Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

PEMIKIRAN MASALAH GIZI TERKAIT DENGAN SOSIAL ANTROPOLOGI BUDAYA (AutoRecovered)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PEMIKIRAN MASALAH GIZI TERKAIT DENGAN

SOSIAL ANTROPOLOGI BUDAYA

Dosen Pengajar :

Ir. Astutik Pudjirahayu, M.Si

DISUSUN OLEH:

NAMA : Nur Nailaturrif’ah [05]

NIM : P17111231005 [1A]

PRODI : STR GIZI DAN DIETETIKA

JURUSAN GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JL.BESAR IJEN NO.77 C


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya.
Sehingga penulis bisa membuat makalah Program Diploma IV Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang yang dapat menyelsaikan tugas tentang “ Masalah Gizi Terkait Sosial Antropologi Budaya”.
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini agar mahasiswa gizi dan mahasiswa kesehatan lainnya
bisa mengerti dengan pemahaman antropologi budaya gizi.

Atas dukungan moral dan material yang dapat membantu mahasiswa mengetahui masalah apa
saja yang terkait didalam gizi. Oleh karena itu, penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada:

-Ir. Astutik Pudjirahayu, M.Si, selaku dosen pengajar yang telah memberikan arahan, motivasi, dan
kesempatan tentang makalah ini kepada penulis.

Saya membuat makalah ini belum sempurna, tapi saya berharap bahwa makalah ini bisa
bermanfaat bagi seluruh mahasiswa gizi ataupun keshatan lainnya sehingga dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Oleh karena itu, penulis sebagai penyusun merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki dan
pengalaman dalam hal membuat makalah. Dan penulis berharap atas kritikan, saran, dan petunjuk pada
pembaca agar menyempurnakan makalah yang saya buat ini, supaya bisa dibuat sebagai pembelajaran
seterusnya, dan dapat mengetahui atas kesalahannya.

Malang, Agustus 2023

Nur Nailaturrif’ah

2.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................4

B. Tujuan Masalah..................................................................................5

C. Manfaat Masalah…………………………………………………….5

D. Rumusan Masalah..............................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................6

A. Pengertian Gizi......................................................................................6

B. Fungsi Gizi............................................................................................7

C. Status Gizi…………………………... ………………………………..7

D. Hubungan Gizi ………………………………………………………..8

E. Pola Makanan Gizi ……………………………………………………8

F. System Makanan………………………………………………………9

G. Masalah Gizi…………………………………………………………...9

H. Permasalahan Balita Kelebihan Gizi...................................................13

I. Upaya Penanggulan…………………………………………………..15
BAB III PENUTUP ..............................................................................................18

A. Kesimpulan .....................................................................................................18
B. Saran………………………………………………………………………….18

C. Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………………….19

3.
Bab I.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari berbagai macam suku budaya. Hal ini juga dapat
mempengaruhi individu kesehatan masyarakat dalam menjaga kesehatannya. Budaya perilaku kesehatan
tersebut ada di berbagai macam beragam termasuk dalam berperilaku memenuhi kebutuhan dasa
termasuk dalam kebutuhan pangan.
Budaya manusia ini menjadi fokus penelitian antropologi dapat didefinisikan sebagai perilaku
belajar dan berbagi dari suatu kelompok. Fenomena penyebaran yang konsisten, sebagai pengalaman dari
waktu, tampaknya unik dan juga merupakan hal yang dasar dari penguatan perilaku sosial secara positif.
Hal ini memunculkan kemungkinan bagi individu dan budaya untuk beradaptasi dengan lingkungan alam
dan untuk memulai proses perubahan dan pengembangan, dan beberapa ilmuan menyebutnya dengan
evolusi budaya.
Di dunia ini terdapat ratusan orang yang tekena penderitaan kekurangan gizi sehingga angka
mengenai kasus kelaparan, dan perbedaan antara gizi cukup dan kurang bukan suatu garis yang jelas.
Kekurangan gizi dapat menurunkan daya tubuh infeksi, menyebabkan penyakit kronis juga, sehingga
kekurangan protein-kalori yang dapat menyebabkan otak yang permanen.
Makanan yang mengandung gizi inilah yang terdiri atas zat besi yang sesuai dengan tubuh sehingga
membentuk jaringan tubuh, memberi tenaga, dan mengatur semua proses dalam tubuh. Segala bahan
makanan yang mampu meberikan nutrisi dan mencukupi kebutuhan gizi manusia. Makanan yang
mengandung sumber nutrisi termasuk salah satunya zat untuk memelihara kesehatan organisme. Namun,
dengan pengertian makanan dalam konteks budaya, makanan bukan hanya dilihat sebagai sebagai suatu
produk organik.
Para ahli antropologi memandang kebiasaan makanan ini sebagai suatu kompleks yang berkaitan
dgn produksi, persiapan, dan konsumsi makanan. Sebagai ahli antropologi melihat makanan
mempengaruhi dan berkaitan dengan banyak kategori budaya lainnya. Kemudian mengenai pola makanan
secara umum dipengaruhi oleh faktor lingkungan kebudyaan sekitar dan perilaku tidak hanya menjadi
penghambat dan tentangan bagi kesehatan manusia, tetapi juga menjadi faktor pendukung lainnya.

4.
Masalah gizi yang bersifat kompleks ini sehingga memelukan pencegahan lebih mendalam oleh asyarakat
karena keterkaitannya dgn asyar budaya dan kultur. Masalah ini sangat penting bagi manusia karena dgn
adanya kekurangan gizi bisa diakibatkan panen yang gagal. Hal ini diharapkan dapat memcahkan masalah
tentang masalah kekurangan gizi supaya bisa memperbaiki sehingga dapat meningkatkan asyaraka
asyarakat sekitar.

B.Tujuan
Tujuan penulis asyarak panduan makalah ini untuk mahasiswa Gizi atau Kesehatan lainnya
adalah :
1. Supaya mengetahui betapa pentingnya gizi bagi asyaraka
2. Supaya mengerti bahwa peran gizi bukan hanya dikesehatan melainkan di dalam asyar budaya
3. Sebagi pedoman bahwa gizi bisa memperbaiki dalam hal asyar antropologi budaya
4. Mengetahui pengaruh budaya terhadap status gizi mereka.

C.Manfaat
Manfaat penulis Menyusun makalah ini untuk pembaca sebagai berikut :
1. Agar mengajak mahasiswa hidup sehat secara teratur dan memberitahukan bahwa gizi itu penting
dalam hal apapun terutama dalm hal asyaraka.
2. Menjaga tubuh dari berbagai penyakit.
3. Mendapatkan energy tenaga yang kuat untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
4. Penerapan bina asyaraka kepada asyarakat.
5. Pemberantasan penyakit yang menular.

D. Rumusan Masalah
Dengan adanya latar belakang tadi menjelaskan bahwa penulis dapat mengemukaan bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud gizi?
2. Bagaimana hubungan gizi dengan antrologi budaya?
3. Bagaimana solusi jika ada salah satu orang yang terkena kelebihan gizi dalam budaya tersebut?

5.

Bab II
PEMBAHASAN
A. Gizi
1. Pengertian
Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang makanan dan kaitannya dengan kesehatan tubuh.
ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut meliputi pengolahan
zat-zat gizi yang diperoleh melalui makanan untuk pertumbuhan, menghasilkan energi, dan memelihara
jaringan.

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat
yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-
organ, serta menghasilkan energi, yang berarti makanan

Gizi merupakan salah satu organisme yang berperan penting dalam kesehatan tubuh manusia serta
dapat berfungsi sebagai perkembangan fisik secara normal. Juga dapat di jelaskan sebagai komponen
nutrisi yang bisa melalui proses percernaan, transportasi, dan pernyerapan sehingga dapat
menghasilkan tenaga secara spesifik. Tingkat kekurangan gizi ini ditentukan oleh zat gizi.

Faktor yang mempengaruhi bisa disebabkan oleh asupan gizi yang sangat rentan. Sehingga bisa
menjadi permasalah yang ada saat ini, seperti masalah yang terkait antropologi budaya. Apalagi melihat
remaja saat ini mereka pada sibuk dengan kegiatan yang sering dilakukan sehingga lupa bahwa mereka
sering lupa bahwa asupan nutrisi yang ada dalam tubuh membutuhkan waktu reproduksi.

Dari sesuatu yang terjadi di atas, maka makanan yang kita konsumsi harus mendapatkan kualitas gizi
yang baik seperti mengandung zat-zat gizi yang seimbang, maka zat gizi ini yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan zat besi. . Proses yang merubah beragam makanan yang dapat
masuk ke tubuh. 

Keterangan tersebut dapat menyimpulkan bahwa gizi merupakan bahan makanan yang bersifat
penting dalan tubuh manusia, makanan yang dikonsumsi ini berperan sebaga pembanguni jaringan
dalam tubuh.

6.

2. Fungsi Gizi
Gizi juga memiliki beberapa fungsi yang berperan dalam kesehatan tubuh manusia sebagai
Berikut :
1. Memelihara proses perkembangan tubuh agar tetap sehat.
2. Memperoleh tenaga yang berguna untuk setiap harinya.
3. Memelihara dari berbagai penyakit seperti gangguan yodium.
4. Alat untuk mempertahankan tubuh.
5. Alat bantu untuk tubuh mengalami pertumbuhan, pembetukan serta pemeliharaan sel
dalam tubuh.

6. Untuk menghasilkan energi, membangun, memelihara jaringan, dan mengatur proses


kehidupan.

3. Status Gizi
Status gizi bisa didefinisikan sebagai keseimbangan antara makanan nutrisi dan kesehatan yang
baik untuk tubuh makhluk hidup. Gizi di sini tidak hanya berhubungan dengan masalah
pangan,kesehatan, dan pengasuhan tetapi masalah gizi di sini juga berhubungan dengan masalah
social. ekonomi,budaya,pendidikan dan lingkungan, dalam tulisan ini sedikit saya membahas masalah
pengaruh budaya terhadap status gizi masyarakat. Kita pasti tahu bahwa saat ini kemiskinan adalah
penyebab utama masalah gizi kurang di indonesia. Faktor budaya sebenarnya masalah yang
menyebabkan terjadinya kemiskinan yang tentunya berdampak pada masalah gizi. Kita lihat saja
mulai dari perilaku masyarakat kota dan desa di sertai dengan budaya-budaya mereka sangat-sangat
berbeda kebutuhan pangan dan status sosial mereka. Dari perbedaan ini kita bisa membandingkan
bahwa masyarakat kota tingkat pengetahuan mereka akan masalah gizi dan pola-pola hidup yang
mereka jalani lebih cenderung pada kemajuan teknologi,ekonomi,pengetahuan status gizi mulai dari
menu seimbang untuk pola konsumsi mereka. Ekspresi dari keadaan seimbang dalam bentuk variabel
tertentu atau perwujudan dari keadaan gizi dalam bentuk tertentu.

7.

B. Hubungan Gizi dengan Budaya


Di Indonesia terdapat macam keberagaman budaya, dengan itu masyarakat menyebabkan berfikir
bahwa akan mempertimbangkan makanan yang mereka makan dan akan menunjukkan keseimbangan
kecukupan gizi. Dengan ini akan mempengaruhi budaya daerah sekitar karena bisa menyebabkan
pertentangan. Jadi, untuk mengatasi masalah dengan adanya pembekalan ilmu gizi kepada masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan gizinya tanpa menghilangkan budaya yang lama, dengan mendorong supaya
adanya budaya baru tanpa ada sedikit tekanan apapun agar status gizi di Indonesia lebih baik dan
sempurna. Kemudian dapat mengembangakan kesehatan yang lebih berperan bagi masyarakat. Juga
menyarankan kepada masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang mengandung gizi, memang kita
akan kesulitan untuk merubah sikap mereka akibat budayanya, karena semua membutuhkan waktu yang
lama.
Faktor budaya sangat berperan penting dalam status gizi seorang. Budaya memberikan peranan dan
nilai yang berbeda terhadap makanan seperti tabu yang masih terdapat di daerah. Tabu makanan adalah
makanan yang bagian darinya berbahaya alasannya tidak logis. Dalam ancaman bahaya ini terdapat
kesan magis yaitu adanya kekuatan supernatural yang berbau mistik yang akan menghukum orang –
orang yang melanggar pantangan atau tabu tersebut. sedangkan masyarakat pedesaan lebih dekat pada
masalah kemiskinan,artinya banyak kekurangan mulai dari kurangnya pengetahuan akan maslah gizi,
kurangnya ketersediaan pangan,sampai kirangnya kualitas lingkungan yang baik.

C. Pola Makanan Terhadap Budaya


Kebudayaan tersebut berupa sistem gagasan dan ras, tindakan yang dihasilkan berupa benda-benda
fisik, sistem tingkah laku dan tindakan laku dan pola. Pengaruh budaya tersebut mengaruhi makanan
diantaranya :
1. Terdapat berbagai macam makan beserta cara pengolahannya.
2. Terdapat macam nama makanan sesuai khas tempat masing-masing-masing.
3. Terdapat cita khas rasa sesuai sukunya sendiri.
4. Terdapat pola makanan yang menjadi bentuk yang khas bagi mereka.

8.

D. Sistem Makanan Yang Terkait Budaya.


Makanan yang menjadi cita rasa disetiap daerah sendiri, pasti tidak mudah untuk bisa mereka
pantang untuk dikonsumsi karena, mempunyai peranan penting dalam hidangan makanan itu.
Yang sering muncul ketika makanan yang dihidangkan didalam keluarga, sang ayah menginginkan
makanan dengan khas yang tinggi selera sedangkan anggota keluarga menginginkan khas yang
sederhana, sedangakan masalah yang terjadi diatas, karena seringnya sang ayah sering makan di luar
karena gengsi ketika bekerja, kemudian makanan yang sederhana bisa dilakukan bagi orang keseringan
makanan ketika keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan. Padahal makanan yang dimakan diluar
kadang kurangnya gizi, emang sih lebih praktis dan estetik, tapi kalau makanan yang dibuat sendiri
kadang lebih banyak nilai gizi karena banyaknya karbohidrat.

E. Masalah Gizi Makanan Terhadap Budaya


Adanya gizi terhadap system social seperti pola makanan, tabu, gaya hidup, mengonsumsi jenis
makanan tertentu, ataupun prastise yang sering terjadi di kalangan Masyarakat. Menurut MCA
Indonesia 2015, sunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang
dalam waktu yang lama akibat pemberian pada kebutuhan gizi ke tubuh, yang terjadi Ketika mulai janin
masih dalam kandungan, yang salah satunya berdampak buruk terhadap kualitas hidup anak dalam
mencapai titik tumbuh, sehingga dapat menghambat proses tumbuh balita.

Pentingnya factor gizi dalam mengonsumsi makanan di masyaraka, maka tidak mungkin dapat
berakibat timbulnya masalah gizi kurang. Menurut bentuknya gizi dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Gizi kurang, akibatnya mengonsumsi makanan yang tidak memadai jumlahnya pada kurun waktu
yang lama.
Example : Kekurangan protein yang menyebabkan penyakit marasmus dan khasiorkor
2. Gizi lebih, akibatnya mengonsumsi makanan yang berlebihan untuk jangka waktu yang lama,
sehingga dapat menimbulkan kegemukan.
3. Kurang gizi spesifik, akibatnya kekurangan relative atau mutlak pada zat-zat makanan tertentu.
Contohnya kekurangan vitamin A menyebabkan penyakit xeropthalmia, kekurangan yodium
menyebabkan penyakit gondok.
4. Gizi tak seimbang, akibatnya tidak seimbangnya jumlah gizi antara zat esensial dengan zat
tertentu, sehingga dapat mengakibatkan sering loyo, gangguan keseimbangan gizi, dan lain-lain.

Adapun kekurangan gizi dapat menyebabkan timbulnya sunting sehingga tidak mampu untuk
mengakses pangan dan pada akhirnya berpengaruh terhadap balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Angka kecukupan gizi bisa dilihat dari table berikut :

9.
Bahwa 50% penduduk Indonesia mengalami kelaparan tersembunyi (hidden hunger). Hal itu
disebabkan kekurangan zat gizi mikro berupa zat besi, yodium, asam folat, seng, vitamin A dan zat gizi
mikro lainnya. Mereka mengalami kelaparan tersembunyi. Disebut kelaparan tersembunyi karena
seringkali tanda-tandanya tidak nampak, namun sesungguhnya dampaknya sangat besar. Zat gizi mikro
telah terbukti sebagai unsur gizi penting untuk peningkatan produktivitas kerja, kecerdasan dan imunitas
Angka ini belum termasuk biaya layanan kesehatan akibat defisiensi gizi mikro yang parah dan masalah-
masalah gizi yang lain. Penganekaragaman pangan, suplementasi dan fortifikasi pangan disertai dengan
higiene dan sanitasi lingkungan merupakan solusi untuk mengatasi masalah kurang zat gizi mikro.
Penambahan gizi pangan untuk menanggulangi kurang yodium, vitamin A dan zat besi di berbagai
negara umumnya kurang dari 0,5 persen harga produknya, tanpa biaya tambahan untuk
pendistribusiannya hingga sampai ke konsumen. Mengingat peranannya terhadap produktivitas kerja
dan pendapatan, program fortifikasi pangan juga dilihat sebagai bagian dari program pengentasan
kemiskinan.

10.
.

Tanda dan gejala malnutrisi

Gejala malnutrisi tentu berbeda-beda, sesuai dengan kondisi yang dialami oleh penderitanya. Berikut ini
penjelasannya.

1. Kekurangan gizi

Gejala kekurangan gizi meliputi:

 Penurunan nafsu makan

 Mudah lelah

 Gampang marah atau tersinggung

 Sulit konsentrasi

 Sering kedinginan

 Kehilangan massa lemak, massa otot, dan jaringan tubuh

 Mudah sakit dan butuh waktu lama untuk sembuh

 Luka yang lama sembuh

 Risiko komplikasi yang meningkat setelah operasi

11.
 Depresi

 Penurunan dorongan seksual

 Gangguan kesuburan

2. Kelebihan gizi

adalah kondisi dimana seseorang mengalami kelebihan nutrisi akibat asupan vitamin dan mineral
yang masuk ke dalam tubuh melebihi kadar asupan gizi yang seharusnya.

Ciri-ciri orang yang mengalami kelebihan gizi, meliputi:

 Berat badan melebihi angka ideal


 Mengalami gangguan sendi
 Obesitas
 Mudah lelah
 Kesulitan bernafas

Pada anak-anak, kondisi malnutrisi mungkin akan ditandai dengan perkembangan dan pertumbuhan
tubuh yang lama atau berat badan yang sulit bertambah, perubahan perilaku seperti mudah marah
atau gelisah, serta tingkat energi yang rendah.

12.
F. Permasalahan Balita Sumedang Kelebihan Gizi 1,1 %
Dari 73.000 balita di Kabupaten Sumedang, 1,1% masuk kedalam kategori balita berkelebihan
gizi (obesitas). Angka itu jauh lebih besar bila dibanding dengan balita bergizi buruk yang hanya
mencapai 0,6%. Kendati begitu, kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang Agus Rasjidi,
keduanya (gizi berlebih dan gizi buruk) tidak baik bagi proses tumbuh kembang balita.

“Balita dengan kelebihan gizi biasanya akan mengalami kegemukan atau kelebihan berat badan
ketika dewasa sehingga berpotensi terserang berbagai penyakit tidak menular, seperti diabetes,
stroke, dan serangan jantung,” ujarnya ditemui di kantor Dinas Kesehatan di Jalan Kutamaya,
kemarin.

Salah satu penyebab tingginya kasus kelebihan gizi, kata dia, buruknya pemberian asupan makanan
kepada bayi dan balita. Hal ini menyebabkan pola konsumsi yang buruk sejak usia dini. “Jika dulu
obesitas hanya menimpa kalangan mampu, ternyata ini melanda seluruh lapisan masyarakat di
Sumedang,” tuturnya. Untuk mengatasi hal ini, kata dia, perencanaan gizi bagi anak sangat
diperlukan, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan mereka.

Orang tua diharapkan bisa membentuk landasan masa depan kesehatan anak. “Dimulai sejak
masakehamilan, menyusui, hingga dua tahun pertama masa balita. Anak gemuk belum tentu sehat,”
sebutnya. Beberapa cara, lanjut dia, dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya gizi berlebih
pada anak, yakni dengan melakukan penimbangan atau pemeriksaan rutin di pos pelayanan terpadu
(posyandu).

13.
“Sayangnya, yang terjadi di Sumedang, tingkat kesadaran ibu untuk memeriksakan anaknya ke
posyandu secara berkala, sangat rendah. Ini salah satu yang menyebabkan pertumbuhan anak tidak
terkontrol secara jelas,” terangnya. Oleh karenanya, dia mengimbau, warga yang mempunyai balita
untuk rutin secara berkala datang ke posyandu, sehingga perkembangan balita bisa terkontrol.

“Dengan begitu, selain pertumbuhan balita bisa termonitor secara jelas, juga bisa mengantisipasi
secara dini penyakit anak. Terutama bagi kalangan menengah ke atas, sudah jarang sekali mereka
mau ke posyandu karena gengsi,” katanya.

Ketersedian pangan adalah kondisi penyedian pangan yang mencakup makanan dan minuman
yang berasal dari tanaman serta turunan bagi penduduk suatu wilayah. Komponen produksi pangan
dapat dipenuhi dari produsi industri pangan atau pertanian.

G. Dampak Ketersedian Pangan Terhadap Gizi


 Ketersediaan pangan tergantung pada :
1. Cukupnya lahan untuk menanam tanaman pangan.
2. Penduduk untuk menyediakan tenaga.
3. Uang untuk menyediakan modal pertanian yang dibutuhkan.
4. Tenaga ahli yang trampil untuk membantu.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan sebagai berikut :


1. Jenis dan banyaknya pangan yang diperlukan tersedia.
2. Tingkat pendapatan Masyarakat.
3. Pengetahuan gizi.

14.
H. Upaya Pemerintah Untuk Menurunkan Angka Sunting Di Sumedang

Dalam penanggulangan gangguan tumbuh kembang anak balita atau stunting, capaian


Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, layak menjadi model percontohan. Dengan aplikasi digital yang
membuat semua balita terpantau perkembangannya, bahkan by name dan by address,
gejala stunting dapat terdeteksi secara dini, untuk kemudian dilakukan intervensi.

Gerakan melawan stunting itu dipimpin langsung Bupati Dony Ahmad Munir yang memimpin
daerah produsen tahu gurih dan bertekstur lembut itu, sejak 2018. Bila pada 2018
prevalensi stunting di Sumedang masih di level 32,2 persen, maka pada 2022 angkanya turun
menjadi 8,2 persen. Sebuah capaian yang mencengangkan.

‘’Atas keberhasilannya, Presiden Jokowi memerintahkan supaya Pak Bupati Dony Ahmad Munir
bisa dikirim keliling Indonesia, ke kantong-kantong stunting, untuk berbagi pengalaman. Bisa juga,
mereka yang mau cari tahu bisa datang ke Sumedang dan melihat bagaimana penanganan stunting di
sana,’’ kata Menkes Budi Gunadi.
Langkah  penanganan stunting di Sumedang itu berbasis pada  aplikasi Sistem Pencegahan
Stunting Terintegrasi (Simpati) yang dikembangkan PT Telkomsel, sebagai bagian dari Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) Kabupaten Sumedang. SPBE atau Sistem E-
Governance itu sendiri dapat digunakan untuk  berbagai keperluan, mulai dari urusan kependudukan,
bantuan sosial, perizinan usaha, dan beberapa lainnya

15.
Pada akhirnya seluruh persoalan dibahas dan dicarikan cara penanganannya. ‘’Untuk dasar
melakukan intervensi,’’ Bupati Sumedang itu menambahkan, intervensi yang dilakukan adalah
memberi makanan tambahan, vitamin, lingkungan satinasi dibuat lebih baik, obat bagi yang
mengalami sakit, atau bantuan teknis membantu anak-anak yang susah makan. Presiden Joko
Widodo. Menurut Menkes Budi Gunadi, telah meminta Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Menko
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy agar menentukan 20, 30, bahkan
50 kabupaten/kota dengan prevalensi stunting yang tinggi, untuk segera mereplikasi sistem Simpati
itu ke daerah masing-masing.
‘’Syaratnya memang daerah itu harus sudah menerapkan e-governance dan memiliki sistem
pemerintah berbasis elektronik atau SPBE,’’ kata Menkes.
Stunting, ada pula yang menyebut tengkes, adalah keadaan berhentinya pertumbuhan pada anak
akibat kekurangan gizi yang kronis. Bayi atau balita yang menyandang stunting itu menunjukkan
gejala yang khas, yakni berat dan tinggi badan yang lebih rendah dibanding rata-rata anak normal.
Kemudian, ada kecenderungan bayi-bayi stunting memiliki lingkar kepala yang lebih kecil.
Selanjutnya, penyandang stunting juga mengalami hambatan dalam pertumbuhan kecerdasannya.
Angka  stunting di Indonesia  tergolong tinggi. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) oleh Litbangkes
(2013) menyatakan bahwa prevalensi stunting  secara nasional adalah sebesar 37,2 persen, yang
terdiri dari gejala sangat pendek 18 persen dan pendek 19,2 persen. Ada kenaikan dari prevalensi
2010 yang 35,6 persen dan 36,8 persen pada 2007.
Intervensi sudah lama dilakukan pemerintah, antara lain, lewat bantuan sosial tunai langsung dan
bersyarat alias conditional cash transfers (CCT), yang digulirkan sejak 2007, sebagai Program
Keluarga Harapan (PKH). Syaratnya, keluarga penerima manfaat (KPM) harus punya anak bayi atau
ibu hamil. Mula-mula, ada sekitar 500 ribu KPM dan dimekarkan menjadi 2,7 juta KPM di 2014.
Para era Presiden Jokowi, PKH itu diperluas. Bukan hanya menyasar anak balita dan ibu-ibu hamil
serta menyusui, melainkan mencakup pula lansia, disabilitas, dan anak sekolah. Cakupannya cepat
meningkat menjadi 6 juta pada 2017 dan di 2022 telah menyentuh angka 10 juta. Ibu hamil dan
menyusui menerima bantuan Rp3 juta dan anak balita Rp3 juta per tahun. Pembagian bansos ini
dilakukan setiap tiga bulan.
Hasil Riskesdas 2019 menunjukkan ada penurunan angka stunting nasional ke level 27,7 persen.
Intervensi berlanjut, Kemenkes membagikan 10 ribu unit ultrasonografi (USG) ke seluruh puskesmas.
Targetnya, semua ibu hamil dapat  menjalani enam kali pemeriksaan USG selama masa
kehamilannya, agar gejala kekurangan nutrisi pada janin bisa dideteksi lebih dini. Petugas
pendamping PKH pun diwajibkan mengawal ibu-ibu hamil ke puskesmas.
Kemenkes juga menyediakan vitamin untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan bayinya. Tablet tambah
darah (TTD) tersedia meruah di puskesmas, gratis. Perkakas pengukur kadar Hb (Hemoglobin) pun
kini telah tersedia di semua puskesmas.

16.
Ibu-ibu hamil bisa memeriksakan kadar HB-nya, dan bila rendah bisa minta bantuan ke petugas
puskesmas. Ini untuk mengurangi risiko janin tidak tumbuh optimal.
Pada 2021, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Biro Pusat Statistik (BPS), dengan
dukungan Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia,
melakukan Studi Status Gizi Indonesia dengan mengumpulkan data dari 34 provinsi dan 514
kabupaten/kota dalam 14.889 blok sensus. Sampelnya, 153.228 balita. Hasilnya, secara nasional
angka stunting turun dari 27,7 persen di 2019 menjadi 24,4 persen di 2021. Hampir esehata besar dari
ke-34 provinsi itu menunjukkan penurunan. Tapi, ada lima provinsi yang mengalami kenaikan.
Target berikutnya, pada 2024 angka stunting diharapkan bisa turun sampai ke level 14 persen.
Stunting sendiri merupakan gejala yang terjadi di eseha semua negara. Tapi, dengan tingkat yang
berbeda. Semakin maju suatu negara, secara umum angka stunting-nya makin rendah. Saat ini
angka stunting di Myanmar, misalnya masih di kisaran 35 persen, Vietnam 23 persen, Malaysia 17
persen, Thailand 16 persen, dan Singapura 4 persen. Kini, Kemenkes dihadapkan pada target
mengejar capaian stunting sebesar 14 persen. Tidak mudah. Namun, dengan kepemimpinan daerah
yang cekatan seperti di Kabupaten Sumedang, hal yang sulit ternyata bisa dicapai. Kuncinya, kata
Menkes Budi, pemimpin daerah itu bisa mengorkestrasi semua pemangku kepentingan dalam satu
platform digital dan mengeksekusi keputusan.
Masih ada jutaan ibu-ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan balita yang perlu dibantu. Sumber daya
ada di Kemenkes, Kemensos, dan tentu pemprov, pemkab, serta pemkot. Kalau semuanya bekerja
bahu- membahu, itu akan menjadi kekuatan besar.
Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, menjelaskan bahwa pemerintah daerah menggunakan
platform Sistem Informasi Penanganan Stunting Terintegrasi (Simpati) yang dapat menghubungkan
berbagai pihak terkait, seperti kader Posyandu, Puskesmas, desa, dinas terkait, dan pimpinan daerah,
untuk mendapatkan laporan stunting.
Selain itu, Kabupaten Sumedang juga menggunakan Sistem Informasi Geospasial Online (Sigeon)
untuk memetakan data hingga di masing-masing rumah penduduk. Berkat dua platform tersebut,
angka stunting di Kabupaten Sumedang berhasil menurun secara signifikan, yaitu dari 32,2 persen
pada tahun 2018 menjadi 8,27 persen pada tahun 2022. Menkes Budi menyoroti pentingnya program
penanganan stunting berbasis elektronik sebagai alat untuk meningkatkan koordinasi antara berbagai
pihak yang terlibat dalam penanganan stunting, seperti pihak esehatan, esehatan, dan sosial. Dengan
koordinasi yang baik, diharapkan eseh penanganan stunting dapat menjadi lebih efektif dan efisien.
Tak lupa, Menkes Budi juga menegaskan peran penting keluarga dan esehatan dalam pencegahan dan
penanganan stunting. Keluarga memiliki tanggung jawab untuk memberikan asupan gizi yang cukup
dan memastikan anak-anak mendapatkan perawatan esehatan yang memadai. Dengan dukungan
program berbasis elektronik dan kolaborasi dari semua pihak, diharapkan angka stunting di Indonesia
terus menurun.

17.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara ringkas, budaya itu terdiri dari beberapa ragam, yang mana disevut culture berarti
segala kegiatan manusia untuk mengelolah alam. Hakikatnya budaya memegang kompleks
karena mencakup ideologi, kepercayaan, moral, hukum, adat dan lain-lain.
Sedangkan gizi yang berarti nutrisi atau bahan pangan yang sangat penting bagi tubuh
manusia, yang mengandung zat-zat sehat. Malnutrisi erat dalam kaitannya dengan kemiskinan
dan kebodohan serta mempengaruhi pemberian makanan. Banyaknya penderitaan akan
kurangnya gizi gabi tubuh, bahkan ada yang mengalami kelebihan gizi yang tidak seimbang.

B. Saran
Masalah gizi yang telah dijelaskan tadi dimasyarakat bahwa tidak hanya beberapa factor
melainkan beberapa faktor lainnya juga, maka saya meminta kepada Masyarakat untuk
mencegah masalah tersebut bersama-sama, karena dalam makalah ini saya belum bisa
menyelesaikan secara tuntas masalah gizi terkait kebudayaan. Masyarakat harus bisa memilih
bahan makanan yang bagi bagi Kesehatan tubuh terutama gizi yang seimbang, sehingga lebih
selektif.

18.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sehatq.com/artikel/pengertian-gizi-yang-mungkin-belum-anda-pahami
https://erlangga.co.id/pendidikan/11203-ketahui-manfaat-gizi-untuk-tubuh-manusia.html
https://www.generasipeneliti.id/tulisan.php?id=ID2bJIZwx0L9dD&judul=Hubungan-Budaya-
dengan-Gizi
https://osf.io/vph3t/download
https://intisari.grid.id/read/0365805/masalah-gizi-bisa-karena-faktor-budaya-lo
https://www.google.com/search?
q=kelebihan+nutrisi+di+sumedang&oq=keleb&gs_lcrp=EgZjaHJvbWUqBggBEEUYOzIGCAAQRRg7
MgYIARBFGDsyBggCEEUYOzIGCAMQRRhAMgYIBBBFGDkyDQgFEAAYgwEYsQMYgAQyBggGEEUY
PDIGCAcQRRg80gEJMTM2NDJqMGo0qAIAsAIA&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://indonesia.go.id/kategori/editorial/6794/cari-tahu-cara-menurunkan-angka-stunting-ke-
sumedang?lang=1

19.

Anda mungkin juga menyukai