Brochures, newkjdnewuehjieh3ukhe2ke23ge3djw3leh2o3euho82h3hei32he2ohe8o">
Laporan Praktikum Limbah
Laporan Praktikum Limbah
Laporan Praktikum Limbah
Oleh :
Thaufan Maulana
200110100082
Kelas E
Kelompok 1
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk yang diikuti dengan
kesadaran akan gizi, permintaan akan pemenuhan kebutuhan pokok terutama
konsumsi protein seperti daging dan produk peternakan lainnya sebagai sumber
protein hewani merupakan salah satu kecenderungan menjamurnya usaha
peternakan baik dalam skala kecil sampai usaha peternakan skala besar.
Sebagai
akibat
tumbuhnya
peternakan-peternakan
di
Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi
%
55-75
25-45
0-0.3
1-5
0-3
0.1-0.5
Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara
dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu Biogas sangat cocok
digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti
minyak tanah, LPG, butana, batu bara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari
fosil.
2.2.
Pengomposan
Pengomposan adalah sebuah proses dekomposisi secara biologi yang
Kadar air (40-60%, kadar air optimaln 55%) yang berfungsi sebagai
pelarut nutrisi (C/N)
4. Pengendalian (exescise)
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen)
atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah
proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi
bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen
yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama
proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan
menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam
organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
Pengomposan berdasarkaan organismenya dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Pengomposan konvensional : Pengomposan menggunakan organisme pengurai
indigenous
b. Pengomposan menggunakan starter sediaan
c. Vermicomposting : pengomposan dengan cacing tanah sebagai agen
perombaknya.
Proses pengomposan tergantung pada :
a. Karakteristik bahan yang dikomposkan
b. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
c. Metode pengomposan yang dilakukan
Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan
unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk organik adalah pupuk
yang terbuat dari bahan organik atau mahluk hidup yang telah mati,
bahan organik ini akan mengalami penguraian oleh mikroorganisme sehingga sifat
fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk
lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur dan mengandung
unsur hara mikro. Dilihat dari bentuknya pupuk organik terbagi menjadi dua, yaitu
Pupuk organik padat adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan
kotoran manusia yang berbentuk padat
Pupuk kandang : pupuk yang bahan dasarnya berasal dari kotoran dan urine
ternak, Ciri pupuk kandang yang siap digunakan : Dingin, Remah, Wujud
aslinya tidak tampak, Baunya telah jauh berkurang.
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar
tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan
kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan
keberhasilan proses pengomposan itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses pengomposan antara lain:
Rasio C/N
Ukuran partikel
Aerasi
Porositas
Kandungan air
Suhu
pH
kandungan hara
kandungan bahan-bahan berbahaya
Vermicomposting
Vermicomposting adalah proses penggunaan cacaing tanah sebagai alat
Adapun ciri-ciri dari cacing tanah jenis tiger (eisenia foetida) adalah sebagi
berikut:
a. Warnanya kemerahan
b. Gerakannya lamban
III
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA
1.1 Alat
1. Pisau panjang untuk mencacah jerami.
2. Terpal sebagai alas untuk menyimpan jerami.
11. Tempatkan karung ditempat yang terlindungi dari sinar matahari dan air
hujan
12. Setiap hari dilakukan pemeriksaan suhu sampai hari ke 7
13. Setelah hari ke 7 lakukan pembongkaran hasil dekomposisi dan amati
kondisi yang terjadi tampilan fisik, warna dan bau
14. Kemudian hasil dekomposisi dibagi menjadi dua bagian satu bagian untuk
substrat biogas atu bagian untuk diproses lebih lanjut untuk pupuk organik
cair dan organik padat
15. Satu bagian untuk substrat biogas dapat langsung dimasukkan ke dalam
digester
16. Persiapan untuk bahan baku POC dan POP bahan tersebut diangin-angin
sampai kering
1.3.2 Pembuatan biogas
A. Pemasangan Instalasi biogas
1. Siapkan instalasi biogas yang terdiri dari digester dan penampung gas
2. Rangkai instalasi biogas yang terdiri dari digester yang dilengkapi dengan
kran gas dibagian penutupnya
3. Kemudian penampung gas terbuat dari ban karet bagian dalam yang telah
dilepaskan pentilnya
4. Untuk menghubungkan kran dari digester ke lubang angin pada ban
menggunakan slang plastik dengan diameter sama dengan lubang kran dan
lubang angin pada ban
B. Pemasukan substrat ke dalam instalasi
1. Tentukan kadar air substrat (kadar air = 75%)
2. Analisi kandungan air substrat biogas
3. Hitung penambahan air pada substrat sampai mencapai kadar air substrat 75 %
4. Timbang substrat bdan air yang harus ditambahkan sesuai dengan perhitungan
5. Tambahkan air dalam substrat dan campur hingga rata
Keterangan :
C/N : Nisbah C/N
C (a) : Kandungan C dalam bahan (a)
C (b) : Kandungan C dalam bahan (b)
N (a) : Kandungan N dalam bahan (a)
N (b) : Kandungan N dalam bahan (b)
Hasil Perhitungan kelompok 1:
Diketahui :
C/N ratio = 31
Kadar air ideal 55 %
Bahan
Jerami (a)
Feses sapi (b)
Ditanyakan :
%C
30,85
34,75
%N
1,14
0,74
Kadar Air %
40,44
11,31
Bau
Tidak berbau
Konsistensi
POC yang
Tidak encer
dihasilkan
4, 55 liter
tanpa oksigen. Tahapan proses yang kedua adalah proses methanasi, yaitu proses
perubahan asam-asam organik menjadi biogas. Untuk proses fermentasi anaerob
ini dilakukan dalam sebuah digester. Digester yang digunakan adalah berupa drum
berbentuk tabung yang dilengkapi dengan penutup dan selang. Digester ini adalah
reaktor tempat berlangsungnya proses fermentasi limbah/kotoran sapi menjadi
biogas. Di dalam reaktor digester ini akan terjadi penguraian bahan-bahan organik
yang terkandung dalam kotoran sapi menjadi asam-asam organik. Selanjutnya
asam-asam organik ini akan terurai secara anaerobik menjadi biogas. Hal
terpenting dari digester ini adalah tidak boleh ada kebocoran sedikitpun dari
rangkaian digester tersebut. Karena tidak ada kebocoran, maka saat dilakukan
pengujian dengan ban karet hasinya biogas terbentuk.
Kemudian, bagian yang lain dari dekomposisi awal digunakan untuk
membuat pupuk organik cair (POC). Hasil yang didapatkan pada kelompok kami
POC sebanyak 4 liter dengan warna hitam dan bau jerami. Kualitas hasil
pembuatan
pupuk
cair
pada
prinsipnya
ditentukan
oleh
bahan
baku,
dilanjutkan dengan proses ekstraksi dan proses fermentasi cair secara aerob (Yuli
A Hidayati, etc. Desember 2011).
Bagian lain dari dekomposisi digunakan untuk membuat pupuk organik padat
(POP). Cacing mendegradasi limbah dibantu oleh mikroorganisme dan organisme
lain, menyerap nutrisi yang mereka butuhkan dan mengeluarkan sisanya. Teknik
pemisahan yang digunakan saat praktikum adalah pemisahan cahaya. Karena
cacing tidak menyukai cahaya. Proses pembuatan vermikompos dilaksanakan
melalui tiga tahap :
(1) pengadaan bahan organik;
(2) perbanyakan cacing tanah; dan
(3) proses pengomposan.
Vermicompost sebagian besar terdiri dari kotoran cacing ditambah sebagian
bahan organik yang membusuk. Dalam kondisi ideal cacing dapat mengkonsumsi
bahan organik sebesar berat tubuhnya sendiri setiap hari. Bila dibandingkan
dengan tanah, kascing mengandung:
-
Kompos yang sudah matang berbau seperti tanah. Apabila kompos tercium
bau yang tidak sedap berarti terjadi fermentasi anaerob dan menghasilkan
senyawa-senyawa berbau yang mungkin berbahaya bagi tanaman.
Apabila
kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos belum matang.
Warna yang dihasilkan dari proses vermicomposting ini adalah coklat kehitamhitaman, hal ini menunjukkan bahwa kualitas kompos baik.
Cacing tanah yang digunakan pada praktikum ini adalah Tiger Worm. Cacing
ini memiliki kandungn protein kasar 80%. Tiger Worm atau Eisenia fetida ini
berasal dari benua Eropa, di Amerika Utara populasinya sangat banyak sehingga
banyak yang mengira cacing ini berasal dari Amerika Utara. Warna tubuhnya
merah dengan belang-belang mirip harimau maka ia juga disebut Tiger Worm,
tubuhnya lebih alot dibandingkan Lumbricus rubellus, gerakannya juga lambat.
Jika merasa terganggu Eisenia fetida akan mengeluarkan cairan berbau tidak
sedap, bau tak sedap itu mirip dengan bau yang dikeluarkan kaki seribu (Luwing).
Eisineia fetida lebih tahan panas dibandingkan Lumbricus rubellus, media
hidup yang lembab dan agak bertannin masih bisa diterima, makanan yang tidak
terlalu halus juga masih bisa dimakan olehnya. Eisenia fetida menghasilkan
Vermikompos lebih banyak dibandingkan Lumbricus rubellus, kecepatan
perkembangbiakannya mirip dengan Lumbricus rubellus. Nilai minus Eisenia
fetida adalah bau tak sedap yang dihasilkannya saat terancam, jika dijadikan
pakan maka hewan yang memakannya kurang begitu suka, tapi sebagai penghasil
Vermikompos lebih baik dibandingkan Lumbricus rubellus (Tubagus, 2013).
V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pengelolaan limbah ini
adalah sebagai berikut :
a. Proses pembuatan biogas yang berlangsung dalam digester menghasilkan
gas metana yang cukup untuk menghasilkan api yang besar
b. Salah satu keberhasilan dalam pengomposan ini adalah tidak tercium bau
menyengat salah satunya akibat C/N yang tepat serta kadar air sebesar 55%.
c. Pengolahan limbah peternakan menjadi pupuk organik dapat dilakukan
dengan cara membuat pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Hasil
yang didapatkan dari praktikum ini adalah, pupuk organik cair lebih baik
dari pupuk organik padat dikarenakan mudah diserap oleh tanaman.
d. Energi alternatif bisa didapatkan dari biogas dengan berbahan dasar limbah
ternak (kotoran ternak). Hasil yang diperoleh dari praktikum ini, melalui uji
dengan ban karet, ban tersebut mengembang. Itu berarti ban tersebut telah
terisi oleh gas. Maka dari itu proses pembuatan biogas dapat disebut
berhasil dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Yuli A. etc. Desember 2011. Kuailtas Pupuk Cair Hasil Pengolahan
Feses Sapi Potong Menggunakan Saccharomyces ceviceae.[Jurnal].
Fakultas Peternakan Universitas Padjdadjaran. Sumedang.
http://eiseniafoetida.blogspot.com/ (diakses pada hari minggu, tanggal 24
November 2013 pukul 19.47)
http://ruryklh.wordpress.com/2011/04/12/jasa-mikroba-dan-cacing/ (diakses pada
hari minggu, tanggal 24 November 2013 pukul 20.23)
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1999/03/30/LIN/mbm.19990330.LIN9
4202.id.html (diakses pada hari minggu, tanggal 24 November 2013
pukul 21.53)