Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Penyakit Pada Sistem Reproduksi Manusia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

PENYAKIT PADA SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

1. HIV / AIDS

A. Penyebab
Virus HIV terbagi menjadi dua tipe utama, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Pada 90% kasus, infeksi
HIV disebabkan oleh HIV-1. Sementara, HIV-2 diketahui hanya menyerang sebagian kecil
orang, khususnya di Afrika Barat.
Penularan HIV terjadi saat cairan tubuh penderita (bisa darah, sperma, atau cairan vagina),
masuk ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara berikut:

 Hubungan seks
Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui vagina maupun dubur (seks
anal). Meski sangat jarang, HIV juga dapat menular melalui seks oral. Namun, penularan
lewat seks oral hanya terjadi bila terdapat luka terbuka di mulut penderita, misalnya
akibat gusi mudah berdarah atau sariawan.
 Penggunaan jarum suntik
Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV adalah salah satu cara yang
dapat membuat seseorang tertular HIV. Penularan bisa terjadi jika berbagi pakai jarum
suntik ketika menggunakan NAPZA atau saat membuat tato.
 Transfusi darah
Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor darah dari penderita HIV.
Namun, kemungkinan terjadinya penularan ini cukup rendah. Hal ini karena
sekarang pendonor darah harus melewati skrining HIV dan infeksi lainnya terlebih
dahulu.

B. Gejala
Membutuhkan diagnosis medis
Dalam beberapa minggu infeksi HIV, gejala seperti flu seperti demam, sakit tenggorokan, dan
kelelahan dapat terjadi. Kemudian penyakit ini biasanya tanpa gejala sampai berkembang
menjadi AIDS. Gejala AIDS termasuk penurunan berat badan, demam atau berkeringat saat
malam, kelelahan, dan infeksi berulang.

Orang mungkin mengalami:


Area nyeri: daerah perut
Keadaan nyeri: saat menelan
Batuk: kering
Seluruh tubuh: kelelahan, berkeringat di malam hari, demam, kehilangan selera makan, malaise
atau berkeringat
Gastrointestinal: diare berair, diare terus-menerus, mual atau muntah
Mulut: lidah putih atau ulkus
Selangkangan: luka atau pembengkakan
Tenggorokan: kesulitan menelan atau pegal
Juga umum: infeksi oportunistik, bercak merah, kandidiasis oral, pembengkakan kelenjar getah
bening, penurunan berat badan yang tidak disengaja yang parah, radang paru-paru, ruam kulit
atau sakit kepala

C. Penularan
Penyakit HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus atau HIV, sesuai dengan nama
penyakitnya. Bila tidak diobati, HIV dapat makin memburuk dan berkembang menjadi AIDS.
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks vaginal atau anal, penggunaan jarum suntik,
dan transfusi darah. Meskipun jarang, HIV juga dapat menular dari ibu ke anak selama masa
kehamilan, melahirkan, dan menyusui.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan adalah sebagai berikut:

 Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dan tanpa menggunakan pengaman


 Menggunakan jarum suntik bersama-sama
 Melakukan pekerjaan yang melibatkan kontak dengan cairan tubuh manusia tanpa
menggunakan alat pengaman diri yang cukup

D. Pencegahan
Pencegahan HIV dan AIDS
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari dan meminimalkan
penularan HIV:

 Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah


 Tidak berganti-ganti pasangan seksual
 Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
 Menghindari penggunaan narkoba, terutama jenis suntik
 Mendapatkan informasi yang benar terkait HIV, cara penularan, pencegahan, dan
pengobatannya, terutama bagi anak remaja
2. KEPUTIHAN

A. Penyebab Keputihan

Keputihan normal
Keputihan adalah kondisi normal yang dialami oleh setiap wanita. Jumlah, warna, dan tekstur
keputihan yang dialami setiap wanita dapat berbeda-beda, mulai dari keputihan yang kental dan
lengket, hingga keputihan yang bening dan berair.
Keputihan normal terjadi setidaknya 6 bulan sebelum wanita mengalami menstruasi untuk
pertama kalinya. Kondisi ini dipengaruhi oleh perubahan hormon di dalam tubuh. Keputihan
juga normalnya keluar saat wanita menerima rangsangan seksual, sedang menyusui, atau
mengalami stres.
Selain itu, keputihan juga bisa terjadi pada bayi baru lahir. Terkadang, keputihan pada bayi baru
lahir juga disertai dengan sedikit darah. Hal ini terjadi ketika bayi terlalu banyak terpapar oleh
hormon ibu saat masih di dalam kandungan. Namun, keputihan ini umumnya akan menghilang
setelah bayi berusia 2 minggu.

Keputihan tidak normal


Keputihan yang tidak normal dapat disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, atau parasit. Infeksi
pada keputihan abnormal terbagi menjadi dua jenis, yakni infeksi tidak menular dan infeksi
menular.
Penyebab keputihan dari infeksi tidak menular misalnya akibat vaginosis bakterialis dan
candidiasis. Sementara itu, keputihan dari infeksi menular umumnya disebabkan oleh penyakit
menular seksual (PMS), seperti chlamydia, trikomoniasis, dan gonore.
Selain infeksi, keputihan juga bisa menjadi tanda kanker pada rahim atau leher rahim (serviks).
Ada beberapa faktor yang dapat membuat seorang wanita rentan terserang infeksi vagina dan
mengalami keputihan, antara lain:

 Mengonsumsi pil KB dan obat kortikosteroid


 Menderita penyakit diabetes
 Berhubungan seksual tanpa kondom dan sering berganti pasangan
 Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya akibat penyakit HIV & AIDS
 Mengalami iritasi di dalam atau sekitar vagina
 Menipisnya dinding vagina akibat menopause
 Terlalu sering membersihkan area kewanitaan dengan sabun yang mengandung parfum
dan sabun antiseptic
B. Gejala Keputihan
Keputihan yang tergolong normal dapat terlihat dari ciri-ciri cairan yang keluar dari vagina,
antara lain:

 Tidak berwarna atau berwarna putih


 Tidak berbau atau tidak mengeluarkan bau menyengat
 Meninggalkan bercak kekuningan di celana dalam
 Memiliki tesktur cairan yang dapat berubah tergantung siklus menstruasi

Sedangkan pada keputihan yang tidak normal, tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:

 Cairan keputihan berbeda warna, bau, atau tekstur dari biasanya


 Cairan keputihan keluar lebih banyak dari biasanya
 Keluar darah di luar jadwal haid

Keputihan yang abnormal tersebut dapat disertai dengan keluhan:

 Gatal di area kewanitaan


 Nyeri di panggul
 Nyeri saat buang air kecil
 Rasa terbakar di sekitar vagina

C. Pencegahan
Mencegah keputihan dapat dilakukan wanita agar kondisinya tidak semakin parah. Cara
mencegah keputihan yang dapat Anda lakukan di rumah adalah sebagai berikut:

1. Selalu menjaga kebersihan vagina, baik setelah berhubungan seksual atau setelah buang
air kecil. Hal ini penting untuk mencegah masuknya bakteri ke vagina dan mencegah
terjadinya infeksi.
2. Gunakan celana dalam dengan bahan katun. Bahan katun membantu untuk menjaga
kelembapan vagina. Selain itu, jangan gunakan celana dalam yang ketat.
3. Hindari untuk menggunakan produk perawatan atau sabun yang mengandung parfum.
4. Rutin mengganti pembalut selama masa menstruasi agar terhindar dari bakteri.
5. Hindari berganti- ganti pasangan seksual.
6. Gunakan kondom ketika berhubungan seksual agar terhindar dari penyakit seksual
menular.
7. Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan organ reproduksi dengan dokter kandungan.
3. SIFILIS

A. Penyebab
Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum yang menyebar melalui hubungan
seksual dengan penderita raja singa. Bakteri penyebab sifilis juga bisa menyebar melalui melalui
kontak fisik dengan luka di tubuh penderita.
B. Gejala
Gejala sipilis digolongkan sesuai dengan tahap perkembangan penyakitnya. Tiap jenis sifilis
memiliki gejala yang berbeda. Berikut adalah penjelasannya:

 Sifilis primer
Sifilis jenis ini ditandai dengan luka (chancre) di tempat bakteri masuk.
 Sifilis sekunder
Sifilis jenis ini ditandai dengan munculnya ruam pada tubuh.
 Sifilis laten
Sifilis ini tidak menimbulkan gejala, tetapi bakteri ada di dalam tubuh penderita.
 Sifilis tersier
Sifilis ini dapat menyebabkan kerusakan otak, saraf, jantung, atau organ lain.

C. Penularan

1. Berhubungan seksual
Penyakit ini dapat menular secara oral (mulut), vaginal, bahkan anal. Apabila seseorang
memiliki luka sifilis di bagian alat kelaminnya, dan melakukan hubungan seksual, maka bakteri
tersebut akan sangat mungkin memasuki tubuh pasangannya.
Hal yang perlu kamu ingat, kebanyakan orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit
ini, karena tidak mengetahui adanya luka pada alat kelaminnya. Karena itu sangat penting untuk
melakukan hubungan seksual yang aman, dan tidak bergonta ganti pasangan.

2. Ciuman
Selain melalui kontak seksual, penularan sifilis juga bisa terjadi akibat berciuman. Luka sifilis
juga dapat terjadi di bibir. Artinya, jika seseorang mencium pasangannya yang memiliki luka
sifilis, maka bakteri pada luka dapat menginfeksi orang tersebut. Meskipun kasus ini jarang
terjadi, tetapi sebaiknya kamu berhati-hati dan tidak meremehkan jenis penularan yang satu ini.

3. Bersentuhan langsung dengan luka sifilis


Luka sifilis berbentuk bintik-bintik kasar berwarna merah, atau coklat kemerahan, dan menyebar
di area kulit yang terbuka. Memang secara kasat mata luka sifilis tidak terlihat berbahaya dan
seperti ruam biasa.
Akan tetapi, kamu perlu menghindari dan jangan sekali-sekali menyentuh luka
(https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/kategori/antiseptik) ini secara langsung. Sebab,
bakteri penyebab sifilis dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh melalui kontak kulit dengan
kulit dengan seseorang yang terinfeksi.
D. Pencegahan
Cara Pencegahan
Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit ini
adalah:
Menghindari kontak seksual dengan orang yang terinfeksi.
Menggunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seksual.
Menjalani tes sifilis secara teratur, terutama jika memiliki banyak pasangan seksual atau
pasangan baru.
Tidak berbagi jarum suntik dengan orang lain.
4. GONORE ( Kencing Nanah )

A. Penyebab gonore
Penyebab kencing nanah adalah infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae, yang yang menular dari
orang ke orang melalui kontak seksual. Kemudian bakteri berkembang di area yang hangat dan
lembab di salah satu selaput lendir tubuh, seperti alat kelamin, mulut, tenggorokan, mata, dan
rektum.
Orang yang aktif secara seksual dapat terkena gonore melalui hubungan seks vaginal, anal, atau
oral tanpa kondom dengan pasangan yang menderita gonore.
Sahabat MIKA bisa mendapatkan gonore dengan melakukan hubungan seks vaginal, anal, atau
oral dengan orang yang menderita gonore. Pada ibu hamil dengan gonore, maka dapat
memberikan infeksi pada bayinya saat melahirkan.
Selain itu, faktor risiko gonore antara lain:
 Wanita yang aktif secara seksual di usia relatif muda
 Pria yang berhubungan seks dengan pria
 Sering bergonta ganti pasangan seksual
 Memiliki pasangan yang sering bergonta-ganti pasangan seksual.
 Memiliki lebih dari satu pasangan seks
 Perilaku seks yang berisiko
 Pernah menderita gonore atau penyakit menular seksual lainnya

B. Gejala gonore pada pria


Sebagian besar pasien kencing nanah adalah berjenis kelamin laki-laki. Adapun gejala yang
ditimbulkan meliputi:
 Keluar cairan jernih, keruh atau nanah dari lubang kencing
 Nyeri dan rasa panas saat buang air kecil
 Merah dan bengkak pada ujung kemaluan
 Pria yang memiliki gejala mungkin memiliki
Gejala gonore pada wanita
Sementara itu, pada wanita sebagian besar tidak bergejala. Hanya 50% penderita saja yang
menunjukan gejala, yang sering ringan dan dapat disalahartikan sebagai infeksi kandung kemih
atau vagina.
Gejala paling sering berupa keputihan abnormal, sensasi nyeri atau terbakar saat buang air kecil,
dan pendarahan vagina.
Gejala gonore di area tubuh lain
Selain menyerang alat kelamin, bakteri penyebab kencing nanah juga bisa menyerang organ
tubuh lain, seperti:
 Dubur, yang ditandai gatal pada dubur, keluarnya cairan seperti nanah dari rektum,
keluarnya darah saat buang air besar, dan sulit mengejan saat buang air besar.
 Mata, yang dapat menyebabkan sakit mata, kepekaan terhadap cahaya, dan keluarnya
cairan seperti nanah dari salah satu atau kedua mata.
 Tenggorokan, yang ditandai dengan sakit tenggorokan dan pembengkakan kelenjar
getah bening di leher.
 Sendi, jika satu atau lebih sendi terinfeksi oleh bakteri (artritis septik), sendi yang
terinfeksi mungkin akan terasa hangat, merah, bengkak dan sangat nyeri, terutama saat
bergerak.

C. Penularan
Penyakit infeksi gonore yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae ini merupakan
penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang umum di dunia. Bahkan menurut World Health
Organization (WHO) (https://www.who.int/news/item/22-11-2021-gonorrhoea-antimicrobial-
resistance-results-and-guidance-vaccine-development), terdapat sekitar 82.4 juta kasus baru
penyakit infeksi gonore pada Tahun 2020 di seluruh dunia.

1. Hubungan Seksual
Penularan penyakit infeksi gonore yang paling umum terjadi adalah melalui hubungan seksual,
baik melalui vaginal, anal, maupun oral. Kontak seksual dengan seseorang yang terinfeksi dapat
menyebabkan penularan penyakit infeksi gonore.

2. Melalui Proses Melahirkan


Seorang ibu yang terinfeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae dapat menularkan penyakit infeksi ini
kepada bayinya saat melahirkan. Bayi yang tertular infeksi gonore dapat mengalami
konjungtivitis gonore, di mana terdapat gejala berupa belekan (kotoran mata) dalam jumlah yang
sangat banyak dan kental seperti nanah.

Apabila penyakit ini tidak ditangani dengan baik dan tepat, maka dapat berisiko tinggi
mengalami kebutaan pada anak.

D. Cara mencegah penyakit gonore


Menghindari faktor risikonya adalah cara utama untuk mencegah penyakit kencing nanah.
Sebaiknya, Sahabat MIKA melakukan hal-hal berikut untuk mencegah terkena gonore:

 Melakukan hubungan dengan pasangan yang saling monogami dan tidak memiliki
infeksi.
 Gunakan kondom dengan cara yang benar setiap kali berhubungan seks, baik itu seks
vaginal, anal, atau hubungan oral
 Jangan berhubungan seks dengan seseorang yang diduga memiliki infeksi menular
seksual seperti memiliki tanda atau gejala infeksi rasa terbakar saat buang air kecil atau
ruam atau luka genital.
 Hindari berhubungan seks dengan orang yang tidak diketahui riwayat seksualnya.
 Pertimbangkan skrining penyakit menular seksual secara teratur.
5. HERPES GENITAL (HERPES SIMPLEX)

A. Penyebab
Herpes genital atau herpes kelamin disebabkan oleh virus Herpes simplex (HSV). Virus ini
menular melalui melalui kontak langsung dengan luka, ludah, atau cairan kelamin penderita
HSV. Salah satu cara penyebarannya adalah melalui hubungan intim, baik lewat vagina
(vaginal), mulut (oral), maupun anus (anal).
Meski tidak mengalami gejala, penderita herpes genital dapat menularkan penyakit ini ke orang
lain. Oleh karena itu, orang yang bergonta-ganti pasangan seksual memiliki risiko lebih besar
tertular herpes genital atau herpes kelamin.
Setelah menginfeksi seseorang, virus herpes akan bertahan di dalam tubuh. Sewaktu-waktu,
misalnya ketika daya tahan tubuh sedang lemah, virus dapat kembali aktif dan menyebabkan
gejala kambuh. Daya tahan tubuh yang menurun ini dapat dipicu oleh kelelahan, penyakit
tertentu, menstruasi, stres, atau cedera.
Perlu diketahui, virus penyebab HSV tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia. Oleh
karena itu, infeksi ini tidak menular melalui kontak dengan benda yang digunakan bersama
penderita, seperti handuk atau kloset.

B. Gejala
Herpes kelamin atau herpes genital sering kali tidak disadari oleh penderitanya, karena bisa
terjadi tanpa gejala. Namun, pada penderita yang mengalami gejala, keluhannya bisa berupa luka
lepuh di kelamin yang terasa sakit dan gatal. Luka lepuh ini muncul 2 hari sampai 2 bulan sejak
tertular virus HSV.
Ciri-ciri luka lepuh pada herpes kelamin adalah:

 Luka lepuh berisi cairan dan kemerahan di sekelilingnya yang muncul secara
berkelompok
 Area luka terlihat bengkak dan terasa lunak ketika ditekan
 Luka lepuh akan pecah mengeluarkan cairan atau darah, lalu membentuk koreng

Selain muncul luka lepuh, herpes genital juga dapat disertai dengan gejala yang mirip dengan flu,
yaitu demam dan nyeri otot. Pada kondisi tertentu, bisa muncul benjolan di selangkangan
akibat pembengkakan kelenjar getah bening, atau infeksi herpes yang menyebar ke
mata (keratitis herpes).
Setelah infeksi awal, herpes kelamin atau herpes genital dapat kambuh beberapa kali dalam
setahun. Tanda kambuhnya herpes genital ditunjukkan dengan luka lepuh yang disertai rasa
panas, sakit, atau kesemutan di area kelamin.
Gejala tersebut dapat disertai rasa sakit di punggung bawah, bokong, paha, atau lutut. Namun,
luka pada saat kambuh biasanya lebih cepat sembuh. Seiring waktu, tubuh akan membangun
sistem kekebalan untuk melawan virus herpes sehingga infeksi akan makin jarang kambuh.
C. Penularan
Penularan
Herpes simplex dapat menular melalui kontak langsung dengan pengidap seperti:
Berhubungan intim atau hubungan seksual tanpa pengaman.
Melakukan oral seks dengan seseorang yang telah mengalami gejala herpes (luka di wajah atau
daerah kelamin).
Seorang Ibu penderita herpes yang sedang melakukan proses persalinan.

D. Pencegahan
Cara mencegah agar seseorang tertular atau menularkan penyakit herpes sebenarnya cukup
sederhana. Berikut adalah tips bagaimana cara mencegah penyebaran virus herpes.
Jangan berciuman dan berhubungan seksual ketika Anda atau partner terjangkit gejala herpes,
seperti bentol dan luka lepuh pada area mulut atau bibir.
Setia pada pasangan Anda, jangan beraktivitas seksual dengan banyak partner.
Hindari kondisi stress dan lelah, untuk menghindari gejala herpes muncul kembali.
Lakukan tes darah (untuk Anda dan pasangan Anda), untuk mengetahui apakah Anda dan
pasangan terbebas dari penyakit herpes
6. MIOM

A. Penyebab Mioma Uteri


Penyebab mioma uteri hingga kini masih belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada
beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena mioma uteri, di
antaranya:
Riwayat keluarga dengan kondisi mioma uteri.
Berusia lebih dari 40 tahun.
Belum pernah hamil.
Mendapatkan siklus menstruasi pertama kali di usia yang tergolong muda, yaitu di bawah 12
tahun.
Obesitas atau berat badan berlebih
(https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/hati-hati-obesitas-berisiko-sebabkan-
penyakit-jantung).
Kebiasaan merokok.
Konsumsi alkohol berlebih.
Wanita ras kulit hitam. Wanita ras kulit hitam cenderung berisiko tinggi terkena mioma uteri
dibandingkan dengan wanita ras lain. Wanita ras kulit hitam kerap mengalami mioma uteri saat
berusia muda karena faktor genetik dan hormon.
Gangguan hormon reproduksi, yaitu estrogen dan progesteron.
Kekurangan vitamin D

Anda mungkin juga menyukai