbuhan ekor naga diamnya kolom C-18.
diekstrak dengan menggunakan 10 mL
pelarut metanol selama 15 menit yang 2.3.5.3 Penentuan kandungan kuersetin
kemudian sebanyak 2 mL larutan ekstrak dalam larutan ekstrak ekstrak
metanol dimasukkan ke dalam tabung aseton 75% daun ekor naga dengan
reaksi, ditambahkan asam klorida pekat dan metode KCKT
sedikit serbuk magnesium (sianidin test), Ekstrak sampel dipipet 1 mL ke dalam botol
terbentuknya warna jingga sampai merah vial gelap dan diukur dengan KCKT Agilent
menunjukkan adanya flavonoid [11]. 1260 menggunakan fase gerak asetonitril
dan asam asetat 1% (10:90) dengan elusi
2.3.3 Penentuan persen kadar air isokratik, laju alir 0,7 mL/min, volume
Ditimbang cawan porselen kemudian dioven injeksi 20 µL, deteksi dengan detektor DAD
selama ± 1 jam pada suhu 105ºC. Setelah itu pada panjang gelombang 272 nm, pemisahan
dimasukkan ke dalam desikator selama 15 dengan fase terbalik menggunakan fase
menit, kemudian ditimbang. Selanjutnya diamnya kolom C-18.
25
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
26
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
b 300
200
y = 2,2424x + 91,889
100 R² = 0,9759
r = 0,987
0
0 50 100
Waktu Retensi (min) Konsentrasi Kuersetin (mg/L)
Gambar 4. Grafik hubungan konsentrasi
kuersetin dengan tinggi puncak
Tinggi Puncak (mAU)
27
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Referensi
28
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Xi. High Performance Liquid [16] Anderson, RL: Practical Statistic For
Chromatographic Determination of Analytical Chemists. Van Nostrand
Phenolic Compounds in Propolis. Reinhold Company: New York; 1987.
Tropical Journal of Pharmaceutical [17] Tuszynska,Magdalena. Validation of
Research. 2013, 12, 771-776. The Analytical Method for The
[11] Suryati, N., Bahar, E., Ilmiawati. Uji Determination of Flavonoids in
Efektivitas Antibakteri Ekstrak Aloe Broccoli. Journal of Holticultural
vera Terhadap Pertumbuhan Research, 2014, 22, 131-140.
Escherichia coli Secara In Vitro. Jurnal [18] Seal,Tapan. Quantitative KCKT
Kesehatan Andalas, 2017, 6, 519-521. Analyisis of Phenolic Acids, Flavonoids
[12] Harbone,J,B. Metode Fitokimia. and Ascorbic Acid in Four Different
Bandung. Penerbit ITB, 1987. Solvent Extracts of Two Wild Edible
[13] Dianty,W.,Putri,P., Setya, R,A ., Leaves,Sonchus arvensis and Oenanthe
Rizal,M. Screening Fitokimia dan linearis of North-Eastern region in
Aktivitas Antioksidan Daun Eceng India. Journal of Applied Pharmaceutical
Gondok (Eichhornia crassipes). Jurnal Science, 2016, 6, 157-166.
Kimia Valensi , 2015, 1, 65-69 [19] Wang, Luyao., Mei, Qing., Wan,
[14] Ashley, K., Andrews, R., Cavazosa, L., Dinrong. Simultaneous Determination
Demange, M. Ultrasonic Extraction as by KCKT of Quercetin and Kaempferol
a Sample Preparation Technique for in Three Sedum Medicinal Plants
Elemental Analysis by Atomic Harvested in Different Season. Journal
Spectrometry. Journal Of Analytical of Chromatographic Sciences, 2014,52,
Atomic Spectrometry, 2001, 16, 1147- 334-338.
1153.
[15] Mason,T.J.,Paniwnky L., Lorimer,J.P.
The Uses of Ultrasound in Food
Technology. Ultrason Sonochem, 1996,
3, 253-260.
29
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Abstract: Ananas comosus L. Merr has been known as a plant which has many benefits such
as anticancer, antibacteria, and antifungal. According to previous reserach, it is reported that
pineapple contain bromelin enzyme, calcium, phosphorus, vitamin, carbohydrate, and dextrosa.
Extraction of pineapple peel has been done by maceration method using methanol as solvent.
Then, methanol extract is fractionated using hexane and ethyl acetate. The results of the
phytochemical test show that the pineapple peel contain secondary metabolite compounds such
as phenolic, coumarin, and steroid. Determination of total phenolic content, antioxidant and
cytotoxic activities were performed on methanol extract, hexane fraction, ethyl acetate fraction
and residual fraction. Determination of total phenolic content is by Folin-Ciocalteau method,
antioxidant activity is by DPPH method and cytotoxic activity is by Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) method. The result showed that the highest total phenolic content was showed by ethyl
acetate fraction with total phenolic content is 0,3403 mg GAE/g fraction. The result of
antioxidant activity test for methanol extract showed very strong antioxidant activity with IC50
value is 11,29 mg/L. The results of cytotoxic test showed that ethyl acetate fraction classified as
very toxic with LC50 value is 6,1404 mg/L.
30
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
conducted a study of the total phenolic fractionation using ethyl acetate solvent.
content by the Folin-Ciocalteau method, From this fractionation process, four
antioxidant activity with the DPPH method, fractions were obtained, namely, methanol
and cytotoxic test with the BSLT method of extract, hexane fraction, ethyl acetate
methanol extract and fraction of pineapple fraction and residual fraction. Each fraction
peel extract (Ananas comosus L. Merr). was concentrated using a rotary evaporator.
31
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
mL was taken and put into a 10 mL was used. The mixture was left to stand for
volumetric flask and 0.5 mL of Folin- 30 minutes, then measured test solution
Ciocalteu reagent was added and left for 5 absorbance, positive control and negative
minutes. Then added 1 mL of 20% sodium control at a wavelength of 517 nm.
carbonate solution and diluted with distilled Determination of the inhibition percentage of
water to the boundary mark. The mixture is each extract was calculated using the
left to stand for two hours. Next, the formula:
absorbance is measured at a wavelength of Ac A
765 nm. The total phenolic content of each % inhibisi = x100%
Ac
test solution was determined from the
Information:
standard solution curve regression equation.
Ac = absorbance value of control
Total phenolic content is expressed in Gallic
A = absorbance value of sample
Acid Equivalent (GAE).
2.3.7 Cytotoxic Test
2.3.6 Antioxidant Activity Test
Cytotoxic tests in this study were conducted
Antioxidant testing was conducted on
by the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
methanol extract, hexane fraction, ethyl
method which refers to the work procedures
acetate fraction and residual fraction with
performed by Ningdyah (2015) with several
DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)
modifications [17-18].
method [16].
1. Seedling of Shrimp Larvae of Arthemia
a. Making DPPH Solution
salina leach
Weighed 10 mg DPPH and then put in a 250
Seawater was placed in a small glass
mL volumetric flask and dissolved using
container consisting of two parts, namely
methanol to the boundary mark and
dark and light and equipped with lights,
obtained DPPH 0.1 mM.
covers and aerators. Shrimp eggs were put
in the dark part of the container and left for
b. Making Sample Solution
48 hours. After 48 hours, the egg would
Each extract was weighed 100 mg then
hatch into larvae (nauplii) and then moved
dissolved with methanol in a 100 mL
to the brightest part of the container. These
volumetric flask to obtain a sample solution
larvae would be used as experimental
of each extract with a concentration of 1000
animals for toxicity test in this research.
mg/L. The test solution was made with
various concentrations for methanol extract, 2. Making Test Solution
hexane fraction and residual fraction namely 100 mg of the sample (methanol, ethyl
3,125; 6.25; 12.5; 25; and 50 (mg/L), while acetate, hexane and residual extract) was
for ethyl acetate fractions which were weighed and dissolved in a 100 mL flask to
1.5625; 3,125; 6.25; 12.5; 25 (mg/L). the boundary mark and the concentration of
stock solution 1000 mg/L was obtained. The
c. Making Negative Control Solution test solution was made with several
Methanol was pipetted 3 mL and put in a variations of concentration through
vial. Next, 1 mL of 0.1 mM DPPH solution multilevel dilution, namely the
was added. Let stand for 30 minutes after concentration of 1000; 500; 250; 125; 62.5
adding DPPH 0.1 mM. Perform work in a and 31.25 mg/L.
dark place and not exposed to sunlight.
3. Testing of Toxicity Activity
d. Making Positive Control Solution In each test sample 50 μL of
Ascorbic acid (Mr = 176.13 g/mol) was dimethylsulfoxide solution were added until
weighed 10 mg dissolved in methanol in a 10 all samples were dissolved. Then 3 mL of
mL volumetric flask to obtain a solution seawater was added to each sample. Then
concentration of 1000 mg/L. The main each of 10 shrimp larvae was added to each
solution of 1000 mg/L was diluted to a sample. Then reduce the seawater in the
concentration of 10 mg/L, then made five sample to its volume 5 mL. After that, an
variations of the concentration of the test observation of shrimp larvae was carried out
solution, namely 0.5; 1; 1.5; 2; and 2.5 in the sample solution by counting the
mg/L. number of dead larvae after 24 hours. The
results of the observations were entered into
e. Determination of Antioxidant Activity the table and processed to obtain the LC50
Determination of antioxidant activity was value.
carried out by adding 3 mL DPPH 0.1 mM
into 2 mL of each extract solution with
various concentrations. As a control, a 3. Result and Discussion
mixture of 3 mL DPPH and 2 mL methanol 3.1 Pineapple Peel Extraction
32
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Pineapple peel powder was extracted using Socondary Reagent MeOH Fraction
maceration method with methanol solvent. metabolite Hex EtOAc Res
content
The choice of this method is due to its simple Flavonoid HCl + - - - -
use, without using special tools and without Mg
using heating so that the compounds Phenolic FeCl3 + + + +
contained in the sample are not damaged. Saponin HCl - - - -
Triterpenoi Lieberm - - - -
Methanol solvent was used in the extraction d ann
process because methanol is a universal Burchar
solvent so that polar and non-polar d
compounds can be extracted completely. Steroid Lieberm + + + -
ann
The mass of methanol extract obtained was Burchar
67.19 grams. d
Alkaloid Mayer - - - -
3.2 Fractionation of Methanol Extract Coumarin NaOH + + - -
Methanol extract was fractionated 1%
respectively using hexane and ethyl acetate Description: (+) = exist, (-) = not exist)
solvents. Fractionation aims to separate the
Based on Table 3.1 it can be concluded that
compounds contained in the extract based
methanol extract and each fraction have
on the level of polarity. Hexane solvents were
different secondary metabolites. Methanol
used to dissolve non-polar compounds,
extract contains secondary metabolic
while ethyl acetate was used to dissolve
compounds phenolic, steroid and coumarin.
semi-polar compounds. Fractionation
While hexane fraction contains phenolic,
results can be seen in Figure 3.1
steroid and coumarin compounds, ethyl
acetate fraction contains phenolic and
10
steroid compounds, residual fraction
Persentage (%)
15.79
5
12.69 contains only phenolic compounds.
6.78
0 3.4 Determination of Total Phenolic
hexane ethyl residual Content
acetate The Folin-Ciocalteu method is a method
Fraction used in determining the total phenolic
content of methanol extract and each
fraction. In this method, phenolic
Figure 3.1. Fractionation results from methanol compounds will react with Folin-Ciocalteu
extract reagent to form a blue solution that can be
measured absorbance using a
Based on Figure 3.1 it can be seen that the spectrophotometer at a wavelength of 765
residual fraction has a greater fraction nm. At the time of the reaction, the phenolic
weight than the hexane fraction and ethyl ion will reduce phosphotungstate
acetate fraction. This is probably due to the phosphomolibdate to the
high glucose content in the residual fraction molybdenumtungsten complex [19]. The
and other compounds which are not total phenolic content of the methanol
distributed in hexane and ethyl acetate extract and each fraction is expressed as
solvents. In addition, the residual fraction Gallic Acid Equivalent (GAE). Gallic acid is
has a density greater than the hexane used as a standard or comparison, because
fraction and ethyl acetate fraction, so the gallic acid is one of the natural phenolic
residual fraction has the greatest fraction compounds derived from stable
weight. hydroxybenzoic acid. The gallic acid
standard curve can be seen in Figure 3.2.
3.3 Phytochemical test
The test results for the content of secondary R e g r e s io n c u r v e o f g a llic a c id
0.6
0.4
0.2
33
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Figure 3.2 Regression curve of gallic acid test. This method is used because the
method is simple, easy, effective and
Based on Figure 3.2. it can be seen that the practical. The principle of the DPPH method
greater the concentration of gallic acid, the is the measurement of antioxidant activity
greater the absorbance produced. From this quantitatively by measuring DPPH radical
curve, the gallic acid regression equation is capture by a compound that has antioxidant
obtained y = 0.0079x + 0.1993. The activity using UV-Vis spectrophotometry so
regression equation is used in determining that the value of free radical inhibitory
the total phenolic content of the methanol activity can be known as IC50 (Inhibitory
extract and each fraction. Concentration) [20]. IC50 value is a value that
Data on the results of total phenolic analysis shows the ability of 50% inhibition of free
are shown in Table 3.2. radicals by a sample concentration (mg/L).
The IC50 value is obtained from the
Table 3.2 Data on total phenolic content of
extracts and fractions
calibration curve of the test solution
Sample Total phenolic concentration (X axis) and % inhibition (Y
content (mg GAE/g axis) [21].
sample)
Table 3.3. The test results of antioxidant activity
Methanol extract 0,3335
from methanol extract, fractions and ascorbic
Hexane fraction 0,0815
acid
Ethyl acetate fraction 0,3403
Sample IC50 (mg/L)
Residual fraction 0,2087
Methanol extract 11,29
Hexane fraction 193,71
Based on the table above, the ethyl acetate Ethyl acetate fraction 44,94
fraction contained the highest total phenolic Residual fraction 52,80
content compared to methanol extract, Ascorbic acid 4,07
hexane fraction and residual fraction. The
order of total phenolic content in the extracts Based on Table 3.3 it can be seen that
was ethyl acetate fraction > methanol extract methanol extract has a low IC50 compared to
> residual fraction > hexane fraction. other fractions. The IC50 value of methanol
Solubility of phenolic compounds depends extract approached ascorbic acid as a
on the solvent used. Phenolic compounds positive control, with an IC50 value of 11.29
tend to dissolve in polar solvents. Although mg/L. The smaller IC50 value, the higher the
methanol is more polar than ethyl acetate, activity of free radical inhibition. This was
methanol can dissolve polar, semi-polar and caused by the presence of active phenolic
polar compounds. Whereas ethyl acetate is a compounds in methanol extract which
semipolar solvent and it is possible that the supports antioxidant activity. Antioxidant
phenolic compounds are perfectly activity was classified as very strong (IC50 <
distributed in ethyl acetate solvents, so that 50 mg/L), strong (50 mg/L < IC50 < 100
the phenolic content of the ethyl acetate mg/L), moderate (100 mg/L <IC50 < 150
fraction is greater than the other fractions. mg/L), weak (150 mg/L < IC50 < 200 mg/L)
The number of phenolic compounds found in and very weak (IC50 > 200 mg/L) [22].
methanol extract and fractions has an Based on the data in Table 4.3 it can
influence on antioxidant activity. be concluded that the methanol extract
In the previous study, a total phenolic (11.29 mg/L) and ethyl acetate fraction
test of pineapple meat extract had been (44.94 mg/L) were classified as very strong
carried out and showed that methanol antioxidants, the residual fraction (52.80
extract had a higher total phenolic than mg/L) was an strong antioxidant and the
ethyl acetate fraction and residual fraction hexane fraction (193.71 mg/L) was classified
[12]. So that it can be concluded that the as a weak antioxidant. In the previous study,
methanol solvent is very suitable used to methanol extract of pineapple flesh also had
extract the phenolic compounds in higher antioxidant activity than the ethyl
pineapple flesh while ethyl acetate is very acetate fraction and residual fraction. The
suitable used to extract the phenolic antioxidant activity in this study was
compounds in pineapple peel, this is also in proportional to the total phenolic contained
accordance with the results of in extract12. This showed that the phenolic
phytochemical tests on ethyl acetate fraction content in the sample contributed to the
which showed the presence of phenolic antioxidant activity in the sample. The
compounds. higher the total phenolic content, the greater
the antioxidant activity.
3.5 Test of Antioxidant Activity
The DPPH (1,1-diphenyl-2-pikrilhidrazil) 3.6 Relationship of Total Phenolic
method is used in the antioxidant activity Content to Antioxidant Activity
34
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
The relationship of total phenolic content to Description: shrimp larvae which are
antioxidant activity can be seen in Figure included in each vial are 10 tails.
3.3.
The results of the toxicity test of ethyl
acetate fraction showed the lowest LC50
R e la tio n b e t w e e n to ta l p h e n o lic
c o n t e n t a n d IC 5 0
value compared to methanol extract and
250
other fractions, with an LC50 value of 6.1404
200 mg/L. These results were obtained from the
IC 5 0 v a lu e ( m g /L )
150
percentage of shrimp larvae deaths from
various variations of the concentration
100
converted into probit values according to the
50
probit value table based on the percentage of
deaths.
0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4
The results obtained show that the
T o ta l P h e n o lic (m g G A E /g s a m p le concentration of the sample solution was
proportional to the number of dead shrimp.
Figure 3.3. Relation between total phenolic The LC50 value was calculated based on the
content and IC50 value regression equation value between log
concentrations and probit values. The
Based on Figure 4.3, it was known that the toxicity curve of ethyl acetate fraction can be
greater the total phenolic content, the IC50 seen in Figure 3.4.
value become smaller and the antioxidant C y t o to x ic t e s t o f e t h y l a c e t a t e f r a c tio n
activity increased so that many antioxidant
compounds that inhibited free radicals. The
7.0
35
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
phenolic content in the ethyl acetate fraction [3] Hossain, M. F. Nutritional Value and
was very high. The high total phenolic Medicinal Benefits of Pineapple.
content in this ethyl acetate fraction caused International Journal of Nutrition and
the fraction to be very toxic. In a previous Food Sciences 2015,4(1), 84.
study, toxicity tests of juice and pineapple [4] Comparative Study on the Extraction of
hump had also been carried out with three Bioactive Compound from Banana and
variations (fruit hump juice, fruit flesh Pineapple Peel Extract. Dec. 14-15,
extract, and fruit hump mixture) against 2017 Kuala Lumpur (Malaysia) 2018.
shrimp larvae (Artemia salina Leach). The [5] Wang, Z.; Tochi, B. N.; Xu, S.- Y.; Zhang,
results indicated that the three pineapple W. Therapeutic Application of
juice had an LC50 value > 1000 ppm which Pineapple Protease (Bromelain): A
showed that all samples were non-toxic and Review. Pakistan Journal of Nutrition
did not have a positive correlation as 2008, 7(4), 513–520.
anticancer drugs [23-24]. [6] Salas, C. E.; Gomes, M. T.; Hernandez,
M.; Lopes, M. T. Plant Cysteine
4. Conclusion Proteinases: Evaluation of the
Based on the results of research conducted Pharmacological Activity.
on pineapple peel (Ananas comosus L. Merr) Phytochemistry 2008, 69(12), 2263–
contains phenolic, coumarin and steroids. 2269.
The total phenolic content contained in the [7] Mantovani, A.; Allavena, P.; Sica, A. &
methanol extract was 0.3335 mg GAE/g Balkwill, F. Cancer-related
extract, while the hexane fraction, ethyl inflammation. Nature 2008, Volume
acetate fraction and residual fraction 454, pp. 436-444.
respectively were 0.0815; 0,3403; 0.2087 mg [8] Mynott, T.; Guandalini, S.; Raimondi,
GAE/g. Antioxidant activity with the DPPH F.; Fasano, A. Bromelain Prevents
method showed that the methanol extract Secretion Caused by Vibrio Cholerae
and ethyl acetate fraction were classified as and Escherichia Coli Enterotoxins in
very strong antioxidants, the residual Rabbit Ileum in Vitro.Gastroenterology
fraction was classified as strong and the 1997,113(1), 175–184.
hexane fraction was classified as moderate. [9] Brakebusch, M. et al. Bromelain is an
IC50 values for methanol extract, hexane accelerator of phagocytosis,
fraction, ethyl acetate fraction and residual respiratory burst and Killing of
fraction were 11.29; 193,71; 44.94; 52.80 Candida albicans by human
mg/L. The cytotoxic test results showed that granulocytes and monocytes. Eur J
the ethyl acetate fraction and residual Med Res, Volume 6, pp. 193-200.
fraction were classified as very toxic with [10] Brien, S. Bromelain as a Treatment for
LC50 values of 6.1404 and 8.4043 mg/L Osteoarthritis: a Review of Clinical
respectively. From this study, it was found Studies. Evidence-based
that ethyl acetate fraction showed the Complementary and Alternative
highest total phenolic content and cytotoxic Medicine 2004.
activity while the methanol extract showed [11] Hossain, M. A.; Rahman, S. M. Total
the highest antioxidant activity. Phenolics, Flavonoids and Antioxidant
Activity of Tropical Fruit Pineapple.
5. Preface Food Research International
Author preface says to all parties who have 2011,44(3), 672–676.
helped and contributed in completing this [12] Ma, C.; Et.al. Characterization of Active
thesis, provide suggestion, motivation, Phenolic Components in the Ethanolic
prayer, and advice to the author. Extract of Ananas Comosus L. Leaves
Using High-Performance Liquid
Chromatography with Diode Array
References Detection and Tandem Mass
[1] Khinho, J; Et.al. Tumbuhan Obat Spectrometry. Journal of
Tradisional di Sulawesi Utara Jilid II, Chromatography A 2007,1165(1-2),
Balai Penelitian Kehutanan Manado 39–44.
Nadan Penelitian dan Pengembangan [13] Rahmat, D.; Et.al. Peningkatan
Kehutanan Kementrian Kehutanan, Aktivitas Antimikroba Ekstrak Nanas
2011. (Ananas Comosus (L.). Merr) Dengan
[2] Emeka, E. E.; Et.al. Evaluation of Pembentukan Nanopartikel. Journal of
Antibacterial Activities of Silver Sains dan kesehatan 2015,1(5), 236–
Nanoparticles Green-Synthesized 244.
Using Pineapple Leaf (Ananas [14] Anggraini D; Rahmides WS; Malik M.
Comosus). Micron 2014,57, 1–5. Formulasi Sabun Cair dari Ekstrak
36
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
37
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Abstrak : The pegagan plant (Centella asiatica (Linn.) Urban) has been used as traditional medicine
such as cough, burn, hemorrhoids, intestinal worms, stomachache, chicken pox, and boils. The
pegagan plant has known to contain flavonoid, phenolic, steroid, tannin, saponin, and triterpenoid
compound. In this research, one triterpenoid compound from pegagan plant leaves was isolated
and antibacterial activity tested against Escherichia coli and Staphylococcus aureus by diffusion
method. Extraction was carried out by maceration and isolation was carried out by column
chromatography. Purification of isolated compound by recrystallization method. Isolated compound
was obtained white solid with melting point 143º-145ºC, gave a triterpenoid positive test with
Liebermann Buchard reagent. Structure characterization of triterpenoid isolated compound using
infrared spectrophotometer showed the presence of absorption for the C-H stretching group at
2919,11 cm-1, at 3327,19 cm-1 was showed O-H (hydroxyl), at 1734,58 cm-1 was showed C=O
(carbonyl). As well as absorption of the germinal group dimethyl at wave numbers 1460.38 cm-1 and
1372.51 cm-1. Ultraviolet spectrophotometer of triterpenoid isolated compound show that was not
conjugated bond. The isolated triterpenoid has no antibacterial activity activity against Escherichia
coli and Staphylococcus aureus bacteria.
38
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
aureus), media MHA (Mueller-Hinton Agar), diperoleh 47 vial. Subsubfraksi F.6.8.1 yang
media NA (Nutrient Agar), alkohol 70% dan menunjukan padatan putih dimurnikan lebih
NaCl 0,9%. lanjut dengan cara rekristalisasi sehingga
diperoleh padatan putih dengan massa 8,6
2.3 Prosedur penelitian mg yang positif triterpenoid dengan peraksi
2.3.1 Identifikasi Sampel Tumbuhan Pegagan Liebermann-Burchard.
(Centella asiatica (Linn.) Urban) Senyawa hasil dilakukan karakterisasi
Sampel berupa daun tumbuhan pegagan dengan spektoskopi ultraviolet (UV-Vis) dan
diperoleh di kota Payakumbuh, provinsi Inframerah serta melakukan uji antibakteri
Sumatera Barat, dan di identifikasi di terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
Herbarium Jurusan Biologi Universitas Escherichia coli.
Andalas (ANDA)
2.3.5 Uji aktivitas antibakteri dengan metoda
2.3.2 Ekstraksi difusi
Sebanyak 1,1 kg serbuk halus pegagan 3 mg senyawa hasil isolasi dilarutkan dengan
dimaserasi dengan pelarut heksana, dan heksana dan diperoleh larutan induk 1500
disaring. Proses maserasi dilakukan mg/L. Selanjutnya dibuat beberapa variasi
berulang kali hingga maserat tidak lagi konsentrasi yaitu konsentrasi 1500, 750,
memberikan warna, semua fitrat di 375, 187,5, 93,75 mg/L. Larutan kontrol
kumpulkan kemudian dipekatkan dengan positif dengan konsentrasi 93,75 mg/L
rotary evaporator pada suhu 40˚C dan menggunakan amoxicillin 78,70 %
diperoleh ekstrak kental heksana. Ampas sisa Media NA (Nutrient Agar) sebanyak 0,28 g
maserasi ini dimaserasi lagi dengan etil asetat dilarutkan dengan 10 mL akuades dengan
dengan cara yang sama sehingga di dapatkan cara memanaskan dan diaduk menggunakan
ekstrak pekat etil asetat. Selanjutnya ampas magnetic stirer sampai mendidih dan larut
sisa disimpan untuk proses maserasi dengan sempurna. Sebanyak 5 mL NA
selanjutnya. dituangkan masing-masing ke dalam tabung
reaksi steril dan ditutup dengan alumunium
2.3.3 Uji Profil fitokimia voil, media disterilkan dalam autoklaf pada
0,5 gram ekstrak etil asetat dilarutkan suhu 121˚C selama 15 menit, media
dengan 25 mL metanol ditambahkan dibiarkan memadat pada suhu ruang ± 30
kloroform dan akuades (1:1), kemudian menit pada kemiringan 30˚. Media NA yang
dibiarkan beberapa menit dan terbentuk dua telah memadat ditumbuhkan bakteri dengan
lapisan yaitu lapisan kloform dan lapisan cara menggoreskan bakteri ke media agar dan
akuades. Lapisan atas (akuades) digunakan diinkubasi selama 24 jam. Bakteri yang telah
untuk memeriksa flavonoid dengan pereaksi tumbuh pada media NA diambil 1 ose
sianidin tes, saponin dengan penambahan disuspensikan dengan memasukan ke dalam
asam klorida, selanjutnya lapisan bawah NaCl fisiologi 0,9 % dan disamakan
(kloroform) digunakan untuk memeriksa kekeruhan dengan standar Mc Farland untuk
triterpenoid dan steroid dengan pereaksi menentukan jumlah bakteri yang dipakai.
Lieberman burchard. Untuk uji alkaloid Untuk media Mueller Hinton Agar (MHA)
dilakukan dengan pereaksi meyer dengan ditimbang sebanyak 9,75 gram dan
menguapkan pelarut dari ekstrak metanol dilarutkan dengan 250 mL akuades lalu
ditambahkan HCl dan pereaksi meyer, Uji dibiarkan mendidih dan disterilkan dengan
kumarin dilakukan dengan metoda autoklaf. Kedalam media MHA dimasukan
kromatografi lapis tipis dan NaOH 1% [13] suspensi bakteri, kemudian media yang telah
berisi suspensi bakteri dituangkan ke dalam
2.3.4 Isolasi dan Pemurnian cawan petri dan dibiarkan mengeras. Media
Sebanyak 30 gram ekstrak etil asetat yang sudah mengeras dibuat lubang/sumur
dilakukan isolasi dengan kromatografi kolom dan dimasukan sampel, larutan kontrol
gravitasi menggunakan sistem elusi dengan positif, negatif dengan menggunakan kapas. 40
metoda Step gradient polarity (SGP) dimulai Selanjutnya dilakukan inkubasi selama 24
dari heksana 100% sampai etil asetat 100%, jam. Setelah 24 jam dilakukan pengukuran
hasil pemisahan ini menghasilkan 15 fraksi zona bening yang terbentuk
(F.1- F.15). Fraksi (F.6) (1,102 g) dilakukan
pemisahan lebih lanjut dengan kromatografi zona bening yang terbentuk
kolom gravitasi dengan metoda yang sama
dan menghasilkan 14 subfraksi (F.6.1- 3. Hasil dan Diskusi
F.6.14). Subfraksi (F.6.8) dilakukan 3.1 Identifikasi tumbuhan pegagan (Centella
pemisahan kembali dengan metoda elusi asiatica (Linn) Urban)
secara isokratik dengan perbandingan eluen Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan di
heksana : etil asetat (9,5 : 0,5) sehingga Herbarium Universitas Andalas (ANDA)
39
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Tabel 1. Hasil uji profil fitokimia etil asetat daun tumbuhan pegagan
Ekstrak Etil
Metabolit Sekunder Pereaksi Pengamatan
Asetat
Flavonoid Sianidin Test Jingga (+)
Fenolik FeCl3 Hijau pekat (+)
Triterpenoid Lieberman Burchad Larutan jingga Kemerahan (+)
Steroid Lieberman-Burchad Larutan hijau (+)
Alkaloid Mayer Tidak ada endapan (-)
Saponin H2O Terbentuk gelembung (+)
Kumarin NaOH 2 % Adanya flouresensi merah (-)
40
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
5. Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih disampaikan kepada
kemenristek dikti yang telah memberikan
bantuan dana untuk penelitian ini
Referensi
41
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Microbes. Life Sciences and Medicine [14] Ibrahim, S., Teknik Laboratorium Kimia
Research., 2011(35): 3-4 (2011). Organik, Pasca Sarjana Universitas
[11] Salmiwanti.; Ilyas, A.; Saleh, A.: Isolasi Andalas, 1998
Senyawa Metabolit Sekunder Fraksi N- [15] Kumar, K., Organic Chemistry, Dept of
Heksana dari Daun Pegagan (Centella Chemistry Amaritsar-143005, 2006.
asiatica L.) dan Uji Antibakteri Terhadap [16] Zetta, Y.; Prasetya, P.: Isolasi Senyawa a-
Mycobacterium tuberculosis. Jurnal Amirin Dari Tumbuhan Beilschmiedia
Kimia, Fakultas Sains Teknologi UIN Roxburghiana (Medang) dan Uji
Alauddin Makassar, 4(2): 56-63. Bioaktivitasnya. Akta Kimindo., 1(3): 28
[12] Dhanalakshmi, P.; Shamsudin, M.; (2007)
Xavier, T.F: Biological Efficacy of Centella [17] Haryati, S.D.; Darmawati, S.; Wilson, W.:
asiatica (L) urban Against Opportunistic Perbandingan Efek Ekstrak Buah
Pathogens. Journal of Pharmacy and Alpukat (Persea americana Mill) Terhadap
Biological Sciences., 8(1): 209-213 (2018). Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas
[13] Rasyid, A.: Identifikasi Senyawa aeruginosa dengan Metode Disk dan
Metabolit Sekunder Serta Uji Aktivitas Sumuran. Prosiding Seminar Nasional
Antibakteri dan Antioksidan Ekstrak Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan
Metanol Teripang Stichopus hermanii. Pengabdian Masyarakat., 15: 348-351
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan (2017)
Tropis., 4: 360-368 (2012)
42
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Laboratorium Kimia Analisis Terapan, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang 25613
*E-mail: refilda@sci.unand.ac.id
Abstrak: Metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) untuk analisis asam galat, benzoat
dan salisilat secara serentak dalam daun sirih merah telah divalidasi. Analisis KCKT
dilakukan dengan menggunakan sistem elusi isokratik pada kolom C18, panjang gelombang
272, 280 dan 310 nm dengan menggunakan fase gerak asetonitril : asam asetat 1% (10:90),
laju alir 0,7mL/menit, suhu kolom 28°C dan volume injeksi 20 µL. Hasil penelitian
menunjukan bahwa metode yang digunakan memenuhi persyaratan dari validasi metode, di
mana nilai standar deviasi relatif (SDR) ≤ 4,28%, batas deteksi (LoD) ≤ 0,45 mg/L, batas
kuantitasi (LoQ) ≤ 1,50 mg/L dan persen perolehan kembali 100,6%. Dengan demikian,
metode ini dapat digunakan untuk analisis asam galat, benzoat dan salisilat secara serentak
dalam daun sirih merah.
Kata Kuci: Validasi metode KCKT, asam galat, asam benzoat, asam salisilat
43
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
44
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Hasil uji kandungan senyawa fenolik sesuai dengan yang dilaporkan oleh
pada ekstrak daun sirih merah Kusuma, dkk., bahwa daun sirih merah
menunjukan perubahan warna menjadi positif mengandung senyawa fenolik [16].
kehitaman setelah penambahan beberapa Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
tetes larutan FeCl3. Perubahan warna diketahui bahwa di dalam ekstrak daun
terjadi karena adanya reaksi yang terjadi sirih merah mengandung senyawa fenolik.
antara FeCl3 dengan salah satu gugus
hidroksil (OH) yang terdapat pada senyawa 3.2 Waktu Retensi dan Serapan
fenolik. Berdasarka penelitian yang telah Maksimum Asam Galat, Benzoat dan
dilaporkan oleh Chichioco-Hernandez dan Salisilat
Paguigan, bahwa suatu sampel positif Kromatogram dari hasil pengukuran
mengandung senyawa fenolik apabila masing-masing standar dapat dilihat pada
mengalami perubahan warna menjadi biru, Gambar 1. Berdasarkan kromatogram
hijau, ungu atau hitam setelah dapat diketahui bahwa waktu retensi dari
penambahan FeCl3 [15]. Sehingga dapat asam galat yaitu 1,444 menit, asam
diketahui bahwa ekstrak daun sirih merah benzoat 12,459 menit dan asam salisilat
mengandung senyawa fenolik. Hal ini 13,166 menit.
(a)
Tinggi Puncak
menit
Waktu Retensi
(b)
Tinggi Puncak
menit
Waktu Retensi
(c)
Tinggi Puncak
menit
Waktu Retensi
Gambar 1. Kromatogram larutan standar asam galat (a) asam benzoat (b) dan asam salisilat (c)
konsentrasi 12 mg/L pada kolom C18, detektor DAD dengan komposisi fase gerak asetonitril dan asam
asetat 1% (10:90), laju alir 0,7 mL/menit, volume injeksi 20 µL dan suhu kolom 28°C
45
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Hal ini sesuai dengan nilai resolusi (Rs) yaitu 2,85 dan 2,86. Nilai Rs > 1,5
yang diperoleh, di mana nilai resolusi menunjukan bahwa suatu puncak terpisah
masing-masing puncak pada panjang secara sempurna dengan puncak
gelombang 280 nm lebih besar disebelahnya [17]. Berdasarkan hal
dibandingkan dengan panjang gelombang tersebut dapat diketahui bahwa serapan
272 nm. maksimum dari asam galat, benzoat dan
Nilai resolusi dari pemisahan puncak salisilat yaitu pada panjang gelombang 280
asam galat dan asam benzoat pada panjang nm. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan
gelombang 272 dan 280 nm yaitu 69,22 oleh Goleniowski, dkk., di mana panjang
dan 69,68. Sedangkan nilai resolusi antara gelombang 280 nm merupakan alternatif
puncak asam benzoat dan asam salisilat terbaik untuk analisis kelompok senyawa
pada panjang gelombang 272 dan 280 nm fenolik [18].
mAU
(a)
Tinggi Puncak
menit
Waktu Retensi
mAU
(b)
Tinggi Puncak
menit
Waktu Retensi
mAU
(c)
Tinggi Puncak
menit
Waktu Retensi
Gambar 2. Kromatogram larutan standar campuran asam galat, benzoat dan salisilat konsentrasi 12
mg/L pada panjang gelombang 272 (a) 280 (b) dan 310 nm (c) dengan detektor DAD, kolom C18,
komposisi fase gerak asetonitril : asam asetat 1% (10 : 90), laju alir 0,7 mL/menit, volume injeksi 20 µL
dan suhu kolom 28°C
Senyawa yang terelusi lebih awal yaitu asam salisilat. Hal ini karena interaksi
asam galat, kemudian asam benzoat dan antara asam galat terhadap fase diam yang
asam salisilat. Hal ini sesuai dengan yang bersifat non polar kecil sehingga asam galat
dilaporkan oleh Mradu, dkk pada analisis terelusi lebih awal dibandingkan dengan
12 standar senyawa fenolik, di mana asam asam benzoat dan asam salisilat.
galat terelusi lebih awal, kemudian diikuti
oleh asam benzoat dan asam salisilat [9]. 3.3 Validasi Metode KCKT
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui Hasil pengukuran larutan standar
bahwa asam galat bersifat lebih polar campuran asam galat, benzoat dan salisilat
dibandingkan dengan asam benzoat dan pada konsentrasi 12, 36, 60, 84 dan 108
mg/L dapat dilihat pada kurva kalibrasi
46
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
standar asam galat, benzoat dan salisilat benzoat dan salisilat masing-masing yaitu
pada Gambar 3. Persamaan regresi untuk 0,987, 0,970 dan 0,996. Sedangkan nilai
asam galat yaitu y = 56,33x – 354,5, asam koefisien korelasi (r) yang diperoleh
benzoat yaitu y = 14,71x – 191,6 dan asam masing-masing yaitu 0,993, 0,985 dan
salisilat yaitu y = 10,38x + 2,511. Nilai 0,998 untuk asam galat, benzoat dan
koefisien determinasi (r2) untuk asam galat, salisilat.
7000
Asam Galat
y = 56,33x - 354,5
6000 r² = 0,987 Asam Benzoat
Luas Puncak (mAUs)
r = 0,993
5000 Asam Salisilat
4000
Gambar 3. Kurva kalibrasi larutan standar asam galat, benzoat dan salisilat
Tabel 1. Hasil validasi metode KCKT untuk analisis asam galat, benzoat dan salisilat
Senyawa Koefisien SDR SDR LoD LoQ % Recovery
Korelasi Berdasarkan Berdasarkan (mg/L) (mg/L) (%)
(r) Waktu Retensi (%) Luas Puncak (%)
Asam Galat 0,993 2,13 3,89 0,37 1,23 100,6
Asam Benzoat 0,985 4,28 0,67 0,16 0,52 -
Asam Salisilat 0,998 3.28 1,08 0,45 1,50 -
Nilai SDR yang dihasilkan dari puncak yaitu ≤ 0,55% [13]. Berdasarkan
pengukuran larutan standar campuran hal tersebut, maka presisi atau ketelitan
asam galat, benzoat dan salisilat dari metode KCKT yang digunakan cukup
konsentrasi 12 mg/L dengan 5 kali baik.
pengulangan yaitu ≤ 4,28%. Nilai yang Berdasarkan nilai LoD dan LoQ yang
diperoleh memenuhi kriteria dari validasi diperoleh, diketahui bahwa konsentrasi
metode yaitu ≤ 5%. Anggraini melaporkan terendah yang dapat terukur dengan
bahwa nilai SDR yang diperoleh pada metode ini yaitu 0,37 mg/L untuk asam
analisis asam sitrat, format dan oksalat galat, 0,16 mg/L untuk asam benzoat dan
secara serentak berdasarkan waktu retensi 0,45 mg/L untuk asam salisilat.
dan luas puncak yaitu ≤ 4,359% [17]. Seal Sedangkan konsentrasi terendah yang
juga melaporkan bahwa nilai SDR yang dapat terukur dengan presisi dan akurasi
diperoleh pada analisis asam askorbat, yang dapat diterima yaitu 1,23 mg/L untuk
fenolik dan flavonoid secara serentak asam galat, 0,52 mg/L untuk asam benzoat
berdasarkan waktu retensi dan luas dan 1,50 mg/L untuk asam salisilat. Asam
47
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
48
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 8 Nomor 1, Maret 2019
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
49